Anda di halaman 1dari 30

REVIEW JURNAL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kualitas Daya Listrik

Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Surya Hardi., M.Sc

Oleh :
ALBERT PANJAITAN
NPM. 2020080008

PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM SUTI TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN 2021
JURNAL I

Judul Analisis Rugi Daya Rekonsiliasi Energi Jaringan Distribusi Tegangan


Menengah 20 KV pada Penyulang Nijang
Nama Jurnal Jurnal tambora
Volume dan Halaman Volume 4 no 3
Tahun 3 Oktober 2020
Penulis Ahmad Jaya, Wirentake, Mei Priyanto
Reviewer Albert Panjaitan
Tanggal 9 Juni 2021

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui rugi-rugi daya
pada saluran sistem 20 KV menggunakan aplikasi ETAP 12.6 dan
mengetahui nilai susut daya serta proses rekonsiliasi energy pada
Penyulang Nijang.
Subjek Penelitian PT. PLN UP3 Sumbawa Penyulang Nijang
Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif karena peneliti berangkat dari sebuah teori
(menguji sebuah teori) menuju data dalam bentuk angka dan berakhir
pada penerimaan atau penolakan dari teori yang telah diuji
kebenarannya.
Penelitian kuantitatif bertumpu sangat kuat pada pengumpulan data.
Data yang dimaksud berupa data yang diperoleh dari hasil pembacaan
titik transaksi untuk dimasukan dilakukan perhitungan dan analisa.
Karena itu, dalam penelitian ini statistik memegang peran sangat
penting sebagai alat untuk menganalisis jawaban suatu masalah.
Landasan Teori Sistem Tenaga Listrik
PLN (2010) tentang kriteria disain enjinering kontruksi jaringan distribusi
tenaga listrik menjelaskan bahwa suatu sistem tenaga listrik.
secara sederhana terdiri atas sistem pembangkit, sistem transmisi dan
gardu induk, sistem distribusi dan sistem sambungan pelayanan.
Sistem‐sistem tersebut saling berkaitan dan membentuk suatu sistem
tenaga listrik.

Gardu Distribusi
Gardu distribusi merupakan kumpulan / gabungan dari perlengkapan
hubung bagi baik tegangan menengah dan tegangan rendah.

Electric Transient and Analisys Program (ETAP)


ETAP merupakan program analisa grafik transient kelistrikan yang
dapat dijalankan dengan menggunakan program Microsoft® Windows®
2000, XP, Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang
komprehensif untuk desain dan testing power sistem. Program ETAP
dibuat oleh perusahaan Operation Technology, Inc (OTI) dari tahun
1983.
Hasil Penelitian Rugi Daya Penyulang Nijang Pada Simulasi ETAP 12.6
1. Tahap Perancangan Single Line Diagram (SLD)
Tahap perancangan SLD yang dilakukan yaitu menambahkan bagian-
bagian yang dibutuhkan diantaranya : power grid, penampang, trafo,
pengaman, dan beban (load). Selanjutnya bagian-bagian tersebut
digabungkan menggunakan bus.

2. Tahap Input Data pada ETAP 12.6


Pada tahap input data dilakukan pada bagian diantaranya :
penampang, trafo, beban (load), dan power grid. Hal ini dilakukan
karena akan berpengaruh pada hasil rugi daya.

3. Tahap pemodelan
Tahap Pemodelan ini dilaksanakan dengan menjalankan hasil
perancangan dan input pada bagian bagian peralatan yang selanjutnya
dilakukan simulasi untuk mengetahui rugi daya.

Hasil dari pemodelan terjadi voltage drop dari 0% sampai dengan


2,06% dan terjadi KW loses mencapai 21,157KW yang mengakibatkan
kerugian sebesar 3049,776 KWH

Nilai Susut Daya


Tabel hasil Susut Trafo
Dari Tabel di atas terdapat susu trafo sebesat 1559,64 KWH.

Nilai Susut Jaringan Distribusi


Perhitungan Susut Jaringan Distribusi menggunakan persamaan 2.7
dan persamaan 2.8. Perhitungan Susut Jaringan Distribusi dilakukan
dengan membagi 3 bagian sebagai berikut :
1. Penampang AAAC 70 mm2
LJTM = t × np × Prp × LLF
LJTM = 144 × 1 × 12,173 × 0,6575
LJTM = 1153 KWh

2. Penampang A3C/A3CS 150 mm2


LJTM = t × np × Prp × LLF
LJTM = 144 × 1 × 15,515 × 0,6575
LJTM = 1469 KWh

3. Penampang NA2XSEYBY150 mm2


LTM = LGD + LJTM
LTM = 1559,65 KWh + 2639 KWh
LTM = 4199 KWh
Perhitungan Susut Daya dengan Rekonsiliasi Energi
Rekonsiliasi energi dilakukan dengan membadingkan kWh yang ada di
pangkal jaringan penyulang nijang yaitu di kubikel dengan kWh yang
ada di gardu sepanjang jaringan penyulang nijang mulai dari tanggal 31
Januari 2020 sampai tanggal 5 Februari 2020. kWh di dapat dengan
cara mendownload titik transaksi (kWh Meter), berikut ini adalah
hasilnya.

Kesimpulan Analisis susut rekonsiliasi energi mempunyai hasil Susut Daya Paling
Besar dengan besar susut 10.657,38 kWh jika dibandingkan dengan
Simulasi ETAP 12.6 dengan hasil 3049,77 kWh dan Perhitungan
Manual sebesar 4198,64 kWh . Beberapa hal yang mempengaruhi
diantaranya :
a. Faktor sambungan yang menambah nilai resistansi pada
penampang atau gardu distribusi yang tidak diperhitungkan pada
Simulasi Etap 12.6 dan perhitungan manual.
b. Kondisi trafo yang ideal sehingga dianggap tidak ada rugi-rugi
Trafo yang di akibatkan unbalance trafo.
c. Error pengukuran pada rekonsiliasi energi bisa juga mempengaruhi
besarnya nilai rekonsiliasi energi.
Kekuatan Penelitian 1. Penulisan mempunyai struktur yang baik.
2. Data yang diambil langsung dari PT. PLN UP3 sehingga merupakan
data ril bukan perkiraan.
3. Hasil Penelitian ini bisa digunakan oleh PT. PLN untuk dapat
melakukan rekonsilisasi pada penyulang Nijang sehingga dapat
meminimalisir kerugian.
Kelemahan Penelitian 1. Tempat objek penelitian kurang dijelaskan pada pendahuluan.
2. Pada Landasan teori tidak dicantumkan atau dijelaskan teori tentang
rumus yang digunakan untuk menghitung nilai susut jaringan distribusi.

JURNAL II
Judul Analisis Mitigasi Voltage Sag Akibat Graound Fault
Menggunakan Dynamic Voltage Restorer di PT. PLN (Persero)
Gardu Induk Kayutangi Kalimantan Selatan
Nama Jurnal Jurnal Magnetica
Volume dan Halaman Vol. I 41 sampai 48
Tahun 1 September 2017
Penulis Ahmad Fauzan, Dr. Eng. Ir. I Made Wartana, MT, Ir. Taufik Hidayat,
MT
Reviewer Albert Panjaitan
Tanggal 10 Juni 2021

Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adala untuk meningkatkan power quality pada
jaringan distribusi.
Subjek Penelitian PT. PLN (persero) Gardu Induk Kayutangi Kalimantan Selatan.
Metode Penelitian Memasukan data ke dalam pemodelan PSCAD/EMTDC Power
Simulation
Gambar Flowchart Pemecahan Masalah

Landasan Teori A. Voltage Sag Voltage sag atau kedip tegangan adalah salah satu
faktor yang menyebabkan berkurangnya kualitas daya listrik.
Voltage sag terjadi karena penurunan nilai rms dari nilai nominalnya
yang terjadi dalam waktu singkat dari 10 ms sampai beberapa detik.
B. Dynamic Voltage Restorer (DVR)
suatu peralatan yang berguna untuk mengatasi kedip tegangan ataupun
voltage swell. Pada dasarnya DVR mempunyai suatu power circuit dan
suatu kontrol sirkuit. kontrol sirkuit atau rangkaian kendali yang
berfungsi sebagai pengatur parameter-parameter dari sinyal kendali
yang harus diinjeksikan oleh DVR pada sistem, diantaranya besaran,
frekuensi, pergeseran fasa, dll.
Adapun perhitungan dalam DVR sebagai berikut [10][11]:
indek modulasi (ma)

Menghitung kapasitansi dc pada DVR

Dimana : E = energi yang tersimpan


V = tegangan Vdc Menghitung tegangan fasa per unit

Dimana : 𝑉𝐿𝐿 = tegangan keluaran line to line dalam rms Menghitung


nilai puncak tegangan fasa

Gambar Rangkaian DVR

Hasil dan Analisis A. Analisi Mitigasi Voltage Sag Akibat Ground Fault Menggunakan
Hasil Dynamic Voltage Restore
Voltage sag menyebabkan berkurangnya kualitas daya listrik, namun hal
ini tidak bisa dihindari karena saat terjadinya gangguan tidak bisa
diketahui dengan pasti. Dengan pemasangan DVR diharapkan bisa
memperbaiki kualitas daya listrik pada saat terjadinya voltage sag.
Analisis mitigasi voltage sag akibat ground fault menggunakan DVR
dilakukan dengan bantuan Software PSCAD/EMTDC Power Simulation.
Software PSCAD/EMTDC power simulation merupakan graphical user
interface yang fleksibel dan powerful. Dengan software ini secara
skematik kita dapat mengkonstruksi rangkaian, menjalankan simulasi,
menganalisa hasil dan manajemen data dalam sebuah integrase yang
lengkap dalam hal grafis, termasuk control dan alat-alat ukur.
B. Single Line Diagram PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kayutangi
Kalimantan Selatan dalam software PSCAD/EMTDC power
simulation
menggambar rangkaian tersebut kedalam lembar kerja pada software
kemudian disimulasikan sesuai dengan urutan langkah kerja dan
menganalisis hasilnya.

Gambar Single line PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kayutangi


Kalimantan Selatan

Gambar Single Line Diagram PT. PLN PERSERO Gardu Induk


Kayutangi Kalimantan Selatan dalam software PSCAD/EMTDC
power simulation

Adapun data yang diinputkan pada Single Line Diagram PT. PLN
PERSERO Gardu Induk Kayutangi Kalimantan Selatan dalam software
PSCAD/EMTDC power simulation yaitu :
1. Data beban
2. Data Panjang Saluruan Penyulang
3. Data Transformator
4. Data Suplai ke Gardu Induk.

C. Pemodelan DVR pada Sistem


DVR dipasang pada penyulang yang sering terjadi gangguan untuk
mengurangi dampak voltage sag terhadap beban penyulang lainnya.

Gambar DVR dan pengontrol DVR

a. Menghitung kapasitansi dc pada DVR

b. Menghitung tegangan fasa per unit

c. Menghitung nilai puncak tegangan fasa

D. Hasil dan Analisis Hasil Perbaikan Kualitas Tegangan Akibat


Voltage Sag Menggunakan DVR
1. Analisis dan Simulasi Sebelum Pemasangan DVR
Pada simulasi pertama dilakukan untuk mengetahui profil tegangan
pada sistem PT. PLN PERSERO Gardu Induk Kayutangi Kalimantan
Selatan saat terjadinya gangguan ground fault pada penyulang 5
dengan fault resistansi 0,35 ohm, dengan periode 300 ms. Gangguan
terjadi pada sistem pada 0,25 second sampai 0,55 second. Simulasi ini
bertujuan untuk melihat dampak gangguan yang terjadi pada beban
penyulang lainnya.
1. Gangguan satu fasa ke tanah
Gambar Tegangan rms saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah
Terjadi gannguan satu fasa ke tanah. , tegangan rata-rata tiap beban
penyulang turun menjadi 0,969 p.u.
2. Gangguan dua fasa ke tanah

Gambar Tegangan rms saat terjadi gangguan dua fasa ke tanah


terjadi gangguan dua fasa ke tanah menyebabkan voltage sag yang
lebih besar jika dibandingkan dengan gangguan satu fasa ke tanah ,
tegangan rata-rata tiap beban penyulang turun menjadi 0,656 p.u.

3. Gangguan Tiga Fasa ke tanah


Gambar Tegangan rms saat terjadi gangguan tiga fasa ke tanah
Gambar di atas menunjukkan bahwa jatuh tegangan yang terjadi pada
saat gangguan tiga fasa ke tanah lebih besar jika dibandingkan dengan
gangguan ke tanah lainnya. Tegangan rata-rata pada tiap beban
penyulang yang terkena dampak gangguan turun menjadi 0,22 p.u.

2. Analisis dan Simulasi Sesudah Pemasangan DVR


Pada simulasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar DVR
dapat menginjeksikan tegangan untuk mengurangi dampak voltage sag
pada sistem kelistrikan di PT. PLN PERSERO Gardu Induk Kayutangi
Kalimantan Selatan, yang mana DVR diletakkan di titik penyulang yang
paling sering terjadi gangguan dengan tujuan untuk bisa mengurangi
dampak yang lebih baik ke beban penyulang lainnya.
1. Gangguan dua fasa ke tanah

Gambar Tegangan rms saat terjadi gangguan dua fasa ke tanah setelah
pemasangan DVR

Gambar di atas menunjukkan setalah dilakukan pemasangan DVR pada


Penyulang 5, dapat mengurangi dampak dari gangguan dua fasa ke
tanah yang terjadi, yang mana sebelum pemasangan DVR tegangan
awalnya turun menjadi 0,656 p.u
Gambar Perbandingan sebelum dan sesudah pemasangan DVR pada
saat terjadinya gangguan dua fasa ke tanah

2. Gangguan Tiga fasa ke tanah

Gambar Tegangan rms saat terjadi gangguan tiga fasa ke tanah setelah
pemasangan DVR

Gambar di atas menunjukkan bahwa setelah pemasangan DVR saat


terjadinya gangguan tiga fasa ke tanah dapat mengurangi voltage sag
yang terjadi, yang mana sebelum pemasangan DVR tegangan rata-rata
pada beban penyulang waktu terjadi voltage sag menjadi 0,22 p.u,
Kesimpulan dan A. Kesimpulan
Saran 1. Saat terjadi gangguan voltage sag pada 0,25 second dengan
durasi gangguan 300 ms, yaitu turun menjadui0,96975 p.u.
meskipun demikian masih dalam batas aman yaitu di atas 0,90.
Pada gangguan dua fasa ke tanah, tegangan rata-rata pada 4
beban penyulang yang terkena dampak gangguan turun menjadi
0,6565 p.u dan saat terjadi gangguan tiga fasa ke tanah, tegangan
rata-rata pada 4 beban penyulang yang terkena dampak gangguan
turun menjadi 0,22 p.u.
2. Setelah dilakukan pemasangan DVR, voltage sag yang terjadi saat
gangguan dua fasa ke tanah, tegangan rata-rata pada 4 beban
penyulang naik menjadi 0,963 p.u. dan saat terjadinya gangguan
tiga fasa ke tanah, tegangan rata-rata pada 4 beban penyulang
naik menjadi 0,92925 p.u.
B. Saran
Untuk menganilis dampak voltage sag yang lebih baik pada PT. PLN
(Persero) Gardu Induk Kayutangi Kalimantan Selatan, maka jika
memungkinkan sebaiknya data yang diperoleh untuk data gangguan
mencatat kapan terjadinya voltage sag yang terjadi dilapangan agar
dapat diketahui seberapa besar terjadinya voltage sag yang terjadi dan
berapa banyak beban yang dipakai konsumen pada saat terjadinya
voltage sag tersebut.
Kekuatan 1. Judul sudah jelas menjelaskan letak penelitian.
2. Pembahasan hasil analisis jelas dengan di dukung data perhitungan
pemodelan dan gambar dari hasil pemodelan.

Kelemahan 1. Pada metode penelitian kurang jelas metode apa yang digunakan.
2. Tujuan dari penelitian kurang tidak secara detil atau kuat di jelaskan.

JURNAL III
Judul Analisis Transient Stability Gangguan Short Circuit 3 Phase Dan
Generator Trip Pada Sub Sistem Paiton Dan Grati
Nama Jurnal Jurnal EECCIS
Volume dan Halaman Vol. 14, Hal. 132 sampai 139
Tahun 3 Desember 2020
Penulis Guntur Yanuar Astono, Abraham Lomi, Hadi Suyono
Reviewer Albert Panjaitan
Tanggal 10 Juni 2021

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui stabilitas transien Sub Sistem Paiton dan Grati dari gangguan
Short Circuit 3 Phase dan Generator Trip.
Subjek Penelitian Sub Sistem Paiton dan Grati yang merupakan bagian dari Sistem Kelistrikan
Jawa Timur (Region IV Jawa-Bali)
Metode Penelitian 1. Studi Literatur pada penelitian ini berkaitan dengan transient stability pada
sistem interkoneksi
2. Data yang digunakan adalah data aliran daya UP2B Jawa Timur yang terdiri
dari data pembangkitan, beban gardu induk, data bubar dan penghantar.
3. Analisis transient stability untuk mengetahui perubahan frekuensi, tegangan,
serta perbahan sudut rotor dari gangguan yang terjadi menggunakan simulasi
Etap 12.
4. Analisis stablitas transien berdasarkan jenis gangguan yaitu short circuit 3
phase pada transmisi 150 kV dan generator trip Pembangkit Paiton. Pada
gangguan short circuit 3 phase dilakukan penentuan waktu CCT untuk
pengamanan sistem.
5. Penarikan kesimpulan yaitu memberikan penilaian secara kualitatif
berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Metode penelitian sesuaidengan Flowchart di bawah ini


Landasan Teori Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
1. Kestabilan Steady-State
2. Kestabilan Transien
3. Kestabilan Dinamis

Gangguan Kecil
Gangguan kecil adalah gangguan dengan perubahan sisi beban atau sisi pembangkit
dengan acak, perlahan, dan meningkat atau menurun.
Gangguan besar
Gangguan besar adalah gangguan menyebabkan perubahan secara mendadak di
tegangan bus yang seharusnya langsung dihilangkan.

Pembahasan Setelah menggambarkan pemodelan Sub Sistem Paiton dan Grati dalam bentuk single
line diagram software ETAP 12.6, maka selanjutnya akan dilakukan dimulasi stabilitas
transien meliputi kasus short circuit 3 phase transmisi 150 kV dan generator paiton trip
dengan studi kasus seperti tabel di bawah ini.
Pada kasus ini, short circuit disebabkan oleh saluran 150 kV yang menghubungkan Bus
Grati dan Bus GDTAN terkena gangguan hubung singkat 3 phase, sehingga dilakukan
anilisis dengan mensimulasikan hubung singkat pada saluran tersebut.

Dapat dilihat pada gambar 6 ketika terjadi hubung singkat 3 phasa maka setelah
dilakukan pemutusan waktu CCT 97 ms respon sudut rotor generator Grati, Paiton, dan
Sengguruh mengalami osilasi, akan tetapi dapat kembali dalam kadaan steady state
pada detik ke 10. Osilasi terbesar terjadi pada generator Grati GT 2.2 yaitu sebesar
162,50 degree.

Dapat dilihat pada gambar 7, respon frekuensi antara bus Grati dan bus Gondangwetan
ketika terjadi gangguan frekuensi sistem mengalami osilasi maksimal sebesar 55,47 Hz
dan minimal 49,18 Hz tetapi frekuensi sistem atau bus dapat kembali mencapai steady
state pada 50,38 Hz.
Dapat dilihat pada gambar 8 skema load shedding IBT 500/150 kV GITET Paiton yang
dibagi menjadi beberapa tahap.

Ketika pembangkit PAITON2 lepas dengan daya pembangkitan sebesar 300 MW maka
sudut rotor semua generatror pada sistem akan mengalami perubahan.
yaitu, pada generator GT 1.1, GT 1.2, GT 1.3 PLTGU Grati nilainya 11,01 degree turun
menjadi -4,07 degree dan steady state pada 23,39 degree. Kemudian pada generator
GT 2.1 nilainya 2,28 degree turun menjadi -13,51 degree dan steady state pada 18,30
degree. Waktu yang dibutuhkan semua generator untuk mencapai kondisi stabil /
steady state sebelum dilakukan load shedding yaitu 20 detik.

Dari gambar di atas bisa dilihat perubahan sudut rotor setelah dilakukan load shedding,
semua generator mencapai kondisi stabil / steady state dengan waktu 10 detik. Pada
generator GT 1.1, GT 1.2, GT 1.3 PLTGU Grati perubahan sudut rotor nilainya 11,01
degree turun menjadi -0,02 degree dan steady state pada 15,65 degree. Kemudian
pada generator GT 2.1 nilainya 2,28 degree turun menjadi -8,24 degree dan steady
state pada 7,29 degree. Waktu yang dibutuhkan semua generator untuk mencapai
kondisi stabil / steady state sebelum dilakukan load shedding yaitu 10 detik.
- Pada saat generator paiton mengalami trip, perbandingan kurva antara daya aktif
dan tegangan pada bus 150 kV mengalami penurunan. Sebelum sistem mengalami
gangguan daya aktif pada bus 150 kV sebesar 525,6 MW dan tegangan
menunjukkan 150,8 kV. Setelah paiton mengalami trip aliran daya aktif 342 MW
dan tegangan turun menjadi 122 kV

- perbandingan antara daya reaktif dan tegangan pada bus 150 kV ketika sistem
mengalami gangguan paiton trip dan dilakukan laod shedding. Sebelum gangguan
daya reaktif yang melewati bus 150 kV yaitu 88,5 Mvar dan tegangan 150,8 kV.
Setelah sistem dilakukan load shedding, daya reaktif menunjukkan 51,6 Mvar dan
tegangan 147,7 kV.
Kesimpulan Dari hasil simulasi stabilitas transien pada sistem interkoneksi Paiton dan Grati yang
mengalami gangguan short circuit 3 pashe dan generator paiton trip maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Gangguan short circuit 3 phase transmisi bus Grati – Gondangwetan diperoleh nilai
critical clearing time sebesar 0,97 ms.
2. Sistem interkoneksi Paiton dan Grati saat mengalami generator Paiton trip tegangan
transmisi 70 kV turun menjadi 78,75 %, tegangan transmisi 150 kV turun menjadi 81,24
%, dan tegangan transmisi 500 kV turun menjadi 82,02 % sehingga perlu dilakukan load
shedding
3. Respon sudut rotor ketika mengalami generator Paiton trip mengalami osilisasi dan
mencapai kondisi steady state dengan waktu 20 detik. Seteleh dilakukan load shedding
respom sudut rotor dapat mencapai kondisi steady state dengan waktu 10 detik.
Kekuatan 1. Hasil dari tulisan ini dapat digunakan oleh Unit Pembangkit Sub Sistem Paiton
dan Grati untuk dapat meminimalisir kerugian akibat oleh gangguna short circuit.
2. Penjelasan lengkap dan detil disertai dengan gambar grafik dan kurva serta
table hasil analisis.
3. Menggunakan reverensi yang banyak baik buku maupun jurnal yang
berkaitan dengan tema tulisan.
Kelemahan 1. Tujuan penulisan tidak secara jelas di bahas atau ditulis.
2. Tidak dijelaskan pemodelan yang digunakan dalam menganalisis data
JURNAL IV
Judul Analisis Pengaruh Ketidakseimbangan Beban dan Harmonisa Terhadap Arus Netral Pada
Trafo Distribusi 8 kapasitas 500 KVA di PPSDM Migas Cepu
Nama Jurnal Jurnal Listrik, Instrumentasi dan Elektronika Terapan,
Volume dan Halaman Vol. 1, No. 2 Halaman 28 sampai 33
Tahun Desember 2020
Penulis Riki Khomarudin, Lukman Subekti
Reviewer Albert Panjaitan
Tanggal 10 Juni 2021

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar nilai arus pada saluran netral dan
kandungan harmonisa yang terdapat pada sistem distribusi akibat sistem penggunaan
dan beban yang terpasang.
Subjek Penelitian PPSDM Migas Cepu
Metode Penelitian Pengumpulan data menggunakan alat ukur clamp meter
Landasan Teori 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi Tenaga Listrik dmerupakan sistem penyaluran tenaga listrik dari
pembangkitan atau sumber Tegangan Menengah (TM) menuju pusat-pusat
pembebanan di masing-masing penyulang
2.Transformer Transformer atau Trafo
Adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah tenaga listrik antar dua rangkaian
listrik yaitu disisi primer dan disisi sekunder melalui induksi elektromagnetik.
3. Ketidakseimbangan beban antar saluran pada trafo distribusi dapat diketahui
besarannya
4. Harmonisa
adalah gangguan gelombang sinus di sistem tenaga listrik yang terjadi dalam sistem
distribusi tenaga listrik yang disebabkan adanya distorsi gelombang arus dan tegangan.
5 Arus netral akibat beban tidak seimbang
6. Arus netral akibat harmonisa

Pembahasan 1. Data Trafo.


Sebagai hipotesis data karena adanya arus di sisi saluran netral, maka dilakukan
pengukuran pertama adanya arus di saluran netral dengan menggunakan alat ukur tang
ampere. Didapatkan hasil pengukuran arus di masing-masing saluran fasa dan saluran
netral seperti tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran

Arus terukur yang digunakan untuk analisis mengacu sesuai dengan data Inominal pada
tabel 1. Inominal merupakan besar nilai arus yang terukur dengan alat ukur.
Data Trafo S = 500 kVA
V = 380 VAC (line to line)

Pengaruh beban tidak seimbang terhadap arus netral Perhitungan besarnya arus pada
saluran netral merupakan penjumlahan akibat adanya beban yang tidak seimbang.
Besarnya nilai ketidakseimbangan dari analisis diatas sebesar 4.6%. Dari adanya arus
netral tersebut dapat menyebabkan rugi-rugi saluran penghantar. Rugi-rugi inilah yang
menyebabkan terjadinya panas di saluran penghantar, terutama di penghantar sisi
netral.
IR = 346A
IS = 306A
IT = 318A
Cos φ = 0.86 (terukur)
φ 0 = 30.860
Sehingga dari nilai faktor daya (Cos φ = 0.86 (terukur)) diperoleh besar sudut 30.860 .
Untuk mencari arus sisi netral akibat ketidakseimbangan beban digunakan persamaan
7, persamaan 8 dan persamaan 9 berikut,
𝐼𝑅 ⃑ = 346∠(0 +φ) 0
= 346+ 𝑐𝑜𝑠 30.68)+ (𝑗346 sin 30.680 )
= 297.6 + (j176.5) 𝐼𝑆 ⃑⃑
= 306∠(120 + 30.68) 0
= 346+ cos(150.68) +(𝑗306 sin 150.680 )
= -266.8 + (j149.8) 𝐼𝑆 ⃑⃑
= 318∠(240 + 30.68) 0
= 318+ cos 270.680 )+ (𝑗318 sin 270.680 )
= 3.77 + (-j317.98)
Sehingga untuk menghitung arus netral dengan menjumlahkan dari ketiga arus masing-
masing saluran penghantar dari hasil perhitungan dengan penjumlahan vektor,
didapatkan :
𝐼𝑛 ⃑ = 𝐼𝑅 ⃑ +𝐼𝑆 ⃑⃑ + 𝐼𝑇 ⃑
= 297.6 + (j176.5) +(-266.8+(149.8))+3.77+(-j317.98)
=34.57 + j8.32 =35.6 ∠13.50 = 36 A
Jadi memang terdapat arus disisi netral akibat dari beban yang tidak seimbang
Kesimpulan 1. Nilai pembebanan arus fasa R adalah 192,8A, fasa S adalah 121,8A, dan fasa T
adalah 199,1A dengan nilai terukur di saluran Netral sebesar 12,0A.
2. Prosentase pembebanan trafo saluran terdiri-dari fasa R sebesar 46%, saluran fasa
S sebesar 40.3 %, saluran fasa T sebesar 42 %. Dengan nilai ketidakseimbangan
pembebanan didapatkan hasil perhitungan sebesar 4.6 %.
1. 3. Pada harmonisa tegangan didapatkan nilai THDv fasa R sebesar 1.7%, fasa S
sebesar 1.5%, dan fasa T sebesar 1.6%. Dengan tegangan kerja pengukuran
dibawah 1 kV dengan batas harmonisa 8.0 %, maka harmonisa tegangan masih
memenuhi standart.
Kekuatan 1. Hasil dari perhitungan dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas daya
listrik di PPSDM Migas Cepu
2. Data yang dihasilkan cukup jelas.
Kelemahan 1. Latar belakang masalah pada pendahuluan kurang tajam untuk bisa
mengangkat penulisan tersebut.
2. Metode penelitian yang dilakukan tidak jelas.
JURNAL V
Judul Analisis Pengaruh Beban Tak Seimbang Terhadap Harmonisa pada Variable Speed Fasa
Tiga
Nama Jurnal Sigma Epsilon
Volume dan Halaman Vol.18 No. 3, Hal. 78-88
Tahun November 2014
Penulis Riki Khomarudin, Lukman Subekti
Reviewer Albert Panjaitan
Tanggal 10 Juni 2021

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban tak seimbang terhadap
harmonisa pada Variable Speed Drive (VSD) fasa tiga.
Subjek Penelitian Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) BATAN
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode merangkai perangkat keras dan dibuatkan
perangkat lunak analisisnya.
Perhitungan ketidakseimbangan beban menggunakan Aplikasi Matlab.
Landasan Teori 1. Variable Speed Drive (VSD)
D sebenarnya berisi rangkaian flip flop yang berfungsi sebagai saklar secara bergantian
terhadap listrik DC sehingga menghasilkan listrik AC dengan frekuensi yang diinginkan.
Bentuk gelombang yang dihasilkan pada rangkaian VSD adalah berupa gelombang kotak
atau gelombang sinus

2. Jaringan Instalasi Tiga Fasa


Jaringan fasa tiga empat kawat terdiri dari tiga kawat fasa yang memiliki tegangan yang
tergeser 1200 , serta sebuah kawat netral yang merupakan tempat kembalinya arus
yang berasal dari ketiga fasa.Tegangan saluran VAB mendahului VBC sejauh 120o dan
VBC mendahului VCA sejauh 1200 .
Pembahasan Hasil pengukuran tanpa beban sebelum VSD pada frekuensi 50 Hz pada
domain waktu terlihat bahwa gelombang hasil pengukuran mengandung distorsi
pada fasa R, fasa S, serta fasa T. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
penggunaan VSD sebagai sistem penggerak antara sumber jala-jala listrik AC dengan
beban yang digunakan.

Pengukuran Tegangan Sesudah VSD dengan Beban


Hasil pengukuran tegangan fasa R, fasa S dan fasa T pada frekuensi 50Hz dalam domain
waktu menunjukkan gelombang kotak yang berjumlah lima gelombang, karena waktu
yang digunakan hanya 0,5 detik dan jika dalam 1 detik maka berjumlah lima puluh
gelombang kotak. Hasil pengukuran gelombang yang dihasilkan mengalami gangguan
harmonisa (terdistorsi), yang ditandai dengan bentuk gelombang yang tidak sinusiodal
(mengandung riak) serta berbentuk gelombang kotak pada fasa R, fasa S serta fasa T.
Gelombang kotak timbul karena komponen berbasis swiching yang digunakan pada
VSD.
Pengukuran arus sebelum VSD dengan beban.
Grafik hasil pengukuran arus pada sisi sebelum VSD dalam domain waktu seperti
terlihat pada Gambar 8 berikut ini :
Gambar 9 mendemontrasikan hasil pengukuran arus pada frekuensi 50 Hz pada fasa R,
fasa S dan fasa T. Hasil pengukuran arus pada frekuensi 50 Hz dalam domain waktu
menujukkan bahwa gelombang yang dihasilkan tidak berbentuk sinusiodal, tetapi
berbentuk gelombang kotak serta terdistorsi.

Gambar 10 adalah hasil pengukuran harmonik arus sesudah VSD terhadap beban pada
fasa R sebesar 0 Watt, fasa S sebesar 0 Watt dan fasa T sebesar 300 Watt

Gambar 11 dan Gambar 12 menunjukkan grafik pengaruh variasi ketidakseimbangan


terhadap THDi sebelum dan sesudah VSD. Besarnya THDi pada sisi input lebih besar dari
pada THDi pada sisi output. THDi pada sisi input adalah berkisar sebesar 55% hingga
90%

Kesimpulan 1. VSD yang digunakan merupakan kombinasi dari konverter-inverter yang mengubah
tegangan AC fasa tiga ke tegangan DC sebelum disusun menjadi tegangan AC fasa
tiga kembali. Semakin besar nilai ketidakseimbangan maka semakin meningkatkan
nilai THDi yang dihasilkan.
2. Pada fasa T menunjukkan harmonik yang muncul adalah harmonik ganjil, yaitu
harmonik ke-3, ke-5, ke-7, dan ke9. Hasil pengukuran tersebut terlihat harmonik
ke-3 adalah harmonik yang mempunyai nilai terbesar bila dibandingkan dengan
harmonik lainnya
Kekuatan 1. Hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui kualitas daya listrik sebelum
dan sesudah VSD.
2. Hasil pembahasan cukup, diperkuat dengan hasil perhitungan Matlab berupa
grafik.

Kelemahan 1. Pada judul tidak disebutkan subjek penelitiannya.


2. Teori dasar kurang jelas teori apa saja yang digunakan dalam penelitian ini
JURNAL VI

Judul Monitoring Stabilitas Transien Pada Sistem Tenaga Listrik


Nama Jurnal Jurnal Riset Sains dan Teknologi e-ISSN: 2549-9750 Volume 3 No. 2 September 2019, 69
-76
Volume dan Halaman No. 2 September 2019, 69 -76
Tahun September 2019
Penulis Dian Nova Kusuma Hardani , Abi Aditya Triyanda, Winarso
Reviewer Albert Panjaitan
Tanggal 10 Juni 2021

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa stabil transien yang muncul akibat adanya
pelepasan beban dan jumlah kerugian yang diakibatkan oleh gangguan ketika
Peristiwa alih hubung pada rangkaian listrik yang dapat menyebabkan adanya
sentakan tegangan dan arus yang disebut dengan arus transien.

Subjek Penelitian Gardu Induk Kalibakal APP Purwekerto


Metode Penelitian Pengambilan data jaringan langsung dari lapangan yaitu otoritas yakni APP
Purwekerto
Landasan Teori -
Pembahasan Transient pada Power Grid U2
Pada simulasi ini terdapat satu buah power grid yang lepas yaitu U2. Power grid ini
mensuplai daya aktif sebesar 33,1 MW dengan MVA short circuit sebesar 149 MVAsc.
Kondisi transien terjadi selama 3 detik pada saat salah satu power grid lepas U2
tersebut. Data beberapa komponen sistem tenaga listrik yang diperoleh pada saat
simulasi ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.

Perubahan tegangan sebelum dan setelah mengalami gangguan terlihat signifikan.


Turunnya tegangan pada sistem ini akan mempengaruhi kualitas sistem tenaga listrik
yang ada. Sedangkan besarnya frekuensi sebelum dan sesudah mengalami gangguan
tidak terjadi perubahan.
Transien pada saat power grid dan Feeder 11 Lepas
Pada skenario tahap kedua Power grid dan PMT pada feeder 11 dilepas, Feeder 11
mensuplai daya sebesar 1559,27 kW, sehingga jumlah beban yang dilepas sebesar
1559,27 KW. Waktu transien saat feeder 11 lepas selama 0,2 detik. Tabel 3 menunjukan
data dari beberapa komponen sistem tenaga listrik yang terlihat pada saat dilakukan
simulasi.

Transien pada saat Power Grid, Feeder 14, dan 11 Lepas


Pada skenario tahap ketiga PMT pada feeder 14, feeder 11 dan power grid dilepaskan.
Feeder 14 mensuplai daya sebesar 17007,06 KW dan fedder 11 mensuplai 1559,27 KW,
sehingga pada tahap ketiga ini jumlah beban yang dilepaskan adalah sebesar 18566,33
KW. Waktu transien pada saat feeder 14 lepas 0,20 detik.
Kesimpulan 1. Hasil simulasi skenario pertama yang dilakukan pada saat pelepasaan salah
satu power grid dengan daya lepas 33,1 MW diperoleh tegangan pulih akibat
transien selama 3 detik dengan daya suplai awal sisi input 150 kV menjadi
132,1 kV dan sisi output awal mula 19,8 kV menjadi 17,4 kV.
2. Saat skenario 2 dijalankan yaitu power grid dan feeder 11 lepas dengan
waktu tegangan pulih 0,2 detik terjadi kenaikan di sisi input dan output
sebesar 139,3 kV dan 18,4 kV, sedangkan pada saat skenario
3. Saat lepasnya power grid, feeder 11, dan feeder 14 dengan waktu tegangan
pulih selama 0,2 detik, kenaikan tegangan di sisi input dan output sebesar
144,4 kV dan 19,1 kV.
4. Kerugian yang dihasilkan akibat dari gangguan transien cukup besar.

Kekuatan 1. Tempat penelitian yang tidak dijelaskan dari awal.


2. Pada Pendahuluan kurang ditonjolkan permasalahan pada GI Kalibakal
sebagai alasan Penelitian ini dibuat.
3. Tidak ada dasar teori dari penelitian ini

Kelemahan 1. Pada judul tidak disebutkan subjek penelitiannya.


2. Teori dasar kurang jelas teori apa saja yang digunakan dalam penelitian ini
3. Tidak ada dasar teori dari penelitian ini

Anda mungkin juga menyukai