Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Elektro
Oleh:
FADILAH KURNIATI
F1B115009
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan akar penyebab losses energi listrik dengan menggunakan
metode fault tree analysis (FTA)
2. Bagaimana cara menentukan prioritas tindakan perbaikan yang harus dilakukan
dengan metode failure mode and effect analysis (FMEA)
3. Bagaimana rekomendasi yang diberikan dalam perbaikan untuk menekan tingginya
losses dan meningkatkan mutu pelayanan penyediaan tenaga listrik
Agar pembahasan dan analisa dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka
ada beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan:
1. Penelitian ini hanya sebatas di jaringan distribusi tegangan menengah (20 kV)
2. Identifikasi penyebab losses hanya menggunakan metode fault tree analysis (FTA)
dan failure mode and effect analysis (FMEA)
1.4 Tujuan
1. Mengetahui apa saja akar penyebab losses energi listrik dengan menggunakan
metode fault tree analysis (FTA)
2. Menentukan prioritas tindakan perbaikan yang harus dilakukan dengan metode
failure mode and effect analysis (FMEA)
3. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk menekan tingginya losses dan
meningkatkan mutu pelayanan penyediaan tenaga listrik
Devi Fahrudin dkk (2019), Analisa Penyebab Baterai Volt Rendah dengan
Menggunakan Metode SPC dan FMEA di Bagian R6-3 PT. Intercallin, Penilitian ini
dilakukan untuk menganalisa kegagalan produk serta menganalisa faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan dengan menggunakan metode statistical proces control dan
failure mode and effect analysis, berdasarkan diagram pareto penyebab kegagalan
produk paling dominan adalah separator kelipet atas sebesar 85%, faktor penyebabnya
adalah material yang kurang bagus, mesin yang sudah tua dan operator mesin yang
kurang berpengalaman.
Resty Fauzie Ariyanti (2017) , Identifikasi Penyebab Susut Energi Listrik Pt Pln
(Persero) Area Semarang Menggunakan Metode Failure Mode & Effect Analysis
(Fmea), Pada penelitian ini dilakukan identifikasi penyebab yang mempengaruhi susut
energi listrik menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Berdasarkan data bulan Januari sampai dengan Oktober 2016 dapat diketahui penyebab
terbesar dari susut energi listrik yaitu pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM).
Terdapat beberapa kegagalan pada JTM, dimana ada satu jenis kegagalan yang memiliki
nilai RPN terbesar yaitu sebesar 250 pada kegagalan kawat/konduktor rusak. Sehingga
kegagalan tersebut perlu diberi perhatian lebih.
Susut (losses) adalah suatu bentuk kehilangan energi listrik yang berasal dari
selisih jumlah energi listrik yang tersedia dengan sejumlah energi listrik yang terjual.
Berikut adalah rumus perhitungan susut
a. Berdasarkan sifatnya
Susut teknis
Susut teknis yaitu hilangnya energi listrik pada saat penyaluran mulai dari
pembangkit hingga ke pelanggan karena berubah menjadi panas. Susut teknis ini tidak
dapat dihilangkan karena merupakan kondisi bawaan atau susut yang terjadi karena
alasan teknik dimana energi menyusut berubah menjadi panas pada jaringan Tegangan
Tinggi (JTT), Gardu Induk (GI), Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi
(GD), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) dan Alat Pengukur
dan Pembatas (APP). Penyebab susut teknik dapat dilihat dari persamaan susut teknis
sebagai berikut:
Ploss = I 2Rt
Komponen utama dari persamaan tersebut adalah I (Ampere) yakni besarnya
arus beban yang mengalir pada sistem distribusi dan R (Ohm) yakni besarnya nilai
tahanan penghantar pada suatu sistem distribusi. Penyebab dari persamaan susut teknik
tersebut adalah besarnya tahanan penghantar (R). besarnya nilai tahanan dipengaruhi
oleh jenis, panjang, dan luas penampang penghantar.
L
R=ρ
A
Keterangan:
𝜌 = massa jenis
𝐿 = panjang penghantar
𝐴 = luas penampang
Yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan pada saat disalurkan melalui
jaringan transmisi ke gardu induk atau susut teknik yang terjadi pada jaringan
transmisi yang meliputi susut pada jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu
Iduk (GI).
Susut Distribusi
Yaitu hilangnya energi listrik yang didistribusikan dari gardu induk melalui jaringan
distribusi ke pelanggan atau susut teknik dan non teknik yang terjadi pada jaringan
distribusi yang meliputi susut Jaringan Menengah (JTM), Gardu Distribusi (GD),
Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) serta Alat Pembatas dan
Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM dan TR. Bila terdapat jaringan tegangan
tinggi yang berfungsi sebagai jaringan distribusi maka susut jaringan ini
dimaksudkan sebagai susut distribusi.
