Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENGANTAR STUDI ISLAM


“ASPEK IBADAH, SPIRITUAL, DAN AJARAN MORAL”
DOSEN PEMBIMBING : ZULKIFLI

Disusun untuk didiskusikan oleh kelompok 7 :


1. ABI BASYAR AMRULLAH (1786208045)
2. ()

FAKULTAS AGAMA ISLAM


DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2017

KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini
membahas tentang “ASPEK IBADAH, SPIRITUAL, DAN AJARAN MORAL”. Makalah ini
dibuat oleh Abi Basyar Amrullah dan Imam Muttaqin sebagai kelompok 7 dalam jangka
waktu satu hari di kampus. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah
wawasan bagi semua orang khususnya kami sendiri sebagai penyusun makalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam faham islam tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rohani.
Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materi seperti hawa
nafsu bisa membawa pada kejahatan. Sedangkan roh manusia bersifat immateri dan
mempunyai kebutuhan spirituil, cenderung mengajak kepada kesucian. Kalau seseorang
hanya mementingkan hidup kematerian ia mudah sekali dibawa hanyut oleh kehidupan yang
tidak bersih, bahkan dapat dibawa hanyut kepada kejahatan.
Dalam islam ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu.
Semua ibadah yang ada dalam islam, sholat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat roh
manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Allah, bahkan senantiasa dekat dengan-Nya.
Keadaan senantiasa dekat pada Allah sebagai Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa
kesucian seseorang.
Diantara ibadah islam, sholatlah yang membawa manusia mendekat kepada Allah. Di
dalamnya terdapat dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan. Dalam dialog
dengan Allah itu seseorang meminta supaya roh nya disucikan. Dialog ini diwajibkan
diadakan lima kali sehari, dan kalau seseorang lima kali sehari dengan sadar memohon
pensucian roh, dan ia memang berusaha ke arah yang demikian, maka rohnya akan dapat
menjadi bersih dan ia akan dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tidak baik, apalagi dari
perbuatan-perbuatan jahat.
Puasa juga merupakan pensucian roh. Di dalam berpuasa seseorang harus menahan
hawa nafsu makan, minum, seks dan menahan rasa amarah, serta perbuatan-perbuatan kurang
baik lainnya. Latihan jasmani dan rohani disini bersatu dalam usaha mensucikan roh manusia.
Di bulan puasa dianjurkan pula memperbanyak sholat dan membaca Al-Qur’an,
disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah.
Ibadah haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekkah,
orang berkunjung ke Baitullah. Sebagaimana dalam sholat, orang disini juga merasa dekat
sekali dengan Allah. Usaha pensucian roh disini disertai oleh latihan jasmani dalam bentuk
pakaian, makanan, dan tempat tinggal sederhana. Selama mengerjakan haji, perbuatan-
perbuatan tidak baik harus dijauhi. Di dalam haji pula, latihan rasa bersaudara antar sesama
umat manusia, tiada beda antara kaya dan miskin, semua sederajat.
Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta untuk
menolong fakir-miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian roh. Disini roh dilatih
menjauhi kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan dan suka
menolong anggota masyarakat yang berbeda dalam kekurangan.
Ibadah dalam islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Allah disembah dalam arti
penyembahan yang terdapat dalam agama primitif. Pengertian serupa ini adalah pengertian
yang tidak tepat. Ayat 56 dari surat Al-Zariat mengatakan dan ini diartikan bahwa manusia
diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada Allah yaitu mengerjakan sholat, puasa, haji
dan zakat. Soal ibadah memang amat penting artinya dalam sejarah islam. tetapi mestikah
kata “liya’budun“disini berarti beribadah, mengabdi atau menyembah ? sebenarnya Allah
tidak berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Allah adalah Maha Sempurna dan tak
berhajat kepada apapun. Oleh karena itu kata “liya’budun“disini lebih tepat kalau diberi arti
lain daripada arti beribadah, mengabdi, memuja, apalagi menyembah. Lebih tepat
kelihatannya kalau kata itu diberi arti tunduk atau patuh sehingga arti ayat itu menjadi:
‘Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepada-Ku’
Arti ini lebih sesuai dengan arti kata muslim dan muttaqi, yaitu menyerah, tunduk dan
menjaga diri dari hukuman Allah di Hari kiamat dengan mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larang-Nya.

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mnyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Pengantar Studi Islam dan serta untuk menambah pengetahuan bagi kita semua
mengenai pembahasan aspek ibadah, spiritual dan ajaran moral.

Bab II
PEMBAHASAN
A. Ibadah
1. Pengertian
Kata ibadah berasal dari kata ‘abada, yu’aabidu, ‘ibadatan, yang artinya menyembah,
mempersembahkan, tunduk, patuh, maupun taat. Seseorang yang tunduk, patuh,
merendahkan diri, dan hina dihadapan yang disembah disebut “’abid” (yang beribadah).
a) Macam-macam pengertian ibadah
1) Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah ialah meng-Esakan Allah
SWT, dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa
setunduk-tunduknya kepada-Nya. Pengertian ini didasarkan pada firman Allah
SWT.
‫ۖ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ ٰسنًا َّوبِ ِذى القُرْ ٰبى‬.‫َوا ْعبُ ُد ْوا هللاَ َواَل تُ ْش ِر ُك ْوا بِ ِه َش ْيئًا‬
‫ب‬
fِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ار ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج‬ ِ ‫َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِك ْي ِن َو ْال َج‬
‫ان ُم ْختَااًل‬ َ ‫ۗ اِ َّن هللاَ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َك‬. ‫ت اَ ْيمٰ نُ ُك ْم‬ْ ‫بِ ْال َج ْنبِو َواب ِْن ال َّسبِي ِْل َو َما َملَ َك‬
‫● فَ ُخ ْورًا‬
2)

Anda mungkin juga menyukai