TENAGA LISTRIK
SEMESTER 1
Kelas
XI
ii | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
Penulis
:
JARINGAN Syufrijal
DISTRIBUSI
TENAGA Readysal Monantun
Reviewer
LISTRIK :
Suyitno
PAKET
KEAHLIAN
Soeprijanto
TEKNIK
KETENAGALI
Wisnu Djatmiko
STRIKAN Grafis
:
Semester 1 TIM
SMK
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | iii
Kata Pengantar
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan
proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan.
Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan buku
siswa dan buku guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada
Kurikulum 2013. Buku siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai
untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang
sesuai.
Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi
itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning)
melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah
(problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan
kemampuan mencipta .
Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis
kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan
pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku
ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya
untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.
Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak
berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini
merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami
harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu,
kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah,
editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah mudahan, kita dapat memberikan yang
terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan
generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 33
Menguntungkan dari
segi ekonomis
Bentuk sistem jaringan distribusi
Bila terjadi gangguan loop ini ada 2 macam yaitu :
pada salauran maka
saluran yang lain Bentuk open loop, dilengkapi
dapat menggantikan dengan normally open switch yang
untuk menyalurkan terletak pada salah satu bagian
daya listrik gardu distribusi dan dalam
keadaan normal rangkaian selalu
Konstinuitas terbuka. Skema rangkaian loop
penyaluran daya listrik terbuka dapat dilihat pada gambar
lebih terjamin 2.7.
Faktor penggunaan
konduktor lebih
rendah, yaitu 50 %
Bentuk close loop, dilengkapi dengan normally close switch yang terletak pada salah satu
bagian diantara gardu distribusi dan dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup. Skema
rangkaian loop tertutup dapat dilihat pada gambar 2.8
Jaringan distribusi spindel merupakan saluran kabel bawah tanah tegangan menengah
(SKTM) yang penerapannya cocok di kota-kota besar. Sistem jaringan spindel biasanya
terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu penyulang dalam
keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban
dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, sedangkan saluran yang dioperasikan tanpa
beban dinamakan "express feeder".
Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan
pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan
pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan operasi normal. Konfigurasi jaringan
sistem spindel dapat dilihat pada gambar 2.9 dan 2.10.
Dalam keadaan normal semua saluran digardu hubung (GH) terbuka sehingga semua SKTM
beroperasi radial.
Dalam keadaan normal saluran ekspress tidak dibebani dan dihubungkan dengan rel di gardu
hubung dan digunakan sebagai pemasok cadangan dari gardu hubung.
Bila salah satu seksi dari SKTM mengalami gangguan, maka saklar beban di kedua ujung
seksi yang terganggu dibuka. Kemudian sisi gardu induk (GI)
36 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
150 KV
PMT 20 KV
Sistem jaringan
distribusi spindel
sangat cocok untuk 20 KV
memenuhi kebutuhan-
PMT 20 KV
kebutuhan antara lain:
Peningkatan
keandalan / kontinuitas
pelayanan sistem.
Untuk pelanggan yang tidak boleh padam (pelanggan VVIP) misalkan: Istana Presiden,
Gedung MPR, bandar udara dan rumah sakit maka tenaga listrik disuplai dengan pola
jaringan spot network dengan minimal 2 penyulang sekaligus plus Automatic Change Over.
Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara
terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa pusat
pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara paralel. Sistem ini merupakan pengembangan
dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem yang paling baik serta dapat
diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau lebih sumber tenaga listrik. Selain itu
jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder. Konfigurasi jaringan sistem spot network
dapat dilihat pada gambar 2.11.
38 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
dapat digunakan pada daerah-
daerah yang memiliki kepadatan
tinggi dan mempunyai kapasitas
dan kontinuitas pelayanan yang
sangat baik. Gangguan yang
terjadi pada salah satu saluran
tidak akan mengganggu
kontinuitas pelayanan. Sebab
semua titik beban terhubung
paralel dengan beberapa sumber
tenaga listrik.
Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network. Sistem ini
menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang dikehendaki
bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus menerus
(tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas. Hanya saja sistem
ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan perencanaan yang cukup matang. Untuk
perkembangan dikemudian hari, sistem interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan
merupakan sistem yang mempunyai kualitas yang cukup tinggi. Konfigurasi jaringan sistem
interkoneksi dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12 : Konfigurasi Jaringan Sistem Interkoneksi
Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu pusat pembangkit tenaga listrik mengalami
kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke pusat
40 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
daerah kepadatan beban cukup
tinggi dan luas.
pembangkit lain. Untuk
pusat pembangkit Memiliki keterandalan dan kualitas
yang mempunyai sistem yang tinggi.
kapasitas kecil dapat
dipergunakan sebagai Apabila salah satu pembangkit
pembantu dari pusat mengalami kerusakan, maka
pembangkit utama penyaluran tenaga listrik dapat
(yang mempunyai dialihkan ke pusat pembangkit
kapasitas tenaga listrik lainnya.
yang besar). Apabila
beban normal sehari- Bagi pusat pembangkit yang
hari dapat diberikan memiliki kapasitas lebih kecil,
oleh pusat pembangkit dapat dipergunakan sebagai
tenaga listrik tersebut, cadangan atau pembantu bagi
sehingga ongkos pusat pembangkit utama (yang
pembangkitan dapat memiliki kapasitas tenaga listrik
diperkecil. yang lebih besar).
Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan
rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani.
Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat
ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder disalurkan kepada para pelanggan
melalui kawat berisolasi. Jaringan distribusi sekunder dapat dilihat pada gambar 2.13.
Pada jaringan tegangan rendah 380/220V ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan (PLN,
1992: NP). Dalam satu tiang saluran tegangan rendah (STR) dapat disambung maksimum 5
sambungan layanan pelanggan (SLP), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.14.
42 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
2.15. Dengan tetap memperhatikan
jatuh tegangan yang diijinkan. Jarak
sambungan maksimum dari tiang ke
rumah terakhir 150m, dan jarak
sambungan maksimum dari tiang ke
rumah atau dari rumah kerumah,
maksimum 30m.
Tegangan
Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tegangan menengah (TM)
dan tegangan rendah (TR). Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang 1 kV sampai
dengan 30 kV. Untuk negara Indonesia, tegangan menengah yang digunakan adalah 20 kV yaitu
tegangan antar phasa-phasa. Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari
gardu induk (GI) menuju gardu-gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan
menengah. Dilihat dari pengawatannya, sistem distribusi tegangan menengah dibagi menjadi dua
macam yaitu:
Sistem distribusi 20 kV tiga phasa 3 kawat dengan pentanahan netral tinggi dan sistem distribusi 20
kV dengan pentanahan netral rendah
Tegangan rendah pada saluran distribusi adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan tegangan rendah.
Penyaluran saluran distribusi pada tegangan rendah (TR) dilakukan dengan menggunakan sistem
satu phasa dua kawat dan sistem tiga phasa empat kawat yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri
menggunakan tegangan rendah 380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan
antar phasa dan tegangan 220 V yang merupakan tegangan phasa-netral.
44 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Gambar 2.18.
Sistem Tiga
Phasa Empat
Kawat Pada Trafo
Distribusi
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 45
Seperti terlihat pada gambar 2.18, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung
bintang/star dan saluran netral diambil dari titik bintangnya. Rumus tegangan 3 phasa adalah
sebagai berikut:
V
Vp L
Keterangan,
Daya
Daya semu (kVA) yang dikirimkan dalam jaringan distribusi terdiri dari daya aktif (kW) dan
daya reaktif (kVar). Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu dapat
digambarkan dalam segitiga daya seperti terlihat pada Gambar 2.19.
S2 = P2 + Q2
P = S cos θ
Q = S sin θ
Daya listrik pada sistem 1 phasa dapat dirumuskan sebagai berikut :
S
(V ) .(I )*
1
S1V
S1V
cos () j
sin ()
Karena sudutadalah merupakan sudut phasa antara tegangan dan arus, jadi sama dengan sudut θ,
sehingga persamaan day
Daya aktif,
P3ɸ= 3 VP . IP Cos θ(kW )
S3ɸ= √3L. I L* V
Jika suatu beban seimbang dihubungkan bintang (Y), maka tegangan pada masing-masing impedansi adalah tegangan saluran dibagi √ dan
arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi tersebut sama dengan arus saluran, atau :
√
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 47
Keterangan,
sehingga daya aktif yang masuk ke beban hubung bintang (Y) adalah
P3ɸ= 3 VP . IP Cos θ
=3
.
. IL . Cos θ
=3
.
. IL . Cos θ
√
√3L. I L VCos θ
(Δ)adalah
P3ɸ= 3 VP . IP
Cos θ
=3
=
. VL .
√3L. I L VCos θ
. Cos θ
=3
. VL .
. Cos θ
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 49
Faktor Daya,
cos θ= 0,75
θ= cos-1 (0,75)
θ= 41,410
VP = 240 V
P1ɸ = Vp . Ip Cos θ
240 . 20 . 0,75
3600 W
3,6 kW
Total daya aktif pada beban dengan menggunakan sistem
3 phasa adalah
P3ɸ= 3 P1ɸ
3 . 3600
10800 W
10,8 kW
atau
P = √3. I VCos θ
3ɸ L L
√3.416 . 20 . 0.75
10807 W
10,8 kW
Q1ɸ = Vp . Ip sin θ
240 . 20 . 0,6614
3175 Var
3,2 kVar
50 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
beban dengan menggunakan
sistem 3 phasa adalah S3ɸ= 3 S1ɸ
Total daya reaktif
pada beban dengan 3 . 4,8
menggunakan sistem
3 phasa adalah Q3ɸ= 14,4 VA
3 Q1ɸ
atau,
3 . 3175 S = √3. I * V
3ɸ L L
9525 Var
√3.416 . 20
9,5 kVar
14410,66 VA
atau
Q = √3. I Vsin 14,4 VA
θ
3ɸ L L
Contoh soal 2
√3.416 . 20 . sin
41,410 Sebuah saluran distribusi tiga
phasa 380 V mensuplai beban
9531 Var hubung delta dengan arus saluran
10 A dengan faktor daya sebesar
9,5 kVar 0,85. Hitunglah:
Tegangan beban
Daya semu pada
beban per phasa, Arus beban
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 51
Faktor Daya,
cos θ= 0,85
θ= cos-1 (0,85)
θ= 31,790
IP = 5,77 A
220 . 10 . 0,85
1870 W
1,9 kW
P3ɸ= 3 P1ɸ
3 . 1870
5610 W
5,6 kW
atau
P = √3. I VCos θ
3ɸ L L
√3.380 . 10 . 0.85
5594,5 W
5,6 kW
220 . 10 . 0,5268
1159 Var
1,2 kVar
52 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
√3.380 . 10 . sin
31,790
√5,05
Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya berjauhan
seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran
dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Rugi-rugi pada saluran distribusi meliputi rugi-rugi
daya listrik dan rugi-rugi tegangan saluran. Rugi-rugi tegangan biasanya dikenal dengan istilah
jatuh tegangan (drop voltage). Rugi-rugi saluran dan rugi-rugi trafo tersebut memberi pengaruh
yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai
tegangan yang melebihi batas toleransi akan menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan
listrik pada sisi konsumen. Selain itu, rugi-rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian
finansial di sisi pengelola energi listrik. Rugi-rugi pada jaringan distribusi disebabkan karena
saluran distribusi mempunyai hambatan, reaktansi dan kapasitansi. Nilai kapasitansi saluran
distribusi biasanya kecil sehingga dapat diabaikan. Untuk memudahkan perhitungan dalam
menganalisa jaringan distribusi sistem tiga phasa maka dibuat rangkaian ekuivalen saluran satu
phasa seperti terlihat pada gambar 2.22.
Keterangan gambar:
VS
VS
54 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Dari gambar rangkaian ekuivalen saluran distribusi diatas maka didapat persamaan berikut:
VS = VR + I . Z
= R+jX
Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar atau bisa dikatakan
bahwa adanya perbedaan tegangan antara tegangan kirim dan tegangan terima. Jatuh tegangan pada
suatu saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Jika ada arus yang mengalir melalui saluran
distribusi maka akan terjadi penurunan tegangan sepanjang saluran. Dengan demikian tegangan pada
pusat beban tidak sama dengan tegangan pengiriman. Penurunan tegangan terdiri dari dua komponen
yaitu:
Berdasarkan rangkaian ekuivalen saluran distribusi diatas, maka persamaan jatuh tegangan didapatkan
dari diagram vektor arus dan tegangan pada saluran distribusi seperti yang terlihat pada gambar 2.23.
Pada Gambar 2.23 dapat diperhatikan bahwa persamaan tegangan yang mendasari diagram vektor
tersebut adalah :
= I (R . cos θ + X . sin θ)
V = I (R cos θ+ X sin θ)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 55
V3ɸ = √3 .
V1ɸ
V3ɸ = √3 .
I (R cos θ+ X sin θ) (volt )
keterangan,
Besarnya jatuh tegangan pada saluran distribusi per phasa atau 3 phasa dapat dinyatakan
dalam per unit (pu) atau dalam persentase (%), yaitu:
Vpu
pu
atau,
Vpu
pu
atau,
% V
= Vpu . 100
Berdasarkan SPLN 72 : 1987 dapat dikatakan bahwa maka sebuah jaringan tegangan
menengah harus memenuhi kriteria jatuh tegangan (drop voltage) sebagai berikut :
Rugi-Rugi Daya
Dalam penyalurannya, tenaga listrik mengalami rugi –rugi daya listrik yang besar karena
luasnya daerah yang membutuhkan suplai tenaga listrik dari jaringan distribusi. Rugi-rugi
daya listrik pada saluran distribusi dibagi menjadi 2 bagian yaitu: rugi-rugi daya aktif dan rugi-
rugi daya reaktif.
rugi-rugi (3ɸ)
rugi-rugi(1ɸ)
Prugi-rugi (3ɸ)
56 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
keterangan,
Rugi-rugi daya aktif
I = arus yang mengalir dalam
Besar rugi daya aktif jaringan (A)
ditentukan oleh
kuadrat arus (I2) dan R = hambatan dalam penghantar
resistansi jaringan (R) (ohm)
yang merupakan
representasi jarak
saluran. Dengan kata
lain, elemen yang Rugi-rugi daya reaktif
paling
Besar rugi daya reaktif ditentukan
berpengaruh terhadap oleh kuadrat arus (I2) dan
besarnya rugi –rugi reaktansi jaringan (X) yang
daya aktif adalah merupakan representasi jarak
besarnya arus dan saluran. Dengan kata lain, elemen
besarnya resistansi yang paling
jaringan. Resistansi
jaringan akan sangat berpengaruh terhadap besarnya
dipengaruhi oleh jarak rugi –rugi daya reaktif adalah
saluran itu sendiri. besarnya arus dan besarnya
reaktansi jaringan. Reaktansi
jaringan akan sangat dipengaruhi
oleh jarak saluran itu sendiri.
Rugi-rugi daya aktif
per phasa dapat dilihat
pada persamaan
berikut: Rugi-rugi daya reaktif per phasa dapat
dilihat pada persamaan berikut:
Prugi-rugi(1ɸ) = I2 . R
(watt) Q = I2 . X (Var)
sedangkan rugi-rugi
daya aktif tiga phasa sedangkan rugi-rugi daya reaktif
adalah tiga phasa adalah
= 3. I2 . R (watt) Q = 3. I2 . X (Var)
= 3 . P1ɸ = 3 . Q1ɸ
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 57
Contoh Soal 3.
