Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SUSUT DAYA LISTRIK PADA PENYULANG 20 KV GARDU

INDUK MAJALAYA

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Elektro pada Program Studi Teknik Elektro

Oleh :
Muhammad Rizki Gumelar
NIM : 1704414

PROGRAM STUDI S1 - TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang tingkat konsumsi energi
listriknya sangat besar di Indonesia. Energi listrik menempati posisi vital di Jawa
Barat, mengingat sektor ini menyangkut kebutuhan dasar masyarakat luas yang
meliputi rumah tangga, industri, pemerintahan, dan lembaga (Arif Budianto, 2019).
Kabupaten Bandung khususnya Majalaya dan sekitarnya merupakan salah satu daerah
di Jawa Barat yang kebutuhan listriknya semakin meningkat karena berdirinya pabrik-
pabrik di daerah tersebut.
Sementara itu, untuk optimalisasi penyaluran listrik, PLN terus melakukan
pembangunan transmisi. Seperti proyek transmisi dan Gardu Induk (GI) seperti Bay
Coupler GI 150 kV Cirata yang telah beroperasi tanggal 10 Maret 2019, Bay Trafo #3
GI 150 kV Cibeureum telah beroperasi tanggal 11 Maret 2019 dan GIS 150 kV
Bandung Timur Baru yang sudah beroperasi sejak 31 Juli 2019. Selanjutnya, gardu
Induk dan Transmisi lainnya yang beroperasi tahun 2019 adalah GITET 500 kV
Bandung selatan Extension dan SUTT 150 kV Bandung Timur - Ujung Berung
(Rahmat Saefulloh, 2019).
Sistem jaringan kelistrikan meliputi bagian pembangkitan, transmisi, dan
distribusi. Sistem pembangkit merupakan sumber utama dalam pembangkitan tenaga
listrik, dan sistem transmisi yaitu penghantar yang menyalurkan tenaga listrik jarak
jauh dari pusat pembangkit ke pusat beban melalui transmisi, sedangkan sistem
distribusi berfungsi sebagai sistem yang menyalurkan atau mendistribusikan energi
listrik ke konsumen.
Tenaga listrik di salurkan melalui jalur transmisi yang menghasilkan sebagian
besar daya dari stasiun pembangkit ke pusat beban dan konsumen. Kerugiannya adalah
kerugian teknis atau non teknis. Mempelajari berbagai jenis kerugian yang tak
terhitung selama transmisi listrik. Kerugian teknis terdiri dari kerugian korona, efek
joule, kerugian magnetik dan efek kulit. Sementara kerugian non teknis termasuk,
pencurian listrik, vandalism gardu listrik, pembacaan meteran yang buruk, akutansi
yang yang buruk dan pencatatan, dan lain lain. Dalam penyaluran energi listrik untuk
mendapatkan konsumen akhir dalam bentuk yang tepat dan kualitas, kerugian
transmisi dan distribusi harus dikurangi seminim mungkin. Sistem ketenagalistrikan
terdapat banyak kasus yang dihadapi, baik dalam segi teknis maupun non teknis.
Gangguan – gangguan tersebut bermula dari area pembangkitan listrik, penyaluran
transmisi hingga penyaluran distribusi. Gangguan ini sudah pasti merugikan konsumen
bahkan pihak penyuplai listrik PT.PLN (Persero) secara global akan mendapat
kerugian yang sangat besar.
Permasalahan yang dihadapi PLN saat ini khususnya untuk bidang distribusi
adalah besarnya rugi energi, baik secara teknis ataupun non teknis. Rugi energi listrik
merupakan persoalan krusial, rugi – rugi adalah selisih antara energi listrik yang
dibangkitkan dengan jumlah energi listrik yang telah dipakai pelanggan. Rugi daya
listrik distribusi meliputi jaringan tegangan menengah hingga jaringan tegangan
rendah yang terdiri dari rugi teknis dan non teknis (20kV / 380V ) rayon padalarang.
Rugi energi menjadi pembahasan penting pada saat ini karena terkait dengan kualitas
daya yang akan dihantarkan kepada pelanggan serta membuka potensi pendapatan
bagi perusahaan karena susut yang terjadi akan mengurangi potensi penjualan daya
oleh perusahaan

Penyaluran tenaga listrik melalui jaringan distribusi dari pusat gardu induk ke beban
mengakibatkan adanya energi yang hilang pada saluran karena berubah menjadi panas.
Energi yang berubah menjadi panas ini sering disebut rugi-rugi daya jaringan atau
susut energi jaringan. Rugi energi jaringan ini merupakan hal yang alamiah, sehingga
tidak dapat dihindari. Rugi energi jaringan ini merupakan kerugian energi yang
dialami oleh penyedia yang akhirnya menjadi tanggungan konsumen berupa
bertambahnya harga energi. Dengan demikian sangat diperlukan upaya untuk
memperkecil rugi energi jaringan untuk mendukung upaya efisiensi penggunaan
energi secara global dan harga energi listrik yang relatif murah sampai ke konsumen.

Penyaluran tenaga listrik melalui jaringan distribusi dari pusat gardu induk ke beban
mengakibatkan adanya energi yang hilang pada saluran karena berubah menjadi panas.
Energi yang berubah menjadi panas ini sering disebut rugi-rugidaya jaringan atau
susut energi jaringan. Susut energi jaringan ini merupakan hal yang alamiah, sehingga
tidak dapat dihindari. Susut energi jaringan ini merupakan kerugian energi yang
dialami oleh penyedia yang akhirnya menjadi tanggungan konsumen berupa
bertambahnya harga energi. Dengan demikian sangat diperlukan upaya untuk
memperkecil susut energi jaringan untuk mendukung upaya efisiensi penggunaan
energi secara global dan harga energi listrik yang relatif murah sampai ke konsumen.
Sistem tenaga listrik di wilayah UPJ Padalarang dilayani dari Gardu Induk 150 kV
Padalarang terdiri dari 2 buah trafo daya dengan kapasitas masing-masing 60 MVA.
Dari gardu induk distribusi energi listrik dilakukan dengan menggunakan beberapa
penyulang tegangan menengah yang terhubung secara loop yang dipisahkan dengan
saklar pemisah. Jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) ini dioperasikan secara
radial.
Sebagai gambaran, susut energi yang terjadi di wilayah PT. PLN APJ Cimahi untuk
tahun 2005 sampai dengan 2009 tercatat rata-rata 9 %. Untuk tahun 2009, susut energi
kumulatif di UPJ Padalarang tercatat sebesar 146.332.693 kWh. Susut energi di
wilayah Lebaksari yaitu sebesar 2.192.730 kWh. Susut energi ini tentunya perlu
diupayakan agar nilainya minimum, sehingga sistem distribusi di wilayah APJ Cimahi
dapat lebih efisien. Penelitian ini memanfaatkan Software ETAP 7.0 dengan metode
Newton Rhapson untuk simulasi aliran daya. Selanjutnya dalam proses ini dapat
memberikan data besarnya losses pada jaringan distribusi primer.

Referensi
1. https://ekbis.sindonews.com/berita/1431925/34/rasio-elektrifikasi-di-jawa-
barat-capai-999
2. https://www.wartaekonomi.co.id/berita242360/lewat-forum-stakeholder-pln-
bakal-ciptakan-listrik-jabar-juara.html
3.

Anda mungkin juga menyukai