Anda di halaman 1dari 4

Nama : U.

Suryadi
NIM : 1173040078
Dosen Praktikum : Dr. Hj. Dede Kania, S.H.I, M.H.

IBADAH HAJI

A. Definisi Haji

Haji menurut bahasa, ialah menuju kesuatu tempat berulang kali atau menuju
kepada sesuatu yang dibebaskan. Sedangkan menurut istilah, berarti beribadah kepada
Allah dengan melaksanakan manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan pada
waktu dan tempat tertentu dengan cara yang tertentu pula. Haji dalam pengertian istilah
para ulama, ialah menuju ke-ka’bah untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu,
atau dengan perkataan lain bahwa haji adalah mengunjungi suatu tempat tertentu pada
waktu tertentu dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Yang dimaksud dengan
“mengunjungi” itu ialah mendatangi, yang dimaksud dengan tempat tertentu itu ialah
Ka’bah dan Arafah. Dimaksud dengan “waktu tertentu” itu ialah bulan-bulan haji, yaitu
bulan Syawal, Dzulqaidah, dan Dzulhijjah dan 10 pertama bulan Dzulhijjah. Yang
dimaksud dengan “perbuatan tertentu” itu ialah berihram, wukuf di Arafah, mabit di
Muzdaliffah, mabit di Mina, melontar jamrah, mencukur, tawaf, dan sai.

B. Syarat Haji
a) Beragama Islam
Syarat wajib yang pertama adalah Islam. Artinya, seseorang yang beragama Islam
dan telah memenuhi syarat wajib haji yang lainnya serta belum pernah
melaksanakan haji, maka ia terkena wajib haji, ia harus menunaikan ibadah haji.
Akan tetapi jika seseorang yang telah menunaikan syarat wajib haji tetapi ia bukan
orang Islam, maka ia tidaklah wajib untuk menunaikan ibadah haji.
b) Baligh (Dewasa)

1
Syarat wajib haji yang kedua adalah baligh. Akan tetapi, jika ada seseorang muslim
yang melakukan ibadah haji namun belom baligh,maka hajinya tidak sah. Hanya
saja, ketika ia dewasa nanti, maka haji masih tetap menjadi kewajiban baginya jika
syarat lainya terpenuhi. Artinya, ibadah haji yang dilakukan semasa belum baligh
tidak menggugurkan kewajibanya untuk menunaikan ibadah haji saat ia dewasa
nanti.
c) Berakal
Syarat yang ketiga adalah berakal. Artinya, meskipun seseorang telah mencapai usia
baligh dan mampu secara materi untuk melaksanakan haji, tetapi ia mengalami
masalah dengan batin dan akalnya, maka kewajiban ini sudah sirna darinya. Karena,
sudah pasti orang yang mengalami gangguan jiwa akan susah, bahkan tidak bisa
sama sekali, untuk melaksanakan rukun dan kewajiban haji.
d) Merdeka
Syarat keempat adalah merdeka. Artinya memiliki kuasa atas dirinya sendiri, tidak
berada kekuasaan seseorang (tuan), seperti budak dan hamba sahaya. Bagi orang
yang tidak merdeka tetapi ia memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah haji
maka hukum hajinya sama dengan anak yang belum baligh, tetapi sah tapi harus
mengulangi kembali ketika ia sudah merdeka dan mencukupi syarat untuk
melaksanakannya.
e) Mampu
Syarat kelima adalah mampu. Artinya jika empat syarat telah terpenuhi, tetapi ia
belum mampu, maka menunaikan ibadah haji tidak wajib baginya.
C. Rukun Haji
a) Ihram disertai dengan niat
b) Wukuf di Arafah
c) Thawaf di Baitullah
d) Sa'i antara Shafa dan Marwah

2
e) Bercukur untuk tahallul
f) Tertib
D. Tata Cara Haji
a) Berpakaian ihram dari miqat
Miqat dalam berihram terdapat 2 (macam), yaitu miqat zamani dan miqot
makani. Miqat zamani adalah batas waktu para jama’ah mengerjakan haji ( Isya
awal sampai terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah). Jadi, bagi orang yang
berihram selain pada hari yang ditentukan, maka ihramnya tidak sah. Ini
dikhususkan bagi para jama’ah haji, karena waktu umrah tidak ditentukan atau
dapat dilaksanakan kapan saja sesuai waktu yang diinginkan. Oleh karena itu,
miqot zamani ini bukanlah merupakan bagian dari kewajiban haji, tetapi
merupakan syarat mutlak bagi para jama’ah haji. Adapun miqot makan ia adalah
suatu tempat dimana para jama’ah menggunakan pakaian ihram berserta niatnya
ketika hendak mengerjakan ibadah haji. Tempatnya pun berbeda-beda, sesuai
dengan arah daerah masing-masing para jama’ah.
b) Bermalam di Mudzalifah
Mudzalifah adalah antara Arafah dan Mina. Mabid di Mudzalifah adalah berada
di Mudzalifah mulai dari tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah hingga terbit
fajar. Yang dimaksud mabid disini adalah bermalam (menginap), atau
menginjakkan kaki di area Mudzalifah, atau cukup di atas mobil, seseorang
dapat saja memasuki mulai magrib. Dalam keadaan demikian ini ia melakukan
shlat fardhu dalam keadaan jama’ qosor. dan harus meninggalkan Mudzalifah
sebelum terbit matahari pada tanggal 10 Dhulhijjah.
c) Melontar jumroh Aqabah
Melempar jumrah aqobah ini hanya dilakukan pada tanggal 10 dzulhijjah dan
mulai tenggah malam dan sampai subuh saja.
d) Bermalam di Mina

3
Wilayah mina terletak di Mudzalifah dan mekkah al-mukkarromah. Waktu
mabit di mina yaitu antara malam tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah.
e) Melontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah
Molantar jumrah merupakan wajib haji. Jama’ah yang tidak melontar selama
tiga hari wajib membayar dengan dam dan apabila meninggalkan sebagaian
lontaran, maka harus membayar fidiyah. Pelaksanaan lontar jumrah ini
dilaksanakan pada hari-hari tasriq yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah.
f) Thowaf Wada
Thowaf wadabagi yang akan meninggalkan mekkah. Thowaf wada merupakan
pengormatan akhir kebaitullah.

Anda mungkin juga menyukai