Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “D” USIA 29 TAHUN

WANITA USIA SUBUR DALAM MASA PRAKONSEPSI


DI PMB SUPIANA KEDUNGKANDANG MALANG

Disusun oleh :
Lucia Reyne Fieke Ngantung
NIM. 2019080198

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


HUSADA JOMBANG
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes) (Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb)

Ketua STIKES Husada Jombang Kaprodi

(Dra.Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.,MM) (Zeny Fatmawati, S.ST.,M.PH)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan Ny “D” wanita usia
subur dalam masa prakonsepsi Di PMB Supiana Kedungkandang Malang dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua
pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada Jombang.
3. Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb, selaku preceptor akademik
4. Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes, selaku preceptor klinik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan kebidanan ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES Husada pada khususnya.

Malang, 15 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum
terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah wankita mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum ia hamil. wanita
hamil yang sehat memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi yang sehat.
Idealnya, semua kehamilan adalah hal yang terencana dan setiap bayi berada dalam
lingkungan yang sehat. asuhan prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi,
antara lain: memungkinkan identifikasi penyakit medis; pengkajian kesiapan psikologis,
keuangan, dan pencapaian tujuan hidup.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan. Salah
satu persiapan yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada masa prakonsepsi atau hamil khususnya pada
wanita akan mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa penyakit
yang kemungkinan menganggu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga
keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari ( Cunningham, 2012).
Selama ini, persiapan prakonsepsi berupa konseling dengan tenaga kesehatan
masih tabu dilakukan. Padahal untuk membentuk generasi dan masyarakat yang
berkualitas dimulai dari pernikahan yang sehat. Bidan sebagai tenaga kesehatan tidak
hanya dalam melakukan tindakan medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor.
Dengan dilakukanya konseling khususnya pada wanita usia subur, diharapkan dapat
terwujudnya kehamilan yang ideal guna mewujudkan keluarga berkualitas. Berdasarkan
alasan yang telah diuraikan datas, penulis tertarik mengangkat asuhan kebidanan
pranikah pada WUS sebagai topik laporan komprehensif suhan kebidanan pada
prakonsepsi
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada wanita usia subur dalam
persiapan prakonsepsi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori prakonsepsi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada wanita usia subur
dalam perencanaan kehamilan.
3. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada wanita usia subur dalam
perencanaan kehamilan .
4. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada
wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
5. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan kasus.
1.3 Manfaat
Bagi Penulis : Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang didapat dalam
perkuliahan dengan kasus nyata dalam pelaksanaan praktek klinik.
Bagi Klien : Agar mengetahui masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada wanita usia subur dalam masa prakonsepsi
Bagi Institusi : Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan
pada wanita usia subur dalam masa prakonsepsi
Bagi lahan : Sebagai bahan kepustakaan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
wanita usia subur dalam masa prakonsepsi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
2.1.1 Pengertian perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa prakonsepsi
tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan kehamilan merupakan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi
kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan
kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum
(Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan
sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan
terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan
antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi
adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang
wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan proses
terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)
dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi
penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi
materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada
dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan masa sebelum
konsepsi. Perawatan prakonsepsi adalah satu set intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh perilaku dan kondisi sosial
untuk mencapai status kesehatan wanita dan kesehatan kehamilan melalui upaya preventif dan
manajemen (CDC, 2006).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi biomedik,
perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi.
Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj
risiko biomedik, perilaku, dan social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil
kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang
harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
2.1.2 Pengertian Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005).
Sementara menurut Prawirohardjo (2011:161) pendarahan haid merupakan hasil
interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus,
hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor lain di luar organ reproduksi

2.2 Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi


1.    Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan dapat
menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya.
2.    Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain : pemeriksaan
darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV,
dan GO.
3.    Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4.    Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab banyak
masalah dalam kehamilan.
5.    Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan, nifas
maupun kecacatan )
6.    Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah raga,
hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu
sudah terbiasa )
7.    Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan dan
observasi sebelum terjadi konsepsi.
8.    Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang
mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9.    Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.

Michael C. LU, MD, MPH, David Geffen dalam Recommendations for Preconception
Care tahun 2007 menyatakan beberapa model asuhan prakonsepsi telah dikembangkan. The
American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians dan Gynecologists
mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi menjadi empat kategori: penilaian fisik,
skrining risiko, vaksinasi, dan konseling. Sebagian komponen asuhan prakonsepsi (Tabel 1)
Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidup Minta pasien jika ia berencana untuk
memiliki anak (atau anak-anak tambahan jika
dia sudah menjadi ibu) dan berapa lama ia
berencana untuk menunggu sampai ia menjadi
hamil; membantunya mengembangkan
rencana, berdasarkan nilai-nilai dan sumber
daya, untuk mencapai tujuan tersebut
Riwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang
merugikan (misalnya, kematian bayi,
kematian janin, cacat lahir, berat badan lahir
rendah, kelahiran prematur) dan menilai
risiko biobehavioral berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada kehamilan
berikutnya
Riwayat kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat
kondisi yang dapat mempengaruhi kehamilan
berikutnya (misalnya, penyakit jantung
rematik, tromboemboli, penyakit autoimun);
layar untuk kondisi kronis yang sedang
berlangsung seperti hipertensi dan diabetes
Obat digunakan Meninjau penggunaan saat pasien obat;
menghindari FDA kehamilan kategori X obat
dan sebagian obat kategori D kecuali potensi
manfaat lebih besar daripada risiko janin ibu;
meninjau penggunaan obat tanpa resep, jamu,
dan suplemen
Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan
infeksi menular seksual seperti yang
ditunjukkan; memperbarui imunisasi hepatitis
B, rubella, varicella, Tdap, human
papillomavirus, dan vaksin influenza yang
diperlukan; nasihat pasien tentang mencegah
infeksi TORCH
Skrining genetik dan riwayat keluarga Menilai risiko pasien dari kelainan kromosom
atau genetik berdasarkan riwayat keluarga,
etnis latar belakang, dan usia; menawarkan
cystic fibrosis dan skrining operator lain
seperti yang ditunjukkan; mendiskusikan
pengelolaan kelainan genetik yang dikenal
(misalnya, fenilketonuria, trombofilia)
sebelum dan selama kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri
(misalnya, BMI), faktor biokimia (misalnya,
anemia), faktor klinis, dan risiko diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau,
alkohol, dan penggunaan narkoba;
menggunakan CAGE atau T-ACE kuesioner
untuk layar untuk alkohol dan
penyalahgunaan zat
Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan
racun dan paparan agen teratogenik di rumah,
di lingkungan, dan di tempat kerja (misalnya,
logam berat, pelarut, pestisida, endokrin,
alergen); meninjau Material Safety Data
Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis
informasi teratologi lokal yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan, kekerasan
dalam rumah tangga, dan stressor psikososial
utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung,
payudara, dan pemeriksaan panggul
Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah
lengkap; urinalisis; skrining golongan darah;
dan, jika diperlukan, skrining untuk rubella,
sifilis, hepatitis B, virus human
immunodeficiency, gonore, klamidia, dan
diabetes dan sitologi serviks;
mempertimbangkan pengukuran tiroid
merangsang kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana
berdasarkan rencana hidup reproduksi pasien;
bagi wanita yang tidak berencana untuk
hamil, mempromosikan penggunaan
kontrasepsi yang efektif dan mendiskusikan
kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan gizi Mempromosikan berat badan sebelum hamil
yang sehat (ideal BMI adalah 19,8-26,0 kg
per m2) melalui latihan dan mendiskusikan
nutrisi; makro dan mikro, termasuk
mendapatkan "lima sehari" (yaitu, dua porsi
buah dan tiga porsi sayuran) dan
mengonsumsi multivitamin harian yang
mengandung asam folat
Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti
nutrisi, olahraga, seks yang aman,
penggunaan kontrasepsi yang efektif, flossing
gigi, dan penggunaan pelayanan kesehatan
preventif; mencegah perilaku berisiko seperti
douching, tidak mengenakan sabuk
pengaman, merokok (misalnya, menggunakan
lima A [Ask, Advise, Assess, Assist, Arrange]
untuk berhenti merokok), dan alkohol dan
penyalahgunaan zat
Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang
cukup, dan teknik relaksasi; mengatasi stres
yang sedang berlangsung (misalnya,
kekerasan dalam rumah tangga);
mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan
pemecahan masalah dan resolusi konflik
keterampilan, kesehatan mental yang positif,
dan hubungan yang kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan
paparan pekerjaan untuk logam berat, pelarut
organik, pestisida, endokrin, dan alergen;
memberikan tips praktis seperti bagaimana
untuk menghindari paparan
Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan
bayi di punggung mereka untuk tidur untuk
mengurangi risiko sindrom kematian bayi
mendadak, perilaku pengasuhan yang positif,
dan pengurangan risiko biobehavioral
berkelanjutan

Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial


Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi; contoh termasuk
suplemen asam folat, pengujian untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika
diindikasikan, kontrol ketat diabetes pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme,
dan menghindari agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin
[Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)
FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria
toxoid, and acellular pertussis; TORCH =Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella,
Cytomegaloviruses, Herpes (simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut
down on drinking, Annoyance with criticisms about drinking, Guilt about drinking, and
using alcohol as an Eye opener; T-ACE = Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener

Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care tahun 2013 menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai seperangkat intervensi yang
bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial untuk hasil
kesehatan atau kehamilan wanita melalui pencegahan dan manajemen. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa wanita itu sesehat mungkin sebelum konsepsi untuk mempromosikan
kesehatan dan kesehatan anak-anak masa depannya. Asuhan prakonsepsi merupakan bagian
integral asuhan primer bagi perempuan di tahun-tahun reproduksi mereka. Ini bukan kunjungan
medis tunggal, melainkan harus dimasukkan ke dalam setiap keputusan medis dan rekomendasi
pengobatan untuk wanita ini.
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling prakonsepsi
menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care yaitu:
Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi
PERINGKAT
PEDOMAN KLINIS
BUKTI
Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil.
C
Memberikan konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.
Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk
A
mengurangi risiko cacat tabung saraf.
Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan
berat badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat C
badan yang sehat sebelum hamil.
Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya
kontrol glikemik sebelum konsepsi. Membantu pasien dalam
A
mencapai tingkat A1C sedekat normal mungkin untuk mengurangi
risiko kelainan kongenital.
Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan
prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika
C
memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah
yang diperlukan untuk mengendalikan penyakit.
Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular seksual dan
C
penyakit menular lainnya seperti yang ditunjukkan.
Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok, rubella; Tdap;
dan imunisasi varicella yang diperlukan pada pasien yang ingin C
hamil.
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.
A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten atau terbatas
berkualitas bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi, praktek
yang biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.

Asuhan awal wanita usia reproduksi harus mencakup identifikasi risiko kesehatan untuk
dirinya dan anak-anak masa depannya, dan menerapkan intervensi untuk mengurangi risiko ini.
Masalah umum dalam asuhan prakonsepsi diringkas dalam Tabel 3.
Table 3: Masalah umum dalam asuhan Prakonsepsi
MASALAH SARAN
Paparan lingkungan a.       Menilai paparan lingkungan di tempat kerja
untuk toxicants; industri yang diketahui
menggunakan bahan kimia beracun termasuk
asuhan klinis dan laboratorium kesehatan, dry
cleaning, percetakan, manufaktur, dan
pertanian
b.      Menilai paparan lingkungan dalam rumah
tangga kepada agen yang berpotensi berbahaya
seperti logam berat, pelarut, dan pestisida
c.       Menasihati pasien tentang menghindari
paparan merkuri dengan tidak mengkonsumsi
ikan besar (misalnya, hiu, ikan todak, tilefish,
king mackerel) dan membatasi asupan ikan
lainnya
Riwayat genetik keluarga a.       Skrining riwayat pribadi atau keluarga dari
anomali kongenital atau kelainan genetik
b.      Rujuk pasangan untuk konseling genetik bila
faktor risiko diidentifikasi, dan menyediakan
tes pembawa saat tepat untuk menentukan
risiko kehamilan masa depan
Obat a.       Menilai penggunaan obat teratogenik
b.      Wanita dengan penyakit kronis, beralih ke
obat yang lebih aman bila mungkin, dan
menggunakan obat paling sedikit pada dosis
terendah yang diperlukan untuk mengendalikan
penyakit
Penyakit jiwa a.       Skrining untuk gangguan depresi dan
kecemasan
b.      Menasihati pasien tentang risiko depresi yang
tidak diobati selama kehamilan, serta risiko
pengobatan
Faktor psikososial a.       Skrining kekerasan pasangan intim
b.      Mengevaluasi keselamatan pasien, dan
memberikan rujukan ke sumber yang sesuai
Penggunaan zat a.       Skrining untuk penggunaan alkohol, dan
memberikan rujukan bagi perempuan dengan
ketergantungan alkohol
b.      Skrining untuk penggunaan tembakau, dan
memberikan pengobatan berhenti merokok bila
diperlukan; pasien nasihat tentang efek
merokok pada kehamilan dan kesehatan anak
c.       Memberikan intervensi perilaku singkat
untuk mengurangi rokok, alkohol, dan
penggunaan narkoba

Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan imunisasi sesuai juga
penting pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).
Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi
SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI
Penyakit Menular
Chlamydia a.   Menyaring semua wanita yang lebih muda
dari 25 tahun dan wanita yang berada pada
risiko infeksi
b.   Mengobati pasien yang terinfeksi
Gonorrhea a.    Skrining wanita berisiko tinggi
b.   Mengobati pasien yang terinfeksi
Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan vertikal
Infeksi virus humana.   Screening universal
immunodeficiency b.   Konseling tentang risiko penularan vertikal
(Pengobatan mengurangi risiko ini)
Syphilis a.    Skrining wanita berisiko tinggi
b.   Mengobati pasien yang terinfeksi
Tuberkulosis a.   Skrining wanita berisiko tinggi
b.   Memperlakukan wanita dengan penyakit aktif
dan laten sebelum kehamilan
Imunisasi
Hepatitis B a.   Memvaksinasi semua wanita berisiko tinggi
sebelum kehamilan
b.   Pencegahan penularan vertikal
Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil
selama musim flu dan wanita yang berisiko
komplikasi terkait influenza
Campak, gondok, rubella a.   Skrining untuk kekebalan
b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan
tubuh wanita yang tidak hamil
c.   Menasihati pasien untuk menghindari
kehamilan selama tiga bulan setelah vaksinasi
Tetanus, difteri, pertusis a.    Vaksinasi tetanus dapat melindungi terhadap
tetanus neonatal
b.   Vaksinasi dengan Tdap selama kehamilan
(waktu optimal adalah usia kehamilan 27-36
minggu) untuk mengurangi risiko pertusis
neonatal
Varicella a.   Skrining untuk kekebalan
b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan
tubuh wanita yang tidak hamil
a.   Menasihati pasien untuk menghindari
kehamilan selama satu bulan setelah vaksinasi
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

Menurut Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Systematic Review of
Preconception Risks and Interventions mengemukakan intervensi yang dilakukan dalam
pengaturan kesehatan dapat memberikan akses yang lebih mudah untuk pasangan usia subur.
Namun, beberapa kontak yang diperlukan sebelum mereka menanggapi undangan untuk
menerima asuhan prakonsepsi. Sementara banyak wanita memiliki beberapa faktor risiko,
konseling prakonsepsi tidak memprovokasi kecemasan dan faktor risiko yang diidentifikasi lebih
mungkin untuk diatasi. Studi individu lanjut menunjukkan bahwa perempuan yang menerima
asuhan prakonsepsi mungkin lebih cenderung untuk merencanakan dan ruang kehamilan mereka,
berhenti merokok dan penggunaan alkohol, dan meningkatkan konsumsi asam folat.
Pesan kunci yang di tujukan kepada pasangan usia subur yaitu :
a.       Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko
yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH sebelum kehamilan. Meskipun sebagian besar
wanita memiliki setidaknya salah satu faktor risiko, dan banyak memiliki beberapa risiko,
konseling prakonsepsi tidak menyebabkan kecemasan.
b.      Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk mengubah perilaku
berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima konseling prakonsepsi memiliki hasil MNCH
yang lebih baik
c.       Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali konseling dapat dimulai
dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: "Apakah Anda berencana untuk hamil?" Dan
"Apakah Anda saat ini menggunakan metode KB?"
Atrash H, Jack BW, Johnson K dalam Preconception care: A 2008 update
'Pedoman mereka untuk Perinatal Care', AAP / ACOG menyatakan intervensi kelompok
prakonsepsi dibagi menjadi empat kategori:
a.       Penilaian Ibu
Keluarga berencana dan kehamilan; sejarah keluarga; sejarah genetik – ibu dan ayah; medis,
bedah, paru, dan sejarah neurologis; obat saat ini – resep dan di atas meja; penggunaan narkoba,
termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang; gizi; domestic penganiayaan dan
kekerasan; lingkungan dan pekerjaan eksposur; kekebalan dan imunisasi status; risiko faktor
untuk penyakit menular seksual; kebidanan sejarah; sejarah ginekologi; pemeriksaan fisik umum;
dan penilaian sosial ekonomi, pendidikan, dan konteks budaya).
b.      Vaksinasi
Vaksinasi untuk perempuan berisiko atau rentan terhadap Rubella, Varicella, dan Hepatitis B.
c.       Pemeriksaan
Semua perempuan HIV; tempat yang ditentukan untuk penyakit menular seksual, untuk menilai
penyebab keguguran berulang, untuk penyakit spesifik berdasarkan pada riwayat medis atau
reproduksi, dan untuk TB; untuk gangguan genetik berdasarkan riwayat keluarga: cystic fibrosis,
rapuh X, keterbelakangan mental, Duchene distrofi otot; dan untuk kelainan genetic berdasarkan
latar belakang ras / etnis: hemoglobinopathies sabit- Afrika Amerika; B-Thalassemia -
Mediterraneans, Asia Tenggara, Afrika Amerika; a-Thalasemia - Amerika Afrika / kulit hitam
dan Asia; Penyakit Sachs Tay - Ashkhenazi Yahudi, Perancis Kanada, Cajun; Gaucher, Canavan,
dan Nieman-Pilih Penyakit - Yahudi Ashkenazi; dan cystic fibrosis - bule dan Yahudi
Ashkenazi). Pada tahun 2001, ACOG direvisi rekomendasi terkait dengan cystic fibrosis dan
selanjutnya direkomendasikan bahwa dokter kandungan / ginekolog membuat skrining DNA
untuk cystic fibrosis tersedia untuk semua pasangan yang mencari prakonsepsi atau asuhan
prenatal - bukan hanya mereka dengan riwayat pribadi atau keluarga membawa Cystic gen
fibrosis.
d.      Konseling
Berolahraga, mengelola berat badan, menghindari aditif makanan, mencegah infeksi HIV,
menentukan saat pembuahan oleh menstruasi yang akurat sejarah, berpantang dari tembakau,
alkohol, dan terlarang penggunaan narkoba sebelum dan selama kehamilan, mengkonsumsi asam
folat, dan mempertahankan kontrol yang baik dari yang sudah ada sebelumnya setiap kondisi
medis).
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Preconception care: nutritional risks
and interventions menyatakan untuk menentukan kategori berat yang tidak normal, WHO dan
National Institutes of Health mengelompokkan berat menjadi empat kategori menurut indeks
massa tubuh individu: underweight (<18,5 kg / m2), normal (18,5-24,9 kg / m), kelebihan berat
badan (25,0-29,9 kg / m2), dan obesitas (30,0 kg / m ). Literatur menunjukkan hubungan BMI
antara obesitas pra-kehamilan dan kehamilan dapat merugikan hasil kehamilan. Selanjutnya,
berat badan pasca melahirkan berlebihan retensi adalah risiko tidak hanya untuk kehamilan
berikutnya, tetapi juga untuk pengembangan penyakit kronis ibu. Meskipun pedoman yang ada
untuk berat badan selama kehamilan menurut BMI ibu pra-kehamilan, namun berat badan
kehamilan tidak dibahas lebih lanjut karena berada di luar lingkup prakonsepsi. Ulasan
sebelumnya telah dinilai ibu lebih berat badan dan obesitas menggunakan berbagai titik cut off
untuk menentukan obesitas. Ulasan ini secara ekstensif meneliti setiap hasil MNCH yang telah
dilaporkan dengan semua kategori pengelompokan berat, data dari studi individu ke underweight
atau kelebihan berat badan dan membandingkan ini untuk wanita dengan BMI yang normal
seperti dijelaskan di atas.
Hasil review dari 34 studi yang membahas ibu underweight. Ulasan ini ditemukan bahwa
pada kasus underweight pra-kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko kelahiran prematur
sebesar 32% (RR 1,32, 95% CI 1,22-1,43). Kasus underweight Pra-kehamilan juga ditemukan
secara signifikan meningkatkan risiko usia kecil-untuk-kehamilan bayi (RR 1,64, 95% CI 1,22-
2,21)., Meskipun sebelumnya pekerjaan telah menemukan efek yang signifikan dari kasus
underweight pra-kehamilan pada risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah (RR 1,64
dan OR 1,82, ulasan ini menemukan tidak signifikan risiko (RR 1,37, 95% CI 0,46-4,13)
mungkin karena rendahnya jumlah studi termasuk karena ini yang satu-satunya untuk menilai
status berat badan ibu sebelum kehamilan. Tidak ada efek yang ditemukan untuk underweight
pra-kehamilan pada gangguan hipertensi kehamilan, GDM, besar untuk-kehamilan usia atau
makrosomia, atau cacat lahir bawaan.
Konsep asuhan prakonsepsi telah diartikulasikan selama lebih dari satu dekade, 5-20
namun belum menjadi bagian dari praktek rutin obat keluarga. Kurangnya pengetahuan dokter
yang direkomendasikan Intervensi adalah salah satu penghalang untuk penyediaan asuhan
prakonsepsi. CDC Publikasi alamat penghalang pengetahuan dengan menguraikan 14 intervensi
asuhan prakonsepsi tertentu untuk yang pedoman praktek klinis dan bukti efektivitas ada (Tabel
5).
Tabel 5. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan Hasil
Kehamilan
Intervensi Terbukti Efek Kesehatan
Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube defect
(NTD)
Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap sindrom
rubella bawaan.
Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3 kali
lipat dalam cacat lahir pada bayi dari wanita
diabetes.

Manajemen Hypothyroidism Menyesuaikan dosis levothyroxine awal


kehamilan melindungi pengembangan
neurologis yang tepat.
Vaksinasi hepatitis B selama Mencegah penularan infeksi pada bayi dan
perempuan berisiko menghilangkan risiko untuk wanita dari gagal
hati, kanker hati, sirosis, dan kematian akibat
infeksi HBV.
Screening HIV / AIDS dan Memungkinkan untuk pengobatan tepat waktu
pengobatan dan memberikan wanita (atau pasangan)
dengan informasi tambahan yang dapat
memengaruhi waktu kehamilan dan
pengobatan.
Screening dan pengobatan Sexually Mengurangi risiko kehamilan ektopik,
Transmitted Diseases (STD) kemandulan dan nyeri panggul kronis yang
berhubungan dengan Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhea dan mengurangi
kemungkinan risiko pada janin kematian janin
dan cacat fisik dan perkembangan, termasuk
keterbelakangan mental dan kebutaan.
Manajemen ibu PKU Mencegah bayi dari lahir dengan
(Phenylketonuria) keterbelakangan mental-PKU terkait.
Manajemen penggunaan antikoagulan Menghindari penggunaan antikoagulan
oral teratogenik (yaitu, warfarin) sebelum hamil
untuk menghindari paparan berbahaya. Wanita
yang memerlukan antikoagulan harus
mengganti terapi antikoagulannya dengan
heparin sebelum konsepsi.
Manajemen Antiepilepsi Mengganti obat ke regimen yang paling tidak
teratogenik / jika mungkin hentikan obat
sebelum kehamilan
Manajemen penggunaan Accutane Mencegah kehamilan bagi wanita yang
menggunakan isotretinoin (Accutane) atau
berhenti menggunakan isotretinoin sebelum
konsepsi, menghilangkan paparan berbahaya.
Konseling berhenti merokok Melengkapi berhenti merokok sebelum asuhan
kehamilan dapat mencegah terkait kelahiran
prematur merokok-, berat badan lahir rendah,
atau hasil perinatal yang merugikan lainnya.
Mengontrol alkohol pesta minuman keras dan /
Menghilangkan penggunaan alkohol atau sering minum sebelum kehamilan
mencegah sindrom alkohol janin dan cacat
lahir yang berhubungan dengan alkohol
lainnya.
Kontrol Obesitas Mencapai berat badan yang sehat sebelum
kehamilan mengurangi risiko cacat tabung
saraf, kelahiran prematur, diabetes, operasi
caesar, dan hipertensi dan penyakit
tromboemboli yang berhubungan dengan
obesitas.

Dalam jangka pendek, dokter dapat melakukan 2 hal untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi dan kesehatan peduli. Pertama, meminta setiap wanita usia reproduksi apakah dia
bermaksud untuk hamil dalam tahun depan. Meminta setiap wanita reproduksi niat
mempromosikan gagasan bahwa kehamilan harus ditujukan dan direncanakan dengan
menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang tidak berniat untuk hamil dan mempromosikan
strategi asuhan prakonsepsi untuk wanita jika mereka ada keinginan untuk hamil. Kedua,
menginformasikan perempuan yang kondisi kesehatan dan obat-obatan dapat mempengaruhi
hasil kehamilan dan kehamilan yang dapat mempengaruhi kesehatan wanita. Dalam jangka
panjang, aspek rekomendasi nasional bisa dimasukkan ke Proyek Masa Depan Kedokteran
Keluarga "New Model" dari kedokteran keluarga, yang mempromosikan penyediaan, asuhan
pasien berpusat berbasis tim dan komitmen untuk memberikan penting "keranjang layanan."

2.3 Konseling Pra Konsepsi


1.   Konseling Pra Konsepsi
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seorang mengenali kondisinya
saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk
mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, Abdul Bari. 2000:39). Menurut Rochman Natawidjaja,
2987:32, konseling adalah sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang
seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi
pada waktu yang akan datang.
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien ( Saraswati Tarigan, 2002).
Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku konselor dengan
klien mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini memerlukan keterbukaan
dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien.
Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal masalah,
merumuskan alternate, memecahkan masalah dan memiliki pengalaman dalam pemecahan
masalah secara mandiri.
Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi seorang
wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pembahasan ini mencakup
topik-topik, seperti apakah tersedia kamar bagi anak-anak, bagaimana cara mengasuh anak-
anak, kemapanan ekonomi dan kestabilan emosi wanita atau pasangan, serta harapan
pengalaman usia subur dan menjadi orang tua.
Pengaturan usia subur sehubungan dengan upaya wanita atau pasangan untuk menyelesaikan
pendidikan/memulai suatu karier, bagaimana stress mempengaruhi aktivitas. Sedangkan pada
remaja, bagaimana dengan penyelesaian sekolah dan rencana melanjutkan perguruan tinggi
atau pelatihan kerja serta metode pengontrolan kehamilan.
Menghentikan Penggunaan Metode Kontrasepsi (KB) : apabila wanita telah menggunakan
metode hormonal jangka panjang, seperti suntikan, susuk/implan, ia harus tahu bahwa
dibutuhkan beberapa bulan sebelum akhirnya ovulasi berlangsung teratur. Wanita dapat
menggunakan metode barrier (contoh: kondom) sampai ia mengalami menstruasi teratur
sehingga tanggal kehamilan dapat diperkirakan dengan tepat.
Tidak ada efek berbahaya pada janin yang perlu diperhatikan bila kehamilan terjadi setelah
semua metode ini dihentikan.
Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelmum mengalami kehamilan merupakan hal
yang sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan mencegah berat lahir rendah
dapat dilakukan dengan:
a)      Mencapai berat badan ideal
b)      Mengontrol gangguan makan dan pica
c)      Mengembangkan kebiasaan diet nutrisi seimbang
Skrining Genetik: pada setiap konseling genetik, kuncinya adalah menetapkan bahwa setiap
bayi dari wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu penyakit genetik.
Apabila faktor risiko genetik telah diidentifikasi, maka dapat dirujuk ke konselor genetik.
a.       Konseling Genetika
1)      Pengertian konseling genetik
Konseling genetik merupakan suatu proses pemberian informasi tentang aspek
genetik dari suatu penyakit yang diberikan oleh tenaga terlatih kepada mereka yang
mempunyai risiko tinggi atau kepada mereka yang memiliki gangguan-gangguan yang
bisa diwariskan kepada keturunannya.
Seorang pemberi konseling genetik (konselor genetik) dapat menjelaskan
bagaimana kelainan/ gangguan ini diwarisi oleh orangtua pada anak, risiko kemungkinan
berulang ; ditujukan kepada pasien, keluarga mereka dan tenaga medis yang secara
langsung memberikan pelayanan kepada mereka; dan memberikan dukungan kepada
pasien dan keluarga yang mengalami penyakit Bagi mereka yang memiliki riwayat
keluarga yang memiliki gangguan genetik, konselor genetik dapat menjelaskan risiko
yang akan mereka hadapi nanti, yaitu memiliki bayi yang mempunyai kondisi yang sama
dengan mereka dan bagaimana kondisi nantinya akan mempengaruhi si anak.
Klinik herediter merupakan pusat pemberi layanan konseling pertama yang
didirikan tahun 1940 di Universitas Michigan Amerika Serikat. Sejak itu banyak pusat
layanan seperti ini dibuka di seluruh dunia.
Selama beberapa tahun kemudian peranan genetik konselor mulai dikembangkan
dari membuat gambaran silsilah keluarga untuk mengetahui komponen-komponen genetik
dari penyakit dan cacat lahir sampai pada pendekatan tidak langsung, dibutuhkan konselor
untuk memberikan informasi dan umpan balik kepada pasien yang mengalami penyakit
dan risiko penyakit keturunan.
Individu yang datang untuk menemui konselor genetik mungkin mengalami 
gangguan tersendiri dan khawatir tentang keluarga mereka, pasangan yang memiliki anak
dengan gangguan genetic dan akan merencanakan kehamilan berikutnya, pasangan yang
merencanakan kehamilan pertama kalinya dan berharap untuk mendapatkan informasi
tentang kerentanan anak tersebut mangalami penyakit sama halnya dengan mereka yang
merencanakan kehamilan di usia tua serta ingin menilai beberapa resiko potensialnya.
Layanan konseling genetic sangat berguna disetiap tahap perkembangan, bayi yang harus
menjalani skrining, remaja yang akan diperiksa untuk menilai adanya gen thalasemia atau
menilai efek samping genetic remaja saat memasuki pertengahan siklus hidup dalam
memenuhi perubahan gaya hidup.
Konselor genetik sekarang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih luas disamping
kegiatan rutin di rumah sakit. Lahan pekerjaan mereka di pendidikan, administrasi,
pembuat kebijakan, dan dapat juga sebagai anggota dari perusahaan bioteknologi.
Beberapa dari mereka bekerjasama dengan ilmuwan dan dokter dalam
menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Kemajuan dan sumber teknologi telah memungkinkan konseling genetic untuk
memainkan peranan yang besar di beberapa negara berkembang dan kedepannya ini akan
disadari oleh negara-negara berkembang yang belum melakukan konseling genetic, tapi
ini masih harus dikembangkan; karena peran konselor masih sangat terbatas dinegara-
negara berkembang dimana tugasnya masih dijalankan oleh profesi kesehatan lainnya
tanpa spesialisasi.
Beberapa penyakit genetik atau cacat lahir dapat ditemukan sebelum bayi tersebut
lahir, yang lainnya tidak terdiagnosa sampai kelahiran atau sampai anak-anak tumbuh
besar.
Medical genetik dan konselor genetik dilatih untuk membantu keluarga-keluarga
untuk memahami tentang gangguan-gangguan genetic. Medikal genetik  biasanya adalah
seorang dokter, mereka melakukan pemeriksaan fisik saat dibutuhkan dan juga membantu
memberikan penyuluhan kepada pasien tentang gangguan-gangguan genetik.
Konselor genetik memberikan informasi tentang factor risiko dan menjelaskan tes
genetika yang tersedia. Seorang individu atau pasangan dapat menggunakan informasi ini
untuk membantu mereka dalam membuat keputusan untuk menjadi orangtua. Bagi orang-
orang yang berhubungan dengan mereka yang mempunyai riwayat keturunan, konselor
genetic dapat:
a)      Memberikan informasi komplit dan akurat tentang gangguan-gangguan yang
spesifik.
b)     Menentukan pasangan-pasangan yang berisiko memiliki anak dengan gangguan-
gangguan tertentu.
c)     Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang dapat menjelaskan bahwa bayi
memiliki gangguan sebelum atau setelah lahir.
2)      Sasaran konseling genetic
Konseling genetk diberikan kepada mereka yang :
a)      Sedang hamil atau berencana untuk hamil yang memiliki riwayat :
  Gangguan genetik seperti : kistik  fibrosis.
  Cacat lahir : bibir sumbing,
  Abnormalitas kromosom : down sindrom
  Retardasi mental
b)   Wanita yang memiliki riwayat abortus berulang
c)    Wanita yang sulit hamil
d)   Wanita yang telah dinyatakan telah terpapar dengan segala sesuatu yang
berbahaya terhadap bayi yang akan dilahirkan (termasuk di dalamnya sinar x,
radiasi, beberapa obt-obatan, alkohol, infeksi).
e)    Wanita yang berusia  di atas 35 tahun.
f)     Wanita yang berkepentingan untuk mendapatkan diagnosis prenatal
g)    Wanita yang sebelumnya sudah diberitahukan bahwa kehamilannya
kemungkinan memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi atau cacat lahir
berdasarkan hasil USG atau pemeriksaan darah.
Yang lainnya yang diuntungkan dari konseling genetik ini adalah :
1.      Mereka yang memiliki riwayat keturunan kanker dan ingin mengetahui risiko dari
perkembangan kanker tersebut dan cara untuk mengurangi risiko.
2.      Mereka yang mengalami gangguan perkembangan seksual sekunder.
Pada konseling genetik, konselor menanyakan individu atau pasangan beberapa
pertanyaan tentang riwayat keluarga dan riwayat medis. Ia juga menjelaskan
pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan ( prenatal
atau pemeriksaan darah). Konselor menjelaskan bagaimana proses terjadinya kelainan
tersebut, ia juga membicarakan tentang risiko penurunan kondisi tersebut pada anak.
Pemeriksaan fisik oleh medical genetic menjadi bagian dari kegiatan konseling genetic.
Ahli genetik ini bisa menyarankan beberapa tes untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis
3)      Proses konseling genetic
Selama konsultasi :
Riwayat kesehatan keluarga dikumpulkan untuk memberikan informasi tentang kesehatan
anggota keluarga, membuat diagnosis dari kondisi genetic, atau dipastikan pada saat
kehamilan, setelah persalinan, masa anak-anak, atau dalam kehidupan lanjut setelah itu.
Diagnosis dibuat, berdasarkan dari hasil pemerriksaan biokimia atau genetic. Diagnosis
yang dibuat ini  bisa juga berarti bahwa anggota keluarga yang lain juga bisa mengalami
resiko yang sama.
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan oleh seorang konselor dalam melakukan
konseling terhadap kelurga yang bermasalah :
a)      Memperkirakan resiko pada aggota keluarga yang lain, atau anak berikutnya, yang
akan terpengaruh oleh kondisi. Bagaimanapun mereka harus diyakinkan untuk mengikuti
konseling genetic dalam menemukan keadaan-keadaan yang sepertinya tidak terjadi
dalam keluarga mereka.
b)      Mendiskusikan dampak dan pengaruh yang mungkin terjadi pada individu atau
keluarga dalam suasana yang mendukung. Informasi verbal dan tertulis mengenai kondisi
mereka diberikan untuk membantu mereka dalam menanggapi beberapa isu yang
mungkin muncul dari diagnosis yang telah dibuat tentang kondisi genetik.
c)      Mendiskusi bila terdapat pemeriksaan prenatal yang sesuai dan pilihan-pilihan
lainnya untuk memastikan bahwa keputusan yang dibuat tersebut berdasarkan data dasar.
Beberapa kondisi genetik dapat dibuat sebelum bayi lahir:
a)      Jika kondisi genetik ini diidentifikasi melalui diagnosis prenatal, konseling genetik
menjadi sarana yang menyediakan informasi langsung dan dengan demikian keputusan
dapat dibuat sehubungan dengan kelanjutan kehamilan.
b)      Pada mereka yang telah terpapar zat teratogenik (kimia, obat-obatan, radiasi,
medikasi atau gen lingkungan lainnya yang dapat menimbulkan cacat lahir). Konseling
genetic memberikan kesempatan untuk memperoleh informasi dan dukungan.
c)      Mendiskusikan dan menyusun pemeriksaan genetik pada mereka yang carier, yang
diprediksikan dan mereka yang belum memperlihatkan gejala.
4)      Konselor genetic
Yang memberikan konseling genetic :
Konseling genetik diberikan oleh tim profesional multidisiplin yang termasuk di
dalamnya :
a)      ahli genetik klinik dan spesialis medis lainnya dengan keahlian dalam hal-hal yang
berkaitan dengan genetic di bidang mereka seperti : ahli onkologi dan ahli saraf.
b)      Konselor genetic yaitu mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kesehatan
professional dengan pelatihan khusus dan diberi sertifikat oleh HGSA (Human Genetic
Sosiety Australia).
c)      Pekerja social yang memiliki ketertarikan terhadap genetic, bekerja sangat dekat
dengan klinik genetik, konselor genetik dan kelompok-kelompok yang mendukungnya.
Ada beberapa alasan kenapa konseling genetik diperlukan :
a)    Bila ada suatu kondisi dalam keluarga dan individu yang bersangkutan  yang mana
mereka atau anak mereka akan mengalami perkembangan kondisi.
b)  Sebelum anak mengalami masalah serius dalam pertumbuhan, perkembangan atau
kesehatan.
c)  Satu atau lebih anggota keluarga (hubungan darah yang tidak berhubungan dengan
perkawinan). Memiliki cirri-ciri yang tidak biasa, atau masalah kesehatan yang serius.
d)  Wanita yang berada pada usia pertengahan 30 atau lebih dan yang merencanakan
kehamilan atau mereka yang telah siap untuk hamil.
e)      Saat suatu pasangan memiliki hubungan darah.
f)     Individu atau pasangan mereka berhubungan dengan kondisi ini dan akan
menurunkan pada keturunannya.
g)      Ketika abnormalitas fetus sudah terdeteksi selama kehamilan.
h)   Jika terpapar dengan lingkungan yang bisa menyebabkan cacat lahir seperti : obat-
obatan, kimia, medikasi, radiasi.
Beberapa hal penting yang khususnya disampaikan oleh konseling genetic jika disertai
oleh factor-faktor resiko yang diterapkan pada anda:
a)      Sebuah skrining tes kehamilan standar, seperti tes Alpha Fetoprotein, yang
mendapatkan hasil yang tidak normal.
b)     Hasil amniosentesis yang tidak diharapkan (seperti kelainan kromosom dalam
kehamilan)
c)      Orang tua/ keluarga dekat yang mewarisi penyakit atau cacat lahir.
d)     Orang tua yang memiliki anak dengan cacat lahir atau gangguan genetic.
e)      Ibu yang mengalami 2 atau lebih keguguran atau bayi lahir mati.
f)       Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih ketika melahirkan.
g)      Kesempatan memiliki anak dengan Down Syndrome meningkat pada ibu dengan
usia: Seorang wanita mengalami 1 dari 350 kehamilan anak dengan Down Syndrome pada
usia 35 tahun, 1 dalam 110 kehamilan pada usia 40 tahun, dan 1 dalam 30 pada kehamilan
dengan usia 45 tahun.
h)      Anda yang berhubungan dengan kelainan genetic frekuensi kejadian dalam etnik
tertentu atau kelompok ras. Contoh, pasangan keturunan Africa mempunyai resikoo tinggi
memiliki anak dengan anemia bulan sabit; pasangan dari Eropa Jewish (Ashekenazi)
bagian timur atau tengah, Cajun, or keturunan Irlandia memungkinkan sebagai carrier
penyakit Tai-Sachs; dan pasangan Italia, Yunani, atau keturunan Timur Tengah dapat
membawa gen Thalasemia, gangguan sel darah merah. 
Setelah Konseling:
Genetik konselor dapat membantu anda memahami masalah anda dan memberikan
anjuran-anjuran langsung kepada anda, anda beserta keluarga akan memutuskan apa yang
akan dilakukan selanjutnya. Jika anda telah mendapatkan informasi tentang konsepsi
bahwa anda atau pasangan berisiko tinggi untuk memiliki anak dengan kecacatan yang
parah/ fatal pilihan anda adalah:
a)      Diagnosis preimplantasi ; saat sel telur telah dibuahi dalam uterus dilakukan tes
untuk menilai kecacatan pada fase blastosis dan hanya blastosis yang tidak terpengaruh
yang ditanamkan di uterus untuk menghasilkan kehamilan.
b)      Menggunakan donor sperma atau donor sel telur
c)      Adopsi
d)     Jika anda mendapatkan diagnosis kecacatan yang fatal setelah konsepsi berikut ini
adalah piilihan-pilihan yang dapat anda lakukan:
    Menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan saat anda memiliki bayi.
    Pembedahan pada fetal untuk memperbaiki kecacatan sebelum dilahirkan.
(Pembedahan ini hanya dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kecacatan, seperti :
spina bifida, atau hernia diafragma congenital).
    Mengakhiri kehamilan.

2.4 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi


Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang perlu
dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para penganjur dan
konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian besar masyarakat umumnya tidak sepenuhnya
mengetahui status kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak melaksanakan
general check up rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah
silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan hereditas dan saat hamil dapat
mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya nanti (Purba, 2014)
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan untuk
memastikan status kesehatan pasangan, terutama untuk mendeteksi adanya penyakit
menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan
maupun kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan prakonsepsi berarti
kita dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah kesehatan
terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik (Prodia, 2014).
2.4.1 Jenis Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi jenisnya bermacam-macam. Pemeriksaan
disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami pasangan secara jujur berani dan objektif.
Pemeriksaan tersebut anatara lain:
1. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa hemoglobin
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon ibu tidak
mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam pengalaman medis,
kadangkala ditemukan gejala anti phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu kelainan
pada darah yang bisa mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan
keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter akan melakukan
tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat pasangan perempuan hamil dia
dapat mempertahankan bayinya.
Pasangan juga diminta untuk melakukan pemeriksaan darah anticardiolipin
antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah
mengental sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada janin yang berada di
dalam rahimnya. Selain itu jika salah satu pasangan memiliki catatan down syndrome
karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih intensif
lagi.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transportasi oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam menentukan normal atau tidaknya
kadar hemoglobin seseorang, harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini
berbedabeda di tiap laboratorium klinik, yaitu: Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl, Umur 1
minggu : 15-20 gram/dl, Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl, Anak anak : 11-13 gram/dl,
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl, Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl, Lelaki tua : 12.4-14,
gram/dl, Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah
dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling
sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi
dan penyakit sistemik (kanker, lupus, dan lain-lain). Sedangkan kadar hemoglobin yang
tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok.
Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dan
lain-lain.
2. Pemeriksaan Rhesus Rh
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah
mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB, atau O rhesusnya juga ditentukan
untuk mempermudah identifikasi (+ atau -). Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada
atau tiadanya substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D
dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D.
Umumnya, masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa
ber-rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah pasangannya, padahal
perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan rhesus
negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki
kemungkinan ber-rhesus negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif, tidak
bermasalah. Tetapi, bila ber-rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan
berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin yang dikandung ber-rhesus positif,
hal ini bisa membahayakan. Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah
janin dan mengakibatkan kematian janin.
3. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis
(Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil yang
menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti: janin yang
tidak sempurna/cacat, hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan ketuban),
meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta macrosomia (bayi menerima kadar glukosa
yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).
4. Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis
B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau clearence virus. Selain itu
pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita hepatitis
B maka dapat diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.
5. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi
kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes, klamidia, gonorea, hepatitis dan
sifilis pada pasangan, sehingga bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat
jika dinyatakan terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan ibu
hamil maupun janinnya.
6. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di Indonesia dari hasil
analisa data medis adalah terjangkitnya virus toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan
seringnya mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau
bulu binatang peliharaan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella,
virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang biasa disingkat dengan istilah pemeriksaan
TORCH. Kelompok penyakit ini sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering
keguguran), bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada anak.
7. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau kelainan ginjal
atau saluran kemih selain itu bisa untuk mengetahui adanya penyakit metabolik atau
sistemik. Penyakit infeksi saluran kemih saat kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan bayi
berupa kelahiran prematur, berat janin yang rendah dan resiko kematian saat persalinan.
8. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan pasangan laki-laki.
Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori yaitu jumlah sperma, gerakan sperma,
dan bentuk sperma. Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20
juta setiap cc-nya dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari
30%.29.
9. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular Seksual
(ISR/IMS)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan penyakit yang
ditimbulkan akibat hubungan seksual, seperti sifilis (penyakit raja singa), gonore
(gonorrhea, kencing nanah), Human Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab AIDS).

2.4.2. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi


Pemeriksaan kesehatan prakonsepi tidak hanya bermanfaat bagi suami dan istri
yang menjalani pemeriksaan tersebut, tapi juga bermanfaat bagi keturunan mereka guna
mencegah penyakit atau kelainan yang mungkin timbul pada keturunan mereka nantinya.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada kedua pasangan karena penyakit keturunan dapat
diturunkan dari kedua belah pihak, baik dari suami maupun istri. Meskipun secara fisik
kelihatan baik dan bebas dari penyakit, tetapi masih dimungkinkan salah satu pihak
mempunyai gen penyakit keturunan yang akan berpindah kepada anak-anaknya. Janin
bergantung pada kualitas sel sperma yang ada pada laki-laki dan kualitas ovum (indung
telur) yang ada pada perempuan tersebut. Kemudian lahirlah anak yang mirip dengan
kedua ibu bapaknya, baik tubuh (fisik) maupun akalnya.34
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah untuk
membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi kesehatan
anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan dan juga
bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya penyakit
keturunan dan penyakit berbahaya lain yang berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran penyakit-
penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh
positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan berkualitas secara fisik
dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan diketahui secara dini tentang berbagai
penyakit keturunan yang diderita oleh kedua pasangan.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri masing-
masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam keharmonisan dan
keberlangsungan hidup pernikahan terjadi.
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang mengancam kesehatan
masing-masing pasangan yang akan ditimbulkan oleh persentuhan atau hubungan seksual
di antara mereka.
(Mia, 2008).

2.4.3 Kelainan Genetik Yang dapat dicegah dengan Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit terutama penyakit keturunan
dan penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit keturunan
antara lain: (Fanjari, 2000)
1. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun dan terdapat dalam satu
lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang ayah dan ibu bebas dari penyakit, tetapi semua
anak-anak terkena pembiakan yang cepat pada butir-butir darah merah. Hal ini menyebabkan
mereka kekurangan darah. Mereka membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya.
Jenis penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat membunuh penderita.
2. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya beku, sehingga
mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit saja mungkin akan banyak
menyebabkan pendarahan. Penyakit keturunan ini akan berpindah melalui perempuan,
akan tetapi penyakitnya diderita oleh anak laki-laki dan bukan anak perempuan. Satu
bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya.
3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini akan terjadi jika darah
sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah sang suami yang positif. Jika anak lahir
dengan selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan darah, dan sebagian dari anak-
anak tersebut perlu pencucian darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali.
2.5 Pathway
2.6 Permasalahan
a.Obat-Obatan
Wanita yang menkonsumsi obat-obatan resep maupun yang dijual bebas,harus dievaluasi efek
teratogeniknya. selanjutnya dikaji apakah memang obat tersebut masih dibutuhkan atau tidak.
b.Diabetes
Wanita penderita diabetes tipe I atau II menjadi sasaran utama penerima konseling
prakonsepsi ini, rencana asuhan difokuskan pada upaya mencapai dan mempertahankan gula
darah dalam kadar terkontrol untuk mengurangi insiden kelainan kongenital dan bayi berat
lahir rendah. Wanita penderita diabetes harus menemui ahli obstetrik atau endokrinologi pada
masa sebelum kehamilan, yang akan melakukan penanganan terhadap diabetes selama
kehamilan.
c.Penyakit Jantung
Wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki penyakit jantung harus benar-benar didorong
untuk merencanakan waktu kehamilan dengan ahli kardiologi dan ahli obstetrik. Selama masa
prakonsepsi, status jantung harus tetap dikaji. risiko didasarkan pada tiga faktor utama: lesi
jantung; gangguan fungsi dasar tubuh; kemungkinan komplikasi selama kehamilan.
d.Gangguan Kejang
Wanita yang diketahui memiliki gangguan kejang harus mengetahui frekuensi kejang dan
pengobatan yang sedang digunakan. pengobatan yang paling sering digunakan untuk
mengontrol kejang bersifat teratogenik bagi janin.
e.Hipertensi
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan persalinan normal.
Wanita harus mengetahui tentang risiko preeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin.
f.Gangguan Tiroid
Bagi wanita yang menderita hipotiroid atau hipertiroid, sasaran yang ingin dicapai adalah
penderita menjadi eutiroid sebelum hamil. Konsultasikan kepada ahli obstetrik dan
endokrinologi untuk menyusun sebuah pengkajian kadar tiroid dan pengobatan potensial
selama kehamilan. bagi sebagian besar wanita dengan gangguan tiroid, asuhan kebidanan
meerupakan tindakan yang tepat jika disertai konsultasi.
g.Penyakit Infeksi
Masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji infeksi pada wanita.
2.7 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada prakonsepsi
2.7.1 Pengkajian
Data Subjektif
1. Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
a. Umur
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun (Prawirohardjo,
dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat reproduksi belum sepenuhnya
matang dan psikologis masih belum stabil akibatnya meningkatkan risiko
mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih, 2012). Sedangkan pada umur > 35
tahun, fungsi alat reproduksi dan organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita
yang hamil pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
preeklampsia (Indriani, 2012).
- Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun. Perkembangan
organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara
perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan
faal organ reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin tua usia seseorang maka
kesuburan juga menjadi berkurang (RSUA, 2013). Usia laki-laki ≥ 40 tahun
semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada
keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b. Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap kesehatan
istri dan suami pada masa prakonsepsi.vBeberapa penelitian menyebutkan bahwa
perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih sering mengalami abortus
spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai diantara perempuan
yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi,
2016).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi
yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan
pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
2. Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan gangguan
menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan tahap
kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda siklus masa subur telah
mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi dapat
mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013).
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16 tahun.
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi
pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki
siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
3) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2006),
sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung
selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
4) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea (Kusmiran,
2012)
5) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan
tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan
infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)
3. Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama imuniasai TT.
Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat mengeliminasi tetanus
100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI,
2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi tinggi di
daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan laki – laki.
4. Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya kesuburan pada
perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk pemulihan setelah
lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca
menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13
bulan.
6. Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan dengan
morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali dengan
cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum memberikan nasihat
tentang konsepsi.
- Paritas
Menurut Forney A dan E. W.Whitenhorne, paritas yang aman untuk tidak
terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah melahirkan 1 - 2
kali (Manuaba, 2010). Paritas lebih dari 3 memiliki besar risiko 3 kali untuk
mengalami komplikasi persalinan. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu yang
pernah melahirkan 4 kali atau lebih yakni antara lain : kelainan letak, persalinan
letak lintang: robekan rahim pada kelainan letak lintang; persalinan lama;
perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011).
- Jumlah anak
Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai risiko relatif
tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada paritas kedua
dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya
(Sofian, 2011).
- Jarak kehamilan
Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5 tahun. Menurut
anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN)
jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun (BKKBN, 2009).
- Riwayat komplikasi
Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya merupakan salah satu
penyebab komplikasi obstetrik yang tidak langsung. Termasuk riwayat obstetrik
sebelumnya yang buruk meliputi abortus, partus prematur, IUFD, perdarahan
postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat kehamilan mola hidatidosa,
perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion, riwayat persalinan dengan tindakan.
Seorang ibu yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan
yang sebelumnya berisiko akan mengalami komplikasi pada kehamilan atau
persalinan berikkutnya (Manuaba, 2010).
3 Riwayat kesehatan klien
- Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur dan
retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang lenih tinggi.
Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling sering.
Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan kemudian dipantau ketat selama
masa kehamilan. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan
kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi
ialah menghindarai penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin.
Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin (Varney, 2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek
samping obat.
- Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar waktu
konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral, jantung, dan ginjal.
Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan meliputi preeklamsia,
polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu, wanita yang menderita diabetes
melitus perlu mendapat konseling dan memantau disbetesnya dengan cermat, baik
sebelum masa prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007;
Prawirhardjo, 2010).
- Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal untuk
mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi, aliran darah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%. Jika kehamilan
terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada pertengahan trimester kedua,
aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita tidak hamil,
menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%. (Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki
gagal ginjal kronis, terjadi kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
- Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau bertambah
keparahannya. Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit, hindarilah kemungkinan
terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan emosional tetap stabil (Agustina,
2015). Asma juga merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
- Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan
bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi
sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi
eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau pertumbuhan yang cepat
dari ca prostat.
- Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor IX)
diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari keluarga penderita hemofilia
umumnya adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan
pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena
penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk mempertahankan
keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun sejumlah
kecil penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo,
2010)
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam
waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak dapat menggumpal tanpa
pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat berhubungan seksual dan dapat
menurunkan penyakit hemofilia pada keturunannya (Darmono, 2012).
- Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat penyakit jantung.
Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu
hamil yang rentan terhadap gangguan jantung, stres pada perubahan fisiologis normal
dapat mencetuskan dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada)
harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang tepat (Paramita, dkk,
2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan ereksi.
Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan pembuluh darah penis dan jantung.
- Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai pengaruh
buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim.
(Prawiroharjo, 2010)
- IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri, virus, parasit,
atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah satu
penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis,
trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi
HIV.
- TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima jenis
penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria
maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin yang dikandung. Toksoplasmosis
merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma,
atau memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang
sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat
menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran
plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti
kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
4 Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa
menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji
kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit
arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang
memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-
laki (Varney, 2007).
5 Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200
kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. Kekurangan nutrisi
akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia, dkk, 2015).
b) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormone seksual (Idrissi,
dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang
selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ reproduksi
(Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut
maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air
bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina
(Fitriyah, 2014).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan
suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh
mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar
7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002a; Varnney, 2007).
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok aktif.
Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan BBLR. Selain itu dapat
menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi
mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media (Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat membahayakan
janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah kemungkinan mengendapnya
material jamu pada air ketuban. Air ketuban yang tercampur dengan residu jamu membuat
air ketuban menjadi keruh dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran
napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
4. Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan
berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan
pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan pasangan sekarang.
5. Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital psychological
screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal
bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang
tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek
masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara
kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar
dapat menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau ras akan
menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya tentang perbedaan dalam
mengekspresikan cinta dan keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen
dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan
oleh orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler. Normal
100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus defisit
(denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga
denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi
nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat
dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung,
dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan
diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,0°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan tipe/pola
pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit (Uliyah, dkk, 2009).
b) Antropometri
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi mengalami
amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk
meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia harus
dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya berat badannya turun sampai
rentang normal pada saat konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga
harus dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik,
mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan
kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan
sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm (low
high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan rumus :

Indeks Massa Tubuh =


Dengan klasifikasi :
Kategori IMT (kg/m2)
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Norm 18,5 – 25,0
al
Gemu Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
k Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

- Lingkar lengan atas (LiLA)


Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu
kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Maryam, 2016).
2. Pemeriksaan fisik
- Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk, 2013).
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain
(Prawirohadjo, 2010).
- Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada klien.
Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan
kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
- Payudara
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
- Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
- Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda
keputihan patologis
- Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk,
2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis atau
penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes melitus).
- Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi yang
tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- Golongan darah dan rhesus
- HbsAg
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes sperma,
tes tuberculosis.
Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
Penatalaksanaan
Pelaksanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan
bidan bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama
kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam waktu yang
singkat dan efektif hemat dan berkualitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 15 September 2020 Pukul : 10.00 WIB


Identitas
Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun. Umur : 32 tahun
Suku /bangsa : Jawa/Indonesia Suku /bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D-IV Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyaawan Swasta
Penghasilan : Rp. 1.700.000,- Penghasilan : Rp. 4.000.000,-
Alamat : Desa Banjarsari RT 01 Rw 02 Kec. Ngajum
3.1 SUBYEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan ingin hamil lagi, karena anak pertama berumur 5 tahun 3 bulan dan ibu
sedang tidak mengikuti KB
2. Riwayat Menstruasi
HPHT 07-09-2020, haid teratur setiap bulan, siklus 30 hari, rata-rata lama menstruasi 5-7
hari, jumlah perdarahan normal.
3. Riwayat Obstetri
Ibu sudah pernah hamil 1 kali dan anak pertama berumur 5 tahun 3 bulan.
4. Riwayat Pernikahan
Pernikahan Pertama, lama menikah 7 tahun.
5. Riwayat Kesehatan Klien
Tidak ada riwayat sakit Hipertensi, Asma, Jantung, Hepatitis, Ginjal, dan tidak ada
keturunan gemelli.
6. Status TT Klien
Klien sudah melakukan TT CPW tanggal 20 Oktober 2013.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal,
asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi.
8. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi
Makan tidak teratur, 2 kali sehari, porsi sedang dengan lauk, sayuran dan terkadang
buah.
b. Eliminasi
BAB rutin setiap hari tidak ada keluhan, BAK 4-5 kali sehari tidak ada keluhan
c. Istirahat
Tidur pukul 10 malam, bangun jam 5 pagi. Jarang bisa tidur siang.
d. Pola Kebiasaan
Ibu tidak memiliki kucing peliharaan di rumah namun ada kucing liar yang sering
masuk rumah.
e. Pola Aktifitas
Ibu bekerja di rumah dan sehari-hari mengerjukan pekerjaan rumah sendiri.
9. Psikososial
Merencanakan kehamilan dan ibu sudah siap untuk mempunyai anak lagi.
10. Sexual
Berhubungan sex 2 kali dalam seminggu.

3.2 DATA OBYEKTIF


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
a. Pemeriksaan Ibu Pemeriksaan Bapak
BB saat ini : 60 Kg BB : 57 kg
TB : 157 cm TB : 163 cm
IMT : 47,1 cm (Obesitas) IMT : 46 (Obesitas)
Lila : 30 cm
b. Tanda-tanda Vital
Ibu :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Bapak :
Tekanan Darah : 120//70 mmHg
Denut Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
c. Pemeriksaan Fisik
a. Inpeksi
Kepala : Kulit kepala bersih
Muka : Tidak oedema
Hidung : Tampak bersih tidak ada kotoran
Mulut : Tidak ada sariawan
Leher : Tidak tampak pembesaran
Genetalia : tidak terkaji
Dada : pergerakan dinding dada normal
Abdomen : tidak ada pembesaran
Genetalia : tidak dikaji
Kaki : simetris
Tangan : simetris
b. Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan
Muka : simetris, tidak ada oedema
Leher : tidak ada pembesaran tiroid
Abdomen : tidak ada benjolan
Genetalia : tidak dikaji
Tangan : tidak oedema
Kaki : tidak oedema
c. Auskultasi
Dada : tidak terdapat wheezing, bunyi jantung lup dup
Abdomen : normal tidal ada pembesaran, lambung tidak kembung
d. Perkusi
Patella : normal +/+
d. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12 g/dL
Gol Darah : B Positif
HBsAg : Non Reaktif
HIV : Non reaktif
Sifilis : Negatif
3.3 Analisa : Ny. “D” usia 29 tahun Wanita usia subur dalam masa prakonsepsi.
3.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 30-01-2020 jam : 17.00
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaannya bahwa kondisinya saat ini cukup
baik tanda-tanda vital normal, ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan konseling tentang persiapan prakonsepsi
- Identifikasi prakonsepsi
- Siklus menstruasi
- Pentingnya pemeriksaan kesehatan
3. Menejelaskan kepada ibu cara menghitung usia subur. Ibu dapat menghitung usia subur
berikutnya.
4. Menjelaskan kepada ibu pentingnya pengaruh istirahat cukup terhadap fertilitas. Ibu
mengangguk.
5. Menjelaskan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, makan makanan yang
mengandung zat besi dan asam folat yaitu, daging, susu, dsb. Klien berjanji akan
memperbaiki pola makan.
6. Menjelaskan pada ibu untuk kembali jika ada keluahan.
7. Evaluasi : ibu memahami apa yang telah disampaikan oleh Bidan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif ibu memiliki usia 30 tahun. Artinya, dari
aspek usia ibu memenuhi kriteria usia reproduksi untuk hamil. Hal ini sesuai teori yang
dikemukakan Stickler (2014) bahwa usia reproduksi ideal wanita adalah 20 -35 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa wanita yang hamil di bawah usia 20 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami preeklamsia dan plasenta previa (Stickler, 2014). Tidak ada kesenjangan teori
dan fakta dalam kasus ini.
Meskipun usia klien masih dalam usia reproduksi, akan tetapi dilihat dari aspek fertilitas,
terdapat pengurangan kesuburan pada wanita diusia diatas 25 tahun. Penelitian menunjukkan
bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis
setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for
Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki
kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25 – 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada
usia 35 – 44 tahun.
Dalam kasus ini, Ny. D sudah mempersiapkan gizi selama prakonsepsi berupa minum
susu persiapan kehamilan (esensis) yakni salah satu produk susu yang tinggi zat besi dan asam
folat. Hal ini sesuai teori yang mengemukakan bahwa saam folat, penting bagi calon ibu sejak
masa prakonsepsi sampai sampai masa kehamilan trimester pertama. Berperan dalam
perkembangan system saraf pusat dan sistem peredaran darah janin, cukup asam folat
mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. (DP2M, 2014). Dalam hal
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif Ny.D berada dalam usia
reproduksi. Dalam melakukan persiapan kehamilan prakonsepsi perbaikan pola hidup
kedua pasangan mutlak dibutuhkan. Baik dalam segi kebutuhan nutrisi, istirahat cukup,
menghindari rokok, olah raga, kebersihan, dan perbaikan pola hidup lainnya.

5.2 Saran
Bidan atau tenaga kesehatan lainnya sebaiknya tidak hanya berfokus pada
pelayanan antenatal dan intranatal, tetapi berfokus pada kegiantan promotif dan preventif
dalam masa prakonsepsi gunan mewujudkan generasi yang sehat cerdas, dan mandiri.
Bagi masyarakat, sebaiknya turut aktif dan mandiri dalam perbaikan kesehatan diri
guna mencapai kesehatan jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syauqi Al-Fanjari.2000. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksar.
Fatma, Lyna. 2013. Prasyarat Kesehatan Reproduksi. Dikutip [9 Nov 2016] dari: http://lien-
fea.blogspot.co.id/2013/08/prasyarat-kesehatan-reproduksi.html
H. Dadang Hawari. 1999. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa Jakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa,
Kasdu, D dkk.(2001). Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). Jakarta : 3G Publisher.
Laboratorium Klinik Prodia, “Premarital Check Up: 100% Siap Nikah!”, dalam
http://prodia.co.id/promosi/premarital-check-up-100-siap-nikah.htm, diakses pada 9
November 2016 .
Monica Purba, “Cek Kesehatan Sebelum Menikah”, dalam
http://pranikah.org/pranikah/cekkesehatan-sebelum-menikah/.htm, diakses pada 9
November 2016 .
Nina. 2008. “Bayi Cowok atau Cewek” . Diakses [21 Nov 2016] dalam:
https://ninafkoe.files.wordpress.com/2008/12/bayi-cowok-atau-cewek.pdf
Rostiati Nonta Refina Napitupulu. 2010 “Bioetika: Pemeriksaan Kesehatan Pranikah”,
(Makalah-- ITB, 2009)
Varney, Helen, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: EGC, Vol. 1
Widjanarko,Bambang, 2006, ”Tinjauan Terapi Pada Dismenore Primer”, Mjalah Kedokteran
Damianus. Vol.5.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed. 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai