PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan disebutkan
bahwa pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pernikahan terdapat tanggung jawab,
komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk keluarga yang sakinah,
mawadah dan warohmah. Untuk mewujudkannya setiap calon pengantin hendaknya
mempunyai bekal yang cukup agar dapat membangun suatu keluarga yang bahagia, tentram,
aman dan nyaman (Atoillah 2012).
Setiap individu yang akan melangsungkan pernikahan atau yang biasa di sebut Calon
Pengantin (Catin) hendaknya harus menyiapkan kebutuhan yang nantinya akan digunakan
untuk membina rumah tangga, tidak hanya persiapan modal uang yang cukup, tetapi mental
serta Kesehatan juga sangat diperlukan, karena hal tersebut merupakan faktor penting untuk
memenuhi kebutuhan psikologis calon pengantin (Amalia and Siswantara 2018).
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premental Chek Up) adalah sekumpulan pemeriksaan
yang dilakukan oleh calon pengantin untuk mendeteksi dan memastikan status kesehatannya,
terutama penyakit menular, menahun dan turunan yang dapat berpengaruh terhadap
kesuburan dan kesehatan janin (Atoillah 2012). Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan genetik, penyakit menular dan infeksi melalui darah, baik dengan pemeriksaan
maupun dengan pengambilan sample darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar
penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat
bersama keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan premarital skrining yang disarankan
adalah 6 bulan sebelum calon mempelai menikah. Pemeriksaan premarital yang terdiri atas
pemeriksaan umum, yakni uji pemeriksaan fisik secara lengkap (Kemenkes RI 2018).
Pemeriksaan melalui darah ini dilakukan karena umumnya status kesehatan dapat dilihat
melalui darah. Contohnya pemeriksaan tekanan darah yang tinggi dapat berbahaya bagi
kandungan sebab membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat. Selain itu
pengambilan sampel pada pemeriksaan penunjang juga dapat mengetahui apakah pasangan
tersebut mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak, misalnya Hepatitis, HIV/AIDS.
Selanjutnya, pemeriksaan penyakit hereditas atau penyakit diturunkan dari kedua orang tua,
misalnya gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa memproduksi
hemoglobin (sel darah merah) secara normal (Kemenkes RI 2018).
Pemeriksaan penyakit menular harus dilakukan oleh calon pengantin, diantaranya seperti
hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan,
mengingat penyakit-penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Pemeriksaan premarital organ reproduksi juga sangat penting, Pemerikaan ini berkaitan
dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk pria maupun wanita. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan
(Kemenkes RI 2018).
Dalam Premental Chek Up calon pengantin selain akan menjalani pemeriksaan
kesehatan lengkap juga akan mendapatkan imunisasi. Salah satunya adalah imunisasi
Tetanus Toksoid (TT). Dasar program penerapannya tertuang pada Permenkes RI Nomor 12
tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi yaitu imunisasi lanjutan yang diberikan pada
Wanita Usia Subur (WUS) sehingga dapat terlaksananya kesepakatan Internasional terkait
Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN). Imunisasi tingkat lanjut adalah
pengulangan imunitas dasar untuk menjaga tingkat imunitas dan memperpanjang umur
perlindungan. Imunisasi ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita. Wanita usia subur
(WUS) yang divaksinasi dengan vaksin Tetanus Toksoid (TT) berada pada kelompok usia 15-
39 tahun, meliputi ibu hamil dan ibu tidak hamil (Kemenkes RI, 2019).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 97 tahun 2014 Pelayanan Kesehatan
Prakonsepsi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menuju kehamilan yang
sehat. Salah satu pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pranikah di masyarakat
yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama atau Puskesmas. Pada pelayanan pranikah yang
dilaksanakan di Puskesmas selaini pemeriksaan Kesehatan pada pasien, pendidikan
Kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam membina sebuah rumah tangga yang sejahtera.
Menurut penelitian Dean et al. (2013), mengemukakan bahwa topik-topik penting yang
disarankan dalam perawatan prakonsepsi meliputi pendidikan kesehatan paada wanita dan
pasangannya (health promotion), identifikasi faktor risiko (risk assessment) dan asuhan sesuai
dengan faktor risiko (interventions) pada wanita dan pasangannya untuk mengurangi faktor
risiko yang dapat mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan dating (Dean, Rudan, et
al. 2013). Dalam penelitiannya Dean yang lain juga mengungkapkan bahwa Asuhan
prakonsepsi memiliki potensi untuk memberikan dampak positif bagi 208 juta kehamilan di
seluruh dunia setiap tahun. Asuhan prakonsepsi berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang
kurang baik yang memungkinkan mempengaruhi kehamilan. Adapun sasaran program asuhan
prakonsepsi adalah pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan pengantin
sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kehamilan yang sehat
(Dean, Imam, et al. 2013).
Menurut penelitian Dewi Susanti (2018) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin didapatkan kesimpulan bahwa
pendidikan kesehatan pranikah berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap calon
pengantin. Hal ini dikarenakan media pendidikan kesehatan dapat memperluas pemikiran
calon pengantin dalam menyingkapi masalah serta menambah atau meningkatkan wawasan
mengenai pendidikan kesehatan pranikah (Susanti, Rustam, and Doni 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana
penerapan asuhan kebidanan pranikah pada Nn.A usia 24 tahun dengan Imunisasi TT calon
pengantin di Puskesmas Kedungbanteng?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam pengalaman
nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan pranikah dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan Pra Nikah pada calon
pengantin secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam pengalaman
nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dimulai dengan pengkajian data subyektif,
obyektif, menegakkan diagnosa dan memberikan tatalaksana secara komprehensif dan
melakukan evaluasi.
D. Manfaat
1. Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam membantu terlaksananya program puskesmas dengan
mengaplikasikan teori dan praktik asuhan kebidanan pada pra nikah.
2. Klien
Menambah pengetahuan ibu mengenai asuhan kebidanan pra nikah pada calon
pengantin serta meningkatkan pengetahuan kepada calon pengantin mengenai
pendidikan kesehatan filosofi pra nikah, informasi pra nikah, persiapan pra nikah, nutrisi
pra nikah, informasi tentang kehamilan, persalinan, nifas, informasi tentang Infeksi
Menular Seksual, informasi tentang kanker leher rahim dan kanker payudara, informasi
tentang gangguan dalam kehidupan seksual suami isteri, mitos pada perkawinan.
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat terlaksannya pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama (FKTP) dan jejaringannya.
4. Institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber tambahan pustaka atau
referensi dan sebagai salah satu media dalam kegiatan belajar mengajar serta menjadi
acuan dalam penulisan laporan-laporan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Tinjauan Teori Medis
a. Filosofi Pernikahan
Pernikahan sejatinya adalah sebuah perjanjian atau pengikatan suci antara
seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi rasa saling mencintai satu sama lain,
saling suka dan rela antara kedua belah pihak. Sehingga tidak ada keterpaksaan satu
dengan yang lainnya. Perjanjian suci dalam sebuah pernikahan dinyatakan dalam sebuah
ijab dan qobul yang harus dilakukan antara calon laki-laki dan perempuan yang kedua-
duanya berhak atas diri mereka (M.Khoiruddin 2019).
Pernikahan salah satu bagian dari siklus kehidupan yang dilalui manusia untuk
melanjutkan keturunan. Karena siklus ini diharapkan hanya akan dilalui satu kali dalam
satu masa kehidupan. Sehingga pernikahan menjadi hal yang urgent bagi kita semua
untuk mempelajarinya dan mengatahui makna dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan
mengembangkan hubungan atas dasar cinta dan kasih (mawadah wa rahmah).
Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan berarti bahwa
disamping saling bertanggung jawab anatara satu dengan yang lain, suami isteri juga
bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang dilakukan dalam peran
dan fungsi mereka sebagai suami isteri (Kemenkes RI 2015).
Pernikahan menurut Undang-undang Republik Indonesia No 1 tahun 1974 yang
diperbarui dengan Undang-undang Republik Indonesia No 16 tahun 2019, dinyatakan
bahwa pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk kelarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam undang-undang tersebut batas usia
menikah untuk seorang anak laki –laki dan perempuan sama yaitu 19 tahun.
Dalam pandangan Islam pernikahan adalah suatu ikatan yang kokoh dan
lembaga yang disucikan dalam masyarakat Islam, sebagai wadah untuk menentramkan
jiwa, tempat berteduh yang tenang dan damai. Hukum pernikahan ialah ibadah (Astiwara
2018).
Tujuan dan manfaat pernikahan yaitu :
1) Sakinah
Sakinah merupakan tujuan atau manfaat suatu pernikahan yang darinya akan
tumbuh saling mendekat dan melunaknya qalbu.
2) Memelihara diri (‘iffah)
3) Memiliki keturunan
Sedangkan menurut hukum adat suatu pernikahan merupakan urusan
kerabat/urusan masyarakat, urusan pribadi satu sama lain dalam hubungan yang
berbeda-beda, atau merupakan salah satu cara untuk menjalankan upacara-upacara
yang banyak corak ragamnya menurut tradisi masing-masing. Dalam pernikahan terdapat
tanggung jawab, komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk
keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Untuk mewujudkannya setiap calon
pengantin hendaknya mempunyai bekal yang cukup agar dapat membangun suatu
keluarga yang bahagia, tentram, aman dan nyaman (Atoillah 2012).
b. Informasi Pranikah
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis dalam upaya
peningkatan kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan, banyak calon
pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi dalam berkeluarga, sehingga setelah menikah kehamilan sering tidak
direncanakan dengan baik serta tidak di dukung oleh status kesehatan yang optimal. Hal
ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko penularan
penyakit, komplikasi kehamilan, kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi serta tingginya
angka perceraian. Pemberian komunikasi informasi dan edukasi tentang kesehatan
reproduksi kepada calon pengatin sangat diperlukan untuk memastikan setiap calon
pengantin mempunyai pengetahuan yang cukup dalam merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan keluarga yang sehat (Kemenkes RI, 2018).
Pendidikan calon pengantin sangat berperan penting untuk meningkatkan bekal
calon pengantin salah satunya adalah pengetahuan tentang kesehatan Pranikah. Dimana
dengan pemahaman yang cukup mengenai kesehatan Pranikah, calon pengantin dapat
menjalani pernikahan yang sehat dan aman. Calon pengantin perlu dibekali pengetahuan
yang cukup tentang kesehatan Pranikah dan hak-hak Pranikah sehingga calon pengantin
siap menjadi seorang ibu dan seorang ayah.
Dalam penelitian Dewi Susanti (2018) yang berjudul Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Pranikah terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin didapatkan hasil
penelitian bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan pranikah terhadap tingkat
pengetahuan calon pengantin ( p value 0,001) di Kecamatan Lubuk Begalung Kota
Padang tahun 2017, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p=0,039 < 0,05. Hasil
penelitian ditemukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan pranikah terhadap sikap
calon pengantin ( pvalue 0,035) di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. Dengan ini
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan pranikah berpengaruh terhadap
pengetahuan dan sikap calon pengantin. Hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan dapat
memperluas pemikiran calon pengantin dalam menyingkapi masalah serta menambah
atau meningkatkan wawasan mengenai pendidikan kesehatan pranikah (Susanti, 2018).
Selain itu, Riantini Amalia (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya” juga mengungkapkan bahwa pendidikan Kesehatan yang dilaksanakan cukup
efektif untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin mengenai Kesehatan
reproduksi (Amalia and Siswantara 2018). Oleh karena itu calon pengantin diberikan
informasi seperti berikut :
1) Kesehatan Reproduksi
Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan
isteri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi
bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada
pada kondisi yang baik.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses
reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan reproduksi dapat
terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya kehamilan remaja, aborsi tidak
aman, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta penyakit menular seksual
(Kemenkes RI, 2019).
Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan laki-
laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki. Peran
sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia,
misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang
tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi
perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan
reproduksi yang dihadapi perempuan karena menyebabkan perempuan kehilangan
kendali terhadap kesehatan, tubuh dan fertilitasnya.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi,
seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat
kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan lebih rentan secara
sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan IMS
termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki
kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan
tanggung jawab laki-laki. Walaupun korban kekerasan adalah perempuan dan laki-
laki, perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan
kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-
laki atau hubungan gender yang tidak setara (Kemenkes RI, 2018).
2) Hak Reproduksi dan Seksual
Menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pada bagian keenam tentang
Kesehatan Reproduksi dinyatakan bahwa setiap orang berhak:
1) Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, serta
bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.
2) Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan,
dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan
martabat manusia sesuai dengan norma agama.
3) Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara
medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
4) Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
Yang artinya kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang
sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya serta
menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan (BKKBN 2019).
Hak Reproduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin,
termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan
medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti
tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa
terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan. Pihak
perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan,
serta memperoleh bayi yang sehat. Hubungan suami isteri harus didasari
penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang
penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
menular seksual (IMS) dan memahami upaya pencegahan dan penularannya yang
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-laki, perempuan dan
keturunannya (BKKBN 2019).
3) Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan
Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Nilai IMT
Status Gizi Kategori IMT
Normal 18,5-25,0
TT I 0
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan
keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang peka
budaya kepada klien (Walyani, 2015).
