Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan disebutkan
bahwa pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pernikahan terdapat tanggung jawab,
komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk keluarga yang sakinah,
mawadah dan warohmah. Untuk mewujudkannya setiap calon pengantin hendaknya
mempunyai bekal yang cukup agar dapat membangun suatu keluarga yang bahagia, tentram,
aman dan nyaman (Atoillah 2012).
Setiap individu yang akan melangsungkan pernikahan atau yang biasa di sebut Calon
Pengantin (Catin) hendaknya harus menyiapkan kebutuhan yang nantinya akan digunakan
untuk membina rumah tangga, tidak hanya persiapan modal uang yang cukup, tetapi mental
serta Kesehatan juga sangat diperlukan, karena hal tersebut merupakan faktor penting untuk
memenuhi kebutuhan psikologis calon pengantin (Amalia and Siswantara 2018).
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premental Chek Up) adalah sekumpulan pemeriksaan
yang dilakukan oleh calon pengantin untuk mendeteksi dan memastikan status kesehatannya,
terutama penyakit menular, menahun dan turunan yang dapat berpengaruh terhadap
kesuburan dan kesehatan janin (Atoillah 2012). Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan genetik, penyakit menular dan infeksi melalui darah, baik dengan pemeriksaan
maupun dengan pengambilan sample darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar
penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat
bersama keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan premarital skrining yang disarankan
adalah 6 bulan sebelum calon mempelai menikah. Pemeriksaan premarital yang terdiri atas
pemeriksaan umum, yakni uji pemeriksaan fisik secara lengkap (Kemenkes RI 2018).
Pemeriksaan melalui darah ini dilakukan karena umumnya status kesehatan dapat dilihat
melalui darah. Contohnya pemeriksaan tekanan darah yang tinggi dapat berbahaya bagi
kandungan sebab membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat. Selain itu
pengambilan sampel pada pemeriksaan penunjang juga dapat mengetahui apakah pasangan
tersebut mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak, misalnya Hepatitis, HIV/AIDS.
Selanjutnya, pemeriksaan penyakit hereditas atau penyakit diturunkan dari kedua orang tua,
misalnya gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa memproduksi
hemoglobin (sel darah merah) secara normal (Kemenkes RI 2018).
Pemeriksaan penyakit menular harus dilakukan oleh calon pengantin, diantaranya seperti
hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan,
mengingat penyakit-penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Pemeriksaan premarital organ reproduksi juga sangat penting, Pemerikaan ini berkaitan
dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk pria maupun wanita. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan
(Kemenkes RI 2018).
Dalam Premental Chek Up calon pengantin selain akan menjalani pemeriksaan
kesehatan lengkap juga akan mendapatkan imunisasi. Salah satunya adalah imunisasi
Tetanus Toksoid (TT). Dasar program penerapannya tertuang pada Permenkes RI Nomor 12
tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi yaitu imunisasi lanjutan yang diberikan pada
Wanita Usia Subur (WUS) sehingga dapat terlaksananya kesepakatan Internasional terkait
Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN). Imunisasi tingkat lanjut adalah
pengulangan imunitas dasar untuk menjaga tingkat imunitas dan memperpanjang umur
perlindungan. Imunisasi ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita. Wanita usia subur
(WUS) yang divaksinasi dengan vaksin Tetanus Toksoid (TT) berada pada kelompok usia 15-
39 tahun, meliputi ibu hamil dan ibu tidak hamil (Kemenkes RI, 2019).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 97 tahun 2014 Pelayanan Kesehatan
Prakonsepsi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menuju kehamilan yang
sehat. Salah satu pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pranikah di masyarakat
yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama atau Puskesmas. Pada pelayanan pranikah yang
dilaksanakan di Puskesmas selaini pemeriksaan Kesehatan pada pasien, pendidikan
Kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam membina sebuah rumah tangga yang sejahtera.
Menurut penelitian Dean et al. (2013), mengemukakan bahwa topik-topik penting yang
disarankan dalam perawatan prakonsepsi meliputi pendidikan kesehatan paada wanita dan
pasangannya (health promotion), identifikasi faktor risiko (risk assessment) dan asuhan sesuai
dengan faktor risiko (interventions) pada wanita dan pasangannya untuk mengurangi faktor
risiko yang dapat mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan dating (Dean, Rudan, et
al. 2013). Dalam penelitiannya Dean yang lain juga mengungkapkan bahwa Asuhan
prakonsepsi memiliki potensi untuk memberikan dampak positif bagi 208 juta kehamilan di
seluruh dunia setiap tahun. Asuhan prakonsepsi berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang
kurang baik yang memungkinkan mempengaruhi kehamilan. Adapun sasaran program asuhan
prakonsepsi adalah pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan pengantin
sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kehamilan yang sehat
(Dean, Imam, et al. 2013).
Menurut penelitian Dewi Susanti (2018) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin didapatkan kesimpulan bahwa
pendidikan kesehatan pranikah berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap calon
pengantin. Hal ini dikarenakan media pendidikan kesehatan dapat memperluas pemikiran
calon pengantin dalam menyingkapi masalah serta menambah atau meningkatkan wawasan
mengenai pendidikan kesehatan pranikah (Susanti, Rustam, and Doni 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana
penerapan asuhan kebidanan pranikah pada Nn.A usia 24 tahun dengan Imunisasi TT calon
pengantin di Puskesmas Kedungbanteng?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam pengalaman
nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan pranikah dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan Pra Nikah pada calon
pengantin secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam pengalaman
nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dimulai dengan pengkajian data subyektif,
obyektif, menegakkan diagnosa dan memberikan tatalaksana secara komprehensif dan
melakukan evaluasi.

D. Manfaat
1. Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam membantu terlaksananya program puskesmas dengan
mengaplikasikan teori dan praktik asuhan kebidanan pada pra nikah.
2. Klien
Menambah pengetahuan ibu mengenai asuhan kebidanan pra nikah pada calon
pengantin serta meningkatkan pengetahuan kepada calon pengantin mengenai
pendidikan kesehatan filosofi pra nikah, informasi pra nikah, persiapan pra nikah, nutrisi
pra nikah, informasi tentang kehamilan, persalinan, nifas, informasi tentang Infeksi
Menular Seksual, informasi tentang kanker leher rahim dan kanker payudara, informasi
tentang gangguan dalam kehidupan seksual suami isteri, mitos pada perkawinan.
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat terlaksannya pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama (FKTP) dan jejaringannya.
4. Institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber tambahan pustaka atau
referensi dan sebagai salah satu media dalam kegiatan belajar mengajar serta menjadi
acuan dalam penulisan laporan-laporan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Tinjauan Teori Medis
a. Filosofi Pernikahan
Pernikahan sejatinya adalah sebuah perjanjian atau pengikatan suci antara
seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi rasa saling mencintai satu sama lain,
saling suka dan rela antara kedua belah pihak. Sehingga tidak ada keterpaksaan satu
dengan yang lainnya. Perjanjian suci dalam sebuah pernikahan dinyatakan dalam sebuah
ijab dan qobul yang harus dilakukan antara calon laki-laki dan perempuan yang kedua-
duanya berhak atas diri mereka (M.Khoiruddin 2019).
Pernikahan salah satu bagian dari siklus kehidupan yang dilalui manusia untuk
melanjutkan keturunan. Karena siklus ini diharapkan hanya akan dilalui satu kali dalam
satu masa kehidupan. Sehingga pernikahan menjadi hal yang urgent bagi kita semua
untuk mempelajarinya dan mengatahui makna dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan
mengembangkan hubungan atas dasar cinta dan kasih (mawadah wa rahmah).
Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan berarti bahwa
disamping saling bertanggung jawab anatara satu dengan yang lain, suami isteri juga
bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang dilakukan dalam peran
dan fungsi mereka sebagai suami isteri (Kemenkes RI 2015).
Pernikahan menurut Undang-undang Republik Indonesia No 1 tahun 1974 yang
diperbarui dengan Undang-undang Republik Indonesia No 16 tahun 2019, dinyatakan
bahwa pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk kelarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam undang-undang tersebut batas usia
menikah untuk seorang anak laki –laki dan perempuan sama yaitu 19 tahun.
Dalam pandangan Islam pernikahan adalah suatu ikatan yang kokoh dan
lembaga yang disucikan dalam masyarakat Islam, sebagai wadah untuk menentramkan
jiwa, tempat berteduh yang tenang dan damai. Hukum pernikahan ialah ibadah (Astiwara
2018).
Tujuan dan manfaat pernikahan yaitu :
1) Sakinah
Sakinah merupakan tujuan atau manfaat suatu pernikahan yang darinya akan
tumbuh saling mendekat dan melunaknya qalbu.
2) Memelihara diri (‘iffah)
3) Memiliki keturunan
Sedangkan menurut hukum adat suatu pernikahan merupakan urusan
kerabat/urusan masyarakat, urusan pribadi satu sama lain dalam hubungan yang
berbeda-beda, atau merupakan salah satu cara untuk menjalankan upacara-upacara
yang banyak corak ragamnya menurut tradisi masing-masing. Dalam pernikahan terdapat
tanggung jawab, komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk
keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Untuk mewujudkannya setiap calon
pengantin hendaknya mempunyai bekal yang cukup agar dapat membangun suatu
keluarga yang bahagia, tentram, aman dan nyaman (Atoillah 2012).
b. Informasi Pranikah
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis dalam upaya
peningkatan kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan, banyak calon
pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi dalam berkeluarga, sehingga setelah menikah kehamilan sering tidak
direncanakan dengan baik serta tidak di dukung oleh status kesehatan yang optimal. Hal
ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko penularan
penyakit, komplikasi kehamilan, kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi serta tingginya
angka perceraian. Pemberian komunikasi informasi dan edukasi tentang kesehatan
reproduksi kepada calon pengatin sangat diperlukan untuk memastikan setiap calon
pengantin mempunyai pengetahuan yang cukup dalam merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan keluarga yang sehat (Kemenkes RI, 2018).
Pendidikan calon pengantin sangat berperan penting untuk meningkatkan bekal
calon pengantin salah satunya adalah pengetahuan tentang kesehatan Pranikah. Dimana
dengan pemahaman yang cukup mengenai kesehatan Pranikah, calon pengantin dapat
menjalani pernikahan yang sehat dan aman. Calon pengantin perlu dibekali pengetahuan
yang cukup tentang kesehatan Pranikah dan hak-hak Pranikah sehingga calon pengantin
siap menjadi seorang ibu dan seorang ayah.
Dalam penelitian Dewi Susanti (2018) yang berjudul Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Pranikah terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin didapatkan hasil
penelitian bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan pranikah terhadap tingkat
pengetahuan calon pengantin ( p value 0,001) di Kecamatan Lubuk Begalung Kota
Padang tahun 2017, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p=0,039 < 0,05. Hasil
penelitian ditemukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan pranikah terhadap sikap
calon pengantin ( pvalue 0,035) di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. Dengan ini
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan pranikah berpengaruh terhadap
pengetahuan dan sikap calon pengantin. Hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan dapat
memperluas pemikiran calon pengantin dalam menyingkapi masalah serta menambah
atau meningkatkan wawasan mengenai pendidikan kesehatan pranikah (Susanti, 2018).
Selain itu, Riantini Amalia (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya” juga mengungkapkan bahwa pendidikan Kesehatan yang dilaksanakan cukup
efektif untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin mengenai Kesehatan
reproduksi (Amalia and Siswantara 2018). Oleh karena itu calon pengantin diberikan
informasi seperti berikut :
1) Kesehatan Reproduksi
Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan
isteri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi
bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada
pada kondisi yang baik.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses
reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan reproduksi dapat
terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya kehamilan remaja, aborsi tidak
aman, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta penyakit menular seksual
(Kemenkes RI, 2019).
Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan laki-
laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki. Peran
sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia,
misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang
tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi
perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan
reproduksi yang dihadapi perempuan karena menyebabkan perempuan kehilangan
kendali terhadap kesehatan, tubuh dan fertilitasnya.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi,
seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat
kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan lebih rentan secara
sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan IMS
termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki
kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan
tanggung jawab laki-laki. Walaupun korban kekerasan adalah perempuan dan laki-
laki, perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan
kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-
laki atau hubungan gender yang tidak setara (Kemenkes RI, 2018).
2) Hak Reproduksi dan Seksual
Menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pada bagian keenam tentang
Kesehatan Reproduksi dinyatakan bahwa setiap orang berhak:
1) Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, serta
bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.
2) Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan,
dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan
martabat manusia sesuai dengan norma agama.
3) Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara
medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
4) Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan

Yang artinya kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang
sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya serta
menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan (BKKBN 2019).
Hak Reproduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin,
termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan
medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti
tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa
terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan. Pihak
perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan,
serta memperoleh bayi yang sehat. Hubungan suami isteri harus didasari
penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang
penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
menular seksual (IMS) dan memahami upaya pencegahan dan penularannya yang
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-laki, perempuan dan
keturunannya (BKKBN 2019).

3) Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Perempuan

(1) Ovarium (Indung Telur)


Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur berfungsi
mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan
secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang
dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga terjadi
konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan ikut keluar bersama
darah saat menstruasi.
(2) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum dari
indung telur menuju Rahim
(3) Fimbrae (umbai-umbai)
Berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
(4) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat
normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang
lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
(a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
(b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
(c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah
(5) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba,
leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
(6) Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ± 6,5
cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat lipat.
Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersanggama, tempat
keluarnya menstruasi dan bayi.
(7) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan
bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.

(8) Labia (bibir kemaluan)


Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil (labia
minor).
(9) Perineum
Merupakan jaringan di antara vagina dan anus, yang memisahkan rongga
panggul atas dengan rongga panggul bawah. Perineum berperan penting
dalam berkemih, buang air besar, hubungan seksual dan melahirkan.
b) Organ reproduksi Pria

Gambar 2.2 Organ Reproduksi Pria

(1) Testis (buah zakar).


Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan
testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul karena
pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu
badan (36.7 oC). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu
(kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama
cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi
pembuahan.
(2) Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat.
Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot
polos. Saluran sperma mengatur jarak testis ke dinding perut dengan
maksud mengatur suhu testis.

(3) Vas deferens (saluran sperma)


Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke uretra/
saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan
diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari epididimis. Epididimis yaitu
saluran berkelok lebih kecil dari vas deferens.
(4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya. Kelenjar-kelenjar
yang menghasilkan cairan mani (semen). yang berguna untuk memberikan
makanan pada sperma.
(5) Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran
sperma dan urin. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika
terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke penis sehingga
berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans
merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin
(preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara membuang kulit
preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena memudahkan
pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi,
radang dan kanker.
c. Persiapan Pranikah
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu:
1) Persiapan Ilmu tentang pernikahan.
Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Visi
pernikahan dalam Islam adalah menimba banyak pahala melalui aktivitas berumah
tangga. Menjauhkan diri dan keluarga dari api neraka, dan akhirnya berusaha meraih
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ilmu yang lain yang harus diketahui adalah
tentang hukum-hukum pernikahan. Seperti tentang rukun nikah, yaitu mempelai pria
dan wanita, dua orang saksi, wali dari pihak perempuan dan ijab kabul.
2) Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal
dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya terbuka semua
sifat-sifat asli masing-masing. Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi
segala kekurangan pasangan adalah hal yang mutlak diperlukan. Begitu juga cara-
cara mengkomunikasikan pikiran dan perasan kita dengan baik kepada pasangan
juga perlu diperhatikan, agar emosi negatif tidak mewarnai rumah tangga kita.
3) Persiapan Spiritual
Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam pernikahan
itu harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai pernikahan itu
sendiri juga setelah menikah tidak boleh jauh dari nuansa spiritual. Sebelum menikah
peningkatan kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa untuk
mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang akan menjadi penyejuk mata.
4) Persiapan Fisik
Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah, catin perlu
menjalani beberapa prosedur pemeriksaan, antara lain :
a) Tanda-tanda vital : suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah
b) Pemeriksaan status gizi :
(1) Berat badan
(2) Tinggi badan
(3) Lingkar lengan atas (LiLA)
(4) Tanda – tanda anemia
c) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Golongan Darah dan Rhesus
d) Pemeriksaan urin rutin
e) Pemeriksaan lain atas indikasi : gula darah, IMS, HIV, Malaria, thalasemia,
hepatitis B, TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks)
5) Persiapan gizi
Status gizi catin perempuan perlu diketahui dalam rangka persiapan kehamilan.
a) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa Tubuh (IMT).
Untuk catin perempuan ditambah dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA).
b) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
Jika seseorang termasuk kategori :
(1) IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut sangat kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK tingkat berat.
(2) IMT 17,0 - <18,5 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK tingkat ringan.
c) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko Kurang Energi
Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS dengan KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila LilA ≤ 23,5 cm artinya catin perempuan mengalami KEK.
Cara menghitung IMT :
BB(kg)
IMT =
TB ²(m)

Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Nilai IMT
Status Gizi Kategori IMT

Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0

Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17-<18,5

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0

Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27,0

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan persiapan gizi


antara lain :
(1) Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
(2) Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah
(TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali.
(3) Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) dan
Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai
dengan penyebab tersebut.
(4) Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh catin
perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam setiap hari
atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan
pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan minuman. Proporsinya dalam
setiap kali makan dapat di gambarkan di dalam ISI PIRINGKU yaitu :
(a) Sepertiga piring berisi makanan pokok
(b) Sepertiga piring berisi sayuran
(c) Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam proporsi yang
sama
(5) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh tetap
sehat:
(a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari
(b) Hindari minum teh atau kopi setelah makan
(c) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak.
6) Imunisasi Tetanus
a) Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu hamil dan catin,
merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit
Tetanus dan Difteri.
b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar memiliki kekebalan
sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan terlindungi dari penyakit
Tetanus.
c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali imunisasi Tetanus
lengkap (T5).
d) Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi Tetanus (status T)
melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka catin perempuan harus
melengkapinya di Puskesmas.
e) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan apabila status T sudah
mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang tercantum antara lain
pada kartu imunisasi, buku kesehatan ibu dan anak, buku rapor kesehatanku,
kohort dan/atau rekam medis catin yang bersangkutan.
Tabel 2.1 imunisasi TT

Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan

TT I 0

TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun


TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun

TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun

TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup

Menurut Yunica (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan antara


Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada
Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun
2014 menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan Tetanus Neonatorum sebenarnya
dapat dicegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia
subur (WUS) dan wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap
dengan interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus
selama 3 tahun (Yunica 2015).
7) Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi
Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat berfungsi dengan baik. Beberapa
tips untuk menjaga kesehatan reproduksi antara lain :
a) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
b) Gunakan pakaian dalam berbahan sintetis (katun) yang dapat menyerap keringat dan
tidak terlalu ketat.
c) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan
air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
d) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
e) Khusus untuk perempuan :
(1) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
(2) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
(3) Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam
sekali atau setelah buang air.
(4) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
f) Bagi laki – laki dianjurkan untuk disunat.
8) Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri
Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Ciri – ciri sehat jiwa :
a) Perasaan sehat dan Bahagia
b) Menyadari kemampuan diri
c) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
d) Dapat menerima orang lain
e) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
f) Mampu menghadapi tantangan hidup
g) Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain.

d. Informasi Nutrisi Pranikah


Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman
yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi
kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh
kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah
terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit
kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan
kesehatan individu dan masyarakat (Kemenkes RI 2015).
Dalam Permenkes RI Nomor 41 tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang,
pada remaja putri dan calon pengantin diberikan pesan khusus sebagai berikut :
1) Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan
Remaja putri dan calon pengantin perlu mengonsumsi aneka ragam makanan
untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral)
karena digunakan untuk pertumbuhan yang cepat, peningkatan volume darah dan
peningkatan haemoglobin. Zat gizi mikro penting yang diperlukan pada remaja putri
adalah zat besi dan asam folat.
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon pengantin diperlukan untuk
membentuk haemoglobin yang mengalami peningkatan dan mencegah anemia yang
disebabkan karena kehilangan zat besi selama menstruasi. Asam folat digunakan
untuk pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah. Asam folat
berperan penting pada pembentukan DNA dan metabolisme asam amino dalam
tubuh. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia karena terjadinya
gangguan pada pembentukan DNA yang mengakibatkan gangguan pembelahan sel
darah merah sehingga jumlah sel darah merah menjadi kurang. Asam folat bersama-
sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat membantu mencegah penyakit jantung.
Seperti halnya zat besi, asam folat banyak terdapat pada sayuran hijau, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Konsumsi asam folat pada orang dewasa disarankan
sebanyak 1000 gr/hari. Remaja putri (di atas 16 tahun) yang menikah sebaiknya
menunda kehamilan. Bila hamil perlu mengonsumsi pangan kaya asam folat dan zat
besi secara cukup, minimal 4 bulan sebelum kehamilan agar terhindar dari anemia
dan risiko bayi lahir dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung saraf
(Neural Tube Deffect).
2) Banyak makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna
Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli dan sayur kacang (buncis,
kacang panjang dll) banyak mengandung karotenoid dan asam folat yang sangat
diperlukan pada masa kehamilan. Buah-buahan berwarna seperti pepaya, jeruk,
mangga dll merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh. Buah-buahan juga
banyak mengandung serat dapat melancarkan buang air besar (BAB) sehingga
mengurangi risiko sembelit. Buah berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah
jingga, orange, biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya banyak mengandung vitamin,
khususnya vitamin A, dan antioksidan. Vitamin diperlukan tubuh untuk membantu
proses-proses metabolisme di dalam tubuh, sedangkan antioksidan diperlukan untuk
merusak senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas, yang berpengaruh tidak
baik bagi kesehatan.
e. Informasi tentang Kehamilan, Pencegahan Komplikasi, Persalinan dan Pasca Salin
1) Kehamilan
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang
disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Dalam proses
kehamilan terdapat mata rantai yang saling berkesinambungan, terdiri dari mulai
ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi
konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada rahim,
pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai kehamilan
matur atau aterm (Susilowati and Kuspriyanto 2016).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Trimester Kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu (Prawirohardjo 2014)
a) Trimester I adalah usia kehamilan 0 sampai 12 minggu
b) Trimester II adalah usia kehamilan 13 sampai 27 minggu
c) Trimester III adalah usia kehamilan diatas 28 sampai 40 minggu
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor yang dapat
membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak diinginkan. Kehamilan tidak
diinginkan dapat terjadi
a) Akibat hubungan seksual pranikah
b) Akibat gagal/drop out KB
c) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak tetapi tidak
menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada yang lebih
membahagiakan pasangan suami isteri selain dari kehadiran buah hati dalam
perkawinan mereka.
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi estrogen
dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel telur dari kandung telur,
sehingga sel telur berjalan lambat sehingga mengganggu waktu pertemuan sperma
dan sel telur. Jenis kontrasepsi hormonal terdiri dari pil kontrasepsi, kontrasepsi
suntikan, dan implan (Anwar, Baziad, and Prabowo 2011).
Efek samping kontrasepsi hormonal adalah adanya gangguan dari menstruasi.
Efek samping kontrasepsi DMPA (Depot Medroxyprogesteron Asetat) dan implan
yang paling utama adalah gangguan menstruasi berupa amenore, spotting,
perubahan siklus, frekuensi, lama menstruasi dan jumlah darah yang hilang (Hartanto
and Wulansari 2013). Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap
kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi (Susilowati and Prasetyo, 2015).
a) Tanda-tanda kehamilan
(1) Tes kehamilan poitif (+)
(2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi
pada siklus haid bulan berikutnya)
(3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari serta
sering buang air kecil
(4) Tidak ada nafsu makan
(5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
(6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar detak
jantung janin.
b) Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan
(1) Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Juni 2020 masih haid, kemudian ketika diperiksa tanggal
14 Juli 2020 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur kehamilannya
adalah antara 8 Juni sampai dengan 14 Juli 2020 adalah 36 hari atau sekitar
5 minggu.
(2) Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus :
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau datang bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka waktu
persalinan diperkiraka Tanggal 8+7 =15, Bulan 6-3 = 3, Tahun 2020+1=
2021 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2021.
c) Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin, yaitu
setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga kesehatan ibu dan
janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh nasehat atau pengobatan
bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
(1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
(2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
(3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
(4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
(5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(6) Penilaian status imunisasi TT
(7) Tablet tambah darah
(8) Tes laboratorium
(9) Tata laksana kasus
(10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai dengan standarpelayanan yaitu
minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan,dan minimal 2 kali pemeriksaan
oleh dokter pada trimester I dan III. 2 kali pada trimester pertama ( kehamilan
hingga 12 minggu )1 kali padatrimester kedua ( kehamilan diatas 12 minggu
sampai 26 minggu ) , 3 kali pada trimester ketiga ( kehamilan diatas 24
minggu sampai 40 minggu ) (Kementrian Kesehatan RI 2020).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil
beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur
dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin
timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan
cepat dan tepat. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil
terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan pertama) adalah kontak
pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan K4 adalah kontak 4 kali atau lebih
dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standar. Pelayanan
antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal tersebut telah memenuhi
standar yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan ukur
tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa),
ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium sederhana (rutin/khusus),
tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/ konseling) (Kemenkes RI, 2016).
d) Proses Kehamilan

Minggu Ke 1 (hari ke 7) Minggu Ke 4 (hari ke 28) Minggu Ke 8 ( hari ke 56)


Gambar 2.3 Proses Kehamilan
Keterangan :
(1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur (tuba fallopi)
(2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan dalam dinding
rahim
(3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan sel
(4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang mengikuti tahapan
kehidupan insani menjadi janin/ bayi
(5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280 hari ( 9 bulan 10
hari).
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum
matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali
suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada
dinding rahim, hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan,
dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi
oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap
bulannya akan melepaskan satu sel telur yang sudah matang, yang kemudian
ditangkap oleh microfilamen fimbria dibawa masuk ke rahim melalui saluran telur
(tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon
pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan
senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga
rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur (Manuaba,
2013).
e) Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama tidak ditemukan
adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
(1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
(2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari perut
(3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
(4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan lanjut
(5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
(6) Memakai bra yang dapat menahan payudara yang membesar serta memakai
alas kaki bertumit rendah.
(7) Posisi hubungan seksual perlu diatur agar tidak menekan perut
(8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksualama
(9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang yang
merokok
(10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
(11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
f) Nutrisi Makanan Ibu Hamil

g) Kehamilan dan Persalinan Beresiko


Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor yaitu 4 terlalu
dan 3 terlambat.
(1) 4 (EMPAT) TERLALU yaitu:
(a) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
(b) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)
(c) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
(d) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
(2) 3 (TIGA) TERLAMBAT yaitu
(a) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan
(b) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
(c) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara jarak
kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak kelahiran tersebut
akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi si ibu untuk
mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi kesempatan bagi organ-organ
reproduksi si ibu untuk kembali normal dengan baik dan memberi kesempatan bagi
anak yang lahir untuk tumbuh dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih
sayang. Sebelum merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara
matang, misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan
kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
2) Penundaan Kehamilan
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua pasangan yang
baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan tersedia beberapa
metode KB yang dianjurkan misalnya seperti
a) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
b) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
c) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal,
penilaian lendir vagina.

Gambar 2.4. Alat Kontasepsi


3) Tanda Bahaya Kehamilan

Gambar 2.5 Tanda Bahaya Kehamilan


Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu dan janin,
hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-tanda yang dapat
mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya. Beberapa tanda bahaya yang
dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
b) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
c) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
d) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
e) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
f) Muntah terus dan tidak mau makan.
g) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
h) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama sekali.
4) Persalinan
a) Konsep Dasar Persalinan
Dalam Kurniarum (2016) persalinan sering diartikan serangkaian kejadian
pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Ada
beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
(1) Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui
jalan lahir.
(2) Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi
yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat
pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya
dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam.
(3) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar.
(4) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
b) Macam – macam persalinan
(1) Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendirim melalui
jalan lahir ibu tersebut.
(2) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps,
atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
(3) Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

c) Persalinan berdasarkan umur kehamilan


(1) Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gr.
(2) Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
(3) Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
(4) Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi
dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
(5) Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
d) Sebab – sebab mulainya persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak
faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.
Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori
oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa
teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut :
(1) Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim
mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
(2) Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.
(3) Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya
teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
(4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa,
karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat
menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya) persalinan.
(5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua
diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium
pada setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.
Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini
juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam
air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
e) Tanda dan gejala persalinan
Tanda dan gejala persalinan yaitu :
(1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
(a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
(b) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala
janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu
untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
(c) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu
oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan
dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
 Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
 Tidak teratur
 Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
 Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
(d) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa
cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian
menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing
ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun
pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
(e) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu
ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi,
sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
(f) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan.
(2) Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
(a) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
 Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
 Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
 Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar.
 Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
 Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat
menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
(b) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
(c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
(d) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan
lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam
setelah air ketuban keluar
f) Tahapan Persalinan
(1) Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase
yaitu fase laten dan fase aktif.
(a) Fase laten persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
(b) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi
maximal, dan deselerasi
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan
lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin
(2) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi
dan 1 jam pada multi.
(3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
(4) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
(Kurniarum 2016).
5) Pasca Salin
Dalam Wahyuningsih (2018) terdapat beberapa pengertian tentang masa nifas
sebagai berikut:
a) Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas
berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.
b) Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. selama
masa ini, fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal.
c) Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas
6-8 minggu.
d) Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
e) Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
f) Tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
(1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih,
tekanan darah dan suhu.
(2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
(3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling perencanaan KB.
(4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi
(Wahyuningsih 2018).
f. Informasi tenteng Infeksi Menular Seksual, Infeksi Saluran Reproduksi, serta HIV dan
AIDS
1) Infeksi Menular Seksual
a) Pemgertian IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hunungan
seksual.
Tanda dan gejala IMS adalah :
(1) Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina, penis) atau
cairan dari anus, yang berbeda dari biasanya
(2) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing,
atau menjadi sering kencing.
(3) Ada luka terbuka/ basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut. Luka ini bisa
terasa nyeri bisa juga tidak.
(4) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam atau kutil
disekitar kelamin
(5) Terjadi pembekakan pada lipatan paha
(6) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelit/kantung zakar
(7) Sakit perut di bagian bawah yang kambuh, tetapi tidak berhubungan dengan
haid/ menstruasi
(8) Keluar darah setelah berhubungan seksual
(9) Demam
b) Jenis – Jenis IMS
(1) Gonore (Kencing Nanah)
Gejala gonore menurut Kemenkes RI (2018) adalah:
(a) Pada laki-laki: keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah, kental,
berwarna putih kekuningan.
(b) Pada perempuan; seringkali tanpa gejala, bila ada berupa cairan dari
alat kelamin berwarna putih atau kuning. Cairan terutama akan banyak
terlihat di daerah mulut rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga
kesehatan.
Komplikasi gonore menurut Kemenkes (2018) adalah:
(a) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.
(b) Pada perempuan menyebabkan mandul dan kehamilan luar
rahim/ektopik.
(c) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan gonorea, menyebabkan
konjungtivitas gonore yaitu berupa kemerahan pada salah satu atau
kedua mata dengan adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah
dan megakibatkan kebutaan.
(2) Sifilis (Raja Singa)
Gejala Sifilis menurut Kemenkes RI (2018) adalah Luka atau koreng,
biasanya berjumlah satu, berbentuk bulat atau lonjong, dasar bersih dan bila
diraba terasa kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri bila ditekan.
Kelenjar getah bening dilipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga
nyeri bila ditekan. Komplikasi menurut Kemenkes RI (2018) yaitu pada
perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran, melahirkan bayi
cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
(3) Herpes Genitaslis
Gejala Herpes Genitalis menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(a) Herpes genital pertama: timbul bintil-lentingan-luka berkelompok di atas
dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal
dan disertai gejala yang menyeluruh dan saling berhubungan (sistemik).
(b) Herpes genitaliss kambuhan timbul bila ada faktor stress pikiran,
hubungan seksual berlebihan, kelelahan dan lain-lain. Umumnya luka /
lesi sebanyak dan seberat gejala pertama.
Komplikasi herpes genitalis menurut Kemenkes RI (2018) adalah dapat
menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat kambuhan seumur hidup.
(4) Klamidia
Gejala klamidia menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(a) Pada laki-laki keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah, encer
kadang kental, berwarna putih kekuningan, dapat disertai peradangan
pada kulit alat kelamin.
(b) Pada perempuan keluarnya cairan dari alat kelamin, benanah encer,
berwarna putih atau kuning, leher rahim mudah berdarah.
Komplikasi klamidia menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(a) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan
(b) Pada perempuan menyebabkan kehamilan di luar kandungan / ektopik
dan kemandulan
(c) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan klamidia, menyebabkan
Konjungtivitis klamidiosis yaitu berupa sembab, kemerahan pada salah
satu atau kedua mata dengan adanya cairan yang keluar dari mata
dengan nanah yang tidak terlalu banyak dan dapt menimbulkan
kebutaan.
(5) Kondiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Gejala kondiloma akuminata menurut Kemenkes RI (2018) adalah bintil-
bintil tonjolan berbentuk seperti kutil terutama pada daerah yang lembab.
Bersifat kambuhan seumur hidup.
Komplikasi kondiloma akuminata menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(a) Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu
(b) Pada lakilaki dapat menimbulkan kanker penis
(c) Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim
c) Pencegahan terinfeksi IMS menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(1) Jaga kebersihan kelamin
(2) Tidak berhubungan seksual
(3) Menggunakan kondom
(4) Setia pada pasangan
(5) Menghindari faktor pencetus
(6) Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan minum
obat sesuai anjuran
d) Tindakan jika terinfeksi IMS menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(1) Jangan mengobati sendiri
(2) Segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan
(3) Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai dengan petunjuk dokter
(4) Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh
(5) Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mencegah dan mengetahui adanya penularan.
2) Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
a) Pengertian ISR adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi
ke dalam saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan seksual.

Gamar 2.6 Infeksi Saliran Reproduksi


b) Jenis – Jenis ISR
(1) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
(a) Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir vagina dan
liang vagina, disertai bengkak atau luka sobekan kecil.
(b) Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina, kadang-
kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu kental atau
kekuningan atau berbau asam.
Komplikasi : lecet pada kulit disekitar kelamin.
Pencegahan :
(a) Jaga kebersihan alat kelamin
(b) Pakaian dalam tetap bersih dan kering.
(2) Vaginosis Bakterial
Gejala : vagina berbau amis terutam setelah berhubungan seksual,
keluarnya cairan dari vagina namun tidak terlalu banyak, berwarna putih
keabu-abuan, melekat pada dinding vagina, tidak ada tanda-tanda
peradangan.
Komplikasi : menyebabkan penyakit radang panggul dan pada ibu hamil
dapat meyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran rematur, bayi berat badan
lahir rendah.
Pencegahan :
(a) Jaga kebersihan alat kelamin
(b) Tidak berhubungan seksual
(c) Menggunakan kondom
(d) Setia pada pasangan.
(3) Trikomoniasis
Gejala : keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah, kadang-
kadang berbusa, peradangan pada vagina, berbau seperti ikan busuk, dapat
disertai rasa gatal pada alat kelamin.
Komplikasi : pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran prematur dan
bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
(a) jaga kebersihan alat kelamin
(b) Tidak berhubungan seksual
(c) Menggunakan kondom
(d) Setia pada pasangan.
c) HIV dan AIDS
(1) Pengertian HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency Virus) merupakan kuman/ virus penyebab
AIDS. AIDS (aquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala/ penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari
infeksi HIV. Infeksi Hiv ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia.
(2) Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:
(a) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual tanpa
kondom, HIV dapat menular dari darah orang terinfeksi, cairan
mani/sperma atau cairan vagina langsung ke aliran darah
pasangannya, atau melalui selaput lendir yang berada dibagian dalam
vagina, penis atau dubur.
(b) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau
melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
(c) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pada pecandu narkoba
suntuk beresiko tertular HIV.
(d) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan dan
ketika menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak).
(3) HIV tidak menular melalui :
(a) Makan/minum bersama, memakai peralatan makan/minum mereka
(b) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan
(c) Hidup serumah, menggunakan Wc/toilet bersama, berenang bersama.
(d) Bergantian pakaian, handuk, sapu tangan
(e) Hubungan sosial lainnya
(f) Gigitan serangga.
(4) Adapun gelaja HIV menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(a) Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya
orang lain karena tidak menunjukan gejala klinis. Tetapi orang tersebut
bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh (darah,
cairan sperma, cairan vagina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5-10
tahun.
(b) Setelah itu orang tersebut mulai menunjukan kumpulan gejala akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
(5) Pencegahan HIV AIDS menurut Kemenkes RI (2018) adalah
(a) Tidak berhubungan seksual
Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.
(b) Saling setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan hubungan
seksual dengan orang lain.
(c) Kondom
Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual apabila
salah satu pasangan ada yang menderita HIV positif atau status HIV
pasangan belum diketahui.
(d) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum suntik beresiko menularkan HIV dalam jarum yang
tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari NARKOBA karena
hanya akan merugikan diri sendiri.
(e) Penggunaan alat-alat steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (penembus luka)
kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan akan lebih
mudah terjadi melalui darah.
(6) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)
(a) Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor resiko maka
lakukan tes HIV
(b) Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV , minum obat ARV
sesuai anjuran secara teratur seumur hidup
(c) Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu menggunakan
kondom setiap berhubungan seksual
(d) Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan dengan tenaga
kesehatan untuk merencanakan waktu yang tepat untuk hamil sesuai
dengan staus kesehatan pasangan
(e) Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan trimester I dan
berikan ARV profilaksis pada bayi dari ibu HIV.
g. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
1) Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi dan berasal dari sel leher rahim.
Faktor Resiko :
a) Menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum usia 20 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bramanuditya (2018) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara menikah usia muda dengan kejadian
kanker serviks (CI 2,064-7,750). Hasil Odd ratio yang didapat dari penelitian ini
yaitu 4,000. Hal ini berarti bahwa wanita yang pertama kali menikah pada usia <
20 tahun beresio 4 kali lebih besar terjadi kanker serviks daripada wanita yang
pertama kali menikah pada usia ≥ 20 tahun (Bramanuditya 2018).
b) Memilik banyak pasangan seksual (baik perempuan atau pasangannya).
c) Pernah terpapar penyakit IMS.
d) Ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim.
e) Hasil tes papsmear sebelumnya yang tak normal.
f) Merokok atau terpapar asap rokok.
Penelitian yang dilakukan Pitriani (2013) didapatkan hasil analisis Odds Ratio
(OR) terhadap kebiasaan merokok didapatkan OR sebesar 3,547 dan bermakna
(p < 0,05) yang berarti bahwa ibu atau suami dengan status merokok 3,547 kali
lebih besar untuk terkena kanker serviks dibandingkan yang tidak merokok.
Penelitian ini menemukan bahwa merokok merupakan faktor risiko terhadap
kejadian kanker serviks (Pitriani 2013).
g) Melahirkan banyak anak (> 3 anak).
h) Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang terjadi pada penderita
HIV/AIDS ataupun pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang
lama.

Pencegahan : Pencegahan primer kanker leher rahim dilakukan melalui imunisasi


HPV secara mandiri.
Deteksi dini :
a) Deteksi dini kanker leher rahim di anjurkan untuk perempuan usia 30-50 tahun
yang sudah berhubungan seksual dan bisa dilakukan setiap tahun, minimal 3-5
tahun sekali.
b) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Tes IVA (Inspkesi Visual
dengan Asam Asetat) dan Pap Smear. Perbedaan IVA dan Pap Smear antara
lain:
(1) Hasil tes IVA dapat segera diketahui satu menit setelah di oles asam asetat
sedangkan Pap smear membutuhkan waktu 1-2 minggu kemudian.
(2) Tes IVA dapat dilakukan kapan saja kecuali dalam keadaan hamil atau haid
yang banyak.
(3) Pemeriksaan tes IVA lebih murah dibandingkan dengan Pap smear.
c) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di dokter/bidan, puskesmas,
klinik swasta, rumah sakit.
d) Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki gejala. Pada
stadium lanjut, gejalanya antara lain :
(1) Pendarahan pasca hubungan seksual.
(2) Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga
menggumpal disertai bau busuk.
(3) Keputihan berbau busuk.
(4) Nyeri pinggang saat buang air
1) Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.
a) Faktor resiko :
(1) Merokok atau terpapar asap rokok.
(2) Ibu atau saudara ibu/klien yang memiliki kanker payudara.
(3) Menopause (berhenti haid) lebih dari 50 tahun.
(4) Menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.
(5) Tidak memiliki anak/infertilitas.
(6) Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.
(7) Tidak pernah menyusui.
(8) Riwayat adanya penyakit tumor jinak payudara.
(9) Adanya riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga lainnya.
(10) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet (peningkatan berat
badan/obesitas, pola makan yang buruk tinggi lemak dan rendah serat,
mengandung zat pengawet/pewarna, minuman beralkohol).
b) Tanda-tanda :
(1) Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara.
(2) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya.
(3) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara.
(4) Pembengkakan pada lengan bagian atas.
(5) Perubahan penampilan putting payudara.
(6) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting.
(7) Benjolan pada payudara.
(8) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak (axilla).
c) Deteksi dini :
(1) SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI), yang dilakukan pada hari
ketujuh sampai sepuluh di hitung mulai dari hari pertama haid atau bagi
yang telah menopause atau tidak haid karena menggunakan KB dilakukan
rutin setiap bulan pada tanggal yang sama.
(2) SADANIS (perikSAan payuDAra KliNIS) oleh tenaga kesehatan yaitu
dokter/bidan, sebaiknya dilakukan satu tahun/kali, minimal 3-5 tahun sekali
atau bila terdapat kelainan pada saat melakukan SADARI.
(3) Pemeriksaan Ultrasonography (USG), USG dilakukan terutama untuk
membuktikan adanya massa kistik dan solid/padat yang mengarah pada
keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40 tahun.
(4) Pemeriksaan Skirining Mammografi, di anjurkan untuk melakukan
pemeriksaan secara berkala, yaitu pada permpuan usia 40-50 tahun setiap
2 tahun sekali dan setiap satu tahun sekali pada perempuan di atas 50
tahun kecuali yang mempunyai faktor resiko.
d) Tata cara SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI)
(1) Langkah 1 :
(a) Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi kedua
lengan di samping tubuh. Kemudian angkat kedua tangan ke atas dan
perhatikan apakah ada perubahan pada payudara.
(b) Anda harus melihat : Perubahan payudara dari ukuran, bentuk dan
warna kulit atau ada kerutan pada kulit (kulit jeruk) atau ada
cekungan/ada tarikan kulit ke dalam.
(c) Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter untuk
berkonsultasi :
 Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
 Kulit payudara mengeras, mengelupas, mengkerut seperti kulit
jeruk, atau terdapat cekungan seperti lesung pipi.
 Perubahan pada putting, seperti putting tertarik ke dalam atau
keluar cairan dari putting.
 Benjolan/kelainan lainnya dari payudara.
 Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
(2) Langkah 2 :
Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada
berkontraksi dan perhatikan apakah terjadi perubahan pada payudara.
Kemudian bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara
menggantung seimbang.
(3) Langkah 3 :
Kemudian, dilakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
sambil berdiri atau berbaring, bila dalam keadaan berbaring sebaiknya
letakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
(4) Langkah 4 :
Angkat salah satu lengan ke atas dan tekuk siku sehingga tangan
memegang bagian atas punggung/kepala, kemudian dengan menggunakan
permukaan jari tangan yang lain raba dan tekan payudara dengan gerakan
melingkar dimulai dari bagian luar yaitu tepi payudara sampai ke bagian
dalam yaitu putting, selanjutnya cubit areola putting apakah keluar cairan
atau tidak, cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke daerah ketiak,
ulangi gerakkan yang sama pada payudara kanan.
(5) Langkah 5 :
Dalam posisi berbaring tekuk salah satu siku sehingga tangan menyentuh
kepala belakang. Kemudian dengan tangan yang lain rasakan apakah
terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah yang
berada di antara payudara, dari atas sampai bawah, kiri kanan, dan pundak.
2. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari
tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan
bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney, 2010).
1) Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2010), manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan,
keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus
pada klien. manajemen kebidanan:
a) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat komprehensif
meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
c) Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan
(Varney, 2010).
d) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien (Varney,2010).
e) Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f) Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g) Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
b. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis.
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga antara
bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani 2015).
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, < 16
tahun atau > 35 tahun (Walyani 2015).
Menurut penelitian Zuraidah (2015) bahwa umur wanita pra-nikah < 20 tahun
pengetahuan tentang bahaya seksual kurang, keadaaan sosial ekonomi rendah,
dan meiliki hubungan dengan pergaulan bebas saat dalam masa remaja. Akan
tetapi, tidak ada hubungan antara budaya dengan usia pernikahan.
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu selama
memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).

d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan
keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang peka
budaya kepada klien (Walyani, 2015).
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan klien
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Walyani, 2015).
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan yang dapat merusak
janin, dan persalinan prematur (Walyani, 2015).
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien, sehingga
lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert mengetahui jarak rumah dengan
tempat pelayanan kesehatan (Walyani, 2015).
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah untuk
memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain yang
disampaikan dengan kata – katanya sendiri
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke
fasilitas kesehatan
j) Riwayat Obstetri
(1) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien menstruasi.
Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun.
(2) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur atau tidaknya
setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari.
(3) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal adalah
kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
(4) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi tanda kontroksi
uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015).
(5) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang keluar saat
Menurut Walyani (2015) normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan
gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit umum
yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami dahulu.
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan skrining untuk
mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang telah diperoleh selama
hidupnya (Kemenkes RI 2014). Berikut ini jadwal pemberian imunisasi yang
sudah pernah mendapatkan imunisasi TT.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rika tahun 2018 tentang Hubungan
antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga tentang Imunisasi TT pada
Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi bahwa hasil dari uji
statistik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan responden dengan
kepedulian melakukan imunisasi TT di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung
Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018 menggunakan uji Chi Square dengan
tingkat probabilitas α : 0,05. Setelah mengolah data ternyata terdapat 0 sel
(8,17%) dengan frekuensi harapan < 5, sehingga dianalisis menggunakan
continuity correction didapatkan nilai p value = 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05).
Berdasarkan kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya ada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang imunisasi TT pada calon pengantin dengan
kepedulian melakukan imunisasi di KUA (Rika, 2018).
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda
kehamilan atau tidak.
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
(1) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan pola
makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan pantangan.
(2) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah selama
BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
(3) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan mandi minimal 2 kali
sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari,
berkeramas lebih sering dan menjaga kebersihan kuku.
(4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat diperlukan
calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2 jam, malam hari
yang normal adalah 6-8 jam.
(5) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang seberapa
berat aktivitas pasien.
(6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti minum jamu,
merokok, minum-minuman keras, dan obat terlarang dan kebiasaan lainnya
(Walyani, 2015).
o) Riwayat Psikososial Spiritual
(1) Persiapan Acara Pernikahan
Menurut penelitian yang dilakuakn oleh Anisah tahun 2015 tentang
Efektifitas Suscatin (Kursus Calon Pengantin atau Konseling Pranikah)
dalam Membentuk Keluarga Bahagia hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa korelasi 0,724 dengan signifikasi 0,000, karena signifikasi < 0,05,
maka H0 ditolak dan Hi diterima. Konseling pranikah efektif dalam
membentuk keluarga Bahagia (Anisah 2015).
(2) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam menekan tingginya
angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan problem keluarga
lainnya. Tata cara pelaksanaan dan materi yang akan disampaikan dalam
kursus pra nikah telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
(3) Persiapan Psikologis
(4) Persiapan Spiritual
(5) Identitas Karakter
(6) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien dan pasangan
mengenai persiapan pernikahan yang akan dilakukan.
2) Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
(1) Pemeriksaan Umum
(a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang
baik terhadeap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri
(b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis
sampai dengan koma.
(c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg)
(KemenkesRI 2018). Menurut Walyani (2015) tekanan darah normal berkisar
systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg.
(d) Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira 70 denyut per menit
dengan rentang antara 60 – 100 denyut per menit (Mandriwati, 2009).
(e) Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati, 2009).

(f) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila frekuensi
pernafasan lebih dari normal disebut takipnue dan jika frekuensi pernafasan
kurang dari normal disebut bradipnue (Astuti, 2012).
(g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terhadap dua kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus
selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan
penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat
badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang
meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan
berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
Berat badan dipengaruhi input nutrisi yang seimbang. Menurut
penelitian Fauziyah (2012) bahwa ada perbedaan bermakna pada
pengetahun p value : 0.001, sikap p value : 0.039 dan praktik p value : 0.000
sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi
menggunakan pengukuran dengan pre-test dan post-test.
Menurut penelitian Ningrum (2018) bahwa IMT terkecil 17 kg/m2 dan
IMT terbesar 30 kg/m2. Sedangkan berat badan terendah 2200 gram dan
terbesar 3800 gram. Pada panjang badan terpendek 46 cm dan terpanjang
50 cm. Ada hubungan antara IMT prahamil terhadap berat badan bayi lahir
sebesar p<0.01. Ada hubungan antara IMT prahamil terhadap panjang
badan bayi lahir sebesar p<0.01.
(h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan
tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada
masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan membandingkan
berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil. Bila
ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu kurang
(Mandriwati, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damayanthi (2017) tentang
Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan uji exact fisher,
diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut berarti Ha ditolak, Ho
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
status gizi calon penganti dengan kadar hemoglobin ibu hamil.
(j) Status Present
1. Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati,
2009).
2. Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
3. Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret
(Sulistyawati, 2009).
4. Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009).
5. Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu
(Saminem, 2009).
6. Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan adanya
kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih
(Saminem, 2009).
7. Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis (Saminem, 2009).
8. Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan (Saminem,
2009).
9. Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009).
10.Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau tidak
(Sulistyawati, 2009).
11.Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak
ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit
berwarna putih tidak berbau, keadaan normal terdapat pengeluaran
cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015).
12.Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
13.Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009).
14.Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk, 2010; h.
92 - 93). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan
pergerakan tidak ada (Saminem, 2009).
(2) Pemeriksaan Penunjang
Apabila ada indikasi kesehatan.
3) Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan
merujuk klien.
(1) Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
(2) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal yang sedang dialami wanita.
Diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian,normalnya tidak terjadi
masalah (Marmi, 2012).
(3) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat diabaikan
(4) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
4) Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil x analisa dan interpretasi data.P dalam
SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam dan ketujuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH PADA Nn. L 23 TAHUN
DENGAN IMUNISASI TT CALON PENGANTIN

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 12 Maret 2022
Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Ruang KIA
Biodata :
1. Nama : Nn. L 1. Nama Pasangan : Tn. T
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 25 tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku Bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta 6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Tonggara 11/4 7. Alamat : Slawi 1/2

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Nn. L mengatakan ingin imunisasi TT
2. Keluhan Utama:
Tidak ada keluhan
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : Tidak ada nyeri haid
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Banyaknya : 3-4 x ganti pembalut
4. Riwayat Kesehatan :
Penyakit / kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Nn. L mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, jantung,
paru-paru, asma, diabetes, TBC, HIV, dan hepatitis.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Nn. L mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah dan sedang menderita
penyakit hipertensi, jantung, paru-paru, asma, diabetes, TBC, HIV, dan hepatitis.
5. Riwayat Imunisasi : Tidak pernah *)
Jenis Tanggal Tempat
Keluhan
Imunisasi pelaksanaan Pemberian
TT1 - - -
TT2 - - -
MMR - - -
Varicella - - -

6. Rencana KB: Nn. L mengatakan belum ada rencana KB karena setelah menikah tidak
ingin menunda kehamilan.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
 Komposisi :
 Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang)
 Lauk: 3 x @1 potong (sedang), jenisnya : Ayam, telur, tempe, tahu
 Sayuran : 2 x @ 1/2 mangkuk sayur jenis sayuran kangkung, bayam,
 Buah : 1 x sehari / seminggu; jenis : Jeruk, pisang
 Camilan : 1 x sehari; jenis : Keripik
 Pantangan : Nn. L mengatakan tidak ada pantangan makan.
2) Minum
 Jumlah total 7-8 gelas perhari; jenis : Air putih, Teh, Kopi, Susu
b. Eliminasi
1) Buang Air Kecil :
 Frekuensi perhari : 5-7 x ; warna Kuning jernih
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
2) Buang Air Besar :
 Frekuensi perhari : 1 x ; warna kuning kecoklatan konsistensi lembek *)
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan

c. Personal hygiene
 Mandi 2 x sehari
 Keramas 2 x seminggu
 Gosok gigi 2 x sehari
 Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 3-4 x sehari
d. Istirahat/tidur
 Tidur malam 8 jam
 Tidur siang 1-2 jam
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
e. Aktivitas fisik dan olah raga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Bekerja
 Olah raga : tidak pernah
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
 Merokok : Nn. L mengatak tidak pernah merokok
 Minuman beralkohol : Nn. L mengatakan tidak pernah minum minuman
beralkohol
 Obat-obatan : Nn. L mengatakan tidak pernah atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan diluar resep dokter.
 Jamu : Nn. L mengatakan tidak minum jamu
 Sex Bebas : Nn. L mengatakan tidak pernah berhubungan sex
8. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
 Syarat pendaftaran pernikahan : Nn. L mengatakan sudah melengkapi syarat
pendaftaran nikah.
 Penyesuaian cuti Kerja : Nn. L mengatakan sudah mengajukan cuti selama 1
minggu.
 Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan : Nn. L merencanakan menikaha
tanggal 24 Maret 2022
b. Persiapan Membina Rumah Tangga.
 Persiapan fisik/kesehatan( medical chek up, vaksin)
 Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya keluarga : Tidak ada perbedaan budaya
perbedaan pendidikan : Tidak ada perbedaan pendidikan
c. Persiapan psikologis
 Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya : calon pengantin sudah saling
mengetahui sifat pasangan masing-masing.
 Cara berkomunikasi dengan pasangan : calon pengantin berkomunikasi dengan
lancer dan baik.
 Mekanisme koping Cara mengatasi masalah : untuk mengatasi masalah calon
pengantin saling berkomunikasi dan berdiskusi.
d. Persiapan spiritual
 Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya : Melakukan solat 5 waktu
dan berdoa.
e. Identifikasi karakter
 Harapan /keinginan kebutuhan antar pasangan : Calon pengantin berharap bisa
membina rumah tangga yang Sakinah mawaddah warohmah.
 Teknik manajemen konflik : Nn. L terkadang menangis untuk meluapkan
kekesalannya.
 Menanyakan kebiasaan catin : Bekerja dan bersantai dengan keluarga.
f. Pernikahan ini diharapkan oleh Nn. L, orang tua, pasangan, serta keluarga
g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini : Nn. L mengatakan keluarga
mendukung pernikahan ini.
h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan : tinggal bersama suami
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga : Ayah
j. Orang terdekat pasien : Ibu dan Ayah
k. Tingkat Pengetahuan Pasien :
 Hal-hal yang sudah diketahui pasien : Nn. L mengatakan sudah mengetahui
manfaat dari imunisasi TT, serta gizi seimbang.
 Hal-hal yang belum diketahui : Nn. L mengatakan belum mengetahui tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, serta persiapan kehamilan.
 Hal-hal yang ingin diketahui pasien : Nn. L mengatakan ingin mengetahui
tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta persiapan kehamilan.

C. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 110/70
4) Suhu : 36,4˚C
5) Nadi : 82 x/ menit
6) RR : 22 x/ menit
7) BB : 48 kg
8) TB : 156 cm
9) LILA : 23,2 cm
b. Status present
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak ada luka
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak odema
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan baik
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Ekstremitas : Bersih, tidak ada odema, tidak ada kemerahan
Punggung : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada odema, turgor kembali cepat
Bawah : Simatris, tidak ada kelainan, tidak ada odema, turgor kembali cepat
c. Status Obstetrik
Muka : Simetris, tidak odema, tidak pucat
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan,
Abdomen : Tidak adan bekas operasi
Genetalia : Bersih, keputihan normal, tidak odema, tidak kemerahan
2. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan darah
1) HB : 11, 8 gr/dL
2) Golongan darah : O
3) Rhesus :+
4) HbsAg : Non Reaktif
5) Sifilis : Non Reaktif
6) HIV/Aids : Non Reaktif
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
1) GDS : Tidak dilakukan
2) Thalasemia :Tidak dilakukan
3) TORCH : Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Urin
1) Plano test : Negatif

D. ANALISA
Nn. L usia 23 tahun dengan imunisasi TT calon pengantin.

E. PELAKSANAAN
Tanggal : 12 Maret 2022 Jam : 10. 30 WIB
1. Memberitahu kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan bahwa secara umum keadaan
baik, tanda – tanda vital dalam batas normal
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk calon pengantin wajib dilakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test dan golongan
darah. Tujuannya untuk deteksi dini adanya anemia, penyakit menular, penyakit kelamin,
kerusakan fungsi hati dan adanya kehamilan di luar nikah serta menganjurkan pasien ke
laboratorium untuk pemeriksaan.
Hasil : Nn. L mengerti dan paham serta bersedia untuk diperiksa laboratorium
3. Memberikan penjelasan mengenai hasil lab kepada pasien bahwa Hb 11,8 gr/dL yang
artinya Nn. L mengalami anemia ringan, normalnya untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL,
golongan darah pasien O, pemeriksaan HIV, sifilis, HbSAg Non Reaktif yang berarti
pasien tidak mengalami penyakit menular dan kelamin serta plano test negatif yang
berarti pasien dalam keadaan tidak hamil.
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
4. Menjelaskan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi pranikah untuk mencapai
keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Manfaat zat gizi untuk memelihara
kesuburan, meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan
ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien makan –
makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan
minimal 1,5 liter perhari. Mengonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, ikan, tempe,
tahu, sayur-sayuran hijau untuk menaikkan gizi pasien yang kurang energi kronik (KEK).
Serta menganjurkan pasien untuk rutin mengkonsumsi tablet tambah darah untuk
memperbaiki HB pasien yang kurang.
Hasil : Nn. L bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
5. Memberikan injeksi imunisasi TT dengan dosis 0,5 ml yang disuntikkan di lengan kiri atas
serta memberikan penjelasan mengenai efek samping yang timbul yaitu terasa nyeri dan
bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dikompres air
hangat.
Hasil : Nn. L telah mendapatkan imunisasi TT pada lengan kiri
6. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang imunisasi TT 1 bulan lagi dan segera datang
ke fasilitas kesehatan apabila mengalami masalah atau keluhan.
Hasil : Nn. L bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
7. Memberikan konseling kelas calon pengantin tentang kesehatan reproduksi pranikah yaitu
1) Konsep pernikahan
2) Hak reproduksi dan seksual
3) Persiapan pranikah
4) Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
5) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
6) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
7) Orang reproduksi perempuan dan laki – laki
8) Kehamilan ideal, metode kontrasepsi, proses kehamilan
9) Informasi tentang kehamilan meliputi tanda kehamilan, memeriksa kehamilan,
menjaga kehamilan, menu makan selama hamil, tanda bahaya hamil, kondisi
emosional kehamilan, tips relaksasi ibu hamil
10) Masa subur seorang perempuan
11) Tanda – tanda persalinan
12) IMS (Infeksi Menular Seksual)
Hasil : Nn. L mengerti dengan penjelasan yang dibeikan
8. Melakukan dokumentasi asuhan
Hasil : telah didokumentasikan
Tegal, 12 Maret 2022
Pembimbing Klinik Praktikan

IDAH MULYANINGSIH, Amd.Keb YUDIAFINA HASNA ZAFIRA


NIP. 197012171991032002 NIM : P1337424821527

Mengetahui
Pembimbing Institusi

HENY ROSIANA, S.ST, M.Keb


NIP. 198211102005012007
Catatan Perkembangan

RB/BPM NO.RM
Nama Pasien:
Nama Bidan:
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan
Jam (SOAP) Paraf
Senin, Subyektif : Kunjungan ke rumah pasien
14 Maret 2022 Obyektif :
12.00 WIB 1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,6°C
BB / PB : 438 Kg / 156 cm
LILA : 23,2 cm
2. Status obstetric
Muka : tidak pucat, tidak odema, simetris
Mammae : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : bersih, tidak odema, tidak kemerahan
3. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
Analisa :
Nn. L umur 23 tahun dengan perencanaan pernikahan
Penatalaksanaan :
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
bahwa secara umum keadaan baik, tanda- tanda
vital dalam batas normal
Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
2) Menganjurkan pasien untuk menjaga pola makan
seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan
kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat
saji, mencegah stress berlebihan, melakukan
olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan
secara rutin
Hasil : pasien mengerti dan bersedia melakukan
anjuran yang diberikan.
3) Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih
banyak mengkonsumsi makanan mengandung
asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau
tua atau minum susu yang terdapat kandungan
asam folat, dapat juga meminum suplemen asam
folat 0,4 mg setiap hari minimal 1 bulan sebelum
menikah untuk persiapan kehamilan
Hasil : Catin wanita bersedia mengikuti saran
bidan.
4) Menjelaskan kepada pasien tentang kebutuhan
tablet Fe. Zat besi merupakan suplemen
penambah darah untuk mencegah anemia.
Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi tablet
Fe 1 kali sehari diminum sebelum tidur malam
untuk mengurangi efek mual yang akan timbul
setelah ibu meminumnya. Menganjurkan pasien
mengonsumsi tablet Fe diminum dengan
menggunakan air putih atau air jerk karena akan
membantu proses penyerapan zat besi. Jangan
diminum dengan menggunakan air susu, kopi,
teh. Efek mengonsumsi tablet Fe yaitu mual,
konstipasi dan tinja berubah warna menjadi hitam
kecoklatan.
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran
5) Memberikan konseling kelas catin tentang
kesehatan reproduksi pranikah, yaitu :
a) Konsep pernikahan
b) Hak reproduksi dan seksual
c) Persiapan pranikah
d) Tindak kekerasan yang mengganggu
pernikahan
e) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
f) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam
rumah tangga
g) Organ reproduksi perempuan dan organ
reproduksi laki-laki
h) Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi,
Proses kehamilan
i) Informasi tentang kehamilan, termasuk
tanda-tanda kehamilan, memeriksakan
kehamilan, menjaga kehamilan, menu
makanan selama kehamilan, tanda bahaya
kehamilan, kondisi emosional ibu hamil, tips
relaksasi ibu hamil.
j) Masa subur seorang perempuan, yaitu
dekat dengan pertengahan siklus haid (14
hari sebelum haid berikutnya atau antara
kedua waktu dari siklus terpanjang dikurang
11 dan siklus terpendek dikurangi 18, jadi
perkiraan masa subur Nn. MN pada siklus
hari ke- 9 s.d. 22) atau terdapat tanda-tanda
kesuburan, diantaranya:
- Peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C.
- Pembesaran pada payudara, dapat disertai
rasa nyeri/tidak nyaman.
- Perubahan cairan serviks menjadi lebih
banyak, bening dan teksturnya licin.
k) Tanda-tanda persalinan, persalinan di tolong
tenaga kesehatan, perawatan pasca
persalinan, IMD dan ASI eksklusif, manfaat
ASI
l) IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan
HIV/AIDS, Kanker pada perempuan,
kehidupan seksual suami isteri
Hasil : catin mengerti penjelasan yang
diberikan.
6) Memotivasi pasien agar melakukan imunisasi
TT2. Imunisasi TT untuk mencegah penyakit
tetanus. Gejala penyakit tetanus antara lain :
tubuh menjadi kaku, kejang, demam,
pneumonia, hingga meninggal. Imunisasi TT
dilakukan sebanyak 5 kali. Imunisasi TT1
diberikan sebelum menikah, TT2 diberikan
setelah imunisasi TT1, imunisasi TT3 diberikan
setelah imunisasi TT2, imunisasi TT4 diberikan
setelah imunisasi TT3, imunisasi TT5 diberikan
setelah imunisasi TT4. Masa perlindungan
apabila imunisasi sudah lengkap yaitu
mendapatkan perlindungan seumur hidup.
Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
7) Menganjurkan kepada pasien untuk
memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang
diberikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara teori yang ada
dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Dalam pembahasan ini, penulis akan menganalisa
antara asuhan kebidanan yang diberikan pada Nn. L umur 23 tahun dengan kebutuhan imunisasi
TT calon pengantin pada asuhan pranikah dengan teori yang ada. Pada bab ini penulis akan
membahas mengenai pengkajian data subjektif, analisa dan penatalaksanaan.
1. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama alloanamnesa dimana
menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait, sedangkan auto anamnesa, yaitu
anamnesa yang dilakukan langsung pada pasien yang bersangkutan (Varney, 2010).
Anamnesa pada kasus Nn. L calon pengantin dilakukan dengan metode auto anamnesa
karena secara fisik maupun psikologis mampu melakukan komunikasi dengan baik. Saat
melakukan asuhan kebidanan pranikah pada Nn. L dicantumkan tanggal, jam dan tempat
sebagai bukti atau consent bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan
tempat seperti yang dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
a. Identitas Pasien
Identitas terdiri dari identitas pasien dan pasangan pasien. Identitas pasien berisi nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. Menurut Puspitasari (2014) dalam
bukunya yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif” menjelaskan bahwa nama
pasien perlu dikaji untuk menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan
pasien dan membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain; umur dikaji
untuk mengetahui adanya resiko yang berhubungan dengan umur, karena jika umur
pasien kurang dari 16 tahun termasuk dalam pernikahan usia dini yang artinya jika pasien
hamil pada usia tersebut maka di golongkan pada kehamilan yang beresiko. Dalam kasus
ini Nn. L berusia 23 tahun jelas tidak termasuk dalam pernikahan dini, serta usia Nn. L
sudah masuk pada kategori usia reproduksi sehat sehingga tidak masalah jika seteleh
menikah ingin langsung hamil. Selain mengetahui pendidikan pasien juga penting karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Walyani, 2015). Nn. L dan calon suaminya memiliki pendidikan terakhir
SMA sehingga dalam proses asuhan kebidanan yang dilakukan dapat berlangsung
dengan baik dan lancer.
2. Data Objektif
Menurut Varney (2010) data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan (pengkajian data), yaitu data yang diperoleh melalui observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Dalam
data objektif terdapat pemeriksaan status present yang dilakukan dengan lengkap mulai dari
kepala sampai kaki untuk memeriksa apakah ada masalah dalam kesehatan, termasuk dalam
hal ini adalah pemeriksaan tanda-tanda vital. Dalam kasus ini pemeriksaan tekanan darah
pasien 110/70 mmHg, Suhu 36,4˚C, Nadi 82 x/ menit, Respirasi 22 x/ menit sehingga dapat
disimpulkan bahwa tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
Pemeriksaan lainya adalah berat badan, tinggi badan dan Lila. Pemeriksaan tersebut
berguna untuk memberikan informasi terkait satus gizi pasien. Untuk hasil pemeriksaanya
didapatkan BB 48 kg, TB 156 cm, serta LILA 23,2 cm. Pengukuran LiLA bertujuan untuk
mengetahui adanya risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS
dengan KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LilA ≤ 23,5 cm artinya catin perempuan
mengalami KEK. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damayanthi (2017) tentang
Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisis dengan uji exact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07
hal tersebut berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi calon penganti dengan kadar hemoglobin ibu hamil.
Selain pemeriksaan fisik, diperlukan juga pemeriksaan penunjang untuk mendukung
tegaknya diagnose. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh calon penganting antara lain
pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test
dan golongan darah. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk deteksi dini adanya
anemia, penyakit menular, penyakit kelamin, kerusakan fungsi hati dan adanya kehamilan di
luar nikah. Pada kasus ini pasien mnedapatkan hasil Hb 11,8 gr/dL yang artinya Nn. L
mengalami anemia ringan, karena Hb normal untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL.
Remaja putri dan wanita usia subur yang belum hamil jika menderita anemia saat ini akan
memperparah kondisi anemia selama kehamilan nantinya, apalagi kondisi fisiologis ibu hamil
rentan terjadinya anemia (Maadi et al. 2019). Calon pengantin (catin) wanita merupakan
bagian dari wanita usia subur atau kelompok wanita prakonsepsi yang rentan mengalami
anemia. Penelitian di Kabupaten Semarang oleh Maadi (2019) menyatakan bahwa kadar Hb
pada wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh energi, protein, asupan zat besi dan status gizi.
Sementara faktor yang paling signifikan dengan kadar Hb adalah asupan energi dan status
gizi (Maadi et al. 2019).

3. Analisis
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan anamnesis data
objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual dan seperlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney & Jan M.K, 2010). Diagnosis
pada Nn. L adalah Nn. L usia 23 tahun dengan kebutuhan imunisasi TT calon pengantin.
Pasien melakukan imunisasi TT sebagai syarat untuk kelengkapan surat nikah dan pasien
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status kesehatan, deteksi dini adanya
penyakit menular maupun keturunan dan juga sebagai syarat kelengkapan dokumen.
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2022 pukul 10.30
WIB di Puskesmas Kedungbanteng, penatalaksanaan yang diberikan kepada Nn. L yaitu:
a. Memberitahu kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
RR 22 x/menit, suhu 36,40C, lingkar lengan 23,2 cm, dan tinggi badan 156 cm. Hasil
pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa lingkar lengan Nn. L 23,2 cm yang
masih dalam kategori KEK. Batas perempuan dikatakan tidak KEK apabila pemeriksaan
lingkar lengan >23,5 cm (Kementrian Kesehatan 2013). Kekurangan Energi Kronik (KEK)
adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi. Calon pengantin
yang dikatakan KEK akan sangat berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Seperti dalam
penelitian Pratama (2019) menyebutkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi yang kurang
sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal) (Kristiyanasari, 2010 dalam
(Paramata, 2019).
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk calon pengantin wajib dilakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test dan golongan
darah. Tujuannya untuk deteksi dini adanya anemia, penyakit menular, penyakit kelamin,
kerusakan fungsi hati dan adanya kehamilan di luar nikah serta menganjurkan pasien ke
laboratorium untuk pemeriksaan.
Hasil : Nn. L mengerti dan paham serta bersedia untuk diperiksa laboratorium
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatihatul Anhar Azzulfa pada tahun 2019
maka dapat dipahami bahwa pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan
reproduksi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh calon pengantin tanpa
terkecuali, serta hal tersebut merupakan salah satu persyaratan administrasi yang harus
dimiliki oleh calon pengantin (Azzulfa 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asep Saepullah, Mohammad Rana, dan Irfan
Dzikri Abdillah pada tahun 2019 dapat dijelaskan bahwa pada pelaksanaannya tes
HV/AIDS menjadi salahsatu syarat administrasi dalam perkawinan di kantor KUA. Apabila
dari hasil tes tersebut reaktif atau positif HIV maka pihak puskesmas akan menghubungi
langsung orang yang bersangkutan dan akan dilakukan konseling lanjutan secara
intensife. Ada beberapa manfaat dilakukannya tes HIV/AIDS terhadap calon pengantin di
KUA Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon yaitu menghindari dan pencegahan
penularan HIV/AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual), menjaga dan mendapatkan
ketentraman rumah tangga (Saepullah, Rana, and Abdillah 2019).
c. Memberikan penjelasan mengenai hasil lab kepada pasien bahwa Hb 11,8 gr/dL yang
artinya Nn. L mengalami anemia ringan, normalnya untuk wanita tidak hamil 12-16 gr/dL,
golongan darah pasien O, pemeriksaan HIV, sifilis, HbSAg Non Reaktif yang berarti
pasien tidak mengalami penyakit menular dan kelamin serta plano test negatif yang
berarti pasien dalam keadaan tidak hamil.
Hasil : Nn. L mengetahui hasil pemeriksaan
Teori menjelaskan bahwa ukuran kadar hemoglobin tergantung usia dan jenis
kelamin. Pada wanita dewasa di atas usia 18 tahun, kadar hemoglobin normal yaitu 12
sampai 15 g/dl. Kemudian, untuk pria dewasa diatas usia 18 tahun, kadar hemoglobin
normal yaitu 13 sampai 17 g/dl. Batasan kadar Hb normal untuk wanita usia 16–35 tahun
adalah 12 gr/dl (Putri and Sumarni 2013).
d. Menjelaskan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi pranikah untuk mencapai
keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Manfaat zat gizi untuk memelihara
kesuburan, meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan
ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien makan –
makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan
minimal 1,5 liter perhari. Mengonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, ikan, tempe,
tahu, sayur-sayuran hijau untuk menaikkan gizi pasien yang kurang energi kronik (KEK).
Serta menganjurkan pasien untuk rutin mengkonsumsi tablet tambah darah untuk
memperbaiki HB pasien yang kurang.
Hasil : Nn. L bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sherilla Irianti Putri dan Sri Sumarmi
pada tahun 2019 dijelaskan bahwa pengantin wanita merupakan calon ibu yang nantinya
hamil perlu dideteksi dini dengan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap
KEK melalui pemantauan kesehatan dan status gizinya. KEK berkaitan dengan asupan
makanan terutama energi dan protein dan berkaitan dengan kekurangan zat gizi makro
maupun mikro. Berdasar uji statistik menggunakan Independent sample t-test diperoleh
hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifi kan antara LILA responden di wilayah pantai
maupun pertanian (p = 0,654). Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat konsumsi energi
dan protein sebagian besar responden di kedua wilayah yang masih tergolong baik
sehingga ukuran lingkar lengan atas responden pun menjadi baik (Putri and Sumarni
2013).
e. Memberikan injeksi imunisasi TT dengan dosis 0,5 ml yang disuntikkan di lengan kiri atas
serta memberikan penjelasan mengenai efek samping yang timbul yaitu terasa nyeri dan
bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dikompres air
hangat.
Hasil : Nn. L telah mendapatkan imunisasi TT pada lengan kiri
Imunisasi TT diberikan secara IM (intra muscular) yaitu vaksin diberikan melalui
suntikan kedalam massa otot. Vaksin yang mengandung adjuvan harus diberikan secara
intramuskuler untuk mengurangi reaksi lokal.
Setiap perempuan yang akan (dan setelah) menikah perlu mendapatkan vaksin TT ini
sebanyak (total) 5 kali, agar mendapat perlindungan dari tetanus hingga 25 tahun. Namun
semua itu dilakukan secara bertahap. Jadwalnya biasanya dimulai sebulan sebelum
menikah hingga sekitar 2 tahun sesudah itu. Berikut jadwal suntik TT berdasarkan
Kemenkes RI:
1) T 1 - tidak harus sebulan, namun usahakan 2 minggu sebelum menikah agar ada
waktu bagi tubuh untuk membentuk antibodi.
2) TT 2 - sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi hingga 3 tahun ke depan).
3) TT 3 – 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungi sampai 5 tahun berikutnya).
4) TT 4 – 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10 tahun).
5) TT 5 – 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tahun) (Dinas Kesehatan
Kota Semarang 2019).
Menurut Yunica (2015) alam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara
Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu
Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun 2014
memnyebutkan bahwa penyakit infeksi dan Tetanus Neonatorum sebenarnya dapat
dicegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia subur
(WUS) dan wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap dengan
interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun
(Yunica 2015).
f. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang imunisasi TT 1 bulan lagi dan segera datang
ke fasilitas kesehatan apabila mengalami masalah atau keluhan.
Hasil : Nn. L bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
g. Memberikan konseling kelas calon pengantin tentang kesehatan reproduksi pranikah yaitu
1) Konsep pernikahan
2) Hak reproduksi dan seksual
3) Persiapan pranikah
4) Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
5) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
6) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
7) Orang reproduksi perempuan dan laki – laki
8) Kehamilan ideal, metode kontrasepsi, proses kehamilan
9) Informasi tentang kehamilan meliputi tanda kehamilan, memeriksa kehamilan,
menjaga kehamilan, menu makan selama hamil, tanda bahaya hamil, kondisi
emosional kehamilan, tips relaksasi ibu hamil
10) Masa subur seorang perempuan
11) Tanda – tanda persalinan
12) IMS (Infeksi Menular Seksual)
Hasil : Nn. L mengerti dengan penjelasan yang dibeikan
h. Melakukan dokumentasi asuhan
Hasil : telah didokumentasikan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan ini, penulis menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan
pada Nn. L umur 23 tahun dengan kebutuhan imunisasi TT calon pengantin dan cek lab.
Selain diberikan imunisasi TT1 pasien telah dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan Hb, HbSAg, Sifilis, HIV/AIDS, PP Test dan golongan darah. Tujuannya untuk
deteksi dini adanya anemia, penyakit menular, penyakit kelamin, kerusakan fungsi hati dan
adanya kehamilan di luar nikah serta menganjurkan pasien ke laboratorium untuk
pemeriksaan.

B. Saran
a. Bagi Pasien
Sebaiknya pasien tetap menjaga atau meningkatkan kesehatan Nn. S sendiri
seperti makan-makanan yang mengandung gizi seimbang guna menunjang status
gizi yang baik serta mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
mengkonsumsi tablet Fe agar terhindar dari kekurangan darah.
b. Bagi Lahan Praktik
Baiknya tujuan dari suatu organisasi kesehatan hanya dapat diwujudkan jika ada
kerjasama dari semua pihak baik dari pemerintah, pihak organisasi, maupun
masyarakat dalam rangka mendukung dan melaksanakan program-program
kesehatan.Selain itu, organisasi kesehatan perlu lebih agresif dalam mendeteksi
hal-hal yang nantinya dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat
sehingga kemungkinan terburuk dapat dicegah sebelum terjadi
c. Bagi Institusi Kesehatan
Sebaiknya institusi kesehatan dengan adanya asuhan calon pengantin serta
dalam rangka mengurangi beberapa angka kesakitan yang akan timbul, institusi
kesehatan dapat mengambil kebijakan program KIA-KB.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya institusi pendidikan menjadikan tugas akhir ini sebagai referensi
asuhan kebidanan calon pengantin
Perbaikan terhadap mutu puskesmas baik dari layanan administrasi maupun
medis. Puskesmas yang ada di Indonesia diharapkan memberikan pelayanan
yang lebih baik dari sebelumnya kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui
penyediaan peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada
fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu,
apotik dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh
pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat.
Tujuan dari suatu organisasi kesehatan hanya dapat diwujudkan jika ada
kerjasama dari semua pihak baik dari pemerintah, pihak organisasi, maupun
masyarakat dalam rangka mendukung dan melaksanakan program-program
kesehatan. Selain itu, organisasi kesehatan perlu lebih agresif dalam mendeteksi
hal-hal yang nantinya dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat
sehingga kemungkinan terburuk dapat dicegah sebelum terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Riantini, and Pulung Siswantara. 2018. “Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Pada Calon Pengantin Di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.” Jurnal Biometrika dan
Kependudukan 7(1): 29.
Anisah, Lailatul Siti. 2015. “EFEKTIFITAS SUSCATIN KURSUS CALON PENGANTIN ATAU
KONSELING PRANIKAH DALAM MEMBENTUK KELUARGA BAHAGIA : STUDI
KUANTITATIF DI KECAMATAN SUMBERSUKO, LUMAJANG.” Undergraduate thesis, UIN
Sunan Ampel Surabaya.: 91–93.
Anwar, Mochamad, Ali Baziad, and Prajitno Prabowo. 2011. Ilmu Kandungan. 3rd ed. eds.
Mochamad Anwar, Ali Baziad, and Prajitno Prabowo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Astiwara, Endy M. 2018. Fikih Kedokteran Kontemporer. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Atoillah, Ibnu. 2012. “PEMERIKSAAN KESEHATAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM.” : 57.

Azzulfa, Fatihatul Anhar. 2019. “ANALISIS MASLAHAH TERHADAP PELAKSANAAN


PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI CALON
PENGANTIN DI KUA KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal).
BKKBN. 2019. BKKBN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019. Jakarta:
BKKBN.

Bramanuditya, Amrisinta. 2018. “Hubungan Antara Pernikahan Usia Muda Dengan Kejadian
Kanker Serviks Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.”

Damailia, Herlina Tri, and Istiqomah Novita Harmawati. 2014. “Hubungan Sikap Tentang
Penundaan Kehamilan Usia Muda Dengan Perilaku Penundaan Kehamilan Usia Muda.” (1).

Damayanthi, Anisa Dwi. 2017. “HUBUNGAN STATUS GIZI PADA CALON PENGATIN (CATIN)
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DI KECAMATAN SEDAYU BANTUL
YOGYAKARTA.” 110265: 110493.

Dean, Sohni, Igor Rudan, et al. 2013. “Setting Research Priorities for Preconception Care in Low-
and Middle-Income Countries: Aiming to Reduce Maternal and Child Mortality and Morbidity.”
PLoS Medicine 10(9): 9–11.
Dean, Sohni V, Ayesha M Imam, Zohra S Lassi, and Zulfiqar A Bhutta. 2013. “Importance of
Intervening in the Preconception Period to Impact Pregnancy Outcomes.” Nestle Nutrition
Institute workshop series 74: 63–73. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23887104.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2019. “Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Pada Calon
Pengantin.”

Hartanto, Huriawati, and Prita Wulansari. 2013. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2014. “PMK No.97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan.” Artikel: [cited 2018
Jan 7]; 3-8. https://id.search.yahoo.com/search?
p=PMK+No.97+th+2014+tentang+pelayanan+kesehatan+masa+sebelum+hamil
%2C+masa+hamil%2C+persalinan+dan+sesudah+melahirkan&fr=yfp-
t&fp=1&toggle=1&cop=mss&ei=UTF-8%0Akesga.kemkes.go.id.

———. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 Profil Kesehatan RI 2015. Jakarta:
Keementrian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-Tahun-2015.pdf.

———. 2018. Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin. 2nd ed. ed. Wara
Pertiwi. Jakarta: Kemenkes RI.

KemenkesRI. 2016. PROFIL KESEHATAN INDONESIA.

———. 2018. 1 Science as Culture Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Keementrian Kesehatan RI.

———. 2019. Kementian Kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta.

Kementrian Kesehatan, Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. 2013. “Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan.”

Kementrian Kesehatan RI. 2020. Kementrian kesehatan RI Buku KIA Kesehatan Ibu Dan Anak.
Jakarta: Keementrian Kesehatan RI.
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/152.

Kurniarum, Ari. 2016. Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Kemenkes RI.

M.Khoiruddin. 2019. “WALI MUJBIR MENURUT IMAM SYAFI ’ I ( TINJAUAN MAQÂSHID AL-
SYARÎ ’ AH ).” Jurnal Ilmiah Keislaman 18(2): 319–48.

Maadi, Annisa Khaira et al. 2019. “Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita Prakonsepsi Di
Kabupaten Semarang.” Indonesian Journal of Human Nutrition 6(2): 70–83.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Fajar Mauaba, and Ida Bagus Gde Manuaba.
2013. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandunga Dan KB. Jakarta: EGC.

Menkes RI. 2014. 85 Applied Microbiology and Biotechnology Permenkes Nomor 41 Tahun 2014
Tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Paramata, Yeni. 2019. “Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kecamatan
Limboto , Kabupaten Gorontalo Chronic Energy Malnutrition in Women Reproductive Age
Limboto District , Gorontalo Regency.” : 120–25.

PermenkesRI. 2017. “Permenkes RI No 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.”


110265: 110493.

Pitriani. 2013. “RISK FACTORS OF CERVICAL CANCER INCIDENT ON LONG STAY PATIENTS
IN DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO CENTRAL GENERAL HOSPITAL, MAKASSAR.” : 1–
10.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Ketiga. Tangerang: PT Bustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Puspitasari, Dina. 2014. Asuhan Kebidanan Komprehensif. Purwokerto: DIII Kebidanan UMP.

Putri, Sherilla Irianti, and Sri Sumarni. 2013. “Perbandingan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, Dan
Kadar Hemoglobin Pengantin Wanita Di Wilayah Pantai Dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo.” Media Gizi Indonesia 9(1): 72–77.

RIKA, FIKARSIH PONDA CATUR. 2018. 11 Analytical Biochemistry HUBUNGAN ANTARA


TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG IMUNISASI TT
PADA CALON PENGANTIN DENGAN KEPEDULIAN MELAKUKAN IMUNISASI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG SAMARINDA BALIKPAPAN . Balikpapan.
http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-59379-1%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-
420070-8.00002-7%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.ab.2015.03.024%0Ahttps://doi.org/
10.1080/07352689.2018.1441103%0Ahttp://www.chile.bmw-motorrad.cl/sync/showroom/
lam/es/.

Saepullah, Asep, Mohammad Rana, and Irfan Dzikri Abdillah. 2019. “Tes Hiv / Aids Terhadap
Calon Pengantin Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Kesehatan 4(1).

Susanti, Dewi, Yefrida Rustam, and Alsri Windra Doni. 2018. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang
Tahun 2017.” Jurnal Sehat Mandiri 13(2): 18–25.

Susilowati, Endah, and Eko Prasetyo. 2015. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Siklus
Menstruasi Peserta Kb Aktif Di Desa Jati Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.” Januari
6(1): 79–96. http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/152.

Susilowati, and Kuspriyanto. 2016. Gizi Dalam Daur Kehidupan. 1st ed. Bandung: Refika Aditama.

Undang Undang Republik Indonesia tahun 2019. 2019. Undang-Undang Republik Indonesia
Undang - Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan. Jakarta.
https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf.

Varney, Helen, and Carolyn Jan M.K. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th ed. 2010: EGC.

Wahyuningsih, Heni Puji. 2018. Kementian Kesehatan RI Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.
Jakarta: Keementrian Kesehatan RI.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Ilmu Obsteri Dan Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Yunica, Joyce Angela. 2015. “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Umur Dengan Kelengkapan
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Ibu Hamil Di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2014.” Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan 2(1): 93–98.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/view/2538.

Anda mungkin juga menyukai