Disusun Oleh :
MatangglumpangDua,September 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Nugroho (2012:10), pada hakekatnya pernikahan adalah suatu
ikatan janji setia antara pihak suami dan pihak istri yang didalamnya terdapat
suatu bentuk tanggung jawab dari kedua belah pihak.
Pernikahan sama artinya dengan mempersatukan dua orang bahkan dua
keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Maka dari itu dalam setiap
pernikahan akan selalu terjadi perubahan dan masalah akan sering muncul.
Hal yang paling penting untuk menghadapinya adalah persiapan yang matang
seperti saling memahami motivasi, visi dan misi menikah, saling memahami
latar belakang sosial, ekonomi, adat istiadat serta budaya masing-masing
pasangan.
Menurut WHO (2002) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuh berhubungan
reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.
Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia masih sangat perlu diberikan
perhatian khusus, United Nations Development Economic and Sosial Affairs
(UNDESA, 2010) menyatakan bahwa Indinesia termasuk negara ke-37
dengan persentase pernikan usia muda tertinggi kedua di ASEAN setelah
Kamboja.
Menurut Amalia dan Siswantara (2018) dalam penelitiannya tentang
Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi memiliki pengetahuan yang
kurang tentang kesehatan reprosuksi. Dalam penelitian lain jyga
menggambarkan calon pengantin (catin) yang belum mengetahui tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, dalam hal ini pendidikan kesehatan
reproduksi dan seksual yang sudah dijabarkan dalam masing-masing aspek
sepertri bagaimana merawat kesehatan reproduksi, organ reproduksi,
kehamilan, proses perkembangan janin, imunisasi tetanus, alat kontrasepsi,
1
dan sebagainya (Nugraheni, 2018). Jumlah persentase pengetahuan catin
tentang kesehatan reproduksi yang digambarkan tersebut masih cukup besar
dan perlu perhatian khusus dari pemerintah.
Tujuan dari pernikahan adalah untuk mencapai kehidupan rumah tangga
yang behagia, tentram, aman serta nyaman. Maka dari itu, setiap calon
pengantin hendaknya mempunyai bekal yang cukup untuk menyiapkan
kebutuhan yang nantinya akan dihadapi dalam membina rumah tangga, baik
moril maupun materil (Amalia, 2018). Oleh karenanya dibutuhkan adanya
tindakan pencegahan yang tidak hanya diterapkan kepada pasangan yang telah
menikah, namun sangat penting untuk diketahui sejak dini oleh pasangan
berencana melakukan pernikahan atau pada calon pengantin seperti persiapan
pra-nikah dan Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE). Hal ini dilakukan agar
calon pengantin dapat mempersiapkan diri menjalani kehidupan berkeluarga.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain :
1. Tujuan Umum:
Untuk lebih mengetahui tentang pengertian Pranikah
2. Tujuan Khusus:
a) Untuk mengetahui pengertian Pranikah
b) Untuk mengetahui persiapan pranikah
c) Untuk mengetahui persiapan kedua pasangan sebelum menikah
d) Untuk mengetahui langkah-langkah menuju pernikahan
e) Untuk mengetahui tujuan dan hikmah pernikahan
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, selain meningkatkan proses belajar atau
menyelesaikan tugas, tetapi juga menambah wawasan mahasiswi dalam
pengetahuan tentang Pernikahan.
2
2. Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini, masyarakat lebih mengerti tentang
pengertian, rencana dan permasalahan dalam Pernikahan
3. Manfaat bagi Institusi
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di
Diploma III Kebidanan, khususnya tentang Pernikahan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pranikah
Menurut Undang-Undang Pernikahan Pasal 1 No 1 tahun 1974
menyatakan bahwa pernikahan adlah suatu ikatan lahir antara seorang pria dan
wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sigelman
(2003:37) mendefinisikan pernikahan adalah sebagai sebuah hubungan antara
dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami istri. Dalam
hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan istri
yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih
saynag, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua.