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan klien
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Walyani, 2015).
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan yang dapat merusak
janin, dan persalinan prematur (Walyani, 2015).
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien, sehingga
lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert mengetahui jarak rumah dengan
tempat pelayanan kesehatan (Walyani, 2015).
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah untuk
memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain yang
disampaikan dengan kata – katanya sendiri
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke
fasilitas kesehatan
j) Riwayat Obstetri
(1) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien menstruasi.
Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun.
(2) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur atau tidaknya
setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari.
(3) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal adalah
kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
(4) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi tanda kontroksi
uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015).
(5) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang keluar saat
Menurut Walyani (2015) normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan
gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit umum
yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami dahulu.
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan skrining untuk
mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang telah diperoleh selama
hidupnya (Kemenkes RI 2014). Berikut ini jadwal pemberian imunisasi yang
sudah pernah mendapatkan imunisasi TT.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rika tahun 2018 tentang Hubungan
antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga tentang Imunisasi TT pada
Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi bahwa hasil dari uji
statistik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan responden dengan
kepedulian melakukan imunisasi TT di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung
Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018 menggunakan uji Chi Square dengan
tingkat probabilitas α : 0,05. Setelah mengolah data ternyata terdapat 0 sel
(8,17%) dengan frekuensi harapan < 5, sehingga dianalisis menggunakan
continuity correction didapatkan nilai p value = 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05).
Berdasarkan kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya ada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang imunisasi TT pada calon pengantin dengan
kepedulian melakukan imunisasi di KUA (Rika, 2018).
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda
kehamilan atau tidak.
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
(1) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan pola
makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan pantangan.
(2) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah selama
BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
(3) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan mandi minimal 2 kali
sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari,
berkeramas lebih sering dan menjaga kebersihan kuku.
(4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat diperlukan
calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2 jam, malam hari
yang normal adalah 6-8 jam.
(5) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang seberapa
berat aktivitas pasien.
(6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti minum jamu,
merokok, minum-minuman keras, dan obat terlarang dan kebiasaan lainnya
(Walyani, 2015).
o) Riwayat Psikososial Spiritual
(1) Persiapan Acara Pernikahan
Menurut penelitian yang dilakuakn oleh Anisah tahun 2015 tentang
Efektifitas Suscatin (Kursus Calon Pengantin atau Konseling Pranikah)
dalam Membentuk Keluarga Bahagia hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa korelasi 0,724 dengan signifikasi 0,000, karena signifikasi < 0,05,
maka H0 ditolak dan Hi diterima. Konseling pranikah efektif dalam
membentuk keluarga Bahagia (Anisah 2015).
(2) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam menekan tingginya
angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan problem keluarga
lainnya. Tata cara pelaksanaan dan materi yang akan disampaikan dalam
kursus pra nikah telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
(3) Persiapan Psikologis
(4) Persiapan Spiritual
(5) Identitas Karakter
(6) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien dan pasangan
mengenai persiapan pernikahan yang akan dilakukan.
2) Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
(1) Pemeriksaan Umum
(a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang
baik terhadeap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri
(b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis
sampai dengan koma.
(c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg)
(KemenkesRI 2018). Menurut Walyani (2015) tekanan darah normal berkisar
systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg.
(d) Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira 70 denyut per menit
dengan rentang antara 60 – 100 denyut per menit (Mandriwati, 2009).
(e) Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati, 2009).
(f) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila frekuensi
pernafasan lebih dari normal disebut takipnue dan jika frekuensi pernafasan
kurang dari normal disebut bradipnue (Astuti, 2012).
(g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terhadap dua kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus
selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan
penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat
badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang
meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan
berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
Berat badan dipengaruhi input nutrisi yang seimbang. Menurut
penelitian Fauziyah (2012) bahwa ada perbedaan bermakna pada
pengetahun p value : 0.001, sikap p value : 0.039 dan praktik p value : 0.000
sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi
menggunakan pengukuran dengan pre-test dan post-test.
Menurut penelitian Ningrum (2018) bahwa IMT terkecil 17 kg/m2 dan
IMT terbesar 30 kg/m2. Sedangkan berat badan terendah 2200 gram dan
terbesar 3800 gram. Pada panjang badan terpendek 46 cm dan terpanjang
50 cm. Ada hubungan antara IMT prahamil terhadap berat badan bayi lahir
sebesar p<0.01. Ada hubungan antara IMT prahamil terhadap panjang
badan bayi lahir sebesar p<0.01.
(h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan
tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada
masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan membandingkan
berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil. Bila
ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu kurang
(Mandriwati, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damayanthi (2017) tentang
Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan uji exact fisher,
diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut berarti Ha ditolak, Ho
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
status gizi calon penganti dengan kadar hemoglobin ibu hamil.
(j) Status Present
1. Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati,
2009).
2. Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
3. Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret
(Sulistyawati, 2009).
4. Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009).
5. Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu
(Saminem, 2009).
6. Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan adanya
kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih
(Saminem, 2009).
7. Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis (Saminem, 2009).
8. Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan (Saminem,
2009).
9. Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009).
10.Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau tidak
(Sulistyawati, 2009).
11.Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak
ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit
berwarna putih tidak berbau, keadaan normal terdapat pengeluaran
cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015).
12.Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
13.Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009).
14.Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk, 2010; h.
92 - 93). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan
pergerakan tidak ada (Saminem, 2009).
(2) Pemeriksaan Penunjang
Apabila ada indikasi kesehatan.
3) Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan
merujuk klien.
(1) Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
(2) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal yang sedang dialami wanita.
Diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian,normalnya tidak terjadi
masalah (Marmi, 2012).
(3) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat diabaikan
(4) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
4) Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil x analisa dan interpretasi data.P dalam
SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam dan ketujuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH PADA Nn. L 23 TAHUN
DENGAN IMUNISASI TT CALON PENGANTIN
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 12 Maret 2022
Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Ruang KIA
Biodata :
1. Nama : Nn. L 1. Nama Pasangan : Tn. T
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 25 tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku Bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta 6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Tonggara 11/4 7. Alamat : Slawi 1/2
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Nn. L mengatakan ingin imunisasi TT
2. Keluhan Utama:
Tidak ada keluhan
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : Tidak ada nyeri haid
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Banyaknya : 3-4 x ganti pembalut
4. Riwayat Kesehatan :
Penyakit / kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Nn. L mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, jantung,
paru-paru, asma, diabetes, TBC, HIV, dan hepatitis.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Nn. L mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah dan sedang menderita
penyakit hipertensi, jantung, paru-paru, asma, diabetes, TBC, HIV, dan hepatitis.
5. Riwayat Imunisasi : Tidak pernah *)
Jenis Tanggal Tempat
Keluhan
Imunisasi pelaksanaan Pemberian
TT1 - - -
TT2 - - -
MMR - - -
Varicella - - -
6. Rencana KB: Nn. L mengatakan belum ada rencana KB karena setelah menikah tidak
ingin menunda kehamilan.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
Komposisi :
Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang)
Lauk: 3 x @1 potong (sedang), jenisnya : Ayam, telur, tempe, tahu
Sayuran : 2 x @ 1/2 mangkuk sayur jenis sayuran kangkung, bayam,
Buah : 1 x sehari / seminggu; jenis : Jeruk, pisang
Camilan : 1 x sehari; jenis : Keripik
Pantangan : Nn. L mengatakan tidak ada pantangan makan.
2) Minum
Jumlah total 7-8 gelas perhari; jenis : Air putih, Teh, Kopi, Susu
b. Eliminasi
1) Buang Air Kecil :
Frekuensi perhari : 5-7 x ; warna Kuning jernih
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
2) Buang Air Besar :
Frekuensi perhari : 1 x ; warna kuning kecoklatan konsistensi lembek *)
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
c. Personal hygiene
Mandi 2 x sehari
Keramas 2 x seminggu
Gosok gigi 2 x sehari
Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 3-4 x sehari
d. Istirahat/tidur
Tidur malam 8 jam
Tidur siang 1-2 jam
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
e. Aktivitas fisik dan olah raga
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Bekerja
Olah raga : tidak pernah
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Merokok : Nn. L mengatak tidak pernah merokok
Minuman beralkohol : Nn. L mengatakan tidak pernah minum minuman
beralkohol
Obat-obatan : Nn. L mengatakan tidak pernah atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan diluar resep dokter.
Jamu : Nn. L mengatakan tidak minum jamu
Sex Bebas : Nn. L mengatakan tidak pernah berhubungan sex
8. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
Syarat pendaftaran pernikahan : Nn. L mengatakan sudah melengkapi syarat
pendaftaran nikah.
Penyesuaian cuti Kerja : Nn. L mengatakan sudah mengajukan cuti selama 1
minggu.
Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan : Nn. L merencanakan menikaha
tanggal 24 Maret 2022
b. Persiapan Membina Rumah Tangga.
Persiapan fisik/kesehatan( medical chek up, vaksin)
Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya keluarga : Tidak ada perbedaan budaya
perbedaan pendidikan : Tidak ada perbedaan pendidikan
c. Persiapan psikologis
Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya : calon pengantin sudah saling
mengetahui sifat pasangan masing-masing.
Cara berkomunikasi dengan pasangan : calon pengantin berkomunikasi dengan
lancer dan baik.
Mekanisme koping Cara mengatasi masalah : untuk mengatasi masalah calon
pengantin saling berkomunikasi dan berdiskusi.
d. Persiapan spiritual
Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya : Melakukan solat 5 waktu
dan berdoa.
e. Identifikasi karakter
Harapan /keinginan kebutuhan antar pasangan : Calon pengantin berharap bisa
membina rumah tangga yang Sakinah mawaddah warohmah.
Teknik manajemen konflik : Nn. L terkadang menangis untuk meluapkan
kekesalannya.
Menanyakan kebiasaan catin : Bekerja dan bersantai dengan keluarga.
f. Pernikahan ini diharapkan oleh Nn. L, orang tua, pasangan, serta keluarga
g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini : Nn. L mengatakan keluarga
mendukung pernikahan ini.
h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan : tinggal bersama suami
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga : Ayah
j. Orang terdekat pasien : Ibu dan Ayah
k. Tingkat Pengetahuan Pasien :
Hal-hal yang sudah diketahui pasien : Nn. L mengatakan sudah mengetahui
manfaat dari imunisasi TT, serta gizi seimbang.
Hal-hal yang belum diketahui : Nn. L mengatakan belum mengetahui tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, serta persiapan kehamilan.
Hal-hal yang ingin diketahui pasien : Nn. L mengatakan ingin mengetahui
tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta persiapan kehamilan.
C. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 110/70
4) Suhu : 36,4˚C
5) Nadi : 82 x/ menit
6) RR : 22 x/ menit
7) BB : 48 kg
8) TB : 156 cm
9) LILA : 23,2 cm
b. Status present
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak ada luka
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak odema
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan baik
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Ekstremitas : Bersih, tidak ada odema, tidak ada kemerahan
Punggung : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada odema, turgor kembali cepat
Bawah : Simatris, tidak ada kelainan, tidak ada odema, turgor kembali cepat
c. Status Obstetrik
Muka : Simetris, tidak odema, tidak pucat
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan,
Abdomen : Tidak adan bekas operasi
Genetalia : Bersih, keputihan normal, tidak odema, tidak kemerahan
2. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan darah
1) HB : 11, 8 gr/dL
2) Golongan darah : O
3) Rhesus :+
4) HbsAg : Non Reaktif
5) Sifilis : Non Reaktif
6) HIV/Aids : Non Reaktif
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
1) GDS : Tidak dilakukan
2) Thalasemia :Tidak dilakukan
3) TORCH : Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Urin
1) Plano test : Negatif
D. ANALISA
Nn. L usia 23 tahun dengan imunisasi TT calon pengantin.
E. PELAKSANAAN
Tanggal : 12 Maret 2022 Jam : 10. 30 WIB
1. Memberitahu kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan bahwa secara umum keadaan
baik, tanda – tanda vital dalam batas normal
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk calon pengantin wajib dilakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test dan golongan
darah. Tujuannya untuk deteksi dini adanya anemia, penyakit menular, penyakit kelamin,
kerusakan fungsi hati dan adanya kehamilan di luar nikah serta menganjurkan pasien ke
laboratorium untuk pemeriksaan.
Hasil : Nn. L mengerti dan paham serta bersedia untuk diperiksa laboratorium
3. Memberikan penjelasan mengenai hasil lab kepada pasien bahwa Hb 11,8 gr/dL yang
artinya Nn. L mengalami anemia ringan, normalnya untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL,
golongan darah pasien O, pemeriksaan HIV, sifilis, HbSAg Non Reaktif yang berarti
pasien tidak mengalami penyakit menular dan kelamin serta plano test negatif yang
berarti pasien dalam keadaan tidak hamil.
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
4. Menjelaskan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi pranikah untuk mencapai
keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Manfaat zat gizi untuk memelihara
kesuburan, meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan
ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien makan –
makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan
minimal 1,5 liter perhari. Mengonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, ikan, tempe,
tahu, sayur-sayuran hijau untuk menaikkan gizi pasien yang kurang energi kronik (KEK).
Serta menganjurkan pasien untuk rutin mengkonsumsi tablet tambah darah untuk
memperbaiki HB pasien yang kurang.
Hasil : Nn. L bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
5. Memberikan injeksi imunisasi TT dengan dosis 0,5 ml yang disuntikkan di lengan kiri atas
serta memberikan penjelasan mengenai efek samping yang timbul yaitu terasa nyeri dan
bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dikompres air
hangat.
Hasil : Nn. L telah mendapatkan imunisasi TT pada lengan kiri
6. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang imunisasi TT 1 bulan lagi dan segera datang
ke fasilitas kesehatan apabila mengalami masalah atau keluhan.
Hasil : Nn. L bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
7. Memberikan konseling kelas calon pengantin tentang kesehatan reproduksi pranikah yaitu
1) Konsep pernikahan
2) Hak reproduksi dan seksual
3) Persiapan pranikah
4) Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
5) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
6) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
7) Orang reproduksi perempuan dan laki – laki
8) Kehamilan ideal, metode kontrasepsi, proses kehamilan
9) Informasi tentang kehamilan meliputi tanda kehamilan, memeriksa kehamilan,
menjaga kehamilan, menu makan selama hamil, tanda bahaya hamil, kondisi
emosional kehamilan, tips relaksasi ibu hamil
10) Masa subur seorang perempuan
11) Tanda – tanda persalinan
12) IMS (Infeksi Menular Seksual)
Hasil : Nn. L mengerti dengan penjelasan yang dibeikan
8. Melakukan dokumentasi asuhan
Hasil : telah didokumentasikan
Tegal, 12 Maret 2022
Pembimbing Klinik Praktikan
Mengetahui
Pembimbing Institusi
RB/BPM NO.RM
Nama Pasien:
Nama Bidan:
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan
Jam (SOAP) Paraf
Senin, Subyektif : Kunjungan ke rumah pasien
14 Maret 2022 Obyektif :
12.00 WIB 1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,6°C
BB / PB : 438 Kg / 156 cm
LILA : 23,2 cm
2. Status obstetric
Muka : tidak pucat, tidak odema, simetris
Mammae : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : bersih, tidak odema, tidak kemerahan
3. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
Analisa :
Nn. L umur 23 tahun dengan perencanaan pernikahan
Penatalaksanaan :
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
bahwa secara umum keadaan baik, tanda- tanda
vital dalam batas normal
Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
2) Menganjurkan pasien untuk menjaga pola makan
seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan
kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat
saji, mencegah stress berlebihan, melakukan
olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan
secara rutin
Hasil : pasien mengerti dan bersedia melakukan
anjuran yang diberikan.
3) Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih
banyak mengkonsumsi makanan mengandung
asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau
tua atau minum susu yang terdapat kandungan
asam folat, dapat juga meminum suplemen asam
folat 0,4 mg setiap hari minimal 1 bulan sebelum
menikah untuk persiapan kehamilan
Hasil : Catin wanita bersedia mengikuti saran
bidan.
4) Menjelaskan kepada pasien tentang kebutuhan
tablet Fe. Zat besi merupakan suplemen
penambah darah untuk mencegah anemia.
Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi tablet
Fe 1 kali sehari diminum sebelum tidur malam
untuk mengurangi efek mual yang akan timbul
setelah ibu meminumnya. Menganjurkan pasien
mengonsumsi tablet Fe diminum dengan
menggunakan air putih atau air jerk karena akan
membantu proses penyerapan zat besi. Jangan
diminum dengan menggunakan air susu, kopi,
teh. Efek mengonsumsi tablet Fe yaitu mual,
konstipasi dan tinja berubah warna menjadi hitam
kecoklatan.
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran
5) Memberikan konseling kelas catin tentang
kesehatan reproduksi pranikah, yaitu :
a) Konsep pernikahan
b) Hak reproduksi dan seksual
c) Persiapan pranikah
d) Tindak kekerasan yang mengganggu
pernikahan
e) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
f) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam
rumah tangga
g) Organ reproduksi perempuan dan organ
reproduksi laki-laki
h) Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi,
Proses kehamilan
i) Informasi tentang kehamilan, termasuk
tanda-tanda kehamilan, memeriksakan
kehamilan, menjaga kehamilan, menu
makanan selama kehamilan, tanda bahaya
kehamilan, kondisi emosional ibu hamil, tips
relaksasi ibu hamil.
j) Masa subur seorang perempuan, yaitu
dekat dengan pertengahan siklus haid (14
hari sebelum haid berikutnya atau antara
kedua waktu dari siklus terpanjang dikurang
11 dan siklus terpendek dikurangi 18, jadi
perkiraan masa subur Nn. MN pada siklus
hari ke- 9 s.d. 22) atau terdapat tanda-tanda
kesuburan, diantaranya:
- Peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C.
- Pembesaran pada payudara, dapat disertai
rasa nyeri/tidak nyaman.
- Perubahan cairan serviks menjadi lebih
banyak, bening dan teksturnya licin.
k) Tanda-tanda persalinan, persalinan di tolong
tenaga kesehatan, perawatan pasca
persalinan, IMD dan ASI eksklusif, manfaat
ASI
l) IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan
HIV/AIDS, Kanker pada perempuan,
kehidupan seksual suami isteri
Hasil : catin mengerti penjelasan yang
diberikan.
6) Memotivasi pasien agar melakukan imunisasi
TT2. Imunisasi TT untuk mencegah penyakit
tetanus. Gejala penyakit tetanus antara lain :
tubuh menjadi kaku, kejang, demam,
pneumonia, hingga meninggal. Imunisasi TT
dilakukan sebanyak 5 kali. Imunisasi TT1
diberikan sebelum menikah, TT2 diberikan
setelah imunisasi TT1, imunisasi TT3 diberikan
setelah imunisasi TT2, imunisasi TT4 diberikan
setelah imunisasi TT3, imunisasi TT5 diberikan
setelah imunisasi TT4. Masa perlindungan
apabila imunisasi sudah lengkap yaitu
mendapatkan perlindungan seumur hidup.
Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
7) Menganjurkan kepada pasien untuk
memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang
diberikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara teori yang ada
dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Dalam pembahasan ini, penulis akan menganalisa
antara asuhan kebidanan yang diberikan pada Nn. L umur 23 tahun dengan kebutuhan imunisasi
TT calon pengantin pada asuhan pranikah dengan teori yang ada. Pada bab ini penulis akan
membahas mengenai pengkajian data subjektif, analisa dan penatalaksanaan.
1. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama alloanamnesa dimana
menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait, sedangkan auto anamnesa, yaitu
anamnesa yang dilakukan langsung pada pasien yang bersangkutan (Varney, 2010).
Anamnesa pada kasus Nn. L calon pengantin dilakukan dengan metode auto anamnesa
karena secara fisik maupun psikologis mampu melakukan komunikasi dengan baik. Saat
melakukan asuhan kebidanan pranikah pada Nn. L dicantumkan tanggal, jam dan tempat
sebagai bukti atau consent bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan
tempat seperti yang dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
a. Identitas Pasien
Identitas terdiri dari identitas pasien dan pasangan pasien. Identitas pasien berisi nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. Menurut Puspitasari (2014) dalam
bukunya yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif” menjelaskan bahwa nama
pasien perlu dikaji untuk menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan
pasien dan membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain; umur dikaji
untuk mengetahui adanya resiko yang berhubungan dengan umur, karena jika umur
pasien kurang dari 16 tahun termasuk dalam pernikahan usia dini yang artinya jika pasien
hamil pada usia tersebut maka di golongkan pada kehamilan yang beresiko. Dalam kasus
ini Nn. L berusia 23 tahun jelas tidak termasuk dalam pernikahan dini, serta usia Nn. L
sudah masuk pada kategori usia reproduksi sehat sehingga tidak masalah jika seteleh
menikah ingin langsung hamil. Selain mengetahui pendidikan pasien juga penting karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Walyani, 2015). Nn. L dan calon suaminya memiliki pendidikan terakhir
SMA sehingga dalam proses asuhan kebidanan yang dilakukan dapat berlangsung
dengan baik dan lancer.
2. Data Objektif
Menurut Varney (2010) data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan (pengkajian data), yaitu data yang diperoleh melalui observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Dalam
data objektif terdapat pemeriksaan status present yang dilakukan dengan lengkap mulai dari
kepala sampai kaki untuk memeriksa apakah ada masalah dalam kesehatan, termasuk dalam
hal ini adalah pemeriksaan tanda-tanda vital. Dalam kasus ini pemeriksaan tekanan darah
pasien 110/70 mmHg, Suhu 36,4˚C, Nadi 82 x/ menit, Respirasi 22 x/ menit sehingga dapat
disimpulkan bahwa tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
Pemeriksaan lainya adalah berat badan, tinggi badan dan Lila. Pemeriksaan tersebut
berguna untuk memberikan informasi terkait satus gizi pasien. Untuk hasil pemeriksaanya
didapatkan BB 48 kg, TB 156 cm, serta LILA 23,2 cm. Pengukuran LiLA bertujuan untuk
mengetahui adanya risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS
dengan KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LilA ≤ 23,5 cm artinya catin perempuan
mengalami KEK. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damayanthi (2017) tentang
Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisis dengan uji exact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07
hal tersebut berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi calon penganti dengan kadar hemoglobin ibu hamil.
Selain pemeriksaan fisik, diperlukan juga pemeriksaan penunjang untuk mendukung
tegaknya diagnose. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh calon penganting antara lain
pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test
dan golongan darah. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk deteksi dini adanya
anemia, penyakit menular, penyakit kelamin, kerusakan fungsi hati dan adanya kehamilan di
luar nikah. Pada kasus ini pasien mnedapatkan hasil Hb 11,8 gr/dL yang artinya Nn. L
mengalami anemia ringan, karena Hb normal untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL.
Remaja putri dan wanita usia subur yang belum hamil jika menderita anemia saat ini akan
memperparah kondisi anemia selama kehamilan nantinya, apalagi kondisi fisiologis ibu hamil
rentan terjadinya anemia (Maadi et al. 2019). Calon pengantin (catin) wanita merupakan
bagian dari wanita usia subur atau kelompok wanita prakonsepsi yang rentan mengalami
anemia. Penelitian di Kabupaten Semarang oleh Maadi (2019) menyatakan bahwa kadar Hb
pada wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh energi, protein, asupan zat besi dan status gizi.
Sementara faktor yang paling signifikan dengan kadar Hb adalah asupan energi dan status
gizi (Maadi et al. 2019).
3. Analisis
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan anamnesis data
objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual dan seperlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney & Jan M.K, 2010). Diagnosis
pada Nn. L adalah Nn. L usia 23 tahun dengan kebutuhan imunisasi TT calon pengantin.
Pasien melakukan imunisasi TT sebagai syarat untuk kelengkapan surat nikah dan pasien
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status kesehatan, deteksi dini adanya
penyakit menular maupun keturunan dan juga sebagai syarat kelengkapan dokumen.
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2022 pukul 10.30
WIB di Puskesmas Kedungbanteng, penatalaksanaan yang diberikan kepada Nn. L yaitu:
a. Memberitahu kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
RR 22 x/menit, suhu 36,40C, lingkar lengan 23,2 cm, dan tinggi badan 156 cm. Hasil
pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa lingkar lengan Nn. L 23,2 cm yang
masih dalam kategori KEK. Batas perempuan dikatakan tidak KEK apabila pemeriksaan
lingkar lengan >23,5 cm (Kementrian Kesehatan 2013). Kekurangan Energi Kronik (KEK)
adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi. Calon pengantin
yang dikatakan KEK akan sangat berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Seperti dalam
penelitian Pratama (2019) menyebutkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi yang kurang
sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal) (Kristiyanasari, 2010 dalam
(Paramata, 2019).
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk calon pengantin wajib dilakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test dan golongan
darah. Tujuannya untuk deteksi dini adanya anemia, penyakit menular, penyakit kelamin,
kerusakan fungsi hati dan adanya kehamilan di luar nikah serta menganjurkan pasien ke
laboratorium untuk pemeriksaan.
Hasil : Nn. L mengerti dan paham serta bersedia untuk diperiksa laboratorium
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatihatul Anhar Azzulfa pada tahun 2019
maka dapat dipahami bahwa pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan
reproduksi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh calon pengantin tanpa
terkecuali, serta hal tersebut merupakan salah satu persyaratan administrasi yang harus
dimiliki oleh calon pengantin (Azzulfa 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asep Saepullah, Mohammad Rana, dan Irfan
Dzikri Abdillah pada tahun 2019 dapat dijelaskan bahwa pada pelaksanaannya tes
HV/AIDS menjadi salahsatu syarat administrasi dalam perkawinan di kantor KUA. Apabila
dari hasil tes tersebut reaktif atau positif HIV maka pihak puskesmas akan menghubungi
langsung orang yang bersangkutan dan akan dilakukan konseling lanjutan secara
intensife. Ada beberapa manfaat dilakukannya tes HIV/AIDS terhadap calon pengantin di
KUA Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon yaitu menghindari dan pencegahan
penularan HIV/AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual), menjaga dan mendapatkan
ketentraman rumah tangga (Saepullah, Rana, and Abdillah 2019).
c. Memberikan penjelasan mengenai hasil lab kepada pasien bahwa Hb 11,8 gr/dL yang
artinya Nn. L mengalami anemia ringan, normalnya untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL,
golongan darah pasien O, pemeriksaan HIV, sifilis, HbSAg Non Reaktif yang berarti
pasien tidak mengalami penyakit menular dan kelamin serta plano test negatif yang
berarti pasien dalam keadaan tidak hamil.
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
Teori menjelaskan bahwa ukuran kadar hemoglobin tergantung usia dan jenis
kelamin. Pada wanita dewasa di atas usia 18 tahun, kadar hemoglobin normal yaitu 12
sampai 15 g/dl. Kemudian, untuk pria dewasa diatas usia 18 tahun, kadar hemoglobin
normal yaitu 13 sampai 17 g/dl. Batasan kadar Hb normal untuk wanita usia 16–35 tahun
adalah 12 gr/dl (Putri and Sumarni 2013).
d. Menjelaskan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi pranikah untuk mencapai
keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Manfaat zat gizi untuk memelihara
kesuburan, meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan
ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien makan –
makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan
minimal 1,5 liter perhari. Mengonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, ikan, tempe,
tahu, sayur-sayuran hijau untuk menaikkan gizi pasien yang kurang energi kronik (KEK).
Serta menganjurkan pasien untuk rutin mengkonsumsi tablet tambah darah untuk
memperbaiki HB pasien yang kurang.
Hasil : Nn. L bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sherilla Irianti Putri dan Sri Sumarmi
pada tahun 2019 dijelaskan bahwa pengantin wanita merupakan calon ibu yang nantinya
hamil perlu dideteksi dini dengan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap
KEK melalui pemantauan kesehatan dan status gizinya. KEK berkaitan dengan asupan
makanan terutama energi dan protein dan berkaitan dengan kekurangan zat gizi makro
maupun mikro. Berdasar uji statistik menggunakan Independent sample t-test diperoleh
hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifi kan antara LILA responden di wilayah pantai
maupun pertanian (p = 0,654). Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat konsumsi energi
dan protein sebagian besar responden di kedua wilayah yang masih tergolong baik
sehingga ukuran lingkar lengan atas responden pun menjadi baik (Putri and Sumarni
2013).
e. Memberikan injeksi imunisasi TT dengan dosis 0,5 ml yang disuntikkan di lengan kiri atas
serta memberikan penjelasan mengenai efek samping yang timbul yaitu terasa nyeri dan
bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dikompres air
hangat.
Hasil : Nn. L telah mendapatkan imunisasi TT pada lengan kiri
Imunisasi TT diberikan secara IM (intra muscular) yaitu vaksin diberikan melalui
suntikan kedalam massa otot. Vaksin yang mengandung adjuvan harus diberikan secara
intramuskuler untuk mengurangi reaksi lokal.
Setiap perempuan yang akan (dan setelah) menikah perlu mendapatkan vaksin TT ini
sebanyak (total) 5 kali, agar mendapat perlindungan dari tetanus hingga 25 tahun. Namun
semua itu dilakukan secara bertahap. Jadwalnya biasanya dimulai sebulan sebelum
menikah hingga sekitar 2 tahun sesudah itu. Berikut jadwal suntik TT berdasarkan
Kemenkes RI:
1) T 1 - tidak harus sebulan, namun usahakan 2 minggu sebelum menikah agar ada
waktu bagi tubuh untuk membentuk antibodi.
2) TT 2 - sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi hingga 3 tahun ke depan).
3) TT 3 – 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungi sampai 5 tahun berikutnya).
4) TT 4 – 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10 tahun).
5) TT 5 – 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tahun) (Dinas Kesehatan
Kota Semarang 2019).
Menurut Yunica (2015) alam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara
Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu
Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun 2014
memnyebutkan bahwa penyakit infeksi dan Tetanus Neonatorum sebenarnya dapat
dicegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia subur
(WUS) dan wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap dengan
interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun
(Yunica 2015).
f. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang imunisasi TT 1 bulan lagi dan segera datang
ke fasilitas kesehatan apabila mengalami masalah atau keluhan.
Hasil : Nn. L bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
g. Memberikan konseling kelas calon pengantin tentang kesehatan reproduksi pranikah yaitu
1) Konsep pernikahan
2) Hak reproduksi dan seksual
3) Persiapan pranikah
4) Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
5) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
6) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
7) Orang reproduksi perempuan dan laki – laki
8) Kehamilan ideal, metode kontrasepsi, proses kehamilan
9) Informasi tentang kehamilan meliputi tanda kehamilan, memeriksa kehamilan,
menjaga kehamilan, menu makan selama hamil, tanda bahaya hamil, kondisi
emosional kehamilan, tips relaksasi ibu hamil
10) Masa subur seorang perempuan
11) Tanda – tanda persalinan
12) IMS (Infeksi Menular Seksual)
Hasil : Nn. L mengerti dengan penjelasan yang dibeikan
h. Melakukan dokumentasi asuhan
Hasil : telah didokumentasikan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan ini, penulis menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan
pada Nn. L umur 23 tahun dengan kebutuhan imunisasi TT calon pengantin dan cek lab.
Selain diberikan imunisasi TT1 pasien telah dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test dan golongan darah. Tujuannya untuk
deteksi dini adanya anemia, penyakit menular, penyakit kelamin, kerusakan fungsi hati dan
adanya kehamilan di luar nikah serta menganjurkan pasien ke laboratorium untuk
pemeriksaan.
B. Saran
a. Bagi Pasien
Sebaiknya pasien tetap menjaga atau meningkatkan kesehatan Nn. S sendiri
seperti makan-makanan yang mengandung gizi seimbang guna menunjang status
gizi yang baik serta mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
mengkonsumsi tablet Fe agar terhindar dari kekurangan darah.
b. Bagi Lahan Praktik
Baiknya tujuan dari suatu organisasi kesehatan hanya dapat diwujudkan jika ada
kerjasama dari semua pihak baik dari pemerintah, pihak organisasi, maupun
masyarakat dalam rangka mendukung dan melaksanakan program-program
kesehatan.Selain itu, organisasi kesehatan perlu lebih agresif dalam mendeteksi
hal-hal yang nantinya dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat
sehingga kemungkinan terburuk dapat dicegah sebelum terjadi
c. Bagi Institusi Kesehatan
Sebaiknya institusi kesehatan dengan adanya asuhan calon pengantin serta
dalam rangka mengurangi beberapa angka kesakitan yang akan timbul, institusi
kesehatan dapat mengambil kebijakan program KIA-KB.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya institusi pendidikan menjadikan tugas akhir ini sebagai referensi
asuhan kebidanan calon pengantin
Perbaikan terhadap mutu puskesmas baik dari layanan administrasi maupun
medis. Puskesmas yang ada di Indonesia diharapkan memberikan pelayanan
yang lebih baik dari sebelumnya kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui
penyediaan peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada
fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu,
apotik dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh
pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat.
Tujuan dari suatu organisasi kesehatan hanya dapat diwujudkan jika ada
kerjasama dari semua pihak baik dari pemerintah, pihak organisasi, maupun
masyarakat dalam rangka mendukung dan melaksanakan program-program
kesehatan. Selain itu, organisasi kesehatan perlu lebih agresif dalam mendeteksi
hal-hal yang nantinya dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat
sehingga kemungkinan terburuk dapat dicegah sebelum terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Riantini, and Pulung Siswantara. 2018. “Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Pada Calon Pengantin Di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.” Jurnal Biometrika dan
Kependudukan 7(1): 29.
Anisah, Lailatul Siti. 2015. “EFEKTIFITAS SUSCATIN KURSUS CALON PENGANTIN ATAU
KONSELING PRANIKAH DALAM MEMBENTUK KELUARGA BAHAGIA : STUDI
KUANTITATIF DI KECAMATAN SUMBERSUKO, LUMAJANG.” Undergraduate thesis, UIN
Sunan Ampel Surabaya.: 91–93.
Anwar, Mochamad, Ali Baziad, and Prajitno Prabowo. 2011. Ilmu Kandungan. 3rd ed. eds.
Mochamad Anwar, Ali Baziad, and Prajitno Prabowo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Atoillah, Ibnu. 2012. “PEMERIKSAAN KESEHATAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM.” : 57.
Bramanuditya, Amrisinta. 2018. “Hubungan Antara Pernikahan Usia Muda Dengan Kejadian
Kanker Serviks Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.”
Damailia, Herlina Tri, and Istiqomah Novita Harmawati. 2014. “Hubungan Sikap Tentang
Penundaan Kehamilan Usia Muda Dengan Perilaku Penundaan Kehamilan Usia Muda.” (1).
Damayanthi, Anisa Dwi. 2017. “HUBUNGAN STATUS GIZI PADA CALON PENGATIN (CATIN)
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DI KECAMATAN SEDAYU BANTUL
YOGYAKARTA.” 110265: 110493.
Dean, Sohni, Igor Rudan, et al. 2013. “Setting Research Priorities for Preconception Care in Low-
and Middle-Income Countries: Aiming to Reduce Maternal and Child Mortality and Morbidity.”
PLoS Medicine 10(9): 9–11.
Dean, Sohni V, Ayesha M Imam, Zohra S Lassi, and Zulfiqar A Bhutta. 2013. “Importance of
Intervening in the Preconception Period to Impact Pregnancy Outcomes.” Nestle Nutrition
Institute workshop series 74: 63–73. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23887104.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2019. “Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Pada Calon
Pengantin.”
Hartanto, Huriawati, and Prita Wulansari. 2013. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2014. “PMK No.97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan.” Artikel: [cited 2018
Jan 7]; 3-8. https://id.search.yahoo.com/search?
p=PMK+No.97+th+2014+tentang+pelayanan+kesehatan+masa+sebelum+hamil
%2C+masa+hamil%2C+persalinan+dan+sesudah+melahirkan&fr=yfp-
t&fp=1&toggle=1&cop=mss&ei=UTF-8%0Akesga.kemkes.go.id.
———. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 Profil Kesehatan RI 2015. Jakarta:
Keementrian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-Tahun-2015.pdf.
———. 2018. Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin. 2nd ed. ed. Wara
Pertiwi. Jakarta: Kemenkes RI.
———. 2018. 1 Science as Culture Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Keementrian Kesehatan RI.
———. 2019. Kementian Kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta.
Kementrian Kesehatan, Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. 2013. “Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan.”
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Kementrian kesehatan RI Buku KIA Kesehatan Ibu Dan Anak.
Jakarta: Keementrian Kesehatan RI.
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/152.
Kurniarum, Ari. 2016. Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Kemenkes RI.
M.Khoiruddin. 2019. “WALI MUJBIR MENURUT IMAM SYAFI ’ I ( TINJAUAN MAQÂSHID AL-
SYARÎ ’ AH ).” Jurnal Ilmiah Keislaman 18(2): 319–48.
Maadi, Annisa Khaira et al. 2019. “Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita Prakonsepsi Di
Kabupaten Semarang.” Indonesian Journal of Human Nutrition 6(2): 70–83.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Fajar Mauaba, and Ida Bagus Gde Manuaba.
2013. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandunga Dan KB. Jakarta: EGC.
Menkes RI. 2014. 85 Applied Microbiology and Biotechnology Permenkes Nomor 41 Tahun 2014
Tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Paramata, Yeni. 2019. “Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kecamatan
Limboto , Kabupaten Gorontalo Chronic Energy Malnutrition in Women Reproductive Age
Limboto District , Gorontalo Regency.” : 120–25.
Pitriani. 2013. “RISK FACTORS OF CERVICAL CANCER INCIDENT ON LONG STAY PATIENTS
IN DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO CENTRAL GENERAL HOSPITAL, MAKASSAR.” : 1–
10.
Putri, Sherilla Irianti, and Sri Sumarni. 2013. “Perbandingan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, Dan
Kadar Hemoglobin Pengantin Wanita Di Wilayah Pantai Dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo.” Media Gizi Indonesia 9(1): 72–77.
Saepullah, Asep, Mohammad Rana, and Irfan Dzikri Abdillah. 2019. “Tes Hiv / Aids Terhadap
Calon Pengantin Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Kesehatan 4(1).
Susanti, Dewi, Yefrida Rustam, and Alsri Windra Doni. 2018. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang
Tahun 2017.” Jurnal Sehat Mandiri 13(2): 18–25.
Susilowati, Endah, and Eko Prasetyo. 2015. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Siklus
Menstruasi Peserta Kb Aktif Di Desa Jati Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.” Januari
6(1): 79–96. http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/152.
Susilowati, and Kuspriyanto. 2016. Gizi Dalam Daur Kehidupan. 1st ed. Bandung: Refika Aditama.
Undang Undang Republik Indonesia tahun 2019. 2019. Undang-Undang Republik Indonesia
Undang - Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan. Jakarta.
https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf.
Varney, Helen, and Carolyn Jan M.K. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th ed. 2010: EGC.
Wahyuningsih, Heni Puji. 2018. Kementian Kesehatan RI Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.
Jakarta: Keementrian Kesehatan RI.
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Ilmu Obsteri Dan Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Yunica, Joyce Angela. 2015. “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Umur Dengan Kelengkapan
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Ibu Hamil Di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2014.” Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan 2(1): 93–98.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/view/2538.