Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI PENYEBAB SUSUT ENERGI LISTRIK PT PLN (PERSERO)

AREA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE & EFFECT


ANALYSIS (FMEA)

Resty Fauzie Ariyanti


Departemen Teknik Industri, Fakultas teknik, Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50275
Telp. (024) 7460052
E-mail: arestyfauzie@gmail.com

ABSTRAK
PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan BUMN (Bdan Usaha Milik Negara) yang
mengelola kelistrikan di Indonesia mulai dari pembangkit, penyaluran sampai pendistribusian serta
penjualan energi listrik. Pada PT PLN (Persero) Area Semarang jumlah pelanggan yang menggunakan
listrik di bulan Desember 2016 tercatat sebanyak 1.426.003 pelanggan dengan energi listrik yang
tersalurkan dari Gardu Induk PT PLN Area Semarang sebesar 456.759.038 kWh sedangkan energi yang
terjual sebesar 428.528.298 kWh. Hal tersebut dikarenakan adanya susut energi. Susut energi disebebakan
oleh dua faktor yaitu faktor teknis dan non teknis. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan identifikasi
penyebab yang mempengaruhi susut energi listrik menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA). Berdasarkan data bulan Januari sampai dengan Oktober 2016 dapat diketahui penyebab terbesar
dari susut energi listrik yaitu pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Terdapat beberapa kegagalan
pada JTM, dimana ada satu jenis kegagalan yang memiliki nilai RPN terbesar yaitu sebesar 250 pada
kegagalan kawat/konduktor rusak. Sehingga kegagalan tersebut perlu diberi perhatian lebih.

Kata Kunci: data susut energi listrik; FMEA; susut energi listrik

ABSTRACT
PT PLN (Persero) is a STATE-OWNED enterprise (BUMN)
who manage electricity in Indonesia starting from the production, distribution and sales to the distribution
of electrical energy. In PT PLN (Persero) Area Semarang the number of customers who use electricity in
December 2016 recorded as many as 1,426,003 customers with electrical energy from Mains
Substation PT PLN Area Semarang of 456,759,038 kWh of energy while sold amounted
to 428,528,298 kWh. That is because, the existence of losses energy. Losses energy caused by two factors,
there are the technical and non technical factors. Therefore, this research was conductedon the
identification of the causes that influence losses electrical energy using the method
of Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Based on data for January to October 2016 can be known to
be the biggest cause of reduced electrical energy “Jaringan Tegangan Menengah” (JTM). There are some
failures at JTM, where there is one type of failure that has a largest RPN value is 250 on failure
of wire/conductor is damaged. So the failure needs to be given more attention.

Key words: electric energy shrink data; FMEA; reduced electrical energy

PENDAHULUAN 1.426.003 pelanggan. Energi listrik yang


Pentingnya peranan tenaga listrik yang disalurkan dari Gardu Induk di PT PLN (Persero)
merupakan sumber kehidupan masyarakat dalam Area Semarang pada tahun 2016 sebesar
menjalankan aktivitas sehari hari, maka suatu 456.759.038 kWh, sedangkan energi yang terjual
perusahaan besar penyedia listrik untuk sebesar 428.528.298 kWh.
masyarakat yaitu PT PLN berusaha men-supply Perbedaan jumlah tersebut dikarenakan
energi listrik seoptimal mungkin. PT PLN adanya energi yang susut atau losses. Energi
merupakan salah satu perusahaan BUMN (Badan susut/ losses adalah sejumlah energi yang hilang
Usaha Milik Negara) yang mengelola kelistrikan dalam proses pengaliran energi mulai Gardu
di Indonesia mulai dari pembangkit, penyaluran Induk atau Gardu distribusi sampai dengan
sampai pendistribusian serta penjualan energi konsumen. Hal tersebut diakibatkan oleh dua
listrik. Pada PT PLN (Persero) Area Semarang faktor yaitu faktor teknik dan non teknik. Faktor
tercatat jumlah pelanggan yang menggunakan teknik disebabkan oleh masalah jaringan
listrik di bulan Desember 2016 sebanyak distribusi. Selain faktor teknik juga ada faktor
non teknik yang meliputi pelanggaran yang Komponen utama dari persamaan tersebut adalah
dilakukan oleh pelanggan, ketidakserempakan I (Ampere) yakni besarnya arus beban yang
dalam pencatatan atau dalam perhitungan kWh, mengalir pada sistem distribusi dan R (Ohm)
dan penerangan jalan umum (PJU) illegal. yakni besarnya nilai tahanan penghantar pada
Berdasarkan data susut energi listrik suatu sistem distribusi. Penyebab dari persamaan
tahun 2016 terlihat bahwa target susut sampai susut teknik tersebut adalah besarnya tahanan
bulan Oktober 2016 di PT PLN (Persero) Area penghantar (R). besarnya nilai tahanan
Semarang sebesar 7,03%, sedangkan dipengaruhi oleh jenis, panjang, dan luas
realisasinya sebesar 7,59%. Dari data tersebut penampang penghantar.
dapat disimpulkan bahwa susut energi listrik 𝐿
belum mencapai target sesuai yang telah 𝑅 = 𝜌 ……………….(3)
𝐴
ditetapkan. Susut yang diakibatkan karena faktor Keterangan:
teknik pada triwulan ke III sebesar 5,06% dan 𝜌 = massa jenis
faktor non teknik sebesar 2,44%. 𝐿 = panjang penghantar
Melihat kondisi pada triwulan III maka 𝐴 = luas penampang
diperlukan identifikasi penyebab yang paling  Susut non teknis
mempengaruhi susut energi listrik. Salah satu Susut non teknis yaitu hilangnya energi
metode yang digunakan adalah Failure Mode listrik yang dikonsumsi pelanggan maupun non
and Effect Analysis (FMEA). FMEA merupakan pelanggan karena tidak tercatat dalam penjualan.
metode analisis induktif untuk mengidentifikasi Ada beberapa penyebab susut non teknik antara
kerusakan produk dan atau proses yang paling lain adalah pencurian listrik, kesalahan baca
potensial dengan mendeteksi peluang, meter, kesalahan alat pengukuran dan lain-lain.
penyebabnya, efek, dan prioritas perbaikan Pada sistem distribusi, pencurian listrik
berdasarkan tingkat kepentingan kerusakan. ini sangat banyak modusnya, salah satunya
adalah dengan menggunakan peralatan khusus.
LANDASAN TEORI Untuk meminimalisisr pencurian listrik
a) Susut Energi Listrik dilakukan pencegahan secara persuasif dengan
Susut (losses) adalah suatu bentuk pemberitahuan kepada masyarakat mengenai
kehilangan energi listrik yang berasal dari selisih akibat dari pencurian listrik, baik melalui media
jumlah energi listrik yang tersedia dengan maupun dengan sosialisasi langsung. Selain cara
sejumlah energi listrik yang terjual. Berikut persuasif juga dilakukan dengan cara korektif,
adalah rumus perhitungan susut yaittu pelaksanaan penertiban penggunaan
𝑘𝑊ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑖−𝑘𝑊ℎ 𝐽𝑢𝑎𝑙
𝑥 100 %..........(1) Tenaga Listrik (P2TL) dengan intensitas dan
𝑘𝑊ℎ 𝐵𝑒𝑙𝑖
akurasi yang tinggi.
Berdasarkan Keputusan Direkni PT PLN Kesalahan baca meter menyebabkan
(Persero) No. 217-1.JK/DIR/2005 tentang ketidaksesuaian antara kWh yang digunakan
Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi pelanggan dengan yang tercatat. Jika yang
(kWh), jenis susut (losses) energi listrik dapat digunakan ternyata lebih besar dari yang tercatat
dibedakan menjadi dua yaitu: maka selisihnya tentu menjadi susut. Terdapat
a. Berdasarkan sifatnya upaya untuk menanggulangi masalah tersebut,
salah satunya dengan melakukan pembinaan dan
 Susut teknis
pelatihan SDM yang terlibat dalam proses baca
Susut teknis yaitu hilangnya energi listrik
meter sampai dengan penerapan aplikasi dan
pada saat penyaluran mulai dari pembangkit
metode baca meter.
hingga ke pelanggan karena berubah menjadi
Kesalahan alat pengukuran menyebabkan
panas. Susut teknis ini tidak dapat dihilangkan
energi yang terukur tidak sesuai dengan energi
karena merupakan kondisi bawaan atau susut
yang digunakan oleh pelanggan. Hal ini bisa
yang terjadi karena alasan teknik dimana energi
disebabkan oleh kWh meter, wiring, CT/PT, dan
menyusut berubah menjadi panas pada jaringan
kesalahan faktor lainnya. Untuk mengatasinya
Tegangan Tinggi (JTT), Gardu Induk (GI),
dapat dilakukan dengan penggantian kWh
Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Gardu
berkala dan pemeriksaan rutin.
Distribusi (GD), Jaringan Tegangan Rendah
b. Berdasarkan tempat terjadinya
(JTR), Sambungan Rumah (SR) dan Alat
Pengukur dan Pembatas (APP).  Susut transmisi
Penyebab susut teknik dapat dilihat dari Yaitu hilangnya energi listrik yang
persamaan susut teknis sebagai berikut: dibangkitkan pada saat disalurkan melalui
jaringan transmisi ke gardu induk atau susut
Ploss = I2Rt atau Ploss = IRIT…….(2) teknik yang terjadi pada jaringan transmisi yang
meliputi susut pada jaringan Tegangan Tinggi Penilaian keseriusan efek dari bentuk
(JTT) dan pada Gardu Iduk (GI). kegagalan potensial.
 Susut Distribusi 5. Penyebab potensial (Potential Cause)
Yaitu hilangnya energi listrik yang Adalah bagaimana kegagalan tersebut
didistribusikan dari gardu induk melalui jaringan bisa terjadi. Dideskripsikan sebagai
distribusi ke pelanggan atau susut teknik dan non sesuatu yang dapat diperbaiki.
teknik yang terjadi pada jaringan distribusi yang 6. Keterjadian (Occurance/O)
meliputi susut Jaringan Menengah (JTM), Gardu Adalah sesering apa penyebab kegagalan
Distribusi (GD), Jaringan Tegangan Rendah spesifik dari suatu proyek terjadi.
(JTR), Sambungan Rumah (SR) serta Alat 7. Deteksi (Detection/D)
Pembatas dan Pengukur (APP) pada pelanggan Merupakan penilaian dari kemungkinan
TT, TM dan TR. Bila terdapat jaringan tegangan alat tersebut dapat mendeteksi penyebab
tinggi yang berfungsi sebagai jaringan distribusi potensial terjadinya suatu bentuk
maka susut jaringan ini dimaksudkan sebagai kegagalan.
susut distribusi. 8. Nomor Prioritas Resiko (Rsik Priority
b) Failure Mode and Effect Analysis Number/RPN)
(FMEA) Merupakan angka prioritas resiko yang
FMEA (Failure Mode and Effect didapatkan dari perkalian severity,
Analysis) adalah suatu prosedur terstruktur untuk occurrence, dan detection
mengidentifikasi dan mencegah sebanyak .
mungkin mode kegagalan (failure mode). FMEA RPN = S x O x D…………...(4)
digunakan untuk mengidentifikasi sumber-
sumber dan akar penyebab dari suatu masalah 9. Tindakan yang direkomendasikan
kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja (Recommended Action)
yang masuk dalam kecacatan/kegagalan dalam Setelah bentuk kegagalan diatur sesuai
desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah peringkat RPNnya, maka tindakan perbaikan
ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang harus segera dilakukan terhadap bentuk
menyebabkan terganggunya fungsi dari produk kegagalan dengan nilai RPN tertinggi.
itu. Tujuan dari penerapan FMEA Terdapat langkah dasar dalam proses
(Chrysler,2008): Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yaitu
1. Mengidentifikasi penyebab kegagalan sebagai berikut:
proses dalam memenuhi kebutuhan 1. Mengidentifikasi fungsi pada proses
pelanggan. produksi
2. Memperkirakan risiko penyebab tertentu 2. Mengidentifikasi potensi failure mode
yang menyebabkan kegagalan proses produksi
3. Mengevaluasi rencana pengendalian 3. Mengidentifikasi potensi efek kegagalan
untuk mencegah kegagalan produksi
4. Melakukan prosedur yang diperlukan 4. Mengidentifikasi penyebab-penyebab
untuk memperoleh suatu proses bebas kegagalan proses produksi
dari kesalahan 5. Mengidentifikasi mode-mode deteksi
Elemen FMEA dibangun berdasarkan proses produksi
informasi yang mendukung analisa. Beberapa 6. Menentukan rating terhadap severity,
elemen-elemen FMEA adalah sebagai berikut: occurance, detection, dan RPN proses
1. Fungsi proses produksi
Merupakan deskripsi singkat mengenai 7. Usulan perbaikan
pembuatan item dimana sistem akan
dianalisa.
2. Mode kegagalan METODE PENELITIAN
Merupakan suatu kemungkinan kecacatan Metode penelitian yang dilakukan di PT
terhadap setiap proses. PLN (Persero) Area Semarang dari tanggal 3
3. Efek potensial dari kegagalan Januari 2017 sampai dengan 3 Februari 2017
Merupakan suatu efek dari bentuk dengan pengambilan data nilai susut energi
kegagalan terhadap pelanggan. listrik di Area Semarang yaitu sebagai berikut
4. Tingkat keparahan (Severity / S) (Gambar 1):
Mulai

Studi Pendahuluan
Pengamatan dan analisis Key Performance Indicator
(KPI) PT PLN (Persero) Area Semarang tahun 2016

Penemuan & Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Pengumpulan Data
Laporan data susut energi listrik PT PLN (Persero) Area
Semarang dari bulan Januari-Oktober 2016

Pengolahan Data
- Menentukan kelompok penyebab susut energi terbesar
- Menyusun FMEA
1. Menentukan fungsi proses
2. Menentukan mode kegagalan
3. Menentukan efek potensial
4. Menentukan nilai severity
5. Menentukan penyebab potensial
6. Menentukan nilai occurance
7. Menentukan detection mode
8. Menentukan nilai detection
9. Menghitung nilai RPN

Analisis

Penarikan Kesimpulan & Saran

Selesai
Gambar 1 Flowchart Metodologi Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN sedangkan realisasinya sebesar 7,59%. Terlihat


Dalam pendistribusian energi listrik bahwa target belum terpenuhi.
terjadi peristiwa susut energi. PT PLN (Persero) Susut energi listrik pada PT PLN
Area Semarang memiliki target susut setiap (Persero)Area Semarang terjadi pada:
tahunnya. Pada tahun 2016 tepatnya bulan 1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Januari sampai dengan Oktober target tersebut 2. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
belum sepenuhnya tercapai. Dimana target susut 3. Gardu
hingga bulan Oktober 2016 sebesar 7,03% 4. Sambungan Rumah (SR)
5. Non teknis
Tabel 1 Data Penentuan Susut Energi Terbesar
Susut Jumlah (kWh) Cum. Jumlah Presentase (%) Cum. Presentase
JTM 41876095 41876095 3.14 3.14
Non Teknik 32553312 74429407 2.44 5.58
SR 10802941 85232348 0.81 6.39
Gardu 9765981 94998329 0.73 7.13
JTR 4901264 99899593 0.37 7.50

Berdasarkan data diatas (Tabel 1) terlihat Fungsi proses yang diteliti dalam FMEA
bahwa susut energi listrik terbesar terjadi pada sesuai dengan penyebab susut energi
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yaitu listrik terbesar yang telah ditentukan,
sebesar 41.876.095 kWH atau 3,14 % pada kurun yaitu pada Jaringan Tegangan Menengah
waktu Januari sampai dengan Oktober 2016 pada (JTM) ditunjukkan pada Tabel 2.
PT PLN (Persero) Area Semarang.
2. Menentukan mode kegagalan
Identifikasi Penyebab Susut Energi Berdasarkan data yang ada, mode
Mengidentifikasi penyebab susut energi kegagalan pada Jaringan Tegangan
pada permasalahan ini menggunakan metode Menengah ditunjukkan pada Tabel 3.
Failure Mode & Effect Analysis (FMEA) dengan
beberapa langkah sebagai berikut 3. Menentukan efek potensial
1. Menentukan fungsi proses Efek potensial yang ada yaitu penyusutan
energi listrik (Tabel 4).

Tabel 2
Fungsi Proses
Failure Potential Potential Detection
Function S O D RPN
Type Impact Causes Mode
Jaringan Tegangan
Menengah (JTM)

Tabel 3
Failure Type
Function Failure Type
Jaringan Banyak sambungan
Tegangan Jaringan panjang
Menengah Isolator rusak
(JTM) Kawat/konduktor rusak

Tabel 4
Potential Impact
Function Failure Type Potential Impact
Banyak sambungan Penyusutan energi listrik
Jaringan
Jaringan panjang Penyusutan energi listrik
Tegangan
Menengah (JTM) Isolator rusak Penyusutan energi listrik
Kawat/konduktor rusak Penyusutan energi listrik

4. Menentukan nilai severity karyawan yang mengerti mengenai susut


Nilai severity menentukan tingkat energi listrik (Tabel 5).
kegagalan berdasarkan keparahan yang
diakibatkan. Penentuan nilai severity 5. Menentukan penyebab potensial
diperoleh dari wawancara kepada Tahap ini menentukan penyebab dari
jenis kegagalan yang terjadi (Tabel 6).
6. Menentukan nilai occurance terjadinya kegagalan. Nilai occurance
Tahap ini dilakukan dengan memberikan ditentukan berdasarkan data switching PT
rating dari 1-10 (jarang-sering) untuk tiap PLN (Persero) Area Semarang (Tabel 7).
jenis kegagalan berdasarkan frekuensi

Tabel 5
Nilai Severity
Function Failure Type Potential Impact S
Penyusutan energi
Banyak sambungan 3
listrik
Jaringan Penyusutan energi
Jaringan panjang 6
Tegangan listrik
Menengah (JTM) Penyusutan energi
Isolator rusak 4
listrik
Penyusutan energi
Kawat/konduktor rusak 5
listrik

Tabel 6
Potential Causes
Function Failure Type Potential Impact S Potential Causes

Penyusutan energi Diameter konduktor


Banyak sambungan 3
listrik yang berbeda-beda
Jaringan Penyusutan energi Jarak beban yang
Tegangan Jaringan panjang 6
listrik jauh
Menengah
(JTM) Penyusutan energi
Isolator rusak 4 Rusak
listrik
Penyusutan energi
Kawat/konduktor rusak 5 Binatang
listrik

Tabel 7
Nilai Occurance
Function Failure Type Potential Impact S Potential Causes O
Penyusutan energi Diameter konduktor
Banyak sambungan 3 7
listrik yang berbeda-beda
Jaringan Penyusutan energi Jarak beban yang
Jaringan panjang 6 6
Tegangan listrik jauh
Menengah Penyusutan energi
(JTM) Isolator rusak 4 Rusak 7
listrik
Penyusutan energi
Kawat/konduktor rusak 5 Binatang 10
listrik

7. Menentukan detection mode


Tahap ini menentukan cara mendeteksi 9. Menghitung nilai RPN
setiap kegagalan yang ada (Tabel 8). Tahap ini dilakukan dengan menghitung
nilai RPN yang didapat dengan cara
8. Menentukan nilai detection mengkalikan nilai severity, nilai
Tahap ini dilakukan dengan memberikan occurance, dan nilai detection. Nilai RPN
rating dari 1-10 (mudah-sulit) untuk tiap digunakan untuk mengetahui prioritas
jenis kegagalan berdasarkan tingkat perbaikan dan perhatian lebih (Tabel 10).
kerumitan dalam mendeteksi kegagalan
yang ada (Tabel 9).
Tabel 8
Detection Mode
Function Failure Type Potential Impact S Potential Causes O Detection Mode
Diameter
Penyusutan energi Inspeksi / pengecekan
Banyak sambungan 3 konduktor yang 7
listrik secara rutin
berbeda-beda
Jaringan Penyusutan energi Jarak beban yang Inspeksi / pengecekan
Tegangan Jaringan panjang 6 6
listrik jauh secara rutin
Menengah
Penyusutan energi Inspeksi / pengecekan
(JTM) Isolator rusak 4 Rusak 7
listrik secara rutin
Penyusutan energi Inspeksi / pengecekan
Kawat/konduktor rusak 5 Binatang 10
listrik secara rutin

Tabel 9
Nilai Detection
Function Failure Type Potential Impact S Potential Causes O Detection Mode D
Diameter Inspeksi /
Penyusutan
Banyak sambungan 3 konduktor yang 7 pengecekan secara 5
energi listrik
berbeda-beda rutin
Inspeksi /
Penyusutan Jarak beban yang
Jaringan Jaringan panjang 6 6 pengecekan secara 5
energi listrik jauh
Tegangan rutin
Menengah Inspeksi /
(JTM) Penyusutan
Isolator rusak 4 Rusak 7 pengecekan secara 5
energi listrik
rutin
Inspeksi /
Penyusutan
Kawat/konduktor rusak 5 Binatang 10 pengecekan secara 5
energi listrik
rutin

Tabel 10
Nilai RPN (Risk Priority Number)
Potential
Function Failure Type Potential Impact S O Detection Mode D RPN
Causes
Diameter Inspeksi /
Penyusutan
Banyak sambungan 3 konduktor yang 7 pengecekan 5 105
energi listrik
berbeda-beda secara rutin
Inspeksi /
Penyusutan Jarak beban
Jaringan Jaringan panjang 6 6 pengecekan 5 180
energi listrik yang jauh
Tegangan secara rutin
Menengah Inspeksi /
Penyusutan
(JTM) Isolator rusak 4 Rusak 7 pengecekan 5 140
energi listrik
secara rutin
Inspeksi /
Kawat/konduktor Penyusutan
5 Binatang 10 pengecekan 5 250
rusak energi listrik
secara rutin

Contoh perhitungan RPN: nilai RPN paling besar dibandingkan dengan


RPN dari banyaknya sambungan = S x O jenis kegagalan lainnya. Jenis kegagalan tersebut
x D = 3 x 7 x 5 = 105 adalah kawat/konduktor rusak dengan nilai RPN
yaitu sebesar 250. Nilai RPN yang tinggi dari
Nilai Risk Priority Number (RPN) jenis kerusakan tersebut sangat dipengaruhi oleh
menunjukkan seberapa penting suatu jenis nilai severity, dan occurance yang relative lebih
kegagalan harus diprioritaskan berdasarkan nilai tinggi. Nilai tersebut tinggi dikarenakan
severity, occurance, dan detection. Dari 4 jenis kegagalan tersebut memberikan efek dan
kegagalan terdapat satu jenis kegagalan dengan mempunyai penyebab yang lebih besar
dibanding kegagalan lainnya. Penyebab dari DAFTAR PUSTAKA
rusaknya kawat atau konduktor banyak Ramadhianto, Danang. “ Studi Susut Energi Pada
diakibatkan oleh binatang yang hinggap pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik Melalui
kawat atau konduktor satu dengan yang lainnya Analisis Pengukuran dan Perhitungan”. 20
sehingga mengakibatkan kawat tersebut rusak. Februari 2017.
Sehingga berdasarkan nilai RPN tersebut jenis http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126832-
kegagalan pada kelompok Jaringan Tegangan R0308105.pdf
Menengah (JTM) dapat lebih diberikan perhatian “Revebue Assurance dan Susut energi” 21
pada jenis kegagalan kawat/konduktor rusak. Februari 2017.
https://plnrevenueassurance.wordpress.co
KESIMPULAN m/2013/09/25/revenue-assurance-dan-
Beberapa faktor terjadinya susut energi susut-energi/
listrik diantaranya yaitu pada Jaringan Tegangan Rosmawati, Siska Diyah. “Pengaruh Susut
Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (Losses) Distribusi Energi Listrik Teradap
(JTR), Gardu, dan Sambungan Rumah. Faktor Pendapatan Pada PT PLN (Persero)
yang memiliki rata-rata prosentase susut energi Distribusi Jawa Barat dan Banten” 20
listrik terbesar adalah Jaringan Tegangan Februari 2017.
Menengah (JTM) dan Gardu. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/323/jbp
Dari faktor terbesar dimana terjadinya tunikompp-gdl-siskadiyah-16107-7-
susut energi listrik (JTM dan Gardu) memiliki artikel.pdf
penyebab kegagalan yang berbeda-beda. Mahmud, Alimuddin. “ Strategi Penurunan Susut
Kegagalan pada JTM yaitu banyak sambungan, Teknik Distribusi” 21 Februari 2017.
jaringan panjang, isolator rusak, dan konduktor http://alimuddinpln6.blogspot.co.id/2016/0
rusak. 7/strategi-penurunan-susut-teknik.html
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Wardana, Azis Nurrochma. “Konstruksi
metode FMEA (Failure Mode & Effect Analysis) Jaringan Distribusi Tegangan Menengah”
diketahui nilai RPN terbesar pada kegagalan 23 Februari 2017.
kawat atau konduktor rusak yaitu sebesar 250. https://www.slideshare.net/azis14/8313884
Penyebab dari rusaknya kawat atau konduktor 1-11komponenjtm
banyak diakibatkan oleh binatang yang hinggap Widyatama. “Analisis Penyebab Kecacatan
pada kawat atau konduktor satu dengan yang Produk Celana Jeans dengan Menggunakan
lainnya sehingga mengakibatkan kawat tersebut Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure
rusak. Mode and Effect Analysis(FMEA)”. 25
Februari
2017.http://repository.widyatama.ac.id/xm
lui/bitstream/handle/123456789/2468/SKR
IPSI%20FTA-FMEA.pdf?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai