Anda di halaman 1dari 18

ASPEK HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

HAM & Perlindungan Anak

Dosen Pengampu: Zuhri Triansyah, S.H., M.H

Disusun Oleh:

Kelompok Dua (2)

1. Oti Dinda (101180091)


2. Imam Muzami (101180081)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS

SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN

THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam
senantiasa kita curahkan kepada Nabi baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Hanya kata syukur yang bisa penulis sampaikan sehingga makalah ini dapat
selesai dengan baik. Di lain sisi, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menjadi salah
satu panduan untuk mengkaji pentingnya Aspek Hukum Internasional Hak Asasi
Manusia. Kritik dan saran senantiasa kami harapkan agar makalah ini dapat lebih
ditingkatkan kepada-Nya Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jambi, 22 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Isi Pokok DUHAM................................................................................3


B. Konvenan Hak Sipil dan Politik............................................................5
C. Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya........................................9
D. Penegakan Hak Asasi Manusia Secara Internasional............................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................12
B. Saran .....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada perkuliahan kedua ini membahas mengenai Aspek Internasional Hak
Asasi Manusia, di dalamnya dibahas mengenai Isi Pokok DUHAM, substansi
Konvenan Hak Sipil dan politik, substansi Konvenan Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya, Penegakan HAM secara Internasional. Pokok bahasan Substansi
Konvenan Hak Sipil dan Politik membahas mengenai Hak dan Kewajiban setiap
Negara, janji Negara peratifikasi, larangan Negara peratifikasi macam-macam
hak asasi manusia yang termasuk hak sipil dan politik. Pokok bahasan kedua
yaitu mengenai substansi konvenan hak ekonomi, sosial dan budaya membahas
mengenai janji Negara peratifikasi, sedangkan pokok bahasan penegakan HAM
secara Internasional membahas mengenai penegakan HAM Sipil dan Politik,
Penegakan HAM Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta didalamnya dibahas
mengenai kasus-kasus HAM yang ada.
Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat memang pada dasarnya diperlukan
suatu aturan sehingga antara kepentingan yang satu dengan yang lain setidaknya
dapat diminimalisir tidak terjadi. Manusia sebagai subjek hukum merupakan
bagian penting dalam suatu negara yang dikenal sebagai subjek hukum
internasional. Kendati demikian, aturan atau hukum yang ada belum tentu secara
keseluruhan dapat menjawab kepentingan semua orang. Untuk itu diperlukan
lagi pengetahuan atas aturan yang mengatur hak yang melekat pada diri individu
tersebut. Dalam makalah ini dibahaslah mengenai Hak Asasi Manusia dan
Hukum Humaniter yang mungkin dalam dunia akademis Hukum Internasional
sendiri masih dianggap baru. Sementara menyadari kondisi dunia yang juga
menjadi tanggung jawab manusia secara tidak langsung mesti ada aturan yang
membatasi kewenangan manusia dalam mengelolahnya. Hal ini tentu tidak
menjadi tanggung jawab sebagian orang atau untuk lebih luas menjadi tanggung

1
jawab beberapa negara besar. Namun sudah selayaknya setiap negara
memandang isu-isu global sebagai tanggung jawab bersama guna menciptakan
bumi yang aman untuk dihuni generasi mendatang.1
Maka dari itu, Pemakalah akan membahas materi perkuliahan ini, karena
sangat penting dipamahi untuk memudahkan mengerjakan tugas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Isi Pokok DUHAM?
2. Apa Konvenan Hak Sipil dan Politik?
3. Apa Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya?
4. Bagaimana upaya Penegakan Hak Asasi Manusia Secara Internasional?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Isi Pokok DUHAM
2. Untuk mengetahui Konvenan Hak Sipil dan Politik
3. Untuk mnegetahui Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
4. Untuk mengetahui Penegakan Hak Asasi Manusia Secara Internasional.