Fault Tree Analysis (FTA) adalah salah satu contoh metode analisis proses yang
digunakan dalam pencarian suatu permasalahan dalam suatu proses, dimana terdapat
suatu kejadian yang tidak diinginkan disebut undesired event terjadi pada sistem,
dan sistem tersebut kemudian dianalisis dengan kondisi lingkungan dan operasional
yang ada untuk menemukan semua cara yang mungkin terjadi yang mengarah pada
terjadinya undesired event tersebut (Vesely dkk, 1981) dalam Ning Puji Lestari, Siti
Syamsiah, Sarto dan Wiratni Budhijanto, 2016.
Simbol gate digunakan untuk menunjukkan hubungan antar kejadian dalam sistem.
Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi atau bersama-sama menyebabkan
kejadian lain muncul. Adapun simbol-simbol hubungan yang digunakan dalam FTA
dapat dilihat pada tabel.1.
input 1
Exclusive OR gate. Output event terjadi jika satu
4 input event, tetapi tidak terjadi.
FMEA adalah pendekatan sistematik yang menerapkan suatu metode pentabelan dengan
menentukan mode kegagalan, penyebab kegagalan dan efek dari kegagalan hal ini untuk
membantu proses pemikiran yang digunakan oleh engineers untuk mengidentifikasi
mode kegagalan potensial dan efeknya. FMEA merupakan teknik evaluasi tingkat
keandalan dari sebuah sistem untuk menentukan efek dari kegagalan dari sistem
tersebut. Kegagalan digolongkan berdasarkan dampak yang diberikan terhadap
kesuksesan suatu misi dari sebuah sistem (Gunawan, 2017). Secara umum, Failure
Modes and Effect Analysis didefinisikan sebagai sebuah teknik yang mengidentifikasi
tiga hal, yaitu :
1. Penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, desain produk, dan proses selama
siklus hidupnya.
3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain produk, dan proses.
Setelah di ketahui penyebab kegagalan potensial dari suatu kerusakan peralatan dari
metode FMEA selanjutnya untuk melihat prioritas resiko keparahan atau RPN maka
harus mencari nilai dari Saverity (tingkat keparahan), Occurrence (tingkat
kemungkinan kejadian) dan Detection (Deteksi).
Tingkat keparahan adalah perkiraan subjektif numerik dari seberapa parah pelanggan
(pengguna berikutnya) atau pengguna akhir yang akan merasakan EFEK kegagalan.
Severity kerusakan pada sistem dibedakan menjadi 10 skala (Blanchard, 2004) dalam
Surasa (2007), adapun kategori yang digunakan, sebagai berikut:
1. Skala 1 untuk kerusakan karena kondisi yang tidak biasa dan jarang sekali
terjadi (unlikely)
2. Skala 2-3 untuk kerusakan yang frekuensinya rendah (low)
3. Skala 4-6 untuk kerusakan yang frekuensinya sedang (moderate)
4. Skala 7-8 untuk kerusakan yang frekuensinya tinggi (high)
5. Skala 9-10 untuk kerusakan yang frekuensinya sangat tinggi (very high).
Detection (Deteksi)
1. Skala 1-2 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian sangat tinggi
(very high).
2. Skala 3-4 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian tinggi (high).
3. Skala 5-6 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian sedang
(moderate).
4. Skala 7-8 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian rendah (low).
5. Skala 9 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian sangat rendah
(very low).
6. Skala 10 untuk kerusakan yang memiliki peluang pengendalian tidak menentu
atau bahkan tidak terkendali.
Perhitungan Risk Priority Number (RPN)
Untuk menetukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka harus terlebih dahulu
mendefinisikan tentang Severity, Occurrence, Detection yang hasil akhirnya berupa
RPN (Risk Priority Number).Perhitungan RPN (Risk Priority Number) dari hasil
FMEA:
RPN = S x O x D
Risk Priority Number (RPN) adalah ukuran yang digunakan ketika menilai risiko untuk
membantu mengidentifikasi "critical failure modes" terkait dengan desain atau proses.
Nilai RPN berkisar dari 1 (terbaik mutlak) hingga 1000 (absolut terburuk). RPN FMEA
adalah umum digunakan dalam industri dan agak mirip dengan nomor kekritisan yang
digunakan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data sekunder:
Data primer: Losses jaringan
Wawancara Kerusakan jaringan
Observasi distribusi
Pelanggaran
PJU ilegal
selesai
MENYUSUN BAB III
METODELOGI PENELITIAN
- proses ilmiah untuk mendapatkan data yang digunakan untuk keperluan penelitian
- menjelaskan cara untuk memecahkan masalah penelitian dengan cara
ilmiah/teratur/sistematis, mencangkup
- metode yang digunakan
- dengan cara apa penelitian dilaksanakan
TUJUAN
SISTEMATIKA
- pengumpulan data
berisi data primer dan sekunder yang dibutuhkan dan cara mendapatkannya
data primer : data yang diambil langsung, misalnya melakukan pengukuran secara
langsung
data sekunder : data yang sudah diolah
- pengolahan dan analisis data ( harus dijelaskan bagaimana cara mengolahnya dan
metode apa yang digunakan )
- berisi metode yang digunakan dan langkah2nya, sebaiknya dijelaskan juga data yang
dibutuhkan serta outputnya.
- flowchart / diagram alir
- jadwal pelaksanaan penelitian