Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MEMAHAMI ARTI IBADAH DARI BEBERAPA SUDUT PANDANG,


FUNGSI IBADAH, HUBUNGAN IBADAH DENGAN IMAN, DAN MAKNA
SPIRITUAL IBADAH DI KEHIDUPAN SOSIAL SESEORANG

Makalah ini diperuntukkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam
Untuk Ujian Tengah Semester

DISUSUN:
DESTY AULIA RAMADHANI
NIM: 142220026
EA-A
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kita selalu tahu bahwa ibadah adalah kewajiban kita sebagai hamba Allah yang
lemah. Setiap ibadah yang diperintahkan Allah memiliki tujuan masing-masing
dan ada hikmah dalam pelaksanaannya. Segala bentuk dan jenis ibadah sudah
diperintahkan dan sebagai manusia yang bertaqwa dan percaya Allah telah
menetapkan bagi manusia pahala dunia dan akhirat.
Setiap orang yang menaatinya memiliki kebijaksanaan yang luar biasa. Ibadah
merupakan unsur telak dalam agama. Agama yang pada hakikatnya merupakan
keyakinan akan adanya suatu zat yang mengatur alam semesta, dan keinginan
manusia untuk menyembah dan berhubungan dengannya, memunculkan segala
macam bakti dan pemujaan. Dalam implementasinya juga memiliki berbagai
pilihan. Dalam Islam setiap orang harus melakukan banyak ibadah dan mengikuti
Allah SWT. Sholat merupakan salah satu kegiatan ibadah terpenting dalam Islam
dan dijadikan sebagai rukun agama.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian ibadah?
2. Apakah fungsi ibadah?
3. Bagaimana hubungan ibadah dengan iman?
4. Apakah hikmah dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial
seseorang?

3. Metodologi:
Metode Kualitatif
Metode kualitatif adalah salah satu jenis metodologi penelitian yang di
mana dalam penerapannya menggunakan data-data yang berasal
merupakan hasil riset yang dianalisis. Hasil riset yang didapatkan bisa
berasal dari wawancara, pengisian kuisioner, dan suatu poling. Oleh sebab
itu, metode kualitatif merupakan metode yang berasal dari sudut pandang
beberapa partisipan.

4. Tinjauan Pustaka:
Sudut pandang mengenai “Ibadah” memiliki banyak perspektif maupun konotasi,
tergantung dari bagaimana seseorang memaknai bagian Ibadah itu sendiri, dari
penerapan, fungsi, maupun tujuan.
Berdasarkan makalah dengan judul penelitian “Ibadah” oleh penulis Muh.
Haluoleo Arief, 2020. Maka diperlukan berbagai penjelasan sudut pandang
daripada hakikat ibadah, fungsi ibadah, hubungan ibadah dengan keimanan,
makna spiritual sosial kehidupan seseorang.
5. Sistematika
BAB I
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Metodologi
4. Tinjauan Pustaka
BAB II
2.1. Pengertian ibadah
2.2. Fungsi Ibadah
2.3. Hubungan ibadah dengan iman
2.4. Hikmah dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial seseorang
BAB III
3.1. Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ibadah


Ibadah berasal dari kata Arab 'ibadah (jamak: 'ibadat) yang artinya
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang
sama kita mengenal istilah 'abd (hamba, budak) yang menghimpun makna
kekurangan, kehinaan, dan kerendahan. Karena itu, inti ibadah ialah
pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk
pengagungan, penyucian dan syukur.
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri” (Basyir, 1984:12). Adapun kata “Ibadah” menurut istilah
berarti penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai ridha Allah
SWT dan mengharap pahala-Nya di akhirat” (Ash-Shiddiqy, 1954:4)
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri
kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk
kegiatan manusia di dunia ini,yang dilakukan dengan niat mengabdi dan
menghamba hanya kepada Allah SWT. Jadi, semua tindakan mukmin yang
dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai ridha Allah dipandang sebagai ibadah.
Makna inilah yang terkandung dalam firman Allah SWT:1

‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ن‬


Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku (Q.S Az-Zariyat 51:56)2
Manusia diciptakan di dunia ini untuk menyembah pada Tuhan. Jika direnungkan,
inti dari perintah beribadah itu adalah berupa peringatan agar kita menunaikan
komitmen kita kepada Allah yang telah menganugerahkan karunia-Nya. Inilah

1
https://www.academia.edu/38819853/Makalah_Ibadah
2
Q.S. Az-zariyat 51 ayat 56
sebabnya mengapa Allah menetapkan amanat untuk beribadah sebagai
kemampuan yang luar biasa kepada makhluk-Nya.
Pengertian-pengertian ibadah dalam ungkapan yang berbeda-beda. Sebagaimana
yang telah dikutip, pada dasarnya memiliki kesamaan esensial, yakni masing-
masing bermuara pada pengabdian seorang hamba kepada Allah swt, dengan cara
mengagungkan-Nya, taat kepada-Nya, tunduk kepada-Nya, dan cinta yang
sempurna kepada-Nya. Dengan merujuk pada pengertian-pengertian ini, maka
tampak bahwa ada beberapa terma yang memiliki makna sama dengan ibadah itu
sendiri yang ditemukan di dalam Alquran, yakni antara lain ;
1. Al-tha’ah (‫ الطاعة‬,(yang di dalam Alquran ditemukan sebanyak 128 kali dalam
berbagai bentuk perubahan katanya. Pada dasarnya, kata al-tha’ah ini
mengandung arti “senantiasa menurut, tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-
Nya”.3
2. Khada’a (‫ خضع‬,(yang di dalam Alquran ditemukan sebanyak 2 kali, yakni QS.
alSyu’ara (26): 4 dan QS. al-Ahzab (33): 32. Pada dasarnya, kata khada’a ini
mengandung arti “merendahkan, dan menundukkan”.
3. Al-Zulli/al-Zillat (‫الذلة‬/‫ الذل‬,(yang di dalam Alquran ditemukan sebanyak 24
kali.4 Pada dasarnya, kata ini dapat pula berarti “kerendahan atau kehinaan”.
Kesemua terma ini, dapat dikonotasikan kepada perilaku-perilaku hamba Allah
yang beriman dan yang bertaqwa, karena mereka dalam hidupnya senantiasa
tunduk dan patuh kepada semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
Berdasar pada rumusan ini, maka ibadah menurut Muhammmad Abduh dalam
tafsir
al-Manar adalah :

3
Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm (Bairūt:
Dār al-Fikr, 1992), h. 429-431

4
Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān al-Karīm, h. 350
... ‫ئي عن‬bb‫ة ش‬bb‫دا النهاي‬bb‫الغ ح‬bb‫وع ب‬bb‫رب من الخض‬bb‫إن العبادة ض‬
‫استعار القلب بعظمته المعبودَّ ل يعرف منسأها‬
‫ واعتقاد بسلطةَّ ل تدرك كنهها وما هيتها‬.... 5

Kemudian secara istilahi, para ulama tidak mempunyai formulasi yang disepakati
tentang pengertian ibadah.6 Dengan demikian, ibadah secara terminologis
ditemukan dalam ungkapan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, Prof. Dr. TM.
Hasbi Ash-Shiddieqy dalam mengutip beberapa pendapat, ditemukan pengertian
ibadah yang beragam, misalnya saja ; ulama tauhid mengartikan ibadah dengan :

‫توحيد هلال وتعظيمه غاية التعظيم مع التذلل والخضوع له‬


Meng-Esakan Allah, menta’dhimkan-Nya dengan sepenuh-sepenuhnya ta’dhim
serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah
Allah sendiri-Nya.7
Ulama akhlak mengartikan ibadah dengan :

‫العمل بالطاعة البدنية والقيام بالشرائع‬


Mengerjakan segala tha’at badaniyah dan menyelenggaran segala syariat
(hukum).8
Ulama tasawuf mengartikan ibadah dengan :

‫فعل المكلف على خالف هوى نفسه تعظيما لربه‬


Seorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan ke-inginan
nafsunya untuk membesarkan Tuhannya.9
Ulama fikih mengartikan ibadah dengan:

‫ما أديت ابتغاء لوجه هلال وطلبا لثوبه فى اآلخرة‬


5
18Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’ān al-Hakim al-Musamma Tafsir al-Manār, juz I
(Mesir: Maktabah al-Qahirat, 1988), h. 16
6
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah;Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, h. 150
7
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah;Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran.
8
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah;Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran.
9
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah;Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, h.4
Segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan meng-harap
pahala-Nya di akhirat.10

10
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah;Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran
2.2 Fungsi Ibadah
Dalam melaksanakan ibadah ada beberapa aspek fungsi dalam beribadah
dalam Islam yaitu:
Fungsi ibadah, terkait dengan fungsi dan kedudukan manusia sebagai ‘abdullāh
(hamba Allah)
Ada empat macam hamba Allah, sebagai berikut;
1. Hamba karena hukum, yakni budak-budak;
2. Hamba karena penciptaan, yakni manusia dan seluruh makhluk ciptaan
Tuhan;
3. Hamba karena pengabdian kepada Allah, yakni orang-orang beriman yang
menunaikan hukum Tuhan dengan ikhlas;
4. Hamba karena memburu dunia dan kesenangannya.
Dari keempat tipe hamba Allah ini, diketahui bahwa ternyata diketahui
bahwa ada diantaranya yang tidak menyembah kepada Allah.11
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa itu adalah ciri unik yang dimiliki
manusia melengkapi sifat dari peristiwa tersebut. Karena fungsi ini mengandung
kewajiban beribadah, maka bisa disebut fungsi Ubudiya. Istilah unik Ini berarti
bahwa keberadaan manusia di bumi ini adalah satu-satunya untuk menyembah
Allah SWT. Jadi manusia yang tidak menyembah-Nya berada di luar peran
mereka. Namun, secara tegas Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia dan jin
diciptakan hanya untuk menyembah Allah swt, seperti firman Allah SWT dalam:
Q.S. Al-Baqarah (2):21

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬
Artinya: Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.12

Berbagai macam cara seseorang menjalankan fungsi Ibadah sangat bervariasi.


Secara Fundamental semunya akan selalu mengingatkan manusia agara tidak
11
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah ;Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, h. 152
12
Q.S. Al-Baqarah 2 Ayat 21
ingkar pada yang telah menciptakan-Nya. Kekuasaan Yang Maha Esa (‫ =االحد‬Al
Ahad) dan pada Yang Maha Merajai (‫ = الملك‬Al Malik)13

2.3 Hubungan ibadah dengan iman


Ibadah yang merupakan ungkapan kehinaan dan kerendahan hati di
hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan setinggi-tingginya, harus dilandasi dengan
keimanan dan ketaqwaan yang teguh kepada-Nya. Memang benar, ketundukan
dan ketaatan manusia kepada Tuhan dengan cara melakukan berbagai bentuk
ibadah adalah ekspresi abstrak dari iman ke dalam tindakan nyata, kepatuhan dan
ketaatan yang tidak didasarkan pada agama, bersama dengan penyerahan diri
kepada Sang Pencipta, tidak lagi mencakup ibadah. Demikian juga kekaguman
dan pengabdian seseorang kepada kekasih-Nya. Jadi, iman yang sifatnya abstrak
ini tidak akan sempurna jika belum dilaksanakan dalam bentuk amal nyata
dikehidupan sehari-hari, yaitu ibadah.
Karena itulah Al-Qur’an selalu menggandengkan kata iman dengan amal shaleh,
karena iman tidak sempurna tanpa amal shaleh. Rasulullah saw. sendiri selalu
menegaskan realisasi iman dengan amal shaleh. Misalnya beliau bersabda,
“Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya.” (HR
Bukhari dan Muslim). Ia juga bersabda, “Tidak (sempurna) iman salah seorang
kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR Bukhari dan Muslim).14
Dengan demikian, ibadah merupakan institusi iman. Karena tidak terlihat,
keimanan seseorang tak dapat diukur dan diperkirakan. Namun, kita dapat melihat
realitas imannya dari ibadah yang dilakukannya. Kita sendiri dapat merasakan,
saat iman menurun, ibadah kita pun menurun, begitu pun sebaliknya.
Ibadah yang dilaksanakan berlandaskan keimanan yang kuat memberikan dampak
positif pada kehidupan duniawi baik dalam sikap dan perbuatan seorang muslim,
sesuai firman Allah SWT pada
Q.S. Al-Ankabut (29):45
13
Asmaul Husnah
14
Zainal Abidin, Fiqih Ibadah., hal. 16
‫َۗة‬
‫ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم الَّص ٰل و ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َع ِن‬
‫اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َبُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعْو َن‬
Artinya: Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih
besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.15

2.4 Hikmah dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial seseorang
Pengertian ibadah dalam kehidupan manusia adalah ketakwaan kepada Allah
berupa shalat, puasa, zakat, haji, dzikir dan bacaan Al-Qur'an. Ini karena hidup
bukan hanya tentang melakukan hal-hal ini, tetapi mencakup semua hal yang
mencakup semua aspek yang dibutuhkan orang, seperti bisnis, pertanian dan
pekerjaan, mencari pengetahuan, dll, untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan. Artinya manusia harus menerapkan apa yang
disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadist dalam kehidupan bermasyarakat.
Ibadah pada dasarnya adalah menunaikan perintah Allah, mensyukuri nikmat
Allah, dan memenuhi hak-hak sesama manusia. Oleh karena itu, mungkin tidak
berarti bahwa ibadah membawa hasil dan manfaat materi bagi manusia di alam,
juga tidak mudah untuk memahami hikmah ibadah dengan kapasitas pikiran yang
terbatas. Ibadah adalah ujian bagi manusia dalam beribadah kepada Tuhannya.
Artinya dia tidak perlu mengetahui rahasia secara detail. Jika ibadah dilakukan
dengan akal dan mengetahui hikmah atau rahasianya secara rinci, maka secara
alami orang yang lemah dalam memahami hikmah tidak akan melakukan atau
bahkan ibadah. Seseorang harus beribadah menurut teladan nabi, karena mereka
mempelajari rahasia dari inspirasi kenabiannya, bukan dari kekuatan pikiran.
Dari penjelasan hikmah ibadah di atas, dikatakan bahwa tujuan hikmah ibadah
adalah untuk menyembuhkan hati, seperti obat menyembuhkan tubuh yang sakit,

15
Q.S. Al-Ankabut 29 Ayat 45
misalnya ibadah dapat menyembuhkan hati, misalnya ketika sedang
kegelisahan.Kegelisahan dapat disembuhkan dengan doa meminta petunjuk pada
Yang Maha Kuasa.
Demikian pula orang yang memiliki penyakit kerakusan makan dan minum dapat
diturunkan penyakitnya bahkan sembuh jika sibuk berpuasa. Badan yang sakit
juga dapat disembuhkan melalui ibadah yaitu melalui ibadah shalat dapat
menyembuhkan sakit sendi badan atau rematik, karena gerakan-gerakan yang
dilakukan dalam sholat mirip dengan gerakan-gerakan senam yang dapat
menyehatkan dan menekuk sendi-sendi tubuh seseorang. "Doa memperbaharui
iman dan kepercayaan kepada Allah dan menghidupkan kembali prinsip-prinsip
Islam yang dapat dipercaya, melakukan hal yang benar, menepati janji dan
mengutamakan orang lain."
Kami memahami bahwa ibadah merupakan sarana untuk mencapai hal lain, yaitu
akhlak. Dan akhlak yang baik dapat mewujudkan lingkungan yang aman dan
tentram di masyarakat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia
ini,yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah
SWT. Jadi, semuatindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai
ridha Allah dipandang sebagai ibadah. Dapat disimpulkan merujuk pada rumusan
masalah yang diangkat bahwa:
1. Fungsi daripada mengandung kewajiban beribadah, maka bisa
disebut fungsi Ubudiya. Istilah unik Ini berarti bahwa keberadaan
manusia di bumi ini adalah satu-satunya untuk menyembah Allah
SWT. Jadi manusia yang tidak menyembah-Nya berada di luar
peran mereka. Namun, secara tegas Al-Qur'an menyatakan bahwa
manusia dan jin diciptakan hanya untuk menyembah Allah swt.
2. Al-Qur’an selalu menggandengkan kata iman dengan amal shaleh,
karena iman tidak sempurna tanpa amal shaleh. Rasulullah saw.
sendiri selalu menegaskan realisasi iman dengan amal shaleh.
Misalnya beliau bersabda, “Mukmin yang paling sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari dan
Muslim). Ia juga bersabda, “Tidak (sempurna) iman salah seorang
kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Bahwa tujuan hikmah ibadah adalah untuk menyembuhkan hati,
seperti obat menyembuhkan tubuh yang sakit, misalnya ibadah
dapat menyembuhkan hati, misalnya ketika sedang
kegelisahan.Kegelisahan dapat disembuhkan dengan doa meminta
petunjuk pada Yang Maha Kuasa.

3.2 Daftar Pustaka


Al-Quran Al-Karim
Asmaul Husnah
Abidin Zaenal; Fiqih Ibadah. Cet. I; Sleman: BudiUtama, 2020
Al-Bāqy, Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Quran
alKarīm. Bairūt: Dār al-Fikr, 1992.
https://www.academia.edu/38819853/Makalah_Ibadah
Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsir al-Qur’ān al-Hakim al-Musamma
Tafsir alManār. Mesir: Maktabah al-Qahirat, 1988.
Salim, H. Abd. Muin. Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran.
Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994

Anda mungkin juga menyukai