Anda di halaman 1dari 20

BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pengembangan Sistem Evaluasi PAI

Dosen Pengampu: Vera Wahyuni M.Pd

Disusun Oleh:
Hardian Prayoga (2011172)
Eftita Amalia (2011180)
Reti Amelia (2011178)
Paisal (2011170)
Cindy (2011168)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta kesehatan
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “Belajar
Mengajar Yang Efektif”.

Salawat dan salam tak lupa kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Saw. yang telah membawa kita semua dari zaman Jahiliah ke zaman yang penuh dengan
pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal
ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang penulis miliki. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan
kita semua. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman dan ibu Vera Wahyuni M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengembanagan Sistem
Evaluasi PAI.

Bangka, 08 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 5

A. Pengertian Belajar .......................................................................................... 5


B. Teori Belajar.................................................................................................... 6
C. Pengertian Mengajar ...................................................................................... 8
D. Guru dan Keterampilan dasar Mengajar..................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar mengajar merupakan bagian dari pendidikan, mengacu pada konsep
yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat Indonesia yang demikian majemuknya,
maka usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan
rencana yang matang. Mantap elas danlengkap, menyeluruh, rasional dan obyektif
menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik . sosiologi memandang
pendidikan dari aspek Sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan
dari generasi ke generasi. Pandangan tradisi sosial selama ini melihat bahwa pendidikan
itu bertujuam agar orang lain menjadi terdidik, dan untuk menjadi terdidik mereka harus
belajar.
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan
keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Sedangkan menurut KBBI mengajar
merupakan memberi pelajaran; melatih. Dalam dunia pendidikan tentu yang bertugas
mengajar adalah seorang guru. Dimana guru Di tuntut untuk menguasai berbagai
aktivitas belajar mengajar yang efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar?
2. Apa saja teori belajar?
3. Apa pengertian mengajar?
4. Apa guru dan kompetensi dasar guru dalam mengajar?
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pembahasan mengenai pengertian belajar
2. Untuk mengetahui pembahasan mengenai teori belajar
3. Untuk mengetahui pembahasan mengenai pengertian mengajar
4. Untuk mengetahui pembahasan mengenai guru dan keterampilan dasar dalam
mengajar

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Menurut KBBI belajar merupakan usaha memperoleh kepandaian atau imu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Makna belajar itu selalu menunjukkan kepada “suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam
pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena
pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru,
dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. 1
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Dapat
diarikan bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.2
Hamalik dalam Ahmad Susanto mendefinisikan bahwa belajar adalah
memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is erfined as
the modificator or strengthening of behaviour experiencing). Menurut pengertian ini
belajar merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar
mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu yaitu mengalami. Hamalik
juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini
mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif) dan ketrampilan
(psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh
pengalaman atau latihan.3
B.F Skiner dalam Syaiful Sagala, belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami
sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2008), hm. 167
2
Indah Komsiah, Belajar dan Pembelajaran. (Jogjakarta: Teras, 2002), hlm.1
3
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.(Jakarta: Prenadamedia Grup,
2013) cet. I, hlm. 3

5
Sebaliknya jika dia tidak belajar maka responnya menurun.4 Jadi belajar adalah suatu
perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja dan dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang tersebut mengalami perubahan perilaku yang relatif baik
dalam berfikir, merasa maupun bertindak.
B. Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati
dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap
perilaku kondisi yang diinginkan.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik yang menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.5

4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 13
5
Ahdar Djamaluddin, Wardana, Belajar dan Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: CV Kaaffah Learning
Center, 2019), hlm.14-15

6
2. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku balajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatannya.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian kajian psikologi belajar.
Teori humanistik sangat mementingkan yang dipelajari dari pada proses belajar
itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam
pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang
belajar bermakna atau “Meaningful learning” yang juga tergolong dalam aliran
kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asmilasi bermakna.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat
penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si
pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur
kognitif yang telah dimilikinya.
Teori humanistik berpendapat bahwa belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Pemahamanan terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistik dapat
memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia.6

6
Ibid, hlm.17-19

7
3. Teori Kontruktivisme
Kontruktivisme berasal dari kata kontruksi yang berarti “membangun”. Ketika
masuk ke dalam kontek filsafat pendidikan maka kontruksi itu diartikan dengan
upaya dalam membangun susunan kehidupan yang berbudaya maju.
Gagasan tentang teori ini sebenarnya bukan hal baru, karena segala hal yang
dilalui di kehidupan merupakan himpunan dan hasil binaan dari pengalaman yang
menyebabkan pengetahuan muncul dalam diri seseorang.
Teori kontruktivisme mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang benar-
benar aktif, dimana peserta didik membangun sendiri pengetahuannya, mencari
makna sendiri, mencari tahu tentang yang dipelajarinya dan menyimpulkan konsep
dan ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam dirinya.7

C. Pengertian Mengajar
Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi
antara keduanya terdapat suatu hubungan yang erat sekali. Bahkan antara keduanya
terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Antara kedua kegiatan itu saling
mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Mengajar pada hakikatnya adalah
suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisir lingkungan yang ada disekitar
anak, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong melakukan proses belajar.
Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat8
makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.9 Jadi, mengajar
partisipasi seseorang dalam memberikan pengetahuan.
Menurut Oemar Hamalik, mengajar memiliki beberapa definisi penting,
diantaranya :
a) Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau
murid di sekolah.
b) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga

7
Ibid, hlm. 20-21
8
Mhd. Syahdan Lubis, Belajar dan Mengajar Sebagai Suatu Proses Pendidikan yang Berkemajuan,
(Jurnal Literasiologi Volume 5 NO. 2, 2021), hlm. 97
9
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
1995) cet. Ke-2. Hlm. 90

8
c) Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
d) Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar
kepada murid.
e) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga
Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
f) Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.10
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, “Mengajar adalah
proses menyampaikan pengetahuan kepada siswa guna membantu siswa menghadapi
masalah yang terdapat pada kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sebenarnya siswa
dapat belajar sendiri tanpa adanya guru pengajar, namun seringkali siswa mengalami
kesulitan dalam memahami isi buku tersebut dan memecahkan permasalahan terutama
untuk pelajaran matematika. Oleh sebab itu peranan guru dalam proses belajar
mengajar itu sangat penting.

D. Guru dan Keterampilan Dasar Mengajar


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”.11 Dalam pengertian yang
sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Guru adalah subjek paling penting dalam keberlangsungan pendidikan. Dalam Islam,
istilah pendidik disebut dengan beberapa istilah seperti muaddib, murabbi dan
mu’allim. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviors) yang harus
dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien dan professional. Dengan demikian keterampilan dasar
mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang bersifat

10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet. Ke-2. Hlm. 32
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1993), hm. 228.

9
mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas
mengajarnya.12
Menurut hasil penelitian (Turney, 1979. dalam file. upi. Edu.), terdapat 7
keterampilan dasar mengajar, berikut ini akan dijelaskan ketujuh keterampilan dasar
mengajar dengan defenisi dan contohnya, sebagai berikut;13
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan
sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain,
membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar
siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
b. Keterampilan Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru
untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Menutup pelajaran
dapat dilakukan dengan cara:
i. Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru
dibahas, sehingga siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh dan
jelas tentang pokok-pokok persoalan.
ii. Memusatkan perhatian terhadap hal-hal pokok agar informasi yang telah
diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari lebih lanjut.
iii. Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk
pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajarinya.
iv. Memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan
yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.14
2. Keterampilan Memberi Penguatan

12
Arqam Madjid, Kompetensi Profesional Guru: Keterampilan Dasar Mengajar, (Jurnal Perguruan:
Conference Series Vol 1, No. 1, 2019), hlm 2
13
Ibid, hlm.2
14
Ibid, hlm. 3

10
a. Pengertian Memberi Penguatan
Penguatan adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau
perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau
meningkatnya perilaku atau perbuatan yang dianggap baik tersebut. Dalam
kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peran penting dalam
meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respons positif
guru terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa
merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan.
b. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua jenis yaitu
penguatan verbal dan penguatan non-verbal. Komponen-komponen
keterampilan memberikan penguatan yang harus dikuasai oleh guru berkaitan
dengan keterampilan menggunakan kedua jenis penguatan tersebut ialah
sebagai berikut:
i. Penguatan Verbal
Penguatan verbal merupakan penguatan yang paling mudah
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan dalam
bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan yang
diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
Komentar, pujian, dan sebaganya tersebut dapat diberikan dalam bentuk
kata-kata dan kalimat.
ii. Penguatan Non-Verbal
Penguatan nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain ialah sebagai berikut:
 Mimik dan gerakan badan
Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan
tangan atau acungan ibu jari dapat mengomunikasikan kepuasan
guru terhadap respons siswa, yang tentu saja merupakan penguatan
yang sangat berarti bagi siswa.
 Gerak mendekati
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara
melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau
kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa

11
atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan
perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan
juga memberi rasa aman kepada siswa.
 Sentuhan
Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa,
menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang
jika dilakukan dengan tepat dapat merupakan penguatan yang efektif
bagi siswa.
 Kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan
kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi
kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi.
Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan
sebagai penguatan.
 Pemberian simbol atau benda
Dalam situasi tertentu, penguatan dapat pula diberikan dalam
bentuk simbol atau benda tertentu. Simbol dapat berupa tanda cek
(V), komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda dengan
warna tertentu. Sementara itu, benda yang digunakan sebagai
penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu
mahal, tetapi berarti bagi siswa. Misalnya, kartu bergambar, pensil
atau buku tulis, pin atau benda-benda kecil lainnya.

c. Prinsip Penggunaan Keterampilan Memberi Penguatan


Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, guru
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemberian penguatan sebagai
berikut:15
i. Kehangatan dan keantusiasan
Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai dengan
kehangatan dan keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat
ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri
disertai senyuman, suara yang riang penuh dengan perhatian atau sikap

15
Ibid, hlm. 4

12
yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang
sungguh-sungguh. Sebaliknya, penguatan yang diberikan dengan suara
lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak akan ada dampak
positif bagi siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi
siswa.
ii. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa.
Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan
penampilannya.
iii. Menghindari penggunaan respons negatif
Respons negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaa, hukuman
atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh yang dapat
menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa
sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis
respons negatif tersebut.
3. Keterampilan Bertanya
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah
lepas dari guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang
diajukan. Pada kenyataannya di lapangan ada banyak guru yang tidak menguasai
teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak
pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya
mengandalkan ingatan.
a. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
Pada dasarnya keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.
Setiap jenis keterampilan bertanya tersebut akan diuraikan lebih terperinci
berikut ini:
1) Keterampilan bertanya dasar Keterampilan bertanya dasar terdiri atas 7
komponen. Ketujuh komponen-komponen itu ialah sebagai berikut:
a) Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan agar
pertanyaan yang diberikan guru mudah dipahami oleh siswa.
b) Pemberian acuan, acuan dapat diberikan pada awal pertanyaan maupun
sewaktu waktu saat guru akan memberikan pertanyaan. Acuan tersebut

13
berupa informasi yang perlu diketahui siswa. Hal ini bertujuan sebagai
pedoman bagi siswa dalam menjawab pertanyaan.
c) Pemusatan, yaitu memfokuskan perhatian siswa agar terpusat pada inti
masalah tertentu sesuai dengan pertanyaan.
d) Pemindahan giliran, siswa pertama memberikan jawaban, kemudian
guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban siswa pertama, lalu
siswa ketiga dan seterusnya. Hal ini dapat mendorong siswa untuk
selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta
meningkatkan interaksi antarsiswa.
e) Penyebaran, berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan guru. Guru menunjukkan pertanyaan kepada seluruh
siswa kemudian menyebarkan pertanyaan secara acak sehingga semua
siswa siap untuk mendapat giliran.
f) Pemberian waktu berpikir, guru mengajukan pertanyaan kemudian
menunggu beberapa saat untuk siswa berpikir bar kemudian meminta
atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan.
g) Pemberian tuntunan, agar siswa yang tidak bisa menjawab atau siswa
yang bisa menjawab namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
setelah memperoleh tuntunan dari guru siswa tersebut akan mampu
memberikan jawaban yang diharapkan. 16
2) Keterampilan bertanya lanjut
Sesuai dengan namanya, penguasaan atas keterampilan bertanya lanjut
dibentuk berdasarkan penguasaan keterampilan bertanya dasar. Ini berarti
bahwa ketika menerapkan keterampilan bertanya lanjut, guru juga
menerapkan atau menggunakan keterampilan bertanya dasar.
b. Prinsip penggunaan keterampilan bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi
keefektifan pertanyaan sebagai berikut:17

16
Ibid, hlm. 6
17
Ibid, hlm. 7

14
1. Kehangatan dan keantusiasan Pertanyaan hendaknya diajukan dengan
penuh keantusiasan dan kehangatan karena hal ini akan mempengaruhi
kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan.
2. Menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut: a) Mengulangi pertanyaan
sendiri b) Mengulangi pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak
memperhatikan pertanyaan pertama sehingga menurunkan perhatian dan
partisipasi siswa. c) Mengulangi jawaban siswa d) Mengulangi jawaban
siswa yang bertujuan untuk memberikan penguatan sangat baik dilakukan
oleh guru. e) Menjawab pertanyaan sendiri f) Mengajukan pertanyaan ganda
g) Pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ganda dapat menyebabkan
siswa menjadi frustasi karena banyaknya pertanyaan dan pertanyaan-
pertanyaan itu dijadikan menjadi satu pertanyaan. h) Guru hendaknya
memecah pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sehingga siswa yang
kurang mampu berpikir dapat memikirkan jawaban dengan tenang dan tidak
menjadi frustasi. i) Menentukan siswa yang akan menjawab jawabannya.
3. Memberikan waktu berpikir Pada pertanyaan tingkat lanjut, waktu berpikir
yang dberikan hendaknya lebih lama dari waktu berpikir yang diberikan
ketika menerapkan keterampilan bertanya dasar. Hal ini sangat perlu
diperhatikan karena siswa memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir
dan menyusun jawabannya.
4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan Pertanyaan-
pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan secara
cermat sehingga urutan tingkat kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih
dahulu dan materi pelajaran dapat dicakup secara tuntas.
5. Menilai pertanyaan yang telah diajukan Pertanyaan-pertanyaan pokok
hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran berlangsung sehingga
ketepatan jumlah pertanyaan, tingkat kesukaran, kualitas pertanyaan dalam
mengembangkan kemampuan berpikir, dan cakupan materinya dapat
diketahui dengan jelas.18

18
Ibid, hlm. 7

15
4. Keterampilan Menjelaskan
a. Pengertian Menjelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan
secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat,
yang diketahui dan yang belum diketahui. Dari segi etimologis, kata menjelaskan
mengandung makna “membuat sesuatu menjadi jelas”. Dalam kegiatan terkandung
makna pengkajian makna secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan
memiliki gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan informasi
lainnya.
b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
Keterampilan memberi penjelasan dapat dikelompokkan menjad dua bagian
besar, yaitu:
1) Keterampilan merencanakan penjelasan a) Merencanakan isi pesan (materi)
pembelajaran, merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. b)
Menganalisis karakteristik penerimaan pesan, agar guru mampu mengetahui
apakah siswanya sudah paham tentang materi yang dijelaskan atau masih
belum paham.
2) Keterampilan menyajikan penjelasan a) Kejelasan ucapan dalam berbicara,
sangat menentukan kualitas suatu penjelasan. Penggunaan contoh dan
ilustrasi, agar penjelasan akan lebih menarik dan mudah dipahami. c)
Pemberian tekanan, agar siswa lebih menangkap inti permasalahan yang
djelaskan. d) Balikan, untuk memeriksa pemahaman siswa dengan cara
mengajukan pertanyaan atau ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan
penjelasan guru.
3) Prinsip penggunaan keterampilan menjelaskan, dalam memberikan
penjelasan.19
5. Keterampilan Mengadakan Variasi
a. Pengertian dan tujuan Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak
monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-
perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik.
b. Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi

19
Ibid, hlm.7

16
Pada dasarnya variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yakni: 1) Variasi dalam gaya mengajar 2) Variasi dalam
pola interaksi 3) Variasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran.20
1) Variasi dalam gaya mengajar
Hal-hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat
divariasikan oleh seorang guru ialah sebagai berikut: a) Variasi
suara, suara guru dapat dikatakan merupakan faktor yang sangat
penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan kelas akan
bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan. b)
Pemusatan perhatian, yaitu dengan mengucapkan kata-kata tertentu
secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya. c)
Kesenyapan, yaitu diam sejenak sambil memandang kepada siswa-
siswa yang sedang sibuk sendiri. d) Mengadakan kontak pandang. e)
Gerakan badan dan mimik, merupakan alat komunikasi yang efektif
yang dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih efektif
dibandingkan dengan ucapan yang bertele-tele. f) Perubahan dalam
posisi guru, harus dilakukan dengan niat tertentu serta terkesan wajar
dan tidak dibuat-buat.
2) Variasi dalam pola interaksi Dilihat dari pengorganisasian siswa,
pola interaksi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pola interaksi
klasikal, kelompok, dan perorangan.
3) Variasi penggunaan alat bantu pembelajaran Alat dan media
pembelajaran merupakan suatu faktor yang penting dalam proses
kegiatan pembelajaran. Alat bantu pelajaran dapat divariasikan
sesua dengan fungsinya serta variasi kesensitifan indera para siswa.
Sebagaimana diketahui ada siswa yang lebih mudah belajar dengan
cara mendengarkan, melihat, meraba, mencium atau diberi
kesempatan untuk memanipulasi media/alat bantu yang digunakan.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dalam melibatkan
sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan

20
Ibid, hlm. 8

17
tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau
memecahkan suatu masalah.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke
kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan
ataupun melakukan kegiatan remedial. Komponen Keterampilan yang berkaitan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
a) Menunjukkan sikap tanggap, melalui perbuatan sikap tanggap ini siswa
merasakan bahwa “guru hadir bersama dengan mereka” dan “ tahu apa
yang mereka perbuat”. Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara
memandang kelas secara seksama, gerak mendekati, memberikan
pernyataan, dan memberikan reaksi terhadap gangguan serta kekacauan.
b) Membagi perhatian, pengelola kelas yang efektif ditandai dengan
pembagian perhatian yang efektif pula.
c) Memusatkan perhatian kelompok, perbuatan ini penting untuk
mempertahankan perhatian siswa dari waktu kewaktu dan dapat
dilaksanakan dengan cara menuntut tanggungjawab siswa.
d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.21

21
Ibid, hlm. 9

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar mengajar merupakan bagian dari pendidikan, mengacu pada konsep


yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat Indonesia yang demikian majemuknya,
maka usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan
rencana yang matang. Mantap jelas dan lengkap, menyeluruh, rasional dan obyektif
menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik.
Dalam pembahasan makalah diatas menjelaskan mengenai belajar danmengajar
yang efektif. Penulis disini menjelaskan mengenai pengertian belajar, teori belajar,
pengertiang mengajar dan guru dan keterampilan dasar dalam mengajar. Hal ini
dijelaskan agar dapat mncapai belajar dan mengajar yang efektif.

B. Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak
sekali kekuranganya mintan saran dan masukan dari teman apa bila masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik beserta saran tentang makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Djamaludin, Ahdar. Wardana.2019. Belajar dan Pembelajaran. Sulawesi Selatan: CV
Kaaffah Learning Center.
Hamalik, Oemar.2003. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Komsiah, Indah .2002. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Teras.
Lubis, Mhd. Syahdan. 2021. Belajar dan Mengajar Sebagai Suatu Proses Pendidikan
yang Berkemajuan. Jurnal Literasiologi Volume 5 NO. 2, 2021.
Madjid, Arqam.2019. Kompetensi Profesional Guru: Keterampilan Dasar Mengajar.
Jurnal Perguruan: Conference Series Vol 1, No. 1.
Sagala, Syaiful.2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Syah, Muhibbin.1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Susanto, Ahmad,2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.Jakarta:
Prenadamedia Grup.

20

Anda mungkin juga menyukai