Suatu saluran distribusi tiga phasa dengan tegangan 20 kV mensuplai beban hubung bintang
di titik A seperti terlihat pada gambar 2.24, arus beban adalah 100 A dengan faktor daya
sebesar 0,8 sedangkan impedansi saluran distribusi adalah 0,55 + j 0,5 ohm.
Hitunglah:
Daya aktif beban per phasa serta daya aktif beban 3 phasa
Daya reaktif beban per phasa serta daya reaktif beban 3 phasa
Jawab:
VP = 11,55 kV
= cos-1 (0,8)
= 36,870
Z = 0,55 + j 0,5 ῼ
0,074 kV atau,
0,64
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 59
b. Rugi-rugi daya saluran distribusi adalah rugi-rugi daya aktif dan rugi-rugi daya reaktif
Prugi-rugi (1ɸ) = I2 . R
(100)2 . 0,55
10.000 . (0,55)
5500 W
5,5 kW
3 . 5,5
16,5 kW
0,0165 MW
Qrugi-rugi (1ɸ) = I2 . X
(100)2 . 0,5
10.000 . (0,5)
5000 Var
5 kVar
15 kVar
0,015 MVar
60 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
2771,28 kW
P1ɸ = Vp . Ip cos θ
Daya reaktif pada beban per
11,55 . 100 . 0,8 phasa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
924 kW
Q1ɸ = Vp . Ip sin θ
0,92 MW
11,55 . 100 . sin 36,870
2772 kW
Daya reaktif pada beban 3 phasa
2,77 MW adalah:
2079 kVar
√3.20 . 100 . 0.8
2,08 MVar
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 61
atau,
Q = √3. I Vsin θ
3ɸ L L
2078,46 kVar
2,08 MVar
Daya Semu pada beban per phasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus
1155 kVA
1,15 MVA
S3ɸ = 3 S1ɸ
3 . 1155
3465 kVA
3,46 MVA
atau,
S = √3. I * V
3ɸ L L
√3.20 . 100
3464,1 kVA
3,46 MVA
0,0165 + 2,8
2,82 MW
62 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
phasa serta total daya reaktifnya
Contoh Soal 4
Sistem distribusi
sekunder 3 phasa 4
kawat dengan
tegangannya 416 V
mensuplai beban
hubung bintang di titik
A, B, C seperti
ditunjukkan pada
gambar 2.25.
Hitunglah : Gambar 2.25. Saluran Distribusi 3
phasa Mensuplai Beban A, B dan C
Jatuh tegangan
saluran distribusi
Beban A
Arus beban, IA = 30 A
θ = cos-1 (1)
θ = 00
Beban B
Arus beban, IB = 20 A
θ = cos-1 (0,5)
θ = 600
Beban C
Arus beban, IC = 50 A
= cos-1 (0,9)
= 25,840
V = I (R cos θ+ X sin θ)
Beban A
Impedansi saluran di titik A adalah impedansi saluran dari output trafo ke titik A Z = R + j X
ZA = Z(trafo-A)
ZA = 0,05 + j 0,01 ῼ
Jatuh tegangan saluran distribusi pada beban per phasa di titik A adalah VA (1ɸ) = I (R cos θ+
X sin θ)
30 [ (0,05 . 1) + (0) ]
30 (0,05 + 0)
30 (0,05)
1,5 Volt
64 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
sehingga besarnya
persentase jatuh Jatuh tegangan saluran distribusi
tegangan saluran pada titik B per phasa adalah
distribusi di titik A
adalah % VA = VA (pu) . VB (1ɸ) = I (R cos θ+ X sin θ)
100
20 [ (0,15 . 0,5) + (0,03 . sin 600) ]
= 0,00625 . 100 =
0,625
20 [(0,15 . 0,5) + (0,03 . 0,866) ]
Beban B
20 (0,075 + 0,02598)
Impedansi saluran di
20 (0,101)
titik B adalah
impedansi saluran
dari output trafo ke 2,02 Volt
titik A ditambah
atau,
dengan impedansi
saluran dari titik A ke Jatuh tegangan pada saluran
B. distribusi per unit di titik B adalah
, Z =R+jX
VB (pu) (pu)
=0,00842 pu
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 65
% VB = VB (pu) . 100
0,00842 . 100
0,842
Beban C
Impedansi saluran di titik C adalah impedansi saluran dari output trafo ke titik A ditambah
dengan impedansi saluran dari titik A ke B ditambah dengan impedansi saluran dari titik B
ke C.
, Z =R+jX
Jatuh tegangan saluran distribusi pada beban per phasa di titik C adalah VC (1ɸ) = I (R cos
θ+ X sin θ)
50 (0,18 + 0,03488)
50 (0,2148)
10,744 Volt
atau,
VC (pu) (pu)
=0,0448 pu
sehingga besarnya persentase jatuh tegangan saluran distribusi di titik C adalah % VC = VC
(pu) . 100
0,0448 . 100
4,48
66 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Ʃ V(1ɸ) = VA + VB + Beban A
VC
Daya aktif pada beban A per
1,5 + 2,02 + 10,744 phasa
atau, 240 x 30 x 1
Ʃ Vpu (pu)
Daya aktif pada beban A dengan
sistem 3 phasa
3 . 7,2
sehingga total besarnya
persentase jatuh 21,6 kW
tegangan saluran
distribusi adalah
atau
Ʃ V = Ʃ V . 100 P = √3. I VCos θ
pu
A (3ɸ) L L
0,0594 . 100
√3.416 . 30 . 1
5,94
21615 W
21,6 kW
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 67
Beban B
PB (1ɸ) = V . IB cos θ
240 x 20 x 0,5
2400 W
2,4 KW
PB (3ɸ) = 3. PB (1ɸ)
3 . 2,4
7,2 kW
atau
P = √3. I VCos θ
B (3ɸ) L L
√3.416 . 20 . 0,5
7205,33 W
7,2 kW
Beban C
PC(1ɸ) = V . IC cos θ
240 x 50 x 0,9
10800 W
10,8 KW
PC (3ɸ) = 3. PC (1ɸ)
3 . 10,8
32,4 kW
atau
P = √3. I VCos θ
C (3ɸ) L L
√3.416 . 50 . 0,9
32433,99 W
32,4 kW
20,4 kW
68 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Beban B
Total daya aktif pada beban 3
phasa ƩP3ɸ= 3 . ƩP1ɸ Daya reaktif pada beban B
per phasa
3 . 20,4
QB(1ɸ) = V . IB sin θ
61,2 kW
240 . 20 sin 600
0,0612 MW
240 x 20 x 0,866
atau
4156,8 Var
Total daya aktif pada beban 3
phasa adalah 4,156 kVar
0,612 MW 3 . 4,156
12,468 kVar
Daya reaktif per phasa untuk
masing-masing beban Beban 0,0125 MVar
A
atau
Daya reaktif pada beban A Q = √3. I Vsin θ
per phasa B (3ɸ) L L
Beban C
QC(1ɸ) = V . IC sin θ
240 . 50 . 0,436
5232 Var
5,232 kVar
QC (3ɸ) = 3. QC(1ɸ)
3 . 5,232
15,696 kVar
0,0157 MVar
atau
Q = √3. I Vsin θ
C (3ɸ) L L
√3.416 . 50 . 0,436
15707,62 Var
15,707 kVar
0,0157 MVar
0 + 4,156 + 5,232
9,389 kVar
3 . 9,389
28,167 kVar
0,0282 MVar
atau
0 + 12,48 + 15,707
28,194 kVar
0,0282 MVar
70 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
0,0216 MVA
√3.416 . 20
√3.416 . 30
14410 VA
21615 VA
14,41 kVA
21,6 kVA
0,0144 MVA
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 71
Beban C
SC(1ɸ) = V . IC*
240 . 50
12000 VA
12 kVA
SC (3ɸ) = 3. SC(1ɸ)
3 . 12
36 kVA
0,036 MVA
atau
S = √3. I * V
C (3ɸ) L L
√3.416 . 50
36026,66 VA
36,027 kVA
0,036 MVA
0,72 + 4,8 + 12
17,52 kVA
3 . 17,52
52,56 kVar
0,0526 MVar
atau
2,16 + 14,41 + 36
52,57 kVA
0,0526 MVA
72 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
22,457 kVA
Daya semu pada output trafo distribusi dengan sistem 3 phasa adalah
3 . 22,457
67,371 kVA
Sehingga total daya semu pada output trafo distribusi per phasa adalah 22, 457 KVA
sedangkan faktor daya pada trafo distribusi adalah:
∑
cos = θ
0,908 (lagging)
Rugi-rugi daya saluran distribusi adalah rugi-rugi daya aktif dan rugi-rugi daya reaktif
Beban A
(30)2 . 0,05
900 . 0,05
45 W
0,045 kW
3 . 45
135 W
0,135 kW
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 73
(30)2 . 0,01
900 . 0,01
9 Var
0,009 kVar
3.9
18 Var
0,018 kVar
Beban B
400 (0,15)
60 W
0,060 kW
3 . 60
180 W
0,180 kW
Rugi-rugi daya reaktif per phasa di titik B adalah
(20)2 . (0,01+0,02)
(20)2 . 0,03
400 . 0,03
12 Var
0,012 kVar
74 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
3 . 500
Rugi-rugi daya reaktif 3 phasa
di titik B adalah 1500 W
3 . 12
Rugi-rugi daya reaktif per
36 Var phasa di titik C adalah
2500 (0,2)
Rugi-rugi daya reaktif 3
500 W phasa di titik C adalah
45 + 60 + 500
605 W
0,605 kW
ƩP = 3P. Ʃ
(rugi-rugi 3ɸ) (rugi -rugi 1ɸ)
3 . 605
1815 W
1,815 kW
9 + 12 + 200
221 Var
0,221 kVar
ƩQ = 3 . Ʃ Q
(rugi-rugi 3ɸ) (rugi -rugi 1ɸ)
3 . 221
661 Var
0,661 kVar
0,605 + 20,4
21,005 kW
Rugi-Rugi Transformator
Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus diperhatikan. Rugi - rugi tersebut adalah :
Rugi-rugi Tembaga
Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif yang dimiliki oleh
tembaga pada bagian kumparan trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder. Rugi-rugi tembaga
dirumuskan sebagai berikut :
PCU = I2 R
keterangan,
Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-rugi panas yang terjadi pada bagian inti trafo. Perubahan fluks yang
dihasilkan tegangan induksi pada inti trafo (besi) menyebabkan arus berputar pada bagian inti trafo. Arus
eddy akan mengalir pada bagian inti trafo dan akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo yang
kemudian menimbulkan panas. Rugi-rugi arus eddy dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pe = Ke . f2. BM2
keterangan,
Rugi-rugi Hysterisis
Rugi-rugi hysterisis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan daerah magnetik pada
bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut dibutuhkan energi. Akibatnya akan
menimbulkan rugi-rugi terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas pada bagian
inti trafo.
Ph = Kh . f2. BM2
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 77
keterangan,
Dalam membuat analisa jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV dilakukan dengan menggunakan
rangkaian listrik dengan parameter utama berupa jaringan distribusi tegangan menengah, beban trafo
distribusi dan tegangan sisi sekunder trafo tenaga di gardu induk atau sumber lainnya sebagai tegangan
standar. Parameter jaringan distribusi meliputi impedansi, resistansi dan reaktansi dari pada penghantar dan
transformator yang terpasang.
Untuk komponen lain yang berpotensi mempengaruhi kinerja sistem distribusi, namun sulit dinyatakan
secara kuantitatif, dianggap tidak memiliki parameter yang mempengaruhi analisa jaringan, termasuk dalam
hal ini adalah konektor jaringan (sambungan/percabangan) maupun ketidakseimbangan beban. Untuk kedua
hal tersebut analisa dan rekomendasi perbaikannya dilakukan secara kualitatif. Analisa jaringan distribusi
dapat dilakukan dengan menggunakan software Aplikasi ETAP.
ETAP Power Station merupakan salah satu software aplikasi yang banyak digunakan untuk mensimulasikan
sistem tenaga listrik. Secara umum ETAP dapat digunakan untuk simulasi hasil perancangan dan analisis
suatu sistem tenaga listrik yang meliputi:
Setiap komponen sistem tenaga listrik dapat digambarkan dalam worksheet atau ruang kerja program
dengan lambang-lambang tertentu. Spesifikasi masing-masing komponen dapat disesuaikan keadaan
sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih sesuai data umumnya yang
dapat diambil dari library atau data yang ada pada program. Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas
dan rating trafo, kapasitas dan tegangan beban dan lain-lain. Adapun tampilan Program ETAP Power Station
sebagaimana tampak ada gambar 2.26.
78 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
tenaga listrik yang digunakan
dalam program Etap:
generator). Level tegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang dihubungkan
dengan bus tersebut.
Beban yaitu peralatan listrik yang memanfaatkan atau menyerap daya dari jaringan. Salah
satu jenis beban sistem tenaga listrik adalah static load, merupakan beban yang tidak banyak
mengandung motor listrik, sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem ketika
start. Spesifikasi yang pokok pada sebuah static load adalah kapasitas daya dan faktor daya
atau cos Ɵ.
Contoh Soal 5.
Buatlah program Etap untuk menganalisa jaringan distribusi untuk mendapatkan aliran daya,
jatuh tegangan, rugi-rugi daya serta effisiensi saluran distribusi seperti terlihat pada gambar
2.27.
Bus 1 : 150 kV
Bus 3 = Bus 5 = 20 kV
Buktikan apakah hasil dari simulasi analisis jaringan distribusi sama seperti hasil yang
didapat dengan perhitungan seperti contoh soal 3.
Jawab:
Langkah-langkah
dalam menggunakan
program Etap untuk
contoh tampilan di
atas adalah: 1) Untuk
membuka program
Etap klik icon Etap
seperti terlihat pada
gambar 2.28.
Gambar 2.28.
Membuka Program
Etap
Gambar 2.29 Pemberian Nama
File
Klik tombol maximize window dan hasil tampilan window pada program Etap akan terlihat
seperti ditunjukkan pada gambar 2.31.
Gambar 2.31. Tampilan Awal Pembuatan Program Etap
Pada menu bar, klik project lalu standards kemudian isikan data seperti terlihat pada
gambar 2.32.
82 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Gambar 2.32.
Pengisian Standar
Project
Klik komponen high voltage circuit breaker (CB1) satu kali pada AC element, lalu klik satu
kali pada one line diagram untuk meletakkannya. Ubah posisi high voltage circuit breaker
ke bentuk horizontal. Kemudian hubungkan power grid dengan high voltage circuit breaker
seperti terlihat pada gambar 2.36. Jika benar, warna high voltage circuit breaker akan
berubah, tidak abu-abu lagi.
Gambar 2.36. Cara Meletakkan CB dan Menghubungkan ke Power Grid
Klik komponen bus satu kali pada AC element, lalu klik satu kali pada one line diagram
untuk meletakkannya. Ubah posisi bus ke bentuk horizontal. Kemudian hubungkan high
voltage circuit breaker (CB1) dengan bus bar dengan cara mengklik dan drag ujung high
voltage circuit breaker ke bus bar seperti terlihat pada gambar 2.37.
84 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Klik dua kali pada 2-winding transformer, lalu isikan data pada tab Info dan setting rating
sesuai dengan data yang ada, dengan tegangan primer 150 kV dan tegangan sekunder 20
kV dan kapasitas daya 10 MVA, kemudian klik typical Z & X/R dan akan muncul secara
otomatis nilai impedansi trafo seperti terlihat pada gambar 2.40.
Tempatkan High Voltage Circuit Breaker (CB7), Bus Bar dan High Voltage Circuit Breaker
(CB9) lalu sambungkan CB7 ke trafo, CB7 ke Bus Bar dan Bus Bar ke CB9 seperti terlihat
pada gambar 2.41.
Gambar 2.41. Cara Meletakkan dan Menghubungkan CB7, Bus3 dan CB9
86 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
jenis kabelnya.
Tempatkan
komponen kabel dari
AC elemen ke one
line diagram lalu
hubungkan high
voltage circuit
breaker (CB9)
dengan kabel dengan
meng-click and drag
ujung high voltage
circuit breaker ke
kabel (Cable1)
seperti terlihat pada
gambar 2.42.
Tempatkan Static Load dari AC element lalu hubungkan dengan Bus bar seperti terlihat
pada gambar 2.45.
Gambar 2.45. Cara Meletakkan Beban dan Menghubungkan ke Bus 5
Double click pada static load, lalu isikan data pada tab info beban (lihat gambar 2.46) dan
loading sesuai dengan data di atas seperti ditunjukkan pada gambar 2.47
88 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Gambar 2.47.
Pengisian Data
Loading Static
Load
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 89
Klik load flow analysis lalu klik study case load flow bergambar koper seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.48.
Gambar 2.48. Cara Masuk ke dalam Pemilihan Metode Perhitungan Aliran Daya
Isikan parameter study load flow sesuai kebutuhan dimana simulasi akan dilakukan seperti
terlihat pada gambar 2.49.
Gambar 2.49. Pemilihan Metode Perhitungan Analisa Aliran Daya
Lakukan simulasi aliran daya (Load Flow) dengan menekan ikon seperti terlihat pada gambar
2.50 dan hasil simulasi akan terlihat pada gambar 2.51.
90 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Gambar 2.52
Laporan Hasil
Aliran Daya
Komplit
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 91
Tampilan data hasil simulasi aliran daya jika memilih Losses pada load flow report manager
akan terlihat pada gambar 2.54.
Tampilan data hasil simulasi aliran daya jika memilih bus loading pada load flow report
manager akan terlihat pada gambar 2.55.
Gambar 2.55. Laporan Hasil Total Beban Pada Setiap Bus
92 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
% V = 0,64
%Vd = 0,64
2.
Rugi-rugi daya saluran
Rugi-rugi (Losses)
Gambar 2.56.
Laporan Hasil Branch
Loading
No.
Hasil Perhitungan
Manual 3.
Hasil Simulasi Total Beban
program Etab Total Beban (Bus Total Load) di
Bus 5
Q3ɸ= 2,08 MW
MVar = 2,044
Rangkuman
Pola konfigurasi jaringan pada distribusi primer terdiri dari 4 tipe yaitu sistem radial, sistem lup,
sistem spindel dan sistem spot network. Sistem distribusi dengan pola radial merupakan sistem
distribusi yang paling banyak digunakan karena konstruksinya sederhana dan ekonomis
dibandingkan dengan pola jaringan distribusi yang lain. Tenaga listrik yang disalurkan secara radial
melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan secara terpisah satu sama lainnya.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik-titik beban yang dilayani. Sistem radial terdiri atas
fider (feeders) atau penyulang yang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Konfigurasi jaringan sistem radial terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu sistem radial terbuka dan sistem
radial paralel. Penyaluran tenaga listrik pada sistem radial terbuka hanya dilakukan dengan
menggunakan satu saluran saja sedangkan sistem radial paralel dapat menyalurkan tenaga listrik
melalui dua saluran yang diparalelkan sehingga bila salah satu saluran mengalami gangguan,
maka saluran yang satu lagi dapat menggantikan, dengan demikian pemadaman tak perlu terjadi.
Sistem jaringan loop dapat menyalurkan daya listrik melalui satu atau dua saluran feeder yang
saling berhubungan, dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus beban.
Pada saat terjadi gangguan, atau setelah gangguan dapat diisolir, maka pemutus ditutup sehingga
aliran daya listrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak terhenti. Bentuk sistem jaringan
distribusi loop terdiri dari 2 bagian yaitu sistem loop terbuka dan sistem loop tertutup. Pada sistem
loop terbuka dilengkapi dengan normally open switch yang terletak pada salah satu bagian gardu
distribusi dan dalam keadaan normal rangkaian selalu terbuka sedangkan pada sistem loop
tertutup dilengkapi dengan normally close switch yang terletak pada salah satu bagian diantara
gardu distribusi dan dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup
Sistem jaringan spindel biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan
satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang beroperasi dalam
keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, sedangkan saluran yang
dioperasikan tanpa beban dinamakan "express feeder". Fungsi "express feeder" dalam hal ini
selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga
berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada
keadaan operasi normal.
Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara terus-
menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa pusat pembangkit
tenaga listrik yang bekerja secara paralel.
Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network. Sistem ini
menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang dikehendaki bekerja
secara paralel sehingga apabila salah satu pusat pembangkit tenaga listrik mengalami kerusakan,
maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke pusat pembangkit lain walaupun daerah
kepadatan beban cukup tinggi dan luas.
94 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
pada rumus berikut:
Jaringan distribusi S2 = P2 + Q2
sekunder bermula
dari sisi sekunder P = S cos θ
trafo distribusi dan
berakhir hingga ke
Q = S sin θ
alat ukur (meteran)
pelanggan. Pada
jaringan tegangan Daya listrik pada sistem 1 phasa
rendah 380/220V dapat dirumuskan sebagai berikut :
ada beberapa
ketentuan yang perlu Daya aktif,
diperhatikan yaitu P1ɸ = Vp . Ip Cos (θkW )
dalam satu tiang Daya reaktif,
saluran tegangan Q1ɸ= Vp . Ip
rendah (STR) dapat Sin θ(kVar )
disambung Daya semu,
maksimum 5 S1ɸ= Vp . Ip*
sambungan layanan
pelanggan (SLP).
( kVA )
Dalam satu
sambungan layanan
pelanggan, dapat S1ɸ = P1ɸ+ j Q1ɸ
disambung seri
maksimum 5
pelanggan. Dengan
tetap memperhatikan
jatuh tegangan yang
diijinkan. Jarak
sambungan S1ɸ= √
Jika suatu beban seimbang dihubungkan bintang (Y), maka tegangan pada masing-masing impedansi adalah tegangan saluran
dibagi √ dan arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi tersebut sama dengan arus saluran, atau :
Jika suatu beban seimbang dihubungkan,makadeltategangan (Δ)padamasing-masing impedansi adalah tegangan antar saluran
dan arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi tersebut sama dengan besarnya arus saluran dibagi √ , atau :
√
Effisiensi pada saluran distribusi adalah perbandingan antara besarnya daya listrik keluaran
dengan daya listrik yang masuk pada saluran distribusi. Effisiensi pada saluran distribusi dapat
dihitung dengan:
Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya berjauhan
seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran
dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Rugi-rugi pada saluran distribusi meliputi rugi-rugi
daya listrik dan rugi-rugi tegangan saluran. Rugi-rugi tegangan biasanya dikenal dengan istilah
jatuh tegangan (drop voltage). Rugi-rugi daya listrik terdiri dari 2 bagian yaitu rugi-rugi daya aktif
dan rugi-rugi daya reaktif.
V3ɸ = √3 .
V1ɸ
V3ɸ = √3 .
I (R cos θ+ X sin θ) (volt )
keterangan,
Cos θ = faktor daya
Besarnya jatuh tegangan pada saluran distribusi per phasa atau 3 phasa dapat dinyatakan dalam
per unit (pu) atau dalam persentase (%), yaitu:
96 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
= 3 . P1ɸ
Vpu
Qrugi-rugi(1ɸ) = I2 . X (Var)
= 3 . Q1ɸ
Vpu
pu
Dalam membuat analisa jaringan
distribusi tegangan menengah 20 kV
dilakukan dengan menggunakan
rangkaian listrik dengan parameter
utama berupa jaringan distribusi
tegangan menengah, beban trafo
distribusi dan tegangan sisi
atau, sekunder trafo tenaga di gardu
induk atau sumber lainnya sebagai
tegangan standar. Parameter
jaringan distribusi meliputi
impedansi, resistansi dan reaktansi
% V dari pada penghantar dan
transformator yang terpasang.
= Vpu . 100
Analisa jaringan distribusi juga
dapat dilakukan dengan
menggunakan software Aplikasi
ETAP. ETAP Power Station
merupakan salah satu software
aplikasi yang banyak digunakan
Rugi-rugi daya aktif untuk mensimulasikan sistem
per phasa dapat tenaga listrik. Secara umum ETAP
dilihat pada dapat digunakan untuk simulasi
persamaan berikut: hasil perancangan dan analisis
suatu sistem tenaga listrik yang
Prugi-rugi(1ɸ) = I2 . R meliputi: menggambarkan denah
(watt) beban-beban, men-setting data-data
beban dan jaringan, merancang
diagram satu garis (One Line
Rugi-rugi daya aktif
Diagram), dan menganalisis aliran
tiga phasa adalah
daya (Load Flow).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 97
Evaluasi
Sebuah jaringan distribusi 3 phasa 380 V mensuplai 2 buah beban di titik A dan B seperti terlihat
pada gambar 2.57 dibawah ini:
Hitunglah:
daya aktif per phasa pada masing-masing beban serta total daya aktifnya
daya reaktif per phasa pada masing-masing beban serta total daya reaktifnya
daya semu per phasa pada masing-masing beban serta total daya aktifnya
daya semu pada output trafo distribusi serta faktor daya pada trafo distribusi
Buatlah program Etab dan hitung secara manual untuk mendapatkan aliran daya saluran, jatuh
tegangan saluran, rugi-rugi saluran dan effisiensi saluran distribusi 3 phasa seperti terlihat pada
gambar 2.58.
98 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
BAB III
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik yang baik adalah yang dapat menjamin kelangsungan
penyaluran dan memberikan kepuasan bagi konsumen pengguna energi listrik karena kualitasnya.
Operasi jaringan distribusi tenaga listrik ditujukan dengan maksud untuk menjaga dan menjamin
kualitas kelangsungan penyaluran energi listrik bagi konsumen pengguna energi listrik, baik dalam
kondisi operasi normal maupun pada saat terjadi gangguan.
Operasi jaringan distribusi tenaga listrik bertujuan untuk sedapat mungkin menjamin tidak adanya
pemutusan pelayanan dan selain itu memberikan stabilitas tegangan maupun frekuensi.
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang berhubungan
langsung dengan pelanggan. Sistem tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi tenaga listrik
yang terdiri dari sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi yang saling
terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi semua orang. Sistem jaringan distribusi
tenaga listrik memiliki jaringan tegangan rendah dan jaringan tegangan menengah dengna topologi
jaringan berbentuk radial serta memiliki saluran sistem 3 phasa dan 1 phasa. Secara umum,
komponen utama sistem jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari :
Transformator
Pengatur tegangan
Penyulang (Feeder)
Merupakan konduktor untuk menghubungkan gardu Induk dengan pelanggan. Pada feeder juga
dimungkinkan untuk dipasang transformator, pengatur tegangan atau kapasitor.
Beban campuran.
100 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
kawat penghantar agar penyaluran
tenaga listrik ke konsumen atau
Pembangkit Listrik pusat pusat beban dapat disalurkan
Berdaya Kecil dengan baik. Persyaratan suatu
(Distributed tiang penyangga yang digunakan
Generation) yang untuk penompang jaringan distribusi
terdiri dari : tenaga listrik adalah :
Kelebihan
Kelemahan
Perlu pengawetan terlebih dahulu umur lebih pendek : 10 - 12 tahun bila tak diawetkan dan
20 - 30 tahun bila diawetkan
Tidak dapat menyangga beban secara aman, dan apalagi bila terjadi satu atau dua kawat
terputus.
Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang disambung dengan diameter
yang berbeda dari pangkal hingga ujungnya. Pada umumnya ukuran penampang bagian
pangkal lebih besar dari ukuran penampang bagian atasnya (ujung). Tiang baja bulat sangat
banyak digunakan untuk penopang jaringan listrik SUTM dan SUTR.
102 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Kawat Penghantar Jaringan
Distribusi Tenaga Listrik
Tiang Beton
Bertulang Kawat penghantar penggunaannya
dalam jaringan distribusi tenaga
Tiang beton bertulang listrik berfungsi untuk
lebih mahal dari pada menghantarkan arus listrik dari suatu
tiang kayu tetapi lebih bagian ke instalasi listrik lainnya atau
murah dari pada tiang bagian yang lain. Dalam pemilihan
baja bulat. Tiang ini kawat penghantar harus
banyak digunakan memperhatikan beberapa sifat
untuk sebagai berikut :
mendistribusikan
tenaga listrik di Memiliki daya hantar yang tinggi
daerah pedesaan dan
daerah terpencil atau Memiliki kekuatan tarik yang tinngi
di tempat-tempat
yang sulit dicapai. Memiliki berat jenis yang rendah
Karena tiang beton
bertulang dapat Memiliki fleksibilitas yang tinggi
dibuat di tempat tiang
tersebut akan Tidak cepat rapuh
didirikan. Tiang beton
bertulang juga dipilih Memiliki harga yang murah
jika dikehendaki
adanya sisi dekoratif.
Kawat penghantar untuk jaringan
Tiang Beton
distribusi tenaga listrik biasanya
Pratekan
dipilih dari logam yang mempunyai
konduktivitas yang besar, keras dan
Tiang beton pratekan mempunyai kekuatan tarik (tensile
lebih mahal dari tiang strenght) yang besar, serta memiliki
beton bertulang. berat jenis yang rendah, logam yang
Pemasangannya tahan akan pengaruh proses kimia
lebih sulit dan perubahan suhu serta
dibandingkan dengan mempunyai titik cair yang lebih
tiang kayu karena tinggi. logam yang tahan akan
sangat berat. Tiang pengaruh proses kimia dan
beton bertulang perubahan suhu serta mempunyai
memiliki umur yang titik cair yang lebih tinggi.
sangat panjang
dengan perawatan
Untuk memenuhi syarat tersebut,
yang sangat
kawat penghantar hendaknya dipilih
sederhana. Tiang
suatu logam campuran (alloy), yang
jenis ini tidak perlu di
merupakan percampuran dari
cat untuk
beberapa logam yang dipadukan
pengawetannya,
menjadi satu logam. Logam
karena tidak akan
campuran yang banyak digunakan
berkarat. Kelemahan
untuk jaringan distribusi adalah
jenis tiang ini
kawat tembaga campuran (copper
cendrung hancur jika
alloy) atau kawat alumunium
terlanggar oleh
campuran (alumunium alloy).
kendaraan.
Jenis bahan kawat penghantar yang
dipergunakan dalam jaringan
distribusi tenaga listrik, antara lain:
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 103
Kawat penghantar yang terbuat hanya 1 (satu) jenis bahan saja, yaitu : tembaga atau
alumunium. Contoh kawat penghantar berbahan logam murni adalah:
Kawat penghantar yang terbuat lebih dari 1 (satu) jenis bahan saja, yaitu : tembaga dengan
alumunium, tembaga dengan baja, alumunium dengan baja. Contoh kawat penghantar
berbahan logam campuran adalah:
ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforsed), yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat
baja
Bentuk kawat penghantar AAAC dapat dilihat pada gambar 3.2 sedangkan bentuk kawat
penghantar ACSR dapat dilihat pada gambar 3.3.
Kawat Alumunium
Kawat penghantar
pada jaringan Alumunium merupakan logam yang
distribusi tenaga berwarna keperak-perakan dan
listrik terbagi menjadi sangat ringan, beratnya kira-kira
4 (empat) jenis, yaitu sepertiga dari tembaga, dan
kawat tembaga, mempunyai tahanan jenis tiga kali
kawat alumunium, dari tembaga.
kawat logam
campuran, dan kawat Sifat logam alumunium ini mudah
logam paduan. dibengkokkan karena lunaknya. Oleh
karena itu kekuatan tarik dari kawat
Kawat Tembaga alumunium lebih rendah dari kawat
tembaga, yaitu setengah dari
Tembaga murni kekuatan tarik kawat tembaga. Untuk
merupakan logam liat itu kawat alumunium hanya dapat
berwarna kemerah- dipakai pada gawang (span) yang
merahan, yang pendek, sedangkan untuk gawang
mempunyai tahanan yang panjang dapat digunakan
jenis 0,0175 dengan kawat alumunium yang dipilin
berat jenis 8,9 dan menjadi satu dengan logam yang
titik cair sampai 1083° sejenis maupun yang tidak sejenis,
C, lebih tinggi dari agar mempunyai kekutan tarik yang
kawat alumunium. lebih tinggi. Oleh karena itu kawat
Kawat tembaga ini alumunium baik sekali digunakan
mempunyai sebagai kawat penghantar jaringan.
konduktivitas dan
daya hantar yang Kelemahan kawat alumunium adalah
tinggi. tidak tahan pengaruh suhu, sehingga
pada cuaca dingin regangan (stress)
Kawat tembaga ini kawat akan menjadi kendor. Agar
banyak dipakai untuk kekendoran regangan kawat lebih
penghantar jaringan, besar, biasanya dipakai kawat
tetapi bila alumunium campuran (alloy
dibandingkan dengan alumunium wire) pada gawang yang
kawat alumunium panjang. Selain itu kawat alumunium
untuk tahanan tidak mudah dipatri (disolder)
(resistansi) yang maupun di las dan tidak tahan akan
sama, kawat tembaga air yang bergaram, untuk itu
lebih berat sehingga diperlukan suatu lapisan dari logam
harganya akan lebih lain sebagai pelindung.
mahal. Dengan berat
yang sama, kawat Kawat alumunium ini banyak
alauminium digunakan untuk jaringan distribusi
mempunyai diameter sekunder maupun primer jarang
yang lebih besar dan sekali mengalami gangguan dari
lebih panjang luar. Sedangkan untuk jaringan
dibandingkan kawat transmisi kawat yang digunakan
tembaga. Dewasa ini adalah kawat alumunium campuran
cenderung kawat dengan diperkuat oleh baja
penghantar jaringan (Alumunium Conductor Steel
digunakan dari logam Reinforsed) atau (Alumunium Clad
alumunium. Steel).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 105
Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar yang terdiri dari percampuran
beberapa logam tertentu yang sejenis guna mendapatkan sifat tertentu dari hasil
pencampuran tersebut. Dalam proses pencampuran, sifat logam murni yang baik untuk kawat
penghantar dipertahankan sesuai dengan aslinya. Proses pencampuran khusus untuk
menghilangkan kelemahan dari logam tersebut.
Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam campuran ini adalah kawat
tembaga campuran (copper alloy) dan kawat alumunium campuran (alloy alumunium).
Kawat tembaga campuran sedikit ringan dari kawat tembaga murni, sehingga harganya lebih
murah. Kekuatan tarik kawat tembaga campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat digunakan
untuk gawang yang panjang.
Sedangkan kawat alumunium campuran mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari
kawat alumunium murni, sehingga banyak dipakai pada gawang yang lebih lebar.
Kondiktivitasnya lebih besar serta mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap
perubahan suhu. mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair
sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat alumunium.
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat dari dua atau lebih logam
yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan konduktivitas yang tinggi. Biasanya
tujuan dari perpaduan antara logam tersebut digunakan untuk merubah atau menghilangkan
kekurangan yang terdapat pada kawat penghantar dari logam murninya.
Kawat logam paduan yang banyak digunakan adalah kawat baja yang berlapis dengan
tembaga maupun alumunium. Karena kawat baja merupakan penghantar yang memiliki
kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat alumunium maupun kawat tembaga, sehingga
banyak digunakan untuk gawang yang lebar. Tetapi kawat tembaga ini memiliki konduktivitas
yang rendah. Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis tembaga (copper
clad steel) dan kawat baja berlapis alumunium (alumunium clad steel).
Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar dan dapat dipakai
untuk gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis alumunium mempunyai
kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis tembaga, tetapi konduktivitasnya
lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan hanya untuk gawang yang tidak terlalu lebar.
Untuk lebih jelasnya, sifat logam penghantar jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat
pada tabel 3.1.
106 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
960
62,5
Tabel 3.1 Sifat Logam 0,0036
Penghantar Jaringan
Distribusi Tenaga Kuningan
Listrik 8,44
0,07
(Sumber : Daman 1000
Suswanto; Sistem 14,28
Distribusi Tenaga Listrik) 0,0015
Emas
Macam 19,32
BD 0,022
Tahanan 1063
Titik 45,45
Resistansi 0,0035
Koefisien
Kekuatan
Logam
jenis
Cair
( ῼ
suhu
tarik
( m/cm )
( 0C )
Isolator Jaringan Distribusi
0
( K) Tenaga Listrik
( kg/mm2 )
Isolator adalah suatu peralatan listrik
Alumunium yang berfungsi untuk mengisolasi
2,56 konduktor atau penghantar. Menurut
0,03 fungsinya isolator dapat menahan
660 berat dari konduktor/kawat
33,3 penghantar, mengatur jarak dan
0,0038 sudut antar konduktor serta
15 - 23 menahan adanya perubahan pada
Tembaga kawat penghantar akibat temperatur
8,95 dan angin.
0,0175
1083
Isolator jaringan distribusi tenaga
57,14
listrik merupakan alat tempat
0,0037
menompang kawat penghantar
30 - 48
jaringan pada tiang listrik yang
Baja
digunakan untuk memisahkan
7,85
secara elektris dua buah kawat atau
0,42
lebih agar tidak terjadi kebocoran
1535
arus (leakage current) atau loncatan
10
bunga api (flash over) sehingga
0,0052
mengakibatkan terjadinya kerusakan
46 - 90
pada sistem jaringan tenaga listrik.
Perak
10,5
0,018 Penentuan pemakaian isolator
berdasarkan pada kekuatan daya
isolasi (dielectric tanah dan antara penghantar
strenght) dan dengan penghantar.
kekuatan mekanis
(mechanis strenght) Untuk memikul beban mekanis yang
bahan isolator yang disebabkan oleh berat penghantar
akan dipakai. Karena dan / atau gaya tarik penghantar.
sifat suatu isolator di
tentukan oleh bahan Untuk menjaga agar jarak antar
yang digunakan. penghantar tetap (tidak berubah).
Bahan yang baik untuk isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Bahan isolasi yang baik dipakai untuk isolator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, pada
umumnya terbuat dari bahan padat, seperti bahan : porselin, gelas, mika, ebonit, keramik,
parafin, kuarts, dan veld spaat. Kriteria bahan yang baik dan dapat digunakan sebagai
isolator jaringan distribusi tenaga listrik adalah :
Bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi kemampuannya sebagai isolator. Semakin
berat dan besar ukuran isolator tersebut akan mempengaruhi beban penyangga pada sebuah
tiang listrik.
Bahan terbuat dari bahan padat, dan memiliki kekuatan mekanis tinggi seperti : porselin,
gelas, mika, ebonit, keramik, parafin, kuartz, dan veld spaat.
Memiliki sifat (dua hal diatas) tidak berubah oleh perubahan suhu, siraman air, kelembaban,
sinar matahari, polaritas listrik.
Bila mengalami loncatan listrik (flash over) tidak akan meninggalkan jejak (cacat)
Isolator Porselin
Isolator porselin terbuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat,
yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tidak berpori. Lapisan
glazuur pada permukaan isolator menjadikan bahan isolator tersebut licin dan berkilat,
sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu isolator porselin ini dapat dipakai dalam
ruangan yang lembab maupun di udara terbuka.
Isolator porselin memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang tinggi, dan
memiliki kekuatan mekanis yang besar. Isolator porselin dapat menahan beban yang
menekan dan tahan akan perubahan suhu. Tetapi isolator porselin ini tidak tahan akan
kekuatan yang menumbuk atau memukul.
Kualitas isolator porselin lebih tinggi dan tegangan tembusnya (Voltage Gradient) lebih besar,
maka banyak dipakai untuk jaringan distribusi primer. Harganya lebih mahal tetapi lebih
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan PLN. Isolator porselin dipergunakan juga pada
jaringan distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
Kelebihan :
Terbuat dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat,
Bagian luar dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tersebut tidak berpori.
108 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Tetapi apabila isolator gelas mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan
turun. Selain daripada itu, isolator gelas harganya lebih murah bila dibandingkan dengan
isolator porselin.
Kelebihan :
Terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat, dolomit, dan phospat. Komposisi bahan
tersebut dan cara pengolahannya dapat menentukan sifat dari isolator gelas ini.
Isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan isolator porselin.
Kelemahan :
Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik
(leakage current) lewat isolator tersebut, yang berarti mengurangi fungsi isolasinya
Memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah dengan cepat
sesuai dengan perubahan temperatur.
Isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu di sekelilingnya. Tetapi bila
isolator gelas ini mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun.
Karena isolator dipergunakan selama bertahun-tahun, maka akan berkurang daya isolasinya,
misalnya : terjadi keretakan pada bahan isolatornya, baik dari porselin atau gelas. Kerusakan
isolator pada jaringan distribusi tenaga lisitrik, banyak disebabkan karena :
Selain itu, terdapat pula proses yang dinamakan pemburukan (Deterioration). Sebab utama
dari pemburukan isolator adalah pengembangan kimiawi dan pengembangan pembekuan
semen, perbedaan dari pengembangan karena panas diberbagai bagian isolator,
pengembangan karena panas arus bocor dan berkaratnya
110 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Tidak menggunakan
semen dalam lapisan
porselin
Kekuatan elektris
porselin dengan
ketebalan 1,5 mm, hasil
pengujian memiliki
kekuatan 22 sampai 28
kVrms/mm. Kekuatan
mekanis dengan
diameter 2 cm sampai
3 cm mampu menahan
gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan
elektris sebuah isolator
dapat terjadi apabila
jalan menembus bahan
dielektrik atau dengan
jalan loncatan api
Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik
(flashover) di udara
sepanjang permukaan
isolator. Beberapa type
isolator dalam sistem
jaringan distribusi Gambar 3.4 Isolator Gantung
tenaga listrik, adalah : (Suspension Type Insulator)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 111
Gambar 3.5. Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator)
Andongan (Sag) merupakan jarak lenturan dari suatu bentangan kawat penghantar antara dua
tiang penyangga jaringan atau lebih, yang diperhitungkan berdasarkan garis lurus (horizontal)
kedua tiang tersebut. Besarnya lenturan kawat penghantar ( Andongan) tergantung pada berat dan
panjang kawat penghantar atau Panjang Gawang (Span). Berat kawat akan menimbulkan
tegangan tarik pada kawat penghantar, yang akan mempengaruhi besarnya andongan tersebut.
Bentuk andongan pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 3.6.
Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik
Metode Dynamometer
Pertambahan besar andongan untuk gawang yang lebih panjang dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
Untuk meredam
gelombang balik pada 11 meter
saat akan melakukan 40 - 65 meter
pengecekan 12 meter
berikutnya, kawat 65 - 90 meter
penghantar jaringan 13 meter
ditahan dengan 90 - 110 meter
tangan sehingga
gelombang balik akan
hilang (diam).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 115
Tegangan
Tinggi
Panjang
Tiang
Gawang
Saluran
(kV)
(m)
(m)
SUTR
1 kV
9 - 12 m
40 - 80 m
SUTM
6 - 30 kV
10 - 20 m
60 -150 m
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya andongan pada tiang simetris adalah
sebagai berikut:
116 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Keterangan:
S = Andongan
(sag), (meter)
Keterangan:
Wc = Berat Beban
Kawat Penghantar T0
(weight of conductor), = tegangan tarik maksimum
(kilogram) (allowable maximum tension),
dalam satuan kg.
L = Panjang B
Keterangan :
Rumus yang digunakan untuk menghitung tekanan angin pada kawat penghantar
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Aw = luas daerah
perencanaan lokasi
jaringan
Ac = luas
penampang kawat
penghantar (m2) Keterangan :
b). Saat terjadi tekanan angin dan beban salju yang menyelimuti kawat penghantar, maka beban
maksimum dapat dicari dengan mempergunakan rumus, yaitu :
c). Kedua rumus diatas berdasarkan penjumlahan vektor dari masing-masing beban yang menimpa
kawat penghantar jaringan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.12 di bawah ini.
Keterangan :
Operasi adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan, sedangkan distribusi tenaga listrik
adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari sistem pembangkitan kepada
konsumen.
Pengertian dari sistem operasi jaringan distribusi tenaga listrik adalah segala kegiatan yang
mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat
pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan
penyalurannya/pelayanannya kepada konsumen/pelanggan.
Tolok ukur dari kegiatan sistem operasi jaringan distribusi tenaga listrik memiliki beberapa
parameter, yaitu: mutu listrik, keandalan penyaluran tenaga listrik, keamanan dan
120 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil dan kerusakan pada
instalasi/peralatan serta lingkungan.
Upaya untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan pada jaringan distribusi tenaga listrik
maka kondisi instalasi listrik harus memenuhi persyaratan berikut:
Biaya Operasional
Indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu : selisih antara energi yang dikeluarkan dari
gardu/pembangkit dengan energi yang sampai dan dipergunakan oleh pelanggan. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab susut pada sisi jaringan distribusi tenaga listrik, adalah
sebagai berikut :
Pencurian listrik
Kesalahan rasio CT / PT
Kelangsungan Penyaluran
Pengaturan dan pengoperasian jaringan pada waktu ada pekerjaan jaringan dan pada waktu
ada gangguan jarigan, sedemikian rupa sehingga pemadaman bisa di minimalkan.
Gangguan jaringan dapat diketahui dengan segera melalui sistem informasi dari petugas
yang secara tetap ditempatkan di gardu induk, atau dengan pengiriman indikasi gangguan
(sinyalisasi) melalui suatu teleprocessing.
122 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Tanpa pemadaman, sangat sulit dan jarang dijamin oleh perusahaan listrik manapun. Jika
ada dua konsumen yang menghendakinya maka ia sendirilah yang harus menyediakan
peralatan khusus, untuk dipasang pada instalasi listriknya. Sebagian besar jaringan di
Indonesia mempuyai tingkat kelangsungan penyaluran kategori satu, dua, dan tiga.
Kategori tiga dilakukan dengan sistem pengaturan distribusi terpusat. Khusus untuk saluran udara
yang telah menggunakan koordinasi peralatan otomatis seperti recloser pada tempat tertentu di
jaringan dapat mencapai tingkat kelangsungan penyaluran kategori empat apabila koordinasi
pengamannya baik. Sedangkan untuk Jaringan Tingkat Rendah (JTR), mengingat struktur
jaringannya kelangsungan penyalurannya berada di kategori satu, paling tinggi dua. Bentuk
recloser pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 3.13.
7. Stabilitas Frekuensi
Jadi kenaikan atau penurunan frekuensi terjadi karena cepatnya perubahan pembebanan
sistem yang besar. Dengan demikian besarnya perubahan beban yang besar itu harus
diketahui, sehingga dapat diadakan pengaturan seperlunya (misalnya oleh pusat pengatur
beban).
Perlu diketahui adalah sampai sejauh mana pengaruh perubahan frekuensi terhadap
peralatan listrik. Dari spesifikasi peralatan listrik yang ada ternyata perubahan frekuensi itu
tidak sangat berpengaruh terhadap peralatan listrik penerangan dan panas. Pengaturannya
baru akan terasa pada motor sinkron maupun asinkron, yaitu terhadap momen putaran
hingga mungkin akan berhenti berputar.
124 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
mengembalikannya ke keadaan
tegangan normal seperti semula.
8. Stabilitas Batas toleransi yang berlaku di
Tegangan Pelayanan beberapa negara tidak beragam,
tetapi umumnya lebih kecil dari ±
Stabilitas tegangan 10%. Untuk standar sebaiknya
layanan merupakan ditetapkan ± 5%, yaitu yang terukur
tanggung jawab di meter konsumen.
perusahaan listrik
untuk Tindakan untuk menjaga toleransi
mempertahankan tegangan tersebut dengan cara
stabilitas tegangan mengadakan pengaturan tegangan
pelayanan kepada di tempat tertentu pada jaringan
konsumen. Untuk itu distribusi, umumnya berupa
harus ditetapkan menaikkan tegangan apabila beban
besarnya batas naik. Memperbesar kapasiatas
toleransi, yang antara penyaluran antar sumber dan
lain ditentukan oleh beban, atau memasang pengatur
fungsi teknis pemakai. tegangan.
Stabilitas tegangan
layanan meliputi 2 Cara yang ditempuh agar tidak
(dua) macam terjadi jatuh tegangan adalah :
masalah, yaitu :
Mengatur tegangan pembangkit
Gangguan pada
tegangan normal Mengatur sadapan trafo TT/TM di
GI (sadapan tanpa beban)
Jatuh tegangan yang
berlebihan Memasang kapasitor di GI
Sistem tenaga listrik yang andal dan energi listrik dengan kualitas yang baik serta memenuhi
standar, mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat modern, karena
peranannya yang dominan dibidang industri, telekomunikasi, teknologi informasi, pertambangan,
transportasi umum, dan lain-lain yang semuanya itu dapat beroperasi karena tersedianya energi
listrik.
Perusahaan yang bergerak diberbagai bidang tersebut diatas, akan mengalami kerugian cukup
besar jika terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba atau tegangan listrik yang tidak stabil, yang
berakibat aktifitasnya akan terhenti atau produk yang dihasilkannya menjadi rusak atau tidak
sempurna.
Negara yang memiliki sistem pembangkit, transmisi dan distribusi energi listrik dengan teknologi
dengan peralatan canggih dan mutakhir serta manajemen yang baik seperti Amerika Serikat,
Jepang, Perancis dan negara maju lainnya memberikan perhatian khusus terhadap keandalan dan
kualitas sistem penyaluran energi listrik karena pengaruhnya yang krusial terhadap roda
perekonomian negaranya.
Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama dan tegangan listrik yang
tidak stabil, merupakan refleksi dari keandalan dan kualitas listrik yang kurang baik, dimana
akibatnya dapat dirasakan secara langsung oleh pelanggan/konsumen.
Gangguan yang terjadi pada sistem Operasi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, adalah: gangguan
pada sistem frekuensi, gangguan pada sistem tegangan, dan gangguan pada sistem interupsi atau
pemadaman listrik
Jumlah siklus Arus Bolak-Balik (Alternating Current, AC) per detik. Beberapa negara termasuk
Indonesia menggunakan frekuensi listrik standar, sebesar 50 Hz. Frekuensi listrik ditentukan oleh
kecepatan perputaran dari turbin sebagai penggerak mula. Contoh dari akibat frekuensi listrik yang
tidak stabil akan mengakibatkan perputaran motor listrik sebagai penggerak mesin produksi di
industri manufaktur juga tidak stabil, hal ini akan mengganggu proses produksi.
Selain itu adalah terputusnya penggiriman data yang tidak sesuai lebar pita(bandwith) karena
terjadi gangguan frekuensi pada jaringan PLN. Gangguan yang terjadi pada sistem frekuensi,
adalah :
Frekuensi yang berada diluar batas pada saat yang lama (secara terus-menerus), frekuensi
standar 50 Hz dengan toleransi 0,6 Hz, yaitu : (49,4 –50,6 Hz)
Turunnya tegangan umumnya dengan toleransi 20% dalam perioda waktu yang
sangat singkat (dalam milli second). Penyebabnya adalah hubungan singkat (Short
Circuit) antara phasa dengan tanah atau phasa dengan phasa pada jaringan distibusi.
Tegangan kedip dapat mengakibatkan gangguan pada: stabilisator tegangan arus DC,
Electromagnetic Switch, Variable Speed Motor, High Voltage Discharge Lamp dan
Under Voltage Relay.
Komponen Gelombang Sinus dengan Frekuensi dan Amplitudo yang lebih kecil dari
gelombang asalnya (bentuk gelombang yang cacat), contoh :
Cara mengurangi pengaruh terhadap tegangan harmonik yang terjadi pada sistem
adalah dengan memasang Harmonic Filter yang sesuai pada peralatan yang dapat
menyebabkan timbulnya harmonik seperti arus Magnetisasi Transformer, Static VAR
Compensator dan peralatan elektronika daya, seperti :
Gangguan pada
Sistem Interupsi
atau Pemadaman Sistem Operasi Jaringan
Listrik Distribusi Tenaga Listrik berbasis
SCADA
Parameter yang
menentukan Sistem SCADA (Supervisory Control
keandalan dan and Data Acquisition) dipergunakan
kualitas energi adalah untuk meningkatkan pelayanan
sesuatu yang kepada para pelanggan listrik
meyakinkan dengan cara mengurangi lama waktu
(Measureable) dan padam dan kemudahan dalam
dapat diminimalkan mendapatkan data operasional serta
dengan cara posisi dan kedudukan gawai kendali
mengkoreksi pada instalasi listrik.
terhadap konfigurasi
dan peralatan pada Terdapat tiga kontrol jarak jauh untuk
sistem, manajemen maksud tersebut diatas :
serta sumber daya
manusia yang handal Tele Metering
dari perusahaan yang
memproduksi dan
Tele metering adalah melakukan
menjual energi listrik.
pengukuran besaran-besaran
operasi melalui pengamatan jarak
Interupsi atau jauh secara real time meliputi arus
Pemadaman Listrik beban, tegangan kerja, frekwensi,
dapat dibedakan KVA/kVAR, PF, dll.
menjadi :
Pemadaman yang
Tele Signal
direncanakan
(Planned
Tele signal mendapatkan data posisi
Interruption/Schedule
gawai-gawai kendali dalam posisi
d Interruption)
terbuka-tertutup misalnya, posisi
saklar pada pemutus tenaga,
Pemadaman yang
pemisah penyulang, pemutus beban
terjadi karena adanya
pada gardu distribusi/ key point dan
pekerjaan perbaikan
gardu hubung.
atau perluasan
jaringan pada sistem
tenaga listrik.
Tele Control
Pemadaman yang
tidak direncanakan; Tele control memberikan fasilitas
(Unplanned membuka –menutup saklar pemutus
Interruption) tenaga dan pemutus beban pada
gardu induk, gardu distribusi (middle
point) dan gardu hubung serta key-
Pemadaman yang
point. Fasilitas tersebut tersimpan
terjadi karena adanya
dan ditempatkan pada peralatan
gangguan pada
yang disebut Remoted Terminal Unit
sistem tenaga listrik
(RTU). RTU ditempatkan pada lokasi
seperti hubung
yang memerlukan fasilitas tele
singkat (short circuit).
metering, tele kontrol dan tele signal.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 129
Sistem SCADA untuk lay-out diagram PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah.
Contoh lay-out operasi sistem SCADA pada saluran kabel tanah tegangan menengah di PT.
PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dapat dilihat pada tabel 3.4.
Lokasi
Posisi
Fasilitas
1. PMT-income
1.Tele control
Gardu Induk
trafo gardu
induk dan
pemisah
1
Rel-1
2. PMT-dan
2.Tele Metering
pemisah
Tele-signal
2
outgoing
Tele-Control
penyulang
3
5
4
3.Tele Signal
switch gardu
Tele control
Penyulang TM
tengah middle
point
4. load break
4.Tele Signal
Gardu Distribusi
switch gardu
Tele control
hubung
5. load break
5.Tele Signal
Gardu Hubung
switch gardu
Tele control
pelanggan
khusus/VVIP
130 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
1
Tabel 3.5. Contoh
Operasi SCADA
Saluran Udara
Tegangan Menengah
Rel 1
2.
Lokasi
PMT dan
Diagram Garis
Tunggal
Posisi
Fasilitas
Rel 2
1.
PMT dan
2.Tele
pemisah
Gardu Induk
pemisah
incoming Rel
1.Tele control
Saluran
2
2
penyulang
Tele control gardu beton
Udara
atau Pole
Tele signal
3
3
3,4 Key point
loadbreak
3,4.Tele control
mounted load
Key-point
Fasilitas telekomunikasi
Kabel telepon, namun saat ini mulai diganti dengan fasilitas kabel fiber optik
frekwensi radio, khususnya untuk telekomunikasi key point dengan pusat pengendali.
Titik middle point atau gardu tengah memberikan fasilitas telekontrol dan telesignal
yang dilengkapi dengan :
Kubikel Load Break Switch dengan penggerak motor 24 volt atau 48 volt DC
Perlengkapan ini pada dasarnya disesuaikan dengan sistem dan teknologi yang
diterapkan oleh perusahaan listrik.
Lampu fault indicator terpasang pada pintu gardu, akan menyala jika dilewati arus
gangguan tanah (homopolar current). Lampu harus direset untuk penormalan jika lokasi
gangguan telah ditemukan. Pada Key Point dengan pemasangan pada tiang\, fault
indicator terpasang pada tiang untuk gardu tiang seperti terlihat pada gambar 3.14.
132 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Ring-O
Transformator
Kerusakan isolasi
Gangguan listrik bisa terjadi pada tiang listrik pada jaringan distribusi tenaga listrik menuju
pelanggan, sistem 3 (tiga) kawat phasa, jika salah satu kawat phasa putus dan terhubung ke
tanah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.16 di bawah ini :
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
Seharusnya ketika
terjadi kawat phasa
putus dan menyentuh
tanah, maka sistem
pengaman listrik yang
berada pada gardu
distribusi terdekat
berupa fuse atau relay
segera putus sehingga
tidak terjadi tegangan
gangguan tanah.
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
Dari titik gangguan ke
tanah akan terjadi
tegangan gangguan Gambar 3.17. Tegangan Langkah
yang terbesar dan Gangguan Listrik pada Tiang Listrik
semakin mengecil
sampai radius 20
meter. Ketika orang
mendekati titik
gangguan akan Keterangan gambar:
merasakan tegangan
langkah US makin VS = US : Tengangan langkah
besar, dan ketika
menjauhi titik
VE = UE : Tengan tanah
gangguan tegangan
langkah akan
mengecil. Tegangan
langkah gangguan Salah satu gangguan pada jaringan
listrik pada tiang listrik distribusi tenaga listrik adalah
dapat dilihat pada gangguan pentanahan, selain
gambar 3.17. gangguan lainnya, seperti : surja
petir, kesalahan mekanis akibat
kerusakan pada isolator, debu yang
menempel pada isolator, burung
daun yang terbang dekat isolator
gantung, tegangan lebih dan
gangguan hubung singkat. Tujuan
dari sistem pentanahan jaringan
distribusi tenaga listrik adalah :
Memproteksi peralatan.
Mendapatkan keandalan penyaluran pada system baik dari segi kualitas, keandalan ataupun
kontinuitas penyaluran tenaga listrik dengan kontrol noise termasuk transien dari segala
sumber.
Untuk menanggulangi terjadinya gangguan listrik pada tiang listrik jaringan distribusi tenaga
listrik diperlukan sistem pentanahan/pembumian (grounding).
Sistem pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi. Sistem
pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik. Sistem
pertanahan sering kali dianggap remeh, padahal pentanahan yang baik sangatlah penting.
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik menggunakan listrik AC 3 (tiga) phasa dan 1 (satu)
phasa. Jaringan distribusi tenaga listrik DC dipakai untuk keperluan khusus seperti saluran
listrik kereta rel listrik dengan tegangan 1000V di wilayah Jabotabek. Jenis pembumian
sistem pada jaringan distribusi tenaga listrik sistem 3 (tiga) phasa, yaitu :
Sistem pembumian TN mempunyai satu titik yang dikebumikan langsung pada titik bintang
sekunder trafo, dan bagian kontak terbuka (BKT) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh
penghantar proteksi pentanahan netral (PEN). Terdapat 3 (tiga) jenis sistem TN sesuai
dengan susunan penghantar netral (N) dan penghantar proteksi pentanahan (PE), yaitu :
Sistem TN –S
(PE) terpisah di seluruh sistem titik netral yang dibumikan dengan tahanan RB. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.18.
136 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Sistem TN –C
Pada Sistem TN –C
(Terra-Netral- Sistem TN –C - S
Combined), fungsi
penghantar netral (N) Pada sistem TN-C-S (Terra-Netral-
Separated-Combined) fungsi
dan penghantar penghantar netral (N) dan
proteksi (PE) penghantar proteksi (PE)
tergabung dalam digabungkan dalam penghantar
penghantar tunggal
(PEN) diseluruh tunggal, di sebagian sistem. Titik
sistem. Titik netral netral sistem dibumikan dengan
sistem dibumikan
nilai tahanan RB. Untuk lebih
dengan nilai tahanan
jelasnya dapat dilihat pada gambar
R B. 3.20.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 137
Sistem pembumian TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung tahanan RA. BKT
dihubungkan ke elektrode bumi secara listrik terpisah dengan tahanan RA dari
elektrode bumi sistem. Untuk lebih jelasnya sistem pembumian TT dapat dilihat pada
gambar 3.21 di bawah ini :
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
Pada sistem
pembumian IT semua Pengukuran Tahanan Pembumian
bagian aktif yang
diisolasi dari bumi, Prosedur dari pengukuran tahanan
atau satu titik pembumian adalah sebagai
dihubungkan ke bumi berikut : Tahanan pembumian yang
melalui suatu akan diukur dihubungkan dengan
impedansi RB. BKT tegangan phasa L, melalui
instalasi listrik pengaman arus lebih, ampermeter,
dibumikan secara tahanan geser bernilai antara 20 Ω
independen atau sampai 1000 Ω.
secara kolektif atau
pembumian sistem Voltmeter yang memiliki tahanan
RA . Untuk lebih dalam (Ri) 40 KΩ, dan elektrode
jelasnya dapat dilihat bantu yang ditanam dengan jarak
pada gambar 3.22. lebih dari 20 m dari elektrode
pembumian RA. Posisikan tahanan
geser pada resistansi maksimum
(1000 Ω), geser perlahan-lahan
sampai terbaca tegangan (V) dan
penunjukan arus (A). Besarnya
tahanan pembumian RA sebesar :
Keterangan:
RA
:
Tahanan Pembumian
UE
:
Sumber : Teknik Listrik Tegangan Pembumian
Indusri jilid 3 IE
:
Arus Pembumian
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 139
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.23 di bawah ini :
Pada sistem pembumian TN pengukuran dilakukan dengan cara semua BKT peralatan dan
instalasi dibumikan dengan melalui penghantar proteksi (PE). Jika terjadi kegagalan isolasi,
akan mengalir arus gangguan yang akan memutuskan secara otomatis alat pengaman
berupa : fuse, MCB, ELCB sehingga tegangan sentuh yang berbahaya tidak terjadi.
Jika terjadi gangguan hubung pendek pada lokasi dalam instalasi listrik, antara penghantar
phasa dengan penghantar proteksi (PE), maka akan segera terjadi pemutusan rangkaian
dengan waktu pemutusan yang sangat cepat.
Untuk lebih jelasnya, gambar pengukuran sistem pembumian TN dapat dilihat pada gambar
3.24 di bawah ini :
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
Pengukuran Sistem
Pembumian TT
Pada sistem
Pembumian TT
disebut juga sistem
Pembumian
Pengaman (PP),
pengukuran dilakukan
dengan cara
membumikan titik
netral di sumbernya
RB, BKT dibumikan
dengan penghantar
protektif secara
terpisah RA. Saat
terjadi gangguan pada Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
salah satu phasa, arus
gangguan dari kawat
(PE) mengalir lewat Gambar 3.25. Pengukuran Sistem
RA, kemudian arus Pembumian TT
mengalir menuju RB
dan kembali ke netral
trafo.
Dimana :
Pada sistem pembumian IT, instalasi harus diisolasi dari bumi atau dihubungkan ke bumi
melalui suatu impedansi yang cukup tinggi RB. Titik netral buatan dapat dihubungkan secara
langsung ke bumi jika impedansi urutan nol yang dihasilkan cukup tinggi. Jika tidak ada titik
netral maka penghantar phasa dapat dihubungkan ke bumi melalui suatu impedansi. BKT
harus dibumikan secara individual, dalam kelompok atau secara kolektif ke pipa besi atau
komponen logam yang terhubung langsung ke tanah.
142 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Untuk lebih jelasnya, gambar pengukuran sistem pembumian IT dapat dilihat pada gambar 3.27 di
bawah ini :
Dimana :
Z : Impedansi pembumian
U : Tegangan line (phasa-netral)
Ia : Arus gangguan (Sistem TN)
RA . Id ≤UL
Dimana :
RA
:
Tahanan pembumian langsung
UL
: Tegangan sentuh (50 volt)
Id
:
Arus gangguan sisa
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 143
Rangkuman
Secara umum, komponen utama sistem jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari 5 bagian yaitu:
gardu induk, penyulang (feeder), beban (load), pembangkit listrik berdaya kecil, dan alat pengendali
berbasis elektronika.
Tiang Penyangga (Tiang listrik) pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara. Jenis-jenis
tiang penyangga jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari tiang kayu, tiang baja, tiang beton
bertulang dan tiang beton pratekan.
Kawat penghantar untuk jaringan distribusi tenaga listrik biasanya dipilih dari logam yang
mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang
besar, serta memiliki berat jenis yang rendah, logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan
perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. logam yang tahan akan pengaruh
proses kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Kawat penghantar
pada jaringan distribusi tenaga listrik terbagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu kawat tembaga, kawat
alumunium, kawat logam campuran, dan kawat logam paduan.
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar.
Menurut fungsinya isolator dapat menahan berat dari konduktor/kawat penghantar, mengatur jarak
dan sudut antar konduktor serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat
temperatur dan angin. Kemampuan suatu bahan untuk dapat mengisolir atau menahan tegangan
yang mengenainya tanpa menjadikan cacat atau rusak tergantung pada kekuatan dielektriknya dan
bahan isolator tersebut.
Isolator terdiri dari 2 jenis yaitu isolator porselin dan isolator gelas. Isolator porselin terbuat dari
bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan
glazuur agar bahan isolator tidak berpori. Lapisan glazuur pada permukaan isolator menjadikan
bahan isolator tersebut licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Kualitas isolator
porselin lebih tinggi dan tegangan tembusnya lebih besar sehingga banyak dipakai untuk jaringan
distribusi primer. Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara Pasir Silikat,
Dolomit, dan Phospat. Isolator gelas memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan
kekuatannya berubah sangat cepat sesuai dengan perubahan temperatur. Makin tinggi tegangan
sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik lewat isolator tersebut, yang berarti
mengurangi fungsi isolasi. Oleh karena itu isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya
pada jaringan distribusi sekunder. Isolator gelas bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu
disekelilingnya sehingga bila terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka isolator
gelas ini akan mudah retak pada permukaannya.
Beberapa tipe isolator dalam sistem jaringan distribusi tenaga listrik, yaitu: isolator gantung
(Suspension Type Insulator), isolator Jenis Pasak (Pin Type Insulator), Isolator Batang Panjang
(Long Rod Type Insulator), Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator).
144 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
metode penglihatan, papan bidik,
dynamometer, panjang gawang
Andongan (Sag) pada (span), gelombang balik atau pulsa.
jaringan distribusi
tenaga listrik Gangguan yang terjadi pada sistem
merupakan jarak operasi jaringan distribusi tenaga
lenturan dari suatu listrik, adalah: gangguan pada
bentangan kawat sistem frekuensi, gangguan pada
penghantar antara sistem tegangan, dan gangguan
dua tiang penyangga pada sistem interupsi atau
jaringan atau lebih, pemadaman listrik
yang diperhitungkan
berdasarkan garis Jenis pembumian sistem pada
lurus (horizontal) jaringan distribusi tenaga listrik
kedua tiang tersebut. sistem 3 phasa terbagi menjadi 3
Besarnya lenturan bagian, yaitu : sistem pembumian
kawat penghantar Terra - Netral (TN), Terra - Terra
(andongan) (TT), dan Impendance Terra (IT).
tergantung pada Sistem pembumian TN mempunyai
berat dan panjang satu titik yang dikebumikan langsung
kawat penghantar pada titik bintang sekunder trafo, dan
atau Panjang Bagian Kontak Terbuka (BKT)
Gawang (Span). instalasi dihubungkan ke titik
Berat kawat akan tersebut oleh penghantar proteksi
menimbulkan (PEN). Terdapat 3 (tiga) jenis sistem
tegangan tarik pada pembumian TN, yaitu: sistem TN–S
kawat penghantar, (Terra-Netral-Separated), TN–C
yang akan (Terra-Netral-Combined), dan TN–C-
mempengaruhi S (Terra-Netral-Combined-
besarnya andongan Separated). Pada sistem TN–S,
tersebut. fungsi penghantar proteksi (PE)
terpisah di seluruh sistem titik netral
Pengukuran yang dibumikan dengan tahanan.
andongan pada Pada sistem TN–C, fungsi
jaringan distribusi penghantar netral
tenaga listrik
merupakan pekerjaan (N) dan penghantar proteksi (PE)
akhir setelah tergabung dalam penghantar tunggal
pemasangan kawat (PEN) diseluruh sistem serta titik
penghantar dan netral sistem dibumikan dengan nilai
peralatannya. tahanan. Pada sistem TN-C-S,
Pengukuran fungsi penghantar netral (N) dan
andongan kawat penghantar proteksi (PE)
penghantar dilakukan digabungkan dalam penghantar
agar kekuatan lentur tunggal di sebagian sistem serta titik
kawat penghantar netral sistem dibumikan dengan nilai
pada tiang tahanan. Sistem pembumian TT
penyangga (tiang mempunyai satu titik yang dibumikan
listrik) sesuai dengan langsung (RB). BKT dihubungkan ke
standar yang elektrode bumi secara listrik terpisah
ditetapkan oleh PLN. R dari elektrode bumi sistem. Pada
A
Metode untuk
sistem pembumian IT semua bagian
mengukur lebar
aktif yang diisolasi dari bumi, atau
andongan dari
satu titik dihubungkan ke bumi
jaringan distribusi
tenaga listrik, adalah: melalui suatu impedansi RB. BKT
instalasi listrik dibumikan secara
independen atau pembumian sistem RA
secara kolektif atau
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 145
Evaluasi
No
Pernyataan
Keterangan
Dari gambar Kawat Penghantar Jaringan Distribusi Tenaga Listrik di bawah ini !
Nama !
Bahan pembuatnya !
Nama !
Bahan pembuatnya !
Posisi nomor 1
Posisi nomor 2
Posisi nomor 3
Posisi nomor 4
Posisi nomor 5
Buatkanlah tabel Sistem Operasi Distribusi Tenaga Listrik berbasis Scada dan falisitas
kelengkapannya !
148 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
pusat pembangkit tenaga listrik yang
dioperasikan, maka diperlukan
pengaturan beban sistem tenaga
BAB IV listrik. Dalam pengaturan sistem
tenaga listrik ini terdapat beberapa
SCADA permasalahan yang harus
diperhatikan, yaitu :
(Supervisory
Control and Kecepatan dan kemudahan
Data memperoleh informasi yang
diperlukan
Acquisition)
Cara-cara penyajian data dan
informasi bagi pengatur sistem
SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) dapat didefinisikan dari kepanjangan SCADA itu sendiri:
S
:
Supervisory
- Pengawasan
C
:
Control
- Pengendalian
ADA
:
And Data Acquisition
- Akuisisi Data
Jadi secara sederhana sistem SCADA adalah sistem yang dapat melakukan pengawasan, pengendalian
dan akuisisi data terhadap sebuah plant. Dalam terminologi kontrol, supervisory control sering mengacu
pada kontrol yang tidak langsung, namun lebih pada fungsi koordinasi dan pengawasan.
Definisi yang lebih formal diberikan oleh NIST (National Institute Of Standards and Technology) ialah :
‘Sistem digunakanterdistribusiuntukmengendalikan yangset-aset yang tersebar secara geografis, sering
terpisah ribuan kilometer persegi, di mana kontrol dan akuisisi data terpusat sangat penting bagi operasi
sistem
Dalam pengaturan tenaga listrik pada sistem yang terinterkoneksi dilaksanakan oleh pusat pengatur sistem
tenaga listrik. Kecepatan dan keakuratan data informasi sangatlah dibutuhan pada pengaturan sistem
tenaga listrik, sehingga pusat pengatur tenaga listrik dalam melaksanakan tugas pengaturan didukung oleh
peralatan yang berbasis komputer untuk membantu operator (dispatcher) dalam melaksanakan tugasnya.
Sistem pengaturan yang berbasis komputer disebut Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA).
SCADA terdiri dari perlengkapan hardware dan software. SCADA berfungsi mulai pengambilan data pada
peralatan pembangkit atau gardu induk, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang
ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi.
Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengendalian operasi secara realtime. Kecepatan dan
keakuratan data informasi sangatlah dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga listrik sehingga pusat
pengatur tenaga listrik membutuhkan peralatan berbasis komputer untuk membantu operator (dispatcher)
dalam melaksanakan tugasnya.
Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station/ACC (Area
Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan ACC. RTU dipasang di setiap gardu
induk atau pusat pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini berfungsi untuk mengetahui setiap kondisi
peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm
yang kemudian diteruskan ke ACC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan
melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari
ACC.
150 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Mengusahakan optimasi
Secara umum fungsi pembebanan jaringan 20kV.
SCADA merupakan
sistem integrasi
jaringan tenaga listrik
terpadu yang meliputi Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian
pembangkit- utama yaitu: master station, link
pembangkit tenaga komunikasi data, dan remote station.
listrik, jaringan Remote station adalah stasiun yang
transmisi dan jaringan dipantau atau diperintah oleh master
distribusi yang saling station yang terdiri dari gateway,
terhubung. Sistem IED, local HMI, RTU, dan meter
yang terintegrasi ini energi. Blok diagram sistem SCADA
dikenal dengan dapat dilihat pada gambar 4.1.
sistem interkoneksi.
Keuntungan adanya
interkoneksi adalah
diperolehnya produksi
yang ekonomis,
karena pusat
pembangkit listrik
yang berkapasitas
besar dan beroperasi
pada sistem yang
terinterkoneksi dapat
mensuplai daerah
lainnya yang
membutuhkan tenaga
listrik yang besar,
tetapi hanya
mempunyai
pembangkit listrik
yang berkapasitas
kecil. Tujuan dari
sistem SCADA, yaitu:
Mempercepat proses
pemulihan suplai
tenaga listrik bagi
konsumen yang tidak
mengalami
gangguan.
Memperkecil KWH
yang padam akibat
gangguan atau
pemadaman.
Memantau performa
jaringan untuk
menyusun perbaikan
atau pengembangan Gambar 4.1. Blok Diagram Sistem
sistem jaringan 20kV. SCADA
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 151
Telecontrolling,
Telecontrolling berfungsi untuk mengoperasikan peralatan switching pada gardu induk atau pusat
pembangkit yang jauh dari pusat kontrol, sehingga operator dapat melakukan kontrol secara
remote, hanya dengan menekan satu tombol maka peralatan sistem tenaga listrik seperti PMT
(circuit breaker) pada line feeder atau trafo distribusi dapat dibuka atau ditutup.
Telesignaling,
Telesignaling berfungsi untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi sistem dan indikasi operasi,
kemudian menampilkannya pada pusat kontrol secara real time sehingga operator (dispatcher) dapat
mengetahui indikasi dari semua alarm dan kondisi peralatan tertentu seperti pemutusan/penutupan
circuit breaker telah berhasil dilakukan.
Telemetering,
Peralatan SCADA
Master Station
Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem tenaga listrik (pusat listrik,
gardu induk) dan data tersebut dapat dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut
Human Machine Interface (HMI). Master station ini terdiri dari :
Front-end komputer
Sistem SCADA terdiri dari sebuah master station, media komunikasi dan beberapa RTU (Remote
Terminal Unit). Media komunikasi yang digunakan untuk menyalurkan data dari master station ke
RTU dapat berupa radio data, kabel kontrol dan fiber optik. Konfigurasi sistem SCADA dapat dilihat
pada gambar 4.2.
Master station dalam berhubungan dengan RTU dapat menggunakan beberapa jenis konfigurasi
jaringan, yaitu: point to point, star, party line, mix star and party line.
Point to Point
Konfigurasi point to point (titik ke titik) merupakan konfigurasi jaringan satu master station (MS)
untuk satu RTU. Pusat kontol dapat mengirimkan pesan hanya ke satu RTU atau sebaliknya dapat
menerima pesan dari satu RTU. Konfigurasi point to point merupakan tipe paling sederhana dan
dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3. Konfigurasi point to point
154 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Gambar 4.6.
Konfigurasi
Mix Star and
Party line
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 155
Sistem radio banyak dipakai untuk keperluan komunikasi operasi sistem tenaga listrik. Sistem
radio yang banyak dipakai adalah :
Yaitu frekuensi untuk penerima (receiver) dan frekuensi untuk pengirim (transmitter). Sistem radio
simplex dengan satu atau dua frekuensi ini kebanyakan memakai modulasi frekuensi sehingga
distorsi relatif tidak banyak tetapi jarak komunikasinya pendek. Untuk memperpanjang jarak
komunikasi maka digunakanlah alat yang bernama repeater.
Sistem Duplex
Sistem ini selalu digunakan frekuensi yang lain antara penerima dan pengirim walaupun tanpa
repeater, sehingga penerima dan pengirim dapat berfungsi bersamaan.
Sistem ini menggunakan modulasi ampliudo dengan hanya satu band yang dipakai, upper atau
lower side band. Sistem ini kualitas suaranya tidak sebaik yang menggunakan modulasi frekuensi,
tetapi jangkauannya lebih jauh.
Sistem telekomunikasi yang menggunakan SUTT dan SUTET sebagai saluran, biasa disebut
Power Line Carrier (PLC) dan hanya dipakai di lingkungan perusahaan listrik. Dalam sistem PLC,
SUTT atau SUTET selain menyalurkan energi listrik juga mengirimkan sinyal komunikasi
telekomunikasi. Sinyal telekomunikasi yang disalurkan adalah untuk pembicaraan dan juga untuk
data. Untuk keperluan ini harus ada peralatan khusus yang berfungsi memasukkan (mencampur)
dan mengeluarkan (memisahkan) sinyal telekomunikasi di ujung-ujung SUTT atau SUTET dan
frekuensi 50 Hertz yaitu frekuensi energi listrik yang disalurkan melalui SUTT atau SUTET.
Jaringan Telepon
Agar saluran telekomunikasi baik yang berupa saluran dari Perusahaan Umum Telekomunikasi,
PLC atau saluran Radio dapat dimanfaatkan oleh sebanyak mungkin orang, maka pada ujung-
ujung saluran ini dipasang Sentral Telepon Lokal Otomat (STLO) seperti ditunjukan pada gambar
4.7.
156 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Jaringan Fiber Optik
Jaringan GPRS
GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service) adalah suatu teknologi
yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat dibandingkan dengan
penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. GPRS merupakan sistem transmisi
berbasis paket untuk GSM yang menggunakan prinsip yang menawarkan laju data yang lebih
tinggi. Laju datanya sampai 140 kbps dibandingkan dengan GSM yang hanya 9,6 kbps kanal-
kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang pengguna dan kanal yang sama dapat
pula digunakan secara berbagi (Sharing) diantara beberapa pengguna sehingga menjadi
sangat efisien.
GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan komunikasi
yang menawarkan layanan data dengan baju bit yang lebih tinggi dengan tarif rendah.
Sehingga membuat layanan data menjadi lebih menarik bagi pasar massal. Pertimbangannya
GPRS sebenarnya merupakan penghubung rantai yang putus antara GSM dengan teknologi
komunikasi bergerak generasi ketiga (UMTS-
GGSN (Gate Way GPRS Support Node) gerbang penghubung jaringan GPRS ke jaringan
internet. Fungsi dari komponen ini adlah sebagai interface ke PDN (Public Data Network),
information tounting, network screening, user screening, address mapping.
SGSN (Service GPRS Support Node). gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan
GPRS. Komponen ini berfungsi untuk mengantarkan paket data ke MS, Update pelanggan ke
HLR, registrasi pelanggan baru. PCU: komponen di level BSS yang menghubungkan terminal
ke jaringan GPRS.
GPRS menggunakan sistem komunitas packet switch sebagai cara untuk mentransmisikan
datanya. packet switch adalah sebuah sistem di mana data yang akan ditansmisikan dibagi
menjadi bagian-bagian kecil (paket) lalu ditransmisikan dan diubah kembali menjadi data
semula. Sistem ini dapat mentransmisikan ribuan bahkan jutaan paket perdetik.
158 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Ethernet
Sedangkan Station Keyboard adalah keyboard berisi tombol-tombol Single Line Diagram
Gardu Induk/Pusat Pembangkit untuk ditampilkan di layar VDU. Di masing-masing Tesselator juga
tersambung sebuah Hard Copy merk C Itoh yang berfungsi untuk mencetak gambar-gambar dari
VDU bila diperlukan. Terdapat pula 2 buah terminal Server DEC Server 200 yang melayani 3 buah
Printer Logger. Masing-masing printer mempunyai tugas sendiri-sendiri.
Printer1 berfungsi untuk mencetak Daily Report atau Laporan Harian tertentu sesuai kebutuhan
dari Dispatcher dan bertugas mengambil alih tugas dari Printer 2 atau Printer 3 bila masing-masing
mengalami gangguan. Printer 2 disebut Power Logger berfungsi untuk mencetak semua kejadian
yang berhubungan dengan Power Sistem. Printer 3 disebut Tele Logger bertugas mencetak semua
kejadian yang berhubungan dengan Fungsi SCADA (Telekontrol, Telesignal, Telemetering).
Dari kedua Server melalui Line Split juga tersambung sebuah Mimic Controller MC300 yang
digunakan untuk menjalankan modul-modul Digital Output DSHM1001 sebagai penggerak Lampu-
lampu Mimic Board. Konfigurasi master station dapat dilihat pada gambar 4.8.
Pengoperasian
Human Machine
Interface (HMI)
Dummy Breaker
Shift Change
Shift change berfungsi untuk mengganti user pada saat penggantian shift (pergantian
operator). Langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Klik tombol Shift Change pada menu utama (menu icon) seperti terlihat pada gambar 4.12.
Keterangan gambar :
o
Current User
: input user yang akan diganti, misal user dinas pagi tuliskan
shift 2.
o
Shift Change
: tekan tombol ini bila pergantian shift telah sesuai.
o
Cancel
: tombol untuk eksekusi pembatalan.
Change Password
Change Password berfungsi untuk merubah password lama dengan password baru.
162 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Keterangan gambar :
Langkah-langkah o
prosesnya adalah Old Password
sebagai berikut: : kolom password lama yang akan
diganti.
Klik tombol Change o
Password pada menu New Password
utama seperti terlihat : kolom password baru.
pada gambar 4.14. o
Confirm Password
: konfirmasi password baru.
o
Commit
: tekan tombol ini jika password
yakin akan digunakan.
o
Cancel
Gambar 4.14. Tombol : tombol untuk eksekusi
Change Password pembatalan.
Log Out
Log Out (keluar sementara), fungsi ini akan efektif digunakan jika setiap user pada saat akan
menggunakan fasilitas SCADA login, bila akan meninggalkan untuk sementara bisa logoff,
sehingga akan aman dari kejadian yang tidak diinginkan, karena password kita sedang tidak
aktif. Langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut:
Klik tombol Log Out yang ada pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.18.
Tampilan Confirm Log Off akan muncul seperti pada gambar 4.19
Gambar 4.19. Tampilan Confirm Log off
Keterangan gambar :
o
Logoff
: tekan tombol ini jika yakin akan keluar sementara.
o
Cancel
: tombol eksekusi pembatalan.
164 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
shift 2.
Gambar 4.20.
Tampilan Log On
Keterangan gambar :
o Gambar 4.21. Tombol Single Line
Username Diagram 20 kV
: input user yang akan
mengganti, misal
dinas siang tuliskan Tampilan Menu Single Line
Diagram 20kV akan muncul seperti
pada gambar 4.22
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 165
o
Main Substations
: Gardu induk yang sisi tegangan menengahnya (TM)
transmisi informasi.
166 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Konfigurasi Sistem
Master SCADA
Dalam
mengkonfigurasi
sistem master SCADA
maka langkah-langkah
yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Tampilan Konfigurasi
Sistem SCADA akan
muncul seperti pada
gambar 4.24
Gambar 4.24. Konfigurasi Sistem
Master SCADA
Keterangan gambar :
o
CMX
: Real Time Database (Control &
Maesurement Executive)
o
XIS
: Historical Database (Extended
Information System)
o
XOS
: X-Windows Base Station Operator
(MMI/HMI)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 167
Control Area
Control Area berfungsi untuk mengatur area kerja yang dapat dioperasikan oleh setiap user.
Pengaturan untuk View Area dan Control Area dapat dilakukan pada fungsi Distribution
Management System (DMS). Langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Klik tombol Control Area pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.25
View Area
View Area berfungsi untuk melihat area kerja yang berlaku bagi setiap user. Pengaturan untuk
view area dan control area dapat dilakukan pada fungsi Distribution Management System
(DMS). Langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Klik tombol View Area pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.27
Capture
Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
Gambar
4.30.
Tampilan
SnagIt
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 169
Pilih input yang akan di capture. Tampilan Set Input Capture dapat dilihat pada gambar
4.31
Keterangan gambar :
o
Screen
: Capture/copy gambar atau text yang ada pada layar.
o
Window
: Capture/copy gambar atau text sesuai dengan satu tampilan
dipilih.
Keterangan gambar :
o
Printer Gambar 4.33. Tombol Sistem
: Cetak gambar atau Summaries
text.
o
Clipboard Tampilan System Display akan
: menyimpan gambar muncul seperti gambar 4.34.
atau text di Clipboard.
o
File
: menyimpan gambar
atau text dalam bentuk
file.
o
Preview Windows
: Capture/copy gambar
akan ditinjau ulang
pada tampilan
layar.
Sistem Summaries
(System Display)
Gambar 4.34. Tampilan System
Langkah-langkah
Display
pengoperasian sistem
Summaries adalah
sebagai berikut:
Status Summary, menampilkan database fungsi status, point status dapat dipilih sesuai
dengan fungsi filter yang ada. Tampilan status summary dapat dilihat pada gambar
4.36.
Gambar 4.36. Tampilan Status Summary
172 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Menampilkan seluruh informasi Tagging (tanda pada peralatan) yang masih berlaku.
Tampilan Tag Summary dapat dilihat pada gambar 4.39.
Menampilkan seluruh komunikasi data antara Master Computer dengan sistem yang
tersambung ke Master Computer. Tampilan Connection Summary dapat dilihat pada
gambar 4.40.
Gambar 4.40 Tampilan Connection Summary
Untuk mengaktifkan fungsi merekam pengukuran baik TMV maupun TMC. Tampilan
Trend Set dapat dilihat pada gambar 4.41.
174 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Klik tombol Alarm pada menu
utama seperti terlihat pada gambar
4.42, maka akan muncul semua
alarm yang ada.
Gambar 4.41.
Tampilan Trend Set
Langkah-langkah
pengoperasian Menu
Alarm List adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.43. Tampilan Remote
Select
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 175
Tombol Navigasi
Tombol navigasi ini berfungsi untuk mengarahkan penempatan tampilan baru (gambar yang
akan ditampilkan) pada posisi monitor tengah, monitor kiri, atau monitor kanan. Langkah-
langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Klik tombol navigasi pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.45
Gambar 4.46.
Tampilan CRT
Override
Database
Management Tool
(DTM)
Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 177
Keterangan gambar :
o
Analog
: melihat database fungsi pengukuran (analog).
o
Status
: melihat database fungsi indikasi (status).
o
XOS Disp
: melihat sistem setting pada fungsi XOS
Rangkuman
S
:
Supervisory
- Pengawasan
C
:
Control
- Pengendalian
ADA
:
And Data Acquisition
- Akuisisi Data
Master station dalam berhubungan dengan RTU dapat menggunakan beberapa jenis konfigurasi
jaringan, yaitu: point to point, star, party line, mix star and party line. Konfigurasi point to point (titik ke
titik) merupakan konfigurasi jaringan satu master station (MS) untuk satu RTU. Pusat kontol dapat
mengirimkan pesan hanya ke satu RTU atau sebaliknya dapat menerima pesan dari satu RTU.
Konfigurasi point to point merupakan tipe paling sederhana. Konfigurasi star (bintang) merupakan
konfigurasi network satu master station (MS) untuk beberapa RTU. Pusat kontol dapat mengirimkan
pesan ke beberapa RTU secara bersamaan atau menerima pesan dari beberapa RTU ke pusat
kontrol secara bersamaan. Konfigurasi party line (banyak titik ke saluran bersamaan) merupakan
konfigurasi network satu master station (MS) untuk beberapa RTU pada satu jalur komunikasi
tunggal. Konfigurasi mix star and party line merupakan konfigurasi network satu master station
dengan beberapa jalur komunikasi untuk beberapa RTU.
Evaluasi
No
Pernyataan
Keterangan
Dari gambar Blok Diagram Sistem SCADA Jaringan Distribusi Tenaga Listrik di bawah ini !
Point to Point !
Star !
Party Line !
Dari gambar Diagram Garis Tunggal Jaringan Distribusi Tenaga Listrik berbasis SCADA di
bawah ini !
Ring-O Transformator
DC Supply
RELAY
DAFTAR PUSTAKA
Agus Harya Maulana, 2005, "Buku SCADA Edisi 2", Bops PLN Jawa Bali.
Dale R. Patrick, Stephen W. Fardo, 2009, " Electrical distribution systems --2nd ed., Fairmont
Press.
Daman Suswanto, 2009, "Sistem Distribusi Tenaga Listrik", Bahan Ajar UNP.
Dugan, Roger C, dkk, 2004. Electrical Power System Quality Second Edition, McGraw-Hill.
Gonen, Turan, 1986, " Electric Power Distribution System Engineering " , McGraw-Hill.
Hanra, 2010, "Laporan Kerja Praktek: Konfigurasi dan Pengoperasian Human Machine (HMI)
PT. PLN (Persero) APD Bandung".
Liu, Xiyu. Grounding System of an Uninterruptible Power System (UPS). Design of P&T of
MII: china
Meliopoulos, A.P Sakis. 2001. Impact of Grounding System Design on Power Quality. IEE
Power Engineering review
PLN, 1992: Standard Konstruksi Jaringan Distribusi Dilingkungan Perusahaan Listrik Negara,
Buku saku. Jakarta: nn.
PLN, 2009, Diklat Profesi Distribusi, " Kriteria Desain Perencanaan Jaringan Distribusi",
Jakarta.
PLN, 2009, Diklat Profesi Distribusi, " Inspeksi Jaringan Distribusi", Jakarta
Suhadi, Bambang, 2008, "Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1, 2 dan 3"., Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta
184 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
menjamin keamanan, keandalan
serta pengoperasian dan
Glosarium pengembangan sistem distribusi
yang efisien dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan tenaga listrik
CF : Capacity Factor, Faktor kapasitas, adalah perbandingan antara jumlah produksi listrik selama
periode operasi terhadap jumlah produksi terpasang selama periode tertentu (1 tahun).
Capacity balance : Neraca yang memperlihatkan keseimbangan kapasitas sebuah gardu induk
dengan beban puncak pada area yang dilayani oleh gardu induk tersebut, dinyatakan dalam MVA
Captive power : Daya listrik yang dibangkitkan sendiri oleh pelanggan, umumnya pelanggan
industri dan komersial
CT : Current Transformer (Trafo Arus), alat untuk menurunkan arus listrik untuk keperluan
pengukuran energi listrik atau untuk peralatan pengaman dan pengendalian listrik lainnya
CCS : Carbon Capture and Storage
DMN : Daya Mampu Netto, besarnya daya output pembangkit yang sudah dikurangi dengan
pemakaian sendiri unit pembangkit tersebut
Daya Tersambung : Batas daya yang dapat digunakan oleh pelanggan setiap saat dan tercatat di
PT PLN (PERSERO) serta menjadi dasar perhitungan Biaya Beban
Excess power : Kelebihan energi listrik dari suatu captive power yang dapat dibeli oleh PLN
GD : Gardu Distribusi
GI : Gardu Induk
Gangguan : Kejadian takterencana yang mengakibatkan kondisi abnormal dalam Jaringan (Grid)
GAR : Gross As Received, merupakan nilai kalori batubara yang memperhitungkan total moisture
Heat Rate : Besar energi yang digunakan oleh unit pembangkit dalam memproduksi satu unit
output. Contoh : jumlah energi untuk memproduksi energi 1 MWh (dinyatakan dalam GJ/MWh)
Heat Rate Curve : Kurva yang menunjukkan konsumsi energi termal per-jam operasi pada tingkat
output yang bervariasi (GJ/Jam)
IBT : Inter Bus Transformer, yaitu trafo penghubung dua sistem transmisi yang berbeda tegangan,
seperti trafo 500/150 kV dan 150/70 kV
Island Operation : Pembangkitan terpisah dari sistem dan beroperasi dengan beban di sekitarnya
JTR : Jaringan Tegangan Rendah adalah saluran distribusi listrik bertengangan 220 V
JTL : Sambungan Langsung (SL) termasuk peralatannya, sehingga tenaga listrik disalurkan tanpa
melalui APP
JCC : Jawa Bali Control Centre, Pusat Pengatur Beban Jawa Bali kV : Kilo Volt (=1000 volt)
kVARh : Kilo Volt Ampere Reactive Hour, satuan energi listrik semu (reaktif)
kms : kilometer-sirkuit, menyatakan panjang konduktor saluran transmisi / jaringan tenaga listrik
Life Extension : Program rehabilitasi suatu unit pembangkit yang umur teknisnya mendekati akhir
LF : Load Factor, Faktor beban, adalah perbandingan dari rata-rata output atau beban terhadap
maksimum output atau beban dalam suatu periode terhadap beban puncak yang terjadi pada
periode tersebut
Load Shedding : Pengurangan beban secara sengaja (otomatis / manual) dengan pemutusan
beban tertentu karena kejadian abnormal, untuk mempertahankan integritas Jaringan dan
menghindari pemadaman yang lebih besar
Losses : Energi listrik yang hilang dalam inti Trafo dan konduktor penghantar/kabel di Jaringan
LOLP : Loss of Load Probability, suatu indeks keandalan sistem pembangkitan yang biasa dipakai
pada perencanaan kapasitas pembangkit
MMSCF 106 : Million Metric Standard Cubic Foot, Standard Cubic Foot, (MM=106), satuan yang
biasa digunakan untuk mengukur volume gas pada tekanan dan suhu tertentu
MMBTU : Million Metric British Termal Unit, satuan yang biasa digunakan untuk mengukur kalori
Gas
Region 3 : Region Control Centre untuk wilayah Jawa Timur dan DIY (Ungaran)
Region 4 : Region Control Centre untuk wilayah Jawa Timur dan Bali (Waru)
Reserve margin : Cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak, dinyatakan dalam %
Rasio elektrifikasi : Perbandingan antara jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah
keseluruhan rumah tangga
SR : Sambungan Rumah
SL : Sambungan Langsung, adalah sambungan JTL termasuk peralatannya, sehingga tenaga listrik
disalurkan tanpa melalui APP
STL : Sambungan Tenaga Listrik, penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannya
sebagai bagian instalasi PLN yang merupakan sambungan antara JTL milik PLN dengan instalasi
pelanggan
SMP : Saluran Masuk Pelayanan, Kabel milik PLN yang menghubungkan antara jaringan Tegangan
Rendah dengan APP yang terpasang di rumah pelanggan
Shutdown : Pengeluaran suatu unit pembangkit dari JaringanSKLT : Saluran Kabel Laut Tegangan
Tinggi
SPK-TPA Citarum : Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air Sungai Citarum
Tagihan Listrik : Perhitungan biaya atas pemakaian daya dan energi listrik oleh pelanggan setiap
bulan
Tagihan Susulan : Tagihan kemudian sebagai akibat adanya penyesuaian dengan ketentuan atau
sebagai akibat adanya pelanggaran
190 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
TWh : Tera Watt Hour (1 TWh=1.000
GWh) Titik Penyambungan Bersama
TDL : Tarif Dasar : Titik terdekat dengan pelanggan
Listrik, ketentuan dimana tersambung juga pelanggan
pemerintah yang yang lain pada JTR atau JTM atau
berlaku mengenai JTr atau JTET
golongan tarif dan
harga jual tenaga UBOS-P3B : Unit Bidding dan
listrik yang disediakan Operasi Sistem –Pusat Penyaluran
oleh PLN dan Pengatur Beban, Unit PT PLN
(PERSERO) yang mengoperasikan
Tingkat cadangan : dan mengendalikan Jarinagan (Grid)
Reserve margin, Jawa-Bali untuk Sistem Tenaga
adalah besar Listrik Jawa-Bali
cadangan daya yang
dimiliki oleh UFR : Under Frequency Relay,
perusahaan dalam peralatan pemutus beban dengan
rangka pemicu awal (triger) besaran
mengantisipasi beban frekuensi
puncak
UF : Utility Factor, Faktor
TR : Tegangan Penggunaan, adalah perbandingan
Rendah, Tegangan antara beban puncak unit
sistem 220 V, 380 V pembangkit pada periode tertentu
sampai dengan 1.000 dengan daya mampu netto unit
Volt pembangkit tersebut
TM : Tegangan
Menengah, Tegangan
sistem diatas 1.000
Volt sampai dengan
35.000 Volt
TT : Tegangan
Tinggi, Tegangan
sistem diatas 35.000
Volt sampai dengan
245.000 Volt
UJL : Uang Jaminan Langganan,
TET :Tegangan uang milik pelanggan yang dititipkan
Ekstra Tinggi, kepada PT PLN (PERSERO)
Tegangan sistem sebagai jaminan atas pemakaian
diatas 245.000 Volt daya dan energy listrik selama
menjadi pelanggan.
TMA : Tinggi Muka
Air, ketinggian UMTL : Uang Muka Tagihan Listrik,
(meter) elevasi Penerimaan pembayaran untuk
permukaan air waduk pemakaian daya dan energy listrik
diatas permukaan mendahului transaksi penyerahan
laut daya dan energi berlangsung
WBP : Waktu Beban Puncak, Waktu jam 18.00 sampai dengan jam 22.00 waktu setempat
Medan Listrik, adalah ruang dimana terdapat gaya bekerja bermuatan elektrik; medan listrik
terdapat dekat benda-benda yang bermuatan elektrik dan terdapat antara dua hantaran yang
mempunyai beda potensial satu sama lainnya. Satuan kuat medan listrik dinyatakan dalam volt per
meter (v/m).
Medan Magnit, adalah ruang dimana terdapat gaya elektrik dan gaya magnet; medan magnet
yang membangkitkan arus elektrik disekeliling penghantar. Satuan kuat medan magnet dinyatakan
dalam Tesla atau milli tesla, sering pula digunakan satuan Gauss atau milli Gauss. (1 T = 1000
mT; 1 G = 1000 mG; dan 1 T = 10.000 G).
AC/DC. Tanda bahwa suatu alat dapat menggunakan arus bolak-balik atau arus searah.
Bidding. Proses pelelangan untuk mengerjakan atau pengadaan suatu barang atau jasa.
Commissioning. Uji coba, setelah proyek dinyatakan selesai dilakukan pengujian terhadap fungsi
seluruh peralatan yang ada apakah sesuai spesifikasi atau tidak.
Cubicle. Komponen listrikpada gardu listrik sebagai alat kontak, biasanya berbentuk kubus.
Earthing. Grounding, Pembumian.
Over time. Lembur, bekerja diluar jam kerja normal, dibayar dengan perhitungan tertentu.
Perangkat Lunak. Perangkat yang tidak dapat diraba, khusunya menyangkut hasil kerja
kecerdasan manusia, misalnya program computer, desain, dan lain-lain.
Progress Report. Laporan kemajuan, berisi informasi hal-hal yang telah dicapai hingga laporan
tersebut dibuat, biaya yang telah dikeluarkan, masalah yang ada, dan laporan ini akan dibaca oleh
owner.
Qualified Person (OSHA Spec.) Seseorang yang karena pendidikannya, sertifikasinya, dan
pengalamannya berhasil membuktikan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam
pekerjaannya.
Quality (ISO 8402 : 1994). Karakteristik menyeluruh dari suatu benda/jasa berkaitan dengan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tertulis maupun tidak tertulis.
Quality Control. (ISO 8402 : 1994). Aktivitas dan teknik operasional yang digunakan untuk
memnuhi kebutuhan akan mutu.
Redundancy. Peralatan cadangan dengan kapasitas yang sama besar dengan yang dioperasikan.
Server. Suatu jaringan computer, CPU yang berfungsi melayani seluruh kebutuhan unit-unitnya.
SIKA. Surat Ijin Kerja, bagi kontraktor instalasi listrik setelah melalui pengujian.
Specification. Instruksi tertulis yang menyertai gambar serta menjelaskan jenis dan kualitas dari
bahan atau pengerjaan suatu barang atau konstruksi.
SPK (Surat Perintah Kerja). Semacam dokumen kontrak yang menyatakan bahwa suatu pihak
memberikan perintah kerja kepada pihak kedua dengan spesifikasi tertentu dan dengan nilai
pembayaran tertentu.
194 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Jakarta & Tangerang terhadap
pelanggan besar yang memberi
Switch. Sakelar, alat kontribusi besar bagi pendapatan
untuk menyalakan PLN.
atau mematikan
peralatan listrik. Call Center 123. Pusat pelayanan
informasi dan gangguan melalui
Visi. Pandangan ke melalui telepon 123.
depan.
PRAQTIS. Pembayaran Rekening
Wave Length. Listrik Fleksibel dan Otomatis (On
Panjang gelombang. Line). Produk layanan PLN yang
memudahkan pembayaran rekening
DIL. Data Induk listrik melalui bank dan ATM.
Langganan.
PUKK. Pembinaan Usaha Kecil dan
AMR. Automatic Koperasi. Program yang bertujuan
Meter Reading. mendorong kegiatan dan
Sistem pembacaan pertumbuhan ekonomi melalui
meter jarak jauh pengembangan potensi usaha kecil
secara otomatis, dan koperasi masyarakat.
terpusat, dan
terintegrasi dari ruang CD (Community Development).
kontrol melalui media Program peduli lingkungan.
komunikasi telepon
publik (PSTN), FOCUS (For Customer
telepon selular Satisfaction) 100 dan 5000.
(GSM), PLC atau Program PLN Distribusi Jawa Barat
frekuensi radio, yang memberikan pelayanan khusus
menggunakan terhadap 100 pelanggan
software tertentu besar/potensial dan 5000 pelanggan
tanpa terlebih dulu biasa (non potensial) melalui
melakukan Account Executive/Account
pemanggilan (dial Manager. Sehingga dapat
up). membangun terbentuknya Customer
Intimacy dan Customer Relationship
PESAT (Pelayanan Management dengan pelangan.
Satu Tempat).
Produk layanan One PDKB Pekerjaan Dalam Keadaan
Stop Service PLN Bertegangan.
Distribusi Jakarta &
Tangerang yang PDKB TR/TM – Pekerjaan Dalam
memudahkan bagi Keadaan Bertegangan pada
pelangan untuk Tegangan Rendah/Tegangan
menyelesaikan Menengah
berbagai
permasalahan listrik PDKB TT/TET - Pekerjaan Dalam
di satu tempat, yaitu Keadaan Bertegangan pada
di Unit Pelayanan. Tegangan Tinggi/Tegangan Ekstra
Tinggi.
PELANGI (Peduli
Pelangan Inti). AA
Produk pelayanan
individual One To An Ansi (American National
One Marketing dari Standard Institute) cooling class
PLN Distribusi designation indicating open, natural-
draft ventilated transformer is dissipated.
transformer
construction, usually Ampere unit of current flow.
for dry-type
transformers. ANSI (American National Standards
Ambient Institute)
Temperature
An organization that provides written
The temperature of standards on transformer [6OOv and
the surrounding below (ANSI C89.1), 601~ and
atmosphere into above (ANSI C57.12)].
which the heat of the
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 195
Autotransformer
A transformer in which part of the winding is common to both the primary and the secondary
circuits.
BIL
Basic Impulse Level, the crest (peak) value that the insulation is required to withstand without
failure.
Bushing
An electrical insulator (porcelain, epoxy, etc.) that is used to control the high voltage stresses that
occur when an energized cable must pass through a grounded barrier.
Buck transformer
Step down the Voltage from Primary Winding to Secondary Winding i.e. 460V to 230V.
Boost transformer
Step up the Voltage from Primary Winding to Secondary Winding i.e. 230V to 460V.
Cast-coil Transformer
A transformer with high-voltage coils cast in an epoxy resin. Usually used with 5 to 15 kV
transformers.
Continuous Rating
Gaines the constant load that a transformer can carry at rated primary voltage and frequency
without exceeding the specified temperature rise.
Copper Losses
Core-Form Construction
A type of core construction where the winding materials completely enclose the core.
Current Transformer
Delta
A standard three-phase connection with the ends of each phase winding connected in series to
form a closed loop with each phase 120 degrees from the other. Sometimes referred to as 3-wire.
Delta Wye
A term or symbol indicating the primary connected in delta and the secondary in wye when
pertaining to a three-phase transformer or transformer bank.
Distribution Transformers
Those rated 5 to 120 kV on the high-voltage side and normally used in secondary distribution
systems. An aplicable standard is ANSI C-57.12.
Dripproof
Constructed or protected so that successful operation is not interfered with by falling moisture or
dirt. A transformer in which the transformer core and coils are not immersed in liquid.
Current that flows in any winding used to excite the transformer when all other windings are open
circuited. It is usually expressed in percent of the rated current of a winding in which it is measured.
FA
An ANSI cooling class designation indicating a forced air ventilated transformer, usually for dry type
196 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Fan Cooled
Cooled mechanically to stay within rated temperature rise by addition of fans internally and/or externally.
Normally used on large transformers only.
FOA
An ANSI cooling class designation indicating forced oil cooling using pumps to circulate the oil for increased
cooling capacity.
FOW
An ANSI cooling class designation indicating forced oil water cooling using a separate water loop in the oil to
take the heat to a remote heat exchanger. Typically used where air cooling is difficult such as underground.
Frequency
On AC circuits, designate number of times that polarity alternates from positive to negative and back again,
such as 60 hertz (cycles per second).
Grounds or Grounding
Connecting one side of a circuit to the earth through low-resistance or low-impedance paths. This help
prevent transmitting electrical shock to personnel. Also aids in the dissipation or mitigation of Noise (High
frequency or other).
Ground Strap
A Flat Strap of varying density, width and length to aid in the dissipation of High frequency noise, commonly
generated by Switching Power Supplies, Lighting Ballasts, Inverters or Variable Frequency Drives.
Terms used to distinguish the wind that has the greater voltage rating from that having the lesser in two-
winding transformers. The terminations on the high-voltage windings are identified by H1, H2, etc., and on
the low-voltage by X1, X2, etc.
Impedance
Indoor transformer
A transformer that, because of its construction, is not suitable for outdoor service.
Insulating Materials
Those materials used to electrically insulate the transformer windings from each other and to ground.
Usually classified by degree of strength or voltage rating (0, A, B, C, and H).
Isolation transformer
For the purpose of isolating the Source Supply from the Consumer(s), aids in prevention of noise
transmission, adds impedance, can also provide an isolated Ground on the secondary.
The kVA or volt-ampere output rating designates the output that a transformer can deliver for a specified
time at rated secondary voltage and rated frequency without exceeding the specified temperature rise (1 kVA
= 1000 VA).
Liquid-immersed Transformer
A transformer with the core and coils immersed in liquid (as opposed to a dry-type transformer).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 197
Load
The amount of electricity, in kVA or volt-amperes, supplied by the transformer. Loads are expressed
as a function of the current flowing in the transformer, and not according to the watts consumed by
the equipment the transformer feeds.
Load Losses
Those losses in a transformer that are incident to load carrying. Load losses include the I2R loss in
the winding, core clamps, etc., and the circulating currents (if any) in parallel windings.
Mid-tap
Moisture-resistant
An open transformer cooled by the draft created by the chimney effect of the heated air in its
enclosure.
Loss in a transformer that ls excited at its rated voltage and frequency, but which is not supplying
load. No-load losses include core loss, dielectric loss, and copper loss in the winding due to exciting
current.
OA
Parallel Operation
Single and three-phase transformers having appropriate terminals may be operated in parallel by
connecting similarly-marked terminals, provided their ratios, voltages, resistances, reactances, and
ground connections are designed to permit paralleled operation and provided their angular
displacements are the same in the case of three-phase transformers.
Polarity Test
Poly-phase
Primary Taps
Designates the input circuit voltage for which the primary tiding is designed.
Primary Winding
Transformer
The ratio of turns in the primary winding to the number of turns in the secondary winding.
Volt-amperes
The ratio of the RMS primary terminal voltage to the RMS secondary terminal voltage under
specified conditions of load.
The change in secondary voltage that occurs when the load is reduced from rated value to zero,
with the values of all other quantities remaining unchanged. The regulation may be expressed in
percent (or per unit) on the basis of the rated secondary voltage at full load.
Winding Losses
A standard three-phase connection with similar ends of the single-phase coils connected to a
common point. This common point forms the electrical neutral point and may be grounded.