Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktik Ibadah
Oleh
KELOMPOK VIII
862082021083
MISNA
862082021091
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Praktik Ibadah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang bagaimana tata cara pelaksanaan manasik haji
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
Kelompok VIII
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah
yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah
akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam Agama Islam banyak
macamnya. Haji dan umroh adalah salah satunya. Haji merupakan rukun
iman yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji
adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan
harta.1
satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani. Untuk
B. Rumusan Masalah
1
Abdul Azis, “Makalah Fiqh Ibadah Haji”, diakses dari
pukul 19.10.
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
tawaf, sa'i, wukuf, dan ibadah-ibadah lain, guna memenuhi perintah Allah dan
mengharapkan keridhaan-Nya.2
Ibadah haji ini merupakan bagian dari syariat bagi umat-umat dahulu,
sejak Nabi Ibrahim AS., Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim AS. untuk
sekelilingnya dan menyebut nama Allah ketika melakukan tawaf itu. 3Firman
2
Abdul Hamid & Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah, Cet. I; Bandung: CV. PUSTAKA
SETIA, 2009.
3
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, QS. Al-Baqarah/2:127.
3
B. Komponen Ibadah Haji
Komponen ibadah haji dalam pembahasan kali ini adalah syarat wajib
haji, syarat sah haji, rukun haji, wajib haji, sunat haji, dan hal-hal yang
membatalkan haji.4
apabila ada pada seseorang, maka wajib haji berlaku bagi dirinya. Syarat-
syarat wajib haji ada yang bersifat umum (berlaku bagi laki-laki dan
wanita) dan ada yang bersifat khusus bagi wanita. Adapun syarat-syarat
1. Muslim.
2. Mukallaf.
3. Merdeka.
4. Memiliki Kemampuan.
dikonsumsi selama di tanah suci, perjalanan dan di tanah suci aman, jika
4
Said Agil Husain Al Munawwar & Abdul Halim, Fikih Haji Menuntun Jama’ah
4
Bagi ulama mazhab Hambali kemampuan itu hanya mencakup dua
2. Wanita yang tidak sedang menjalani masa iddah, baik karena talak
sebelum melaksanakan ibadah haji. Jika terpenuhi, maka ibadah haji yang
2. Mumayyiz.
3. Amalan ibadah haji harus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.
ibadah haji terbatas pada waktu tawaf ifadah dan waktu wukuf.
dijadikan syarat sahnya ibadah haji yaitu waktu ihram haji, waktu wukuf
di Arafah, waktu tawaf ifadah, dan waktu untuk sisa kegiatan haji, seperti
5
Ahmad Thib Raya & Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam,
5
melontar jumrah, memotong rambut, menyembelih hewan dan sa'i antara
ibadah haji adalah mulai dari hari pertama bulan Syawal hingga hari nahar
waktu wukuf di Arafah, waktu tawaf ifadah dan waktu untuk sisa amalan
c. Rukun Haji
melaksanakan ibadah haji. Bila salah satu amalan tersebut tertinggal atau
Menurut kalangan Hanafi, amalan yang menjadi rukun haji ada dua
macam, yaitu wukuf di Arafah dan tawaf ifadah sebanyak empat kali
putaran.
macam, yaitu: Ihram, Sa'i, Wukuf di Arafah, dan Tawaf ifadah sebanyak
empat macam, yaitu: Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf ifadah dan Sa'i
6
d. Wajib Haji
ibadah haji di samping rukun haji, bila ditinggalkan akan dikenakan dam
atau denda.
6. Tawaf wada’.
Membayar fidyah.
macam, yaitu:
dari Mina dan ketiga jumrah pada setiap hari selama hari tasyrik.
7
6. Menjauhi segala yang diharamkan ketika ihram.
yaitu:
e. Sunat Haji
dari Arafah.
8
6
Ulama Mazhab Syafi'i menetapkan sejumlah sunat haji,
diantaranya:
kiblat.