Menurut Nugroho (2012:10), pada hakekatnya pernikahan adalah suatu
ikatan janji setia antara pihak suami dan pihak istri yang didalamnya terdapat
suatu bentuk tanggung jawab dari kedua belah pihak. Pernikahan sama artinya
dengan mempersatukan dua orang bahkan dua keluarga dengan latar belakang
yang berbeda. Maka dari itu dalam setiap pernikahan akan selalu terjadi
perubahan dan masalah akan sering muncul. Hal yang paling penting untuk
menghadapinya adalah persiapan yang matang seperti saling memahami
motivasi, visi dan misi menikah, saling memahami latar belakang sosial,
ekonomi, adat istiadat serta budaya masing-masing pasangan.
Menurut BPS (2010), pernikahan adalah sebuah status dari mereka yang
terikat dalam pernikahan dalam pencacahan, baik tinggal bersama maupun
terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat,
agama, Negara, dan sebagainya), tetapi mereka yang hidup bersama dan oleh
masyarakat sekeliling dianggap sah sebagai suami dan istri.
4
B. Persiapan Pranikah
Persiapan pranikah adalah hal-hal yang harus dipersiapkan oleh calon
pengantin (catin) sebelum menikah. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (2014) menjelaskan bahwa hal-hal yang harus dipersiapkan oleh
calon pengantin sebelum menikah adalah sebagai berikut :
1. Persiapan fisik
a) Pemeriksaan status kesehatan yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi nafas).
b) Pemeriksaan darah rutin yaitu pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb),
Trombosit dan Leukos
c) Pemeriksaan darah yang dianjurkan yaitu pemeriksaan golongan darah
dan Rhesus, pemerikasaan Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalesemia,
Hepatitis B dan C, dan Pemeriksaan TORCH (Toksoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes simpleks).
d) Pemeriksaan urin rutin
1. Persiapan gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi
beserta defisiensiasam folat.
2. Satatus imunisasi TT
Imunisasi TT catin adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus pada calon pengantin.
Tujuan dilakukannya imunisasi TT pada calon pengantin adalah untuk
melindungi pada saat hamil dari penyakit tetanus dan melindungi bayi
yang akan dilahirkan dari penyakit Tetanus Neontorum (kejang
tetanus)
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk
mencapai kekebalan penuh.
a) TT I diberikan sebelum dilakukan pernikan.
5
b) TT II diberikan 4 minggu setelah TT I, lama perlindungannya 3
tahun.
c) TT III diberikan 6 bulan setelah TT II, lama perlindungannya 5
tahun.
d) TT IV diberikan 1 tahun setelah TT III, lama perlindungannya 10
tahun.
e) TT V diberikan 1 tahun setelah TT IV, lama perlindungannya 25
tahun.
3. Menjaga kebersihan organ reproduksi
a) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan
nonsintetik.
c) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan kebelakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan
handuk atau tisu.
d) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab atau bau.
e) Khusus untuk perempuan (tidak boleh terlalu sering
menggunakan cairan pembilas vagina. Jangan memakai pembalut
tipis dalalm waktu lama. Pergunakan pembalut ketika
menstrusasi dan diganti paling lama 4 jam sekali atau setelah
buang air. Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan
berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.)
f) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.
6
seks yang sehat. Banyak orang yang sudah menikah tapi tidak tahu
bagaimana berhubungan seks dengan sehat dan menyenangkan bagi
masing-masing pasangan. Hal ini penting karena merupakan bagian dari
kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.
2. Persiapan religi
Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui
dalam pernikahan itu harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum
menikah sampai pernikahan itu sendiri juga setelah menikah tidak boleh
jauh dari nuansa penghambaan diri kepada Allah. Sebelum menikah
peningkatan kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa
kepada Allah untuk mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang
akan menjadi penyejuk mata.
3. Persiapan psikologis
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari
masa-masa sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang
berbeda yang berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda.
Didalamnya terbuka semua sifat-sifat asli masing-masing. Mempersiapkan
diri untuk berlapang dada menghadapi segala kekurangan pasangan adalah
hal yang mutlak diperlukan. Begitu juga cara-cara mengkomunikasikan
pikiran dan perasan kita dengan baik kepada pasangan juga perlu
diperhatikan, agar emosi negatif tidak mewarnai rumah tangga kita.
