Anda di halaman 1dari 317

Jaringan Distribusi Tenaga Listrik |i

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR MENENGAH DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


2014
JARINGAN DISTRIBUSI

TENAGA LISTRIK
SEMESTER 1
Kelas
XI
ii | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Milik Negara

Tidak Diperdagangkan

Penulis
:
JARINGAN Syufrijal

DISTRIBUSI
TENAGA Readysal Monantun
Reviewer
LISTRIK :
Suyitno
PAKET
KEAHLIAN
Soeprijanto
TEKNIK
KETENAGALI
Wisnu Djatmiko
STRIKAN Grafis
:
Semester 1 TIM

SMK
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | iii

Kata Pengantar

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan
proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan.

Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan buku
siswa dan buku guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada
Kurikulum 2013. Buku siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai
untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang
sesuai.

Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah
kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi
itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning)
melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah
(problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan
kemampuan mencipta .

Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis
kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan
pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku
ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya
untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.

Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak
berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini
merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan.

Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami
harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu,
kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah,
editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah mudahan, kita dapat memberikan yang
terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan
generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 33

Gambar 2.5. Konfigurasi Jaringan Sistem Loop (1)

Gambar 2.6. Konfigurasi Jaringan Sistem Loop (2)


Struktur jaringan loop merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial,
dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) atau
pemisah (PMS). Pada saat terjadi gangguan, atau setelah gangguan dapat diisolir,
maka pemutus atau pemisah ditutup sehingga aliran daya listrik ke bagian yang tidak
terkena gangguan tidak terhenti. Pada umumnya penghantar dari struktur ini
mempunyai struktur yang sama, ukuran konduktor tersebut dipilih sehingga dapat
menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur loop, yang merupakan jumlah daya
listrik beban dari kedua struktur radial. Jaringan distribusi loop mempunyai kualitas dan
kontinuitas pelayanan daya yang lebih baik, tetapi biaya investasi lebih mahal dan
cocok digunakan pada daerah yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.
34 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Keterandalan sistem ini lebih


Kelebihan sistem loop: rendah

Dapat menyalurkan Jatuh tegangan makin besar


daya listrik melalui
satu atau dua saluran Bila beban yang dilayani
feeder yang saling bertambah, maka kapasitas
berhubungan pelayanan akan lebih jelek

Menguntungkan dari
segi ekonomis
Bentuk sistem jaringan distribusi
Bila terjadi gangguan loop ini ada 2 macam yaitu :
pada salauran maka
saluran yang lain Bentuk open loop, dilengkapi
dapat menggantikan dengan normally open switch yang
untuk menyalurkan terletak pada salah satu bagian
daya listrik gardu distribusi dan dalam
keadaan normal rangkaian selalu
Konstinuitas terbuka. Skema rangkaian loop
penyaluran daya listrik terbuka dapat dilihat pada gambar
lebih terjamin 2.7.

Bila digunakan dua


sumber pembangkit,
kapasitas tegangan
lebih baik dan regulasi
tegangan cenderung
kecil

Dalam kondisi normal,


pemutus beban dalam
keadaan terbuka

Biaya konstruksi lebih


murah

Faktor penggunaan
konduktor lebih
rendah, yaitu 50 %

Keandalan relatif lebih


baik

Gambar 2.7. Skema Rangkaian


Kelemahan sistem Loop Terbuka
loop:
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 35

Bentuk close loop, dilengkapi dengan normally close switch yang terletak pada salah satu
bagian diantara gardu distribusi dan dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup. Skema
rangkaian loop tertutup dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8. Skema Rangkaian Loop Tertutup

Konfigurasi Sistem Spindel

Jaringan distribusi spindel merupakan saluran kabel bawah tanah tegangan menengah
(SKTM) yang penerapannya cocok di kota-kota besar. Sistem jaringan spindel biasanya
terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu penyulang dalam
keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban
dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, sedangkan saluran yang dioperasikan tanpa
beban dinamakan "express feeder".

Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan
pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan
pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan operasi normal. Konfigurasi jaringan
sistem spindel dapat dilihat pada gambar 2.9 dan 2.10.

Adapun operasi sistem jaringan spindel adalah sebagai berikut:

Dalam keadaan normal semua saluran digardu hubung (GH) terbuka sehingga semua SKTM
beroperasi radial.
Dalam keadaan normal saluran ekspress tidak dibebani dan dihubungkan dengan rel di gardu
hubung dan digunakan sebagai pemasok cadangan dari gardu hubung.

Bila salah satu seksi dari SKTM mengalami gangguan, maka saklar beban di kedua ujung
seksi yang terganggu dibuka. Kemudian sisi gardu induk (GI)
36 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

150 KV

mendapat suplai dari


GI, dan gardu hubung PMT 150 KV
mendapat supply dari
gardu hubung melalui
saluran ekspres. TRAFO DAYA

PMT 20 KV
Sistem jaringan
distribusi spindel
sangat cocok untuk 20 KV

memenuhi kebutuhan-
PMT 20 KV
kebutuhan antara lain:

Peningkatan
keandalan / kontinuitas
pelayanan sistem.

Menurunkan atau EXPRESS FEEDER


menekan rugi –rugi
akibat gangguan.

Sangat baik untuk


men-supply daerah
beban yang memiliki
kerapatan beban yang
cukup tinggi.
SKB (BUKA)
Perluasan jaringan
mudah dilakukan.

Gambar 2.9 : Konfigurasi Jaringan


Sistem Spindel (1)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 37

Gambar 2.10 : Konfigurasi Jaringan Sistem Spindel (2)

Konfigurasi Sistem Spot Network

Untuk pelanggan yang tidak boleh padam (pelanggan VVIP) misalkan: Istana Presiden,
Gedung MPR, bandar udara dan rumah sakit maka tenaga listrik disuplai dengan pola
jaringan spot network dengan minimal 2 penyulang sekaligus plus Automatic Change Over.
Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara
terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa pusat
pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara paralel. Sistem ini merupakan pengembangan
dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem yang paling baik serta dapat
diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau lebih sumber tenaga listrik. Selain itu
jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder. Konfigurasi jaringan sistem spot network
dapat dilihat pada gambar 2.11.
38 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
dapat digunakan pada daerah-
daerah yang memiliki kepadatan
tinggi dan mempunyai kapasitas
dan kontinuitas pelayanan yang
sangat baik. Gangguan yang
terjadi pada salah satu saluran
tidak akan mengganggu
kontinuitas pelayanan. Sebab
semua titik beban terhubung
paralel dengan beberapa sumber
tenaga listrik.

Kelebihan sistem spot network:

Penyaluran tenaga listrik dapat


dilakukan secara terus-menerus
(selama 24 jam) dengan
menggunakan dua atau lebih
feeder.

Merupakan pengembangan dari


sistem-sistem yang terdahulu.

Tingkat keterandalannya lebih


tinggi

Jumlah cabang lebih banyak dari


jumlah titik feeder

Dapat digunakan pada daerah-


daerah yang memiliki tingkat
kepadatan yang tinggi.
Gambar 2.11 :
Konfigurasi Jaringan Memiliki kapasitas dan kontinuitas
Sistem Spot Network pelayanan sangat baik

Gangguan yang terjadi pada salah


satu saluran tidak akan
Sistem spot network mengganggu kontinuitas
pelayanan.
network:

Kelemahan sistem spot


J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 39

Biaya konstruksi dan pembangunan lebih tinggi

Setting alat proteksi lebih sukar

Konfigurasi Sistem Interkoneksi

Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network. Sistem ini
menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang dikehendaki
bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus menerus
(tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas. Hanya saja sistem
ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan perencanaan yang cukup matang. Untuk
perkembangan dikemudian hari, sistem interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan
merupakan sistem yang mempunyai kualitas yang cukup tinggi. Konfigurasi jaringan sistem
interkoneksi dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12 : Konfigurasi Jaringan Sistem Interkoneksi

Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu pusat pembangkit tenaga listrik mengalami
kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke pusat
40 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
daerah kepadatan beban cukup
tinggi dan luas.
pembangkit lain. Untuk
pusat pembangkit Memiliki keterandalan dan kualitas
yang mempunyai sistem yang tinggi.
kapasitas kecil dapat
dipergunakan sebagai Apabila salah satu pembangkit
pembantu dari pusat mengalami kerusakan, maka
pembangkit utama penyaluran tenaga listrik dapat
(yang mempunyai dialihkan ke pusat pembangkit
kapasitas tenaga listrik lainnya.
yang besar). Apabila
beban normal sehari- Bagi pusat pembangkit yang
hari dapat diberikan memiliki kapasitas lebih kecil,
oleh pusat pembangkit dapat dipergunakan sebagai
tenaga listrik tersebut, cadangan atau pembantu bagi
sehingga ongkos pusat pembangkit utama (yang
pembangkitan dapat memiliki kapasitas tenaga listrik
diperkecil. yang lebih besar).

Pada sistem Ongkos pembangkitan dapat


interkoneksi ini pusat diperkecil
pembangkit tenaga
listrik bekerja Sistem ini dapat bekerja secara
bergantian secara bergantian sesuai dengan jadwal
teratur sesuai dengan yang telah ditentukan.
jadwal yang telah
ditentukan. Sehingga Dapat memperpanjang umur pusat
tidak ada pusat pembangkit
pembangkit yang
bekerja terus- Dapat menjaga kestabilan sistem
menerus. Cara ini pembangkitan
akan dapat
memperpanjang umur
Keterandalannya lebih baik.
pusat pembangkit dan
dapat menjaga
Dapat di capai penghematan di
kestabilan sistem
dalam investasi
pembangkitan.

Kelemahan sistem interkoneksi:


Kelebihan sistem
interkoneksi:
Memerlukan biaya yang cukup
mahal.
Merupakan
pengembangan sistem
spot network Memerlukan perencanaan yang
lebih matang.
Dapat menyalurkan
tenaga listrik dari Saat terjadi gangguan hubung
beberapa pusat singkat pada penghantar jaringan,
pembangkit tenaga maka semua pusat pembangkit
listrik. akan tergabung di dalam sistem
dan akan ikut menyumbang arus
hubung singkat ke tempat
Penyaluran tenaga
gangguan tersebut.
listrik dapat
berlangsung terus-
menerus (tanpa Jika terjadi unit-unit mesin pada
putus), walaupun pusat pembangkit terganggu,
maka akan jatuhnya sebagian atau seluruh
mengakibatkan sistem.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 41

Perlu menjaga keseimbangan antara produksi dengan pemakaian.

Merepotkan saat terjadi gangguan petir

Jaringan Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan

rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani.
Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat
ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder disalurkan kepada para pelanggan
melalui kawat berisolasi. Jaringan distribusi sekunder dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13. Jaringan Distribusi Sekunder


Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan
konsumen, jadi sistem ini selain berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi),
juga akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. Mengingat bagian ini
berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya harus diperhatikan.

Pada jaringan tegangan rendah 380/220V ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan (PLN,
1992: NP). Dalam satu tiang saluran tegangan rendah (STR) dapat disambung maksimum 5
sambungan layanan pelanggan (SLP), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.14.
42 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
2.15. Dengan tetap memperhatikan
jatuh tegangan yang diijinkan. Jarak
sambungan maksimum dari tiang ke
rumah terakhir 150m, dan jarak
sambungan maksimum dari tiang ke
rumah atau dari rumah kerumah,
maksimum 30m.

Gambar 2.14. Satu


Tiang STR
Maksimum 5 SLP

Dalam satu Gambar 2.15. Satu Tiang SLP


sambungan layanan Maksimum 5 Pelanggan Secara Seri
pelanggan, dapat
disambung seri Pada sambungan satu tiang atap,
maksimum 5 maksimum dapat disambung 3 (tiga)
pelanggan seperti sambungan layanan pelanggan
terlihat pada gambar seperti Gambar 2.16.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 43

Gambar 2.16. Sambungan Satu Tiang Atap Maksimum 3 SLP

Relasi Arus, Tegangan dan Daya pada Jaringan Distribusi

Tegangan

Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tegangan menengah (TM)
dan tegangan rendah (TR). Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang 1 kV sampai
dengan 30 kV. Untuk negara Indonesia, tegangan menengah yang digunakan adalah 20 kV yaitu
tegangan antar phasa-phasa. Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari
gardu induk (GI) menuju gardu-gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan
menengah. Dilihat dari pengawatannya, sistem distribusi tegangan menengah dibagi menjadi dua
macam yaitu:

Sistem distribusi 20 kV tiga phasa 3 kawat dengan pentanahan netral tinggi dan sistem distribusi 20
kV dengan pentanahan netral rendah

Sistem distribusi 20 kV tiga phasa 4 kawat dengan netral pentanahan langsung.

Tegangan rendah pada saluran distribusi adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan tegangan rendah.
Penyaluran saluran distribusi pada tegangan rendah (TR) dilakukan dengan menggunakan sistem
satu phasa dua kawat dan sistem tiga phasa empat kawat yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri
menggunakan tegangan rendah 380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan
antar phasa dan tegangan 220 V yang merupakan tegangan phasa-netral.
44 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Sistem distribusi tiga


phasa empat kawat
dapat dilihat pada
gambar 2.17
sedangkan instalasi
trafo distribusi yang
menggunakan sistem
tiga phasa empat
kawat dapat dilihat
pada gambar 2.18.

Gambar 2.17. Sistem Distribusi


Tiga Phasa Empat Kawat

Gambar 2.18.
Sistem Tiga
Phasa Empat
Kawat Pada Trafo
Distribusi
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 45

Seperti terlihat pada gambar 2.18, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung
bintang/star dan saluran netral diambil dari titik bintangnya. Rumus tegangan 3 phasa adalah
sebagai berikut:

V
Vp L

Keterangan,

VP = tegangan phasa - netral (R-N atau S-N atau T-N)

VL = tegangan phasa - phasa (R-S atau S-T atau R-T)

Daya

Daya semu (kVA) yang dikirimkan dalam jaringan distribusi terdiri dari daya aktif (kW) dan
daya reaktif (kVar). Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu dapat
digambarkan dalam segitiga daya seperti terlihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19. Segitiga Daya

Dari gambar tersebut dapat kita peroleh :

S2 = P2 + Q2

P = S cos θ

Q = S sin θ
Daya listrik pada sistem 1 phasa dapat dirumuskan sebagai berikut :

Daya aktif, P1ɸ = Vp . Ip Cos (θkW )

Daya reaktif, Q1ɸ= Vp . Ip Sin θ(kVar )


46 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Daya semu, S1ɸ= Vp . Ip* ( kVA )

S
(V ) .(I )*

1

S1(V ) .(I )

S1(V ) .(I )

S1V



S1V

cos () j

sin ()
Karena sudutadalah merupakan sudut phasa antara tegangan dan arus, jadi sama dengan sudut θ,
sehingga persamaan day

Daya semu, S1V I cosj V I sin

S1ɸ = P1ɸ+ j Q1ɸ


S1ɸ= √

Daya listrik pada sistem 3 phasa dapat dirumuskan sebagai berikut :

Daya aktif,
P3ɸ= 3 VP . IP Cos θ(kW )

P3ɸ = √3L. I L VCos


θ
Daya reaktif,
Q3ɸ= 3 VP . IP Sin (θkVar )

Q3ɸ= √3L. I L Vsin


θ
Daya semu,
S3ɸ= 3 VP . IP *
(kVA)

S3ɸ= √3L. I L* V

S3ɸ = P3ɸ+ j Q3ɸ

Jika suatu beban seimbang dihubungkan bintang (Y), maka tegangan pada masing-masing impedansi adalah tegangan saluran dibagi √ dan
arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi tersebut sama dengan arus saluran, atau :


J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 47

Keterangan,

VP = tegangan phasa –netral (Volt)

VL = tegangan phasa –phasa (Volt)

IP = arus phasa –netral (Ampere)

IL = arus phasa –phasa (Ampere)

sehingga daya aktif yang masuk ke beban hubung bintang (Y) adalah

P3ɸ= 3 VP . IP Cos θ

=3
.

. IL . Cos θ

=3
.

. IL . Cos θ

√3L. I L VCos θ

Beban hubung bintang dapat dilihat pada gambar 2.20.


Gambar 2.20. Beban Hubung Bintang (Y)

Jika suatu beban seimbang dihubungkanmakadeltategangan pada(Δ),masing-masing


impedansi adalah tegangan antar saluran dan arus yang mengalir lewat masing-masing
impedansi tersebut sama dengan besarnya arus saluran dibagi √ , atau :

48 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

sehingga daya aktif


yang masuk ke beban
hubung delta

(Δ)adalah

P3ɸ= 3 VP . IP
Cos θ

=3
=
. VL .
√3L. I L VCos θ
. Cos θ

Beban hubung delta dapat dilihat


pada gambar 2.21

=3
. VL .

. Cos θ

Gambar 2.21 Beban Hubung Delta


(Δ)
Tegangan beban

Arus saluran distribusi

Daya aktif pada beban per phasa


Contoh soal 1 dan total daya aktif beban

Sebuah saluran Daya reaktif pada beban per phasa


distribusi tiga phasa dan total daya reaktif beban
416 V mensuplai
beban hubung Daya semu pada beban per phasa
bintang, arus beban dan total daya semu pada beban
yang dihasilkan
sebesar 20 A dengan
faktor daya sebesar Jawab:
0,75. Hitunglah:

J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 49

Faktor Daya,
cos θ= 0,75

θ= cos-1 (0,75)

θ= 41,410

a. Tegangan yang masuk ke beban hubung bintang


adalah

VP = 240 V

Arus saluran adalah arus yang masuk ke beban

Daya aktif pada beban per phasa,

P1ɸ = Vp . Ip Cos θ

240 . 20 . 0,75

3600 W

3,6 kW
Total daya aktif pada beban dengan menggunakan sistem
3 phasa adalah

P3ɸ= 3 P1ɸ

3 . 3600

10800 W

10,8 kW

atau
P = √3. I VCos θ
3ɸ L L

√3.416 . 20 . 0.75

10807 W

10,8 kW

Daya reaktif pada beban per phasa,

Q1ɸ = Vp . Ip sin θ

240 . 20 . sin 41,410

240 . 20 . 0,6614

3175 Var

3,2 kVar
50 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
beban dengan menggunakan
sistem 3 phasa adalah S3ɸ= 3 S1ɸ
Total daya reaktif
pada beban dengan 3 . 4,8
menggunakan sistem
3 phasa adalah Q3ɸ= 14,4 VA
3 Q1ɸ
atau,
3 . 3175 S = √3. I * V
3ɸ L L
9525 Var
√3.416 . 20
9,5 kVar
14410,66 VA
atau
Q = √3. I Vsin 14,4 VA
θ
3ɸ L L

Contoh soal 2
√3.416 . 20 . sin
41,410 Sebuah saluran distribusi tiga
phasa 380 V mensuplai beban
9531 Var hubung delta dengan arus saluran
10 A dengan faktor daya sebesar
9,5 kVar 0,85. Hitunglah:

Tegangan beban
Daya semu pada
beban per phasa, Arus beban

S1ɸ = P1ɸ+ j Q1ɸ Daya aktif pada beban per phasa


√ dan total daya aktif beban

Daya reaktif pada beban per phasa
√23,2 dan total daya reaktif beban

4,8 kVA Daya semu pada beban per phasa


dan total daya semu pada beban

Total daya aktif pada


Jawab:

J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 51

Faktor Daya,
cos θ= 0,85

θ= cos-1 (0,85)

θ= 31,790

Tegangan yang masuk ke beban hubung delta adalah


tegangan saluran
Arus yang masuk ke beban hubung delta adalah

=√

IP = 5,77 A

c. Daya aktif pada beban per phasa, P1ɸ = Vp . Ip Cos θ


380 . √ . 0,85

220 . 10 . 0,85

1870 W

1,9 kW

Total daya aktif pada beban dengan menggunakan sistem


3 phasa adalah

P3ɸ= 3 P1ɸ

3 . 1870

5610 W

5,6 kW

atau
P = √3. I VCos θ
3ɸ L L

√3.380 . 10 . 0.85

5594,5 W

5,6 kW

Daya reaktif pada beban per phasa, Q1ɸ = Vp . Ip sin θ


380 . √ . sin 31,790

220 . 10 . 0,5268

1159 Var

1,2 kVar
52 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Total daya aktif pada beban dengan


Total daya reaktif menggunakan sistem 3 phasa
pada beban dengan adalah S3ɸ= 3 S1ɸ
menggunakan sistem
3 phasa adalah Q3ɸ= 3 . 2,2
3 Q1ɸ
6,6 kVA
3 . 1159
atau,
3477 Var S = √3. I * V
3ɸ L L
3,5 kVar
√3.380 . 10
atau
Q = √3. I Vsin 6581,79 VA
θ
3ɸ L L 6,6 kVA

√3.380 . 10 . sin
31,790

3467 Var Effisiensi

3,5 kVar Effisiensi pada saluran distribusi


adalah perbandingan antara
besarnya daya listrik keluaran
Daya semu pada dengan daya listrik yang masuk
beban per phasa, S1ɸ pada saluran distribusi. Effisiensi
= P1ɸ+ j Q1ɸ pada saluran distribusi dapat

dihitung dengan:

√5,05

2,2 kVA dimana,

Pin = Prugi-rugi + Pout


J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 53

Penyusutan Energi pada Jaringan Distribusi

Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya berjauhan
seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran
dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Rugi-rugi pada saluran distribusi meliputi rugi-rugi
daya listrik dan rugi-rugi tegangan saluran. Rugi-rugi tegangan biasanya dikenal dengan istilah
jatuh tegangan (drop voltage). Rugi-rugi saluran dan rugi-rugi trafo tersebut memberi pengaruh
yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai
tegangan yang melebihi batas toleransi akan menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan
listrik pada sisi konsumen. Selain itu, rugi-rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian
finansial di sisi pengelola energi listrik. Rugi-rugi pada jaringan distribusi disebabkan karena
saluran distribusi mempunyai hambatan, reaktansi dan kapasitansi. Nilai kapasitansi saluran
distribusi biasanya kecil sehingga dapat diabaikan. Untuk memudahkan perhitungan dalam
menganalisa jaringan distribusi sistem tiga phasa maka dibuat rangkaian ekuivalen saluran satu
phasa seperti terlihat pada gambar 2.22.

Gambar 2.22. Rangkaian Ekuivalen Saluran Distribusi

Keterangan gambar:

VS = tegangan pengiriman (volt)

VR = tegangan beban (volt)

R = tahanan saluran (ohm )

X = reaktansi induktif saluran (ohm)

Z = impedansi saluran (ohm )


I = arus yang mengalir ke beban (A)

L = panjang saluran (km)


VS - V R

VS

VS
54 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Dari gambar rangkaian ekuivalen saluran distribusi diatas maka didapat persamaan berikut:

VS = VR + I . Z

= R+jX

Jatuh Tegangan

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar atau bisa dikatakan
bahwa adanya perbedaan tegangan antara tegangan kirim dan tegangan terima. Jatuh tegangan pada
suatu saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Jika ada arus yang mengalir melalui saluran
distribusi maka akan terjadi penurunan tegangan sepanjang saluran. Dengan demikian tegangan pada
pusat beban tidak sama dengan tegangan pengiriman. Penurunan tegangan terdiri dari dua komponen
yaitu:

I . R , yaitu rugi tegangan akibat tahanan saluran

I . X , yaitu rugi tegangan akibat reaktansi induktif saluran

Berdasarkan rangkaian ekuivalen saluran distribusi diatas, maka persamaan jatuh tegangan didapatkan
dari diagram vektor arus dan tegangan pada saluran distribusi seperti yang terlihat pada gambar 2.23.

Gambar 2.23. Diagram Vektor Arus dan Tegangan Saluran Distribusi

Pada Gambar 2.23 dapat diperhatikan bahwa persamaan tegangan yang mendasari diagram vektor
tersebut adalah :

= VR + I . R . cos θ + I . X . sin θ = VR + I (R . cos θ + X . sin θ)

= I (R . cos θ + X . sin θ)

V = I (R cos θ+ X sin θ)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 55

sehingga jatuh tegangan saluran distribusi ( V) per phasa adalah:

V1ɸ = I (R cos θ+ X sin θ) (volt )

Jatuh tegangan saluran distribusi ( V) dengan sistem 3 phasa adalah:

V3ɸ = √3 .
V1ɸ
V3ɸ = √3 .
I (R cos θ+ X sin θ) (volt )

keterangan,

Cos θ = faktor daya

Besarnya jatuh tegangan pada saluran distribusi per phasa atau 3 phasa dapat dinyatakan
dalam per unit (pu) atau dalam persentase (%), yaitu:

Vpu

pu

atau,

Vpu

pu
atau,

% V
= Vpu . 100

Berdasarkan SPLN 72 : 1987 dapat dikatakan bahwa maka sebuah jaringan tegangan
menengah harus memenuhi kriteria jatuh tegangan (drop voltage) sebagai berikut :

Jatuh tegangan pada jaringan sistem spindel maksimum 2%

Jatuh tegangan pada jaringan sistem loop dan radial maksimum 5%

Rugi-Rugi Daya

Dalam penyalurannya, tenaga listrik mengalami rugi –rugi daya listrik yang besar karena
luasnya daerah yang membutuhkan suplai tenaga listrik dari jaringan distribusi. Rugi-rugi
daya listrik pada saluran distribusi dibagi menjadi 2 bagian yaitu: rugi-rugi daya aktif dan rugi-
rugi daya reaktif.
rugi-rugi (3ɸ)

rugi-rugi(1ɸ)

Prugi-rugi (3ɸ)
56 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

keterangan,
Rugi-rugi daya aktif
I = arus yang mengalir dalam
Besar rugi daya aktif jaringan (A)
ditentukan oleh
kuadrat arus (I2) dan R = hambatan dalam penghantar
resistansi jaringan (R) (ohm)
yang merupakan
representasi jarak
saluran. Dengan kata
lain, elemen yang Rugi-rugi daya reaktif
paling
Besar rugi daya reaktif ditentukan
berpengaruh terhadap oleh kuadrat arus (I2) dan
besarnya rugi –rugi reaktansi jaringan (X) yang
daya aktif adalah merupakan representasi jarak
besarnya arus dan saluran. Dengan kata lain, elemen
besarnya resistansi yang paling
jaringan. Resistansi
jaringan akan sangat berpengaruh terhadap besarnya
dipengaruhi oleh jarak rugi –rugi daya reaktif adalah
saluran itu sendiri. besarnya arus dan besarnya
reaktansi jaringan. Reaktansi
jaringan akan sangat dipengaruhi
oleh jarak saluran itu sendiri.
Rugi-rugi daya aktif
per phasa dapat dilihat
pada persamaan
berikut: Rugi-rugi daya reaktif per phasa dapat
dilihat pada persamaan berikut:
Prugi-rugi(1ɸ) = I2 . R
(watt) Q = I2 . X (Var)

sedangkan rugi-rugi
daya aktif tiga phasa sedangkan rugi-rugi daya reaktif
adalah tiga phasa adalah

= 3. I2 . R (watt) Q = 3. I2 . X (Var)

= 3 . P1ɸ = 3 . Q1ɸ
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 57

Contoh Soal 3.

Suatu saluran distribusi tiga phasa dengan tegangan 20 kV mensuplai beban hubung bintang
di titik A seperti terlihat pada gambar 2.24, arus beban adalah 100 A dengan faktor daya
sebesar 0,8 sedangkan impedansi saluran distribusi adalah 0,55 + j 0,5 ohm.

Hitunglah:

Jatuh tegangan saluran distribusi

Rugi-rugi daya saluran distribusi

Daya aktif beban per phasa serta daya aktif beban 3 phasa

Daya reaktif beban per phasa serta daya reaktif beban 3 phasa

Daya semu per phasa serta daya semu beban 3 phasa

Effisiensi saluran distribusi

Gambar 2.24. Saluran Distribusi 3 Phasa Mensuplai Beban A

Jawab:

Tegangan yang masuk ke beban hubung bintang adalah



=√

VP = 11,55 kV

Faktor daya, cos= 0,8θ

= cos-1 (0,8)
= 36,870

Impedansi saluran, Z=R+jX

Z = 0,55 + j 0,5 ῼ

sehingga, nilai R = 0,55 ῼ dan X = 0,5 ῼ


58 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
atau,

Jatuh tegangan pada Jatuh tegangan pada saluran


saluran distribusi per distribusi per unit adalah
phasa adalah
Vpu . (pu)
V1ɸ = I (R cos θ+ X sin
θ)

100 [ (0,55 . 0,8) + =0,0064 pu


(0,5 . sin 36,870) ]

100 [ (0,55 . 0,8) + sehingga besarnya persentase


(0,5 . 0,6) ] jatuh tegangan pada saluran
distribusi adalah % V = Vpu . 100
100 (0,44 + 0,3)
0,0064 . 100
100 (0,74)
0,64
74 V

0,074 kV atau,

Jatuh tegangan pada Vpu (pu)


saluran distribusi 3
phasa adalah

V3ɸ = √3 . V1ɸ =0,0064 pu


√3 . 74
% V = Vpu . 100
128, 17 V

0,128 kV 0,0064 . 100

0,64
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 59

b. Rugi-rugi daya saluran distribusi adalah rugi-rugi daya aktif dan rugi-rugi daya reaktif

Rugi-rugi daya aktif

Rugi-rugi daya aktif saluran per phasa di titik A adalah

Prugi-rugi (1ɸ) = I2 . R

(100)2 . 0,55

10.000 . (0,55)

5500 W

5,5 kW

Rugi-rugi daya aktif 3 phasa adalah

Prugi-rugi (3ɸ) = 3. Prugi-rugi (1ɸ)

3 . 5,5

16,5 kW

0,0165 MW

Rugi-rugi daya reaktif

Rugi-rugi daya reaktif saluran per phasa di titik A adalah:

Qrugi-rugi (1ɸ) = I2 . X

(100)2 . 0,5

10.000 . (0,5)

5000 Var

5 kVar

Rugi-rugi daya reaktif 3 phasa adalah:

Qrugi-rugi (3ɸ) = 3. Qrugi-rugi (1ɸ)


3.5

15 kVar

0,015 MVar
60 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
2771,28 kW

Daya aktif pada beban 2,77 MW


per phasa dapat
dihitung dengan
menggunakan rumus

P1ɸ = Vp . Ip cos θ
Daya reaktif pada beban per
11,55 . 100 . 0,8 phasa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
924 kW
Q1ɸ = Vp . Ip sin θ
0,92 MW
11,55 . 100 . sin 36,870

Daya aktif pada beban 11,55 . 100 . 0,6


3 phasa adalah:
693 kVar
P3ɸ = 3. P1ɸ
0,69 MVar
3 . 924

2772 kW
Daya reaktif pada beban 3 phasa
2,77 MW adalah:

atau, Q3ɸ = 3. Q1ɸ


P = √3. I VCos
θ 3 . 693
3ɸ L L

2079 kVar
√3.20 . 100 . 0.8
2,08 MVar
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 61

atau,
Q = √3. I Vsin θ
3ɸ L L

√3.20 . 100 . sin 36,870

√3.20 . 100 . 0.6

2078,46 kVar

2,08 MVar

Daya Semu pada beban per phasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus

S1ɸ = P1ɸ+ j Q1ɸ


1155 kVA

1,15 MVA

Daya Semu pada beban 3 phasa adalah:

S3ɸ = 3 S1ɸ

3 . 1155

3465 kVA

3,46 MVA

atau,
S = √3. I * V
3ɸ L L

√3.20 . 100

3464,1 kVA

3,46 MVA

Effisensi saluran distribusi dapat dihitung dengan menggunakan rumus


dimana,

Pin = Prugi-rugi + Pout

0,0165 + 2,8

2,82 MW
62 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
phasa serta total daya reaktifnya

sehingga effisiensi Daya semu pada masing-masing


saluran distribusi beban per phasa dan 3 phasa serta
adalah total daya reaktifnya

Daya semu pada output trafo


distribusi serta faktor daya pada
trafo distribusi

Rugi-rugi daya saluran distribusi

Effisiensi saluran distribusi

Contoh Soal 4

Sistem distribusi
sekunder 3 phasa 4
kawat dengan
tegangannya 416 V
mensuplai beban
hubung bintang di titik
A, B, C seperti
ditunjukkan pada
gambar 2.25.
Hitunglah : Gambar 2.25. Saluran Distribusi 3
phasa Mensuplai Beban A, B dan C
Jatuh tegangan
saluran distribusi

Daya aktif pada


Jawab:
masing-masing beban
per phasa dan 3
Tegangan yang masuk ke beban
phasa serta total daya
hubung bintang adalah
aktifnya √

Daya reaktif pada


masing-masing bebanVP = 240 V
per phasa dan 3
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 63

Beban A

Arus beban, IA = 30 A

Faktor daya, cos = θ1

θ = cos-1 (1)

θ = 00

Beban B

Arus beban, IB = 20 A

Faktor daya, cos = θ0,5

θ = cos-1 (0,5)

θ = 600

Beban C

Arus beban, IC = 50 A

Faktor daya, cos= 0,9θ

= cos-1 (0,9)

= 25,840

Gunakan persamaan jatuh tegangan saluran distribusi per phasa

V = I (R cos θ+ X sin θ)

Beban A

Impedansi saluran di titik A adalah impedansi saluran dari output trafo ke titik A Z = R + j X

ZA = Z(trafo-A)

ZA = 0,05 + j 0,01 ῼ

sehingga, nilai R = 0,05 ῼ dan X = 0,01 ῼ

Jatuh tegangan saluran distribusi pada beban per phasa di titik A adalah VA (1ɸ) = I (R cos θ+
X sin θ)

30 [ (0,05 . 1) + (0,1 . sin 00) ]

30 [ (0,05 . 1) + (0) ]

30 (0,05 + 0)

30 (0,05)

1,5 Volt
64 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

atau, ZB = Z(trafo-A) + Z(A-B)

Jatuh tegangan pada ZB = [ (0,05 + j 0,01) + (0,1 +


saluran distribusi per j0,02) ] ῼ
unit di titik A adalah
= 0,15 + j 0,03 ῼ
VA (pu) (pu)

sehingga, nilai R = 0,15 ῼ dan X =


0,03 ῼ
=0,00625 pu

sehingga besarnya
persentase jatuh Jatuh tegangan saluran distribusi
tegangan saluran pada titik B per phasa adalah
distribusi di titik A
adalah % VA = VA (pu) . VB (1ɸ) = I (R cos θ+ X sin θ)
100
20 [ (0,15 . 0,5) + (0,03 . sin 600) ]
= 0,00625 . 100 =
0,625
20 [(0,15 . 0,5) + (0,03 . 0,866) ]
Beban B
20 (0,075 + 0,02598)
Impedansi saluran di
20 (0,101)
titik B adalah
impedansi saluran
dari output trafo ke 2,02 Volt
titik A ditambah
atau,
dengan impedansi
saluran dari titik A ke Jatuh tegangan pada saluran
B. distribusi per unit di titik B adalah

, Z =R+jX
VB (pu) (pu)

=0,00842 pu
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 65

sehingga besarnya persentase jatuh tegangan saluran distribusi di titik B adalah

% VB = VB (pu) . 100

0,00842 . 100

0,842

Beban C

Impedansi saluran di titik C adalah impedansi saluran dari output trafo ke titik A ditambah
dengan impedansi saluran dari titik A ke B ditambah dengan impedansi saluran dari titik B
ke C.

, Z =R+jX

ZC = Z(trafo-A) + Z(A-B) + Z(B-C)

ZC = [(0,05 + j 0,05) + (0,1 + j 0,02) + (0,05 + j0,05) ] ῼ = 0,2 + j 0,08 ῼ

sehingga, nilai R = 0,2 ῼ dan X = 0,08 ῼ

Jatuh tegangan saluran distribusi pada beban per phasa di titik C adalah VC (1ɸ) = I (R cos
θ+ X sin θ)

50 [ (0,2 . 0,9) + (0,08 . sin 25,840) ]

50 [(0,2 . 0,9) + (0,08 . 0,436) ]

50 (0,18 + 0,03488)

50 (0,2148)

10,744 Volt

atau,

Jatuh tegangan pada saluran distribusi per unit di titik C adalah

VC (pu) (pu)

=0,0448 pu
sehingga besarnya persentase jatuh tegangan saluran distribusi di titik C adalah % VC = VC
(pu) . 100

0,0448 . 100

4,48
66 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Sehingga total jatuh Daya aktif per phasa untuk


tegangan per phasa masing-masing beban
adalah

Ʃ V(1ɸ) = VA + VB + Beban A
VC
Daya aktif pada beban A per
1,5 + 2,02 + 10,744 phasa

14, 264 V PA (1ɸ) = V. IA cos θ

atau, 240 x 30 x 1

Total jatuh tegangan 7200 W


pada saluran distribusi
per unit adalah 7,2 KW

Ʃ Vpu (pu)
Daya aktif pada beban A dengan
sistem 3 phasa

=0,0594 pu PA (3ɸ) = 3. P1ɸ

3 . 7,2
sehingga total besarnya
persentase jatuh 21,6 kW
tegangan saluran
distribusi adalah
atau
Ʃ V = Ʃ V . 100 P = √3. I VCos θ
pu
A (3ɸ) L L

0,0594 . 100
√3.416 . 30 . 1
5,94
21615 W

21,6 kW
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 67

Beban B

Daya aktif pada beban B per phasa

PB (1ɸ) = V . IB cos θ

240 x 20 x 0,5

2400 W

2,4 KW

Daya aktif pada beban B dengan sistem 3 phasa

PB (3ɸ) = 3. PB (1ɸ)

3 . 2,4

7,2 kW

atau
P = √3. I VCos θ
B (3ɸ) L L

√3.416 . 20 . 0,5

7205,33 W

7,2 kW

Beban C

Daya aktif pada beban C per phasa

PC(1ɸ) = V . IC cos θ

240 x 50 x 0,9

10800 W

10,8 KW

Daya aktif pada beban C dengan sistem 3 phasa

PC (3ɸ) = 3. PC (1ɸ)

3 . 10,8

32,4 kW
atau
P = √3. I VCos θ
C (3ɸ) L L

√3.416 . 50 . 0,9

32433,99 W

32,4 kW

Sehingga total daya aktif per phasa adalah

ƩP1ɸ= PA(1ɸ) + PB(1ɸ) + PC(1ɸ)

7,2 + 2,4 + 10,8

20,4 kW
68 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Beban B
Total daya aktif pada beban 3
phasa ƩP3ɸ= 3 . ƩP1ɸ Daya reaktif pada beban B
per phasa
3 . 20,4
QB(1ɸ) = V . IB sin θ
61,2 kW
240 . 20 sin 600
0,0612 MW
240 x 20 x 0,866
atau
4156,8 Var
Total daya aktif pada beban 3
phasa adalah 4,156 kVar

ƩP3ɸ= PA(3ɸ) + PB(3ɸ) + PC(3ɸ)


Daya reaktif pada beban B
21,6 + 7,2 + 32,4 dengan sistem 3 phasa

61,2 kW QB (3ɸ) = 3. QB(1ɸ)

0,612 MW 3 . 4,156

12,468 kVar
Daya reaktif per phasa untuk
masing-masing beban Beban 0,0125 MVar
A
atau
Daya reaktif pada beban A Q = √3. I Vsin θ
per phasa B (3ɸ) L L

QA(1ɸ) = V . IA sin θ √3.416 . 20 . sin 600

240 . 30 . sin 00 12480 Var

240 . 50 . 0 12,48 kVar

0 Var 0,0125 MVar


J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 69

Beban C

Daya reaktif pada beban C per phasa

QC(1ɸ) = V . IC sin θ

240 . 50 . sin 25,840

240 . 50 . 0,436

5232 Var

5,232 kVar

Daya reaktif pada beban C dengan sistem 3 phasa

QC (3ɸ) = 3. QC(1ɸ)

3 . 5,232

15,696 kVar

0,0157 MVar

atau
Q = √3. I Vsin θ
C (3ɸ) L L

√3.416 . 50 . sin 25,840

√3.416 . 50 . 0,436

15707,62 Var

15,707 kVar

0,0157 MVar

Sehingga total daya reaktif per phasa adalah

ƩQ(1ɸ) = QA(1ɸ) + QB(1ɸ) + QC(1ɸ)

0 + 4,156 + 5,232

9,389 kVar

Total daya reaktif pada beban 3 phasa ƩQ3ɸ = 3 . ƩQ1ɸ

3 . 9,389
28,167 kVar

0,0282 MVar

atau

Total daya reaktif pada beban 3 phasa adalah

ƩQ3ɸ = QA(3ɸ) + QB(3ɸ) + QC(3ɸ)

0 + 12,48 + 15,707

28,194 kVar

0,0282 MVar
70 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
0,0216 MVA

Daya semu per phasa untuk


masing-masing beban Beban Beban B
A
Daya semu pada beban B
Daya semu pada beban A per phasa
per phasa
SB(1ɸ) = V . IB*
*
SA(1ɸ) = V . IA
240 . 20
240 . 30
4800 VA
720 VA
4,8 kVA
0,72 kVA

Daya semu pada beban B


Daya semu pada beban A dengan sistem 3 phasa
dengan sistem 3 phasa
SB (3ɸ) = 3. SB(1ɸ)
SA (3ɸ) = 3. SA(1ɸ)
3 . 4,8
3 . 0,72
14,4 kVA
2,16 kVA
0,0144 MVA
0,00216 MVA
atau
atau S = √3. I * V
*
S = √3. I V B (3ɸ) L L
A (3ɸ) L L

√3.416 . 20
√3.416 . 30
14410 VA
21615 VA
14,41 kVA
21,6 kVA
0,0144 MVA
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 71

Beban C

Daya semu pada beban C per phasa

SC(1ɸ) = V . IC*

240 . 50

12000 VA

12 kVA

Daya semu pada beban C dengan sistem 3 phasa

SC (3ɸ) = 3. SC(1ɸ)

3 . 12

36 kVA

0,036 MVA

atau
S = √3. I * V
C (3ɸ) L L

√3.416 . 50

36026,66 VA

36,027 kVA

0,036 MVA

Sehingga total daya semu per phasa adalah

ƩS(1ɸ) = SA(1ɸ) + SB(1ɸ) + SC(1ɸ)

0,72 + 4,8 + 12

17,52 kVA

Total daya semu pada beban 3 phasa ƩS3ɸ = 3 . ƩS1ɸ

3 . 17,52

52,56 kVar
0,0526 MVar

atau

Total daya semu pada beban 3 phasa adalah

ƩS3ɸ = SA(3ɸ) + SB(3ɸ) + SC(3ɸ)

2,16 + 14,41 + 36

52,57 kVA

0,0526 MVA
72 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Daya Semu pada output trafo distribusi per phasa adalah

ƩStrafo (1ɸ) = ƩP1ɸ + j ƩQ1ɸ


22,457 kVA

Daya semu pada output trafo distribusi dengan sistem 3 phasa adalah

ƩStrafo (3ɸ) = 3 . ƩStrafo (1ɸ)

3 . 22,457

67,371 kVA

Sehingga total daya semu pada output trafo distribusi per phasa adalah 22, 457 KVA
sedangkan faktor daya pada trafo distribusi adalah:

cos = θ

0,908 (lagging)

Rugi-rugi daya saluran distribusi adalah rugi-rugi daya aktif dan rugi-rugi daya reaktif

Beban A

Rugi-rugi daya aktif per phasa di titik A adalah

PA (rugi-rugi 1ɸ) = IA2 . Rtrafo-A

(30)2 . 0,05

900 . 0,05

45 W

0,045 kW

Rugi-rugi daya aktif 3 phasa di titik A adalah


PA (rugi-rugi 3ɸ) = 3 . PA (rugi-rugi 1ɸ)

3 . 45

135 W

0,135 kW
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 73

Rugi-rugi daya reaktif per phasa di titik A adalah

QA (rugi-rugi 1ɸ) = IA2 . Xtrafo-A

(30)2 . 0,01

900 . 0,01

9 Var

0,009 kVar

Rugi-rugi daya reaktif 3 phasa di titik A adalah

QA (rugi-rugi 3ɸ) = 3 . QA (rugi-rugi 1ɸ)

3.9

18 Var

0,018 kVar

Beban B

Rugi-rugi daya aktif per phasa di titik B adalah

PB (rugi-rugi 1ɸ) = IB2 . Rtrafo-B

IB2 . (Rtrafo-A + RA-B)

(20)2 . (0,05 + 0,1)

400 (0,15)

60 W

0,060 kW

Rugi-rugi daya aktif 3 phasa di titik B adalah

PB (rugi-rugi 3ɸ) = 3 . PB (rugi-rugi 1ɸ)

3 . 60

180 W

0,180 kW
Rugi-rugi daya reaktif per phasa di titik B adalah

QB (rugi-rugi 1ɸ) = IB2 . Xtrafo-B

IB2 . (Xtrafo-A + XA-B)

(20)2 . (0,01+0,02)

(20)2 . 0,03

400 . 0,03

12 Var

0,012 kVar
74 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

3 . 500
Rugi-rugi daya reaktif 3 phasa
di titik B adalah 1500 W

QB (rugi-rugi 3ɸ) = 3 . QB (rugi-rugi 1ɸ) 1,5 kW

3 . 12
Rugi-rugi daya reaktif per
36 Var phasa di titik C adalah

0,036 kVar QC (rugi-rugi 1ɸ) = IC2 . Xtrafo-C

IC2 . (Xtrafo-A + XA-B + XB-C)


Beban C
(50)2 . (0,01+0,02+0,05)
Rugi-rugi daya aktif per phasa
di titik C adalah
(50)2 . 0,08
PC (rugi-rugi 1ɸ) = IC2 . Rtrafo-C
2500 . 0,08
IC2 . (Rtrafo-A + RA-B + RB-C)
200 Var

(50)2 . (0,05 + 0,1 + 0,05) 0,2 kVar

2500 (0,2)
Rugi-rugi daya reaktif 3
500 W phasa di titik C adalah

0,5 kW QC (rugi-rugi 3ɸ) = 3 . QC (rugi-rugi


1ɸ)

Rugi-rugi daya aktif 3 phasa di 3 . 200


titik C adalah
600 Var
PC (rugi-rugi 3ɸ) = 3 . PC (rugi-rugi 1ɸ)
0,6 kVar
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 75

Sehingga total rugi-rugi daya aktif saluran per phasa adalah

ƩP(rugi-rugi 1ɸ) = PA (rugi-rugi 1ɸ) + PB (rugi-rugi 1ɸ) + PC (rugi-rugi 1ɸ)

45 + 60 + 500

605 W

0,605 kW

Total rugi-rugi daya aktif saluran 3 phasa adalah

ƩP = 3P. Ʃ
(rugi-rugi 3ɸ) (rugi -rugi 1ɸ)

3 . 605

1815 W

1,815 kW

Total rugi-rugi daya reaktif saluran per phasa adalah

ƩQ(rugi-rugi 1ɸ) = QA (rugi-rugi 1ɸ) + QB (rugi-rugi 1ɸ) + QC (rugi-rugi 1ɸ)

9 + 12 + 200

221 Var

0,221 kVar

Total rugi-rugi daya aktif saluran 3 phasa adalah

ƩQ = 3 . Ʃ Q
(rugi-rugi 3ɸ) (rugi -rugi 1ɸ)

3 . 221

661 Var

0,661 kVar

Effisiensi saluran distribusi dapat dihitung dengan menggunakan rumus


dimana,

Pin(1ɸ) = ƩP(rugi-rugi 1ɸ) + ƩPout(1ɸ)

0,605 + 20,4

21,005 kW

sehingga effisiensi saluran distribusi adalah


76 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Rugi-Rugi Transformator

Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus diperhatikan. Rugi - rugi tersebut adalah :

Rugi-rugi Tembaga

Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif yang dimiliki oleh
tembaga pada bagian kumparan trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder. Rugi-rugi tembaga
dirumuskan sebagai berikut :

PCU = I2 R

keterangan,

I = arus yang mengalir (Ampere)

R = resistansi pada kumparan primer atau sekunder (ohm)

Eddy Current (Arus Eddy)

Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-rugi panas yang terjadi pada bagian inti trafo. Perubahan fluks yang
dihasilkan tegangan induksi pada inti trafo (besi) menyebabkan arus berputar pada bagian inti trafo. Arus
eddy akan mengalir pada bagian inti trafo dan akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo yang
kemudian menimbulkan panas. Rugi-rugi arus eddy dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pe = Ke . f2. BM2

keterangan,

Ke = konstanta arus eddy, tergantung pada volume inti

f = frekuensi jala-jala (Hz)

BM = kerapatan fluks maksimum2) ( Ф/A = Ma

Rugi-rugi Hysterisis

Rugi-rugi hysterisis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan daerah magnetik pada
bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut dibutuhkan energi. Akibatnya akan
menimbulkan rugi-rugi terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas pada bagian
inti trafo.

Ph = Kh . f2. BM2
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 77

keterangan,

Kh = konstanta histerysis, tergantung pada bahan inti

f = frekuensi jala-jala (Hz)

BM = kerapatan fluks maksimum2) ( Ф/A = Ma

Analisa Jaringan Distribusi

Dalam membuat analisa jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV dilakukan dengan menggunakan
rangkaian listrik dengan parameter utama berupa jaringan distribusi tegangan menengah, beban trafo
distribusi dan tegangan sisi sekunder trafo tenaga di gardu induk atau sumber lainnya sebagai tegangan
standar. Parameter jaringan distribusi meliputi impedansi, resistansi dan reaktansi dari pada penghantar dan
transformator yang terpasang.

Untuk komponen lain yang berpotensi mempengaruhi kinerja sistem distribusi, namun sulit dinyatakan
secara kuantitatif, dianggap tidak memiliki parameter yang mempengaruhi analisa jaringan, termasuk dalam
hal ini adalah konektor jaringan (sambungan/percabangan) maupun ketidakseimbangan beban. Untuk kedua
hal tersebut analisa dan rekomendasi perbaikannya dilakukan secara kualitatif. Analisa jaringan distribusi
dapat dilakukan dengan menggunakan software Aplikasi ETAP.

ETAP Power Station merupakan salah satu software aplikasi yang banyak digunakan untuk mensimulasikan
sistem tenaga listrik. Secara umum ETAP dapat digunakan untuk simulasi hasil perancangan dan analisis
suatu sistem tenaga listrik yang meliputi:

Menggambarkan denah beban-beban

Men-setting data-data beban dan jaringan

Merancang diagram satu garis (One Line Diagram)

Menganalisis aliran daya (Load Flow)

Menghitung gangguan hubung singkat (Short Circuit)

Menganalisis motor starting atau keadaan transien.

Setiap komponen sistem tenaga listrik dapat digambarkan dalam worksheet atau ruang kerja program
dengan lambang-lambang tertentu. Spesifikasi masing-masing komponen dapat disesuaikan keadaan
sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih sesuai data umumnya yang
dapat diambil dari library atau data yang ada pada program. Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas
dan rating trafo, kapasitas dan tegangan beban dan lain-lain. Adapun tampilan Program ETAP Power Station
sebagaimana tampak ada gambar 2.26.
78 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
tenaga listrik yang digunakan
dalam program Etap:

Power grid merupakan sumber


tegangan yang ideal, artinya
sumber tegangan yang mampu
mensuplai daya dengan tegangan
tetap sekalipun daya yang diserap
cukup besar. Power grid dapat
berupa sebuah generator yang
besar, atau sebuah gardu induk
yang merupakan bagian dari
sebuah sistem tenaga listrik
interkoneksi yang cukup besar.

Transformator atau trafo adalah


sebuah alat untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan sistem.
Spesifikasi yang pokok pada
sebuah trafo adalah:

Kapasitas trafo yaitu daya


maksimum yang dapat bekerja
pada trafo terus menerus tanpa
mengakibatkan kerusakan.

Tegangan primer dan sekunder


trafo.

Impedansi trafo yang merupakan


gabungan antara resistansi kawat
dan reaktansi kumparan trafo.

Tap trafo yang dapat digunakan


untuk mengubah perbandingan
antara kumparan primer dengan
kumparan sekunder dari
Gambar 2.26.
perbandingan semula.
Tampilan Program
Etap dan Keterangan
Singkatnya
Busbar atau sering disingkat bus,
yaitu tempat penyambungan
beberapa komponen sistem tenaga
listrik (saluran transmisi, jaringan
distribusi, power grid, beban atau
Komponen sistem
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 79

generator). Level tegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang dihubungkan
dengan bus tersebut.

Beban yaitu peralatan listrik yang memanfaatkan atau menyerap daya dari jaringan. Salah
satu jenis beban sistem tenaga listrik adalah static load, merupakan beban yang tidak banyak
mengandung motor listrik, sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem ketika
start. Spesifikasi yang pokok pada sebuah static load adalah kapasitas daya dan faktor daya
atau cos Ɵ.

Contoh Soal 5.

Buatlah program Etap untuk menganalisa jaringan distribusi untuk mendapatkan aliran daya,
jatuh tegangan, rugi-rugi daya serta effisiensi saluran distribusi seperti terlihat pada gambar
2.27.

Gambar 2.27. Hasil Program Etap pada Saluran Distribusi 3 Phasa

Data pada gambar diatas adalah:

Power grid 150 kV (U1)

Transformator step down 150 / 20 kV, 100 MVA (T1)

Kabel : Z = 0,55 + j 0,5 ῼ (cable 1)

4) Beban : I = 100 A, faktor daya = 0,8 (load1)

Bus 1 : 150 kV

Bus 3 = Bus 5 = 20 kV
Buktikan apakah hasil dari simulasi analisis jaringan distribusi sama seperti hasil yang
didapat dengan perhitungan seperti contoh soal 3.

Jawab:

Pembuatan program Etap


80 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Langkah-langkah
dalam menggunakan
program Etap untuk
contoh tampilan di
atas adalah: 1) Untuk
membuka program
Etap klik icon Etap
seperti terlihat pada
gambar 2.28.

Gambar 2.28.
Membuka Program
Etap
Gambar 2.29 Pemberian Nama
File

Beri nama file sesuai


dengan yang
diinginkan seperti Pada layar akan muncul tampilan
terlihat pada gambar seperti yang ditunjukkan pada
2.29, kemudian klik gambar 2.30 lalu isikan nama user
OK. lalu klik OK
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 81

Gambar 2.30. Pemberian Nama User

Klik tombol maximize window dan hasil tampilan window pada program Etap akan terlihat
seperti ditunjukkan pada gambar 2.31.
Gambar 2.31. Tampilan Awal Pembuatan Program Etap

Pada menu bar, klik project lalu standards kemudian isikan data seperti terlihat pada
gambar 2.32.
82 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Gambar 2.33 Cara Meletakkan


Komponen Power Grid

Ubah posisi power grid ke bentuk


horisontal dengan klik kanan
mouse pada power grid lalu pilih
orientation 180

Gambar 2.32.
Pengisian Standar
Project

Klik komponen power


grid satu kali pada AC
element, lalu klik satu
kali pada one line
diagram untuk
meletakkannya
seperti terlihat pada
gambar 2.33.
Gambar 2.34. Cara Merubah Posisi
Power Grid ke Bentuk Horisontal

Klik 2 kali pada power grid, lalu


isikan data pada tab info dengan
rating power grid 150 kV sesuai
dengan data yang ada seperti
terlihat pada gambar 2.35.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 83

Gambar 2.35. Pengisian Data Info Power Grid

Klik komponen high voltage circuit breaker (CB1) satu kali pada AC element, lalu klik satu
kali pada one line diagram untuk meletakkannya. Ubah posisi high voltage circuit breaker
ke bentuk horizontal. Kemudian hubungkan power grid dengan high voltage circuit breaker
seperti terlihat pada gambar 2.36. Jika benar, warna high voltage circuit breaker akan
berubah, tidak abu-abu lagi.
Gambar 2.36. Cara Meletakkan CB dan Menghubungkan ke Power Grid

Klik komponen bus satu kali pada AC element, lalu klik satu kali pada one line diagram
untuk meletakkannya. Ubah posisi bus ke bentuk horizontal. Kemudian hubungkan high
voltage circuit breaker (CB1) dengan bus bar dengan cara mengklik dan drag ujung high
voltage circuit breaker ke bus bar seperti terlihat pada gambar 2.37.
84 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Gambar 2.37. Cara


Meletakkan Bus dan
Menghubungkan ke
CB1

Klik 2 kali pada Bus,


lalu isi data pada tab
info sesuai dengan
data yang ada seperti
terlihat pada gambar
2.38. Gambar 2.38. Pengisian Data Info
Bus1

Klik satu kali komponen 2-Winding


Transformer pada AC element, lalu
klik satu kali pada one line diagram
untuk meletakkannya. Tempatkan
2-Winding Transformer dari AC
element ke one line diagram. Ubah
posisi 2-Winding Transformer ke
bentuk horizontal lalu hubungkan
dengan Bus1 dengan cara menarik
dari ujung Transformer ke Bus1
hingga terbentuk pada gambar
2.39.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 85

Gambar 2.39. Cara Meletakkan Trafo dan Menghubungkan ke Bus1

Klik dua kali pada 2-winding transformer, lalu isikan data pada tab Info dan setting rating
sesuai dengan data yang ada, dengan tegangan primer 150 kV dan tegangan sekunder 20
kV dan kapasitas daya 10 MVA, kemudian klik typical Z & X/R dan akan muncul secara
otomatis nilai impedansi trafo seperti terlihat pada gambar 2.40.

Gambar 2.40. Pengisian Data Rating Trafo

Tempatkan High Voltage Circuit Breaker (CB7), Bus Bar dan High Voltage Circuit Breaker
(CB9) lalu sambungkan CB7 ke trafo, CB7 ke Bus Bar dan Bus Bar ke CB9 seperti terlihat
pada gambar 2.41.

Gambar 2.41. Cara Meletakkan dan Menghubungkan CB7, Bus3 dan CB9
86 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
jenis kabelnya.

Tempatkan
komponen kabel dari
AC elemen ke one
line diagram lalu
hubungkan high
voltage circuit
breaker (CB9)
dengan kabel dengan
meng-click and drag
ujung high voltage
circuit breaker ke
kabel (Cable1)
seperti terlihat pada
gambar 2.42.

Gambar 2.42. Cara


Meletakkan Kabel
dan Menghubungkan
ke CB9

Klik 2 kali kabel yang


sudah terpasang, lalu
isikan data pada Info
kabel (lihat gambar
2.43) dan setting
impedansi kabel
sesuai dengan data
yang ada (lihat
gambar 2.44) atau Gambar 2.43. Pengisian Data Info
klik library dan pilih Kabel
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 87

Gambar 2.44. Pengisian Data Impedansi Kabel

Tempatkan Static Load dari AC element lalu hubungkan dengan Bus bar seperti terlihat
pada gambar 2.45.
Gambar 2.45. Cara Meletakkan Beban dan Menghubungkan ke Bus 5

Double click pada static load, lalu isikan data pada tab info beban (lihat gambar 2.46) dan
loading sesuai dengan data di atas seperti ditunjukkan pada gambar 2.47
88 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Gambar 2.46. Pengisian


Data Info Static Load

Gambar 2.47.
Pengisian Data
Loading Static
Load
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 89

Klik load flow analysis lalu klik study case load flow bergambar koper seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.48.

Gambar 2.48. Cara Masuk ke dalam Pemilihan Metode Perhitungan Aliran Daya

Isikan parameter study load flow sesuai kebutuhan dimana simulasi akan dilakukan seperti
terlihat pada gambar 2.49.
Gambar 2.49. Pemilihan Metode Perhitungan Analisa Aliran Daya

Lakukan simulasi aliran daya (Load Flow) dengan menekan ikon seperti terlihat pada gambar
2.50 dan hasil simulasi akan terlihat pada gambar 2.51.
90 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Gambar 2.51. Hasil Simulasi Aliran


Gambar 2.50. Daya
Menjalankan Simulasi
Aliran Daya
Tampilan data hasil simulasi aliran
daya melalui report manager yaitu
dengan meng-click icon berikut ini.

maka tampilannya akan muncul


seperti pada gambar 2.52, lalu klik
summary, lalu pilih tampilan
simulasi yang diinginkan (lihat
gambar 2.53), lalu tekan OK.

Gambar 2.52
Laporan Hasil
Aliran Daya
Komplit
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 91

Gambar 2.53. Pemilihan Laporan Hasil Analisa Aliran Daya

Tampilan data hasil simulasi aliran daya jika memilih Losses pada load flow report manager
akan terlihat pada gambar 2.54.

Gambar 2.54. Laporan Hasil Rugi-Rugi Saluran

Tampilan data hasil simulasi aliran daya jika memilih bus loading pada load flow report
manager akan terlihat pada gambar 2.55.
Gambar 2.55. Laporan Hasil Total Beban Pada Setiap Bus
92 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Tampilan data hasil


simulasi aliran daya
jika memilih branch 1.
loading pada load flow Jatuh tegangan (% V)
report manager akan Jatuh tegangan (Vd % Drop in
terlihat pada gambar Vmag)
2.56.

% V = 0,64
%Vd = 0,64

2.
Rugi-rugi daya saluran
Rugi-rugi (Losses)
Gambar 2.56.
Laporan Hasil Branch
Loading

a. Rugi-rugi daya aktif


Bukti hasil simulasi a. Rugi-rugi daya aktif
program Etab dan
hasil perhitungan
secara manual dalam Prugi-rugi (3ɸ) = 16,5 kW
contoh soal 3 pada kW = 16,2
sistem 3 phasa
dengan tegangan 20
kV hampir sama b. Rugi-rugi daya reaktif
seperti terlihat pada b. Rugi-rugi daya reaktif
tabel 2.1 berikut ini

Qrugi-rugi (3ɸ) = 15 kVar


Tabel 2.1. kVar = 14,7
Perbandingan Hasil
Perhitungan Manual
dengan Program Etap

No.
Hasil Perhitungan
Manual 3.
Hasil Simulasi Total Beban
program Etab Total Beban (Bus Total Load) di
Bus 5
Q3ɸ= 2,08 MW
MVar = 2,044

a. Total daya aktif c. Total daya semu


a. Total daya aktif c. Total daya semu

P3ɸ= 2,77 MW S3ɸ= 3,46 MW


MW = 2,72 MVA = 3,406

b. Total daya reaktif


b. Total daya reaktif
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 93

Rangkuman

Pola konfigurasi jaringan pada distribusi primer terdiri dari 4 tipe yaitu sistem radial, sistem lup,
sistem spindel dan sistem spot network. Sistem distribusi dengan pola radial merupakan sistem
distribusi yang paling banyak digunakan karena konstruksinya sederhana dan ekonomis
dibandingkan dengan pola jaringan distribusi yang lain. Tenaga listrik yang disalurkan secara radial
melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan secara terpisah satu sama lainnya.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik-titik beban yang dilayani. Sistem radial terdiri atas
fider (feeders) atau penyulang yang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Konfigurasi jaringan sistem radial terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu sistem radial terbuka dan sistem
radial paralel. Penyaluran tenaga listrik pada sistem radial terbuka hanya dilakukan dengan
menggunakan satu saluran saja sedangkan sistem radial paralel dapat menyalurkan tenaga listrik
melalui dua saluran yang diparalelkan sehingga bila salah satu saluran mengalami gangguan,
maka saluran yang satu lagi dapat menggantikan, dengan demikian pemadaman tak perlu terjadi.

Sistem jaringan loop dapat menyalurkan daya listrik melalui satu atau dua saluran feeder yang
saling berhubungan, dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus beban.
Pada saat terjadi gangguan, atau setelah gangguan dapat diisolir, maka pemutus ditutup sehingga
aliran daya listrik ke bagian yang tidak terkena gangguan tidak terhenti. Bentuk sistem jaringan
distribusi loop terdiri dari 2 bagian yaitu sistem loop terbuka dan sistem loop tertutup. Pada sistem
loop terbuka dilengkapi dengan normally open switch yang terletak pada salah satu bagian gardu
distribusi dan dalam keadaan normal rangkaian selalu terbuka sedangkan pada sistem loop
tertutup dilengkapi dengan normally close switch yang terletak pada salah satu bagian diantara
gardu distribusi dan dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup

Sistem jaringan spindel biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan
satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran penyulang yang beroperasi dalam
keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, sedangkan saluran yang
dioperasikan tanpa beban dinamakan "express feeder". Fungsi "express feeder" dalam hal ini
selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga
berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada
keadaan operasi normal.

Sistem Spot network merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara terus-
menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa pusat pembangkit
tenaga listrik yang bekerja secara paralel.

Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network. Sistem ini
menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang dikehendaki bekerja
secara paralel sehingga apabila salah satu pusat pembangkit tenaga listrik mengalami kerusakan,
maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke pusat pembangkit lain walaupun daerah
kepadatan beban cukup tinggi dan luas.
94 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
pada rumus berikut:

Jaringan distribusi S2 = P2 + Q2
sekunder bermula
dari sisi sekunder P = S cos θ
trafo distribusi dan
berakhir hingga ke
Q = S sin θ
alat ukur (meteran)
pelanggan. Pada
jaringan tegangan Daya listrik pada sistem 1 phasa
rendah 380/220V dapat dirumuskan sebagai berikut :
ada beberapa
ketentuan yang perlu Daya aktif,
diperhatikan yaitu P1ɸ = Vp . Ip Cos (θkW )
dalam satu tiang Daya reaktif,
saluran tegangan Q1ɸ= Vp . Ip
rendah (STR) dapat Sin θ(kVar )
disambung Daya semu,
maksimum 5 S1ɸ= Vp . Ip*
sambungan layanan
pelanggan (SLP).
( kVA )
Dalam satu
sambungan layanan
pelanggan, dapat S1ɸ = P1ɸ+ j Q1ɸ
disambung seri
maksimum 5
pelanggan. Dengan
tetap memperhatikan
jatuh tegangan yang
diijinkan. Jarak
sambungan S1ɸ= √

maksimum dari tiang


ke rumah terakhir
150m, dan jarak
sambungan
maksimum dari tiang
ke rumah atau dari Daya listrik pada sistem 3 phasa
rumah ke rumah, dapat dirumuskan sebagai berikut :
maksimum 30m.
Pada sambungan Daya aktif,
satu tiang atap, P3ɸ= 3 VP . IP Cos θ(kW )
maksimum dapat
disambung 3 (tiga)
sambungan layanan P3ɸ = √3L. I L VCos
pelanggan. θ
Daya reaktif,
Daya semu (kVA) Q3ɸ= 3 VP . IP Sin (θkVar )
yang dikirimkan
dalam jaringan Q3ɸ= √3L. I L Vsin
distribusi terdiri dari θ
daya aktif (kW) dan Daya semu,
daya reaktif (kVar). S = 3 V . I *
3ɸ P P
Hubungan antara
(kVA)
daya aktif, daya
reaktif dan daya *
semu dapat dilihat S3ɸ= √3L. I L V
S3ɸ = P3ɸ+ j Q3ɸ
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 95

Jika suatu beban seimbang dihubungkan bintang (Y), maka tegangan pada masing-masing impedansi adalah tegangan saluran
dibagi √ dan arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi tersebut sama dengan arus saluran, atau :

Jika suatu beban seimbang dihubungkan,makadeltategangan (Δ)padamasing-masing impedansi adalah tegangan antar saluran
dan arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi tersebut sama dengan besarnya arus saluran dibagi √ , atau :

Effisiensi pada saluran distribusi adalah perbandingan antara besarnya daya listrik keluaran
dengan daya listrik yang masuk pada saluran distribusi. Effisiensi pada saluran distribusi dapat
dihitung dengan:

dimana, Pin = Prugi-rugi + Pout

Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang letaknya berjauhan
seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran
dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Rugi-rugi pada saluran distribusi meliputi rugi-rugi
daya listrik dan rugi-rugi tegangan saluran. Rugi-rugi tegangan biasanya dikenal dengan istilah
jatuh tegangan (drop voltage). Rugi-rugi daya listrik terdiri dari 2 bagian yaitu rugi-rugi daya aktif
dan rugi-rugi daya reaktif.

Jatuh tegangan saluran distribusi ( V)


per phasa adalah:
V1ɸ = I (R cos θ+ X sin θ)
(volt )

Jatuh tegangan saluran distribusi ( V) dengan sistem 3 phasa adalah:

V3ɸ = √3 .
V1ɸ
V3ɸ = √3 .
I (R cos θ+ X sin θ) (volt )
keterangan,
Cos θ = faktor daya

Besarnya jatuh tegangan pada saluran distribusi per phasa atau 3 phasa dapat dinyatakan dalam
per unit (pu) atau dalam persentase (%), yaitu:
96 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Prugi-rugi (3ɸ) = 3. I2 . R (watt)

= 3 . P1ɸ
Vpu

pu Rugi-rugi daya reaktif per phasa


dapat dilihat pada persamaan
berikut:

Qrugi-rugi(1ɸ) = I2 . X (Var)

Rugi-rugi daya reaktif tiga phasa


atau, adalah

Qrugi-rugi (3ɸ) = 3. I2 . X (Var)

= 3 . Q1ɸ
Vpu

pu
Dalam membuat analisa jaringan
distribusi tegangan menengah 20 kV
dilakukan dengan menggunakan
rangkaian listrik dengan parameter
utama berupa jaringan distribusi
tegangan menengah, beban trafo
distribusi dan tegangan sisi
atau, sekunder trafo tenaga di gardu
induk atau sumber lainnya sebagai
tegangan standar. Parameter
jaringan distribusi meliputi
impedansi, resistansi dan reaktansi
% V dari pada penghantar dan
transformator yang terpasang.
= Vpu . 100
Analisa jaringan distribusi juga
dapat dilakukan dengan
menggunakan software Aplikasi
ETAP. ETAP Power Station
merupakan salah satu software
aplikasi yang banyak digunakan
Rugi-rugi daya aktif untuk mensimulasikan sistem
per phasa dapat tenaga listrik. Secara umum ETAP
dilihat pada dapat digunakan untuk simulasi
persamaan berikut: hasil perancangan dan analisis
suatu sistem tenaga listrik yang
Prugi-rugi(1ɸ) = I2 . R meliputi: menggambarkan denah
(watt) beban-beban, men-setting data-data
beban dan jaringan, merancang
diagram satu garis (One Line
Rugi-rugi daya aktif
Diagram), dan menganalisis aliran
tiga phasa adalah
daya (Load Flow).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 97

Evaluasi

Sebutkan jenis-jenis konfigurasi jaringan distribusi dan jelaskan perbedaannya !

Sebuah jaringan distribusi 3 phasa 380 V mensuplai 2 buah beban di titik A dan B seperti terlihat
pada gambar 2.57 dibawah ini:

Gambar 2.57. Saluran Distribusi 3 Phasa Mensuplai Beban A dan B

Hitunglah:

Jatuh tegangan saluran distribusi

Rugi-rugi saluran distribusi

daya aktif per phasa pada masing-masing beban serta total daya aktifnya

daya reaktif per phasa pada masing-masing beban serta total daya reaktifnya

daya semu per phasa pada masing-masing beban serta total daya aktifnya

daya semu pada output trafo distribusi serta faktor daya pada trafo distribusi

Effisiensi saluran distribusi


Sebuah jaringan distribusi 3 phasa 380 V mensuplai 2 buah beban di titik A dan B seperti terlihat
pada gambar dibawah ini:

Buatlah program Etab dan hitung secara manual untuk mendapatkan aliran daya saluran, jatuh
tegangan saluran, rugi-rugi saluran dan effisiensi saluran distribusi 3 phasa seperti terlihat pada
gambar 2.58.
98 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Gambar 2.58. Saluran Distribusi


3 Phasa Mensuplai 2 Beban

Data yang terlihat pada gambar


adalah:

Power grid 150 kV

Transformator step down


150/20 kV; 50 MVA (T4)

Lumped load 10 MVA; pf 85%


(Lump 5)

Cable 40 km; 6 mm2; 1- 3/C


(Cable 3)

Transformator step down


20/0.38 kV; 200 kVA (T6)

Static load 10 kVA; pf 100%


(Load 10)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 99

BAB III

SISTEM OPERASI JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik yang baik adalah yang dapat menjamin kelangsungan
penyaluran dan memberikan kepuasan bagi konsumen pengguna energi listrik karena kualitasnya.
Operasi jaringan distribusi tenaga listrik ditujukan dengan maksud untuk menjaga dan menjamin
kualitas kelangsungan penyaluran energi listrik bagi konsumen pengguna energi listrik, baik dalam
kondisi operasi normal maupun pada saat terjadi gangguan.

Operasi jaringan distribusi tenaga listrik bertujuan untuk sedapat mungkin menjamin tidak adanya
pemutusan pelayanan dan selain itu memberikan stabilitas tegangan maupun frekuensi.

Komponen Utama Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang berhubungan
langsung dengan pelanggan. Sistem tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi tenaga listrik
yang terdiri dari sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi yang saling
terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi semua orang. Sistem jaringan distribusi
tenaga listrik memiliki jaringan tegangan rendah dan jaringan tegangan menengah dengna topologi
jaringan berbentuk radial serta memiliki saluran sistem 3 phasa dan 1 phasa. Secara umum,
komponen utama sistem jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari :

Gardu Induk (Sub-Station) yang terdiri dari :

Transformator

Pengatur tegangan

Kapasitor paralel (Shunt Capacitor)

Penyulang (Feeder)

Merupakan konduktor untuk menghubungkan gardu Induk dengan pelanggan. Pada feeder juga
dimungkinkan untuk dipasang transformator, pengatur tegangan atau kapasitor.

Beban (Load) , terdapat beberapa model beban, yaitu :

Beban dengan daya (P) konstan

Beban dengan arus (I) konstan

Beban dengan impedansi (Z) konstan

Beban campuran.
100 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
kawat penghantar agar penyaluran
tenaga listrik ke konsumen atau
Pembangkit Listrik pusat pusat beban dapat disalurkan
Berdaya Kecil dengan baik. Persyaratan suatu
(Distributed tiang penyangga yang digunakan
Generation) yang untuk penompang jaringan distribusi
terdiri dari : tenaga listrik adalah :

Pembangkit dari Mempunyai kekuatan mekanis yang


energi terbarukan tinggi

Pembangkit Listrik Mempunyai umur yang panjang


Tenaga Surya (PLTS)
Mudah pemasangan dan murah
Pembangkit Listrik pemeliharaannya
Tenaga Angin (PLTB)
Tidak terlampau berat
Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro Harganya murah
(PLTMH)
Berpenampilan menarik
Pembangkit Listrik
dengan mesin Mudah dicabut dan dipasang
pembakaran kembali

Alat Pengendali Jenis-jenis tiang penyangga jaringan


Berbasis distribusi tenaga listrik terdiri dari
Elektronika, seperti: tiang kayu, tiang baja, tiang beton
bertulang dan tiang beton pratekan.
Distribution Static
Compensator
Tiang Kayu
Unified Power Flow
Controller Tiang kayu banyak digunakan
sebagai penyangga jaringan karena
Active shunt filter konstruksinya yang sederhana dan
biaya investasi lebih murah bila
SCADA dibandingkan dengan tiang jenis
yang lain. Tiang kayu merupakan
penyekat (isolator) yang paling baik
Tiang Penyangga sebagai penompang saluran udara
Jaringan Distribusi terhadap gangguan hubung singkat.
Tenaga Listrik Panjang tiang kayu dapat dilihat
pada gambar 3.1. Jenis kayu yang
Tiang Penyangga digunakan sebagai tiang di
(Tiang listrik) pada Indonesia :
jaringan distribusi
digunakan untuk Ulin (Eusidiraxylon Zwageri),
saluran udara
Jati (Tectona Grandis),
(overhead line)
sebagai penyangga Rasamala (Altanghia Exelsa
Novanla).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 101

Kelebihan

Mempunyai konstruksi yang sederhana

Biaya investasi lebih murah

Merupakan bahan penyekat (isolasi) yang baik buat penompang jaringan

Dapat dibentuk menurut konstruksi

Biaya perawatan rendah

Bebas dari gangguan petir

Kelemahan

Tergantung pada persediaan kayu yang ada

Perlu pengawetan terlebih dahulu umur lebih pendek : 10 - 12 tahun bila tak diawetkan dan
20 - 30 tahun bila diawetkan

Tidak dapat menyangga beban secara aman, dan apalagi bila terjadi satu atau dua kawat
terputus.

Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik jilid 2


Gambar 3.1. Panjang Tiang Kayu

Tiang Baja (Steel Pole)

Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang disambung dengan diameter
yang berbeda dari pangkal hingga ujungnya. Pada umumnya ukuran penampang bagian
pangkal lebih besar dari ukuran penampang bagian atasnya (ujung). Tiang baja bulat sangat
banyak digunakan untuk penopang jaringan listrik SUTM dan SUTR.
102 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Kawat Penghantar Jaringan
Distribusi Tenaga Listrik
Tiang Beton
Bertulang Kawat penghantar penggunaannya
dalam jaringan distribusi tenaga
Tiang beton bertulang listrik berfungsi untuk
lebih mahal dari pada menghantarkan arus listrik dari suatu
tiang kayu tetapi lebih bagian ke instalasi listrik lainnya atau
murah dari pada tiang bagian yang lain. Dalam pemilihan
baja bulat. Tiang ini kawat penghantar harus
banyak digunakan memperhatikan beberapa sifat
untuk sebagai berikut :
mendistribusikan
tenaga listrik di Memiliki daya hantar yang tinggi
daerah pedesaan dan
daerah terpencil atau Memiliki kekuatan tarik yang tinngi
di tempat-tempat
yang sulit dicapai. Memiliki berat jenis yang rendah
Karena tiang beton
bertulang dapat Memiliki fleksibilitas yang tinggi
dibuat di tempat tiang
tersebut akan Tidak cepat rapuh
didirikan. Tiang beton
bertulang juga dipilih Memiliki harga yang murah
jika dikehendaki
adanya sisi dekoratif.
Kawat penghantar untuk jaringan
Tiang Beton
distribusi tenaga listrik biasanya
Pratekan
dipilih dari logam yang mempunyai
konduktivitas yang besar, keras dan
Tiang beton pratekan mempunyai kekuatan tarik (tensile
lebih mahal dari tiang strenght) yang besar, serta memiliki
beton bertulang. berat jenis yang rendah, logam yang
Pemasangannya tahan akan pengaruh proses kimia
lebih sulit dan perubahan suhu serta
dibandingkan dengan mempunyai titik cair yang lebih
tiang kayu karena tinggi. logam yang tahan akan
sangat berat. Tiang pengaruh proses kimia dan
beton bertulang perubahan suhu serta mempunyai
memiliki umur yang titik cair yang lebih tinggi.
sangat panjang
dengan perawatan
Untuk memenuhi syarat tersebut,
yang sangat
kawat penghantar hendaknya dipilih
sederhana. Tiang
suatu logam campuran (alloy), yang
jenis ini tidak perlu di
merupakan percampuran dari
cat untuk
beberapa logam yang dipadukan
pengawetannya,
menjadi satu logam. Logam
karena tidak akan
campuran yang banyak digunakan
berkarat. Kelemahan
untuk jaringan distribusi adalah
jenis tiang ini
kawat tembaga campuran (copper
cendrung hancur jika
alloy) atau kawat alumunium
terlanggar oleh
campuran (alumunium alloy).
kendaraan.
Jenis bahan kawat penghantar yang
dipergunakan dalam jaringan
distribusi tenaga listrik, antara lain:
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 103

Kawat Penghantar berbahan Logam Murni

Kawat penghantar yang terbuat hanya 1 (satu) jenis bahan saja, yaitu : tembaga atau
alumunium. Contoh kawat penghantar berbahan logam murni adalah:

AAC (All Alumunium Conductor)

yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium

BCC (Bare Copper Conductor).

yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium

Kawat Penghantar berbahan Logam Campuran

Kawat penghantar yang terbuat lebih dari 1 (satu) jenis bahan saja, yaitu : tembaga dengan
alumunium, tembaga dengan baja, alumunium dengan baja. Contoh kawat penghantar
berbahan logam campuran adalah:

AAAC (All Almunium Alloy Conductor),

yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium

ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforsed), yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat
baja

ACAR (Alumunium Conductor Alloy Reinforsed).

yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

Bentuk kawat penghantar AAAC dapat dilihat pada gambar 3.2 sedangkan bentuk kawat
penghantar ACSR dapat dilihat pada gambar 3.3.

Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik jilid 2

Gambar 3.2 Kawat Penghantar AAAC


Gambar 3.3. Kawat penghantar ACSR
104 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Kawat Alumunium
Kawat penghantar
pada jaringan Alumunium merupakan logam yang
distribusi tenaga berwarna keperak-perakan dan
listrik terbagi menjadi sangat ringan, beratnya kira-kira
4 (empat) jenis, yaitu sepertiga dari tembaga, dan
kawat tembaga, mempunyai tahanan jenis tiga kali
kawat alumunium, dari tembaga.
kawat logam
campuran, dan kawat Sifat logam alumunium ini mudah
logam paduan. dibengkokkan karena lunaknya. Oleh
karena itu kekuatan tarik dari kawat
Kawat Tembaga alumunium lebih rendah dari kawat
tembaga, yaitu setengah dari
Tembaga murni kekuatan tarik kawat tembaga. Untuk
merupakan logam liat itu kawat alumunium hanya dapat
berwarna kemerah- dipakai pada gawang (span) yang
merahan, yang pendek, sedangkan untuk gawang
mempunyai tahanan yang panjang dapat digunakan
jenis 0,0175 dengan kawat alumunium yang dipilin
berat jenis 8,9 dan menjadi satu dengan logam yang
titik cair sampai 1083° sejenis maupun yang tidak sejenis,
C, lebih tinggi dari agar mempunyai kekutan tarik yang
kawat alumunium. lebih tinggi. Oleh karena itu kawat
Kawat tembaga ini alumunium baik sekali digunakan
mempunyai sebagai kawat penghantar jaringan.
konduktivitas dan
daya hantar yang Kelemahan kawat alumunium adalah
tinggi. tidak tahan pengaruh suhu, sehingga
pada cuaca dingin regangan (stress)
Kawat tembaga ini kawat akan menjadi kendor. Agar
banyak dipakai untuk kekendoran regangan kawat lebih
penghantar jaringan, besar, biasanya dipakai kawat
tetapi bila alumunium campuran (alloy
dibandingkan dengan alumunium wire) pada gawang yang
kawat alumunium panjang. Selain itu kawat alumunium
untuk tahanan tidak mudah dipatri (disolder)
(resistansi) yang maupun di las dan tidak tahan akan
sama, kawat tembaga air yang bergaram, untuk itu
lebih berat sehingga diperlukan suatu lapisan dari logam
harganya akan lebih lain sebagai pelindung.
mahal. Dengan berat
yang sama, kawat Kawat alumunium ini banyak
alauminium digunakan untuk jaringan distribusi
mempunyai diameter sekunder maupun primer jarang
yang lebih besar dan sekali mengalami gangguan dari
lebih panjang luar. Sedangkan untuk jaringan
dibandingkan kawat transmisi kawat yang digunakan
tembaga. Dewasa ini adalah kawat alumunium campuran
cenderung kawat dengan diperkuat oleh baja
penghantar jaringan (Alumunium Conductor Steel
digunakan dari logam Reinforsed) atau (Alumunium Clad
alumunium. Steel).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 105

Kawat Logam Campuran

Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar yang terdiri dari percampuran
beberapa logam tertentu yang sejenis guna mendapatkan sifat tertentu dari hasil
pencampuran tersebut. Dalam proses pencampuran, sifat logam murni yang baik untuk kawat
penghantar dipertahankan sesuai dengan aslinya. Proses pencampuran khusus untuk
menghilangkan kelemahan dari logam tersebut.

Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam campuran ini adalah kawat
tembaga campuran (copper alloy) dan kawat alumunium campuran (alloy alumunium).

Kawat tembaga campuran sedikit ringan dari kawat tembaga murni, sehingga harganya lebih
murah. Kekuatan tarik kawat tembaga campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat digunakan
untuk gawang yang panjang.

Sedangkan kawat alumunium campuran mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari
kawat alumunium murni, sehingga banyak dipakai pada gawang yang lebih lebar.
Kondiktivitasnya lebih besar serta mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap
perubahan suhu. mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair
sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat alumunium.

Kawat Logam Paduan

Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat dari dua atau lebih logam
yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan konduktivitas yang tinggi. Biasanya
tujuan dari perpaduan antara logam tersebut digunakan untuk merubah atau menghilangkan
kekurangan yang terdapat pada kawat penghantar dari logam murninya.

Kawat logam paduan yang banyak digunakan adalah kawat baja yang berlapis dengan
tembaga maupun alumunium. Karena kawat baja merupakan penghantar yang memiliki
kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat alumunium maupun kawat tembaga, sehingga
banyak digunakan untuk gawang yang lebar. Tetapi kawat tembaga ini memiliki konduktivitas
yang rendah. Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis tembaga (copper
clad steel) dan kawat baja berlapis alumunium (alumunium clad steel).

Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar dan dapat dipakai
untuk gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis alumunium mempunyai
kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis tembaga, tetapi konduktivitasnya
lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan hanya untuk gawang yang tidak terlalu lebar.
Untuk lebih jelasnya, sifat logam penghantar jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat
pada tabel 3.1.
106 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
960
62,5
Tabel 3.1 Sifat Logam 0,0036
Penghantar Jaringan
Distribusi Tenaga Kuningan
Listrik 8,44
0,07
(Sumber : Daman 1000
Suswanto; Sistem 14,28
Distribusi Tenaga Listrik) 0,0015

Emas
Macam 19,32
BD 0,022
Tahanan 1063
Titik 45,45
Resistansi 0,0035
Koefisien
Kekuatan
Logam

jenis
Cair
( ῼ
suhu
tarik

( m/cm )
( 0C )
Isolator Jaringan Distribusi
0
( K) Tenaga Listrik
( kg/mm2 )
Isolator adalah suatu peralatan listrik
Alumunium yang berfungsi untuk mengisolasi
2,56 konduktor atau penghantar. Menurut
0,03 fungsinya isolator dapat menahan
660 berat dari konduktor/kawat
33,3 penghantar, mengatur jarak dan
0,0038 sudut antar konduktor serta
15 - 23 menahan adanya perubahan pada
Tembaga kawat penghantar akibat temperatur
8,95 dan angin.
0,0175
1083
Isolator jaringan distribusi tenaga
57,14
listrik merupakan alat tempat
0,0037
menompang kawat penghantar
30 - 48
jaringan pada tiang listrik yang
Baja
digunakan untuk memisahkan
7,85
secara elektris dua buah kawat atau
0,42
lebih agar tidak terjadi kebocoran
1535
arus (leakage current) atau loncatan
10
bunga api (flash over) sehingga
0,0052
mengakibatkan terjadinya kerusakan
46 - 90
pada sistem jaringan tenaga listrik.
Perak
10,5
0,018 Penentuan pemakaian isolator
berdasarkan pada kekuatan daya
isolasi (dielectric tanah dan antara penghantar
strenght) dan dengan penghantar.
kekuatan mekanis
(mechanis strenght) Untuk memikul beban mekanis yang
bahan isolator yang disebabkan oleh berat penghantar
akan dipakai. Karena dan / atau gaya tarik penghantar.
sifat suatu isolator di
tentukan oleh bahan Untuk menjaga agar jarak antar
yang digunakan. penghantar tetap (tidak berubah).

Fungsi utama isolator Kemampuan suatu bahan untuk


pada Jaringan dapat mengisolir atau menahan
Distribusi Tenaga tegangan yang mengenainya tanpa
Listrik, adalah : menjadikan cacat atau rusak
tergantung pada kekuatan
Untuk penyekat / dielektriknya dan bahan isolator
mengisolasi tersebut.
penghantar dengan
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 107

Kriteria Bahan Isolator

Bahan yang baik untuk isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Bahan isolasi yang baik dipakai untuk isolator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, pada
umumnya terbuat dari bahan padat, seperti bahan : porselin, gelas, mika, ebonit, keramik,
parafin, kuarts, dan veld spaat. Kriteria bahan yang baik dan dapat digunakan sebagai
isolator jaringan distribusi tenaga listrik adalah :

Bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik

Bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi kemampuannya sebagai isolator. Semakin
berat dan besar ukuran isolator tersebut akan mempengaruhi beban penyangga pada sebuah
tiang listrik.

Bahan terbuat dari bahan padat, dan memiliki kekuatan mekanis tinggi seperti : porselin,
gelas, mika, ebonit, keramik, parafin, kuartz, dan veld spaat.

Mempunyai tahanan jenis yang tinggi

Memiliki kekuatan mekanis yang tinggi

Memiliki sifat (dua hal diatas) tidak berubah oleh perubahan suhu, siraman air, kelembaban,
sinar matahari, polaritas listrik.

Bila mengalami loncatan listrik (flash over) tidak akan meninggalkan jejak (cacat)

Isolator Porselin

Isolator porselin terbuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat,
yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tidak berpori. Lapisan
glazuur pada permukaan isolator menjadikan bahan isolator tersebut licin dan berkilat,
sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu isolator porselin ini dapat dipakai dalam
ruangan yang lembab maupun di udara terbuka.

Isolator porselin memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang tinggi, dan
memiliki kekuatan mekanis yang besar. Isolator porselin dapat menahan beban yang
menekan dan tahan akan perubahan suhu. Tetapi isolator porselin ini tidak tahan akan
kekuatan yang menumbuk atau memukul.

Kualitas isolator porselin lebih tinggi dan tegangan tembusnya (Voltage Gradient) lebih besar,
maka banyak dipakai untuk jaringan distribusi primer. Harganya lebih mahal tetapi lebih
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan PLN. Isolator porselin dipergunakan juga pada
jaringan distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.

Kelebihan :

Terbuat dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat,

Bagian luar dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tersebut tidak berpori.
108 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Walaupun ada yang berukuran lebih


Dengan lapisan besar namun tidak seluruhnya dari
glazuur ini permukaan bahan porselin, tetapi dibuat rongga
isolator menjadi licin didalamnya, yang kemudian diisi
dan berkilat, sehingga dengan bahan besi atau baja
tidak dapat mengisap tempaan sehingga kekuatan isolator
air. porselin bertambah. Cara yang
demikian ini akan menghemat
Dapat dipakai dalam bahan yang digunakan.
ruangan yang lembab
maupun di udara Harganya lebih mahal tetapi lebih
terbuka. memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh PLN.
Memiliki sifat tidak
menghantar (non
conducting) listrik yang
tinggi, dan memiliki Isolator Gelas
kekuatan mekanis
yang besar. Isolator gelas pada umumnya
terbuat dari bahan campuran antara
Dapat menahan bebanPasir Silikat, Dolomit, dan Phospat.
yang menekan serta Komposisi dari bahan tersebut dan
tahan akan perubahan cara pengolahannya dapat
suhu. menentukan sifat dari isolator gelas.

Memiliki kualitas yang Isolator gelas memiliki sifat


lebih tinggi dan mengkondensir (mengembun)
tegangan tembusnya kelembaban udara, sehingga lebih
(voltage gradient) lebihmudah debu melekat pada
besar, sehingga permukaan isolator.
banyak disukai
pemakaiannya untuk Makin tinggi tegangan sistem makin
jaringan distribusi mudah pula terjadi peristiwa
primer. Isolator kebocoran arus listrik (leakage
porselin dipergunakan current) lewat isolator tersebut,
juga pada jaringan yang berarti mengurangi fungsi
distribusi sekunder, isolasi. Oleh karena itu isolator
tetapi ukurannya lebih gelas ini lebih banyak dijumpai
kecil pemakaiannya pada jaringan
distribusi sekunder.
Kelemahan :
Isolator gelas memiliki kualitas
Tidak tahan akan tegangan tembus yang rendah, dan
kekuatan yang kekuatannya berubah sangat cepat
menumbuk atau sesuai dengan perubahan
memukul. temperatur. Oleh sebab itu bila
terjadi kenaikan dan penurunan
Ukuran isolator suhu secara tiba-tiba, maka isolator
porselin tidak dapat gelas ini akan mudah retak pada
dibuat lebih besar, permukaannya. Isolator gelas
karena pada saat bersifat mudah dipengaruhi oleh
pembuatannya terjadi perubahan suhu disekelilingnya.
penyusutan bahan.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 109

Tetapi apabila isolator gelas mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan
turun. Selain daripada itu, isolator gelas harganya lebih murah bila dibandingkan dengan
isolator porselin.

Kelebihan :

Terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat, dolomit, dan phospat. Komposisi bahan
tersebut dan cara pengolahannya dapat menentukan sifat dari isolator gelas ini.

Lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi sekunder.

Isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan isolator porselin.

Kelemahan :

Memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban udara.

Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik
(leakage current) lewat isolator tersebut, yang berarti mengurangi fungsi isolasinya

Memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah dengan cepat
sesuai dengan perubahan temperatur.

Isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu di sekelilingnya. Tetapi bila
isolator gelas ini mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun.

Kerusakan Isolator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Karena isolator dipergunakan selama bertahun-tahun, maka akan berkurang daya isolasinya,
misalnya : terjadi keretakan pada bahan isolatornya, baik dari porselin atau gelas. Kerusakan
isolator pada jaringan distribusi tenaga lisitrik, banyak disebabkan karena :

Unsur Isolasi yang sudah tua.

Gangguan mekanis, seperti terkena benturan atau hentakan yang keras.

Panas yang berlebihan, yang melebihi ambang batas yang diperkenankan.

Kesalahan dalam pemasangan.

Selain itu, terdapat pula proses yang dinamakan pemburukan (Deterioration). Sebab utama
dari pemburukan isolator adalah pengembangan kimiawi dan pengembangan pembekuan
semen, perbedaan dari pengembangan karena panas diberbagai bagian isolator,
pengembangan karena panas arus bocor dan berkaratnya
110 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Isolator Gantung (Suspension


pasangan logam. Untuk Type Insulator)
mencegah proses
pemburukan dilakukan Isolator Jenis Pasak (Pin Type
hal-hal sebagai Insulator)
berikut :
Isolator Batang Panjang (Long
Meninggikan kuat Rod Type Insulator)
mekanis dari bagian
porselin. Isolator Jenis Post Saluran (Pin
Post Type Insulator)
Membatasi
pengembangan kimiawi
dari bagian-bagian Untuk lebih jelasnya, bentuk
semen. isolator gantung dapat dilihat pada
gambar 3.4 sedangkan bentuk
Mencet (buffer paint) isolator jenis post saluran dapat
bagian-bagian semen. dilihat pada gambar 3.5.

Tidak menggunakan
semen dalam lapisan
porselin

Kekuatan elektris
porselin dengan
ketebalan 1,5 mm, hasil
pengujian memiliki
kekuatan 22 sampai 28
kVrms/mm. Kekuatan
mekanis dengan
diameter 2 cm sampai
3 cm mampu menahan
gaya tekan 4,5 ton/cm².

Kegagalan kekuatan
elektris sebuah isolator
dapat terjadi apabila
jalan menembus bahan
dielektrik atau dengan
jalan loncatan api
Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik
(flashover) di udara
sepanjang permukaan
isolator. Beberapa type
isolator dalam sistem
jaringan distribusi Gambar 3.4 Isolator Gantung
tenaga listrik, adalah : (Suspension Type Insulator)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 111

Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.5. Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator)

Andongan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Andongan (Sag) merupakan jarak lenturan dari suatu bentangan kawat penghantar antara dua
tiang penyangga jaringan atau lebih, yang diperhitungkan berdasarkan garis lurus (horizontal)
kedua tiang tersebut. Besarnya lenturan kawat penghantar ( Andongan) tergantung pada berat dan
panjang kawat penghantar atau Panjang Gawang (Span). Berat kawat akan menimbulkan
tegangan tarik pada kawat penghantar, yang akan mempengaruhi besarnya andongan tersebut.
Bentuk andongan pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 3.6.
Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.6. Bentuk Andongan pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


112 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
melakukannya dengan
menggunakan teropong.
Pengukuran
Andongan pada Metode Papan Bidik
Jaringan Distribusi
Tenaga Listrik Metode ini menggunakan papan
bidik berbentuk T dan papan target
Pengukuran andongan bidikan. Papan bidik berbentuk T
pada jaringan disangkutkan pada ujung tiang
distribusi tenaga listrik sesuai dengan ukuran andongan
merupakan pekerjaan sesuai standar yang telah
akhir setelah ditetapkan. Sedangkan papan
pemasangan kawat target disangkutkan pada ujung
penghantar dan tiang berikutnya, dengan ukuran
peralatannya. andongan sesuai standar yang
Pengukuran andongan telah ditetapkan.
kawat penghantar
dilakukan agar Selanjutnya petugas memanjat
kekuatan lentur kawat tiang pertama yang terdapat papan
penghantar pada tiang bidik bentuk T untuk membidik atau
penyangga (tiang mengincar papan target yang ada
listrik) sesuai dengan pada tiang kedua. Apabila kawat
standar yang penghantar melebihi target yang
ditetapkan oleh PLN. dibidik berarti kawat penghantar
Metode untuk masih kendor dan perlu ditarik lagi
mengukur lebar sehingga tepat pada sasaran
andongan dari (bidikan). Begitu sebaliknya jika
jaringan distribusi kawat penghantar kurang dari target
tenaga listrik, adalah: bidikan, berarti tarikan kawat
penghantar terlalu kencang dan
Metode Penglihatan perlu dikendorkan sehingga tepat
(Sigth). pada sasaran (bidikan).
Pengukuran andongan dengan
Metode penglihatan metode papan bidik dapat dilihat
dapat dilakukan pada gambar 3.7.
dengan cara menaiki
tiang akhir (Deadend
Pole) untuk wilayah
jaringan lurus
(tangent). Dari tiang
akhir kita dapat
melihat bentangan
jaringan, dengan
berpedoman pada
ujung atas tiang satu
dengan yang lain
sebagai 1 (satu) garis
lurus. Bila bentangan
jaringan panjangnya
lebih 500 m, kita dapat
Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik
Gambar 3.7. dengan Metode
Pengukuran Andongan Papan Bidik
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 113

Metode Dynamometer

Metode ini menggunakan alat dynamometer dan tabel andongan. Pengukuran


andongan dengan metode dynamometer dapat dilihat pada gambar 3.8 sedangkan alat
ukur dynamometer dapat dilihat pada gambar 3.9.

Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.8. Pengukuran Andongan dengan Metode Dynamometer

Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.9 Alat ukur Dynamometer

Metode Panjang Gawang (Span)

Metode ini mempergunakan panjang gawang (span) sebagai ukuran andongan.


Standar yang ditetapkan andongan maksimum untuk gawang selebar 40 meter adalah
lebih kurang besarnya andongan 30 cm.

Pertambahan besar andongan untuk gawang yang lebih panjang dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:

S = andongan (sag) jaringan (meter)

L = panjang gawang (span) kedua tiang (meter)


114 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Rumus yang dipergunakan dalam


Metode Gelombang menghitung andongan dengan
Balik atau Metode metode gelombang balik (return
Pulsa wave method), adalah :

Metode gelombang S = 30,66 (T / N)2 .......... (cm)


balik dilakukan
dengan jalan 2
mengayunkan kawat S = 306,7 (T / N) ........... (mm)
penghantar dengan
tangan, sehingga 2
S = 3,065 (T / N) ........... (meter)
akan timbul
gelombang yang
merambat sepanjang
bentangan kawat Keterangan :
jaringan. Gerakan
gelombang ini akan = sag (andongan).......... (cm)
berlanjut sampai
gelombang teredam = waktu yang dibutuhkan untuk 3
sendiri. Waktu yang atau 4 gelombang balik (detik)
dibutuhkan bagi
gelombang yang N = jumlah gelombang balik
merambat ke tiang (ditetapkan untuk 3 atau 4
lainnya dan kembali gelombang balik)
lagi merupakan suatu
fungsi lenturan kawat .
penghantar pada
bentangannya. Andongan dan Panjang Gawang

Waktu yang Pada tanah datar dan pada daerah


dibutuhkan untuk yang berpenduduk padat, panjang
mengukur gelombang gawang (span), yaitu (jarak antar
balik biasanya 3 atau tiang) dan tinggi tiang jaringan
4 gelombang balik, distribusi ditetapkan dalam tabel 3.2
yang diukur dan tabel 3.3 sebagai berikut :
menggunakan stop-
watch. Untuk
mendapatkan hasil Tabel 3.2. Ukuran Tinggi Tiang dan
yang akurat, Span
pengukuran
hendaknya diulang (Sumber : Daman Suswanto; Sistem
sebanyak 3 kali Distribusi Tenaga Listrik)
pengecekan sehingga
didapatkan hasil yang Tinggi Tiang Jaringan
sama. Panjang Gawang

Untuk meredam
gelombang balik pada 11 meter
saat akan melakukan 40 - 65 meter
pengecekan 12 meter
berikutnya, kawat 65 - 90 meter
penghantar jaringan 13 meter
ditahan dengan 90 - 110 meter
tangan sehingga
gelombang balik akan
hilang (diam).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 115

Tabel 3.3 Ukuran Tinggi Menara dan Span

(Sumber : Daman Suswanto; Sistem Distribusi Tenaga Listrik)

Tegangan
Tinggi
Panjang

Tiang
Gawang

Saluran
(kV)

(m)
(m)

SUTR
1 kV
9 - 12 m
40 - 80 m

SUTM
6 - 30 kV
10 - 20 m
60 -150 m

Perhitungan Andongan Simetris


Bentuk andongan simetris dapat dilihat pada gambar 3.10 sedangkan analisis bentuk
andongan simetris dapat dilihat pada gambar 3.11.

Sumber : Daman Suswanto; Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.10. Andongan pada Mendatar

Sumber : Daman Suswanto; Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.11.. Analisis Bentuk Andongan Simetris

Besarnya Andongan Pada Tiang Simetris

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya andongan pada tiang simetris adalah
sebagai berikut:
116 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Keterangan:

S = Andongan
(sag), (meter)
Keterangan:
Wc = Berat Beban
Kawat Penghantar T0
(weight of conductor), = tegangan tarik maksimum
(kilogram) (allowable maximum tension),
dalam satuan kg.
L = Panjang B

Gawang (span), = kekuatan tarik maksimum


(meter) (ultimate tensile strenght) kawat
penghantar,
To = Tegangan Tarik
maksimum kawat dalam satuan kg/m2.
B
penghantar yang = tegangan patah (breaking stress)
diperkenankan kawat penghantar, dalam satuan
kg/m2.
(allowable maximum
tension), (kilogram) AC
= luas penampang (cross-sectional
area of conductor) kawat
penghantar,
Tegangan Tarik
Maksimum Kawat
Penghantar dalam satuan m2.
fS
Rumus yang digunakan = faktor keselamatan/keamanan
untuk menghitung (factor of safety).
tegangan tarik
maksimum kawat
penghantar adalah
sebagai berikut:
Beban Pada Kawat Penghantar

Beban pada kawat penghantar


ditentukan antara lain: berat kawat
penghantar, tekanan angin pada
kawat penghantar, beban salju
pada kawat penghantar, dan beban
maksimum kawat penghantar.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 117

Berat Kawat Penghantar

Rumus yang digunakan untuk menghitung berat kawat penghantar adalah


sebagai berikut:

Keterangan :

Wc = berat kawat penghantar (kg)

Bc = kerapatan bahan kawat penghantar (kg/m2).

Ac = luas penampang kawat penghantar (m2)

= berat jenis bahan kawat penghantar (specific grafity of material)

Dc = diameter kawat penghantar (m)

Tekanan Angin Pada Kawat Penghantar

Rumus yang digunakan untuk menghitung tekanan angin pada kawat penghantar
adalah sebagai berikut:

Luas penampang total (Luas Kawat dan Luas Lapisan Es)


Beban tekanan angin total (kawat penghantar tertutup oleh salju di permukaannya
)

Keterangan :

Ww = besarnya beban tekanan angin, (kg)

Pw = besarnya tekanan angin (kg/m2)


118 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Aw = luas daerah
perencanaan lokasi
jaringan

Ac = luas
penampang kawat
penghantar (m2) Keterangan :

Aci = luas penampang Wi = Berat Beban Salju pada


total (kawat dan lapisan kawat penghantar, (kg)
salju), (m2)
Bi = Nilai Kerapatan Bahan
r = ketebalan lapisan Lapisan Salju per meter panjang,
salju pada kawat (kg/m2)
penghantar (m)
Ai = Luas Penampang Lapisan
Salju dalam kawat penghantar, (m2)

Aci = Luas Penampang Total


Beban salju pada
(kawat penghantar dan lapisan
kawat penghantar
salju), (m2)
Rumus yang digunakan
untuk menghitung bebanAc = luas penampang kawat
salju pada kawat penghantar tanpa dilumuri Salju,
2
penghantar adalah (m )
sebagai berikut:
dc = Diameter Kawat
Penghantar (m)

r = Ketebalan Lapisan Salju (m)

Beban Maksimum Kawat


Penghantar

a). Jika hanya terdapat tekanan


angin yang menimpa kawat
penghantar, maka beban
maksimum dapat dicari dengan
mempergunakan rumus, yaitu :
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 119

b). Saat terjadi tekanan angin dan beban salju yang menyelimuti kawat penghantar, maka beban
maksimum dapat dicari dengan mempergunakan rumus, yaitu :

c). Kedua rumus diatas berdasarkan penjumlahan vektor dari masing-masing beban yang menimpa
kawat penghantar jaringan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.12 di bawah ini.

Gambar 3.12. Penjumlahan Vektor Beban Total Kawat Penghantar

(Sumber : Daman Suswanto; Sistem Distribusi Tenaga Listrik)

Keterangan :

Wr = Beban Total (Resultante Loading), (kg)

Wc = Berat Kawat Penghantar (Weight Of Conductor), (kg)

Wi = Berat Beban Salju (Weight of Ice Coating), (kg)

Ww = Beban Tekanan Angin (Wind Pressure), (kg)

Sistem Operasi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Operasi adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan, sedangkan distribusi tenaga listrik
adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari sistem pembangkitan kepada
konsumen.
Pengertian dari sistem operasi jaringan distribusi tenaga listrik adalah segala kegiatan yang
mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat
pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan
penyalurannya/pelayanannya kepada konsumen/pelanggan.

Tolok ukur dari kegiatan sistem operasi jaringan distribusi tenaga listrik memiliki beberapa
parameter, yaitu: mutu listrik, keandalan penyaluran tenaga listrik, keamanan dan
120 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Lama Padam x Jumlah Pelanggan


keselamatan serta Padam
biaya operasional.
Sedangkan faktor SAIDI =
yang mempengaruhi ——————————————— =
sistem operasi menit/pelanggan.tahun Jumlah
jaringan distribusi Pelanggan x 1 tahun
tenaga listrik, adalah:
kelangsungan
penyaluran, ukuran SAIFI (System Average
tingkat penyaluran, Interuption Frequency Index)
stabilitas frekuensi,
dan stabilitas
tegangan pelayanan. Seringnya Padam X Pelanggan
Padam
Mutu listrik
SAIFI =
Yang menjadi tolak ————————————————
ukur mutu listrik yaitu : = kali/ pelanggan . tahun Jumlah
Pelanggan x 1 tahun
Tegangan

Batas toleransi Faktor-faktor yang dapat


tegangan pelayanan menurunkan angka SAIDI dan
yaitu pada konsumen SAIFI dari sisi jaringan distribusi
TM adalah ±5 %, dan tenaga listrik, adalah sebagai
pada konsumen TR berikut :
adalah maksimum 5 %
dan minimum 10 %. Meningkatkan kualitas konfigurasi
jaringan
Frekuensi.
Meningkatkan pasokan tenaga
Batas toleransi listrik alternatif
frekuensi adalah ±1 %
dari frekuensi standar Meningkatkan kualitas
50 Hz. pemeliharaan

Meningkatkan pengetahuan &


Keandalan ketrampilan petugas
Penyaluran Tenaga
Listrik Menyiapkan jumlah petugas dengan
perbandingan yang memadai
Indikator Keandalan dengan jumlah pelanggan
Penyaluran Tenaga
Listrik adalah angka Menggunakan material sesuai
lama dan atau standar
seringnya pemadaman
pada pelanggan yang
Mengidentifikasi peralatan yang
disebut dengan angka
sering rusak
SAIDI dan SAIFI.
Meningkatkan kualitas teknik
SAIDI (System
informasi pelanggan
Average Interuption
Duration Index)
Memutakhirkan data teknik jaringan
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 121

Keamanan dan keselamatan

Indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil dan kerusakan pada
instalasi/peralatan serta lingkungan.

Upaya untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan pada jaringan distribusi tenaga listrik
maka kondisi instalasi listrik harus memenuhi persyaratan berikut:

Sistem Proteksi Tenaga Listrik berfungsi dengan baik

Pemeliharaan Instalasi Listrik sesuai jadual

Alat kerja dan peralatan keselamatan kerja memenuhi syarat

Koordinasi kerja baik

Sikap dan cara kerja memperhatikan aturan K3 / K2

Menginformasikan kepada masyarakat tentang bahaya listrik dan menghindarinya

Biaya Operasional

Indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu : selisih antara energi yang dikeluarkan dari
gardu/pembangkit dengan energi yang sampai dan dipergunakan oleh pelanggan. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab susut pada sisi jaringan distribusi tenaga listrik, adalah
sebagai berikut :

Pencurian listrik

Kesalahan alat ukur

Kesalahan rasio CT / PT

Kesalahan ukuran penghantar

Jaringan terlalu panjang

Faktor daya rendah

Kualitas konektor dan pemasangannya jelek

Kelangsungan Penyaluran

Faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan penyaluran (kontinuitas) distribusi tenaga


listrik adalah :

Pengaturan dan pengoperasian jaringan pada waktu ada pekerjaan jaringan dan pada waktu
ada gangguan jarigan, sedemikian rupa sehingga pemadaman bisa di minimalkan.

Kecepatan melakukan pengalihan beban ke sumber pengisian cadangan, sekaligus


mengisolasikan gangguan.

Gangguan jaringan dapat diketahui dengan segera melalui sistem informasi dari petugas
yang secara tetap ditempatkan di gardu induk, atau dengan pengiriman indikasi gangguan
(sinyalisasi) melalui suatu teleprocessing.
122 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Perlu dikirim secepat


mungkin petugas ke
lapangan untuk untuk 6. Ukuran Tingkat Kelangsungan
melakukan pekerjaan Penyaluran
mengisolir gangguan
dan mengadaan Untuk Jaringan Distribusi Tegangan
manuver jaringan Menengah (JTM) yang baik ukuran
sehingga bagian yang kelangsungan penyaluran
padam dapat ditetapkan sebagai berikut :
memperoleh
penyaluran kembali. Untuk pekerjaan jaringan: waktu
pemadaman seharusnya sama
Hal tersebut masih dengan nol, kecuali pekerjaan
tergantung pada pekerjaan di gardu distribusi.
adanya sumber
pengisian cadangan, Untuk gangguan: waktu
dan juga apakah pemadaman adalah waktu yang
gangguan jaringan diperlukan untuk mengisolasikan
yang timbul dapat gangguan dan untuk menyalakan
segera diketahui atau kembali.
tidak.

Bagian jaringan yang


Lamanya pemadaman konsumen,
terganggu harus
dikategorikan 5 macam tingkat
segera diperbaiki,
kelangsungan penyaluran :
sehingga keadaan
tidak normal pada
Pemadaman beberapa jam, yaitu
jaringan tidak
waktu pemadaman yang digunakan
berlangsung lama,
untuk melokalisasi dan
misalnya sampai
mencerminkan titik gangguan,
terjadinya gangguan
kemudian ditambah dengan waktu
baru yang lebih
perbaikannya. Jaringan radial
menyulitkan. Perlunya
dengan satu sumber pengisian
melaksanakan
termasuk dalam kategori ini.
pekerjaan perbaikkan
secepat mungkin dan
tanpa keraguan. Untuk Pemadaman satu sampai dua jam,
itu diperlukan : yaitu yang diperlukan untuk
melokalisasikan gangguan dan
melakukan manuver untuk
Suatu pusat
menyalakan bagian-bagian jaringan
pengaturan jaringan
dari sumber semula atau sumber
pengisian lain.
Hubungan komunikasi
telepon dan
Pemadaman beberapa menit,
radiotelepon yang baik
berarti tidak mungkin mengirim
orang untuk mengatasi gangguan.
Prosedur operasi dan
Manuver dilakukan oleh petugas
pengaturan yang
yang ditempatkan digardu secara
bersifat cepat
tetap (misalnya GI) dengan sistem
kontrol lokal, atau dengan
Perlengkapan untuk menggunakan sistem telekontrol.
mendeteksi gangguan
Pemadaman beberapa detik, berarti
Petugas operasi yang diperlukan peralatan otomatis.
cakap dan terampil
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 123

Tanpa pemadaman, sangat sulit dan jarang dijamin oleh perusahaan listrik manapun. Jika
ada dua konsumen yang menghendakinya maka ia sendirilah yang harus menyediakan
peralatan khusus, untuk dipasang pada instalasi listriknya. Sebagian besar jaringan di
Indonesia mempuyai tingkat kelangsungan penyaluran kategori satu, dua, dan tiga.

Kategori tiga dilakukan dengan sistem pengaturan distribusi terpusat. Khusus untuk saluran udara
yang telah menggunakan koordinasi peralatan otomatis seperti recloser pada tempat tertentu di
jaringan dapat mencapai tingkat kelangsungan penyaluran kategori empat apabila koordinasi
pengamannya baik. Sedangkan untuk Jaringan Tingkat Rendah (JTR), mengingat struktur
jaringannya kelangsungan penyalurannya berada di kategori satu, paling tinggi dua. Bentuk
recloser pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 3.13.

Sumber : Teknik Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 3.13. Recloser pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

7. Stabilitas Frekuensi

Penurunan frekuensi disebabkan karena berkurangnya secara tiba-tiba persediaan daya


pada pusat pembangkit, jika terjadi pelepasan mesin. Sebaliknya, kejadian hubung singkat
pada jaringan transmisi atau ditempat yang berdekatan dengan mesin pembangkit akan
menyebabkan kenaikan frekuensi.

Jadi kenaikan atau penurunan frekuensi terjadi karena cepatnya perubahan pembebanan
sistem yang besar. Dengan demikian besarnya perubahan beban yang besar itu harus
diketahui, sehingga dapat diadakan pengaturan seperlunya (misalnya oleh pusat pengatur
beban).

Perlu diketahui adalah sampai sejauh mana pengaruh perubahan frekuensi terhadap
peralatan listrik. Dari spesifikasi peralatan listrik yang ada ternyata perubahan frekuensi itu
tidak sangat berpengaruh terhadap peralatan listrik penerangan dan panas. Pengaturannya
baru akan terasa pada motor sinkron maupun asinkron, yaitu terhadap momen putaran
hingga mungkin akan berhenti berputar.
124 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
mengembalikannya ke keadaan
tegangan normal seperti semula.
8. Stabilitas Batas toleransi yang berlaku di
Tegangan Pelayanan beberapa negara tidak beragam,
tetapi umumnya lebih kecil dari ±
Stabilitas tegangan 10%. Untuk standar sebaiknya
layanan merupakan ditetapkan ± 5%, yaitu yang terukur
tanggung jawab di meter konsumen.
perusahaan listrik
untuk Tindakan untuk menjaga toleransi
mempertahankan tegangan tersebut dengan cara
stabilitas tegangan mengadakan pengaturan tegangan
pelayanan kepada di tempat tertentu pada jaringan
konsumen. Untuk itu distribusi, umumnya berupa
harus ditetapkan menaikkan tegangan apabila beban
besarnya batas naik. Memperbesar kapasiatas
toleransi, yang antara penyaluran antar sumber dan
lain ditentukan oleh beban, atau memasang pengatur
fungsi teknis pemakai. tegangan.
Stabilitas tegangan
layanan meliputi 2 Cara yang ditempuh agar tidak
(dua) macam terjadi jatuh tegangan adalah :
masalah, yaitu :
Mengatur tegangan pembangkit
Gangguan pada
tegangan normal Mengatur sadapan trafo TT/TM di
GI (sadapan tanpa beban)
Jatuh tegangan yang
berlebihan Memasang kapasitor di GI

Memperbesar penampang hantaran


Gangguan pada distribusi primer maupun sekunder
tegangan normal
disebabkan oleh: Menyetel sadapan trafo TM/TR
digardu distribusi (sadapan tanpa
Manipulasi beban beban)
jaringan
Menambah tegangan menengah
Motor asinkron dan/atau rendah lebih tinggi
(PTM/PTR)
Perubahan beban
secara Menambah jumlah gardu induk
periodik/aperiodik
Menambah jumlah saluran distribusi
Tanur Mesin Las
Menambah struktur jaringan satu
fasa menjadi tiga fasa
Jatuh tegangan yang
berlebihan pada titik Memasang kapasitor pada JTM
tertentu pada jaringan atau JTR
distribusi merupakan
kewajiban operasional Menambah jumlah gardu distribusi
dari perusahaan listrik (sisipan) dan memotong JTR
untuk menjadi lebih pendek.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 125

Gangguan Sistem Operasi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik yang andal dan energi listrik dengan kualitas yang baik serta memenuhi
standar, mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat modern, karena
peranannya yang dominan dibidang industri, telekomunikasi, teknologi informasi, pertambangan,
transportasi umum, dan lain-lain yang semuanya itu dapat beroperasi karena tersedianya energi
listrik.

Perusahaan yang bergerak diberbagai bidang tersebut diatas, akan mengalami kerugian cukup
besar jika terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba atau tegangan listrik yang tidak stabil, yang
berakibat aktifitasnya akan terhenti atau produk yang dihasilkannya menjadi rusak atau tidak
sempurna.

Negara yang memiliki sistem pembangkit, transmisi dan distribusi energi listrik dengan teknologi
dengan peralatan canggih dan mutakhir serta manajemen yang baik seperti Amerika Serikat,
Jepang, Perancis dan negara maju lainnya memberikan perhatian khusus terhadap keandalan dan
kualitas sistem penyaluran energi listrik karena pengaruhnya yang krusial terhadap roda
perekonomian negaranya.

Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama dan tegangan listrik yang
tidak stabil, merupakan refleksi dari keandalan dan kualitas listrik yang kurang baik, dimana
akibatnya dapat dirasakan secara langsung oleh pelanggan/konsumen.

Gangguan yang terjadi pada sistem Operasi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, adalah: gangguan
pada sistem frekuensi, gangguan pada sistem tegangan, dan gangguan pada sistem interupsi atau
pemadaman listrik

Gangguan pada Sistem Frekuensi

Jumlah siklus Arus Bolak-Balik (Alternating Current, AC) per detik. Beberapa negara termasuk
Indonesia menggunakan frekuensi listrik standar, sebesar 50 Hz. Frekuensi listrik ditentukan oleh
kecepatan perputaran dari turbin sebagai penggerak mula. Contoh dari akibat frekuensi listrik yang
tidak stabil akan mengakibatkan perputaran motor listrik sebagai penggerak mesin produksi di
industri manufaktur juga tidak stabil, hal ini akan mengganggu proses produksi.

Selain itu adalah terputusnya penggiriman data yang tidak sesuai lebar pita(bandwith) karena
terjadi gangguan frekuensi pada jaringan PLN. Gangguan yang terjadi pada sistem frekuensi,
adalah :

Penyimpangan terus-menerus (Continuous Deviation)

Frekuensi yang berada diluar batas pada saat yang lama (secara terus-menerus), frekuensi
standar 50 Hz dengan toleransi 0,6 Hz, yaitu : (49,4 –50,6 Hz)

Penyimpangan sementara (Transient Deviation)

Penurunan atau naiknya frekuensi secara tiba-tiba dan sesaat.


126 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
terbakarnya peralatan tersebut.

Gangguan pada Peralatan yang dipengaruhi saat


Sistem Tegangan terjadi tegangan lebih adalah
Transformer, Motor Listrik,
Tegangan yang baik Kapasitor Daya dan Peralatan
adalah tegangan yang Kontrol yang menggunakan
tetap stabil pada nilai coil/kumparan seperti Solenoid
yang telah ditentukan. Valve, Magnetik Switch dan Relay.
Walaupun terjadinya Tegangan lebih biasanya
fluktuasi (ketidak disebabkan karena eksitasi yang
stabilan) pada berlebihan pada generator listrik
tegangan ini tidak (Over Excitation), sambaran petir
dapat di hindarkan, pada saluran transmisi, proses
tetapi dapat di pengaturan atau beban kapasitif
minimalkan. yang berlebihan pada sistem
Gangguan yang terjadi distribusi.
pada sistem tegangan,
adalah : Tegangan Turun (Drop Voltage)

Fluktuasi Tegangan Tegangan turun pada sistem akan


mengakibatkan berkurangnya
Fluktuasi tegangan intensitas cahaya (redup) pada
dapat terjadi akibat 3 peralatan penerangan; bergetar dan
(tiga) hal yaitu: terjadi kesalahan operasi pada
tegangan lebih, peralatan kontrol seperti Automatic
tegangan turun, dan Valve, Magnetic Switch dan
tegangan getar. Auxiliary Relay; menurunnya torsi
pada saat start (Starting Torque)
Tegangan Lebih pada motor listrik.
(Over Voltage)
Tegangan turun biasanya
Tegangan lebih pada disebabkan oleh kurangnya eksitasi
sistem Jaringan pada generator listrik (Drop
Distribusi Tenaga Excitation), saluran transmisi yang
Listrik akan terlalu panjang, jarak beban yang
mengakibatkan arus terlalu jauh dari pusat distribusi atau
listrik yang mengalir peralatan yang sudah berlebihan
menjadi besar dan beban kapasitifnya.
mempercepat
kemunduran isolasi Tegangan Getar (Flicker Voltage)
(Deterioration Of
Insulation) sehingga Tegangan getar disebabkan karena
menyebabkan ketidak stabilan tegangan supplai
kenaikan rugi-rugi PLN. Tegangan getar pada sistem
daya dan operasi, akan mengakibatkan bergetar dan
memperpendek umur terjadi kesalahan operasi pada
kerja peralatan dan peralatan kontrol seperti Automatic
yang lebih fatal akan Valve, Magnetic Switch dan
Auxiliary Relay.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 127

Tegangan Kedip (Dip Voltage)

Turunnya tegangan umumnya dengan toleransi 20% dalam perioda waktu yang
sangat singkat (dalam milli second). Penyebabnya adalah hubungan singkat (Short
Circuit) antara phasa dengan tanah atau phasa dengan phasa pada jaringan distibusi.
Tegangan kedip dapat mengakibatkan gangguan pada: stabilisator tegangan arus DC,
Electromagnetic Switch, Variable Speed Motor, High Voltage Discharge Lamp dan
Under Voltage Relay.

Tegangan Harmonik (Harmonic Voltage)

Komponen Gelombang Sinus dengan Frekuensi dan Amplitudo yang lebih kecil dari
gelombang asalnya (bentuk gelombang yang cacat), contoh :

Gelombang asal : (28,3) sin (t) kV.

Harmonik ke-3: (28,3/3) sin (3t) kV.

Harmonik ke-5: (28,3/5) sin (5t) kV.

Tegangan harmonik dapat mengakibatkan: panas yang berlebihan, getaran keras,


suara berisik dan terbakar pada peralatan capacitor reactor (power capacitor); meledak
pada peralatan power fuse (power capacitor); salah beroperasi pada peralatan breaker;
suara berisik dan bergetar pada peralatan rumah tangga (seperti TV, radio, lemari
pendingin dsb.); dan pada peralatan motor listrik, elevator dan peralatan-peralatan
kontrol akan terjadi suara berisik, getaran yang tinggi, panas yang berlebihan dan
kesalahan operasi. Kontribusi arus harmonik akan menyebabkan cacat (distorsi) pada
tegangan, tergantung seberapa besar kontribusinya.

Cara mengurangi pengaruh terhadap tegangan harmonik yang terjadi pada sistem
adalah dengan memasang Harmonic Filter yang sesuai pada peralatan yang dapat
menyebabkan timbulnya harmonik seperti arus Magnetisasi Transformer, Static VAR
Compensator dan peralatan elektronika daya, seperti :

Inverter, Rectifier, Converter dll

Ketidak Seimbangan Tegangan (Unbalance Voltage)

Ketidak Seimbangan Tegangan terjadi karena pada sistem distribusi pembebanan


phasa yang tidak merata. Gangguan tegangan tersebut dapat menyebabkan peralatan
yang menggunakan listrik, beroperasi secara tidak normal dan yang paling fatal adalah
kerusakan atau terbakarnya peralatan.
128 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Gangguan pada
Sistem Interupsi
atau Pemadaman Sistem Operasi Jaringan
Listrik Distribusi Tenaga Listrik berbasis
SCADA
Parameter yang
menentukan Sistem SCADA (Supervisory Control
keandalan dan and Data Acquisition) dipergunakan
kualitas energi adalah untuk meningkatkan pelayanan
sesuatu yang kepada para pelanggan listrik
meyakinkan dengan cara mengurangi lama waktu
(Measureable) dan padam dan kemudahan dalam
dapat diminimalkan mendapatkan data operasional serta
dengan cara posisi dan kedudukan gawai kendali
mengkoreksi pada instalasi listrik.
terhadap konfigurasi
dan peralatan pada Terdapat tiga kontrol jarak jauh untuk
sistem, manajemen maksud tersebut diatas :
serta sumber daya
manusia yang handal Tele Metering
dari perusahaan yang
memproduksi dan
Tele metering adalah melakukan
menjual energi listrik.
pengukuran besaran-besaran
operasi melalui pengamatan jarak
Interupsi atau jauh secara real time meliputi arus
Pemadaman Listrik beban, tegangan kerja, frekwensi,
dapat dibedakan KVA/kVAR, PF, dll.
menjadi :

Pemadaman yang
Tele Signal
direncanakan
(Planned
Tele signal mendapatkan data posisi
Interruption/Schedule
gawai-gawai kendali dalam posisi
d Interruption)
terbuka-tertutup misalnya, posisi
saklar pada pemutus tenaga,
Pemadaman yang
pemisah penyulang, pemutus beban
terjadi karena adanya
pada gardu distribusi/ key point dan
pekerjaan perbaikan
gardu hubung.
atau perluasan
jaringan pada sistem
tenaga listrik.
Tele Control
Pemadaman yang
tidak direncanakan; Tele control memberikan fasilitas
(Unplanned membuka –menutup saklar pemutus
Interruption) tenaga dan pemutus beban pada
gardu induk, gardu distribusi (middle
point) dan gardu hubung serta key-
Pemadaman yang
point. Fasilitas tersebut tersimpan
terjadi karena adanya
dan ditempatkan pada peralatan
gangguan pada
yang disebut Remoted Terminal Unit
sistem tenaga listrik
(RTU). RTU ditempatkan pada lokasi
seperti hubung
yang memerlukan fasilitas tele
singkat (short circuit).
metering, tele kontrol dan tele signal.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 129

Contoh operasi jaringan distribusi tenaga listrik berbasis SCADA adalah:

Sistem SCADA untuk lay-out diagram PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah.

Contoh lay-out operasi sistem SCADA pada saluran kabel tanah tegangan menengah di PT.
PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Contoh Operasi SCADA Saluran Kabel Tanah

Lokasi

Diagram Garis Tunggal

Posisi

Fasilitas
1. PMT-income

1.Tele control
Gardu Induk

trafo gardu
induk dan

pemisah
1
Rel-1

incoming rel I-II


Rel-2

2. PMT-dan

2.Tele Metering
pemisah

Tele-signal

2
outgoing

Tele-Control

penyulang
3

3. Load & break

5
4

3.Tele Signal
switch gardu

Tele control

Penyulang TM
tengah middle

point

4. load break

4.Tele Signal

Gardu Distribusi
switch gardu

Tele control

hubung
5. load break

5.Tele Signal

Gardu Hubung

switch gardu

Tele control

pelanggan
khusus/VVIP
130 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Lay –Out Diagram


Sistem Scada PLN
Distribusi Jakarta
Raya Dan Tangerang
Saluran Udara
Tegangan Menengah

Contoh lay-out operasi


sistem SCADA pada
saluran udara
tegangan menengah
di PT.PLN Distribusi 1-2
Jakarta Raya dan
Tangerang dapat
dilihat pada tabel 3.5.

1
Tabel 3.5. Contoh
Operasi SCADA
Saluran Udara
Tegangan Menengah

Rel 1
2.
Lokasi
PMT dan
Diagram Garis
Tunggal

Posisi
Fasilitas
Rel 2

1.
PMT dan

2.Tele

pemisah

Gardu Induk
pemisah

incoming Rel
1.Tele control
Saluran

outgoing switch pada


metering Tele signal

2
2

penyulang
Tele control gardu beton

Udara

atau Pole
Tele signal

3
3
3,4 Key point

loadbreak
3,4.Tele control

mounted load
Key-point

Gardu Tengah (Middle Point) dan


break swicth. Key Point

Pada penyulang saluran kabel


tanah, middle point ditempatkan
dengan konsep 50% : 50 %,
sebelum dan sesudah titik/gardu
tengah besar beban sama Key point
lebih banyak ditempatkan pada
saluran udara tegangan menengah.
Posisi penetapan berdasarkan
pembagian kerja tegangan dan
panjang jaringan. Key point
ditempatkan pada saluran udara
tegangan menengah.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 131

Fasilitas telekomunikasi

Fasilitas telekomonikasi menggunakan :

Kabel telepon, namun saat ini mulai diganti dengan fasilitas kabel fiber optik

frekwensi radio, khususnya untuk telekomunikasi key point dengan pusat pengendali.

Fasilitas Scada pada Middle Point

Titik middle point atau gardu tengah memberikan fasilitas telekontrol dan telesignal
yang dilengkapi dengan :

Remote Terminal Unit (RTU)

Kubikel Load Break Switch dengan penggerak motor 24 volt atau 48 volt DC

Power Supply DC dan UPS

Fault Indicator Lamp

Ring-O Transformator Arus

Perlengkapan ini pada dasarnya disesuaikan dengan sistem dan teknologi yang
diterapkan oleh perusahaan listrik.

Fasilitas pada Gardu Hubung dan Key-Point

Pada gardu hubung tidak dipasang Fault Indicator Lamp, kecuali :

Remote terminal unit

Kubikel load break switch yang dilengkapi motor listrik DC

Power supply DC dengan UPS

Fasilitas pada Gardu Distribusi dan Key Point

Pada gardu distribusi tersedia perlengkapan sebagai berikut :

Fault Indicator Lamp

Ring-O Transformator pada terminal

Power Supply DC dengan UPS.

Lampu fault indicator terpasang pada pintu gardu, akan menyala jika dilewati arus
gangguan tanah (homopolar current). Lampu harus direset untuk penormalan jika lokasi
gangguan telah ditemukan. Pada Key Point dengan pemasangan pada tiang\, fault
indicator terpasang pada tiang untuk gardu tiang seperti terlihat pada gambar 3.14.
132 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Fault Indicator Lamp


Terminasi Kabel

Ring-O
Transformator

Sumber : Desain Enginering Konstruksi


DC Supply Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

RELAY Gambar 3.14. Sistem Operasi


Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
berbasis Scada

Sistem Pentanahan Jaringan


Distribusi Tenaga Listrik

Gangguan listrik adalah kejadian


yang tidak diinginkan dan sangat
mengganggu kerja alat listrik. Akibat
gangguan listrik, peralatan listrik
tidak berfungsi dan sangat
merugikan. Bahkan gangguan yang
luas dapat mengganggu keseluruhan
kerja sistem produksi dan akan
merugikan perusahaan sekaligus
pelanggan/konsumen pengguna
energi.

Jenis gangguan listrik bisa terjadi


karena berbagai penyebab, yaitu :

Kerusakan isolasi

Gangguan hubung singkat antar


phasa

Gangguan hubung singkat Pemutus


Daya
Gangguan hubung belitan stator motor,
singkat antar phasa
setelah pemutus
daya. Berbagai gangguan listrik seperti
hubung singkat, kegagalan isolasi,
Hubung singkat hubungan antar kawat, hubungan
phasa dengan tanah. phasa-tanah dapat dilihat pada
gambar 3.15
Kerusakan isolasi
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 133

Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.15. Berbagai gangguan listrik

Gangguan listrik bisa terjadi pada tiang listrik pada jaringan distribusi tenaga listrik menuju
pelanggan, sistem 3 (tiga) kawat phasa, jika salah satu kawat phasa putus dan terhubung ke
tanah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.16 di bawah ini :
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.16. Gangguan Listrik pada Tiang Listrik


134 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Seharusnya ketika
terjadi kawat phasa
putus dan menyentuh
tanah, maka sistem
pengaman listrik yang
berada pada gardu
distribusi terdekat
berupa fuse atau relay
segera putus sehingga
tidak terjadi tegangan
gangguan tanah.
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
Dari titik gangguan ke
tanah akan terjadi
tegangan gangguan Gambar 3.17. Tegangan Langkah
yang terbesar dan Gangguan Listrik pada Tiang Listrik
semakin mengecil
sampai radius 20
meter. Ketika orang
mendekati titik
gangguan akan Keterangan gambar:
merasakan tegangan
langkah US makin VS = US : Tengangan langkah
besar, dan ketika
menjauhi titik
VE = UE : Tengan tanah
gangguan tegangan
langkah akan
mengecil. Tegangan
langkah gangguan Salah satu gangguan pada jaringan
listrik pada tiang listrik distribusi tenaga listrik adalah
dapat dilihat pada gangguan pentanahan, selain
gambar 3.17. gangguan lainnya, seperti : surja
petir, kesalahan mekanis akibat
kerusakan pada isolator, debu yang
menempel pada isolator, burung
daun yang terbang dekat isolator
gantung, tegangan lebih dan
gangguan hubung singkat. Tujuan
dari sistem pentanahan jaringan
distribusi tenaga listrik adalah :

Mencegah timbulnya busur tanah


akibat dari arus gangguan yang
besar (>5 A)

Memberikan perlindungan terhadap


bahaya listrik bagi pemanfaatan
listrik dan lingkungan
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 135

Memproteksi peralatan.

Mendapatkan keandalan penyaluran pada system baik dari segi kualitas, keandalan ataupun
kontinuitas penyaluran tenaga listrik dengan kontrol noise termasuk transien dari segala
sumber.

Membatasi kenaikan tegangan fasa yang tidak terganggu (sehat).

Untuk menanggulangi terjadinya gangguan listrik pada tiang listrik jaringan distribusi tenaga
listrik diperlukan sistem pentanahan/pembumian (grounding).

Sistem pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi. Sistem
pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik. Sistem
pertanahan sering kali dianggap remeh, padahal pentanahan yang baik sangatlah penting.

Definisi pentanahan (Grounding), berdasarkan IEEE dictionary (standard 100), adalah


melakukan koneksi atau hubungan, baik disengaja atau tidak disengaja, ke instalasi, sirkuit
listrik atau peralatan ke bumi, atau ke bodi konduksi yang ditempatkan di bumi untuk
mempertahankan potensial bumi pada konduktor yang terhubung dan mengalirkan arus tanah
menuju dan dari bumi.

Sistem Pembumian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik menggunakan listrik AC 3 (tiga) phasa dan 1 (satu)
phasa. Jaringan distribusi tenaga listrik DC dipakai untuk keperluan khusus seperti saluran
listrik kereta rel listrik dengan tegangan 1000V di wilayah Jabotabek. Jenis pembumian
sistem pada jaringan distribusi tenaga listrik sistem 3 (tiga) phasa, yaitu :

Sistem Pembumian TN (Terra –Netral)

Sistem pembumian TN mempunyai satu titik yang dikebumikan langsung pada titik bintang
sekunder trafo, dan bagian kontak terbuka (BKT) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh
penghantar proteksi pentanahan netral (PEN). Terdapat 3 (tiga) jenis sistem TN sesuai
dengan susunan penghantar netral (N) dan penghantar proteksi pentanahan (PE), yaitu :

Sistem TN –S

Pada sistem TN –S (Terra-Netral-Separated), fungsi penghantar proteksi

(PE) terpisah di seluruh sistem titik netral yang dibumikan dengan tahanan RB. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.18.
136 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Untuk lebih jelasnya sistem TN-C


dapat dilihat pada gambar 3.19.

Sumber : Teknik Listrik


Indusri jilid 3
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.18. Sistem


Pembumian TN - S Gambar 3.19. Sistem Pembumian
TN - C

Sistem TN –C

Pada Sistem TN –C
(Terra-Netral- Sistem TN –C - S
Combined), fungsi
penghantar netral (N) Pada sistem TN-C-S (Terra-Netral-
Separated-Combined) fungsi
dan penghantar penghantar netral (N) dan
proteksi (PE) penghantar proteksi (PE)
tergabung dalam digabungkan dalam penghantar
penghantar tunggal
(PEN) diseluruh tunggal, di sebagian sistem. Titik
sistem. Titik netral netral sistem dibumikan dengan
sistem dibumikan
nilai tahanan RB. Untuk lebih
dengan nilai tahanan
jelasnya dapat dilihat pada gambar
R B. 3.20.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 137

Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.20. Sistem Pembumian TN –C - S

Sistem Pembumian TT (Terra –Terra)

Sistem pembumian TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung tahanan RA. BKT
dihubungkan ke elektrode bumi secara listrik terpisah dengan tahanan RA dari
elektrode bumi sistem. Untuk lebih jelasnya sistem pembumian TT dapat dilihat pada
gambar 3.21 di bawah ini :
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.21. Sistem Pembumian TT


138 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Gambar 3.22. Sistem Pembumian
IT
Sistem Pembumian
IT (Impedance –
Terra)

Pada sistem
pembumian IT semua Pengukuran Tahanan Pembumian
bagian aktif yang
diisolasi dari bumi, Prosedur dari pengukuran tahanan
atau satu titik pembumian adalah sebagai
dihubungkan ke bumi berikut : Tahanan pembumian yang
melalui suatu akan diukur dihubungkan dengan
impedansi RB. BKT tegangan phasa L, melalui
instalasi listrik pengaman arus lebih, ampermeter,
dibumikan secara tahanan geser bernilai antara 20 Ω
independen atau sampai 1000 Ω.
secara kolektif atau
pembumian sistem Voltmeter yang memiliki tahanan
RA . Untuk lebih dalam (Ri) 40 KΩ, dan elektrode
jelasnya dapat dilihat bantu yang ditanam dengan jarak
pada gambar 3.22. lebih dari 20 m dari elektrode
pembumian RA. Posisikan tahanan
geser pada resistansi maksimum
(1000 Ω), geser perlahan-lahan
sampai terbaca tegangan (V) dan
penunjukan arus (A). Besarnya
tahanan pembumian RA sebesar :

Keterangan:

RA
:
Tahanan Pembumian
UE
:
Sumber : Teknik Listrik Tegangan Pembumian
Indusri jilid 3 IE
:
Arus Pembumian
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 139

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.23 di bawah ini :

Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.23. Pengukuran Tahanan Pembumian

Pengukuran Sistem Pembumian TN

Pada sistem pembumian TN pengukuran dilakukan dengan cara semua BKT peralatan dan
instalasi dibumikan dengan melalui penghantar proteksi (PE). Jika terjadi kegagalan isolasi,
akan mengalir arus gangguan yang akan memutuskan secara otomatis alat pengaman
berupa : fuse, MCB, ELCB sehingga tegangan sentuh yang berbahaya tidak terjadi.

Jika terjadi gangguan hubung pendek pada lokasi dalam instalasi listrik, antara penghantar
phasa dengan penghantar proteksi (PE), maka akan segera terjadi pemutusan rangkaian
dengan waktu pemutusan yang sangat cepat.

Untuk lebih jelasnya, gambar pengukuran sistem pembumian TN dapat dilihat pada gambar
3.24 di bawah ini :
Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.24. Pengukuran Sistem Pembumian T


140 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Pengukuran Sistem
Pembumian TT

Pada sistem
Pembumian TT
disebut juga sistem
Pembumian
Pengaman (PP),
pengukuran dilakukan
dengan cara
membumikan titik
netral di sumbernya
RB, BKT dibumikan
dengan penghantar
protektif secara
terpisah RA. Saat
terjadi gangguan pada Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3
salah satu phasa, arus
gangguan dari kawat
(PE) mengalir lewat Gambar 3.25. Pengukuran Sistem
RA, kemudian arus Pembumian TT
mengalir menuju RB
dan kembali ke netral
trafo.

Untuk lebih jelasnya,


gambar pengukuran
sistem pembumian TT Sistem pembumian TT yang
dapat dilihat pada mempergunakan ELCB sebagai
gambar 3.25 di bawah pengaman pada beban 1 (satu)
ini : phasa dan beban 3 (tiga) phasa,
maka sistem pembumian dua
beban dapat disatukan dengan
kawat pengaman (PE) dan
dikebumikan di RA. Ketika terjadi
gangguan, maka arus gangguan
mengalir ke kawat (PE) dan
dikebumikan di titik RA lewat tanah
menuju ke RB dan ke netral trafo.
Untuk lebih jelasnya, gambar
pengukuran sistem pembumian TT
dapat dilihat pada gambar 3.26.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 141

Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.26. Pengukuran Sistem Pembumian TT dengan menggunakan ELCB

Besarnya tahanan pembumian RA :

Dimana :

RA : Tahanan pembumian penghantar pengaman (PE)

UL : Tegangan phasa (line)


I ∆N : Arus Bocor ELCB

Pengukuran Sistem Pembumian IT

Pada sistem pembumian IT, instalasi harus diisolasi dari bumi atau dihubungkan ke bumi
melalui suatu impedansi yang cukup tinggi RB. Titik netral buatan dapat dihubungkan secara
langsung ke bumi jika impedansi urutan nol yang dihasilkan cukup tinggi. Jika tidak ada titik
netral maka penghantar phasa dapat dihubungkan ke bumi melalui suatu impedansi. BKT
harus dibumikan secara individual, dalam kelompok atau secara kolektif ke pipa besi atau
komponen logam yang terhubung langsung ke tanah.
142 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Untuk lebih jelasnya, gambar pengukuran sistem pembumian IT dapat dilihat pada gambar 3.27 di
bawah ini :

Sumber : Teknik Listrik Indusri jilid 3

Gambar 3.27. Pengukuran Sistem Pembumian IT

Besarnya impedansi Z sebesar :

Dimana :

Z : Impedansi pembumian
U : Tegangan line (phasa-netral)
Ia : Arus gangguan (Sistem TN)

Besarnya tahanan pembumian langsung RA :

RA . Id ≤UL

Dimana :

RA
:
Tahanan pembumian langsung
UL
: Tegangan sentuh (50 volt)
Id
:
Arus gangguan sisa
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 143

Rangkuman

Secara umum, komponen utama sistem jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari 5 bagian yaitu:
gardu induk, penyulang (feeder), beban (load), pembangkit listrik berdaya kecil, dan alat pengendali
berbasis elektronika.

Tiang Penyangga (Tiang listrik) pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara. Jenis-jenis
tiang penyangga jaringan distribusi tenaga listrik terdiri dari tiang kayu, tiang baja, tiang beton
bertulang dan tiang beton pratekan.

Kawat penghantar untuk jaringan distribusi tenaga listrik biasanya dipilih dari logam yang
mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang
besar, serta memiliki berat jenis yang rendah, logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan
perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. logam yang tahan akan pengaruh
proses kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Kawat penghantar
pada jaringan distribusi tenaga listrik terbagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu kawat tembaga, kawat
alumunium, kawat logam campuran, dan kawat logam paduan.

Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar.
Menurut fungsinya isolator dapat menahan berat dari konduktor/kawat penghantar, mengatur jarak
dan sudut antar konduktor serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat
temperatur dan angin. Kemampuan suatu bahan untuk dapat mengisolir atau menahan tegangan
yang mengenainya tanpa menjadikan cacat atau rusak tergantung pada kekuatan dielektriknya dan
bahan isolator tersebut.

Isolator terdiri dari 2 jenis yaitu isolator porselin dan isolator gelas. Isolator porselin terbuat dari
bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan
glazuur agar bahan isolator tidak berpori. Lapisan glazuur pada permukaan isolator menjadikan
bahan isolator tersebut licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Kualitas isolator
porselin lebih tinggi dan tegangan tembusnya lebih besar sehingga banyak dipakai untuk jaringan
distribusi primer. Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara Pasir Silikat,
Dolomit, dan Phospat. Isolator gelas memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan
kekuatannya berubah sangat cepat sesuai dengan perubahan temperatur. Makin tinggi tegangan
sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik lewat isolator tersebut, yang berarti
mengurangi fungsi isolasi. Oleh karena itu isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya
pada jaringan distribusi sekunder. Isolator gelas bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu
disekelilingnya sehingga bila terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka isolator
gelas ini akan mudah retak pada permukaannya.

Beberapa tipe isolator dalam sistem jaringan distribusi tenaga listrik, yaitu: isolator gantung

(Suspension Type Insulator), isolator Jenis Pasak (Pin Type Insulator), Isolator Batang Panjang
(Long Rod Type Insulator), Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator).
144 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
metode penglihatan, papan bidik,
dynamometer, panjang gawang
Andongan (Sag) pada (span), gelombang balik atau pulsa.
jaringan distribusi
tenaga listrik Gangguan yang terjadi pada sistem
merupakan jarak operasi jaringan distribusi tenaga
lenturan dari suatu listrik, adalah: gangguan pada
bentangan kawat sistem frekuensi, gangguan pada
penghantar antara sistem tegangan, dan gangguan
dua tiang penyangga pada sistem interupsi atau
jaringan atau lebih, pemadaman listrik
yang diperhitungkan
berdasarkan garis Jenis pembumian sistem pada
lurus (horizontal) jaringan distribusi tenaga listrik
kedua tiang tersebut. sistem 3 phasa terbagi menjadi 3
Besarnya lenturan bagian, yaitu : sistem pembumian
kawat penghantar Terra - Netral (TN), Terra - Terra
(andongan) (TT), dan Impendance Terra (IT).
tergantung pada Sistem pembumian TN mempunyai
berat dan panjang satu titik yang dikebumikan langsung
kawat penghantar pada titik bintang sekunder trafo, dan
atau Panjang Bagian Kontak Terbuka (BKT)
Gawang (Span). instalasi dihubungkan ke titik
Berat kawat akan tersebut oleh penghantar proteksi
menimbulkan (PEN). Terdapat 3 (tiga) jenis sistem
tegangan tarik pada pembumian TN, yaitu: sistem TN–S
kawat penghantar, (Terra-Netral-Separated), TN–C
yang akan (Terra-Netral-Combined), dan TN–C-
mempengaruhi S (Terra-Netral-Combined-
besarnya andongan Separated). Pada sistem TN–S,
tersebut. fungsi penghantar proteksi (PE)
terpisah di seluruh sistem titik netral
Pengukuran yang dibumikan dengan tahanan.
andongan pada Pada sistem TN–C, fungsi
jaringan distribusi penghantar netral
tenaga listrik
merupakan pekerjaan (N) dan penghantar proteksi (PE)
akhir setelah tergabung dalam penghantar tunggal
pemasangan kawat (PEN) diseluruh sistem serta titik
penghantar dan netral sistem dibumikan dengan nilai
peralatannya. tahanan. Pada sistem TN-C-S,
Pengukuran fungsi penghantar netral (N) dan
andongan kawat penghantar proteksi (PE)
penghantar dilakukan digabungkan dalam penghantar
agar kekuatan lentur tunggal di sebagian sistem serta titik
kawat penghantar netral sistem dibumikan dengan nilai
pada tiang tahanan. Sistem pembumian TT
penyangga (tiang mempunyai satu titik yang dibumikan
listrik) sesuai dengan langsung (RB). BKT dihubungkan ke
standar yang elektrode bumi secara listrik terpisah
ditetapkan oleh PLN. R dari elektrode bumi sistem. Pada
A
Metode untuk
sistem pembumian IT semua bagian
mengukur lebar
aktif yang diisolasi dari bumi, atau
andongan dari
satu titik dihubungkan ke bumi
jaringan distribusi
tenaga listrik, adalah: melalui suatu impedansi RB. BKT
instalasi listrik dibumikan secara
independen atau pembumian sistem RA
secara kolektif atau
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 145

Evaluasi

No
Pernyataan

Keterangan

Dari gambar Kawat Penghantar Jaringan Distribusi Tenaga Listrik di bawah ini !

Tuliskan dan jelaskan :

Nama !

Bahan pembuatnya !

Jenis dan Typenya !

Penggunaan pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik !

Dari gambar Isolator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik di


2.
bawah ini !
Tuliskan dan jelaskan :

Nama !

Bahan pembuatnya !

Jenis dan typenya !

Penggunaan pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik !


146 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Tuliskan dan jelaskan :


Dari gambar Jaringan
Distribusi Tenaga Listrik Nama !
di bawah ini !
Jenis dan typenya !

Prinsip Kerja pada Jaringan


Distribusi Tenaga Listrik !

Fungsinya pada Jaringan


Distribusi Tenaga Listrik !

Dari gambar Diagram Garis


Tunggal pada Penyulang
Jaringan Distribusi Tenaga
Listrik di bawah ini !
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 147

Tuliskan dan jelaskan peralatan yang ditunjukkan pada :

Posisi nomor 1

Posisi nomor 2

Posisi nomor 3

Posisi nomor 4

Posisi nomor 5

Dari gambar soal nomor 4 !

Buatkanlah tabel Sistem Operasi Distribusi Tenaga Listrik berbasis Scada dan falisitas
kelengkapannya !
148 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
pusat pembangkit tenaga listrik yang
dioperasikan, maka diperlukan
pengaturan beban sistem tenaga
BAB IV listrik. Dalam pengaturan sistem
tenaga listrik ini terdapat beberapa
SCADA permasalahan yang harus
diperhatikan, yaitu :
(Supervisory
Control and Kecepatan dan kemudahan
Data memperoleh informasi yang
diperlukan
Acquisition)
Cara-cara penyajian data dan
informasi bagi pengatur sistem

Keandalan media data, karena


A. Pendahuluan terganggunya media data akan
berakibat terganggunya operasi
Sistem integrasi pengaturan sistem
adalah jaringan
tenaga listrik yang Kualitas data yang ditampilkan harus
terpadu yang meliputi selalu yang terbaru
pembangkit-
pembangkit tenaga
listrik, jaringan
transmisi dan jaringan Berdasarkan faktor-faktor tersebut
distribusi yang saling diatas, maka dibutuhkan fasilitas
terhubung. Sistem pendukung untuk keperluan
yang terintegrasi ini pengaturan sistem tenaga listrik,
dikenal dengan yaitu :
sistem interkoneksi.
Keuntungan adanya Sistem telekomunikasi
interkoneksi adalah
diperolehnya produksiAlat-alat pengolah data untuk
yang ekonomis, mengambil, menyimpan dan
karena pusat mengolah data sistem tenaga listrik
pembangkit listrik
yang berkapasitas Perangkat lunak untuk mengolah
besar dan beroperasi data, agar data dapat ditampilkan
pada sistem yang dalam pengaturan sistem tenaga
terinterkoneksi dapat listrik
mensuplai daerah
lainnya yang
membutuhkan tenaga
listrik yang besar,
tetapi hanya Dengan adanya sistem SCADA
mempunyai (Supervisory Control and Data
pembangkit listrik Acquisition) maka proses
yang berkapasitas penyampaian data, proses kegiatan
kecil. dan monitoring, fungsi kontrol,
penghitungan dan pelaporan dalam
Semakin banyaknya sistem integrasi jaringan tenaga
listrik dapat dilakukan.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 149

Pengertian Umum Sistem SCADA

SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) dapat didefinisikan dari kepanjangan SCADA itu sendiri:

S
:
Supervisory
- Pengawasan
C
:
Control
- Pengendalian
ADA
:
And Data Acquisition
- Akuisisi Data

Jadi secara sederhana sistem SCADA adalah sistem yang dapat melakukan pengawasan, pengendalian
dan akuisisi data terhadap sebuah plant. Dalam terminologi kontrol, supervisory control sering mengacu
pada kontrol yang tidak langsung, namun lebih pada fungsi koordinasi dan pengawasan.

Definisi yang lebih formal diberikan oleh NIST (National Institute Of Standards and Technology) ialah :
‘Sistem digunakanterdistribusiuntukmengendalikan yangset-aset yang tersebar secara geografis, sering
terpisah ribuan kilometer persegi, di mana kontrol dan akuisisi data terpusat sangat penting bagi operasi
sistem

Dalam pengaturan tenaga listrik pada sistem yang terinterkoneksi dilaksanakan oleh pusat pengatur sistem
tenaga listrik. Kecepatan dan keakuratan data informasi sangatlah dibutuhan pada pengaturan sistem
tenaga listrik, sehingga pusat pengatur tenaga listrik dalam melaksanakan tugas pengaturan didukung oleh
peralatan yang berbasis komputer untuk membantu operator (dispatcher) dalam melaksanakan tugasnya.

Sistem pengaturan yang berbasis komputer disebut Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA).
SCADA terdiri dari perlengkapan hardware dan software. SCADA berfungsi mulai pengambilan data pada
peralatan pembangkit atau gardu induk, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang
ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi.

Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengendalian operasi secara realtime. Kecepatan dan
keakuratan data informasi sangatlah dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga listrik sehingga pusat
pengatur tenaga listrik membutuhkan peralatan berbasis komputer untuk membantu operator (dispatcher)
dalam melaksanakan tugasnya.

Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station/ACC (Area
Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan ACC. RTU dipasang di setiap gardu
induk atau pusat pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini berfungsi untuk mengetahui setiap kondisi
peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm
yang kemudian diteruskan ke ACC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan
melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari
ACC.
150 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Mengusahakan optimasi
Secara umum fungsi pembebanan jaringan 20kV.
SCADA merupakan
sistem integrasi
jaringan tenaga listrik
terpadu yang meliputi Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian
pembangkit- utama yaitu: master station, link
pembangkit tenaga komunikasi data, dan remote station.
listrik, jaringan Remote station adalah stasiun yang
transmisi dan jaringan dipantau atau diperintah oleh master
distribusi yang saling station yang terdiri dari gateway,
terhubung. Sistem IED, local HMI, RTU, dan meter
yang terintegrasi ini energi. Blok diagram sistem SCADA
dikenal dengan dapat dilihat pada gambar 4.1.
sistem interkoneksi.
Keuntungan adanya
interkoneksi adalah
diperolehnya produksi
yang ekonomis,
karena pusat
pembangkit listrik
yang berkapasitas
besar dan beroperasi
pada sistem yang
terinterkoneksi dapat
mensuplai daerah
lainnya yang
membutuhkan tenaga
listrik yang besar,
tetapi hanya
mempunyai
pembangkit listrik
yang berkapasitas
kecil. Tujuan dari
sistem SCADA, yaitu:

Mempercepat proses
pemulihan suplai
tenaga listrik bagi
konsumen yang tidak
mengalami
gangguan.

Memperkecil KWH
yang padam akibat
gangguan atau
pemadaman.

Memantau performa
jaringan untuk
menyusun perbaikan
atau pengembangan Gambar 4.1. Blok Diagram Sistem
sistem jaringan 20kV. SCADA
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 151

Fungsi Sistem SCADA

Fungsi utama sistem SCADA ada 3 macam :

Telecontrolling,

Telecontrolling berfungsi untuk mengoperasikan peralatan switching pada gardu induk atau pusat
pembangkit yang jauh dari pusat kontrol, sehingga operator dapat melakukan kontrol secara
remote, hanya dengan menekan satu tombol maka peralatan sistem tenaga listrik seperti PMT
(circuit breaker) pada line feeder atau trafo distribusi dapat dibuka atau ditutup.

Telesignaling,

Telesignaling berfungsi untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi sistem dan indikasi operasi,
kemudian menampilkannya pada pusat kontrol secara real time sehingga operator (dispatcher) dapat
mengetahui indikasi dari semua alarm dan kondisi peralatan tertentu seperti pemutusan/penutupan
circuit breaker telah berhasil dilakukan.

Telemetering,

Telemetering berfungsi untuk melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem tenaga listrik


pada seluruh bagian sistem, lalu menampilkannya pada pusat kontrol, seperti pemantauan meter,
baik daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV, dan arus dalam ampere.
Dengan demikian dispatcher dapat memantau meter dari keseluruhan jaringan hanya dengan
duduk di tempatnya, tentu saja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.

Peralatan SCADA

Master Station

Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem tenaga listrik (pusat listrik,
gardu induk) dan data tersebut dapat dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut
Human Machine Interface (HMI). Master station ini terdiri dari :

Komputer utama (Main Computer)

Front-end komputer

Human Master Interface (HMI)

Peralatan pendukung (UPS, Telekomunikasi)


152 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Unit (RTU)

Front End Computer Remote Terminal Unit (RTU)


berfungsi untuk mengumpulkan
Setelah data dikirim ke data status dan pengukuran
pusat kontrol melalui peralatan tenaga listrik, kemudian
media komunikasi, mengirimkan data dan pengukuran
data ini diterima tersebut ke master station (pusat
dengan melalui Front kontrol). Disamping itu RTU
End komputer dan berfungsi melaksanakan perintah
selanjutnya dari master station (remote control).
didistribusikan ke RTU terpasang pada setiap gardu
fungsi pengolahan induk (GI) atau pusat pembangkit
data dan ditampilkan yang masuk dalam sistem jaringan
ke Mimic Board yang tenaga listrik.
ada diruang kendali
operasi.
Remote Terminal Unit (RTU) terdiri
dari komponen-komponen antara
lain:
Human Machine
Interface (HMI) Central Processing Unit (CPU)

Human Machine Memory


Interface adalah suatu
peralatan di ruang Modul Input / Output (I / O)
kontrol yang berfungsi
sebagai perantara Modul Power supply
antara operator
dengan sistem Telemetering (TM) yang datang dari
komputer. Dengan CT, VT melalui transducer
adanya Human disambung langsung ke modul
Machine Interface Analog input.
memudahkan operator
memonitor sistem Telesinyal (TS) yang datang dari
jaringan tenaga listrik peralatan GI (PMT, PMS, ES, Trafo
yang ada di dll) disambung langsung ke modul
wilayahnya. Peralatan digital input.
human machine
interface diantaranya Telekontrol digital (TC) yang
adalah keyboard, dkeluarkan dari modul analog
VDU, recorder, printer, output disambung ke peralatan
dan logger. pembangkit atau gardu induk (PMT,
PMS, ES dll) yang dilengkapi
dengan motor penggerak untuk
Remote Terminal dikontrol dari pusat pengatur.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 153

Konfigurasi Sistem SCADA

Sistem SCADA terdiri dari sebuah master station, media komunikasi dan beberapa RTU (Remote
Terminal Unit). Media komunikasi yang digunakan untuk menyalurkan data dari master station ke
RTU dapat berupa radio data, kabel kontrol dan fiber optik. Konfigurasi sistem SCADA dapat dilihat
pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Konfigurasi Sistem SCADA

Master station dalam berhubungan dengan RTU dapat menggunakan beberapa jenis konfigurasi
jaringan, yaitu: point to point, star, party line, mix star and party line.

Point to Point

Konfigurasi point to point (titik ke titik) merupakan konfigurasi jaringan satu master station (MS)
untuk satu RTU. Pusat kontol dapat mengirimkan pesan hanya ke satu RTU atau sebaliknya dapat
menerima pesan dari satu RTU. Konfigurasi point to point merupakan tipe paling sederhana dan
dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3. Konfigurasi point to point
154 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Star Gambar 4.4. Konfigurasi Star

Konfigurasi star Party Line


(bintang) merupakan
konfigurasi network Konfigurasi party line (banyak titik
satu master station ke saluran bersamaan) merupakan
(MS) untuk beberapa konfigurasi network satu master
RTU. Pusat kontol station (MS) untuk beberapa RTU
dapat mengirimkan pada satu jalur komunikasi tunggal.
pesan ke beberapa Konfigurasi party line dapat dilihat
RTU secara pada gambar 4.5.
bersamaan atau
menerima pesan dari
beberapa RTU ke
pusat kontrol secara
bersamaan.
Konfigurasi star dapat
dilihat pada gambar
4.4

Gambar 4.5 Konfigurasi Party Line

Mix Star and Party Line

Konfigurasi mix star and party line


merupakan konfigurasi network satu
master station dengan beberapa
jalur komunikasi untuk beberapa
RTU. Konfigurasi mix star and party
line dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6.
Konfigurasi
Mix Star and
Party line
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 155

Komunikasi Sistem SCADA 1. Sistem Radio

Sistem radio banyak dipakai untuk keperluan komunikasi operasi sistem tenaga listrik. Sistem
radio yang banyak dipakai adalah :

Sistem Simplex satu atau dua frekuensi

Yaitu frekuensi untuk penerima (receiver) dan frekuensi untuk pengirim (transmitter). Sistem radio
simplex dengan satu atau dua frekuensi ini kebanyakan memakai modulasi frekuensi sehingga
distorsi relatif tidak banyak tetapi jarak komunikasinya pendek. Untuk memperpanjang jarak
komunikasi maka digunakanlah alat yang bernama repeater.

Sistem Duplex

Sistem ini selalu digunakan frekuensi yang lain antara penerima dan pengirim walaupun tanpa
repeater, sehingga penerima dan pengirim dapat berfungsi bersamaan.

Sistem Singel Side Band (SSB)

Sistem ini menggunakan modulasi ampliudo dengan hanya satu band yang dipakai, upper atau
lower side band. Sistem ini kualitas suaranya tidak sebaik yang menggunakan modulasi frekuensi,
tetapi jangkauannya lebih jauh.

Sistem Power Line Carrier (PLC)

Sistem telekomunikasi yang menggunakan SUTT dan SUTET sebagai saluran, biasa disebut
Power Line Carrier (PLC) dan hanya dipakai di lingkungan perusahaan listrik. Dalam sistem PLC,
SUTT atau SUTET selain menyalurkan energi listrik juga mengirimkan sinyal komunikasi
telekomunikasi. Sinyal telekomunikasi yang disalurkan adalah untuk pembicaraan dan juga untuk
data. Untuk keperluan ini harus ada peralatan khusus yang berfungsi memasukkan (mencampur)
dan mengeluarkan (memisahkan) sinyal telekomunikasi di ujung-ujung SUTT atau SUTET dan
frekuensi 50 Hertz yaitu frekuensi energi listrik yang disalurkan melalui SUTT atau SUTET.

Jaringan Telepon

Agar saluran telekomunikasi baik yang berupa saluran dari Perusahaan Umum Telekomunikasi,
PLC atau saluran Radio dapat dimanfaatkan oleh sebanyak mungkin orang, maka pada ujung-
ujung saluran ini dipasang Sentral Telepon Lokal Otomat (STLO) seperti ditunjukan pada gambar
4.7.
156 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Jaringan Fiber Optik

Kabel fiber optik adalah saluran


transmisi yang terbuat dari serat
kaca murni atau plastik yang
panjang dan tipis serta berdiameter
±120 mikrometer dan digunakan
untuk mentransmisikan data digital.
Transmisi serat optik sangat tinggi
dan mempunyai kecepatan transfer
data yang lebih cepat dari kabel
biasa. Dengan adanya teknologi
fiber optik (FO), perusahaan listrik
menggunakan saluran FO untuk
keperluan operasinya, karena bisa
dipasang dalam kawat tanah
pelindung sambaran petir dari
Gambar 4.7. Dua buahsaluran transmisi. Pada saluran
STLO Terhubung transmisi yang sudah beroperasi
dengan Saluran tetapi belum ada saluran FO-nya,
Telekomunikasi. saluran FO bisa diberikan pada
kawat tanah dalam keadaan operasi
atau dipasang di bawah kawat
phasa.
Dalam prakteknya
Macam-macam fiber optik yang
terdapat lebih dari dua
dipergunakan didalam sistem
buah STLO yang satu
tenaga listrik terbagi dalam
sama lain
beberapa macam yaitu:
dihubungkan oleh
lebih dari satu saluran
OPGW (Optical Fiber Ground Wire)
telekomunikasi. Untuk
yaitu Jenis Fiber Optik yang
keperluan operasi
ditanam ditengah-tengah kawat
sistem tenaga listrik
tanah.
jaringan PLC
seringkali dilengkapi
dengan STLO yang ADSS (All Dielectric Self
mempunyai fasilitas Supporting) yaitu jenis Fiber Optik
untuk memblokir yang dipasang dan ditarik antara
penggunaan saluran tiang transmisi dan distribusi.
telekomunikasi, Pemasanagan fiber optik ini
fungsinya agar dapat dipasang pada kuat medan yang
dipakai oleh petugas paling rendah untuk menghindari
operasi (dispatcher) efek gap tegangan pada permukaan
yang mendapat fiber optik yang dapat merusak
prioritas pertama kabel.
dalam menggunakan
saluran telekomunikasiGWWOP (Ground Wire Wrap
PLC. Optical Fiber) yaitu jenis Fiber Optik
ini dililitkan pada kawat tanah dan
dipsang untuk saluran yang telah
ada.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 157

Jaringan GPRS

GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service) adalah suatu teknologi
yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat dibandingkan dengan
penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. GPRS merupakan sistem transmisi
berbasis paket untuk GSM yang menggunakan prinsip yang menawarkan laju data yang lebih
tinggi. Laju datanya sampai 140 kbps dibandingkan dengan GSM yang hanya 9,6 kbps kanal-
kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang pengguna dan kanal yang sama dapat
pula digunakan secara berbagi (Sharing) diantara beberapa pengguna sehingga menjadi
sangat efisien.

GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan komunikasi
yang menawarkan layanan data dengan baju bit yang lebih tinggi dengan tarif rendah.
Sehingga membuat layanan data menjadi lebih menarik bagi pasar massal. Pertimbangannya
GPRS sebenarnya merupakan penghubung rantai yang putus antara GSM dengan teknologi
komunikasi bergerak generasi ketiga (UMTS-

Universal Mobile Telecommunication System).

Komponen-komponen utama jaringan GPRS yaitu:

GGSN (Gate Way GPRS Support Node) gerbang penghubung jaringan GPRS ke jaringan
internet. Fungsi dari komponen ini adlah sebagai interface ke PDN (Public Data Network),
information tounting, network screening, user screening, address mapping.

SGSN (Service GPRS Support Node). gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan
GPRS. Komponen ini berfungsi untuk mengantarkan paket data ke MS, Update pelanggan ke
HLR, registrasi pelanggan baru. PCU: komponen di level BSS yang menghubungkan terminal
ke jaringan GPRS.

GPRS menggunakan sistem komunitas packet switch sebagai cara untuk mentransmisikan
datanya. packet switch adalah sebuah sistem di mana data yang akan ditansmisikan dibagi
menjadi bagian-bagian kecil (paket) lalu ditransmisikan dan diubah kembali menjadi data
semula. Sistem ini dapat mentransmisikan ribuan bahkan jutaan paket perdetik.
158 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Ethernet

Konfigurasi Human Modul DSMB sebagai Display


Machine Interface Memory Board
(HMI)
Modul DSAV 111 sebagai Video
Human Machine Board
Interface (HMI)
adalah merupakan
sarana untuk
menampilkan hasil Tesselator A terhubung dengan
proses data dari Operator Console 1, tesselator B
Master Station dan terhubung dengan Operator Console
sarana penghubung 2, sedangkan Operator Console 3
antara operator terhubung ke tesselator A dan
(dispatcher) dengan tesselator B. Konfigurasi ini untuk
Master Station dan menjaga bila terjadi salah satu
Remote Station untuk tesselator mengalami gangguan
melakukan maka masih terdapat 2 Operator
pengaturan pada Console yang bisa digunakan.
sistem tenaga listrik Masing-masing Operator Console
yang dikelolanya. terdiri dari 2 buah Video Display Unit
(VDU), 1 buah Keyboard Controller
HMI terdiri dari 2 yang tersambung dengan Alpha
buah Display Numeric Keyboard, Function
Generator atau Keyboard, Station Keyboard, Track
disebut Tesselator Ball dan Audible Alarm. Alpha
type WS200 yang Numeric Keyboard digunakan untuk
terhubung ke Master memasukkan data berupa angka-
Computer lewat angka maupun catatan-catatan pada
Ethernet melalui menu Operator Notes.
DESTA. Terdapat
beberapa modul di Function Keyboard sarana untuk
tiap Tesselator antara berhubungan dengan aplikasi-
lain: aplikasi yang disediakan oleh Master
Computer antara lain:
Modul DSPC 155B
sebagai CPU Telekontrol untuk Open/Close PMT

Modul DSPB 120 Alarm List, sebagai daftar alarm


sebagai Display yang belum ditanggapi
Processor (unacknowledged alarm) dan
persisten alarm
Modul DSCA 114
adalah modul Even List, sebagai daftar kejadian
komunikasi Printer, yang terjadi dalam sistem seperti
Keyboard Controller perubahan status PMT, PMS, Alarm
dan Hard Copy lewat dsb
Short Range Modem
WESTERMO Status List, sebagai daftar peralatan
yang berstatus abnormal atau invalid
Modul DSMB 116
sebagai Memory Report Display, menampilkan data-
Board data pengukuran dari sistem untuk
periode tertentu (10menit, 30menit,
Modul DSCS 150 1jam dll)
sebagai modul
komunikasi dengan Block/DeBlock RTU dan peralatan
lainnya Data Entry untuk indikasi dan
pengukuran.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 159

Sedangkan Station Keyboard adalah keyboard berisi tombol-tombol Single Line Diagram

Gardu Induk/Pusat Pembangkit untuk ditampilkan di layar VDU. Di masing-masing Tesselator juga
tersambung sebuah Hard Copy merk C Itoh yang berfungsi untuk mencetak gambar-gambar dari
VDU bila diperlukan. Terdapat pula 2 buah terminal Server DEC Server 200 yang melayani 3 buah
Printer Logger. Masing-masing printer mempunyai tugas sendiri-sendiri.

Printer1 berfungsi untuk mencetak Daily Report atau Laporan Harian tertentu sesuai kebutuhan
dari Dispatcher dan bertugas mengambil alih tugas dari Printer 2 atau Printer 3 bila masing-masing
mengalami gangguan. Printer 2 disebut Power Logger berfungsi untuk mencetak semua kejadian
yang berhubungan dengan Power Sistem. Printer 3 disebut Tele Logger bertugas mencetak semua
kejadian yang berhubungan dengan Fungsi SCADA (Telekontrol, Telesignal, Telemetering).

Dari kedua Server melalui Line Split juga tersambung sebuah Mimic Controller MC300 yang
digunakan untuk menjalankan modul-modul Digital Output DSHM1001 sebagai penggerak Lampu-
lampu Mimic Board. Konfigurasi master station dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Konfigurasi Master Station


160 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
seperti terlihat pada gambar 4.10

Pengoperasian
Human Machine
Interface (HMI)

Dalam Gambar 4.10. Tombol Dummy


mengoperasikan HMI Breaker
pada sistem SCADA
OaSyS maka tombol
menu utama pada b) Tampilan Dummy Breaker akan
layar monitor sistem muncul seperti pada gambar 4.11.
SCADA ditekan.
Tampilan utama HMI
dapat dilihat pada
gambar 4.9

Gambar 4.9. Tombol


Menu Utama pada
Layar Monitor Sistem
SCADA.

Dummy Breaker

Menu ini berfungsi


untuk melihat kondisi
dummy breaker yang
terdapat di RTU yang
tersebar disetiap
gardu induk dan
gardu hubung.
Langkah-langkah
pengoperasiannya
adalah sebagai
berikut:

Klik tombol Dummy


Breaker pada menu Gambar 4.11. Tampilan Dummy
utama (menu icon) Breaker
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 161

Shift Change

Shift change berfungsi untuk mengganti user pada saat penggantian shift (pergantian
operator). Langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

Klik tombol Shift Change pada menu utama (menu icon) seperti terlihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12. Tombol Shift Change

Tampilan Shift Change akan muncul seperti pada gambar 4.13.

Gambar 4.13. Tampilan Shift Change

Keterangan gambar :

o
Current User
: input user yang akan diganti, misal user dinas pagi tuliskan

current user shift 1.


o
Username
: input user yang akan mengganti, misal dinas siang tuliskan
current user shift 2.
o
Password
: input password dari user yang akan menggantikan, misalkan

shift 2.
o
Shift Change
: tekan tombol ini bila pergantian shift telah sesuai.
o
Cancel
: tombol untuk eksekusi pembatalan.

Change Password

Change Password berfungsi untuk merubah password lama dengan password baru.
162 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Keterangan gambar :

Langkah-langkah o
prosesnya adalah Old Password
sebagai berikut: : kolom password lama yang akan
diganti.
Klik tombol Change o
Password pada menu New Password
utama seperti terlihat : kolom password baru.
pada gambar 4.14. o
Confirm Password
: konfirmasi password baru.
o
Commit
: tekan tombol ini jika password
yakin akan digunakan.
o
Cancel
Gambar 4.14. Tombol : tombol untuk eksekusi
Change Password pembatalan.

Tampilan User Exit


Change Password
akan muncul seperti Exit berfungsi untuk keluar dari
pada gambar 4.15 fungsi XOS (shutdown XOS).
Fungsi ini hanya berlaku untuk user
administrator, sedangkan user
operator, shutdown hanya dilakukan
pada fungsi shutdown yang ada di
desktop. Langkah-langkah
pengoperasiannya adalah sebagai
berikut:

Klik tombol Exit pada menu utama


seperti terlihat pada gambar 4.16.

Gambar 4.16. Tombol Exit


Gambar 4.15 Tampilan
User Change
Password
Tampilan Confirm Shutdown akan
muncul seperti pada gambar 4.17
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 163

Gambar 4.17. Tampilan Confirm Shutdown


Keterangan gambar :
o
Shutdown
: tekan tombol shutdown bila anda yakin akan keluar dari

fungsi XOS (Exit).


o
Cancel
: tombol eksekusi pembatalan.

Log Out

Log Out (keluar sementara), fungsi ini akan efektif digunakan jika setiap user pada saat akan
menggunakan fasilitas SCADA login, bila akan meninggalkan untuk sementara bisa logoff,
sehingga akan aman dari kejadian yang tidak diinginkan, karena password kita sedang tidak
aktif. Langkah-langkah prosesnya adalah sebagai berikut:

Klik tombol Log Out yang ada pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.18.

Gambar 4.18. Tombol Log Out

Tampilan Confirm Log Off akan muncul seperti pada gambar 4.19
Gambar 4.19. Tampilan Confirm Log off
Keterangan gambar :
o
Logoff
: tekan tombol ini jika yakin akan keluar sementara.
o
Cancel
: tombol eksekusi pembatalan.
164 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

current user shift 2.


Tampilan Log On akan o
muncul seperti pada Password
gambar 4.20 : input password dari user yang
akan menggantikan, misalkan

shift 2.

Menu Single Line Diagram 20kV

Menu single line berfungsi untuk


menampilkan berbagai macam list
yang tersedia seperti List Main
Substations, List Switching
Substation, List Middle Point, List
Key Point, List Spindles, List
Network, dll. Langkah-langkah
pengoperasiannya adalah sebagai
berikut:

Klik tombol Menu Single Line


Diagram 20kV pada menu utama
seperti terlihat pada gambar 4.21.

Gambar 4.20.
Tampilan Log On
Keterangan gambar :
o Gambar 4.21. Tombol Single Line
Username Diagram 20 kV
: input user yang akan
mengganti, misal
dinas siang tuliskan Tampilan Menu Single Line
Diagram 20kV akan muncul seperti
pada gambar 4.22
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 165

Gambar 4.22. Tampilan Menu Single Line 20kV


Keterangan gambar :

o
Main Substations
: Gardu induk yang sisi tegangan menengahnya (TM)

dikontrol oleh DCC.


o
Switching Substations : Gardu hubung, gardu untuk mengalihkan supply dari

GI melalui penyulung ekspres atau penyulung lainnya,

bila pada penyulung tersebut terjadi gangguan.


o
Key points
: Gardu distribusi atau gardu hubung hantaran udara

Tegangan menengah yang dikontrol oleh DCC

dengan memakai gelombang radio sebagai media

transmisi informasi.
166 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Konfigurasi Sistem
Master SCADA

Dalam
mengkonfigurasi
sistem master SCADA
maka langkah-langkah
yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

Klik tombol Konfigurasi


Sistem Master SCADA
pada menu utama
seperti terlihat pada
gambar 4.23

Gambar 4.23. Tombol


Konfigurasi Sistem
Master SCADA

Tampilan Konfigurasi
Sistem SCADA akan
muncul seperti pada
gambar 4.24
Gambar 4.24. Konfigurasi Sistem
Master SCADA
Keterangan gambar :
o
CMX
: Real Time Database (Control &
Maesurement Executive)
o
XIS
: Historical Database (Extended
Information System)
o
XOS
: X-Windows Base Station Operator
(MMI/HMI)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 167

Control Area

Control Area berfungsi untuk mengatur area kerja yang dapat dioperasikan oleh setiap user.
Pengaturan untuk View Area dan Control Area dapat dilakukan pada fungsi Distribution
Management System (DMS). Langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

Klik tombol Control Area pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.25

Gambar 4.25. Tombol Control Area

Tampilan Control Area akan muncul seperti pada gambar 4.26

Gambar 4.26. Tampilan Control Area

View Area

View Area berfungsi untuk melihat area kerja yang berlaku bagi setiap user. Pengaturan untuk
view area dan control area dapat dilakukan pada fungsi Distribution Management System
(DMS). Langkah-langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Klik tombol View Area pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.27

Gambar 4.27. Tombol View Area


168 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Tampilan Currenty Gambar 4.28. Currenty Selected


Selected View Area View Area dan Control Area
dan Control Area akan
muncul seperti pada
gambar 4.28

Capture

Langkah-langkahnya sebagai
berikut:

Klik tombol Capture pada menu


utama seperti terlihat pada gambar
4.29.

Gambar 4.29. Tombol Capture

Tampilan SnagIt akan muncul


seperti pada gambar 4.30.

Gambar
4.30.
Tampilan
SnagIt
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 169

Pilih input yang akan di capture. Tampilan Set Input Capture dapat dilihat pada gambar
4.31

Gambar 4.31. Tampilan Set Input Capture

Keterangan gambar :

o
Screen
: Capture/copy gambar atau text yang ada pada layar.
o
Window
: Capture/copy gambar atau text sesuai dengan satu tampilan

yang kita pilih (satu fungsi popup).


o
Active Windows
: Capture/copy gambar atau text sesuai dengan satu tampilan

yang sedang aktif (satu fungsi popup).


o
Region
: Capture/copy gambar atau text berdasarkan area yang

dipilih.

Pilih Output Capture seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.32


Gambar 4.32. Tampilan Set Output Capture
170 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Keterangan gambar :

o
Printer Gambar 4.33. Tombol Sistem
: Cetak gambar atau Summaries
text.
o
Clipboard Tampilan System Display akan
: menyimpan gambar muncul seperti gambar 4.34.
atau text di Clipboard.
o
File
: menyimpan gambar
atau text dalam bentuk
file.
o
Preview Windows
: Capture/copy gambar
akan ditinjau ulang
pada tampilan

layar.

Sistem Summaries
(System Display)
Gambar 4.34. Tampilan System
Langkah-langkah
Display
pengoperasian sistem
Summaries adalah
sebagai berikut:

Klik tombol Sistem


Summaries pada Klik Analog Summary untuk
menu utama seperti menampilkan database fungsi
yang ditunjukkan pada pengukuran, point pengukuran
gambar 4.33. dapat dipilih sesuai dengan fungsi
filter yang ada. Tampilan analog
summary dapat dilihat pada gambar
4.35.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 171

Gambar 4.35 Tampilan Analog Summary

Status Summary, menampilkan database fungsi status, point status dapat dipilih sesuai
dengan fungsi filter yang ada. Tampilan status summary dapat dilihat pada gambar
4.36.
Gambar 4.36. Tampilan Status Summary
172 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Event Summary, Menampilkan seluruh komunikasi


menampilkan segala data antara RTU dengan Front
kejadian yang telah End (kondisi on service/out of
terjadi. Data dapat service atau kondisi off scan).
difilter berdasarkan Tampilan Remote Summarydapat
Point, RTU, Group, dilihat pada gambar 4.38.
Message, Type.
Tampilan Event
Summary dapat dilihat
pada gambar 4.37.

Gambar 4.38. Tampilan Remote


Gambar 4.37. Tampilan Summary
Event Summary
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 173

Menampilkan seluruh informasi Tagging (tanda pada peralatan) yang masih berlaku.
Tampilan Tag Summary dapat dilihat pada gambar 4.39.

Gambar 4.39. Tampilan Tag Summary

Menampilkan seluruh komunikasi data antara Master Computer dengan sistem yang
tersambung ke Master Computer. Tampilan Connection Summary dapat dilihat pada
gambar 4.40.
Gambar 4.40 Tampilan Connection Summary

Untuk mengaktifkan fungsi merekam pengukuran baik TMV maupun TMC. Tampilan
Trend Set dapat dilihat pada gambar 4.41.
174 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Klik tombol Alarm pada menu
utama seperti terlihat pada gambar
4.42, maka akan muncul semua
alarm yang ada.

Gambar 4.42. Tombol Alarm

Tampilan Remote Select akan


muncul seperti pada gambar 4.43.

Gambar 4.41.
Tampilan Trend Set

Menu Alarm List

Langkah-langkah
pengoperasian Menu
Alarm List adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.43. Tampilan Remote
Select
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 175

Tampilan Alarm Summary dapat dilihat pada gambar 4.44.

Gambar 4.44. Tampilan Alarm Summary


Keterangan gambar :
o
Remote
: menampilkan alarm pada RTU tertentu.
o
Search
: menampilkan alarm terkait dengan RTU yang dipilih atau

menampilkan seluruh alarm yang terbaru

(bila tidak berdasarkan RTU).


o
Reset Filter
: tombol ini menampilkan data alarm seluruhnya

(fungsi reset data filter ke posisi default).

Tombol Navigasi

Tombol navigasi ini berfungsi untuk mengarahkan penempatan tampilan baru (gambar yang
akan ditampilkan) pada posisi monitor tengah, monitor kiri, atau monitor kanan. Langkah-
langkah pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

Klik tombol navigasi pada menu utama seperti terlihat pada gambar 4.45

Gambar 4.45. Tombol Navigasi


176 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Klik tombol left CRT


untuk penempatan di
kiri, right CRT untuk Gambar 4.47. Tombol Database
penempatan di kanan, Management Tool (DMT)
center CRT
penempatan di
tengah. Tampilan CRT
Override dapat dilihat
pada gambar 4.46.
Tampilan Database Management
Tool akan muncul seperti pada
gambar 4.48.

Gambar 4.46.
Tampilan CRT
Override

Database
Management Tool
(DTM)

Langkah-langkahnya
sebagai berikut:

Klik pada tombol


Database
Management Tool
(DMT) pada menu
utama seperti terlihat Gambar 4.48. Tampilan Database
pada gambar 4.47 Management Tool

J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 177

Keterangan gambar :
o
Analog
: melihat database fungsi pengukuran (analog).
o
Status
: melihat database fungsi indikasi (status).
o
XOS Disp
: melihat sistem setting pada fungsi XOS

(aplikasi SCADA pada Workstation).


o
Group
: melihat group yang ada pada database.
o
Area
: melihat pengaturan area kerja.
o
Spooler
: printer yang terhubung dengan sistem HMI.

o Alarm Attr. : setting sound alarm.

o User Accts : setting user astivities (batasan kegiatan


user).

User Auth : setting user authorization (otoritas user).

Rangkuman

SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) dapat


didefinisikan dari kepanjangan

SCADA itu sendiri:

S
:
Supervisory
- Pengawasan
C
:
Control
- Pengendalian
ADA
:
And Data Acquisition
- Akuisisi Data

Jadi secara sederhana sistem SCADA adalah sistem yang


dapat melakukan pengawasan, pengendalian dan akuisisi
data terhadap sebuah plant.

Fasilitas SCADA dalam sistem tenaga listrik diperlukan


untuk melaksanakan pengendalian operasi secara
realtime. Kecepatan dan keakuratan data informasi
sangatlah dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga
listrik sehingga pusat pengatur tenaga listrik membutuhkan
peralatan berbasis komputer untuk membantu operator
(dispatcher) dalam melaksanakan tugasnya.

Secara umum fungsi SCADA merupakan sistem integrasi


jaringan tenaga listrik terpadu yang meliputi pembangkit-
pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan jaringan
distribusi yang saling terhubung. Sistem yang terintegrasi
ini dikenal dengan sistem interkoneksi. Keuntungan
adanya interkoneksi adalah diperolehnya produksi yang
ekonomis, karena pusat pembangkit listrik yang
berkapasitas besar dan beroperasi pada sistem yang
terinterkoneksi dapat mensuplai daerah lainnya yang
membutuhkan tenaga listrik yang besar, tetapi hanya
mempunyai pembangkit listrik yang berkapasitas kecil.

Tujuan dari sistem SCADA, yaitu: mempercepat proses


pemulihan suplai tenaga listrik bagi konsumen yang tidak
mengalami gangguan, memperkecil KWH yang padam
akibat gangguan atau pemadaman, memantau performa
jaringan untuk menyusun perbaikan atau pengembangan
sistem jaringan 20kV, dan mengusahakan optimasi
pembebanan jaringan 20kV.
178 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
pengukuran besaran-besaran sistem
tenaga listrik pada seluruh bagian
Fungsi utama sistem sistem, lalu menampilkannya pada
SCADA ada 3 macam pusat kontrol, seperti pemantauan
: meter, baik daya nyata dalam MW,
daya reaktif dalam Mvar, tegangan
Telecontrolling, dalam kV, dan arus dalam ampere.
Dengan demikian dispatcher dapat
Telecontrolling memantau meter dari keseluruhan
berfungsi untuk jaringan hanya dengan duduk di
mengoperasikan tempatnya, tentu saja dengan
peralatan switching bantuan peralatan pendukung
pada gardu induk lainnya seperti telepon.
atau pusat
pembangkit yang jauh
dari pusat kontrol,
sehingga operator Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian
dapat melakukan utama yaitu: master station, media
kontrol secara komunikasi data, dan remote station.
remote, hanya Master station berfungsi untuk
dengan menekan mengolah data yang diterima dari
satu tombol maka sistem tenaga listrik (pusat listrik,
peralatan sistem gardu induk) melalui HMI (Human
tenaga listrik seperti Machine Interface). HMI pada sistem
PMT (circuit breaker) SCADA merupakan sarana untuk
pada line feeder atau menampilkan hasil proses data dari
trafo distribusi dapat Master Station dan sarana
dibuka atau ditutup. penghubung antara operator
(dispatcher) dengan Master Station
Telesignaling, dan Remote Station untuk
melakukan pengaturan pada sistem
Telesignaling berfungsi tenaga listrik yang dikelolanya.
untuk mengumpulkan Media komunikasi yang digunakan
informasi mengenai untuk menyalurkan data dari master
kondisi sistem dan station ke RTU dapat berupa radio
indikasi operasi, data, kabel kontrol dan fiber optik.
kemudian Remote station adalah stasiun yang
menampilkannya pada dipantau atau diperintah oleh master
pusat kontrol secara station yang terdiri dari gateway,
real time sehingga IED, local HMI, RTU, dan meter
operator (dispatcher) energi. Remote Terminal Unit (RTU)
dapat mengetahui dipasang di setiap gardu induk atau
indikasi dari semua pusat pembangkit yang hendak
alarm dan kondisi dipantau. RTU ini berfungsi untuk
peralatan tertentu mengetahui setiap kondisi peralatan
seperti tegangan tinggi melalui
pemutusan/penutupan pengumpulan besaran-besaran
circuit breaker telah
listrik, status peralatan, dan sinyal
berhasil dilakukan.
alarm yang kemudian diteruskan ke
ACC melalui jaringan telekomunikasi
Telemetering, data. RTU juga dapat menerima dan
melaksanakan perintah untuk
Telemetering merubah status peralatan tinggi
berfungsi untuk melalui sinyal-sinyal perintah yang
melaksanakan dikirim dari ACC.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 179

Master station dalam berhubungan dengan RTU dapat menggunakan beberapa jenis konfigurasi
jaringan, yaitu: point to point, star, party line, mix star and party line. Konfigurasi point to point (titik ke
titik) merupakan konfigurasi jaringan satu master station (MS) untuk satu RTU. Pusat kontol dapat
mengirimkan pesan hanya ke satu RTU atau sebaliknya dapat menerima pesan dari satu RTU.
Konfigurasi point to point merupakan tipe paling sederhana. Konfigurasi star (bintang) merupakan
konfigurasi network satu master station (MS) untuk beberapa RTU. Pusat kontol dapat mengirimkan
pesan ke beberapa RTU secara bersamaan atau menerima pesan dari beberapa RTU ke pusat
kontrol secara bersamaan. Konfigurasi party line (banyak titik ke saluran bersamaan) merupakan
konfigurasi network satu master station (MS) untuk beberapa RTU pada satu jalur komunikasi
tunggal. Konfigurasi mix star and party line merupakan konfigurasi network satu master station
dengan beberapa jalur komunikasi untuk beberapa RTU.

Evaluasi

No
Pernyataan

Keterangan

Dari gambar Blok Diagram Sistem SCADA Jaringan Distribusi Tenaga Listrik di bawah ini !

Tulis dan Jelaskan !


Apakah yang dimaksud dengan SCADA !

Tujuan utama dari sistem SCADA !

Fungsi utama dari sistem SCADA

Peralatan pendukung dari sistem SCADA !


180 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Dari gambar Konfigurasi Sistem SCADA Jaringan Distribusi Tenaga Listrik di


bawah ini !

Gambar dan Jelaskan Konfigurasi Sistem SCADA !

Point to Point !

Star !

Party Line !

Mix Star and Party Line !

Dari gambar Konfigurasi Komunikasi Sistem SCADA Jaringan Distribusi


Tenaga Listrik di bawah ini !
Gambar dan Jelaskan Konfigurasi Komunikasi Sistem SCADA !

Sistem Jaringan Radio !

Sistem Jaringan Power Line Carrier (PLC) !

Sistem Jaringan Telepon !

Sistem Jaringan Kabel Fiber Optik !

Sistem Jaringan GPRS !


J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 181

Dari gambar Diagram Garis Tunggal Jaringan Distribusi Tenaga Listrik berbasis SCADA di
bawah ini !

Buatlah dan Jelaskan !

Peralatan pengoperasian yang dipergunakan berbasis SCADA !


Lokasi pengoperasian berbasis SCADA !

Fasilitas pengoperasian berbasis SCADA !


182 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

Dari gambar Sistem


Komunikasi pada
Jaringan Distribusi
Tenaga Listrik
berbasis SCADA di
bawah ini !

Fault Indicator Lamp


Terminasi Kabel

Ring-O Transformator

DC Supply

RELAY

Tulis dan Jelaskan !

Peralatan yang dipergunakan !

Fungsi dari peralatan yang


dipergunakan !

Prinsip kerja dari sistem


komunikasi peralatan yang
dipergunakan !
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 183

DAFTAR PUSTAKA

Agus Harya Maulana, 2005, "Buku SCADA Edisi 2", Bops PLN Jawa Bali.

Badruddin, 2010, "Sistem Distribusi; Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB"

Dale R. Patrick, Stephen W. Fardo, 2009, " Electrical distribution systems --2nd ed., Fairmont
Press.

Daman Suswanto, 2009, "Sistem Distribusi Tenaga Listrik", Bahan Ajar UNP.

Dugan, Roger C, dkk, 2004. Electrical Power System Quality Second Edition, McGraw-Hill.

Gonen, Turan, 1986, " Electric Power Distribution System Engineering " , McGraw-Hill.

Hanra, 2010, "Laporan Kerja Praktek: Konfigurasi dan Pengoperasian Human Machine (HMI)
PT. PLN (Persero) APD Bandung".

Hutauruk, T. S. 1999. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan.


Erlangga: Jakarta

Liu, Xiyu. Grounding System of an Uninterruptible Power System (UPS). Design of P&T of
MII: china

Meliopoulos, A.P Sakis. 2001. Impact of Grounding System Design on Power Quality. IEE
Power Engineering review

PLN, 1992: Standard Konstruksi Jaringan Distribusi Dilingkungan Perusahaan Listrik Negara,
Buku saku. Jakarta: nn.

PLN, 2009, Diklat Profesi Distribusi, " Kriteria Desain Perencanaan Jaringan Distribusi",
Jakarta.

PLN, 2009, Diklat Profesi Distribusi, " Inspeksi Jaringan Distribusi", Jakarta

Suhadi, Bambang, 2008, "Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1, 2 dan 3"., Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta
184 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
menjamin keamanan, keandalan
serta pengoperasian dan
Glosarium pengembangan sistem distribusi
yang efisien dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan tenaga listrik

Aturan Jaringan : Aturan Jaringan


A : Ampere, Satuan merupakan seperangkat peraturan,
Arus Listrik persyaratan dan standar untuk
menjamin keamanan, keandalan
AF : Availability serta pengoperasian dan
Factor, Faktor pengembangan sistem tenaga listrik
ketersediaan, adalah yang efisien dalam memenuhi
perbandingan antara peningkatan kebutuhan tenaga listrik
daya yang tersedia
unit pembangkit pada BUS : Rel Busbar
waktu tertentu
dengan daya mampu
BBM : Bahan Bakar Minyak
netto unit pembangkit
tersebut .
Beban : Sering disebut sebagai
Demand, merupakan besaran
kebutuhan tenaga listrik yang
dinyatakan dengan MWh, MW atau
MVA tergantung kepada konteksnya

Biaya Beban : Komponen biaya


APP : Alat Pembatas dalam rekening listrik yang besarnya
dan alat Pengukur, tetap, dihitung berdasarkan daya
Alat milik PT PLN tersambung
(Persero) yang
berfungsi untuk Beban puncak : Atau peak load /
membatasi daya peak demand, adalah nilai tertinggi
listrik yang dipakai dari langgam beban suatu sistem
serta mengukur kelistrikan dinyatakan dengan MW
pemakaian energi
listrik Biro Instalatir : Badan usaha
penunjang tenaga listrik yang
Asut : Start bergerak dalam pembamngunan dan
pemasangan peralatan
Asut Gelap : Black ketenagalistrikan, yang sah terdaftar
Start, pengasutan dan mendapat ijin kerja dari PT PLN
suatu unit pembangkit (PERSERO)/Pemerintah
yang dilakukan tanpa
ketersediaan pasokan BP : Biaya Penyambungan, biaya
daya dari luarADB : yang harus dibayar kepada PT PLN
Air Dried Basis, (PERSERO) oleh pelanggan atau
merupakan nilai kalori calon pelanggan untuk memperoleh
batubara yang penambahan daya atau
memperhitungkan penyambungan baru
inherent moisture
saja. BK : Biaya Keterlambatran, biaya
yang dikenakan PT PLN
Aturan Distribusi : (PERSERO) kepada pelanggan atas
Aturan Distribusi keterlambatan pembayaran rekening
Tenaga Listrik listrik
merupakan perangkat
peraturan dan Blackout : Padam
persyaratan untuk
BPP : Biaya Pokok BTU : British Thermal Unit
Penyediaan
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 185

CF : Capacity Factor, Faktor kapasitas, adalah perbandingan antara jumlah produksi listrik selama
periode operasi terhadap jumlah produksi terpasang selama periode tertentu (1 tahun).

Capacity balance : Neraca yang memperlihatkan keseimbangan kapasitas sebuah gardu induk
dengan beban puncak pada area yang dilayani oleh gardu induk tersebut, dinyatakan dalam MVA

Captive power : Daya listrik yang dibangkitkan sendiri oleh pelanggan, umumnya pelanggan
industri dan komersial

CT : Current Transformer (Trafo Arus), alat untuk menurunkan arus listrik untuk keperluan
pengukuran energi listrik atau untuk peralatan pengaman dan pengendalian listrik lainnya
CCS : Carbon Capture and Storage

CCT : Clean Coal Technology

CDM : Clean Development Mechanism atau MPB Mekanisme Pembangunan Bersih

COD : Commercial Operating Date

DMN : Daya Mampu Netto, besarnya daya output pembangkit yang sudah dikurangi dengan
pemakaian sendiri unit pembangkit tersebut

Daya mampu : Kapasitas nyata suatu pembangkit dalam menghasilkan MW

Daya terpasang : Kapasitas suatu pembangkit sesuai dengan name plate

Daya Tersambung : Batas daya yang dapat digunakan oleh pelanggan setiap saat dan tercatat di
PT PLN (PERSERO) serta menjadi dasar perhitungan Biaya Beban

Dispacher : Pelaksana pengendali operasi

DAS : Daerah Aliran Sungai

DMO : Domestic Market Obligation

EBITDA : Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization

ERPA : Emission Reduction Purchase Agreement

Excess power : Kelebihan energi listrik dari suatu captive power yang dapat dibeli oleh PLN

FSRU : Floating Storage and Regasification Unit

GD : Gardu Distribusi
GI : Gardu Induk

GITET : Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (500 kV)

GITO : Gardu Induk Tanpa Operator


186 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

GT : Gas Turbine PLTGU

GWh : Giga Watt Hour (1 GWh=1.000 MWh)

Gangguan : Kejadian takterencana yang mengakibatkan kondisi abnormal dalam Jaringan (Grid)

GAR : Gross As Received, merupakan nilai kalori batubara yang memperhitungkan total moisture

Hz : Hertz, satuan frekuensi listrik

GRK : Gas Rumah Kaca

HSD : High Speed Diesel Oil

HVDC : High Voltage Direct Current

HSD : High Speed Diesel Oil

Host Load : Unit pembangkitan berbeban pemakaian sendiri

Heat Rate : Besar energi yang digunakan oleh unit pembangkit dalam memproduksi satu unit
output. Contoh : jumlah energi untuk memproduksi energi 1 MWh (dinyatakan dalam GJ/MWh)

Heat Rate Curve : Kurva yang menunjukkan konsumsi energi termal per-jam operasi pada tingkat
output yang bervariasi (GJ/Jam)

IBT : Inter Bus Transformer, yaitu trafo penghubung dua sistem transmisi yang berbeda tegangan,
seperti trafo 500/150 kV dan 150/70 kV

IPP : Independent Power Producer

IBT : Interbus Transformer (500 kV/150 kV)

IDO : Intermediate Diesel Oil

Island Operation : Pembangkitan terpisah dari sistem dan beroperasi dengan beban di sekitarnya

JTM : Jaringan Tegangan Menengah adalah saluran distribusi listrik bertegangan 20 kV

JTR : Jaringan Tegangan Rendah adalah saluran distribusi listrik bertengangan 220 V

JTL : Sambungan Langsung (SL) termasuk peralatannya, sehingga tenaga listrik disalurkan tanpa
melalui APP

JCC : Jawa Bali Control Centre, Pusat Pengatur Beban Jawa Bali kV : Kilo Volt (=1000 volt)

kVA : Kilo Volt Ampere (=1000 volt ampere)

kVARh : Kilo Volt Ampere Reactive Hour, satuan energi listrik semu (reaktif)

kW : Kilo Watt, satuan daya listrik nyata (aktif)


kWh : Kilo Watt Hour, satuan energi listrik nyata (aktif)
kmr : kilometer-route, menyatakan panjang jalur saluran transmisi
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 187

kms : kilometer-sirkuit, menyatakan panjang konduktor saluran transmisi / jaringan tenaga listrik

Kabel TM : Kabel Tegangan Menengah

Kabel TR : Kabel Tegangan Rendah

Line Charging : Pemberian tegangan ke saluran pengantar (transmisi)

Life Extension : Program rehabilitasi suatu unit pembangkit yang umur teknisnya mendekati akhir

LNG : Liquified Natural Gas

LF : Load Factor, Faktor beban, adalah perbandingan dari rata-rata output atau beban terhadap
maksimum output atau beban dalam suatu periode terhadap beban puncak yang terjadi pada
periode tersebut

Load Shedding : Pengurangan beban secara sengaja (otomatis / manual) dengan pemutusan
beban tertentu karena kejadian abnormal, untuk mempertahankan integritas Jaringan dan
menghindari pemadaman yang lebih besar

Losses : Energi listrik yang hilang dalam inti Trafo dan konduktor penghantar/kabel di Jaringan

LWBP : Luar Waktu Beban Puncak

LOLP : Loss of Load Probability, suatu indeks keandalan sistem pembangkitan yang biasa dipakai
pada perencanaan kapasitas pembangkit

MW : Mega Watt (1 MW=1.000 kW)

MWh : Mega Watt-hour (1 MWh=1.000 kWh)

MSCF 103 : Million Standard Cubic Foot, ( M=103 )

MMSCF 106 : Million Metric Standard Cubic Foot, Standard Cubic Foot, (MM=106), satuan yang
biasa digunakan untuk mengukur volume gas pada tekanan dan suhu tertentu

MMSCFD : Million Metric Standard Cubic Foot per Day

MMBTU : Million Metric British Termal Unit, satuan yang biasa digunakan untuk mengukur kalori
Gas

Mothballed : Pembangkit yang tidak dioperasikan namun tetap dipelihara

MP3EI : Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia


MO : Maintenance Schedule, Skedul yang menunjukkan rencana outage pelaksanaan
pemeliharaan

MFO : Marine Fuel Oil


188 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
pembangkit atau fasilitas jaringan
selama kurun waktu tertentu yang
Merit Order : Daftar diusulkan oleh pemakai Grid dan
unit pembangkit disetijui oleh UBOS-P3B
dengan urutan biaya
operasi yang PLTA : Pusat Listrik Tenaga Air
marginal, sudah
termasuk PLTD : Pusat Listrik Tenaga Diesel
pertimbangan : biaya
start-up dan shut- PLTG : Pusat Listrik Tenaga Gas
down, minimum start-
u dan waktu keluar, PLTGU : Pusat Listrik Tenaga Gas
kendala bahan bakar, dan Uap
serta kendala operasi
lainnya PLTM : Pusat Listrik Tebnaga
Minihidro
Neraca daya :
Neraca yang PLTMH : Pusat Listrik Tebnaga
menggambarkan Mikro Hidro
keseimbangan antara
beban puncak dan PLTP : Pusat Listrik Tenaga Panas
kapasitas pembangkit Bumi

Non Coincident PLTU : Pusat Listrik Tenaga Uap


Peak Load : Jumlah
beban puncak sistem-
Pms : Pemisah (disconecting switch)
sistem tidak
terinterkoneksi tanpa
Pms Tanah : Earthing Switch
melihat waktu
terjadinya beban
puncak Pmt : Pemutus tenaga (circuit
breaker)
Outage : Suatu
periode waktu dimana PPJ : Pajak Penerangan Jalan,
pusat pembangkit, pajak yang dibayarkan oleh semua
unit pembangkit atau pelanggan PT PLN (PERSERO),
bagian dari Grid, dipungut oleh PT PLN (PERSERO)
secara keseluruhan dan selanjutnya disetor ke Kas
atau sebagian tidak Pemda
beroperasi karena
suatu kejadian yang PT : Potentio Transformer (Trafo
terencana maupun Tegangan), alat untuk menurunkan
tidak terencana tegangan listrik yang diperlukan
khusus bagi pengukuran energi
PJU : Penerangan listrik atau peralatan pengaman dan
Jalan Umum, pengendali listrik lainnya
Penerangan untuk
jalan dan prasarana P2TL : Penertiban Pemakaian
umum yang dipasang Tenaga Listrik, Pemeriksaan oleh
secara resmi oleh PLN terhadap instalasi PLN dan
pemda atau badan instalasi pelanggan dalam rangka
resmi lainnya dan penertiban pemakaian/pemanfaatan
mendapat pasokan tenaga listrik
tenaga listrik dari PLN Peaking : Pembangkit pemikul
secara legal beban puncak

PO : Planned Outage, Prakiraan beban : Demand


pengeluaran unit forecast, prakiraan pemakaian
energi listrik di masa
depan RCC : Region Region 1 : Region Control Centre
Control Centre, Pusat untuk wilayah Jakarta dan Banten
Pengatur Region (Cawang)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 189

Region 2 : Region Control Centre untuk wilayah Jawaq Barat (Cigereleng)

Region 3 : Region Control Centre untuk wilayah Jawa Timur dan DIY (Ungaran)

Region 4 : Region Control Centre untuk wilayah Jawa Timur dan Bali (Waru)

Reserve margin : Cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak, dinyatakan dalam %

Rasio elektrifikasi : Perbandingan antara jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah
keseluruhan rumah tangga

SR : Sambungan Rumah

ST : Steam Turbine PLTGU

SL : Sambungan Langsung, adalah sambungan JTL termasuk peralatannya, sehingga tenaga listrik
disalurkan tanpa melalui APP

STL : Sambungan Tenaga Listrik, penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannya
sebagai bagian instalasi PLN yang merupakan sambungan antara JTL milik PLN dengan instalasi
pelanggan

SMP : Saluran Masuk Pelayanan, Kabel milik PLN yang menghubungkan antara jaringan Tegangan
Rendah dengan APP yang terpasang di rumah pelanggan

SUTET : Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (500 kV)

SUTM : Saluran Udara Tegangan Menengah (6 kV, 20 kV)

SUTR : Saluran Udara Tegangan Rendah (220 V, 380 V)

SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi (70 kV, 150 kV)

SAIDI : System Average Interruption Duration Index (Indeks Lama Gangguan)

SAIFI : System Average Interruption Frequency Index (Indeks Frekuensi Gangguan)

SCADA : Supervisory Control And Data Acquisition

SFC : Specific Fuel Consumtion

Shutdown : Pengeluaran suatu unit pembangkit dari JaringanSKLT : Saluran Kabel Laut Tegangan
Tinggi

SKTT : Saluran Kabel Tegangan Tinggi

Subregion : Group Switching Centre

SPK-TPA Citarum : Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air Sungai Citarum

Tagihan Listrik : Perhitungan biaya atas pemakaian daya dan energi listrik oleh pelanggan setiap
bulan
Tagihan Susulan : Tagihan kemudian sebagai akibat adanya penyesuaian dengan ketentuan atau
sebagai akibat adanya pelanggaran
190 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
TWh : Tera Watt Hour (1 TWh=1.000
GWh) Titik Penyambungan Bersama
TDL : Tarif Dasar : Titik terdekat dengan pelanggan
Listrik, ketentuan dimana tersambung juga pelanggan
pemerintah yang yang lain pada JTR atau JTM atau
berlaku mengenai JTr atau JTET
golongan tarif dan
harga jual tenaga UBOS-P3B : Unit Bidding dan
listrik yang disediakan Operasi Sistem –Pusat Penyaluran
oleh PLN dan Pengatur Beban, Unit PT PLN
(PERSERO) yang mengoperasikan
Tingkat cadangan : dan mengendalikan Jarinagan (Grid)
Reserve margin, Jawa-Bali untuk Sistem Tenaga
adalah besar Listrik Jawa-Bali
cadangan daya yang
dimiliki oleh UFR : Under Frequency Relay,
perusahaan dalam peralatan pemutus beban dengan
rangka pemicu awal (triger) besaran
mengantisipasi beban frekuensi
puncak
UF : Utility Factor, Faktor
TR : Tegangan Penggunaan, adalah perbandingan
Rendah, Tegangan antara beban puncak unit
sistem 220 V, 380 V pembangkit pada periode tertentu
sampai dengan 1.000 dengan daya mampu netto unit
Volt pembangkit tersebut

TM : Tegangan
Menengah, Tegangan
sistem diatas 1.000
Volt sampai dengan
35.000 Volt

TT : Tegangan
Tinggi, Tegangan
sistem diatas 35.000
Volt sampai dengan
245.000 Volt
UJL : Uang Jaminan Langganan,
TET :Tegangan uang milik pelanggan yang dititipkan
Ekstra Tinggi, kepada PT PLN (PERSERO)
Tegangan sistem sebagai jaminan atas pemakaian
diatas 245.000 Volt daya dan energy listrik selama
menjadi pelanggan.
TMA : Tinggi Muka
Air, ketinggian UMTL : Uang Muka Tagihan Listrik,
(meter) elevasi Penerimaan pembayaran untuk
permukaan air waduk pemakaian daya dan energy listrik
diatas permukaan mendahului transaksi penyerahan
laut daya dan energi berlangsung

Total Blackout : Ultra super critical : Teknologi


Situasi dimana PLTU batubara yang beroperasi
Jaringan (Grid) pada suhu dan tekanan diatas titik
padam total kritis air

Trafo : Transformator V : Volt, Voltase, Voltage, Satuan


Tegangan Listrik
VA : Volt Ampere,
satuan daya listrik Vcc = Bipolar Transistors Collector
total (daya buta) Voltage

Vdd = Unipolar Vss = Unipolar Transistors Source


Transistors Drain Voltage
Voltage
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 191

V+ = Supply source positive pool voltage in which has value above 0 V.

V- = Supply source negative pool voltage in which has value below 0 V.

Watt : Satuan daya listrik Nyata

WBP : Waktu Beban Puncak, Waktu jam 18.00 sampai dengan jam 22.00 waktu setempat

WKP : Wilayah Kerja Pertambangan

Medan Listrik, adalah ruang dimana terdapat gaya bekerja bermuatan elektrik; medan listrik
terdapat dekat benda-benda yang bermuatan elektrik dan terdapat antara dua hantaran yang
mempunyai beda potensial satu sama lainnya. Satuan kuat medan listrik dinyatakan dalam volt per
meter (v/m).

Berdasarkan standar IPRA (International Protection Radiation Association), dan direkomendasikan


WHO, batasan medan listrik yang aman bagi kesehatan manusia adalah 10 kV/m selama 2 jam per
hari atau 5 kV/m selama 24 jam (diperuntukkan bagi publik). Dan berdasarkan hasil pengukuran di
lapangan, kuat medan listrik dibawah SUTT dan SUTET di Indonesia berkisar 0,25 kV/m.

Medan Magnit, adalah ruang dimana terdapat gaya elektrik dan gaya magnet; medan magnet
yang membangkitkan arus elektrik disekeliling penghantar. Satuan kuat medan magnet dinyatakan
dalam Tesla atau milli tesla, sering pula digunakan satuan Gauss atau milli Gauss. (1 T = 1000
mT; 1 G = 1000 mG; dan 1 T = 10.000 G).

Berdasarkan standar IPRA (International Protection Radiation Association), dan direkomendasikan


WHO, batas maksimum intensitas medan magnet yang diperbolehkan ialah 0,1 mT untuk jangka
waktu 24 jam (diperuntukkan bagi publik).

AC/DC. Tanda bahwa suatu alat dapat menggunakan arus bolak-balik atau arus searah.

Anggaran (budget). Jumlah dana yang disediakan atau direncanakan.

AMDAL. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.

APAR. Alat Pemadam Api Ringan.

ASH. Debu sisa bakaran.

Basic Design. Rancangan dasar.

Bidding. Proses pelelangan untuk mengerjakan atau pengadaan suatu barang atau jasa.

Busbar. Batang conductor, biasanya terbuat dari lempeng tembaga panjang.

Commissioning. Uji coba, setelah proyek dinyatakan selesai dilakukan pengujian terhadap fungsi
seluruh peralatan yang ada apakah sesuai spesifikasi atau tidak.

Cubicle. Komponen listrikpada gardu listrik sebagai alat kontak, biasanya berbentuk kubus.
Earthing. Grounding, Pembumian.

Ekuiti. Penyertaan modal.

Emergency Exit. Jalan keluar darurat.


Eskalasi. Kenaikan harga.
192 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

IP. Kode proteksi terhadap


kemungkinan penyusupan debu atau
Fatal Accident. air dari luar ke dalam instalasi listrik
Kecelakaan yang yang peka. Semakin besar angka
mematikan. semakin baik proteksinya, misalnya
IP66 lebih baik dari IP65.
Feasibility Study
(Studi Kelayakan). Konsultan Manajemen Konstruksi
Digunakan untuk (MK/CM). Konsultan yang bertugas
menilai apakah suatumengkordinasikan seluruh konsultan
kegiatan patut yang bekerja untuk suatu proyek,
dilaksanakan atau dan mengelola proyek sesuai jadwal,
tidak. biaya, cakupan dan kualitas yang
diinginkan pemilik proyek; untuk
Feeder Cable. Kabel gedung bertingkat tinggi biaya
pengisian/sumber konsultan MK/CM sebesar 1,3% x
daya. nilai nilai proyek.

Fly Ash. Debu Konsultan Mekanikal/Elektrikal


terbang. Partikel kecil (M/E). Konsultan yang disewa untuk
yang beterbangan merancang keperluan mekanikal dan
keluardari cerobong Elektrikal (M/E) bangunan, termasuk
asap. gambar rinciannya. Untuk gedung
bertingkat tinggi biaya jasa konsultan
Fuse. Sekering. M/E kurang lebih sebesar 0,9% dari
keseluruhan nilai proyek.
Grey Area.
Wilayah/daerah/aktivit Mark Up. Dinaikkan, harga yang
as yang belumjelas telah dinaikkan untuk mendapatkan
penanggung laba.
jawabnya, daerah
abu-abu. Hertz (Hz). MCB. 1) Moulded Circuit Breaker; 2)
Satuan frekuensi, 1 Main Circuit Breaker.
Hz = 1 siklus per
detik. MCCB. Moulded Case Circuit
Breaker.
Inbouw Dus. Kotak
yang ditanam pada MDP (Main Distribution Panel).
dinding atau lantai Panel Distribusi Utama.
bangunan yang
merupakan bagian Megger. Singkatan secara mudah
dari perangkat stop dari MegaOhm Meter, alat yang
kontak, sakelar, dll. dipakai untuk mengukur tingkat
tahanan suatu konduktor dalam
Inflasi. Kenaikan satuan yang besar.
harga barang.
Multimeter. Alat pengukur beberapa
Inclaring. Proses satuan listrik, Volt, Ampere, Ohm.
pengeluaran barang
impor dari pabean. Natural Gas. Gas alam.

Invitation To Bid. NEC (National Electrical Code).


Ndangan untuk Peraturan listrik nasional (Amerika
mengikuti proses Serikat)
pelelangan pekerjaan
atau pengadaan OSHA (Occupational Sfety and
barang dan jasa. Health Administration). Badan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Amerika Serikat)
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 193

Outbouw. Menonjol keluar dari bidang bangunan.

Over time. Lembur, bekerja diluar jam kerja normal, dibayar dengan perhitungan tertentu.

Perangkat Lunak. Perangkat yang tidak dapat diraba, khusunya menyangkut hasil kerja
kecerdasan manusia, misalnya program computer, desain, dan lain-lain.

Performance Appraisal. Penilaian kerja pegawai.

Progress Report. Laporan kemajuan, berisi informasi hal-hal yang telah dicapai hingga laporan
tersebut dibuat, biaya yang telah dikeluarkan, masalah yang ada, dan laporan ini akan dibaca oleh
owner.

Project. A temporary endeavor undertaken to create a unique product or service (definition by


Project Management Institute); kegiatan temporer yang dilaksanakan untuk menciptakan produk
atau jasa yang unik. Temporer, karena mempunyai batas waktu yang jelas jika tujuan telah tercapai;
unik karena sesuatu yang dibuat/dikerjakan belum pernah ada yang persis sama.

PUIL 1987. Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia tahun 1987.

Power Transformer. Trafo daya.

Qualified Person (OSHA Spec.) Seseorang yang karena pendidikannya, sertifikasinya, dan
pengalamannya berhasil membuktikan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam
pekerjaannya.

Quality (ISO 8402 : 1994). Karakteristik menyeluruh dari suatu benda/jasa berkaitan dengan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tertulis maupun tidak tertulis.

Quality Control. (ISO 8402 : 1994). Aktivitas dan teknik operasional yang digunakan untuk
memnuhi kebutuhan akan mutu.

Redundancy. Peralatan cadangan dengan kapasitas yang sama besar dengan yang dioperasikan.

Safety Belt. Sabuk pengaman, yang hanya mengikat pinggang.

Safety Briefing. Pertemuan singkat membahas masalah keselamatan, biasanya dilakukan


beberapa saat menjelang kerja.

Safety Rules. Peraturan Keselamatan.

Server. Suatu jaringan computer, CPU yang berfungsi melayani seluruh kebutuhan unit-unitnya.

Shift. Bergesr, Giliran bertugas.

SIKA. Surat Ijin Kerja, bagi kontraktor instalasi listrik setelah melalui pengujian.

Solar Cell. Sel pembangkit listrik energi matahari.

Specification. Instruksi tertulis yang menyertai gambar serta menjelaskan jenis dan kualitas dari
bahan atau pengerjaan suatu barang atau konstruksi.

SPK (Surat Perintah Kerja). Semacam dokumen kontrak yang menyatakan bahwa suatu pihak
memberikan perintah kerja kepada pihak kedua dengan spesifikasi tertentu dan dengan nilai
pembayaran tertentu.
194 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k
Jakarta & Tangerang terhadap
pelanggan besar yang memberi
Switch. Sakelar, alat kontribusi besar bagi pendapatan
untuk menyalakan PLN.
atau mematikan
peralatan listrik. Call Center 123. Pusat pelayanan
informasi dan gangguan melalui
Visi. Pandangan ke melalui telepon 123.
depan.
PRAQTIS. Pembayaran Rekening
Wave Length. Listrik Fleksibel dan Otomatis (On
Panjang gelombang. Line). Produk layanan PLN yang
memudahkan pembayaran rekening
DIL. Data Induk listrik melalui bank dan ATM.
Langganan.
PUKK. Pembinaan Usaha Kecil dan
AMR. Automatic Koperasi. Program yang bertujuan
Meter Reading. mendorong kegiatan dan
Sistem pembacaan pertumbuhan ekonomi melalui
meter jarak jauh pengembangan potensi usaha kecil
secara otomatis, dan koperasi masyarakat.
terpusat, dan
terintegrasi dari ruang CD (Community Development).
kontrol melalui media Program peduli lingkungan.
komunikasi telepon
publik (PSTN), FOCUS (For Customer
telepon selular Satisfaction) 100 dan 5000.
(GSM), PLC atau Program PLN Distribusi Jawa Barat
frekuensi radio, yang memberikan pelayanan khusus
menggunakan terhadap 100 pelanggan
software tertentu besar/potensial dan 5000 pelanggan
tanpa terlebih dulu biasa (non potensial) melalui
melakukan Account Executive/Account
pemanggilan (dial Manager. Sehingga dapat
up). membangun terbentuknya Customer
Intimacy dan Customer Relationship
PESAT (Pelayanan Management dengan pelangan.
Satu Tempat).
Produk layanan One PDKB Pekerjaan Dalam Keadaan
Stop Service PLN Bertegangan.
Distribusi Jakarta &
Tangerang yang PDKB TR/TM – Pekerjaan Dalam
memudahkan bagi Keadaan Bertegangan pada
pelangan untuk Tegangan Rendah/Tegangan
menyelesaikan Menengah
berbagai
permasalahan listrik PDKB TT/TET - Pekerjaan Dalam
di satu tempat, yaitu Keadaan Bertegangan pada
di Unit Pelayanan. Tegangan Tinggi/Tegangan Ekstra
Tinggi.
PELANGI (Peduli
Pelangan Inti). AA
Produk pelayanan
individual One To An Ansi (American National
One Marketing dari Standard Institute) cooling class
PLN Distribusi designation indicating open, natural-
draft ventilated transformer is dissipated.
transformer
construction, usually Ampere unit of current flow.
for dry-type
transformers. ANSI (American National Standards
Ambient Institute)
Temperature
An organization that provides written
The temperature of standards on transformer [6OOv and
the surrounding below (ANSI C89.1), 601~ and
atmosphere into above (ANSI C57.12)].
which the heat of the
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 195

Autotransformer

A transformer in which part of the winding is common to both the primary and the secondary
circuits.

BIL

Basic Impulse Level, the crest (peak) value that the insulation is required to withstand without
failure.

Bushing

An electrical insulator (porcelain, epoxy, etc.) that is used to control the high voltage stresses that
occur when an energized cable must pass through a grounded barrier.

Buck transformer

Step down the Voltage from Primary Winding to Secondary Winding i.e. 460V to 230V.

Boost transformer

Step up the Voltage from Primary Winding to Secondary Winding i.e. 230V to 460V.

Cast-coil Transformer

A transformer with high-voltage coils cast in an epoxy resin. Usually used with 5 to 15 kV
transformers.

Continuous Rating

Gaines the constant load that a transformer can carry at rated primary voltage and frequency
without exceeding the specified temperature rise.

Copper Losses

See Load Losses.

Core-Form Construction

A type of core construction where the winding materials completely enclose the core.

Current Transformer

A transformer generally used in instrumentation circuits that measure or control current.

Delta

A standard three-phase connection with the ends of each phase winding connected in series to
form a closed loop with each phase 120 degrees from the other. Sometimes referred to as 3-wire.

Delta Wye

A term or symbol indicating the primary connected in delta and the secondary in wye when
pertaining to a three-phase transformer or transformer bank.

Distribution Transformers

Those rated 5 to 120 kV on the high-voltage side and normally used in secondary distribution
systems. An aplicable standard is ANSI C-57.12.
Dripproof

Constructed or protected so that successful operation is not interfered with by falling moisture or
dirt. A transformer in which the transformer core and coils are not immersed in liquid.

Exciting Current (No-load Current)

Current that flows in any winding used to excite the transformer when all other windings are open
circuited. It is usually expressed in percent of the rated current of a winding in which it is measured.

FA

An ANSI cooling class designation indicating a forced air ventilated transformer, usually for dry type
196 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

transformers and typically to increae the trans

KVA rating above the natural ventilation or AA rating.

Fan Cooled

Cooled mechanically to stay within rated temperature rise by addition of fans internally and/or externally.
Normally used on large transformers only.

FOA

An ANSI cooling class designation indicating forced oil cooling using pumps to circulate the oil for increased
cooling capacity.

FOW

An ANSI cooling class designation indicating forced oil water cooling using a separate water loop in the oil to
take the heat to a remote heat exchanger. Typically used where air cooling is difficult such as underground.

Frequency

On AC circuits, designate number of times that polarity alternates from positive to negative and back again,
such as 60 hertz (cycles per second).

Grounds or Grounding

Connecting one side of a circuit to the earth through low-resistance or low-impedance paths. This help
prevent transmitting electrical shock to personnel. Also aids in the dissipation or mitigation of Noise (High
frequency or other).

Ground Strap

A Flat Strap of varying density, width and length to aid in the dissipation of High frequency noise, commonly
generated by Switching Power Supplies, Lighting Ballasts, Inverters or Variable Frequency Drives.

High-voltage and Low-voltage Windings

Terms used to distinguish the wind that has the greater voltage rating from that having the lesser in two-
winding transformers. The terminations on the high-voltage windings are identified by H1, H2, etc., and on
the low-voltage by X1, X2, etc.

Impedance

Retarding forces of current flow in AC circuits.

Indoor transformer

A transformer that, because of its construction, is not suitable for outdoor service.

Insulating Materials

Those materials used to electrically insulate the transformer windings from each other and to ground.
Usually classified by degree of strength or voltage rating (0, A, B, C, and H).
Isolation transformer

For the purpose of isolating the Source Supply from the Consumer(s), aids in prevention of noise
transmission, adds impedance, can also provide an isolated Ground on the secondary.

kVA or Volt-ampere Output Rating

The kVA or volt-ampere output rating designates the output that a transformer can deliver for a specified
time at rated secondary voltage and rated frequency without exceeding the specified temperature rise (1 kVA
= 1000 VA).

Liquid-immersed Transformer

A transformer with the core and coils immersed in liquid (as opposed to a dry-type transformer).
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 197

Load

The amount of electricity, in kVA or volt-amperes, supplied by the transformer. Loads are expressed
as a function of the current flowing in the transformer, and not according to the watts consumed by
the equipment the transformer feeds.

Load Losses

Those losses in a transformer that are incident to load carrying. Load losses include the I2R loss in
the winding, core clamps, etc., and the circulating currents (if any) in parallel windings.

Mid-tap

A reduced-capacity tap midday in a winding –usually the secondary.

Moisture-resistant

Constructed or treated so as to reduce harm by exposure to a moist atmosphere.

Natural-draft or Natural-draft Ventilated

An open transformer cooled by the draft created by the chimney effect of the heated air in its
enclosure.

No-load Losses (Excitation Losses)

Loss in a transformer that ls excited at its rated voltage and frequency, but which is not supplying
load. No-load losses include core loss, dielectric loss, and copper loss in the winding due to exciting
current.

OA

An ANSI cooling class designation indicating an oil filled transformer.

Parallel Operation

Single and three-phase transformers having appropriate terminals may be operated in parallel by
connecting similarly-marked terminals, provided their ratios, voltages, resistances, reactances, and
ground connections are designed to permit paralleled operation and provided their angular
displacements are the same in the case of three-phase transformers.

Polarity Test

A standard test performed on transformers to determine instantaneous direction of the voltages in


the primary compared to the secondary (see Transformer Tests).

Poly-phase

More than one phase.

Potential (Voltage) Transformer

A transformer used in instrumentation circuits that measure or control voltage.


Power Factor

The ratio of watts to volt-amps in a circuit.

Primary Taps

Taps added in the primary winding (see Tap).

Primary Voltage Rating

Designates the input circuit voltage for which the primary tiding is designed.

Primary Winding

The primary winding on the energy input (supply) side.


198 | J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k

A transformer completely sealed


from outside atmosphere and usually
Rating contains an inert gas that is slightly
pressurized.
The output or input
and any other Secondary Taps
characteristic, such
as primary and Taps located in the secondary
secondary winding (see Tap).
voltage,current,
frequency, power Secondary Voltage Rating
factor and
temperature rise Designates the load-circuit voltage
assigned to the for which the secondary winding
transformer by the (winding on the output side) is
manufacturer. designed.

Ratio Test Series/Multiple

A standard test of A winding of two similar coils that


transformers used to can be connected for series
determine the ratio of operation or multiple (parellel)
the primary to the operation.
secondary voltage.
Shell-type Construction
Reactance
A type of transformer construction
The effect of inductive where the core completely surrounds
and capacitive the coil.
components of the Star Connection
circuit producing
other than unity Same as wye connections.
power factor.
Step-down Transformer
Reactor
A transformer in which the energy
A device for transfer is from the high-voltage
introducing inductive winding to the low-voltage winding or
reactance into a windings.
circuit for: motor
starting, operating Step-up transformer
transformers in
parallel, and A transformer in which the energy
controlling current. transfer is from the low-voltage
winding to a high-voltage winding or
Scott Connection windings.

Connection for Use of Scott Connection for three-


polyphase phase operation. A connection
transformers. Usually brought out of a winding at some
used to change from point between its extremities, usually
two-phase to three- to permit changing the voltage or
phase to three-phase current ratio.
to two-phase.
Temperature Rise
Sealed Transformer
The increase over
ambient temperature Total Losses
of the winding due to
energizing and The losses represented by the sum
loading the of the no-load and the load losses.
transformer.
J a r i n g a n D i s t r i b u s i T e n a g a L i s t r i k | 199

Transformer

An electrical device, without continuously moving parts, which, by electro-magnetic induction,


transforms energy from one or more circuits to other circuits at the same frequency, usually with
changed values of voltage and current.

Turns Ratio (of a transformer)

The ratio of turns in the primary winding to the number of turns in the secondary winding.

Volt-amperes

Circuit volts multiplied by circuit amperes.

Voltage Ratio (of a transformer)

The ratio of the RMS primary terminal voltage to the RMS secondary terminal voltage under
specified conditions of load.

Voltage Regulation (of a transformer)

The change in secondary voltage that occurs when the load is reduced from rated value to zero,
with the values of all other quantities remaining unchanged. The regulation may be expressed in
percent (or per unit) on the basis of the rated secondary voltage at full load.

Winding Losses

See Load Losses.

Winding Voltage Rating

Designates the voltage for which the winding is designed

Wye Connection (Y)

A standard three-phase connection with similar ends of the single-phase coils connected to a
common point. This common point forms the electrical neutral point and may be grounded.

Anda mungkin juga menyukai