Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Ibadah dan kedudukannya dalam islam


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah fiqih ibadah
Dosen Pengampu : Hj. Euis Nurasiah Jamil, S.Ag, M.A

Disusun oleh :
M Renaldy Fadillah
M Sahid Maulana

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


STAI PALABUHANRATU
2023
KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan
kepada kita semua yaitu nikmat islam dan iman.  Shalawat  dan  salam  selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun 
mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah fiqih
ibadah.

Makalah tentang ibadah dan kedudukannya dalam islam ini,  kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada 
dosen  pembimbing  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah 
saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Palabuhanratu, Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I          PENDAHULUAN.............................................................................. 1
                    1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
                    1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 1
                    1.3. Tujuan.......................................................................................... 1
BAB II        PEMBAHASAN.................................................................................. 2
                    2.1. Pengertian Ibadah ........................................................................ 2
                    2.2. Macam – Macam Ibadah .............................................................. 4
                   2.3. Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah ..................................... 4
2.4. Tujuan Ibadah .............................................................................. 6
2.5. Hakikat Ibadah .............................................................................. 7
2.6. Hikmah Ibadah .............................................................................. 8
BAB III       PENUTUP.......................................................................................... 9
                    3.1. Kesimpulan.................................................................................. 9
                    3.2. Saran............................................................................................ 9
Daftar Pustaka......................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesan umum bahwa masyarakat muslim di Indonesia adalah masyarakat


yang taat beragama sekaligus masyarakat dengan individu-individu yang saleh.
Dalam banyak tradisi, kesalehan individual ini menjadi ukuran tingkat kualitas
keberagamaan seseorang. Dengan kata lain intensitas seseorang dalam menjalankan
ritus-ritus agama menunjukkan tingginya nilai kesalehan atau kebaikan pribadinya.
Ibadah merupakan suatu bentuk manifestasi dari totalitas ketundukan dan kepatuhan
kepada sesuatu yang menguasai jiwa raga seseorang dengan suatu penguasaan
yang hakikatnya tidak terjangkau. Sesuatu itu adalah Rabb pencipta dan pemelihara
seluruh alam, yakni Allah swt.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Ibadah?
2. Apakah macam-macam ibadah itu?
3. Apa saja ruang lingkup dan sistematika ibadah?
4. Apakah tujuan, hakikat, dan hikmah beribadah?
C. Tujuan manfaat penulisan
            Dengan adanya makalah ini agar dapat menjadi bahan pelajaran dan bahan
referensi serta jadi bahan bacaan untuk menguasai dasar fiqih ibadah khususnya
dikalangan para mahasiswa maupun siswa

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ibadah
.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu `anhuma berkata: “Rasulullah saw. bersabda:


“Islam dibangun di atas lima hal: Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan”.( Muttafaq ’alaih)1
Kata Ibadah ) ‫ ( ِعبَادَة‬adalah berasal dari bahasa arab: - ‫ – َعبْد‬L‫يَ ْعبُد‬
‫ ِعبَادَة‬yang secara etimologi berarti; tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina, artinya
menurut Yusuf Qarḑawy tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang Maha
Kuasa2. Dengan demikian pemakaian bahasa arab " ‫ " ِعبَادَة‬itu lebih ditunjukan kepada
Allah, sementara " ‫ " َعبْد‬lebih ditujukan kepada selain Allah. Identik dengan
pengertian Ibadah tersebut Hasbi As-Shiddiqi mengartikan Ibadah itu dengan: țaat,
menurut, mengikut, tunduk dan juga berarti doa-doa3.
Hasbi Ash-Shiddieqy mengutip beberapa pendapat mengenai pengertian
ibadah secara terminologi, antara lain; Mengesakan Allah, menta’zimkan-Nya dengan
sepenuh-sepenuhnya ta’zim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa
kepada-Nya (menyembah Allah sendiri-Nya. Sedangkan ulama akhlak mengartikan
ibadah dengan mengerjakan segala taat badaniyah dan penyelenggaraan segala syariat
(hukum). Ulama fikih mengartikan ibadah dengan segala taat yang dikerjakan untuk
mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat4. Pengertian-
pengertian ibadah dalam ungkapan yang berbeda-beda pada dasarnya memiliki
kesamaan esensial, yakni masing-masing bermuara pada pengabdian seorang hamba
kepada Allah swt., dengan cara mengagungkan-Nya, taat kepada-Nya, tunduk
kepada-Nya, dan cinta yang sempurna kepada-Nya,

1
hadits qudsi
2
Yusuf Al-Qarḑawy, Al-Ibadah fie al-Islam, Muassasah al-Risalah, cet.6,
3
Beirut, 1979, h. 27.2 Hasbi As-Ṣiddiqie, Kuliah Ibadah, cet. V, Bulan Bintang, Jakarta, 1985,

2
4
Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi. Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah.Cet. VII; Jakarta: Bulan Bintang.
1991.

Pengertian ibadah secara terminologis menurut ulama tauhid, dan hadits ibadah
adalah:

ِ ِ ِ ِ
ُ ُ‫َت ْوح ُد اهلل َوَت ْعظ ُمهُ َغا يَةَ الت َّْعظْي ِم َم َع التَّ َذ لُّ ِل َواخْل‬
ُ‫ض ْو ِع لَه‬

“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan


menundukkan jiwa kepadanya.”

Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai:

‫ت الْبَ َد نِيَّ ِة َوالْ ِقيَ ُام بِالشََّر ِاء ِع‬


ِ ‫الْعمل بِالطَّا عا‬
َ ُ ََ

“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat


(hukum).”

Ulama tasawuf mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

‫ف ُه َو َن ْف ِس ِه َت ْع ِظْي ًما لَِربِِّه‬


ٍ َ‫ف علَى ِخال‬ ِ
َ ِ َّ‫ف ْع ُل الْ ُم َكل‬

“Pekerjaan seorang mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk


membesarkan Tuhannya.”

Menurut ahli fiqih ibadah adalah :

‫هللا َو َط َلبًا لِ َث ْو ِاب ِه فِى ْاالَخ َِر ِة‬


ِ ‫َما ِإ ْب ِت َغا ًءل َِوجْ ِه‬
“Segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridaan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

Menurut Jumhur Ulama :

‫ض اهُ َق ْوالً ك اَ َن َإْو فِ ْعالً َجلِيًّا ك اَ َن َإْو َخ ِفيًّا َت ْع ِظْي ًم ا لَهُ َو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫الْعبَ َادةُ ه َى ا ْس ٌم َجام ٌع ل َما حُي بُّهُ اهللُ َو َي ْر‬
‫طَلَبًا لَِث َوابِِه‬

3
“Ibadah itu yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah SWT
,baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi
dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”

2. Macam – Macam Ibadah


Ibadah menurut Islam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ibadah mahdah dan
ibadah ghairu mahdah. Ibadah Mahdlah Disebut juga ibadah khusus, yaitu upacara
yang cara dan tata caranya ditentukan oleh agama (ditentukan dalam al-Qur’an dan
dirinci dalam sunnah Rasul). Dalam ibadah ini menggambarkan tentang hubungan
langsung antara hamba dengan Tuhannya. Contoh dari ibadah ini antara lain : shalat,
zakat, puasa, haji.

Ibadah Ghairu Mahdlah disebut juga ibadah umum yaitu segala amal perbuatan
yang titik tolaknya adalah ikhlas, titik tujuannya adalah ridha Allah dan garis
amalannya adalah amal shaleh. Dalam ibadah ini, lebih condong kepada masalah-
masalah mu’amalah. Contoh dari ibadah ini antara lain: tolong menolong, dll.

3. Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah

Membicarakan ruang lingkup ibadah, tentunya tidak dapat melepaskan diri dari
pemahaman terhadap pengertian ruang lingkup itu sendiri. Oleh sebab itu menurut
Ibnu Taimiyah (661-728.H/1262- 1327.M) yang dikemukakan oleh Ritonga,5 bahwa
ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah, baik
dalam perkataan maupun perbuatan, lahir maupun batin; Termasuk dalam pengertian
ini adalah şalat, zakat, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat
baik kepada orang tua, menjalin silaturahmi, memenuhi janji, amar maruf nahi
munkar, jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada tetangga, anak yatim, fakir
miskin dan ibn sabil, berdoa, zikir, baca Al-quran, rela menerima ketentuan Allah dan
lain sebagainya. Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibnu Taimiyah di atas,
cakupannya sangat luas, bahkan menurut Taimiyah semua ajaran agama itu termasuk
ibadah; Hanya saja bila diklasifikasikan dapat dikelompokan kepada:

Pertama; Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti: şalat, puasa, zakat


dan Haji.

5
Rahman Ritonga, dkk, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, h.06

4
Kedua; yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban di atas dalam bentuk
ibadah-ibadah sunnat, seperti: żikir, membaca al-quran, doa dan istighfar

Ketiga; semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia,
seperti: berbuat baik kepada orang tua, menjalin silaturahmi, menyantuni anak yatim,
fakir miskin dan ibn sabil.

Keempat; Akhlak insaniyah (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara,


menjalankan amanah dan menepati janji.

Kelima; Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah dan rasul-
Nya, takut kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.

Kelima kelompok tersebut dapat diklasifikasikan secara lebih khusus yaitu


ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai cakupan yang sangat
luas, yaitu meliputi segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan
sulit untuk mengemukakan sistematikanya; Akan tetapi ibadah khusus ditentukan
oleh syara‟ (naş) tentang bentuk dan caranya.

Secara garis besar sistematika ibadah ini sebagaimana dikemukakan Wahbah


Zuhayli sebagai berikut6:

1. Țaharah
2. Ṣalat
3. Penyelenggaraan janazah
4. Zakat
5. Puasa
6. Haji dan Umrah
7. I‟tikȃf
8. Sumpah dan Kaffȃrah
9. Nażar
10. Qurban dan Aqiqah

5
6
Wahbah Zuhayli, Al-Fiqhu al-Islamy waadillatuhu,I, Daar Al-Fikr, 1989, h.11

4. Tujuan, Hakikat, dan Hikmah Ibadah

a. Tujuan Ibadah

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dimuliakan


(QS. At-Tin (95): 4); dan manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini
bukan sekedar untuk hidup di dunia tanpa pertanggungan jawab7, tetapi
manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah, hal ini dapat dipahami dari
firman Allah (QS.Al- Mukminun (23): 115)

َ‫اَفَ َح ِس ْبتُ ْم اَنَّ َما خَ لَ ْق ٰن ُك ْم َعبَثًا َّواَنَّ ُك ْم اِلَ ْينَا اَل تُرْ َجعُوْ ن‬
Artinya: Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu
tidak dikembalikan kepada kami? 8

Fiman Allah dalam (QS. Aż-Źȃriyȃt (51): 56)

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Artinya: Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, melain- kan agar
mereka beribadah kepadaku (menyembahku) 9

Tujuan pokok beribadah adalah:

Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan


niat dalam setiap keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi (mencapai
taqwa).

Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari


perbuatan keji dan mungkar; Artinya, manusia itu tidak terlepas dari disuruh
dan dilarang, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, maka berlakulah
pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah

7
Ditbinperta, Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi, Ilmu Fiqh, I, Jakarta, 1983, h. 5-6
8
Direktorat Jenderal Bimas Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari‟ah, Al-Qur‟an dan
Terjemahnya, Kementerian Agama RI, 2010, h. 540
9
Direktorat Jenderal Bimas Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari‟ah, Al-Qur‟an dan
Terjemahnya, Kementerian Agama RI, 2010, h. 862

b. Hakikat Ibadah

6
Hasbi As-Ṣhiddiqi10, seorang cendekiawan Muslim mengemukakan bahwa
hakikat ibadah ialah: Ketundukan jiwa yang timbul dari hati yang merasakan
cinta terhadap Tuhan yang disembah dan merasakan kebesaran-Nya, meyakini
bahwa bagi alam ini ada penguasanya, yang tidak dapat diketahui oleh akal
hakikatnya.

Seiring dengan itu hakikat ibadah dapat berarti: Memperhambakan dan


menundukan jiwa kepada kekuasaan yang gaib, yang tidak dapat diselami dengan
ilmu dan tidak dapat diketahui hakikatnya.

Ibnu Kaśir, salah seorang ilmu tafsir mengemukakan bahwa hakikat ibadah
itu adalah Himpunan dari semua rasa cinta, tunduk dan takut yang sempurna
(kepada Allah).

Mencermati beberapa definisi yang dikemukakan tentang hakikat ibadah di


atas, dapat ditarik suatu pemahaman, bahwa Hasbi As-Ṣiddiqi memberikan
tekanan bahwa, seorang mukallaf tidaklah dipandang beribadah (belum sempurna
ibadahnya) bila seseorang itu hanya mengerjakan ibadah dengan pengertian
fuqaha atau ahli uşul saja; Artinya disamping ia beribadah sesuai dengan
pengertian yang dipaparkan oleh para fuqaha, diperlukan juga ibadah sebagaimana
yang dimaksud oleh ahli yang lain seperti ahli tauhid, ahli akhlak dan lainnya.

c. Hikmah Ibadah

Ada beberapa hal dibalik keutamaan dan diwajibkannya beribadah; Allah


memerintahkan dan mewajibkan bagi kita untuk beribadah itu, sudah barang tentu
Allah telah mengetahui hikmah dibalik perintahnya tersebut; Dasar pijak Allah
memparḑukan dan menetapkan pokok-pokok yang diwajibkan itu karena terdapat
hikmah bahwa Allah mewajibkan beriman, dengan maksud untuk membersihkan
hati dari syirik, kewajiban Ṣalat untuk mensucikan diri dari takabbur,
diwajibkannya zakat untuk menjadi sebab diperolehnya rizki, mewajibkan
berpuasa untuk menguji kesabaran keikhlasan manusia, mewajibkan haji untuk
men-dekatkan umat Islam antara satu dengan yang lainnya.

Hasbi As-Siddiqie, Op Cit, h. 7-8


10

7
Mewajibkan jihad untuk kebenaran Islam, mewajibkan amar ma’ruf untuk
kemaslahatan orang awam, mewajibkan nahi munkar untuk menjadikan cambuk
bagi orang-orang yang kurang akalnya.

Allah mewajibkan qişaş untuk memelihara dan menghargai darah manusia,


menegakkan hukum pidana untuk membuktikan bahwa betapa besarnya
keburukan dari barang yang diharamkan, mewajibkan untuk menjauhkan diri dari
minuman yang memabukkan dimaksudkan untuk memelihara akal, mewajibkan
untuk menjauhkan diri dari pencurian dimaksudkan untuk mewujudkan
pemeliharaan harta dan diri, mewajibkan kita menjauhi zina (juga lesbian dan
homosex) dimaksudkan untuk memelihara keturunan, memperbanyak keturunan,

Mewajibkan suatu kesaksian untuk memperlihatkan sesuatu yang benar itu


adalah benar, mewajibkan menjauhi dusta untuk memuliakan dan menghargai
kebenaran, mewajibkan perdamaian dimaksudkan untuk memelihara amanah
untuk menjaga keseragaman hidup menuju jalan-jalan lurus, dan mewajibkan taat
untuk menghormati dan menjunjung tinggi nilai- nilai kepemimpinan dalam suatu
Negara. Dapat dipahami bahwa, dengan mempelajari hikmah ibadah, mudah-
mudahan dapat terlaksana kekhusukan, keikhlasan dan kenyamanan, sehingga
pelaksanaan ibadah dapat tercapai sesuai kehendak Allah.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian ibadah pada dasarnya memiliki kesamaan esensial, yakni masing-
masing bermuara pada pengabdian seorang hamba kepada Allah swt., dengan cara
mengagungkan-Nya, taat kepada-Nya, tunduk kepada-Nya, dan cinta yang
sempurna kepada-Nya.

B. Saran
Mempelajari mengenai ibadah sangatlah penting karena untuk mengetahui
makna dan hakikat kita beribadah kepada Allah SWT

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’ān al-Karīm.
Al-Ibadah fie al-Islam, Muassasah al-Risalah

Ibadah Aspek Ritual Umat Islam.

Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera; Tafsir Surah al-Fatihah. Cet. I; Jakarta:
Yayasan Kalimah, 1999, terjemahan dari alNahj al-Qawin wa al-Sirat al-
Mustaqim min tafsir al-Qur’ān al-Azhim. Ujungpandang: Syariah Press, 1995.

Syari’ah dan Ibadah.

al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi, juz I. Mesir: Mustafa al-Babi


al-Halab wa Awladuh. 1973.

Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi. Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum
dan Hikmah.

Cet. VII; Jakarta: Bulan Bintang. 1991.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek


Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an. 1992.

10

Anda mungkin juga menyukai