Anda di halaman 1dari 16

TADHARRU’ DAN TAHALLUL DALAM HAJI DAN UMRAH

Disusun Oleh :
MUSLIKAH (…………………………………….)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO
NGANJUK
2022

1
TADHARRU’ DAN TAHALLUL DALAM HAJI DAN UMRAH

MAKALAH
Diajukan Kepada
Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Dakwah
Untuk memenuhi tugas
Semester 5

Disusun Oleh :
MUSLIKAH (NIM…………………………………….)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO
NGANJUK
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Nganjuk, 24 November 2022

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Ruusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Tadharru’........................................................................... 3
2. Pengertian Tahallul ............................................................................. 3
3. Jenis-Jenis Tahallul dan Cara Melaksanakannya ............................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Melaksanakan ibadah haji
wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan yang mempunyai
kemampuan finansial dan fisik. Bagi muslimin dan muslimah yang memiliki
kemampuan dalam melakukan ibadah haji sekali seumur hidup. Ibadah haji
didefenisikan menuju Baitullah dan mengerjakan amalan-amalan ibadah haji,
mulai dari bulan Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.1
Pelaksanaan ibadah haji yaitu: (a) haji tamattu adalah ibadah haji dengan
melaksanakan ibadah umrah dahulu, kemudian melaksanakan kegiatan ibadah haji
(b) haji ifrad adalah melaksanakan ibadah haji dahulu baru umrah dan diselingi
tahallul (c) haji qiran adalah ibadah haji dengan melaksanakan ibadah haji dan
umrah pada waktu yang bersamaan, tanpa melakukan tahallul. Ibadah umrah
adalah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan thawaf, sa’i dan tahallul demi
mengharapkan rida Allah.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tadharru’ ?
2. Apa yang dimaksud dengan Tahallul ?
3. Apa saja jenis tahallul itu dan bagaimana cara melaksanakannya?

C. Tujuan
1
Diantara rukun haji yang harus dilakukan yaitu; (a) ihram adalah niat memulai mengerjakan i
badah haji dan memakai pakain ihram (bagi laki-laki wajib memakai dua helai kain yang tidak
berjahit dan dianjurkan berwarna putih), sedangkan perempuan memakai pakain yang menutup
aurat; (b) wukuf di Arafah yaitu berdiam diri di Arafah pada waktu tergelincir sampai terbenam
matahari dan dianjurkan memperbanyak zikir kepada Allah; (c) thawaf adalah mengelilingi
Ka’bah sebanyak tujuh putaran; (d) sa’i yaitu berjalan dari Shafa ke bukit Marwah sebanyak 7
kali; (e) tahallul adalah mencukur rambut minimal 3(tiga) helai; (f) tertib adalah melakukan kelima
rukun haji tersebut secara berurutan. Deden Hafidz Usman, Panduan DoaDzikir Haji & Umrah
Yang Dipercontohkan Rasulullah dan Para Ulama ( Jakarta Selatan : Penerbit Ruang Imprint
Kawan Pustaka, 2014) hlm. 9-13.
2
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji Dan Umrah, Panduan Lengkap Dan Praktis Menjalani Ibadah
Haji dan Umrah Sejak dari Rumah Hingga Kembali Lagi (Jakarta : PT Elex Media Komputindo,
2009) hlm.108

1
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tadharru’.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud tahallul.
3. Untuk mengetahui jenis tahallul dan bagaiamana cara mengerjakannya

BAB II

2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tadharru’
Makna Tadharru’ adalah penuh harap dan merendahkan diri, dalam
beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, terutama ketika sedang berdoa.
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (penuh harap) dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS al-A’raf : 55). Tadharru’ merupakan akhlak dan etika yang harus kita bangun
ketika membina hubungan dengan Allah Subhanahu Wa Ta`ala.
Hal ini kita lakukan sebagai wujud penghambaan diri kita kepada Zat
Penguasa alam semesta, Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Tadharru mengandung
makna tadzallul (kerendahan dan kehinaan diri) dan istiqamah (ketundukan diri).
(Jami’ul bayan ‘an ta’wil al-Qur’an, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-
Thabari). Oleh karena itu, ketika kita ber-tadharru’ kepada Allah Subhanahu Wa
Ta`ala, akan menumbuhkan kesungguhan dan kekhusyukan dalam beribadah dan
berdoa serta menjadi sebab Allah Subhanahu Wa Ta`ala akan meninggikan derajat
kita di sisi-Nya. Menurut penjelasan Imam Ahmad bin Hambal ketika
mendeskripsikan tadharru agar kita dapat bersikap tadharru, beliau berkata,
“Bayangkan seseorang yang tenggelam di tengah lautan dan yang
dimilikinya hanyalah sebatang kayu yang digunakannya supaya terapung.”
“Ia menjadi semakin lemah dan gelombang air mendorongnya semakin
dekat pada kematian.
Bayangkanlah ia dengan tatapan matanya yang penuh harapan menatap ke
arah langit dengan putus asa sambil berteriak,
“Ya Tuhanku, Tuhanku!”
Bayangkanlah betapa putus asanya dia dan betapa tulusnya ia meminta
pertolongan Tuhan.
Itulah yang disebut dengan tadharru’ di hadapan Allah.

B. Pengertian Tahallul
Tahallul adalah salah satu rukun haji yang wajib dipenuhi oleh seorang
muslim yang sedang melaksanakan haji. Tahallul dilaksanakan tidak hanya bagi

3
seseorang yang melaksanakan haji saja, akan tetapi juga pada seseorang yang
melakukan ibadah umroh.
Menurut buku Ajar Studi Fiqih yang ditulis oleh Adila Septiana dan Firman
Setiawan, tahallul secara bahasa artinya adalah menjadi boleh atau menjadi halal.
Sedangkan tahallul menurut istilah syara’ artinya adalah dibebaskan atau
diperbolehkannya seseorang dari larangan ihram.
Menurut ilmu fiqih, kata tahallul adalah keluar dari keadaan ihram, sebab
telah melangsungkan amalan haji secara menyeluruh maupun sebagian.
Rangkaian ibadah haji selesai ditandai dengan menggunting maupun mencukur
beberapa helai rambut minimal tiga helai rambut yang dipotong untuk tahallul.
Sedangkan menurut Jumhur Ulama selain Syafi’iyah, tahallul hukumnya
wajib dilaksanakan dan menurut ulama Syafi’iyah tahallul adalah rukun haji.
Menurut pendapat dari ulama yang lain, tahallul adalah pelepasan, pembebasan,
penghalalan dan pengampunan yang ditandai dengan menggunting maupun
mencukur sebagian rambut dan sekurang-kurangnya sebanyak tiga helai.
Dasar hukum dari tahallul sebagaimana Allah berfirman yang artinya
adalah, “Sesungguhnya kamu tetap memasuki Masjidil Haram (pada masa
ditentukan) dalam keadaan yang aman dan menyempurnakan ibadah mu dengan
cara mencukur kepala kamu dan jika tidak pun, maka kamu bisa menggunting
sedikit rambutnya.” (Surat Al Fath ayat 27). Sesuai dengan dalil tersebut, ayat 27
surat Al -Fath menjelaskan bahwa latar belakang atau seluk beluk hukum tahallul
berawal ketika Nabi Muhammad serta para sahabatnya memasuki Mekah ketika
Mekah telah dalam keadaan aman, tanpa ada rasa takut dari perlakuan buruk yang
sebelumnya dilakukan oleh orang-orang musyrik.
Bercukur atau tahallul merupakan salah satu proses ibadah haji yang sangat
penting serta tidak boleh ditinggalkan, terutama bagi umat muslim yang menganut
madzhab Syafi’i. Meskipun bercukur ini terkesan remeh, akan tetapi apabila
ditinggalkan maka seseorang yang melaksanakan ibadah haji perlu mengulang
hajinya di tahun depan, sebab ibadah haji yang ia laksanakan dinilai tidak sah.
Sehingga artinya, tahallul merupakan proses yang wajib dilaksanakan agar ibadah
haji sah.

4
Kemudian, kenapa hal yang dianggap remeh justru memiliki konsekuensi
yang besar apabila tidak dilakukan? Hal ini tentu menjadi isyarat, bahwa
sebenarnya tahallul memiliki makna yang lebih besar dibandingkan hanya
bercukur. Selain itu, perintah tahallul ini menjadi isyarat bahwa otak dan
kelebihan yang dimiliki oleh manusia semuanya berada dalam kuasa Allah.
Dengan diwajibkannya tahallul dalam rangkaian haji maupun umroh, Allah
sejatinya ingin mengajarkan pada manusia bahwa meskipun manusia adalah
makhluk yang diciptakan dengan sempurna, akan tetapi mereka hanya manusia.
Manusia perlu sadar bahwa selamanya mereka adalah makhluk dan hamba Allah.
Manusia perlu bersikap khusyuk, tawadhu atau rendah hati serta khudhu’. Ketiga
sikap tersebut akan mengantarkan manusia menjadi makhluk yang dicintai oleh
Allah.
Di sisi lain, rambut merupakan simbol dari mahkota seorang insan. Rambut
merupakan perhiasan seseorang serta menjadi lambang ketampanan maupun
kegagahan. Bertahallul atau mencukur rambut merupakan simbol bahwa
seseorang bersedia meletakkan mahkotanya. Artinya, orang tersebut akan bersedia
menanggalkan kesombongan yang membuat dirinya merasa sangat tinggi hati
dibandingkan orang lain. Rontoknya rambut ketika bertahallul menjadi simbol
keangkuhan dan kesombongan seseorang yang ikut rontok dan membuat orang
tersebut menjadi lebih rendah diri.
Sesuai dengan seluk-beluk atau dalilnya, maka dapat diartikan bahwa
tahallul merupakan simbol agar seseorang yang melaksanakannya dapat terbebas
dari segala kecemasan, ketakutan maupun ketidaknyamanan yang ada dalam
hidupnya.
Sementara itu, Quraish Shihab berpendapat bahwa tahallul merupakan salah
satu proses yang dapat dimaknai sebagai manusia yang diminta untuk memotong
atau mencukur seluruh aibnya yang ada di masa lalu.
Manusia diminta untuk membuka lembaran baru kehidupannya dan lebih
menyesuaikan perbuatan atau perangainya dengan tuntutan yang telah diridhoi
oleh Allah. Tahallul juga dapat dimaknai sebagai simbol atau upaya untuk
membersihkan diri serta menghapus cara berpikir yang kotor.

5
C. Jenis – Jenis Tahallul dan Cara Mengerjakannya
a. Jenis – jenis Tahallul
Secara umum, tahallul dibedakan menjadi dua macam yaitu tahallul umroh
dan tahallul haji. Berikut penjelasan tentang macam-macam tahallul.
1. Tahallul Umrah
Tahallul umroh adalah proses rangkaian yang dilakukan ketika seseorang
melaksanakan ibadah umroh. Apabila seorang jemahaan telah menyelesaikan
seluruh proses rangkaian ibadah umroh, maka mereka wajib memotong atau
mencukur rambutnya beberapa helai. Tahallul umroh menjadi penanda bahwa
telah gugur larangan atas jamaah umroh tersebut yang dilakukan selama ia
melaksanakan ibadah umroh serta diperbolehkan untuk melaksanakan aktivitas
yang sebelumnya dilarang ketika sedang umroh.
2. Tahallul Haji
Tahallul yang kedua adalah tahallul haji yang dilaksanakan ketika seseorang
melaksanakan ibadah haji. Pada tahallul haji, ada dua macam tahallul yaitu
tahallul awal dan akhir. Berikut penjelasan tahallul haji.
a. Tahallul Ashghar atau Tahallul Awal
Tahallul ashghar atau tahallul awal adalah tahallul atau bercukur yang
dilakukan pada tahap pertama dan ditandai dengan gugurnya sebagian larangan
untuk para jamaah haji. Tahallul awal dapat dilaksanakan dengan dua dari tiga
cara yaitu dengan bercukur, thawaf ifadhah dan melempar jumrah aqabah pada 10
Dzulhijjah. Jika telah melaksanakan ketiga amalan tersebut, maka seluruh
larangan ihram telah diperbolehkan, kecuali untuk melaksanakan jima’ atau
hubungan suami istri serta hal-hal yang mendorong untuk melakukan perbuatan
tersebut, contohnya seperti menyentuh dengan syahwat dan mencium.
Tata cara melaksanakan tahallul awal adalah dengan bercukur atau dengan
menggunting rambut yang dilakukan lebih awal ketika jamaah haji telah sampai di
Minda setelah mabit dari Muzdalifah pada 10 Dzulhijjah, kemudian dilanjutkan
dengan melempar jumratul aqabah. Untuk jamaah haji, kebanyakan melaksanakan
tahallul awal dengan cara di atas. Akan tetapi ada pula beberapa jamaah haji yang
melakukan dengan cara kedua maupun ketiga.

6
Cara di atas dinilai lebih berat, sebab jamaah haji harus berangkat ke
Mekah. Sementara itu kendaraan dari Mina ke Mekah cukup sulit. Kesulitan
kedua adalah setelah selesai melaksanakan tahallul di Masjidil Haram, maka
jamaah harus segera kembali ke Mina untuk menginap atau mabit serta melempar
jumroh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Jamaah haji harus sudah sampai di
Mina sebelum matahari tenggelam. Karena jika ia sampai di Mina setelah
matahari tenggelam maka mereka wajib membayar dam. Sehingga dalam satu hari
tersebut, jamaah harus bolak-balik dari Mina ke Mekah dan sebaliknya. Meskipun
memiliki banyak kesulitan dalam pelaksanaannya, akan tetapi tahallul awal cara
ini memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah dapat melaksanakan sholat Idul
Adha di Masjidil Haram.
b. Tahallul Tsani atau Tahallul Akhir
Tahallul tsani, tahallul akbar atau tahallul akhir dilaksanakan jika telah
telah terpenuhi seluruh proses pada rangkaian ibadah haji. Tahallul akhir akan
tercapai apabila damaah melakukan tiga rangkaian yang lengkap yaitu bercukur,
thawaf ifadhah dan melempar jumrah. Dengan melaksanakan tahallul akhir, maka
seluruh larangan ketika ihram telah diperbolehkan kembali.
Ada yang berpendapat, bahwa tahallul akhir dilakukan dengan melontar jamratul
aqabah, tawaf ifadah dan melakukan sai. Tahallul akhir dilakukan setelah jamaah
haji melaksanakan thawaf dan sai haji, setelah kembali ke Mekah dan selesai
wukuf di Arofah. Atau setelah melaksanakan seluruh rukun haji, termasuk satu
rukun wajib haji yaitu dengan melempar jumratul aqabah. Meskipun belum
melempar tiga jamrah serta bermalam di Mina, maka tetap halal seluruh larangan
ihram.
Itulah kedua macam tahallul. Dalam kitab fiqih, dijelaskan bahwa kedua
macam tahallul memiliki perbedaan.
Menurut ulama Syafi’iyah perbedaan pada kedua macam tahallul tersebut
ada pada tata cara melaksanakan tahallulnya. Berikut perbedaan di antara
keduanya.
Pertama, tahallul awal telah dinilai dilaksanakan apabila seseorang telah
melaksanakan dua di antara tiga hal berikut ini, yaitu melempar jumrah aqabah,
menyembelih hewan kurban dan mencukur atau memotong rambut.

7
Kedua, tahallul kedua dinilai terlaksana apabila telah melakukan tiga hal
berikut dengan sempurna, yaitu melempar jumrah aqabah, mencukur atau
memendekan rambut serta melaksanakan thawaf ifadhah.
Ketiga, tahallul akbar dinilai telah terlaksana apabila melakukan tiga hal
berikut dengan sempurna yaitu melempar jumrah aqabah, mencukur atau
memendekan rambut dan melaksanakan thawaf ifadah setelah melaksanakan sai
lebih dulu.
b. Tata Cara Melaksanakan Tahallul
Bagi jamaah laki-laki, disunnahkan untuk mencukur seluruh rambut dalam
serangkaian proses tahallul. Menurut pendapat dari Syaikh Abu Bakar Syatha
yang ada pada kitab I’anatut Thalibin menjelaskan bahwa dengan menggundulkan
seluruh rambut bagi jamaah haji selain perempuan adalah lebih utama apabila,
menurut kesepakatan dari para ulama.
Sedangkan bagi jamaah haji perempuan tidak dianjurkan mencukur habis
rambutnya. Akan tetapi memotong rambutnya hingga sepanjang ujung jari saja.
Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al Mughni, dijelaskan bahwa seorang
perempuan dapat memotong rambutnya hingga sepanjang ruas jemarinya yaitu
sepanjang ujung ruas jemari saja. Dianjurkan untuk perempuan tidak digundul dan
tidak dicukur pendek. Tata cara tahallul bagi perempuan ini tidak memiliki
perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Imam Ahmad mengatakan, bahwa
mencukur setiap ujung rambut sepanjang rusa jari.
Sedangkan Abu Daud berpendapat bahwa dirinya mendengar Ahmad
ditanyai oleh perempuan tentang mencukur pendek setiap rambutnya dan ia
menjawab dengan mengumpulkan seluruh rambutnya di arah depan yang
kemudian dipotong bagian ujung-ujung rambutnya dengan sepanjang ruas jari.
Lalu bagaimana dengan jamaah haji yang telah memotong atau mencukur
rambutnya sampai habis atau botak? Karena tahallul merupakan rukun haji yang
tidak dapat ditinggalkan dan tidak dapat diganti dengan membayar fidyah atau
membayar denda menurut madzhab syafi’i. Standar minimal dari melaksanakan
tahallul adalah dengan menghilangkan tiga helai rambut dengan berbagai macam
cara, bisa dengan mencukur habis rambut, memotong sebagian saja, mencabut
rambut atau bahkan membakar dan lainnya.

8
Bagi laki-laki atau jamaah haji yang telah memiliki kepala botak atau
plontos sebelum melangsungkan ibadah haji, maka tidak perlu melaksanakan
proses tahallul. Artinya syariat mencukur atau memotong rambut sebagai bagian
dari rukun haji atau umroh tidak berlaku. Orang yang memiliki kepala botak, tidak
perlu menunggu hingga rambutnya tumbuh untuk melaksanakan proses tahallul.
Akan tetapi mereka tetap disunnahkan untuk melaksanakan tahallul secara
simbolis dengan menggunakan alat cukur. Caranya adalah berpura-pura
menggunakan alat cukur di kepalanya seperti ketika ia hendak mencukur rambut.
Hal tersebut dilakukan agar menyerupai orang-orang yang melaksanakan tahallul
dengan mencukur habis rambutnya.
Menurut Imam al- Adzra’i, sunah ini hanya berlaku bagi laki-laki saja,
sebab perempuan tidak disunnahkan untuk mencukur habis rambut di kepalanya.
Syekh Ibnu Hajar al Haitami mengatakan, yang artinya adalah “orang yang
melaksanakan ihram dan tidak memiliki rambut di kepalanya, bisa karena bawaan
dari lahir atau telah dicukur sebelumnya atau telah melaksanakan umrah
setelahnya, disunahkan bagi dirinya untuk menjalankan alat di atas kepala
menurut kesepakatan ulama. Sebab menyerupai orang-orang yang sedang
mencukur rambutnya.
Imam al-Adzra’i menyampaikan bahts sunnah tersebut berlaku khusus
untuk jamaah laki-laki. Karena mencukur rambut tidak disyariatkan untuk selain
laki-laki.” (Syekh Ibnu Hajar al Haitami.)
Selain menjalankan alat cukur dengan simbolis, disunnahkan pula untuk
mengambil atau memotong sebagian dari rambut kumis ataupun jenggot. Hal ini
dijelaskan oleh Syekh Khatib al-Syarbini.
“Disunnahkan untuk mengambil sebagian dari kumis ataupun rambut
jenggotnya, agar muhrim atau orang yang melaksanakan ihram menanggalkan
bagian dari rambutnya karena Allah.” (Al-Syarbini: II/269). Maka kesimpulannya,
orang yang botak atau plontos tidak perlu menunggu rambutnya tumbuh untuk
melaksanakan umrah atau haji atau menunggu rambut tumbuh untuk
melaksanakan tahallul. Sebab, hukum tahallul menjadi tidak wajib pada orang
yang memiliki kepala botak.

9
Sementara itu, bagi laki-laki yang tidak botak maka tetap memiliki
kewajiban untuk melaksanakan tahallul dengan memotong sebagian atau
mencukur rambutnya. Akan tetapi disunnahkan untuk mencukur habisnya
rambutnya. Bagi jamaah perempuan, maka diwajibkan untuk melaksanakan
tahallul dengan memotong sebagian rambutnya, minimal tiga helai sepanjang ruas
jari saja.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Melaksanakan ibadah haji
wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan yang mempunyai
kemampuan finansial dan fisik. Tahallul adalah salah satu rukun sahnya haji dan
umrah. Cara mengerjakannya adalah dengan memotong sedikitnya tiga helai
rambut.

B. Saran
Diharapkan seluruh pembaca dapat mengetahui apa yang di maksud dengan
tadharru’ dan tahallul.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/tahallul-adalah/
https://risalahmuslim.id/kamus/tadharru/

12

Anda mungkin juga menyukai