7
2. Khitbah (lamaran)
Setelah kedua mempelai merasa cocok satu sama lain dan yakin
untuk melanjutkan langkah ke pernikahan, maka tahapan selanjutnya
adalah khitbah atau lamaran. Khitbah atau lamaran ini biasanya
dilakukan oleh dua keluarga, baik dua keluarga besar maupun hanya
keluarga inti.
3. Nikah
Setelah khitbah atau lamaran, tahapan selanjutnya adalah
pernikahan yang menjadi tahapan utama. Inilah momen saat sang
mempelai lelaki menjabat tangan wali dari mempelai perempuan
hingga keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.
4. Walimah
Setelah dilangsungkan akad nikah, maka hendaknya dilakukan juga
walimah atau yang dikenal masyarakat kita dengan sebutan resepsi.
Memang tidak diharuskan mengadakan resepsi besar-besaran yang
justru seringkali menjadi penghambat seseorang untuk menikah.
Rasulullah sendiri menyarankan untuk melakukan walimah sekedar
untuk berbagi kebahagiaan dengan kerabat dan saudara.
8
menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat
berikut :“Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu
boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara
yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh
istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim.”
c) Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah
kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut
pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi
peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal
shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk
ibadah (sedekah).
d) Untuk memcari keturunan yang shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan
dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :“Artinya :
Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri
dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan
cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari
nikmat Allah ?”.Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan
hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan
membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang
shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih
tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang
benar.
9
e) Hikmah pernikahan
Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia
didunia ini berlanjut, darigenerasi ke generasi. Selain juga menjadi
penyalur nafsu birahi, melalui hubungan suami istri serta menghindari
godaan syetan yang menjerumuskan. Pernikahan juga berfungsi untuk
mengatur hubungan laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas
saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan penghormatan
muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas didalam rumah
tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan
suasana yang menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan
kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :
a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan
berkembang biak dan berketurunan.
b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista
dan mampu mengekang syahwat serta menahan pandangan
dari sesuatu yang diharamkan.
c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa dengan cara
duduk-duduk dan bercengkramah dengan pacarannya.
d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan merupakan bibit pertama dan cikal bakal kehidupan
masyarakat, dan aturan yang bersifat alami bagi alam semesta serta
sunnatullah untuk menjadikan kehidupan semakin bernilai dan mulia. Ketika
Islam menganjurkan kepada laki-laki dan wanita agar memilih jodoh yang
baik semata-mata untuk mendapatkan keturunan yang baik dan mulia yang
mampu menjadikan pemimpin agama dan umat di masa yang akan datang dan
anak shalih yang kita harapkan bersama. (Rasjid, Sulaiman, 2006).
Namun sebelum memikirkan ke arah itu anda harus memilih isteri yang
shalihah untuk menjadi pendamping dan pendidik bagi anak-anak anda serta
pemegang amanah bagi rumahmu, karena rumah tangga yang Islami menjadi
bibit terbentuknya masyarakat yang Islami sekaligus berfungsi sebagai
benteng aqidah yang kokoh maka hendaklah seorang muslim membangun
benteng yang kokoh lebih dahulu, karena hal itu lebih utama harus
diperhatikan dan sebelum melakukan pernikan kita harus mengetahui apa saja
yang harus dipersiapkan (persiapan pranikah) untuk memulai pernikahan.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan adanya makalah ini, selain meningkatkan proses belajar
atau menyelesaikan tugas, tetapi juga menambah wawasan mahasiswi
dalam pengetahuan tentang Pernikahan.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan Dengan adanya makalah ini, masyarakat lebih mengerti tentang
pengertian, rencana dan permasalahan dalam Pernikahan.
3. Manfaat bagi institusi
Sebagai salah satu acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di
Diploma III Kebidanan, khususnya tentang Pernikahan.
11
4. Bagi peserta
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman tentang rencana dan permasalahan dan pernikahan
12
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta : Kemenkes RI.
13
DOKUMENTASI
14