Anda di halaman 1dari 16

TRADISI KELAHIRAN ADAT MELAYU

KELAS X.8

Disusun Oleh:
RAHMAD ZAKKY KHUSYAIRI
ASRI AULIA
MELLANDA ZAKIA
SYAIRA AGUSTINA
SYARIFA ALUNA

SMAN 2 PANGKALAN KERINCI


PELALAWAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tradisi Kelahiran Adat Melayu”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Terimakasih kepada bapak/ibu guru yang telah memberikan penugasan dan


kesempatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada teman -teman yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Pangkalan Kerinci, 19 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..
i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Konsep Tradisi.....................................................................................................3
B. Konsep Tradisi Kelahiran...................................................................................3
C. Proses Tradisi Kelahiran Adat Melayu.............................................................5

BAB III PENUTUP.......................................................................................................13


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................13
3.2 Saran...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari
suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta
dipatuhi masyarakat pendukungnya. Pada Masyarakat Melayu aturan-aturan tentang
segi kehidupan tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut
hukum adat. Adat telah melembaga dalam kehidupan masyarakat Melayu baik berupa
tradisi, adat upacara dan lain-lain yang mampu mengendalikan perilau warga
masyarakat dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang
menjadi tokoh masyarakat menjadi cukup penting.
Adat di daerah Melayu sendiri telah ada dan berkembang sejak lama hingga
kini. Masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang bersumberkan
dari ajaran agama Islam. Tradisi Islam sangat kental dalam budaya masyarakat
Melayu. Sejak lahir masyarakat Melayu sudah memiliki ketentuan - ketentuan adat.
Tradisi tersebut berupa tradisi kelahiran, tradisi pernikahan, tradisi pakaian Melayu,
bahkan sampai pada tradisi kematian
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum
dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan
kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah
anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Anak merupakan suatu
karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi setiap pasangan suami istri. Bagi masyarakat
Melayu yang rata-ratanya beragama Islam, adalah terpercaya setiap anak yang
dilahirkan memiliki rezekinya masing-masing, justru itu setiap kelahiran itu harus
disyukuri.
Dalam hal ini, masyarakat Melayu banyak mengadopsi norma tertentu yang
diwariskan secara turun temurun. Ini mencakup tingkat saat mengandung, melahirkan
dan setelah lahir seorang anak. Berdasarkan ketentuan adat atau berdasarkan apa yang
telah diwariskan kakek dan nenek moyang kita pada masa terdahulu dan kita tidak
boleh melupakannya. Orang melayu memiliki berbagai macam adat tradisi kelahiran,
tergantung daerah nya masing-masing, oleh karena itu pada makalah ini akan
membahas tentang tradisi kelahiran adat melayu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tradisi?
2. Apa itu tradisi kelahiran?
3. Bagaimana proses tradisi kelahiran adat melayu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tradisi
2. Untuk mengetahui apa itu tradisi kelahiran
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi kelahiran adat melayu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tradisi
Tradisi brasal dari kata latin tradition yang berkata dasar trodere, artinya
menyerahkan, meneruskan turun temurun. Tradisi bisa diartikan secara diakronik
maupun sinkronik. Pendekatan pertama cendrung membawa kita pada pengertian
mengenai tradisi sebagai nilai-nilai kontinyu dari masa lalu yang dipertentangkan
dengan modernitas yang penuh perubahan (Laksono, 2009:10). Hal ini sejalan dengan
pendapat Bahar (2011:17) yang mengatakan tradisi merupakan sesuatu yang bersifat
‘diteruskan’ atau ‘ditularkan’ dari masa lampau ke masa kini karena hal tersebut patut
dicontoh dan dipelihara.
Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang- ulang dalam bentuk yang
sama. Dalam kamus Bahasa indonesia tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari
nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.

B. Konsep Tradisi Kelahiran


Kelahiran anak adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah subhanahu wa taala
terhadap setiap manusia, kelahiran menjadi suatu bentuk kuasa ilahi dalam menciptakan
masyarakat baru yang memiliki peran penting nantinya didalam kehidupan masyarakat.
Setiap kelahiran anak dalam masyarakat memiliki arti penting bagi kehidupan
masyarakat tersebut, sebab kelahiran adalah bentuk perpanjangan generasi antara satu
manusia dengan manusia baru lainya.
Disetiap masyarakat kelahiran juga memiliki makna dalam yang dapat
menimbulkan beberapa tradisi dalam masyarakat itu sendiri. Banyak tradisi yang
tercipta dari proses kelahiran tersebut, bahkan sebelum kelahiran proses tradisi sudah
berjalan seperti tradisi sewaktu kehamilan bahkan nantinya tradisi ketika kelahiran
tersebut.
Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang melayu sebagai suatu berkah
daripada Allah SWT. Anak dipandang sebagai penyambung zuriat. Kelakuan sang
anak yang bernada jenaka menjadi pelipur hati sen=dangkan perangainya yang
menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran
anak amatlah diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang

3
dianjurkan serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak
yang lahir kelak merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan anak yang lebih
dari itu anak yang tahu berbakti kepada ibu dan bapak, taat menjalankan agama islam
sehingga menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan bagi ibu dan
bapaknya, terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.
Ibu yang hamil berpantang mencela orang, sebab celaan itu dipercaya dapat pula
menimpa anak yang akan dilahirkannya. Dia harus tetap taatberibadah, menjaga
tingkah laku dan perangainya, termasuk apa-apa yang dimakannya. Jika mengida, maka
idamannya diusahakan dapat dipenuhi oleh suaminya atau kerabatnya. Mengidam
dipandang bukan hanya sebatas keinginan ibu yang sedang mengandung, tetapi
terlebih-lebih sebagai kiasan terhadap keinginan anak yang dikandungnya. Sebab itu,
keinginan itu sedapat mungkin sipenuhi agar perasaan menjadi lega sehingga jalan
kehidupan menjadi lapang.
Manusia dipandang oleh orang melayu berasal dari ciptaan Allah dan akan kembali
kepada Nya. Karena itu, begitu anak manusia lahir maka hendaklah segera
diperkenalkan tuhan itu kepadanya. Setelah anak itu selamat dilahirkan, lalu baringkan
di tempat tidur. Kemudian bisikkanlah suara azan pada telinga kanan dan suara iqamah
pada telinga sebelah kiri. Bacaan itu memberi kias, bahwa anak yang lahir telah
memulai pendengarannya dengan pendengaran yang baik yaitu nama Allah dan
panggilan menunaikan ibadah sembahyang, sebagai syariat yang utama dalam agama
islam.
Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur seminggu. Anak yang
baru lahir ini ada yang menyebutnya bayi, tapi juga ada yang menyebutnya upiang.
Dalam upacara turun mandi ibu dan bayi yang dibawa ke sungai atau perigi. Di situ ibu
dan bayi dimandikan oleh bidan. Ada berbagai bahan dari peralatan yang dipakai bidan
dalam upacara itu. Diantaranya ada juga yang memandikan ayam setelah ibu dan bayi
dimandikan. Ada pula yang menghanyutkan patung, memasukkan lading kedalam air,
menanam keladi pada tepian, dsb.
Upacara turun mandi di tepian kira-kira berlangsung satu jam. Setelah itu anak
diambil oleh bidan, lalu Kembali ke rumah bersama dengan ibunya. Dirumah anak
ditidurkan di atas buaian. Sementara itu dihidangkan minuman dan makanan kepada
hadirin, sebagai tanda suka cita. Dalam hidangan ini sering dihidangkan ketupat. Sesuai
minum-makan dibacakan doa sebagai tanda bersyukur kepada Allah serta untuk
mendapatkan keselamatan selanjutnya.

4
C. Proses Tradisi Kelahiran Adat Melayu
Anak atau zuriat adalah suatu karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi setiap
pasangan suami istri. Bagi masyarakat Melayu yang rata-ratanya beragama Islam,
adalah terpercaya setiap anak yang dilahirkan memiliki rezekinya masing-masing,
justru itu setiap kelahiran itu harus disyukuri. Dalam aspek kelahiran ini, masyarakat
Melayu banyak mengadopsi norma tertentu yang diwariskan secara turun temurun. Ini
mencakup tingkat saat mengandung, melahirkan dan setelah lahir.
1. Adat sewaktu hamil
Sewaktu mengandung atau saat bayi masih dalam perut ibu ada beberapa
ketentuan pelaksanaan dalam adat yang secara garis besarnya akan penulis
jelaskan di bawah ini :
a) Melenggang Perut
Adat ini lebih dikenal masyarakat sebagai Mandi Tian. Upacara ini
dilakukan pada wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan
berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Itu dilakukan oleh seorang bidan
untuk membuang geruh atau kecelakaan yang mungkin menimpa wanita
hamil yang bakal bersalin dan untuk memperbaiki posisi bayi di dalam
perut.
b) Peralatan Dan Pelaksanaan

1) Peralatan untuk upacara ini termasuk

2) Tujuh helai kain dengan tujuh warna berlainan

3) Segantang beras

4) Sebiji kelapa

5) Beberapa urat benang mentah

6) Damar

7) Minyak kelapa atau minyak urut

8) Lilin

9) Tepak sirih yang lengkap isinya

10) Pengeras sebanyak RM1.25

5
Pada permulaannya bidan akan membacakan jampi mentera dan
mengandam wanita hamil tadi. Tepung tawar dicalit ke mukanya dan beras
kunyit ditabur.

Berikutnya adat mandi sintuk jeruk dan air buyung dilakukan. Sebiji telur
diselipkan di kain basahan yaitu di bagian perutnya dan sebuah cermin kecil
dibawa bersama. Wanita itu didudukkan di atas kursi di mana pada kaki kursi
itu dipatok ayam. Kemudian air buyung dijiruskan ke badannya sedangkan
telur tadi dilepaskan atau dijatuhkan dengan kepercayaan itu akan
memudahkan wanita tadi bersalin.

Setelah membersihkan badan, wanita itu bercermin muka dengan harapan


anak yang bakal lahir nanti memiliki rupa paras yang cantik. Setelah acara itu
selesai bidan akan menyajikan ketujuh helai kain berbentuk horisontal sehelai
di atas sehelai yang lain. Ibu yang hamil dibaringkan di atas lapisan kain-kain
tersebut. Bidan akan mengurut ibu yang sedang hamil dengan menggunakan
minyak kelapa atau minyak pijat.

Bidan mengambil buah kelapa yang sudah dibersihkan lalu


menggulingkannya dengan lembut pada perut terus ke ujung kakinya sebanyak
tujuh kali. Adalah terpercaya jika kelapa berhenti bergulir dengan matanya ke
atas, anak yang dikandungnya adalah pria dan perempuan jika sebaliknya.
Akhirnya bidan akan melenggangkan setiap helai kain tersebut pada perut
wanita hamil itu. Menurut adatnya, kain yang di bawah sekali diberikan
kepada bidan beserta dengan peralatan upacara tadi. Biasanya pada hari
tersebut, kenduri doa selamat akan diadakan dan ibu yang menjalani upacara
ini dipakaikan dengan pakaian baru. Adalah terpercaya adat ini mengandung
unsur-unsur budaya Hindu

2. Adat Ketika bersalin


Ketika bersalin, persediaan akan dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti
kebiasaannya konten ketika itu sudah cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi
adakalanya periode kehamilan dapat mencapai hingga sepuluh sampai dua belas
bulan yang disebut bunting kerbau. Menurut kepercayaannya juga daun

6
mengkuang berduri akan digantung di bawah rumah dan kapur akan dipangkah
pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah wanita yang hendak melahirkan tadi
untuk menghindari gangguan makhluk halus. Selain itu juga, ada beberapa
kebiasaan yang harus dilakukan saat menyambut kelahiran ini.
a) Potong Tali Pusat
Segera setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan
serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan, tali
pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu bambu dan dilengkapi
di atas sepotong uang perak per dolar. Di beberapa tempat tali pusat dipotong
menggunakan cincin emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan ditambahkan
kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di
atas bara api sampai tali pusat itu tanggal sendiri.
b) Azan
Kelazimannya bayi lelaki akan diazankan di kedua telinganya sementara
bayi perempuan akan diqamatkan. Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut
akan melakukan upacara ini. Ia bukanlah satu adat, sebaliknya lebih
merupakan praktek berunsur keagamaan.
c) Membelah Mulut
Adat ini memiliki pengaruh budaya Hindu, namun demikian juga ada
dalam agama Islam yang menghukum sunat untuk melakukannya. Upacara
dimulai dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Ini diikuti
dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu atau kurma dan
ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air pinang pada
mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini,
mantra mantra dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak dilakukan
lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.
d) Berpantang
Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani
masa berpantang yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut
melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau sakit sampingan.
Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh empat hari
dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama seratus
hari.

7
Selama berpantang mereka diberi makan obat-obat tradisional dan
bertungku. Bertungku terpercaya dapat membantu perut wanita hamil
kembali normal. Biasanya tungku terbuat dari batu yang dipanaskan di atas
bara. Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang dilapisi dengan
beberapa helai daun yang tebal seperti daun lengkuas yang terpercaya dapat
menyeimbangkan panas tungku di samping berfungsi sebagai obat.
Selama ini wanita tersebut dilarang dari makan apapun makanan sesuai
kehendaknya atau berbuat apa-apa pekerjaan yang memerlukan banyak
gerakan. Antara makanan yang dilarang adalah yang dapat menyebabkan
iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang, kerang, kepiting dan ikan
pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele, sembilang dan
baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka
dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan
diizinkan minum air hangat atau susu.
Tungku akan dituam pada bagian perut dan bagian lain bertujuan untuk
mengatasi masalah nyeri postpartum. Selesai bertungku, si ibu akan menyapu
perutnya dengan air limau yang dicampur dengan kapur sebelum memakai
bengkung. Praktek berbengkung ini bertujuan untuk mengatasi perut buncit
atau pinggul yang turun setelah bersalin di samping memberi kenyamanan
kepada wanita setelah melahirkan.

3. Adat setelah bayi lahir


Setelah kelahiran terdapat beberapa adat tertentu yang dijalankan. bebarapa
poin tersebut dapat di lihat dibawah ini :
a) Cuci Lantai
Bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam waktu seminggu.
Pada saat itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di beberapa tempat dikenal
adat naik buai karena selagi bayi itu belum tanggal pusatnya, dia tidak bisa
dibuaikan dan akan tidur disamping ibunya. Adat ini sebaiknya dilakukan
pada hari Senin atau Kamis.
Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci lantai.
1) Nasi kunyit dan lauk-lauk
2) Seekor ayam hidup
3) Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang

8
4) Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian

Kenduri doa selamat akan diadakan pada awal adat ini. Setelah itu
bidan akan memulai jampi serapahnya sambil memegang ayam dengan
cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke lantai tempat wanita itu hamil.
Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan menjalankan
keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan,
diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi
beserta sedikit uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.
b) Memberi Nama
Menurut ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang memiliki
maksud yang baik untuk bayi. Biasanya jika bayi itu lelaki, nama akan
diberikan sesuai nama para nabi sedangkan untuk bayi perempuan, nama
istri atau anak-anak nabi.
c) Cukur Rambut
Adat ini dilakukan pada hari ketujuh setelah dilahirkan. Ia juga disebut
adat potong jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada
hari tersebut. Untuk menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan
disediakan. Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi air
tepung tawar, beras kunyit dan bertih.
Sebiji kelapa muda dipotong bahagian kepalanya dengan potongan
berkelok-kelok siku seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan
diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam
sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan
rantai emas atau perak di kelillingnya.
Pada hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di
atas talam yang dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau
datuknya. Si bayi seterusnya dibawa ke tengah majlis dan disambut oleh
hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan ditepung tawar serta ditabur
beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara bergilir-gilir akan
menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke dalam
kelapa tadi.
Bilangan orang yang menggunting rambut bayi tersebut hendaklah
dalam bilangan yang ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah

9
selesai pihak lelaki menjalankan acara menggunting, pihak perempuan
pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak menjalankan adat
bercukur barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan atau
sesiapa sahaja yang boleh melakukannya.
Kesemua rambut yang dicukur akan dimasukkan ke dalam kelapa.
Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar halaman rumah bersama
sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati masa anak
itu dilahirkan.
Biasanya, saat adat ini dilakukan akikah turut diadakan. Dari segi
syarak, akikah membawa pengertian menyembelih ternak pada hari ke
tujuh setelah anak dilahirkan. Orang Islam yang berkemampuan
disunatkan menyembelih ternak seperti kambing, sapi atau kerbau sebagai
akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan berakikah sekali
saja seumur hidup.
Ada syarat-syarat tertentu dalam memilih hewan untuk akikah dan
jumlah ternak untuk akikah juga berbeda menurut jenis kelamin bayi.
Untuk bayi pria akikahnya adalah dua ekor kambing dan seekor kambing
untuk bayi perempuan. Antara hikmah akikah adalah sebagai awal
kebajikan dan kebaikan bagi pihak bayi tersebut. Akikah sunat dilakukan
pada hari ke tujuh kelahiran yaitu dapat dijalankan bersamaan dengan adat
mencukur rambut dan adat memberi nama. Namun ia juga dapat dilakukan
pada hari yang lain.
d) Naik Buai
Adat ini merupakan satu-satunya majlis yang masih diamalkan dan
mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu hari ini. Upacara ini
dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali jika sesebuah
keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.
Selama upacara ini dilakukan bayi tersebut akan ditempatkan di dalam
buaian yang menggunakan kain songket atau batik dan dihias indah
dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri kanan buaian dan
ditarik perlahan selama upacara berlangsung. Ketika itu juga, nazam atau
marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau wanita. Selanjutnya
bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kelompok ini.

10
Pada hari ini, masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan
adat memberi nama dan adat cukur rambut.
e) Turun Tanah
Adat ini disebut adat menginjak tanah. Ini sebagai merayakan anak
yang baru pandai berjalan. Turun tanah berarti seorang anak kecil
dilepaskan untuk menginjak tanah sebagai lambang melanjutkan
kehidupannya. Adat ini dilakukan secara berbeda-beda dari satu tempat
dengan tempat yang lain baik dari segi cara maupun barang yang
digunakan.
Biasanya kenduri doa selamat diadakan untuk mengiringi upacara ini.
Setelah pesta selesai, tikar dipresentasikan di depan tangga sebagai alas
anak tersebut berjalan. Di atas tikar disediakan beberapa nampan yang
berisi berbagai jenis barang, termasuk makanan dan minuman.
Antara barang yang diletakkan di dalam baki itu adalah cermin, sisir,
jam tangan, gelang, cincin, rantai, bedak, kain, sepatu, gunting, bubur, air
dingin dan uang. Biasanya jumlah barang yang ditempatkan adalah ganjil.
Anak tersebut akan dibiarkan memilih barang tersebut dan dibatasi
mengambil tiga barang saja.
Menurut kepercayaan orang Melayu juga, adat ini dilakukan untuk
memprediksi masa depan anak itu berdasarkan barang yang diambil.
Umpamanya jika anak itu mengambil gunting, kelak dia kuat bekerja atau
pandai membuat pekerjaan tangan. Adat ini juga dapat dilakukan secara
sederhana yaitu dengan memijakkan kaki anak itu ke piring-piring kecil
yang berisi dengan padi, beras, tanah dan beberapa jenis daun yang telah
dijampi oleh mak bidan. Selanjutnya bayi itu dijejakkan ke tanah dan doa
dibaca.
f) Bersunat / Berkhatan
Adat bersunat bagi bayi perempuan biasanya dilakukan ketika bayi itu
masih kecil yaitu beberapa hari setelah dilahirkan. Namun demikian,
kebanyakan anak perempuan akan menjalani upacara ini setidaknya ketika
berumur setahun atau lebih. Adat ini akan dilakukan oleh bidan. Bagi anak
lelaki, mereka akan menjalani adat bersunat atau juga disebut sunat ketika
usia mereka dalam lingkungan 8 hingga 12 tahun. Adat sunat akan
dilakukan oleh Tok Mudim. Di dalam ajaran Islam,

11
Disunat atau sunat adalah wajib karena Islam menekankan kesucian
lahir dan batin. Selain itu juga, ia baik dari segi kesehatan. Dewan bersunat
anak perempuan tidak semeriah acara sunat anak lelaki dan ada juga yang
menjalankannya bersamaan dengan pernikahan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian dan serangkaian penjelasan di atas kita tarik
kesimpulan bahwa ketentuan-ketentuan dimulai dari ibu mengandung sampai
melahirkan dan setelah melahirkan adalah demi kebaikan si anak sendiri. Karna
rangkaian upacara adat yang dilakukan berdasarkan sunah keagamaan dan memiliki
nilai tertentu.
Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum
mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata
"anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua
mereka, meskipun mereka telah dewasa.

B. Saran
Saran yang dapat penulis ajukan pada kesempatan ini adalah agar kiranya
wanita yang mengandung khususnya yang bersuku melayu untuk selalu
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah di ajarkan kakek dan nenek moyang
kita.

13

Anda mungkin juga menyukai