Anda di halaman 1dari 5

1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


SYEDZA SAINTIKA PADANG

PROFESI BIDAN
Asuhan Kebidanan Pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi

REFLEKSI
PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA PASANGAN PRANIKAH
DI PUSKESMAS TAPAN

Nama : RISKA PINDA


Nim : 2209015
Pembimbing Lapangan : Rasmayenti, Amd.Keb
Pembimbing Akademik : Dr. Eravianti, MKM
Tempat Praktik : Puskesmas TAPAN

Introduction
Pada Kasus ini menjelaskan tentang bagaimana perencanaan kehamilan
sehat untuk persiapan prakonsepi dan kehamilan yang sehat salah satunya dengan
pemberian imunisasi TT pada pasangan pranikah. Semoga melalui refleksi dapat
sebagai bahan untuk pengetahuan dan pengembangan diri saya kedepan dalam
memberikan pelayanan ke pasien.

Description
Pada Siklus ini di siklus pranikah dan prakonsepsi merupakan salah satu
siklus yang paling penting dalam persiapan kehamilan yang sehat. Pada siklus ini
saya berkesempatan dinas dan praktek di Puskesmas Tapan yang juga merupakan
salah satu puskesmas yang memberikan pelayanan kepada ibu hamil, persalinan,
nifas, neonatus, bayi, balita, remaja, Wus dan Pus serta lainsia, KB dan pelayanan
kesehatan dasar lainnya serta pelayanan yang diberikan juga salah satunya
pelayanan pada pasangan yang akan menikah yaitu dengan memberikan imunisasi
TT sebagai upaya untuk kehamilan yang sehat.
Dalam menjalani praktek ini yang menjadi perhatian saya terhadap
pelayanan yang ada yang berikan kepada pasien yaitu bagaimana cara kita
sebagai petugas kesehatan untuk mengayomi pasangan calon pengantin untuk
2

mempersiapkan kehamilan yang sehat salah satunya dengan memberikan


imunisasi TT pada pasangan calon pengantin. Selayaknya persiapan lainnya maka
kita sebagai petugas kesehatan harus siap dan harus bisa memberikan pelayanan
yang baik kepada pasangan pranikah.
Pada siklus ini saya memberikan tindakan imunisasi TT pada pasangan
pranikah yang bertujuan untuk mencegah penyakit tetanus toxoid pada ibu ketika
hamil. Selain itu pada siklus ini saya memberikan konseling tentang :
a. Gizi yang baik dalam persiapan kehamilan
b. Berkonsultasi kedokter kandungan
c. Menjaga berat badan ideal
d. Banyak mengonsumsi asam folat dan Fe
e. Jaga pola hidup bersih dan sehat
f. Banyak olahraga dan aktivitas fisik
g. Pentingnya imunisasi TT sebelum pranikah

Analysis
Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada
masyarakat reproduktif pranikah. Pelayanan kesehatan diawali dengan pemeliharaan
kesehatan para calon ibu (Jannah, 2018). Sebelum menikah Wanita usia subur atau
WUS melakukan pemeriksaan kesehatan untuk menjaga kesehatan pranikahnya.
Selain itu juga melakukan imunisasi Tetanus Toksoid yang merupakan sebagai salah
satu syarat ingin dilangsungkannya pernikahan. Imunisasi Tetanus Toksoid pada
WUS (Wanita Usia Subur) dilaksanakan 1 kali sebelum menikah. Pemberiannya 2x
vaksin secara SC (subcutan) dan waktu pemberiannya minimal 4 minggu atau 1 bulan
sebelum dilangsungkan pernikahan (Ranuh, 2008).
Pasangan calon pengantin (catin) perlu mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksinya. Tujuannya adalah untuk
mempersiapkan proses reproduksi yang aman dan sehat (Mayasari dkk.2021).
Pemeriksaan kesehatan pranikah atau calon pengantin tidak sama dengan medical
check up karena pada pemeriksaan kesehatan pranikah lebih memfokuskan pada
kesehatan reproduksi. Salah satu bentuk pemeriksaan yang juga merupakan syarat
yang harus dipenuhi adalah imunisasi Tetanus Toxoid (TT) (Zakaria, 2017).
3

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sabagai


upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi
tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus pada
calon ibu dan bayi yang akan dikandungnya (Meihartati, 2018).
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem saraf pusat.
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) sangat tinggi. Pada kasus tetanus
neonatorum yang tidak dirawat, angkanya mendekati 100%, terutama yang
mempunyai masa inkubasi kurang dari 7 hari. Angka kematian kasus tetanus
neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran
10, 8 – 55% (Sembiring, 2019).
Pemberian pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual secara
komprehensif perlu diberikan kepada usia dewasa muda/calon pengantin yang
akan memasuki gerbang pernikahan. Melalui konseling, informasi dan edukasi
(KIE) kesehatan reproduksi, diharapkan calon pengatin dapat mempersiapkan diri
menjalin kehidupan berkeluarga termasuk merencanakan kehamilan yang sehat
sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas (Kuntari dkk 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Aprida dkk, 2015 menghasilkan satu kesimpulan
yaitu pemerian pendidikan kesehatan tentang imunisasi TT efektif terhadap
peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT (Aprida dkk. 2015).
Konseling kesehatan bagi calon suami istri (calon pengantin) penting dilakukan.
Pendidikan kesehatan menjelang pernikahan merupakan proses pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat. Tujuannya adalah untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan serta pengembangan lingkungan yang sehat (Zein.2019)
Berdasarkan penelitian Sunarsi (2022) tentang Edukasi Imunisasi TT pada calon
pengantin menyatakan bahwa Tim melakukan peninjauan dan didapatkan hampir
seluruhnya memiliki pengetahuan sebatas definisi. Materi yang disampaikan meliputi
definisi, manfaat, jadwal dan tempat serta dampak jika tidak dilakukan imunisasi. Tim
memberikan kesempatan kepada peserta yang belum fahan untuk mengajukan beberapa
pertanyaan. Diakhir materi tim memberikan penegasan kepada calon pengantin untuk
4

segera melakukan imunisasi TT sebagai upaya pencegahan penyakit tetanus. Kegiatan


ditutup dengan melakukan post test dengan memberikan beberapa pertanyaan yang sama
dengan pertanyaan saat pretest dan didapatkan 95% calon pengantin mengeti dan faham
tentang imunisasi TT. Edukasi merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan. Hal tersebut terbukti dengan
meningkatkan pengetahuan calon pengantin saat post test dengan selisih nilai sebanyak
60%.
Edukasi diberikan untuk menambah pengetahuan. Pengetahuan merupakan mediator
pada perubahan kebiasaan. Dengan pengetahuan yang cukup akan memudahkan
seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari- hari (Nila Susanti. (2019). Selain terdapat
peningkatan pengetahuan, dengan diadakannya edukasi besar harapan adanya perubahan
perilaku, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup sehat pada masyarakat yang kelak
akan melahirkan generasi yang sehat, berkualitas serta dapat berpartisipasi dalam
pembangunan dibidang kesehatan.

Conclusion and Action Plan


Pada siklus ini saya mendapati kasus seorang ibu yang datang ke
puskesmas untuk melakukan imunisasi TT karena akan menikah. Pada kasus ini
hal yang saya dilakukan yaitu memberikan imunisasi TT, konseling tentang
jadwal serta pentingnya imunisasi TT pada pasangan calon pengantin. Selain itu
saya juga memberikan konseling gizi yang baik bagi untuk dalam persiapan
kehamilan seperti banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam
folat, vitamin E dan juga vitamin lainnya. Konseling lainnya yang saya berikan
yaitu konseling tentang pola aktivitas dan juga pola istriahat serta konseling
tentang jadwal masa subur. Tindakan selanjutnya saya juga melakukan
pemeriksaan tanda – tanda vital serta pemeriksaan fisik dimana semua hasilnya
didapatkan dalam batas normal.
5

Referensi
Almatsier, S. 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama

Aprida, S., Utami, S., & Hasneli, Y. (2015). Efektifitas pendidikan kesehatan tentang
imunisasi Tetanus toksoid (TT) terhadap pengetahuan ibu hamiltentang imunisasi
TT (Doctoral dissertation, Riau University).

Kuntari, S., Hamid, T., Pradopo, S., Tedjosasongko, U., & Wening, G. R. S. (2021).
Modul Pelatihan Kader Kesehatan Gigi dan Mulut pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan Anak. Airlangga University Press

Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Primadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi Wanita di
Sepanjang Daur Kehidupan. Syiah Kuala University Press.

Meihartati, T. (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Deepublish.

Nila Susanti, S. K. M., SY, Y. W. C., & Gz, S. (2019). NCP KOMUNITAS. WINEKA
MEDIA.

Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Deepublish.

Zakaria, L. (2017). Panduan Lengkap Menuju Resepsi Pernikahan, Let’s Get Married.

Zein, M. F. (2019). Anak dan Keluarga dalam Teknologi Informasi. Mohamad Fadhilah
Zein.

Manuaba, IBG., Manuaba, IAC., Manuaba, IBGF. 2015. Pengantar kuliah


obstetri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai