Anda di halaman 1dari 17

ESSAY AGAMA ISLAM

IBADAH: DEFINISI, DASAR HUKUM, SYARAT, RUKUN, TUJUAN.


KEDUDUKAN, PRAKTEK, FUNGSI DALAM KEHIDUPAN INDIVIDU,
BERMASYARAKAT, DAN BERNEGARA

Dosen Pengampu:

Rohmatul Faizah, S.Pd.I, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

1. Devira Elsa Mei Shella (22042010147)


2. Fatimah Salsa Biela (22042010149)
3. Putri Maharanie (22042010196)
4. Rizqia Awalia Zuleika (22042010217)

KELAS G744

MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

SURABAYA

2022
PENDAHULUAN

Manusia, bahkan seluruh makhluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah


hamba Allah. Hamba yang dalam terminologi Al-quran diistilahkan dengan ‘abd, adalah
makhluk yang dimiliki dan dikuasai. Pemilikan Allah atas hamba-Nya adalah
kepemilikan mutlak sempurna. Oleh karena itu, makhluk tidak dapat berdiri sendiri
dalam kehidupan dan aktivitasnya. Atas dasar kepemilikan itu, maka lahir kewajiban
menerima semua ketetapan-Nya.
Menyembah kepada Allah berarti mengabdikan diri kepada-Nya. Dengan
demikian, tujuan manusia diciptakan untuk beribadah adalah untuk mengabdikan
seluruh aktivitas kehidupannya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Dapatlah
dipahami bahwa ibadah di sini, merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Seorang
muslim yang taat, tentulah ingin menjalankan ibadah yang diperintahkan Allah, tapi
kenyataannya pula banyak ditemukan sebagian orang muslim tidak menjalankan ibadah
secara baik dan banyak dari umat muslim kurang paham apa arti ibadah itu sendiri
maupun jenisnya, yang diketahui hanya beberapa saja sehingga orang-orang hanya
fokus pada ibadah itu saja contohnya yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji. Padahal, ada
segudang jenis ibadah yang perlu kita pahami berdasarkan arti ibadah yang sangat luas.
Bisa jadi, kelompok yang terakhir ini, belum memahami hakikat ibadah sendiri, fungsi
dan tujuannya. Dengan kenyataan seperti ini, maka sangat menarik untuk dikaji lebih
lanjut tentang ibadah menurut perspektif Al-Quran.

1
PEMBAHASAN

A. Definisi Ibadah

Kata Ibadah berasal dari bahasa arab "abada ya'budu" yang secara
etimologi berarti; tunduk, patuh, merendahkan diri. Menurut Yusuf Qarḑawy1
ibadah berarti tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang Maha Kuasa.
Dengan demikian pemakaian bahasa arab "‫ب‬
ِ ‫ " ةَادَع‬itu lebih ditujukan kepada
Allah, sementara "َ‫ " ب ْدع‬lebih ditujukan kepada selain Allah. Identik dengan
pengertian Ibadah tersebut Hasbi As-Shiddiqi2 mengartikan Ibadah itu dengan:
țaat, menurut, mengikut, tunduk dan juga berarti doa. Secara terminology para
ahli mendefinisikan arti Ibadah ini, dengan melihat dari berbagai disiplin
ilmunya masing-masing. Oleh karenanya maka rumusan-rumusan arti ibadah
dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Ahli Tauhid, dan Hadiś Ibadah adalah:

ِ ْ‫ْظي ِْم َم َع التَّ َدلُّ ِل وال ُخضُو‬


ُ‫ع لَه‬ ِ ‫ْظ ْي ُمهُ غَايةَ التَّع‬
ِ ‫توْ حي ُد هللا وتَع‬

Artinya: Meng-Esakan dan mengagungkan Allah dengan sepenuhnya


(menta‟zimkannya), serta menghinakan diri dan menundukan jiwa kepada-Nya.

Ibadah merupakan bentuk penghambaan diri seorang manusia kepada


Allah SWT, dan ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Ibadah Secara Etimologi

Kata Ibadah bentuk isim mashdar atau kata benda yang berasal dari
bahasa Arab yakni ‘Abada-Ya’budu’-‘Ibadatan wa ‘Ubudiyyatan, yang memiliki
arti beribadah, menyembah, mengabdi kepada Allah SWT. Atau dengan kata
lain alTanassuk dengan arti beribadah.

2. Ibadah Secara Terminologi

1
Yusuf Al-Qarḑawy, Al-Ibadah fie al-Islam, Muassasah al-Risalah, cet.6, Beirut, 1979, h. 27.
2
Hasbi As-Ṣiddiqie, Kuliah Ibadah, cet. V, Bulan Bintang, Jakarta, 1985, h. 01.

2
Ibadah secara terminologi sebagaiman disebutkan oleh Yusuf
al-Qardhawi3 yang mengutip pendapat Ibnu Taimiyah bahwa ibadah adalah
puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta yang
tulus dan sungguh-sungguh yang memiliki urgensi yang agung dalam Islam dan
agama karena ibadah tanpa unsur cinta bukanlah ibadah yang sebenar-benarnya.

B. Dasar Hukum Ibadah

Dasar hukum ibadah adalah seperangkat norma atau aturan yang ditaati
oleh umat islam yang bertujuan untuk memperoleh keridhoan dari Allah SWT.

Al-Qur’an Sebagai Dasar Hukum Utama

Ibadah yang diterima harus didasarkan pada ketauhidan, keikhlasan, dan


sesuai dengan syari’at islam. Sumber syari’at islam yang utama adalah
Al-Qur’an. Oleh karena itu, dasar hukum beribadah yang pertama adalah
ayat-ayat Al-Qur’an.Sebagaimana telah diuraikan dalam memberikan
pengertian kata “ibadah”, ayat-ayat yang memerintahkan hamba allah untuk
beribadah hanya kepada allah adalah sebagai berikut:

Dalam surat Al-Fatihah ayat 5, Allah SWT, berfirman

ُ‫ك نَ ْستَ ِعي ْۗن‬


َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َواِيَّا‬
َ ‫اِيَّا‬

Bacaan latin: Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn

Artinya: "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada


Engkaulah kami mohon pertolongan."

Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa ayat ini menjelaskan bahwa
ibadah adalah kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan
terhadap kebesaran Allah sebagai tuhan yang disembah karena berkeyakinan
bahwa Allah dapat menyelesaikan suatu masalah manusia dengan memohon
kepadanya

Dalam surah Yasin ayat 60

3
Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadah fi al-Islam (Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), hlm. 31.

3
‫ت َۡعبُدُوا ال َّش ۡي ٰط ۚنَ‌ اِنَّهٗ لَـ ُكمۡ َعد ٌُّو ُّمبِ ۡي ٌن‬

Bacaan latin: Alam a'had ilaikum yaa Baniii Aadama al-laa ta'budush Shaitaana
innahuu lakum 'aduwwum mubiin

Artinya :"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu


Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata
bagi kamu"

Ayat ayat tersebut merupakan dasar hukum atau dalil yang menjadi
pedoman dalam beribadah. Beribadah artinya menolak kemusyrikan. Semua
bentuk menyekutukan Allah menciptakan penolakan Allah terhadap ibadah
manusia. Dengan demikian ayat-ayat yang melarang hamba Allah berbuat syirik,
dalam perspektif mafhum mukhalafah-nya merupakan ayat-ayat Al-Qur’an yang
memerintahkan manusia untuk beribadah secara murni kepada Allah

1. Mohammad Daud Ali, Hukum Islam:Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum
Islam Di Indonesia, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2013), hlm, 43.

2. H. Ahmad Thib Raya dan Hj. Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-beluk Ibadah
Dalam Islam, (Jakarta Timur Prenada Media), 2003, hlm, 137

As-sunnah sebagai Dasar Hukum Kedua

Dasar hukum kedua dalam melaksanakan ibadah kepada allah SWT


adalah As-sunnah atau Al-hadis. Hadis-hadis yang memerintahkan manusia
untuk beribadah kepada Allah adalah sebagai berikut:

1. Mu'adz bin Jabaltelah berkata4

"Saya pernah mengikuti nabi SAW naik keledai bersama beliau. Beliau
bersabda kepada saya wahai muadz "tahukah kamu apa yang menjadi tugas
dan kewajiban hamba terhadap Allah swt dan apa janji Allah terhadap
hamba? Saya menjawab Allah dan Rasulnya lah yang lebih mengetahui.

4
Abdul Qodir dan Bachrun Bunyamin, 1987, Kitab Tauhid Imam Abdul Wahab, Pustaka
Salman ITB, hlm. 4

4
Beliau menjawab tugas dan kewajiban hamba terhadap Allah adalah agar
beribadah kepadanya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.
Adan janji allah kepada hamba ialah bahwasanya allah tidak akan menyiksa
orang yang tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Saya bertanya ya
rasulullah! Bolehkah saya menyampaikan kabar gembira ini kepada
orang-orang? Rasulullah saw menjawab janganlah kamu menyampaikan
kabar gembira ini kepada mereka, agar mereka tidak bersifat apatis.

2. Hadis dari Ibnu Mas'ud sebagai berikut:

"Barang siapa mati dalam keadaan menyeru (berdoa dari beribadah) kepada
selain Allah maka ia akan masuk neraka."

3. Dalam kitab Shahih Muslim Rasulullah SAW5. Bersabda sebagai berikut:

"Barang siapa mengucapkan 'la ilaha illallah' dan ia mengingkari semua


penyembahan kepada selain Allah maka haramlah harta dan darahnya serta
perhitungannya nanti ada pada allah 'Azza wajalla semata.'995

Hadis-hadis diatas berisi seruan kepada seluruh hamba allah untuk


beribadah hanya kepada allah dan haram hukumnya melakukan segala bentuk
perbuatan syirik yang mengakibatkan manusia masuk ke dalam api neraka.
Dasar hukum semua bentuk ibadah kepada allah adalah Al-Qur'an dan
As-sunnah karena semua sahabat dan para pengikutnya, para ulama dan semua
umat islam sepakat bahwa ibadah yang berhubungan secara langsung dengan
allah harus didasarkan pada Al-Qur'an dan As-sunnah. Tidak ada ibadah yang
didasarkan pada dalil akal, karena akal cenderung subjektif dan dipengaruhi
hawa nafsu, kecuali dalam ibadah yang bersifat substantif yang berkaitan dengan
hubungan manusia dengan sesama manusia.

C. Syarat Ibadah

5
Achmad Sunarto, 2005, Hadits Al-Jami' Ash-Shahih, Annur
Press, hlm.9.

5
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya.
Agar ibadah seseorang dapat membawa pahala kebaikan, maka seseorang harus
memenuhi syarat untuk diterimanya ibadah tersebut. Syarat syarat tersebut ada
tiga yakni iman, ikhlas, dan ittiba’.

1. Iman

Dalam melaksanakan ibadah harus dilandasi dengan iman kepada Allah


SWT. Artinya orang yang beribadah harus meyakini bahwa itu adalah
perintah dari Allah SWT ataupun Rasulullah. Dengan demikian dapat
diyakini bahwa itu sesuai dengan syariat dan akan diterima serta
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana firman
Allah:

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/16: 97]

2. Ikhlas

Dalam melaksanakan ibadah seseorang harus melandasi rasa keikhlasan.


Dengan kata lain, apapun bentuk ibadah yang dilakukan seseorang harus
ikhlas karena Allah SWT. Hal ini untuk menghindari niat syirik, niat
riya’, niat mencari pujian serta niat duniawi lainnya yang dapat merusak
ibadah seseorang.

Seseorang yang beribadah dengan niat untuk mencapai sesuatu selain


Allah, atau yang melakukannya untuk mematuhi orang lain tanpa
bermaksud melakukan tindakan untuk Allah, maka ibadahnya tidak dapat
diterima dan tidak berbalas. Sebagaimana firman Allah:

6
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allâh dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus". [Al-Bayyinah/98: 5]

3. Ittiba’

Ittiba’ artinya mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Seseorang Muslim


yang mengaku bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka
seseorang itu mengikuti perintah, menghindari larangan, dan menyembah
Allah hanya dalam syariat yang diajarkannya. Sebagaimana firman
Allah:

“Barang siapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama)


ini, apa-apa yang bukan padanya, maka itu tertolak.” [HR. Al-Bukhari,
no. 2697; Muslim, no. 1718]

D. Rukun Ibadah

Dalam beribadah harus dibangun di atas tiga rukun, antar lain cinta,
harap, dan takut. Tanpa ketiga rukun ini, ibadah seseorang tidak ada yang benar
atau sempurna. Dalam beribadah, seseorang harus menunjukkan rasa cinta
kepada Allah SWT, berharap kepada Allah SWT, dan takut akan Allah SWT.

1. Rasa cinta kepada Allah SWT

Rasa cinta adalah tiang utama dalam ibadah karena cinta adalah pokok
ibadah. Cinta yang paling mulia dalam hidup ini adalah rasa cinta kepada
Allah SWT. Jika seorang hamba mencintai Allah, dia akan dengan
senang hati melakukan semua yang diperintahkan dan akan menjauhi
semua larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah:

“Katakanlah (wahai muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai


Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali
Imran: 31).

7
Bukti rasa cinta kepada Allah adalah ketaatan kepada Rasulullah dalam
segala hal. Bahkan rasa cinta kepada Allah harus lebih dari cinta untuk
diri sendiri.. Rasulullah adalah contoh yang baik dari aqidah, ibadah,
akhlak, muhammara, dan lain-lain.

2. Rasa harap kepada Allah SWT

Rasa harap kepada Allah SWT yang dimaksud yakni, rasa harap akan
diterimanya amalan, rasa harap akan masuk surga, rasa harap akan
dipertemukan dengan Allah, rasa harap akan diampuni dosa-dosanya,
rasa harap akan diampuni, rasa harap akan dijauhkan dari ari neraka serta
rasa harap akan hidup bahagia di dunia dan akhirat, dan lain-lain.

Rasa harap ini dapat membuat seseorang untuk tetap taat, meskipun ia
sedang jatuh dalam kemaksiatan. Dia ingin bertobat dari kesalahannya
dan berharap Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya dengan
melakukan lebih banyak perbuatan baik. Sebagaimana firman Allah:

“Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar: 53)

3. Rasa takut kepada Allah SWT

Rasa takut dapat memotivasi seorang hamba untuk sungguh-sungguh


dalam mencari ilmu dan beribadah hanya kepada Allah agar terbebas dari
murka dan hukuman Allah. Selain itu, ketakutan ini juga dapat mencegah
keinginan seseorang untuk melakukan maksiat.

Ada banyak jenis rasa takut, tetapi umat Islam merasa takut akan rasa
sakit sakarotul maut, takut akan hukuman di kubur, takut akan neraka,
takut akan mati dalam keadaan buruk (mati dalam ketidaktaatan kepada
Allah), takut akan kehilangan kepercayaan, dan lain-lain. Khouf ialah
kegundahan hati akan terjadinya sesuatu yang tidak disuka berupa

8
hukuman dan adzab Allah azza wajalla yang menimbulkan sikap
penghambaan dan ketundukan seorang hamba kepada-Nya azza wajalla.6

Ibadah yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya harus


menyempurnakan ketiga rukun tersebut. Ibadah kepada Allah SWT harus
disertai dengan ketundukan dan cinta, rasa takut dan harapan yang besar.
Syaikh DR. Sholih al-Fauzan alaihimus salam mengatakan:
“Sesungguhnya ibadah itu tegak di atas tiga rukun; yaitu cinta, takut
serta harapan. Kecintaan harus ada bersama penghinaan diri dan
ketundukan, sedangkan takut harus ada bersama harapan. Dan dalam
sebuah ibadah harus terdapat tiga perkara tersebut (sekaligus).”7

E. Tujuan Ibadah

Ibadah memiliki tujuan yang bermanfaat bagi orang-orang yang


melaksanakannya. Tujuan utama dari beribadah sendiri adalah untuk mengingat dan
memuliakan Allah SWT, akan tetapi kemulian dan keagungan Allah tidak bergantung
pada pemulian dan pengakuan dari peribadatan makhluk ciptaan-Nya. Karena Dia tidak
bergantung pada ciptaan-Nya dan bebas dari segala kebutuhan, akan tetapi berbeda
dengan manusia yang sangat bergantung kepada penciptanya. Sehingga mereka
membutuhkan bentuk-bentuk peribadatan yang berulang untuk menjaga hubungan
dengan Tuhannya.

Selain dari tujuan utama tersebut ada beberapa tujuan dari beribadah adalah :

1. Ibadah dilakukan untuk menciptakan hubungan harmonis antara hamba-Nya


kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT

2. Ibadah digunakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah
menciptakan, memelihara, dan mengizinkan kita untuk mengambil manfaat yang
telah disediakan oleh alam.

6
Hasyiyatul Ushulits Tsalatsah oleh Syaikh Abdurrohman bin Muhammad bin Qosim rahimahullahu ta’ala hlm 50
dan Syarah Tsalatsatil Ushul hlm 56-57

7
Kitabut Tauhid hlm 56

9
3. Untuk menguatkan karakter, mendisiplinkan diri dan peranan manusia sebagai
wakil dan hamba yang dipercaya Allah di muka bumi.

4. Ibadah juga dapat mempererat tali persaudaraan dan kasih sayang diantara
sesama muslim. (Haneef, 1979:46)

Pada bagian akhir dalam QS. al-Baqarah (2): 21 yang telah dikutip, terlihat
dengan jelas ada kata “taqwa''. Dengan demikian, tujuan akhir dari adanya ibadah
adalah agar manusia bertawakal kepada-Nya. Terma tattaqūn secara gramatikal yang
berasal dari kata “”‫ وقى‬Afiīf ‘Abd. al-Fattah Tabbārah menjelaskan bahwa makna asal
dari taqwa adalah “takut” dan “pemeliharaan diri”8. Dengan melaksanakan ibadah
dengan baik dan tekun, maka seorang hamba akan mencapai derajat taqwa.
Sebagaimana juga yang telah disinggung bahwa Allah swt sebagai Tuhan satu-satunya
yang Maha Memelihara dan menciptakan manusia, maka sewajarnya jika manusia akan
menyembah dan mentaati aturan-aturan-Nya.

F. Kedudukan Ibadah

Kedudukan ibadah dalam Islam menempati posisi yang paling utama dan
menjadi titik sentral dari seluruh aktivitas muslim dimuka bumi. Seluruh kegiatan
muslim pada dasarnya merupakan bentuk dari ibadah kepada Allah ta’ala, sehingga apa
saja yang dilakukannya memiliki nilai ganda, yaitu material dan nilai spiritual. Nilai
material merupakan imbalan nyata yang diterima di dunia, sedangkan nilai spiritual
merupakan ibadah yang hasilnya akan diterima di akhirat nanti. Aktivitas-aktivitas yang
bermakna ganda inilah yang disebut dengan amal saleh.

G. Praktik Ibadah

Berdasarkan perbuatannya, ibadah dibedakan menjadi empat jenis yaitu9:

1. Ibadah Qolbiyyah

Maksudnya adalah setiap ibadah dilakukan oleh aktivitas hati. Di mana


ibadah ini meliputi aspek i’tiqod atau keyakinan seperti iman kepada wujud

8
Afīf Abd. al-Fattāh Tabbārah, Rūh al-dīn al-Islāmiy (Bairut: Dār al-Ilm al-Malāyīn, 1969), hal. 205)
9
Buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam oleh Ustaz Isnan Anshory Lc, hal 207

10
Allah SWT. Selain i’tiqod seperti cinta kepada Allah, atau dalam bentuk tafakkur
seperti merenungkan penciptaan Allah.

2. Ibadah Qowliyyah

Ibadah ini dilakukan oleh aktivitas lisan. Contohnya seperti membaca


alquran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain sebagainya.

3. Ibadah Amaliyyah

Ibadah Amaliyyah adalah ibadah yang dilakukan oleh aktivitas anggota


tubuh. Contohnya adalah gerakan dalam sholat, melakukan puasa, haji, dan lain
sebagainya.

4. Ibadah Maaliyyah

Ibadah ini dilakukan oleh seorang hamba dengan mendermakan


hartanya. Misalnya menunaikan zakat dan bershodaqoh.

Sedangkan para ulama menyebutkan bahwa pelaksanaan ibadah dibagi menjadi 2


yaitu10:

1. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang bersifat ta'abbudi atau mempunyai


hubungan langsung dengan Allah. Ibadah ini biasanya berupa tindakan
penyembahan seorang hamba kepada Allah. Yang termasuk jenis ibadah
mahdhah adalah shalat, puasa, haji, dzikir, dan puasa. selanjutnya ibadah
ini disebut sebagai ibadah ritual.
2. Ibadah mu’amalah, yaitu ibadah yang mencakup hubungan antar
manusia dalam rangka mengabdi kepada Allah. Ibadah jenis ini biasanya
berupa amal kebajikan yang berkaitan dengan hubungan sesama
manusia. Maka ibadah ini bersifat sosial.

H. Fungsi Ibadah Dalam Kehidupan

a. Jalan menuju taqwa

10
Buku Mukjizat Ibadah Dimana Ibadah Bukan Hanya Sekedar Kewajiban oleh Ibnu Abdullah hal 21

11
Fungsi ibadah sebagai bentuk rasa ketaqwaan manusia terhadap Allah
S.W.T hal ini merupakan bentuk nilai kehidupan individu yang harus diterapkan.
Bertaqwa berarti berusaha untuk menunjukkan penghambaan kepada Allah
dengan ibadah kepadanya. Seperti yang dijelaskan pada Al – quran “Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah : 21)

b. Menentramkan hati

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah sehingga ketika seseorang


merasa dekat dengan Allah SWT, maka ia pun akan selalu mengingat-Nya.
Ketika seseorang senantiasa mengingat Allah, hatinya pun akan merasa selalu
tenang dan tenteram.

c. Bekal kehidupan di akhirat

Kehidupan dunia ini hanyalah sementara, yang berfungsi sebagai jalan


menuju kehidupan yang abadi dan lebih baik, yaitu kehidupan akhirat. Segala
apa yang diperbuat manusia di dunia akan berdampak pada kondisi
kehidupannya di akhirat, termasuk kegiatan ibadahnya

d. Wujud syukur terhadap nikmat Allah

Penciptaan manusia dengan segala yang melingkupinya, termasuk alam


semesta merupakan karunia Allah yang harus disyukuri. Ungkapan rasa syukur
ini tidak hanya sebatas lisan, tetapi harus meliputi kesadaran hati dan
perwujudan dalam kehidupan melalui semangat beribadah.

Aisyah berkata bahwa apabila Rasulullah SAW salat, beliau berdiri


hingga kaki beliau bengkak. Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa
engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa engkau yang telah
berlalu dan yang dikemudian?” Rasulullah menjawab, “Apakah aku tidak boleh

menjadi hamba yang bersyukur”? ( HR.Bukhari-muslim)

12
e. Ibadah dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan antar sesama.

Sebagai manusia yang tinggal disuatu negara perlu adanya implementasi


ibadah yang dilakukan agar dapat menciptakan persatuan antar sesama terutama
pada Indonesia yang memiliki keberagaman suku, ras, dan agama. Hal ini dapat
menjadi fungsi bahwa ibadah terhadap sesama dapat menjadikan Indonesia
sebagai negara yang rukun dan dapat saling menghormati.

13
KESIMPULAN

Ibadah merupakan bentuk penghambaan diri seorang manusia kepada Allah


SWT, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu Ibadah secara etimologi yang berarti
menyembah, mengabdi kepada Allah SWT. Sedangkan secara terminologi ibadah
adalah puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya terdapat unsur tulus dan
sungguh – sungguh yang memiliki urgensi yang agung dalam Islam. Dalam beribadah
di dalam Islam menggunakan dasar hukum Al-quran dan As-sunnah atau al-hadist.
Adapun syarat saat melasanakan Ibadah yaitu dengan iman, ikhlas, dan ittiba’ karena
saat beribadah manusia menggarapkan, rasa takut dan juga rasa cinta terhadap Allah
SWT. Praktik ibadah dalam Islam meliputi ibadah mahdhah yaitu Ibadah manusia
terhadap Allah SWT seperti sholat, puasa, zakat, dan haji sedangkan Ibadah mu’amalah
adalah ibadah yang dilakukan terhadap sesama manusia sebagai bentuk hubungan dan
menjalankan amal kebajikan terhadap sesama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, Pegi. “Pengertian Ibadah Dan Kedudukannya Dalam Islam 12345 | PDF.”

Scribd, 28 Agustus 2019,

https://id.scribd.com/document/423591428/PENGERTIAN-IBADAH-DAN-KE

DUDUKANNYA-DALAM-ISLAM-12345-docx. Accessed 10 November 2022.

Fadhila, Rio. “3 Dasar Hukum Pelaksanaan Ibadah.” Scribd, 2019,

https://id.scribd.com/document/436029390/3-Dasar-Hukum-Pelaksanaan-Ibadah

. Accessed 5 November 2022.

Kallang, Abdul. KONTEKS IBADAH MENURUT AL-QURAN, 2018,

https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldin/article/download/630/474.

Accessed 9 November 2022.

Kumparan Berita Hari Ini. “3 Syarat Diterimanya Ibadah Seseorang yang Wajib

Diketahui Umat Muslim.” Kumparan, 8 February 2022,

https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/3-syarat-diterimanya-ibadah-seseor

ang-yang-wajib-diketahui-umat-muslim-1xSuozsmLFI. Accessed 7 November

2022.

Kumparan.com. “Pengertian dan Jenis-jenis Ibadah dalam Agama Islam.” Kumparan,

24 August 2021,

https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-dan-jenis-jenis-ibadah-dalam

-agama-islam-1wO6dHsLO0x. Accessed 10 November 2022.

Prabandari, Ayu Isti. “Pengertian Ibadah dan Tujuannya dalam Islam, Perlu Diketahui.”

2022,

https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-ibadah-dan-tujuannya-dalam-islam-

perlu-diketahui-kln.html. Accessed Rabu, 9 November 2022.

15
Sarkarti. CINTA, TAKUT DAN HARAP KEPADA ALLAH SWT,

https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/3762/2088. Accessed

7 November 2022.

16

Anda mungkin juga menyukai