Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEBUTUHAN MANUSIA DENGAN AGAMA


Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Islamic Worldview
yang diampu oleh bapak Dr. M. Zaedi, M. Ag

Disusun Oleh :
1. Barikatun Nabilah ( 842020120017 )
2. Iko Rizqonah (862080120003)
3. Prasteyo Yudoyono (222010120012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WIRALODRA

INDRAMAYU

2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt atas berkat, rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya kami dari Kelompok 5 dapat menyelesaikan tugas Islamic Worldview yang
diampuh oleh Dr. M. Zaedi, M. Agmdengan judul “Kebutuhan manusia dengan agama” ini
dengan baik.

Shalawat serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad saw yang membebaskan umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
cerah.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
demi melancarkan tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik serta saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah-makalah
yang akan dibuat kedepannya.
Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih dan semoga makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat bagi
kami khususnya dan bagi siapa saja umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Indramayu, Oktober 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................................2
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................4

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup
dan berkembang dengan baik tanpa bantuan orang lain. Hubungan manusia dengan
sesama manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks, yaitu
kebutuhan bersifat fisik dan psikis. Substansi hubungan manusia itu pada pokoknya
adalah saling memenuhi kebutuhan masing- masing. Ini pertanda bahwa manusia
diberikan batasan-batasan tentang perbuatan yang baik untuk keharmonisan interaksi
(Muhammaddin).

Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan


akhirat yang tergantung pada hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
Ketakutan manusia apabila hubungan baik manusia dengan kekuatan gaib tersebut
hilang, maka hilang pulalah kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari.

Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu menjadi
pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam diri manusia. Manusia
merasa berhak untuk mengetahui dari mana dirinya berasal, untuk apa dia berada di
dunia, apa yang mesti manusia lakukan demi kebahagiannya di dunia dan alam akhirat
nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama.
Karenanya, sangatlah logis apabila agama selalu mewarnai sejarah manusia dari
dahulukala hingga kini, bahkan sampai akhir nanti

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana kebutuhan manusia dengan agama?


2. Bagaimana latar belakang perlunya manusia dengan agama?
3. Apa saja fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini :

1. Untuk mengetahui kebutuhan manusia dengan agama

1
2. Untuk mengetahui latar belakang perlunya manusia dengan agama
3. Untuk mengetahui fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi agama

Secara etimologis Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun dari kata
“a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu, kata
agama berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara
terus-menerus dari satu generasi kepada generasi yang lainnya. Dalam kamus umum
bahasa Indonesia, agama berarti segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dsb) serta
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
itu. Agama dari sudut bahasa (etimologi) berarti peraturan- peraturan tradisional,
ajaran- ajaran, kumpulan- kumpulan hukum yang turun temurun dan ditentukan oleh
adat kebiasaan. Agama asalnya terdiri dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama
berarti kacau. Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan
melihat hasil yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama kepada moral atau
materiil pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang mempunyai pengetahuan
(Muhammaddin, 2013).

Menurut Harun Nasution dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama
dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa. Din
dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama
lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh
seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula
kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak
patuh akan mendapat balasan yang tidak baik. Adapun kata religi berasa dari bahasa
latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata
religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian
demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara
mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi
menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Dari
beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari
yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung
arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai

3
pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindra (Liswi, 2018).

Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang


demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus
dipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia.
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
suatu kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
g. Ajaran yang diwahyukn Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa


agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi
kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia
agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur
emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya
hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.

Sedangakan Agama Islam adalah agama Allah, dari Allah dan milik Allah.
Diamanatkan kepada umat pengikut utusan Allah. Jadi, sejak jaman Nabi Adam, Musa,
dan Isa agama Allah adalah Islam, makna Islam dapat dipersempit lagi sebagai agama
yang diamanatkan kepada umat pengikut Rasulullah, Muhammad SAW. Agama, dalam
hal ini adalah islam, Islam ( ‫( اسالم‬berasal dari kata-kata: salam ( ‫( سالم‬yang berarti damai
dan aman salamah ( ‫المة‬II‫( س‬berarti selamat istilah islaam ( ‫الم‬II‫( االس‬sendiri berarti
penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT untuk memperoleh ridho-Nya dengan
mematuhi perintah dan larangan-Nya(Sunardin, 2021).

