Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

UPT (Unit Pelaksana Transmisi) Bali

Oleh :
I Gusti Agung Teguh Bhuana
1705541037

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mayoritas
pendapatannya dari pariwisata, oleh karenanya kebutuhan listrik menjadi kebutuhan
utama sebagai penunjang berjalannya kegiatan wisata di Bali. Wisatawan yang
berkunjung ke Bali berasal dari wisatawan domestik dan mancanegara yang
tentunya membuat pertumbuhan sektor pariwisata di Bali semakin meningkat
dengan sangat pesat, hal ini berpengaruh juga terhadap penggunaan listrik pada
asset-aset pariwisata seperti hotel, bandara, pusar perbelanjaan dan lain sebagainya.
Untuk memastikan kebutuhan listrik di Bali terpenuhi, selain menggunakan
beberapa pembangkit yang ada di pulau Bali, pasokan listrik di Bali juga berasal
dari PLTU Paiton yang terletak di pulau Jawa yang di transmisikan menggunakan
kabel laut yang terdiri dari 4 sirkuit dengan beban masing-masing adalah :
 Sirkuit 1 sebesar 100 MW
 Sirkuit 2 sebesar 100 MW
 Sirkuit 3 sebesar 130 MW
 Sirkuit 4 sebesar 130 MW
Pasokan listrik ini disalurkan menggunakan transmisi dengan kapasitas
saluran 150 kV dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ke beberapa gardu
induk yang ada di pulau Bali. Terdapat 15 Gardu Induk yang ada di Bali, dari gardu
induk ini akan didistribusikan dengan menggunakan Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) dan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR).
Beban kelistrikan di pulau Bali sebagin besar berpusat pada Kawasan Bali Selatan,
hal ini dikarenakan pertumbuhan perekonomian di sector pariwisata pada kawasana
tersebut meningkat sangat pesat serta investor asing mayoritas melakukan
pembangunan-pembangunan di area Bali Selatan. Selain hal tersebut Bandara
Interational I Gusti Ngurah Rai berada di kawasan Bali Selatan yang menjadi salah
satu kawasan vital yang sangat membutuhkan pasokan listrik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kunjungan lapangan ke UPT Bali ini adalah sebagai
berikut :
1. Agar dapat mengehtahui sistem transmisi yanga ada di Bali.
2. Agar dapat mengehtahui sistem kontrol yang digunakan pada Gardu Induk
Kapal.
3. Agar mengehtahui sistem proteksi yang digunakan pada sistem transmisi di
Bali.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem transmisi yang digunakan di Bali ?
2. Apa saja sistem kontrol yang digunakan pada Gardu Induk Kapal ?
3. Apa saja sistem proteksi pada transmisi di Bali ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gardu Induk Transmisi Kapal


Gardu Induk merupakan suatu instalasi yang terdiri dari sekumpulan
peralatan listrik yang disusun menurut pola tertentu dengan pertimbangan teknis,
ekonomis serta keindahan. Fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut :
1. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ketegangan
yang lainnya atau tegangan menengah.
2. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu
distribusi melalui feeder tegangan menengah.

Gambar 1. Pemodelan Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

Gardu Induk Kapal merupakan gardu induk sebagai pengatur beban yang
ada di Bali, disini adalah pusat dari transmisi jawa-bali yang lalu di transmisikan
keseluruh bali. Gardu induk kapal ini terletak di jalan Abian Base, Mengwi,
Badung, Bali. Pada gardu induk kapal terdapat 4 trafo daya dengan masing-masing
memiliki kapasitas 60 MVA, terdapat 11 saluran terdiri dari Celukan bawang 1 &
2, Antosari 1 & 2, Payangan, Baturiti, Gianyar 1 & 2, Pemecutan Kelod, Padang
Sambian 1 & 2, lalu terdapat 1 Kopel yang paralel sementara, 1 Capacitor Bank.
dan 40 penyulang yang di pikul gardu induk kapal ini
2.2 Fasilitas dan Peralatan Gardu Induk
Agar gardu induk dapat bekerja sesuai dengan fungsi dan tujuannya maka gardu
dilengkapi dengan perlatan serta fasilitas yang memadai. Seara garis besar
peralatan-peralatan pada gardu induk adalah sebagai berikut :

2.2.1 Transformasi Daya


1. Transformator Daya

Gambar 2. Transfomator Daya

Transformator Daya berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik,


dengan merubah besaran tegangannya sedangkan frekuensinya tetap.
Transformator daya juga berfungsi sebagai pengatur tegangan. Trafo daya
dilengkapi oleh trafo pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titik
netral dari trafo daya. Perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo yang
disebut Neutral Grounding Resistance (NGR).
2. Neutral Grounding Resistance (NGR)

Gambar 3. Neutral Grounding Resistance (NGR).


Resitor NGR. NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan
neutral sekunder pada transformator sebelum terhubung ke ground/tanah.
Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus
gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah. Hal ini terkait dengan
Pola pengamanan Trafo Tenaga disisi Sekunder (Sistem Distribusi).
Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang
antara titik netral trafo dengan pentanahan, dan Neutral Grounding
Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang
terjadi. Ada dua jenis NGR, Liquid dan Solid
3. Current Transfomator (CT)

Gambar 4. Current Transformer (CT)

Current Tranformer (CT) adalah sebuah alat yang berfungsi untuk


mentranformasi arus besar ke arus yang lebih kecil, yang bertujuan untuk
sistem pengukuran dan proteksi
4. Potential Transformer (PT)

Gambar 5. Potential Transformer (PT)


Trafo tegangan atau Potential Transformer (PT) adalah peralatan yang
mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke suatu tegangan
sistem yang lebih rendah untuk kebutuhan peralatan indikator, alat
ukur/meter dan relai.
5. Kapasitor Bank

Gambar 6. Kapasitor Bank

Kapasitor Bank adalah kumpulan dari beberapa kapasitor yang dihubungkan


secara seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik.
Penyimpanan yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menetralkan atau
memperbaiki kelambatan faktor daya dan meningkatkan jumlah
keseluruhan energi yang tersimpan.

2.2.2 Peralatan Penghubung


Saluran transmisi dan distribusi dihubungkan dengan gardu induk. Jadi gardu induk
ini merupakan tempat pemutus dan pengubung dari tenaga yang dibangkitkan dari
sistem interkoneksi, sistem transmisi dan distribusi kepada pelaggan. Saluran
transmisi dan distribusi ini dihubungkan pada bus melalui transfomator utama,
setiap saluran mempunyai pemutus beban (circuit breaker) dan pemisah
(disconnect switch) pada sisi keluarnya. Pemutus beban dan pemisah dinamakan
peralatan penghubung (switchgear).
1. Pemutus Tenaga (PMT)
Berfungsi untuk memutuskan hubungan tenaga listrik dalam keadaan
gangguan maupun dalam keadaan berbeban dan proses ini harus dilakukan dengan
cepat. Pemutus tenaga listrik dalam keadaan gangguan akan menimbulkan arus
yang relatif besar, pada saat tersebut pemutus beban bekerja sangat berat. Bila
kondisi peralatan pemutus tenaga menurun karena kurangnya pemeliharaan,
sehingga tidak sesuai lagi kemampuan dengan daya yang diputuskannya, maka
pemutus tenaga tersebut akan dapat rusak (meledak).

Gambar 7 Pemutus Tenaga (PMT)

2. Pemisah (PMS)
Pemilihan jenis pemisah (disconnect switch) ditentukan oleh lokasi, tata
bangunan luar (outdoor structure) dan sebagainya. Pada umumnya pemisah tidak
dapat memutuskan arus. Meskipun ia dapat memutuskan arus yang kecil, misalnya
arus pembangkit Trafo, tetapi pembukaan atau penutupannya harus dilakukan
setelah pemutus tenaga lebih dahulu dibuka. Untuk menjamin bahwa kesalahan
urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan saling mengunci (interlock),
antara pemisah dengan pemutus bebannya. Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya,
maka PMS dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Pemisah Tanah, berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisi tegangan
yang timbul sesudah SUTT / SUTM diputuskan.
b. Pemisah Peralatan, berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari
peralatan yang bertegangan. Pemisah ini dioperasikan tanpa beban.

Gambar 8 Pemisah (PMS)

2.2.3 Panel Hubung


Panel hubung (meja, switch board) merupakan pusat syaraf sebagai suatu
GI. Pada panel hubung inilah operator dapat mengamati keadaan peralatan,
melakukan operasi peralatan serta pengukuran-pengukuran tegangan dan arus, daya
dan sebagainya. Bila terjadi gangguan, panel hubung ini membuka pemutus beban
secara otomatis melalui rele pengaman dan memisahkan bagian yang terganggu.
Karena tegangan dan arus tidak dapat diukur langsung pada sisi tegangan tinggi,
maka transformator ukur (instrument) mengubah menjadi tegangan dan arus rendah,
sekaligus memisahkan alat-alat tadi dari sisi tegangan tinggi. Adapun tiga jenis
transformator ukur yaitu transformator tegangan, transformator arus, serta
transformator tegangan dan arus.
Gambar 9 Panel Hubung

2.2.4 Baterai
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu mempunyai
keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka baterai dipakai sebagai sumber tenaga
kontrol dan proteksi pada gardu induk. Peranan dari baterai sangat penting karena
pada saat gangguan terjadi, baterai sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan
alat-alat kontrol dan proteksi. Pada GI Kapal menggunakan baterai DC 110 volt DC
baterai ini tahan selama 5 jam. Sumber 220 volt AC ini di konvert ke DC untuk
mengisi baterai, baterai ini dalam keadaan standby dan jika dalam keadaan kosong
maka baterai ini akan automatis terisi. Untuk membackup sistem jika terjadi
gangguan pada sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi maka baterai inilah
yang di gunakan untuk memberikan tenaga untuk menjalakan sistem kontrol dan
proteksi.

2.2.5 Sistem Proteksi


Alat - alat pelindung (protective device) dalam arti luas, disamping pemutus
beban dan rele pengaman, adalah sebagai berikut :
 Arrester mengamankan peralatan gardu induk terhadap tegangan lebih
abnormal yang bersifat kejutan, misalnya kejutan petir.
Gambar 10 Arrester

 Beberapa peralatan netral sering dipakai dititik netral transformator untuk


pengamanan pada waktu terjadi gangguan tanah.
 Bila terjadi gangguan (hubung – singkat) tanah atau gangguan petir,
potensial tanah dari gardu induk mungkin naik abnormal sehingga
membahayakan orang dan binatang yang ada didekatnya atau menyebabkan
rusaknya alat. Untuk menghindari resiko seperti ini, ditanamlah penghantar
pengtanahan dengan tahanan tanah sekecil mungkin.
BAB III
PENUTUP

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai