Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam Semester I
Disusun oleh:
Kelompok 7 Kelas A
NOVEMBER/2021
KATA PENGANTAR
Tim
i
DAFTAR ISI
ii
BAB II
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan aspek ibadah dalam Islam.
2. Memahami apa yang dimaksud dengan latihan spiritual dalam Islam.
3. Memahami apa yang dimaksud dengan ajaran moral dalam Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nasuha, Ibadah Sebagai Aspek Ritual Ummat Islam, (Makassar: OSF, 2021), h. 2
2
Umi Hayati, Nilai-Nilai Dakwah; Aktivitas Ibadah dan Perilaku Sosial, (Salatiga: IJC,
2017), h. 175-192
2
Keberadaan manusia diciptakan muka bumi ini adalah sebagai hamba
Allah “Ibaadullaah” yaitu: jiwa raga hanya milik Allah, hidup matinya di
tangan Allah, rezeki, miskin, kayanya adalah ketentuan Allah, dan diciptakan
hanya untuk ibadah atau menghambakan diri kepada-Nya.3 Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an pada surah Adz-Dzariyat ayat 56:
a. Ibadah Mahdhah
Ibadah Mahdhah adalah penghambaan yang murni hanya hubungan
hamba dengan Allah. Ibadah Mahdhah memiliki 4 prinsip, yaitu :
1. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah yang
berdasarkan baik dari Al-Qur’an maupun sunah. Jadi merupakan
otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya. Tata caranya harus berpola kepada contoh dari
Rasulullah Muhammad SAW, salah satu tujuan diutus Rasul oleh Allah
adalah untuk memberikan contoh dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
2. Di atas jangkauan akal yang berarti ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu. Akal
hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya yang disebut hikmah at-
tasyri.
3. Asasnya “taat” yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah
ini adalah kepatuhan atau ketaatan.
4. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah, semata
untuk kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi
utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
3
Nasuha, Ibadah Sebagai Aspek Ritual Ummat Islam, (Makassar: OSF, 2021), h. 2
3
b) Ibadah Ghairu Mahdhah (tidak murni semata hubungan dengan Allah)
Pengertian dari ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang
diizinkan oleh Allah yang tata cara dan perincian-perinciannya tidak
ditetapkan dengan jelas.4 Dengan prinsip keberadaannya didasarkan atas
tidak adanya dalil yang melarang, selama Allah dan Rasul-Nya tidak
melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilakukan. Tata laksananya tidak
perlu berpola kepada contoh Rasulullah sehingga perkara baru (bidah)
dalam ibadah ghairu mahdhah diperbolehkan. Bersifat rasional, ibadah
bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau mudaratnya,
dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
itu buruk, merugikan dan mudarat, maka tidak boleh dilaksanakan.
Asasnya manfaat, selama itu bermanfaat maka boleh dilakukan.
Adapun contoh ibadah ghairu mahdhah antara lain: masalah-masalah
furu’, seperti salat subuh dengan kunut atau tidak, zikir, dakwah, tolong
menolong, dll. Jika dalam ibadah mahdhah yang bersifat ta’abbudi tidak
boleh ada improvisasi, maka dalam ibadah ghairu mahdhah ini justru
terbuka lebar terhadap inovasi. Tidak ada bidah (kullu bid’atin dlalalah)
dalam ibadah ghairu mahdhah.5
4
Nasuha, Ibadah Sebagai Aspek Ritual Ummat Islam, (Makassar: OSF, 2021), h. 3
5
Khoiruman, Aspek Ibadah, Latihan Spiritual, dan Ajaran Moral, (Bengkulu: IAIN, 2019), h. 8
6
Khoiruman, Aspek Ibadah, Latihan Spiritual Dan Ajaran Moral. Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadist. Vol.8 No.1, 2019
4
Pelatihan spiritual keagamaan dalam pendidikan mempunyai strategi yang
terbagi menjadi 3, yaitu:7
1. Strategi Pengorganisasian
Strategi pengorganisasian adalah strategi pengorganisasian kegiatan
pelatihan spiritual keagamaan. Terbentuk strategi mikro metode
pengorganisasian strategi spiritual keagamaan yang menyangkutkan
bentuk konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan hukum. Strategi makro metode
pengorganisasian strategi spiritual keagamaan yang melibatkan lebih dari
satu bentuk konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan hukum.
2. Strategi Penyampaian
Strategi penyampaian adalah strategi penyampaian kegiatan pelatihan
spiritual keagamaan. Tujuannya agar mahasiswa mudah, cepat, merespon
materi, dan menyenangkan dalam pembelajaran. Strategi penyampaian
terbagi menjadi 3, yaitu media pelatihan, interaksi media pelatihan
terhadap mahasiswa, dan pola atau bentuk belajar mengajar.
3. Strategi Pengelolaan Pelatihan
Strategi pengelolaan pelatihan adalah strategi penyampaian kegiatan
pelatihan spiritual keagamaan. Tujuannya agar memudahkan interaksi
mahasiswa dengan komponen-komponen metode pelatihan lainnya, seperti
pengorganisasian dan penyampaian isi pelatihan.
Pelatihan spiritual keagamaan menggunakan konsep penelitian Ary
Ginanjar Agustian, yaitu ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Dalam
Islam, ruang lingkup ESQ dirumuskan sebagai “ESQ way 165” yang
terbagi menjadi 3, yaitu mengenai 6 rukun iman, 5 rukun Islam, dan 1
ihsan.8
ESQ spiritual seperti rukun iman, rukun Islam, dan ihsan. Terdapat di
prinsip-prinsip Al-Qur’an, hadis, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual manusia. Dalam latihan spiritual rukun iman kepada Allah SWT.,
mempunyai rasa aman dan tenang dalam kehidupan, mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi, dan bersikap bijaksana karena beriman
7
Rumadani Sagala, Pendidikan Spiritual Keagamaan (Dalam Teori dan Praktik),
(Yogyakarta: SUKA-Press, 2018), hlm. 254-257
8
Rumadani Sagala, Pendidikan Spiritual Keagamaan (Dalam Teori dan Praktik),
(Yogyakarta: SUKA-Press, 2018), hlm 254-257
5
kepada Allah SWT. Latihan spiritual rukun Islam kepada Allah SWT.,
dengan membaca syahadat karena dapat mendorong seseorang mencapai
suatu tujuan, membangkitkan keberanian, dan ketenangan batin dalam
menjalankan kehidupan, melaksanakan salat dapat membangun karakter
seseorang, mengontrol diri dalam berpuasa, dan meningkatkan kecerdasan
sosial dalam berzakat dan haji. Latihan spiritual ihsan kepada Allah SWT.,
dengan musyahadah ketika melihat keagungan kekuasaan Allah SWT.
langsung mengingat keluasan rahmatnya, memperbaiki ibadahnya karena
merasa diawasi kehidupannya oleh Allah SWT. dalam muraqabah.9
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dulu).”11
Sehingga dapat didefinisikan akhlak itu merupakan sifat, budi pekerti,
tingkah laku yang tertanam dalam diri seseorang dimana dia menggunakan
hal-hal itu untuk mendasarkan perbuatannya. Terdapat beberapa hal yang
9
Meril Qurniawan, Desain Pembelajaran Berbasis Emotional Spiritual Quotient (ESQ).
Jurnal Stai Madiun. Vol.7 No.2, 2020
10
K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, cet.XI, 2011), h. 7
11
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), h. 12
6
menjadikan akhlak itu utama, yaitu hikmah atau kekuatan ilmu, keberanian,
‘iffah atau kesucian diri, dan keadilan terhadap 3 hal tersebut. 12 Sedangkan
untuk etika secara etimologis berasal dari bahasa latin “etos” yang berarti
kebiasaan. Berasal dari bahasa yunani, yaitu “ethos” yang memiliki
pengertian adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan.
Dengan pengertian tersebut, kita mengetahui beberapa hal mengenai
etika, yaitu bahwa etika merupakan pandangan suatu masyarakat terhadap
sebuah perbuatan tertentu dimana pandangan atau sikap tersebut bersifat
turun-temurun di dalam masyarakat itu sendiri sehingga etika ini membahas
mengenai perbuatan manusia yang berasal dari pikirannya sendiri dimana
pikiran tersebut berasal dari pandangan apa yang baik dan apa yang buruk
dari masyarakat tempat dia tumbuh dan dimana etika ini berkembang sesuai
pandangan masyarakat tersebut atau berkembang sesuai zaman.13
Pada akhirnya, apa yang membedakan dari ketiga istilah tersebut?
Perbedaannya adalah di mana sumber mereka diambil dalam menentukan
penilain mereka apakah suatu hal itu buruk atau tidak. Sumber moral
merupakan dari norma-norma yang berlaku di masyarakat, sumber etika
berasal dari hasil pikiran, dan untuk sumber dari akhlak adalah nilai-nilai dari
Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.14 Setelah kita mengetahui apa
itu moral, apa yang perlu dilakukan dalam pendidikan moral? Apakah
tujuannya? Dan metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengajarkan
moral?
Mari definisikan apa itu pendidikan! Pendidikan secara terminologis
dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan,
pelatihan yang ditujukan kepada semua peserta didik secara formal maupun
non formal dengan tujuan membentuk peserta didik yang cerdas,
berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal
12
A. A. H. Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 30
13
A. Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2009)
14
R. Anisah, Memahami Perbedaan Akhlak, Etika, Dan Moral, diakses dari
https://nuriska.id/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral/, pada tanggal 26
September 2021, pukul 07.30 WIB
7
dalam kehidupannya di masyarakat. 15 Jadi, dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan adalah sebuah program pembinaan atau pelatihan yang diberikan
kepada peserta pembinaan atau pelatihan tersebut untuk mencapai suatu
tujuan-tujuan yang berupa penanaman sifat cerdas, nilai pribadi, dan
keterampilan tertentu.
Pendidikan moral adalah sebuah program pembinaan atau pelatihan yang
dibuat untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didiknya. Nilai-
nilai moral yang ditanamkan adalah nilai-nilai moral yang bersifat positif
sehingga peserta didik berkembang untuk mempunyai kepribadian yang
bermoral baik dan positif, seperti jujur, bertanggung jawab, berintegritas, dan
adil.16 Lalu nilai-nilai apa saja yang dapat kita tanamkan dalam pendidikan
moral? Menurut Muhammad Abdullah Darraz yang dikutip oleh Muhammad
Abdurrahman, nilai-nilai moral tersebut, yaitu:
1. Nilai-nilai perseorangan atau Fardhiyyah;
2. Nilai-nilai moral keluarga atau usariya;
3. Nilai-nilai moral sosial atau kemasyarakatan atau ijtima’iyah;
4. Nilai-nilai moral dalam Negara atau daulah; dan
5. Nilai-nilai moral agama atau diniyah.17
Adapun terdapat beberapa metode penyampaian pendidikan ini.
Beberapa metode tersebut menurut Athiyah al-Abrasi dalam Minan adalah
sebagai berikut:
a. Pendidikan secara langsung.
Pendidikan ini dilakukan melalui pemberian nasihat secara langsung
mengenai moral. Contohnya seperti memberitahukan atau menasihati
peserta didik mengenai hal yang baik dan yang buruk, hal yang berbahaya,
manfaat melakukan suatu hal, dan menghindari diri sendiri dari hal tercela.
b. Pendidikan secara tidak langsung.
Pendidikan ini dilakukan melalui jalan sugesti dengan membuat diri
sendiri menjadi panutan peserta didik. Contohnya seperti kita selalu
15
Z. Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. XI, 2014), h. 25
16
Q. Y. Zakiyah, Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2014), h. 178
17
M. Abdurrahman, Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan,
(Yogyakarta: Prima Sophie Press, cet. I, 2003), h. 77
8
berkata jujur dan sopan santun. Akibatnya, peserta didik akan mengikuti
kita untuk selalu berkata jujur dan sopan santun.
c. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan peserta didik
dalam rangka pendidikan akhlak.18
BAB III
18
A. M. Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2015), h.34
9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah ibadah merupakan
sebagai bentuk penyembahan seorang hamba terhadap Tuhannya yang
dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendah-nya, dengan hati yang
ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama. Ibadah sering dikaitkan
dengan spiritual.
Pelatihan spiritual keagaman terhadap mahasiswa bertujuan untuk
menanamkan pendidikan dalam spiritual dan mencegah hal-hal yang negatif
terhadap pergaulan. Pelatihan spiritual keagamaan menggunakan konsep
penelitian Ary Ginanjar Agustian, yaitu ESQ (Emotional Spiritual Quotient).
Dalam Islam, ruang lingkup ESQ dirumuskan sebagai “ESQ way 165” yang
terbagi menjadi 3, yaitu mengenai 6 rukun iman, 5 rukun Islam, dan 1 ihsan.
Selain itu, terdapat perbedaan antara moral, etika, dan akhlak.
Perbedaannya adalah di mana sumber mereka diambil dalam menentukan
penilain mereka apakah suatu hal itu buruk atau tidak.
3.2 Saran
Alhamdulillaahirabbil‘aalamiin. Berkat usaha dan doa, makalah yang
berjudul “Aspek Ibadah, Latihan Spiritual, dan Ajaran Moral dalam Islam”
berhasil disusun dengan baik serta selesai tepat waktu. Kami menyadari jika
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, baik dari segi penulisan
yang sesuai PUEBI, maupun sumber-sumber yang kami ambil dalam
menyusun makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
10
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas
Pendidikan. Yogyakarta: Prima Sophie Press.
Anisah, R. (2020). Memahami Perbedaan Akhlak Etika, dan Moral. Dipetik 2021,
dari https://nuriska.id/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral/.
Diakses pada Minggu, 26 September 2021 pukul 07.30 WIB.
Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta: Gramedia.
Darajat, Z. (2014). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Iqbal, A. M. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Khoiruman. (2019). Aspek Ibadah, Latihan Spiritual Dan Ajaran Moral. Jurnal
Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadist, 8(1), 40-60.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/2046.
Diakses pada Minggu, 17 Oktober 2021 pukul 17.14 WIB.
Mahmud, A. A. (2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Mustofa, A. (2007). Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.
Nasuha. (2021). Ibadah Sebagai Aspek Ritual Ummat Islam, 2-4. Makassar: OSF.
https://osf.io/frs65. Diakses pada Minggu, 26 September 2021 pukul 20.00
WIB.
Nata, A. (2009). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Qurniawan, Meril. (2020). Desain Pembelajaran Berbasis Emotional Spiritual
Quotient (ESQ). Jurnal Stai Madiun, 7(2), 197-212.
https://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/dowloand/
405/159. Diakses pada Minggu, 17 Oktober 2021 pukul 18.05 WIB.
Reza, I. F. (2015). Efektivitas Pelaksanaan Ibadah Dalam Upaya Mencapai
Kesehatan Mental, 1. Jakarta: UIN Raden Fatah.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/561/499.
Diakses pada Senin, 27 September 2021 pukul 12.00 WIB.
Sagala, Rumadani. (2018). Pendidikan Spiritual Keagamaan (Dalam Teori dan
Praktik). Yogyakarta: SUKA-Press.
Zakiyah, Q. Y. (2014). Pendidikan Nilai Kajian Teori Dan Praktik Di Sekolah.
Bandung: CV Pustaka.
11