1
Thor B. Sinaga, “Peranan Hukum Interernasional Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia”,
Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus, hlm. 1

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isi Pokok DUHAM


Hak Asasi Manusia secara umum dapat diartikan sebagai hak kodrati
yang didapatkan seseorang secara otomatis tanpa seorang itu memintanya.
Sebagai hak kodrati, Hak Asasi Manusia (HAM) melebur dalam jati diri
manusia.2
Pada tanggal 10 Desember 1948 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa (MU PBB) mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights
(Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia–DUHAM). DUHAM memuat
pokok-pokok hak asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk cita-cita manusia
yang bebas untuk menikmati kebebasan sipil dan politik. Hal ini dapat dicapai
salah satu dengan diciptakannya kondisi dimana setiap orang dapat menikmati
hak-hak sipil dan politik yang diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan
internasional.
Sebagai langkah untuk melindungi hak dasar ini, secara universal telah
diatur dalam universal declaration of human right (deklarasi universal Hak
Asasi Manusia, DUHAM) yang isinya memuat pokok-pokok HAM dan
kebebasan dasar. Penjaminan serta penghormatan hak-hak dasar secara universal
dan elektif merupakan acuan umum terbentuknya deklarasi ini. Karena
bentuknya yang merupakan acuan maka penjabaran isi dan makna DUHAM
kedalam instrument internasional harus bersifat mengikat secara hukum.
Pentingnya perlindungan atas HAM digambarkan dalam mukaddimah DUHAM
yang menyatakan pentingnya perlindungan terutama pada kemerdekaan, keadilan
dan perdamaian dunia. Kemudian dengan adanya piagam perserikatan bangsa-
bangsa, maka persamaan derajat antara laki-laki maupun perempuan merupakan
hal yang dihormati. Hal ini dilakukan guna mendorong kemajuan hidup yang
2
Mahja El Muhtaj, “Dimensi-dimensi HAM: Mengenai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya”,
(Jakarta: Rajawali pers, 2013), hlm.15

3
lebih baik dalam memerdekakan yang lebih luas. DUHAM meletakkan tiga nilai
pokok, yakni penghormatan martabat manusia, kemerdekaan, dan kesetaraan.3
Memproklamasikan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai
suatu standar umum untuk keberhasilan bagi semua bangsa dan semua negara,
dengan tujuan agar setiap orang dan setiap badan di dalam masyarakat, dengan
senantiasa mengingat Deklarasi ini, akan berusaha dengan cara mengajarkan dan
memberikan pendidikan guna menggalakkan penghargaan terhadap hak-hak dan
kebebasan-kebebasan tersebut, dan dengan jalan tindakan-tindakan yang
progresif yang bersifat nasional maupun internasional, menjamin pengakuan dan
penghormatannnya yang universal dan efektif, baik oleh bangsa-bangsa dari
Negara-negara Anggota sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari wilayah-
wilayah yang ada di bawah kekuasaan hukum mereka.
Pasal 1
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu
sama lain dalam persaudaraan.
Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang
tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti
pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau
pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran
ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar
kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah
dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk
wilyah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan
yang lain.
Pasal 3

3
Institute For Criminal Justice Reform, “Mengenal Konvenan Hak Sipil dan Politik”, 14 Mei
2012, hlm. 1

4
Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai
induvidu.
Pasal 4
Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan; perhambaan
dan perdagangan budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.
Pasal 5
Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam,
diperlakukan atau dikukum secara tidak manusiawi atau dihina. Pasal 6 Setiap
orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana
saja ia berada.
Pasal 7
Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum
yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama
terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan
terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam ini.
Pasal 8
Setiap orang berhak atas pemulihan yang efektif dari pengadilan nasional
yang kompeten untuk tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak dasar yang
diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau hukum.4
B. Konvenan Hak Sipil dan Politik
Dalam konvenan hak sipil dan politik tidak memberikan pengertian
secara definitif tentang hak sipil dan politik. Namun menurut Ifdhal Kasim dalam
bukunya yang berjudul hak sipil dan politik, cetakan pertama tahun 2001, beliau
menyimpulkan bahwa hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari
martabat dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati
keberadaannya oleh negara agar manusia bebas menikmati hak-hak dan

4
“Dekralari Universal Hak Asasi Manusia”, Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum
PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III), hlm. 2
https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-deklarasi-universal-hak-asasi--$R48R63.pdf

5
kebebasannya dalam bidang sipil dan politik yang pemenuhannya menjadi
tanggung jawab negara.5
Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik atau International
Covenan on Civil and Political Rights (ICCPR) merupakan produk Perang
Dingin: ia merupakan hasil dari kompromi politik yang keras antara kekuatan
negara blok Sosialis melawan kekuatan negara blok Kapitalis. Saat itu situasi
politik dunia berada dalam Perang Dingin. Situasi ini mempengaruhi proses
legislasi perjanjian internasional hak asasi manusia yang ketika itu sedang
digarap Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Hasilnya adalah pemisahan kategori
hak-hak sipil dan politik dengan hak-hak dalam kategori ekonomi, sosial dan
budaya ke dalam dua kovenan atau perjanjian Internasional yang tadinya
diusahakan dapat diintegrasikan ke dalam satu kovenan saja. Tapi realitas politik
menghendaki lain. Kovenan yang satunya lagi itu adalah Kovenan Internasional
Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya atau International Covenan on Economic,
Social and Cultural Rights (ICESCR). Kedua kovenan ini merupakan anak
kembar yang dilahirkan di bawah situasi yang tidak begitu kondusif itu, yang
telah membawa implikasi-implikasi tertentu dalam penegakan ke dua kategori
hak tersebut.6
Saat ini Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik itu
(selanjutnya disingkat ICCPR) telah diratifikasi oleh 141 Negara. Itu artinya
tidak kurang dari 95% negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB), yang berjumlah 159 Negara itu, telah menjadi Negara Pihak (State
Parties) dari konvenan tersebut. Ditinjau dari segi tingkat ratifikasi, maka dapat
dikatakan kovenan ini memiliki tingkat universalitas yang sangat tinggi bila
dibanding dengan perjanjian internasional hak asasi manusia lainnya. Tidak salah
apabila kemudian kovenan ini dimasukkan menjadi bagian dari International Bill
of Human Rights. Meskipun sangat terlambat, di bawah kepresidenan Megawati
Soekrno Putri, pada tahun 2004 kita meratifikasi kovenan ini melalui UU No.
5
Ibid, hlm. 1
6
Ifdhal Kasim “Sedikit Tentang Konvenan Hak Sipil dan Politik”, Jakarta, Mei 2011, hlm. 1

6
12/2004. Dengan demikian Kovenan ini telah menjadi bagian dari hukum
nasional kita (the land of the law). Tulisan ini ingin mengetengahkan suatu
paparan pengenalan terhadap ICCPR, sekedar untuk mengantarkan memahami
secara garis besar Kovenan yang sangat penting ini. Karena itu tulisan ini tidak
akan masuk pada pembahasan detail terhadap semua.7
Masyarakat Internasional menyadari perlunya penjabaran hak-hak dan
kebebasan dasar yang dinyatakan oleh DUHAM ke dalam instrument
Internasional yang bersifat mengikat secara hukum. Sehubungan dengan hak itu,
pada tahun 1948, Majelis Umum PBB meminta Komisi Hak Asasi Manusia PBB
yang sebelumnya telah mempesiapkan rancangan DUHAM untuk menyusun
rancangan konvenan tentang HAM beserta rancangan tindakan pelaksaanaannya.
Komisi tersebut mulai bekerja pada Tahun 1949.
Setelah melalui perdebatan panjang, dalam sidang Tahun 1951, majelis
umum PBB meminta kepada komisi HAM PBB untuk merancang Konvenan
Hak Sipil dan Politik memuat sebanyak mungkin Pasal yang akan menetapkan
bahwa semua bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri. Komisi
HAM PBB tersebut berhasil menyelesaikan rancangan konvenan sesuai
konvenan sesuai dengan keputusan MU PBB pada 1951, dan setelah dilakukan
pembahasan pasal demi pasal, pada akhirnya Majelis Umum PBB melalui
resolusi No. 2200 A (XXI) mengesahkan Internasional Convenant on Civil dan
Political Rights (konvenan Internasional tentang Hak-hak sipil dan politik), dan
optional protocol to the internasional convenant on civil dan political rights
( opsional protocol konvenan internasional tentang hak sipil dan politik) secara
bersamaan pada 16 desember 1966 dan berlaku pada maret 1976.
Internasional Convenant on Civil and Political rights atau bisa disingkat
dengan ICCPR bertujuan untuk mengukuhkan pokok-pokok Hak Asasi Manusia
dibidang sipil dan politik yang tercantum pada DUHAM, sehingga menjadi
ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum dan penjabarannya mencakup

7
Ibid, hlm. 2

7
pokok-pokok lain yang terkait. Konvenan tersebut terdiri dari pembukaan dan
pasal-pasal yang mencakup 6 BAB dan 53 Pasal.
Negara Indonesia sendiri telah meratifikasi ICCPR pada 28 oktober 2005
melalui UU Republik Indonesia No. 12 Tahun 2005 tentang pengesahan
Internasional Convenant on Civil and Political Rights (konvenan Internasional
tentang Hak-hak sipil dan politik) yang disertai dengan deklarasi terhadap Pasal
1 tentang Pengesahan Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik.8
Hak-Hak Sipil Dan Politik Meliputi
1. Hak hidup
2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi
3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa
4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi
5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah
6. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum
7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama
8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi
9. Hak untuk berkumpul dan berserikat.
Perbedaan Hak Sipil Dan Politik
Hak sipil adalah hak kebebasan fundamental yang diperoleh sebagai
hakikat dari keberadaan seorang manusia. Hak politik ialah hak dasar dan
bersifat mutlak yang melekat di dalam setiap warga Negara yang harus dijunjung
tinggi dan di hormati oleh Negara dalam keadaan apapun.
Substansi Konvenan Hak Sipil dan Politik, ada empat alenia:
 Tanggungjawab untuk memajukan hak-hak pengakuan terhadap prinsip-
prinsip dalam pernyataan hak asasi manusia
 Mengakui cita-cita manusia yang bebas menikmati kebebasan sipil dan
politik, bebas dari ketakutan dan kemiskinan dengan menciptakan kondisi

8
http://hamblogger. Org/mengenal –kovenan-iternasional-tentang-hak-sipil-dan-politik/

8
dimana setiap orang dapat menikmati hak-hak sipil politik, ekonomi, social
dan budaya
 Menimbangbahwa berdasarkan piagam PBB bahwa Negara wajib untuk
memajukan dan penghormatan universal dan pentaatan atas hak asasi dan
kebebasan manusia
 Menyadari bahwa Negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk
memajukan hak asasi dalam konvenan ini.9
C. Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
Substansi Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya.Bagian
mukadimah dan bagian I Pasal 1 isinya sama dengan konvenan hak sipil dan
politik.
“Hak untuk menentukan nasib sendiri bebas menentukan status politik,
bebas mengejar kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya mereka. Hak untuk
mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusianya, dengan tetap
menghormati kewajiban-kewajiban yang timbul dari kerjasama ekonomi
internasional berdasarkan prinsip-prinsip saling menguntungkan, dan hukum
internasional. Tidak dibenarkan merampashak-hak suatu bangsa atas sumber-
sumber penghidupannya sendiri.Juga kewajiban bagi Negara-negara yang
memegang Perwalian”.
Bagian II. Janji Negara
Setiap Negara Pihak dalam Konvenan ini berjanji untuk mengambil
langkah-langkah baik secara individual maupun bantuan dan kerjasama
internasional, khususnya di bidang ekonomi dan tehnis sepanjang tersedia
sumber dayanya, untuk secara progresif mencapai perwujudan hak-hak secara
penuh hak-hak yang diakui oleh konvenan ini dengan cara cara yang sesuai,
termasuk dengan pengambilan langkah-langkah legislative.
Pasal 2 berjanji untuk menjamin bahwa hak-hak yang diatur dalam
konvenan ini akan dilaksanakan tanpa diskriminasi apapun seperti ras, warna
9
Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, “Aspek Internasional Hak Asasi Manusia”, (Denpasar:
Fakultas Hukum, Universitas Udayana, 2017), hlm. 3

9
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lainnya, asal-usul,
kebangsaan atau social, kekayaan, kelahiran, atau status lainnya. Pasal 2Negara-
negara berkembang, dengan memperhatikan hak asasi manusia dan
perekonomian nasionalnya, dapat menentukan seberapa jauh mereka dapat
menjamin hak-hak ekonomi yang diakui dalam konvenan ini kepada warga
Negara asing.
Pasal 2 janji untuk menjamin hak-hak yang sama antara laki-laki dan
perempuan untuk menikmati semua hak-hak ekonomi, social dan budaya yang
tercantum dalam konvenan ini.
Pasal 3. 7 Negara Pihak pada konvenan ini mengakui bahwa dalam hal
pemenuhan hak-hak yang dijamin oleh Negara sesuai dengan konvenan ini,
Negara hanya dapat mengenakan pembatasan hak-hak tersebut sesuai dengan
ketentuan hukum, sepanjang hal itu sesuai dengan sifat hak-hak tersebut, dan
semata-mata dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraanumum dalam suatu
masyarakat demokratis.10
D. Penegakan Hak Asasi Manusia Secara Internasional
Pemisahan oleh PBB terhadap hak asasi manusia dalam dua konvenan
mempertimbangkan manfaat praktis terutama implementasi HAM pada Negara-
negara penandatangan. Konvenan Hal sipil dan politik adalah dimaksudkan
bersifat universal yang memberi kewajiban yang bersifat mutlak kepada Negara (
Lihat pada janji Negara). Untuk itu diperlukan mekanisme internasional yang
dapat memaksakan agar hak-hak itu dapat dijamin. Sedangkan implementasi
Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya tidak bisa dipaksakan bersifat
mutlak karena sangat tergantung pada sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh
Negara-negara tidak sama, tetapi Negara penandatangan berkewajiban
mewujudkannya secara progresif. Pada prinsipnya hak-hak sipil dan politik,
maupun hak-hak ekonomi sosial dan budaya dimaksudkan bersifat universal,
tetapi tennis penegakkannya serta mekanismenya agak berbeda.

10
Ibid, hlm. 6-7

10
Mekanisme mempertahankan hak asasi manusia (Hak sipil dan
politik)secara internasional adalah sebagai berikut:
1. Individu/kelompok/Negara dapat menyampaikan pengaduan kepada Komisi
HAM internasional, dengan identitas lengkap (tidak anonim) secara tertulis.
2. Komisi HAM Internasional akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan
memperhatikan isi pengaduan tersebut. Pengaduan ini akan ditindaklanjuti
dengan syarat bahwa kasus tersebut tidak sedang diadili oleh Mahkamah
Internasional atau sedang diproses lewat pengadilan Nasional, atau bahwa
kasus tersebuttelah melalui proses peradilan / upaya hukum terakhir di
Negara tersebut (pasal 5 ayat 2 Optional Protokol to CPR). Bila dianggap
perlu Komisi HAM Internasional dapat melakukan investigasi atas kebenaran
laporan tersebut.
3. Komisi HAM Internasional selanjutnya menyampaikan isi laporan tersebut
kepada Negara tertuduh melakukan pelanggaran HAM. Dalam waktu 6 bulan
Negara yang diadukan harus memberi keterangan / atau pernyataan tertulis
kepada Komisi HAM Internasional, dengan menjelaskan masalahnya beserta
upaya penyelesaiannya (jika ada) yang telah ditempuh Negara tersebut (Pasal
4 Optional Protokol).
4. Komisi HAM kemudian akan menyampaikan sikap dan pandangannya
kepada negara tertuduh dan kepada pelapor. Kemudian Komisi HAM
Internasional akan menyampaikan hasil kerja kepada majelis umum PBB,
melalui Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) sesuai dengan Pasal 4
CCPR.PBB akan menentukan sikap terhadap pelanggaran tersebut, termasuk
menjatuhkan sanksi-sanksi kepada Negara, bisa berupa penundaan bantuan,
embargo ekonomi, tindakan militer dan sebagainya tergantung kasusnya.
Atau membawa kasus itu ke Pengadilan Kejahatan Internasional
(International Crime Court) untuk kejahatan HAM Berat (Statuta Roma
1998).11
11
Institute For Criminal Justice Reform, “Mengenal Konvenan Hak Sipil dan Politik”, ..., hlm.
7-8

