Anda di halaman 1dari 18

IDENTIFIKASI PENYEBAB LOSSES ENERGI LISTRIK AKIBAT

GANGGUAN JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN METODE FAULT


TREE ANALYSIS DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DI PT PLN
(PERSERO) WILAYAH ATARAM

Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Elektro

Oleh:
FADILAH KURNIATI
F1B115009

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi di jaman sekarang membuat kebutuhan


terhadap energi listrik semakin meningkat. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan terhadap energi listrik
setiap tahun. Hal inilah yang menjadi perhartian bagi perusahaan listrik negara (PLN).
Sumber energi listrik yang disalurkan oleh PLN tidak semuanya dapat diterima oleh
konsumen karena sebagian ada yang hilang dalam bentuk susut daya (losses). Faktor
kerusakan jaringan distribusi listrik selain menyebabkan kerugian terhadap pihak PLN,
karena menyebabkan losses energi listrik, juga dapat merugikan pihak konsumen karena
meyebabkan pelayanan penggunaan tenaga listrik oleh konsumen menjadi terganggu,
untuk itu perlu dianalisis mengenai sebab-sebab kerusakan jaringan distribusi listrik
sehingga kerugian baik dipihak PLN maupun konsumen dapat dikurangi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan akar penyebab losses energi listrik dengan menggunakan
metode fault tree analysis (FTA)
2. Bagaimana cara menentukan prioritas tindakan perbaikan yang harus dilakukan
dengan metode failure mode and effect analysis (FMEA)
3. Bagaimana rekomendasi yang diberikan dalam perbaikan untuk menekan tingginya
losses dan meningkatkan mutu pelayanan penyediaan tenaga listrik

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan dan analisa dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka
ada beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan:
1. Penelitian ini hanya sebatas di jaringan distribusi tegangan menengah (20 kV)
2. Identifikasi penyebab losses hanya menggunakan metode fault tree analysis (FTA)
dan failure mode and effect analysis (FMEA)
1.4 Tujuan
1. Mengetahui apa saja akar penyebab losses energi listrik dengan menggunakan
metode fault tree analysis (FTA)
2. Menentukan prioritas tindakan perbaikan yang harus dilakukan dengan metode
failure mode and effect analysis (FMEA)
3. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk menekan tingginya losses dan
meningkatkan mutu pelayanan penyediaan tenaga listrik

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat tugas akhir ini adalah:
1. Bagi penulis, dapat mengetahui apa saja penyebab losses energi listrik yang terjadi
pada sisitem jaringan distribusi 20 kV
2. Dapat mengetahui kondisi yang terjadi langsung dilapangan
3. Bagi pihak PLN dapat mengetahui kejadian atau kombinasi kejadian dari faktor
yang paling berpengaruh terhadap losses, dan menentukan prioritas tindakan
perbaikan yang harus dilakukan terhadap kerusakan yang terjadi.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan Usulan Tugas Akhir ini terdiri dari:
 BAB I Pendahuluan, bagian ini berisi tentang obyek Tugas Akhir yang meliputi
latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
 BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, bagian ini menerangkan teori-teori
dasar sebagai referensi pembahasan permasalahan Tugas Akhir yang diperoleh dari
buku, jurnal, serta internet.
 BAB III Metode Penelitian, Berisi tentang rencana pelaksanaan penelitian, alat dan
bahan, langkah-langkah penelitian dan diagram alir penelitian.
 BAB IV Hasil dan Pembahasan, bagian ini membahas tentang hasil penelitian serta
pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan.
 BAB V Kesimpulan dan Saran, bagian ini memaparkan kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
 Daftar Pustaka, bagian ini berisi sumber-sumber yang menjadi acuan dalam
penulisan Tugas Akhir ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Berikut penelitian sebelumnya yang menggunakan metode penyelesaian yang


sama dengan metode yang di pakai dalam penelitian ini, yaitu:
Andung Jati Nugroho (2016) , Evaluasi Gangguan Jaringan Telepon Menggunakan
Metode FTA dan FMEA, Evaluasi gangguan jaringan telepon ini menggunakan
kombinasi fault tree analysis (FTA) dan failure mode and effect analysis (FMEA).
Dengan FTA, diidentifikasi fault events yang berkontribusi menyebabkan terjadinya top
level event gangguan isolasi jarlokat, gangguan isolasi jarlokaf, dan gangguan alat tidak
berfungsi jarlokar. Hasil dari FTA berupa; 8 basic events gangguan isolasi jarlokat, 7
basic events gangguan isolasi jarlokaf, dan 6 basic events gangguan alat tidak berfungsi
jarlokar yang merupakan events terendah. Basic events tersebut kemudian dianalisis
menggunakan FMEA yang didasarkan pada nilai risk priority number dengan
mengetahui skala severity dari failure effect, skala occurence dari causes, dan skala
detection dari control. Hasil dari FMEA berupa prioritas penyelesaian permasalahan
dengan urutan sebagai berikut: drop wire 1x2 putus, rumah kabel korslet, distribution
point korslet, trans radio rusak, pesawat telepon rusak, kabel primer putus, dan kabel
sekunder putus.

Devi Fahrudin dkk (2019), Analisa Penyebab Baterai Volt Rendah dengan
Menggunakan Metode SPC dan FMEA di Bagian R6-3 PT. Intercallin, Penilitian ini
dilakukan untuk menganalisa kegagalan produk serta menganalisa faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan dengan menggunakan metode statistical proces control dan
failure mode and effect analysis, berdasarkan diagram pareto penyebab kegagalan
produk paling dominan adalah separator kelipet atas sebesar 85%, faktor penyebabnya
adalah material yang kurang bagus, mesin yang sudah tua dan operator mesin yang
kurang berpengalaman.

Resty Fauzie Ariyanti (2017) , Identifikasi Penyebab Susut Energi Listrik Pt Pln
(Persero) Area Semarang Menggunakan Metode Failure Mode & Effect Analysis
(Fmea), Pada penelitian ini dilakukan identifikasi penyebab yang mempengaruhi susut
energi listrik menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Berdasarkan data bulan Januari sampai dengan Oktober 2016 dapat diketahui penyebab
terbesar dari susut energi listrik yaitu pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM).
Terdapat beberapa kegagalan pada JTM, dimana ada satu jenis kegagalan yang memiliki
nilai RPN terbesar yaitu sebesar 250 pada kegagalan kawat/konduktor rusak. Sehingga
kegagalan tersebut perlu diberi perhatian lebih.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Susut Energi Listrik

Susut (losses) adalah suatu bentuk kehilangan energi listrik yang berasal dari
selisih jumlah energi listrik yang tersedia dengan sejumlah energi listrik yang terjual.
Berikut adalah rumus perhitungan susut

kWh beli−kWh Jual


x 100 %
kWh Beli

Berdasarkan Keputusan Direkni PT PLN (Persero) No. 217-1.JK/DIR/2005 tentang


Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi (kWh), jenis susut (losses) energi listrik
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Berdasarkan sifatnya
 Susut teknis

Susut teknis yaitu hilangnya energi listrik pada saat penyaluran mulai dari
pembangkit hingga ke pelanggan karena berubah menjadi panas. Susut teknis ini tidak
dapat dihilangkan karena merupakan kondisi bawaan atau susut yang terjadi karena
alasan teknik dimana energi menyusut berubah menjadi panas pada jaringan Tegangan
Tinggi (JTT), Gardu Induk (GI), Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi
(GD), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) dan Alat Pengukur
dan Pembatas (APP). Penyebab susut teknik dapat dilihat dari persamaan susut teknis
sebagai berikut:

Ploss = I 2Rt
Komponen utama dari persamaan tersebut adalah I (Ampere) yakni besarnya
arus beban yang mengalir pada sistem distribusi dan R (Ohm) yakni besarnya nilai
tahanan penghantar pada suatu sistem distribusi. Penyebab dari persamaan susut teknik
tersebut adalah besarnya tahanan penghantar (R). besarnya nilai tahanan dipengaruhi
oleh jenis, panjang, dan luas penampang penghantar.
L
R=ρ
A

Keterangan:

𝜌 = massa jenis

𝐿 = panjang penghantar

𝐴 = luas penampang

 Susut non teknis


Susut non teknis yaitu hilangnya energi listrik yang dikonsumsi pelanggan
maupun non pelanggan karena tidak tercatat dalam penjualan. Ada beberapa penyebab
susut non teknik antara lain adalah pencurian listrik, kesalahan baca meter, kesalahan
alat pengukuran dan lain-lain.
Pada sistem distribusi, pencurian listrik ini sangat banyak modusnya, salah
satunya adalah dengan menggunakan peralatan khusus. Untuk meminimalisisr
pencurian listrik dilakukan pencegahan secara persuasif dengan pemberitahuan kepada
masyarakat mengenai akibat dari pencurian listrik, baik melalui media maupun dengan
sosialisasi langsung. Selain cara persuasif juga dilakukan dengan cara korektif, yaittu
pelaksanaan penertiban penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) dengan intensitas dan
akurasi yang tinggi.
Kesalahan baca meter menyebabkan ketidaksesuaian antara kWh yang
digunakan pelanggan dengan yang tercatat. Jika yang digunakan ternyata lebih besar
dari yang tercatat maka selisihnya tentu menjadi susut. Terdapat upaya untuk
menanggulangi masalah tersebut, salah satunya dengan melakukan pembinaan dan
pelatihan SDM yang terlibat dalam proses baca meter sampai dengan penerapan aplikasi
dan metode baca meter.
Kesalahan alat pengukuran menyebabkan energi yang terukur tidak sesuai
dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Hal ini bisa disebabkan oleh kWh meter,
wiring, CT/PT, dan kesalahan faktor lainnya. Untuk mengatasinya dapat dilakukan
dengan penggantian kWh berkala dan pemeriksaan rutin.

b. Berdasarkan tempat terjadinya


 Susut transmisi

Yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan pada saat disalurkan melalui
jaringan transmisi ke gardu induk atau susut teknik yang terjadi pada jaringan
transmisi yang meliputi susut pada jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu
Iduk (GI).

 Susut Distribusi

Yaitu hilangnya energi listrik yang didistribusikan dari gardu induk melalui jaringan
distribusi ke pelanggan atau susut teknik dan non teknik yang terjadi pada jaringan
distribusi yang meliputi susut Jaringan Menengah (JTM), Gardu Distribusi (GD),
Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) serta Alat Pembatas dan
Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM dan TR. Bila terdapat jaringan tegangan
tinggi yang berfungsi sebagai jaringan distribusi maka susut jaringan ini
dimaksudkan sebagai susut distribusi.

2.2.2 Konsep Pareto


Diagram pareto adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi
Italia yang bernama Vilfredo Pareto, pada abad ke-19. Diagram pareto digunakan
untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut
ukurannya, dan yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah
kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau
prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji.
Kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang
mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian daripada meninjau
bebagai sebab pada suatu ketika. Berbagai diagram pareto dapat digambarkan
dengan menggunakan data yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan.
Dengan cara menunjukkan data menurut frekuensi terjadinya, biaya, dan waktu
tejadinya, dapat diungkapkan berbagai prioritas penanganannya, tergantung pada
kebutuhan spesifik. Dengan demikian, kita tidak dapat begitu saja menentukan nilai
yang terbesar dalam diagram pareto sebagai persoalan yang terbesar. Kegunaan
diagram pareto sebagai berikut:
1. Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu
ditangani.
Diagram pareto dapat membantu untuk memusatkan perhatian pada persoalan
utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan.
2. Menunjukkan hasil upaya perbaikan.
Sesudah dilakukan tindakan korektif bedasarkan prioritas, kita dapat mengadakan
pengukuran ulang dan membuat diagram pareto, jika terdapat pembahan dalam
diagram pareto, maka tindakan koreksi ada efeknya.
3. Menyusun data menjadi informasi yang berguna.
Diagram paretodapat menyaring sejumlah data menjadi informasi yang signifikan.

2.2.3 Metode Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis (FTA) adalah salah satu contoh metode analisis proses yang
digunakan dalam pencarian suatu permasalahan dalam suatu proses, dimana terdapat
suatu kejadian yang tidak diinginkan disebut undesired event terjadi pada sistem,
dan sistem tersebut kemudian dianalisis dengan kondisi lingkungan dan operasional
yang ada untuk menemukan semua cara yang mungkin terjadi yang mengarah pada
terjadinya undesired event tersebut (Vesely dkk, 1981) dalam Ning Puji Lestari, Siti
Syamsiah, Sarto dan Wiratni Budhijanto, 2016.

Dengan metode FTA ini, akan dapat diketahui kegagalan-kegagalan yang


menjadi penyebab terjadinya undesired event, dan probabilitas terjadinya undesired
event tersebut. Untuk menganalisis kegagalan sistem dengan metode FTA, perlu
dibuat pohon kegagalan atau fault tree dari sistem yang dianalisis terlebih dahulu.
Fault tree adalah model grafis dari kegagalan-kegagalan pada sistem dan
kombinasinya yang menghasilkan terjadinya undesired event (Vesely dkk, 1981)
dalam Ning Puji Lestari, Siti Syamsiah, Sarto dan Wiratni Budhijanto, 2016. FTA
disusun berdasarkan simbol simbol yang berisi keterangan suatu kejadian pada
sistem dan gerbang logika untuk menerangkan keterkaitan terhadap suatu kejadian.
Simbol-simbol Fault Tree Analysis (FTA)

Simbol-simbol dalam FTA dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Simbol-simbol gerbang (gate).

Simbol gate digunakan untuk menunjukkan hubungan antar kejadian dalam sistem.
Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi atau bersama-sama menyebabkan
kejadian lain muncul. Adapun simbol-simbol hubungan yang digunakan dalam FTA
dapat dilihat pada tabel.1.

Tabel 1. Simbol-simbol gerbang FTA

No Simbol gate Nama dan keterangan


And gate. Output event terjadi jika semua input
1 event terjadi secara bersamaan.
Or gate. Output event terjadi jika paling tidak satu
2 input event terjadi.

k out of n gate. Output event terjadi jika paling


3 sedikit k output dari n input event terjadi.

input 1
Exclusive OR gate. Output event terjadi jika satu
4 input event, tetapi tidak terjadi.

Inhibit gate. Input menghasilkan output jika


5 conditional event ada.
Priority AND gate. Output event terjadi jika semua
6 input event terjadi baik dari kanan maupun kiri.
Not gate. Output event terjadi jika input event
7 tidak terjadi.

Sumber : Blanchard, 2004

2. Simbol-simbol kejadian (event)


Simbol kejadian digunakan untuk menunjukkan sifat dari setiap kejadian dalam
sistem. Simbol-simbol kejadian ini akan lebih memudahkan dalam mengidentifikasi
kejadian yang terjadi. Adapun simbol-simbol kejadian yang digunakan dalam FTA
seperti yang dicantumkan pada tabel.2

Tabel 2. Simbol-simbol kejadian FTA

No Simbol gate Nama dan keterangan


Ellipse
Gambar ellipse menunjukkan kejadian pada level
paling atas (top level event) dalam pohon kesalahan.
Rectangle
Gambar rectangle menunjukkan kejadian pada level
menengah (intermediate fault event) dalam pohin
kesalahan.
Circle
Gambar circle menunjukkan kejadian pada level
paling bawah (lowest level failure event) atau disebut
kejadian paling dasar (basic event).
Diamond
Gambar diamond menunjukkan kejadian yang tidak
terduga (undeveloped event). Kejadian-kejadian tak
terduga dapat dilihat pada pohon kesalahan dan
dianggap sebagai kejadian paling awal yang
menyebabkan kerusakan
House
Gambar house menunjukkan kejadian input (input
event) dan merupakan kegiatan terkendali (signal).
Kegiatan ini dapat menyebabkan kerusakan.
Sumber : Blanchard, 2004

2.2.4 Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

FMEA adalah pendekatan sistematik yang menerapkan suatu metode pentabelan dengan
menentukan mode kegagalan, penyebab kegagalan dan efek dari kegagalan hal ini untuk
membantu proses pemikiran yang digunakan oleh engineers untuk mengidentifikasi
mode kegagalan potensial dan efeknya. FMEA merupakan teknik evaluasi tingkat
keandalan dari sebuah sistem untuk menentukan efek dari kegagalan dari sistem
tersebut. Kegagalan digolongkan berdasarkan dampak yang diberikan terhadap
kesuksesan suatu misi dari sebuah sistem (Gunawan, 2017). Secara umum, Failure
Modes and Effect Analysis didefinisikan sebagai sebuah teknik yang mengidentifikasi
tiga hal, yaitu :

1. Penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, desain produk, dan proses selama
siklus hidupnya.

2. Efek dari kegagalan tersebut.

3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain produk, dan proses.

Setelah di ketahui penyebab kegagalan potensial dari suatu kerusakan peralatan dari
metode FMEA selanjutnya untuk melihat prioritas resiko keparahan atau RPN maka
harus mencari nilai dari Saverity (tingkat keparahan), Occurrence (tingkat
kemungkinan kejadian) dan Detection (Deteksi).

 Saverity (tingkat keparahan)

Tingkat keparahan adalah perkiraan subjektif numerik dari seberapa parah pelanggan
(pengguna berikutnya) atau pengguna akhir yang akan merasakan EFEK kegagalan.
Severity kerusakan pada sistem dibedakan menjadi 10 skala (Blanchard, 2004) dalam
Surasa (2007), adapun kategori yang digunakan, sebagai berikut:

1. Skala 1 untuk kerusakan dengan efek minor


2. Skala 2-3 untuk kerusakan dengan efek rendah (low)
3. Skala 4-6 untuk kerusakan dengan efek sedang (moderate)
4. Skala 7-8 untuk kerusakan dengan efek tinggi (high)
5. Skala 9-10 untuk kerusakan dengan efek sangat tinggi (very high)
 Occurrence (tingkat kemungkinan kejadian)

Tingkatan waktu atau kemungkinan terjadinya kadang-kadang disebut, adalah


estimasi subjektif numerik dari kemungkinan yang menyebabkan, jika terjadi, akan
menghasilkan failure mode dan efek khususnya. Frekuensi terjadinya kerusakan dapat
ditentukan berdasarkan periode waktu dan dapat dibedakan menjadi 10 skala Blanchard,
2004) dalam Surasa (2007), kategori skala-skala tersebut, sebagai berikut:

1. Skala 1 untuk kerusakan karena kondisi yang tidak biasa dan jarang sekali
terjadi (unlikely)
2. Skala 2-3 untuk kerusakan yang frekuensinya rendah (low)
3. Skala 4-6 untuk kerusakan yang frekuensinya sedang (moderate)
4. Skala 7-8 untuk kerusakan yang frekuensinya tinggi (high)
5. Skala 9-10 untuk kerusakan yang frekuensinya sangat tinggi (very high).
 Detection (Deteksi)

Deteksi kadang-kadang disebut efektifitas. Ini adalah perkiraan subjektif numerik


efektivitas kontrol untuk mencegah atau mendeteksi penyebab atau failure mode
sebelum kegagalan mencapai pelanggan. Asumsinya adalah yang menyebabkan telah
terjadi. Kemungkinan pengendalian suatu kerusakan IV- 23dapat dibedakan menjadi 10
skala (Blanchard, 2004) dalam Surasa (2007), kategori skala-skala tersebut sebagai
berikut:

1. Skala 1-2 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian sangat tinggi
(very high).
2. Skala 3-4 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian tinggi (high).
3. Skala 5-6 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian sedang
(moderate).
4. Skala 7-8 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian rendah (low).
5. Skala 9 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian sangat rendah
(very low).
6. Skala 10 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian tidak menentu
atau bahkan tidak terkendali.
 Perhitungan Risk Priority Number (RPN)

Untuk menetukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka harus terlebih dahulu
mendefinisikan tentang Severity, Occurrence, Detection yang hasil akhirnya berupa
RPN (Risk Priority Number).Perhitungan RPN (Risk Priority Number) dari hasil
FMEA:
RPN = S x O x D

Menyediakan pendekatan evaluasi alternatif untuk Analisis Kekritisan. Jumlah prioritas


risiko memberikan perkiraan numerik kualitatif risiko desain. RPN didefinisikan
sebagai produk dari tiga faktor independen dinilai :

 S= Saverity (tingkat keparahan)


 O= Occurrence (tingkat kejadian)
 D= Detection (Deteksi).

Risk Priority Number (RPN) adalah ukuran yang digunakan ketika menilai risiko untuk
membantu mengidentifikasi "critical failure modes" terkait dengan desain atau proses.
Nilai RPN berkisar dari 1 (terbaik mutlak) hingga 1000 (absolut terburuk). RPN FMEA
adalah umum digunakan dalam industri dan agak mirip dengan nomor kekritisan yang
digunakan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab losses energi listrik
menggunakan metode fault tree analysis (FTA) dan Failure Mode And Effect Analysis

Untuk melakukan penelitian diperlukan data data sebagai berikut:

a. data losses energi listrik dari bulan januari - september 2020


b. diagram line Gardu Induk Ampenan

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Alat Penelitian
Perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah Laptop ACER
Sistem Operasi Windows 7, Perangkat lain seperti mouse, printer dan komponen
pendukung lainnya. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3.3.2 Bahan Penelitian


Bahan Penelitian ini menggunakan data-data primer dan sekunder yang terdapat di
PT. PLN (Persero) APDP Mataram dan PT. PLN (Persero) UP3 (Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan) Mataram.

3.3 Langkah-Langkah Penelitian


Untuk menyelesaikan tugas akhir ini dilakukan melalui beberapa tahapan atau
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan studi literatur dengan mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian dari buku-buku, jurnal dan bahan kuliah yang mendukung berkaitan
dengan topik tugas akhir ini.
2. Mengumpulkan data, berupa data primer dan sekunder. Data-data diperoleh dari PT.
PLN (Persero) UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Mataram dan PT. PLN
(Persero) APDP Mataram.
3. Selanjutnya melakukan tahap pengolahan data seperti: tahap mencari akar penyebab
masalah, tahap tindakan prioritas, tahap analisa dan interpretasi hasil, serta tahap
kesimpulan dan saran.
3.4 Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yang digambarkan dalam diagram


alir dibawah ini:
mulai

Menentukan pokok permasalahan

Menentukan Rumusan dan Tujuan


Penelitian

Studi Pustaka Studi Lapangan

Pengumpulan Data

Data sekunder:
Data primer: Losses jaringan
Wawancara Kerusakan jaringan
Observasi distribusi
Pelanggaran
  PJU ilegal
 

Pembuatan diagram pareto

Identifikasi akar penyebab losses menggunakan


metode FTA

analisis losses energi listrik

selesai
MENYUSUN BAB III
METODELOGI PENELITIAN

- proses ilmiah untuk mendapatkan data yang digunakan untuk keperluan penelitian
- menjelaskan cara untuk memecahkan masalah penelitian dengan cara
ilmiah/teratur/sistematis, mencangkup
- metode yang digunakan
- dengan cara apa penelitian dilaksanakan

TUJUAN

- memecahkan masalah penelitian di bab 1


- mempermudah pekerjaan penelitian
- memperoleh data yang objektif dan valid (data yang dibutuhkan, bagaimana cara
mendapatkannya)

SISTEMATIKA
- pengumpulan data
berisi data primer dan sekunder yang dibutuhkan dan cara mendapatkannya
data primer : data yang diambil langsung, misalnya melakukan pengukuran secara
langsung
data sekunder : data yang sudah diolah
- pengolahan dan analisis data ( harus dijelaskan bagaimana cara mengolahnya dan
metode apa yang digunakan )
- berisi metode yang digunakan dan langkah2nya, sebaiknya dijelaskan juga data yang
dibutuhkan serta outputnya.
- flowchart / diagram alir
- jadwal pelaksanaan penelitian

Anda mungkin juga menyukai