I. PENDAHULUAN
Keandalan sistem tenaga listrik dari hulu hingga hilir diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pasokan energi listrik kepada pelanggan. PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya)
berpartisipasi penuh mendukung pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dalam
mewujudkan Jakarta kian benderang. Sehingga dalam menunjang keandalan sistem
kelistrikan DKI Jakarta, pemerintah dan PLN dapat membangun berbagai fasilitas seperti
gardu induk pasangan dalam atau GIS, gardu distribusi serta jaringan-jaringan distribusi
dengan konfigurasi spindel. Syarat-syarat tersebut dapat meminimalisir terjadinya
pemadaman listrik bahkan tanpa padam. Walaupun nilai investasi cukup besar tetapi jakarta
mulai dominan menjadi daerah bisnis yang membutuhkan pasokan listrik yang andal.
Sehingga cocok diterapkan di jakarta karena peningkatan jumlah beban listrik yang cukup
pesat.
Saat ini di jakarta sudah ada tiga kawasan tanpa terjadi pemadaman listrik yaitu istana
negara, mega kuningan, dan sudirman bussiness central district (SCBD). Selanjutnya
direncanakan tambahan dua lokasi lagi, di kawasan Dukuh Atas dan kompleks Gelora Bung
Karno. Secara bertahap akan diterapkan di seluruh DKI Jakarta. Sistem konfigurasi jaringan
spindel sangat efektif diterapkan di kota besar dengan menggunakan saluran kabel tegangan
menengah. Dengan diterapkannya konfigurasi ini dapat menjadikan jakarta sebagai kota tak
pernah padam. Didukung oleh regulasi serta kualitas dari fasilitas sistem ketenagalistrikan.
II. ISI
Jaringan Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah :
a. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan).
b. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi.
Jaringan distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk ke gardu distribusi, yang
dikenal dengan jaringan tegangan menengah, sedangkan jaringan distribusi sekunder adalah
jaringan distribusi dari trafo distribusi hingga konsumen atau beban, yang lebih dikenal
1
dengan jaringan tegangan rendah. Di Indonesia tegangan pada jaringan tegangan menengah
yang digunakan adalah sebesar 20 kV.
2.1 Pola Jaringan Distribusi Primer
Pada saluran distribusi dikenal berbagai macam jenis feeder (penyulang), ada yang
sebagai feeder primer dan ada yang sebagai feeder sekunder. Jenis-jenis feeder ini sangat
diperlukan dalam memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan pada pelanggan.Secara umum
konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai 2 konsep konfigurasi:
a. Jaringan distribusi Radial
b. Jaringan bentuk tertutup
Jaringan bentuk tertutup yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika
terjadi gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (black‐out) dapat dikurangi
atau bahkan dihindari.
2
Berdasarkan konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6 penyulang
operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan konfigurasi spindel penuh
adalah 85 %. Ujung‐ujung penyulang berakhir pada gardu yang disebut Gardu Hubung
dengan kondisi penyulang operasi “NO” (Normally Open), kecuali penyulang cadangan
dengan kondisi “NC” (Normally Close).
Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu pola kombinasi
jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang
tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu
Hubung (GH).
3
oleh daya kapasitif yang dihasilkan oleh kabel tanah. Jadi konfigurasi spindel dan
penggunaan kael tanah sangat baik diterapkan di wilayah DKI Jakarta.
III. KESIMPULAN
Menjadikan suatu kota bebas pemadaman listrik bukanlah suatu hal yang mustahil.
Menggunakan konfigurasi spindel dan kabel tanah pada jaringan distribusi primer dapat
meminimalisir pemadaman dan memperbaiki kualitas tegangan. Program zero down time
memiliki nilai investasi yang cukup besar dan sangat baik diterapkan pada daerah yang
pertumbuhan ekonominya cukup pesat seperti Jakarta. Jika, zero down time berhasil tentu
akan meningkatkan citra PLN. Kemudian kerugian akibat tak bisa menjual listrik saat
pemadaman juga hilang. Setelah sukses diterapkan di SCBD dan Mega Kuningan,
kedepannya seluruh Jakarta akan dibuat tak pernah padam.