6
M. Ali Hasan, Tuntunan Haji: (suatu pengalaman dan kesan menunaikan ibadah haji),
9
1. Bermalam di Mina pada malam tanggal 9 Zulhijjah
3. Berjimak.
manusia atau yang lainnya. Di samping itu, keluar mani karena mencium,
membatalkan haji.
dengan kemauan sendiri. Jika jimak itu dilakukan karena tidak tahu,
10
C. Tata Cara Pelaksanaan Manasik Haji
1. Ihram
haji atau umrah dengan mengenakan pakaian seragam ihram, yaitu rida'
(selendang) yang menutup badan bagian atas kecuali kepala dan izar
ihram.
kepala.
d. Salat dua rakaat dengan niat sunah ihram. Pada rakaat pertama setelah
e. Mengucapkan talbiyah dengan suara yang nyaring bagi kaum pria dan
11
َ ك َو ْال ُم ْل
ك َ َ ِإ َّن ْال َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ ل،ك
َ لَبَّ ْيكَ الَ َش ِر ْيكَ لَكَ لَبَّ ْي، َك اللَّهُ َّم لَبَّ ْيك
َ لَبَّ ْي
َالَ َش ِر ْيكَ لَك
Artinya: “Aku datang memenuhi seruan-Mu, ya Allah, aku datang,
aku datang memenuhi perintah-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku
datang memenuhi perintah-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat
serta kekuasaan hanya milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu" (HR. Bukhari
Muslim)
2. Tawaf
7 kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad dengan posisi Ka'bah di sebelah
kiri orang yang tawaf. 7Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hajj : 29.
ِ ت ْال َعتِي
ْق ِ ثُ َّم ْليَ ْقضُوْ ا تَفَثَهُ ْم َو ْليُوْ فُوْ ا نُ ُذوْ َرهُ ْم َو ْليَطَّ َّوفُوْ ا بِ ْالبَ ْي
Terjemahan: “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang
ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan
melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah).” (QS. Al-Hajj:29)
Orang yang tawaf harus menutup aurat, suci dari hadas dan najis.
Menurut Syafi'i, awal waktunya mulai tengah malam hari Nahar dan
waktu yang paling utama melakukannya ialah pada waktu dhuha dari
nahar. Bacaan sewaktu tawaf ialah seperti yang disebut dalam sabda
Rasulullah SAW:
هّٰللا
ِ َم ْن طَافَ بِ ْالبَ ْي: صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوْ ُل
ت َ ي َّ ِع َْن اَبِي هُ َر ْي َرةَ اَنَّهُ َس ِم َع النَّب
َس ْبعًا َواَل يَتَ َكلَّ ُم اِاَّل ُسب َْحانَاهّٰلل ِ َو ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ َواَل اِ ٰلهَ اِاَّل هّٰللا ُ َوهّٰللا ُ اَ ْكبَ ُر َواَل َحوْ َل َواَل
ت َو ُرفِ َع لَهُ بَهاٍ ب لَهُ َع ْش ُر َح َسنَا َ ِت َو ُكت ٍ ت َع ْنهُ َع ْشـ ُر َسي ِّٰا ْ َقُ َوةَ اِاَّل بِاهّٰلل ِ ُم ِحي
) (رواه ابن ماجه.ت ٍ َع ْش ُر د ََر َجا
Artinya: “Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia telah mendengar Nabi
SAW. bersabda, "Barang siapa berkeliling Ka'bah 7 kali dan tidak berkata
selain dari Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan
yang patut disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar dan tidak ada upaya
dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah". Orang yang membaca
7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, QS. Al-Hajj/17:29.
12
kalimat tersebut dihapuskan sepuluh kejahatannya dan dituliskan sepuluh
kebaikan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkat.” (HR. Ibnu Majah)
Adapun macam-macam Tawaf yaitu tawaf qudum, tawaf ifadah,
tanpa uzur. Menurut Imam Hanafi dan Syafi'i, Dilakukan berurutan itu
3. Sa’i
Shafa dan bukit Marwah. Dua bukit Shafa dan Marwah adalah tempat Siti
yang masih kecil yaitu Ismail, pada waktu mereka ditinggalkan oleh Nabi
b. Sa’i dilakukan 7 kali, dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali dan
c. Sa’i harus dilakukan setelah tawaf, baik tawaf rukun atau tawaf sunah.
4. Wukuf di Arafah
kota Mekkah yang jaraknya kurang lebih sembilan mil. Para ulama dari
13
bahwa wukuf di Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah. Namun,
mereka berbeda pendapat tentang awal dan akhir waktu dari pelaksanaan
wukuf tersebut.
bahwa wukuf dimulai dari tergelincirnya matahari pada hari ke-9 Zulhijjah
5. Mabit di Muzdalifah
mengingat Allah.8
8
Slamet Abidin, Moh. Suyono, Maman Abd Djalie, Fiqih Ibadah, Cet. I; Bandung: CV.
14
Apabila jamaah haji telah tiba di Muzdalifah, mereka
melaksanakan shalat Magrib tiga rakaat, shalat Isya dua rakaat dengan
qasar dan jama’ takhir dengan satu adzan dan dua iqamah, dan tidak shalat
6. Melontar Jumrah
Waktu yang paling baik untuk melontar jumrah pada hari nahar, 10
Zulhijjah, ketika waktu dhuha. Sebab, Nabi SAW melontar jumrah pada
Syafi’i dan Ahmad mensyaratkan tertib antara tiga jumrah dengan tertib
pendapat ini, kalangan Hanafi menilai tertin dalam lontar hukumnya sunat.
7. Mabit di Mina
berdiri dengan Kiblat di sebelah kiri, dan Mina di sebelah kanan, tidak
15
jauh dengan saasaran melempar jumrah agar batu-batu yang dilontarkan
itu tidak meleset. Pada waktu melontar jumrah, Para jamaah haji pun
batu sampai tujuh kali lontaran dan setiap lontaran disertai ucapan:
هّٰللَا ُ اَ ْكبَ ُر اَ ٰللّهُ َّم اجْ َع ْلهُ َح ًّجا َم ْبرُوْ رًا َو َذ ْنبًا َم ْغفُوْ رًا
Artinya: “Allah Maha Besar, ya Allah, jadikanlah ibadah hajiku ini haji
Mina selama 2 malam, tetapi disyaratkan agar jamaah tersebut keluar dari
amalan haji yang dilakukan pada hari nahar. Jumhur ulama berpendapat
merupakan salah satu rukun haji bila mencukur ditinggalkan, ibadah haji
menjadi batal.
melontar jumrah aqabah pada hari nahar (10 Zulhijjah). Setelah selesai
16
untuk melaksanakan tawaf ifadah dan sa'i bagi yang belum
melaksanakannya.
hewan kurban itu adalah unta, lembu, dan biri-biri atau kambing.
penyembelihan pada hari nahar hanya terbatas pada sembelihan untuk haji
Tamattu’ dan haji Qiran. Perbedaan pendapat para ulama ini terjadi karena
tidak adanya ketentuan yang tegas dari nash Al-Qur’an dan hadis tentang
10. Tahallul
pantangan ihram. Menurut ulama fikih, tahallul terbagi menjadi dua yaitu
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa:
2. Komponen ibadah haji dalam pembahasan kali ini adalah syarat wajib
haji, syarat sah haji, rukun haji, wajib haji, sunat haji, dan hal-hal yang
membatalkan haji.
3. Adapun tata cara pelaksanaan manasik haji yaitu ihram, tawaf, sa’i,
B. Saran
Dari pemaparan materi diatas kita telah mengetahui bagaimana tata cara
pelaksanaan manasik haji. Namun, kita tidak boleh hanya berpacu pada
materi itu saja, karena materi tersebut belum tentu sudah sempurna
sehingga kita perlu mencari referensi lain agar kita bisa menambah
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/39248012/Makalah_Fiqh_Ibadah_HAJI_. (30
Abdul Hamid & Beni Ahmad Saebani. Fiqh Ibadah. Cet. I; Bandung: CV.
Ahmad Thib Raya & Siti Musdah Mulia. Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam
Said Agil Husain Al Munawwar & Abdul Halim. Fikih Haji Menuntun Jama’ah
Slamet Abidin, Moh. Suyono, Maman Abd Djalie. Fiqih Ibadah. Cet. I; Bandung:
19