4
B. Latar belakang perlunya manusia terhadap agama

Terdapat tiga faktor yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama

1) fitrah manusia.
Dalam konteks hal ini di antara ayat al-qur’an dalam surat al - Rum ayat 30. bahwa
ada potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini dapat
ditegaskan bahwa insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan
tentang apa yang tidak diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai ciptaan
Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk lainnya sudah
dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan
yang terpancar dari ciptaan-Nya. Informasi mengenai potensi beragama yang
dimiliki oleh manusia itu dapat dijumpai dalam ayat 172 surat al- a’raf. Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan [7]:172). Bahwa manusia secara
fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal
demikian sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa setiap
anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama). Dengan demikian,
manusia sepanjang masa senantiasa beragama, karena manusia adalah makhluk
yang memiliki fitrah beragama yang oleh C.G. Jung disebut naturaliter religiosa
(bakat beragama)”. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa latar belakang
perlunya manusia pada agama karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi
untuk beragama. Potensi beragama ini perlu pembinaan, pengarahan,
pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepada setiap manusia.
2) Kelemahan dan kekurangan manusia.
Menrut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al- ptakan Allah dalam keadaan
sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan
dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-qur’an yang
menjelaskan hal ini terdapat dalam surat As-Syams ayat 7-8, bahwa “Demi nafs

5
serta penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kafasikan dan
ketaqwaan”
Menurut Quraish Shihab, bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia
melalui nafs menangkap makna baik dan buruk. Di sini berbeda dengan
terminologi kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan
prilaku buruk dan dalam hal ini sama dengan pengertian yang terdapat dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Lebih jauh Qurash Shihab berpendapat bahwa
kendatipun nafs berpotensi positif dan negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa
pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya
saja dorongan dan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan.
3) Tantangan manusia.
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama karena manusia dalam
kehidupannya menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari dalam
maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan setan (lihat Q.S. 12: 5; 17: 53). Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa
rekayasa dan upaya- upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya
ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya,
tenaga dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang
di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Kita misalkan
membaca ayat yang berbunyi: Sesungguhnya orang- orang kafir itu menafkahkan
harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah (Q.S. al-Anfal [8]: 36).
C. Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan
Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia sebagai pedoman,
aturan dan undang- undang Tuhan yang harus di taati dan mesti dijalankan dalam
kehidupan. Agama sebagai way of life, sebagai pedoman hidup yang harus
diberlakukan dalam segala segi kehidupan. Orang yang beragama dapat
mendisiplinkan dirinya sendiri, menguasai nafsunya sesuai dengan ajaran agama.
Orang yang beragama cendrung berbuat baik sebanyak-banyaknya, dengan hartanya,
tenaganya dan pikirannya. Dan dia akan berusaha sehabis daya upayanya untuk
menghindarkan dirinya dari segala perbuatan yang keji dan munkar. Selain itu agama
merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan membangun
kehidupan sosial yang rukun dan damai. Maka dengan demikian dapat dikatakan
bahwa agama sangat berfungsi dam memiliki kedudukan yang strategis dalam menata

6
kehidupan manusia untuk mendapatkan kesemalatan dirinya dan kemaslahatan bagi
orang lain (Muhammaddin, 2013).
Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain :
1) Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis
berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruh dan larangan ini
mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-
masing.
2) Berfungsi Penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama
kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan
akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya
melalui: pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.
3) Berfungsi Sebagai Pendamaian
Melaui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian
batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera
menjadi hilang dari batinnya apabila sesoerang pelanggar telah menebus dosanya
melalui tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.
4) Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol
Para pengganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin
kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok.
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai pengawasan sosial secara
individu maupun kelompok.
5) Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan
membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan dapat
membina rasa persaudaraan yang kokoh.

7
6) Berfungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok
menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan
baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala
mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang
dianutnya sebelum itu.
7) Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya produktif bukan saja
untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain.
Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang
sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
8) Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat
agama ukhrawi, malinkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia
selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat
tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah (Mulyadi, 2016).

8
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Agama asalnya terdiri dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti
kacau. Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan
melihat hasil yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama kepada moral atau
materiil pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang mempunyai pengetahuan.
2. Latar belakang perlunya manusia terhadap agama terdapat 3 faktor yaitu fitrah
manusia, kekurangan dan kelebihan manusia, serta kelemahan manusia.
3. Fungsi agama dalam kehidupan yaitu Berfungsi Edukatif, penyelamat, pendamaian,
sosial kontrol, pemupuk rasa solidaritas, transformatif, kreatif, serta berfungsi
sebagai sublimatif

3.2 SARAN
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, agar kami dapat lebih baik lagi
dalam menyusun makalah ini. Kami rasa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami berharap kepada para pembaca bisa memakluminya. Untuk itu ambil yang baik,
dan buang yang buruk.

9
DAFTAR PUSTAKA
Liswi, H. (2018). Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Pencerahan, 12(2), 201–223.
http://jurnalpencerahan.org/index.php/jp/article/view/27

Muhammaddin, M. (2013). Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN
Raden Fatah, 14(1), 99–114.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/464

Mulyadi. (2016). Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad,
VI(02), 556–564. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1757819&val=18718&title=AGAMA DAN PENGARUHNYA DALAM
KEHIDUPAN

Sunardin, S. (2021). Manusia membutuhkan Agama di masyarakat. Jurnal Kajian Islam Dan
Masyarakat, 4(1), 1–28. https://doi.org/10.24853/ma.4.1.1-28

10

Anda mungkin juga menyukai