11
Sementara untuk mewujudkan pemenuhan hak ekonomi, social dan
budaya bagi Negara-negara dianjurkan untuk mewujudkan hak-hak itu sesuai
dengan kondisi dan situasi tiap-tiap Negara. Negara-negara penandatangan dan
anggota PBB lainnya berkewajiban memberi laporan perkembangan HAM
Ekonomi, Social dan Budaya dalam bentuk Progress Reportsetiap tahun sekali
kepada Dewan Ekonomi, Sosial dan Budaya.
UDHR dan kedua Konvenan di atas merupakan hukum dasar hak asasi
manusia, yang wajib diimplementasikan oleh Negara-negara, khusus untuk
konvenan hak sipil dan politik mengikat semua Negara di dunia, baik yang belum
meratifikasi, maupun Negara bukan anggota PBB, jadi berlaku
universal.Implementasi hak asasi manusia (UDHR dan kedua Konvenan)
ditindak lanjuti dan dilaksanakan dengan konvensi-konvensi internasional
lainnya di segala bidang kehidupan, termasuk di bidang bisnis internasional.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Substansi Konvenan Hak Sipil dan Politik dalam bagian I nya
membahsamengenai Hak dan Kewajiban setiap Negara, yaitu hak menentukan
nasib sendiri, hak untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya
manusianya, dan kewajiban bagi Negara-negara yang memegang perwalian.
Pada bagian II mengatur mengenai janji Negara peratifikasi, yaitu: janji
untuk menghormati dan menjamin hak-hak dalam wilayah hukumnya dengan
prinsip non diskriminasi, janji melaksanakan dan memuatnya dalam konstitusi,
UU dan kebijakan lainnya, janji melaksanakn penegakannya lewat badan
peradilan dan eksekusi, jani untuk menjamin prinsip non diskriminasi gender.
Pada bagian III mengatur mengenai hak-hak yang termasuk kedalam ham
sipil dan politikSubstansi Konvenan Hak ekonomi, sosial dan budaya, pada
bagian I isinya sama dengan isi konvenan hak sipil dan politik. Pada bagian II
mengatur tentang Janji Negara yang diatur dalam Pasal 2-4 Konvenan Hak
ekonomi, sosial dan budaya.Pokok Bahasan ketiga tentang penegakan HAM
secara Internasional ditentukan bahwa Konvenan Hak Sipil dan Politik bersifat
universal yang memberikan kewajiban yang bersifat mutlak kepada Negara
sehingga diperlukan mekanisme internasional yang dapat memaksakan agar hak-
hak itu dapat dijamin. Sedangkan implementasi Konvenan Hak Ekonomi Sosial
dan Budaya tidak bisa dipaksakan bersifat mutlak karena sangat tergantung pada
sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh Negara-negara tidak sama, tetapi
Negara penandatanganberkewajiban mewujudkannya secara progresif.
B. Saran
1. Dengan adanya makalah ini hendaknya dapat memberikan gambaran kepada
pembaca bahwasanya mempelajari Aspek Hukum Internasional HAM
pustaka itu sangat penting.
2. Penulis berharap kepada pembaca agar makalah ini dapat dijadikan bahan
untuk diskusi.
3. Dalam karya ilmiah ini, penulis merasakan banyaknya kekurangan karena
keterbatasan ilmu penulis, oleh karena itu kepada para pembaca agar

13
memberikan kritikan-kritikan dari sarannya untuk kesempurnaan karya
ilmiah penulis sendiri untuk masa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

El Muhtaj, Mahja. 2013. “Dimensi-dimensi HAM: Mengenai Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya”. Jakarta: Rajawali pers.

Justice Reform, Institute For Criminal. 14, Mei 2012. “Mengenal Konvenan Hak Sipil
dan Politik”.

Kasim, Ifdhal. Mei 2011. “Sedikit Tentang Konvenan Hak Sipil dan Politik”. Jakarta.

Sinaga, Thor B. “Peranan Hukum Interernasional Dalam Penegakan Hak Asasi


Manusia”, Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus.

Yuliartini Griadhi, Ni Made Ari. 2017. “Aspek Internasional Hak Asasi Manusia”.
Denpasar: Fakultas Hukum, Universitas Udayana.

http://hamblogger. Org/mengenal –kovenan-iternasional-tentang-hak-sipil-dan-politik/.

“Dekralari Universal Hak Asasi Manusia”, Diterima dan diumumkan oleh Majelis
Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III), hlm. 2
https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-deklarasi-universal-hak-asasi--
$R48R63.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai