Nanang Darussalam
Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang jatuh tegangan dan rugi-rugi
daya pada Gardu Induk. Analisis ini meliputi analisis jatuh tegangan dan rugi-rugi
daya dengan perhitungan manual dan dengan menggunakan ETAP. Dari kedua
hasil perhitungan tersebut dapat diambil suatu perbandingan sebagai hasil analisis.
Lalu selanjut akan meneliti mengenai hal-hal yang ditimbulkan ketika terjadi drop
program yang dapat menampilkan secara GUI (Graphical User Interface) dengan
jumlah bus unlimited. Salah satu kegunaan ETAP 7.5.0 adalah untuk menghitung
rugi-rugi daya. Data yang dibutuhkan ETAP 7.5.0 untuk menghitung rugi-rugi
daya adalah one-line diagram, nominal KV, dan rating generator, bus,
Kata kunci : Drop tegangan, rugi daya, dampak yang ditimbulkan, ETAP 7.5.0
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat pentingnya energi listrik bagi kehidupan orang banyak maka suatu
sistem tenaga listrik harus bisa berkerja secara baik, dalam arti sistem tenaga listrik
tersebut aman dan handal yaitu tidak membahayakan manusia dan lingkungannya
serta dapat melayani pelanggan secara memuaskan misalnya dari segi kontinuitas.
Selain itu, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kualitas daya listrik yang baik
menjadi alasan perlunya perusahaan utilitas memberi perhatian lebih dalam hal
tersebut.
distribusi guna menjaga kualitas daya antara lain : masalah harmonisa, fluktuasi
tegangan, frekwensi, faktor daya, jatuh tegangan, dan beberapa faktor lainnya.
Adapun parameter yang akan dibahas pada tulisan ini adalah drop tegangan dan
faktor daya.
Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik pada umumnya jauh dari pusat beban,
hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.
energi akibat adanya impedansi, sehingga dalam penyaluran daya listrik melalui
sepanjang saluran.
1
I-2
dan tidak terjadi kerusakan. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk
melakukan analisis dampak drop tegangan dan rugi-rugi daya pada Gardu Induk.
1. Dampak apa saja yang akan ditimbulkan dari drop tegangan dan rugi-rugi
daya tersebut.
1. Mengetahui besar drop tegangan dan rugi-rugi daya pada Gardu Induk.
daya.
Agar isi dan pembahasan tugas akhir inimenjadi terarah dan dapat mencapai
hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat ruang lingkup dan batasan
masalah yang akan dibahas. adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir
1. Hanya akan membahas drop tegangan dan rugi-rugi daya yang terjadi di
Gardu Induk.
ETAP 7.5.0
Induk.
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
dasar dalam penelitian ini serta hal-hal yang terkait lainnya. Pada
bab ini juga menjadi acuan dalam hasil penelitian yang dilakukan.
I-4
tegangan dan rugi-rugi daya pada Gardu Induk secara manual dan
Bab ini berisi kesimpulan dari analisis Tugas Akhir ini dan saran dari
penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari
segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas
penyedia listrik perlu memberi perhatian terhadap isu kualitas daya listrik. Terlebih
pada konsumen perindustrian yang membutuhkan supply listrik yang baik yaitu
dari segi kontinuitas dan juga kualitas tegangan yang disupply (karena mesin-mesin
Istilah kualitas daya listrik bukanlah hal yang baru melainkan sudah menjadi
isu penting pada industri sejak akhir 1980-an. Kualitas daya listrik memberikan
1. Perangkat listrik yang digunakan pada saat ini sangat sensitif terhadap kualitas
daya listrik yang mana perangkat berbasis mikroprosesor dan elektronika daya
5
II-6
dan penggunaan kapasitor bank untuk koreksi faktor daya untuk mengurangi
sags, dan transien switching dan mengharapkan sistem utilitas listrik untuk
4. Sistem tenaga listrik sekarang ini sudah banyak yang melakukan interkoneksi
komponen lainnya.
Masalah yang dapat timbul dari sistem tenaga listrik dengan kualitas daya
kegagalan ini dapat merusak peralatan listrik baik dari sisi pengirim maupun sisi
Masalah kualitas daya yang akan dibahas pada tulisan ini adalah mengenai drop
Papa gambar II.1 dibawah ini menunjukkan diagram segaris suatu sistem
tenaga listrik yang sederhana. Gambar ini menunjukkan bahwa sistem tenaga
listrik terdiri atas lima sub-sistem utama, yaitu: pusat pembangkit, transmisi,
Gambar 2.1 Single line diagram sistem tenaga listrik secara sederhana
mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik. Lalu melalui
dinaikkan dengan maksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada
membawa aliran arus yang rendah dan berarti akan mengurangi rugi-rugi daya
transmisi. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut akan
Gardu Induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang
Diagram satu garis adalah suatu diagram listrik pada gardu induk yang
berisi penjelasan secara umum tentang letak, jenis peralatan gardu induk seperti
rel (busbar), pemisah (PMS), pemutus (PMT), Trafo arus (CT), trafo tegangan
Oleh karena itu, jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk
itu sendiri, maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki
keandalan yang tinggi serta kualitas yang tidak diragukan lagi, atau dapat
II-9
tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya. Oleh krena itu, sesuatu yang berhubungan
berlaku dan pembangunan gardu induk harus diperhatikan besarnya beban. Maka
2. Flexibel
Instalasi lain yang ada pada gardu distribusi adalah instalasi penerangan, terdiri
dari ; Instalasi alat pembatas dan pengukur, Instalasi kabel scada untuk kubikel
terdiri atas :
5. Isolator-isolator
beton (gardu beton); gardu distribusi konstruksi metal clad (gardu besi); gardu
distribusi tipe tiang portal, gardu distribusi tipe tiang cantol (gardu tiang); dan
gardu distribusi mobil tipe kios, gardu distribusi mobil tipe trailer (gardu mobil).
1. Gardu Beton
Gardu beton termasuk gardu jenis pasangan dalam karena pada umumnya semua
Gardu metal adalah gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari
besi. Gardu besi termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya
dari tiang. Transformator distribusi terletak dibagian atas tiang, oleh sebab itu
gardu tiang hanya dapat melayani daya listrik terbatas karena transformatornya
II-11
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) dengan konstruksi
dicantolkan pada tiang listrik besamya kekuatan tiang minimal 500 daN.
II-12
a) Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP (completely self protected) untu
-Instalasi transformator
-Instalasi pembumian
5. Gardu Mobil
tempat yang memerlukan. Karena itu gardu mobil umumnya hanya untuk
sifatnya temporer.
1. Menurut pelayanannya
a) Gardu Transmisi, yaitu gardu induk yang melayani untuk TET (Tegangan
Menengah).
2. Menurut isolasinya
Adalah Gardu Induk dengan isolasi Sulfur Hexafluoride. GIS ini hanya
memerlukan areal tanah yang relatif kecil (seperenam kali lebih kecil
peralatannya akan tetapi masih relatif efisien. GIS hampir semua peralatannya
3. Menurut Relnya
rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti
Keuntungan
Kekurangan
- Apabila terjadi gagal pada saat pemeliharaan breaker, maka jaringan akan
terbagi menjadi 2
II-15
- Saat terjadi gagal, maka jumlah circuit breaker yang menyokong jaringan akan
berkurang
gardu dengan system ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu
Keuntungan:
Kekurangan:
Induk.
- Tidak dapat melakukan modifikasi pada busbar tanpa mematikan gardu induk
secara keseluruhan
c) Gardu induk dengan dua rel, Satu Breaker (Double Bus, Single Breaker)
Adalah gardu induk yang mempunyai dua/double busbar. Sistem ini sangat
umum, hamper semua gardu induk menggunakan system ini karena sangat efektif
Keuntungan
Kekurangan
d) Gardu induk dengan dua rel sistem 1,5 PMT (one and half circuit breaker).
gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau
gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini
sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan
Keuntungan
Kekurangan
II-18
4. Menurut Fungsi
Komponen Utama dari suatu sistem tenaga pada umumnya terdiri dari
phasa yang dianalisis dalam keadaan seimbang dan kondisi normal. Untuk
diagram segaris (single line diagram). Diagram segaris berisi informasi yang
Pada studi aliran daya, perhitungan aliran dan tegangan sistem dilakukan pada
terminal tertentu atau bus tertentu. Bus-bus pada studi aliran daya dibagi dalam 3
macam, yaitu:
1. Bus Beban
Pada bus ini daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) diketahui sehingga sering
juga disebut bus PQ. Daya aktif dan reaktif yang dicatu ke dalam sistem tenaga
bernilai positif, sementara daya aktif dan reaktif yang di konsumsi bernilai negatif.
II-19
Besaran yang dapat dihitung pada bus ini adalah V (tegangan) dan δ (sudut
beban).
2. Bus Generator
Bus Generator dapat disebut dengan voltage controlled bus karena tegangan
pada bus ini dibuat selalu konstan atau bus dimana terdapat generator.
generator. Sehingga bus ini sering juga disebut dengan PV bus. Besaran yang
dapat dihitung dari bus ini adalah Q (daya reaktif) dan δ (sudut beban).
3. Slack Bus
Slack Bus sering juga disebut dengan swing bus atau bus berayun. Slack bus
berfungsi untuk menyuplai daya aktif P dan daya reaktif Q. Besaran yang
diketahui dari slack bus adalah tegangan V dan sudut beban δ. Suatu sistem tenaga
biasanya dirancang memiliki bus ini yang dijadikan sebagai referensi yaitu
besaran δ = 00. Besaran yang dapat dihitung dari bus ini adalah daya aktif P dan
daya reaktif Q.
P Q V Ҩ
No Tipe Bus
(Daya Aktif) (Daya Reaktif) (Tegangan) (sudut beban)
Tidak
1 Load Bus Diketahui Diketahui Tidak diketahui
diketahui
2 Generator bus Tidak diketahui Tidak diketahui diketahui Tidak diketahui
3 Slack Bus Tidak diketahui Tidak diketahui diketahui diketahui
Pada tabel diatas terlihat perbedaan pada tiap masing-masing Bus. Klasifikasi
Bus tersebut berbeda dikarenakan memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda pula.
II-20
penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding
lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas
atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh
Tegangan jatuh secara umum adalah tegangan yang digunakan pada beban.
Tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat.
Tegangan jatuh V pada penghantar semakin besar jika arus I di dalam penghantar
semakin besar dan jika tahanan penghantar Rℓ semakin besar pula. Tegangan jatuh
nominal yang dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka tegangan jatuh yang
diijinkan untuk instalasi arus kuat hingga 1.000 V yang ditetapkan dalam persen
besaran Volt. Dalam hal ini PLN membatasi tegangan minimun pada batasan
-10% dari tegangan nominal dan tegangan maksimumnya tidak lebih dari +5%
daya aktif, sedangkan beban induktif akan menyerap daya reaktif yang dihasilkan
oleh pembangkit. Penyerapan daya reaktif oleh beban induktif ini akan
akan berbeda dengan nilai tegangan pada sisi pengirim. Persamaan jatuh tegangan
Keterangan :
Karena nilai ΔVq = IX cosҨ – IR sinҨ sangat kecil, maka nilai tersebut dapat
Atau
Keterangan :
R = resistansi saluran
X = reaktansi saluran
ΔV = 3 x I x x (R Cos + X Sin )
% V Vt x100%
Vnom
3 = 1,732
I = Arus (ampere)
II-23
R = Resistansi ( /Km)
X = Reaktansi ( /Km)
Pada kabel konduktor pasti memiliki nilai impedansi dan sehingga setiap kali
arus mengalir melalui kabel tersebut, akan ada jatuh tegangan disepanjang kabel,
1. Aliran arus melalui kabel - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan
drop
drop.
b) Impedansi kabel
Impedansi kabel merupakan fungsi dari ukuran kabel (luas penampang) dan
panjang kabel. Umumnya produsen kabel akan melampirkan data kabel yang
diproduksinya seperti nilai resistansi kabel dan reaktansi kabel dalam satuan Ω /
km. Panjang kabel dan nilai arus yang mengalir pada suatu kabel berbanding lurus
peralatan tidak melebihi batas toleransi. Ini berarti, jika tegangan pada alat tersebut
II-24
lebih rendah dari tegangan minimum, maka alat tidak dapat beroperasi dengan
benar.
Secara umum, sebagian besar peralatan listrik akan beroperasi normal pada
tegangan serendah 80% dari tegangan nominal. Sebagai contoh, jika tegangan
nominal adalah 230VAC, maka sebagian besar peralatan dapat dijalankan pada >
184VAC. Pemilihan ukuran untuk kabel penghantar yang baik adalah ukuran yang
hanya mengalami drop tegangan sebesar kisaran 5 - 10% pada beban penuh .
Hubungan dari ketiga daya diatas (P, Q, S) disebut segitiga daya dapat
Daya listrik [P] yang dihasilkan oleh arus listrik [i] pada tegangan [v]
PI.V
dimana,
II-25
P = daya [watt]
I = arus [ampere]
V = tegangan [V]
Dalam sistem listrik arus bolak-balik, dikenal adanya 3 jenis daya untuk
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi panas, cahaya,
P = V. I cos phi
P = 3. V . I . cos phi
Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk
kerja.
Daya reaktif adalah daya yang timbul akibat adanya efek induksi
Q = V . I sin phi
Q =3 . V . I sin phi
Pada beban impedansi (Z), daya semu adalah daya yang terukur atau
terbaca pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dan daya
II-26
persamaan
S=V.I
Maka semakin besar nilai daya reaktif (Q) akan meningkatkan sudut antara
daya nyata dan daya semu atau biasa disebut power factor Cosϕ. Sehingga
daya yang terbaca pada alat ukur (S) lebih besar daripada daya yang
Adapun daya listrik yang dikirim dan disalurkan dari gardu induk/trafo
distribusi ke pemakai mengalami rugi tegangan dan rugi daya, ini disebabkan
saluran distribusi primer ataupun sekunder berjarak pendek maka kapasitas dapat
diabaikan, dengan demikian dapat dibuat rangkaian ekivalen dari saluran distribusi.
sedikit pada semua suhu dan merupakan fungsi suhu dan waktu. Bersamaan dengan
penurunan batas tegangan tarik pada keadaan komulatif. Pelembekan yang terlihat
dan kerugian tegangan tarik tidak berpengaruh jika penghantar dalam batas yang
dianjurkan. Pada keadaan tertentu harga – harga pada suatu tingkat umur yang
ditaksir dapat ditentukan. Untuk para ahli perlu mengetahui hubungan antara suhu
secara terus – menerus maka akan menimbulkan panas, panas ini timbul akibat
energi listrik yang mengalir pada penghantar tersebut. Semakin lama arus tresebut
mengalir maka semakin panas penghantar tersebut dan semakin banyak energi
listrik yang hilang karena energi tersebut berubah menjadi panas. Hal inilah yang
II-27
merugikan karena jika energi itu hilang maka tegangan pada ujung penghantar
karena semakin jauh atau semakin panjang penghantar listrik tersebut maka akan
banyak tegangan listrik yang menghilang karena penghantar itu saendiri memiliki
hambatan atau tahanan, jadi karena jarak penghantar sangat jau dari sumber atau
pembangkit maka nilai hambatan penghantar itu sendiri akan mengurangi tagangan
penghantar selalu mengalami tahanan dari penghantar itu sendiri, besarnya tahanan
tergantung bahannya.
tegangan pada suatu saluran, maka semakin kecil arus pada saluran tersebut.
Sedangkan arus adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
rugi-rugi daya pada suatu saluran. Itu dapat dilihat dari rumus dibawah ini:
RUGI DAYA = I² R
L= panjang penghantar ( m )
Besarnya rugi-rugi daya pada jaringan tiga fasa adalah sebagai berikut :
P loss = 3 x I2 x R x L
Dengan :
I = P / (√3 x V x Cos Ҩ)
Dimana :
P loss = 3 x I2 X R X L
Keterangan :
Faktor daya (Cos phi ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara
daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau
beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .
Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan
dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu.
karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAR
Jika power faktor menurun maka akan timbul beberapa persoalan diantaranya :
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor daya
“lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti berikut : Faktor Daya
“leading” Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan
“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti
condensor.
Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan “leading”.
Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan “lagging”.
Decoupled. Namun yang akan dibahas kali ini ialah metoda Newton-Raphson.
7. Masukkan hasil nilai cos phi dan V ke dalam rumus diatas untuk mencari
Persoalan ini meliputi profil tegangan yang buruk, frekuensi tegangan yang tidak
stabil serta distori harmonik yang berlebihan. Kesimpulan yang sementara bisa
ditarik adalah bahwa terjadi susut daya yang cukup besar di jaringan. Kesimpulan
ini diperkuat dengan data di lapangan bahwa susut daya di jaringan cukup besar
melebihi estimasi yang ditetapkan. Kerugian finansial akibat susut daya ini
Ada beberapa persoalan yang menyebabkan terjadinya penyusutan daya antara lain
penyusutan daya listrik secara teknis dan penyusutan daya listrik secara non teknis.
sebagainya.
kabelnya.
1) Kesalahan yang terjadi pada PLN yaitu kesalahan dalam pembacaan alat
ukur.
baik, dimana nilai tahanan (R) pada titik sambungan atau penyadapan dan
listrik, jarak aman dan sebagainya tidak sesuai dengan standar yang
4) Adanya pemakaian bahan alat listrik yang kurang baik atau tidak memenuhi
Penyusutan daya secara non teknis disebabkan oleh adanya kesalahan di luar sistim
2) Kondisi fisik
Rugi tembaga atau rugi-rugi lainnya berbanding lurus dengan kuadrat beban dan
dengan adanya kurva beban versus waktu atau kurva lamanya pembebanan, maka
dapatlah dibuat kurva rugi daya/waktu atau kurva lamanya rugi daya dimana setiap
ordinatnya berbanding lurus dengan kuadrat setiap ordinat kurva bebannya. Dari
kurva lamnya rugi daya, dapat pula ditentukan rugi daya rata-ratanya selama
periode tersebut. Luas dari kurva lamanya rugi daya merupakan rugi energi selama
periode tersebut.
Besaran dari rugi daya konstan seperti rugi besi, rugi bantalan, gesekan dan
gesekan anginpada ujung belitan dan sebagainya untuk bermacam bagian dari
lapangan. Rugi energi yang konstan ini dapat dihitung dengan mengalikan
konstanta rugi dayannya dengan jumlah jam dari selang yang diamati.
Rugi pada turbin hidrolik, turbin uap dan bagian-bagian lainnya dari sistem
tenaga ada yang berbanding lurus dengan kuadrat beban dan ada pula yang
II-34
konstan. Bentuk kurva dari rugi versus beban untuk tipe pembangkit yang
berlainan variasinya satu sama lain cukup besar, sehingga tidak mungkin
di atas untuk rugi tembaga. Secara umum bentuk kurva dari rugi daya versus
beban dapat dibuat dari kurva effesiensi versus beban dan bial kurva beban harian
atau bulana diketahui, diutamakan dari kurva lamanya pembebanan, maka kurva
Impedansi seri dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang terbagi rata
daya reaktif pada setiap bagian dari sistem tenaga listrik. Peralatan pengatur
tegangan digunakan untuk menjaga tegangan keseluruhan sistem tetap pada batas
a) Sumber atau beban daya reaktif seperti kapasitor bank dengan power
faktor control
pengaturan tap.
II-35
Dalam perancangan dan analisa sebuah sistem tenaga listrik, sebuah software
PowerStation 7.0.0 merupakan salah satu software aplikasi yang digunakan untuk
ETAP mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik,
dan online untuk pengelolaan data real-time atau digunakan untuk mengendalikan
antara lain fitur yang digunakan untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik,
Analisa sistem tenaga listrik yang dapat dilakukan ETAP antara lain :
4 Starting motor
5 Koordinasi proteksi
(single line diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem
tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang
diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau
lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan konvensi umum untuk mengatur
2) Klik new
4) Klik OK
b) Elemen-elemen di ETAP
Suatu sistem tenaga terdiri atas sub-sub bagian, salah satunya adalah aliran
daya dan hubung singkat. Untuk membuat sirnulasi aliran daya dan hubung singkat,
maka data-data yang dibutuhkan untuk menjalankan program simulasi antara lain:
1. Data Generator
II-38
2. Data Transformator
4. Data Beban
5. Data Bus
Program analisis aliran daya pada software ETAP dapat menghitung tegangan
pada tiap-tiap cabang, aliran arus pada sistem tenaga listrik, dan aliran daya yang
mengalir pada sistem tenaga listrik. Metode perhitungan aliran daya dapat dipilih
untuk efisiensi perhitungan yang lebih baik. Metode perhitungan aliran daya
pada software ETAP ada tiga, yaitu: Newton Raphson, Fast-Decouple dan Gauss
Seidel.
Gambar dari kiri ke kanan menunjukkan tool dan toolbar aliran daya, yaitu:
1. Run Load Flow adalah icon toolbar aliran daya yang menghasilkan atau
2. Update Cable Load Current adalah icon toolbar untuk merubah kapasitas arus
3. Display Option adalah bagian tombol untuk menampilkan hasil aliran daya.
4. Alert adalah icon untuk menampilkan batas kritis dan marginal dari hasil
5. Report Manager adalah icon untuk menampilkan hasil aliran daya dalam
METODA PENELITIAN
PT.Semen Padang.
Pengambilan
Data
Membuat
diagram line
Mengolah
Data
Menanalisa
dengan ETAP
Hasil
Perhitungan
Pembuatan
laporan
a. Data
39
III-40
2. Data Beban
3. Data Transmisi
b. Peralatan
3. Tang amper
4. Thermal imager
5. Kalkulator
4. Data transmisi
b. Flowchart penelitian
START
MASUKKAN DATA-DATA
yang didapat
TIDAK
HASIL
PERHITUNGAN
YA
Selesai
Objek yang akan diteliti ialah data penyaluran energi listrik pada kabel
Berdarkan studi kasus yang dihadapi, maka pada tugas akhir ini akan
a) Studi Literatur
drop tegangan dan rugi daya, pengukuran suhu trafo terhadap beban tertentu,
Data yang diambil untuk penelitian tersebut terdiri dari data-data teknis
sebagai berikut :
a) Data kabel dan aliran arus dengan temperaturenya saat terjadi kenaikan
arus.
wawancara.
a) Studi dokumentasi
seperti kenaikan tegangan, kenaikan arus serta beban dan data laiinya di
b) Teknik Wawancara
Yaitu berupa data yang penulis peroleh berdasarkan dari keterangan dari
Feeder 15 (5R1)
Tanggal Waktu
Cos
VAB IA kW P KVARH KWH
Dalam tugas akhir ini pemecahan masalah yang akan dilakukan ialah
dengan cara menganalisis permasalahan yang terjadi, yaitu dampak dari drop
III-50
Perhitungan yang dilakukan berdasarkan pada landasan teori dan referensi yang
Adapun cara melakukan perhitungan terhadap besar drop tegangan dan rugi
berdasarkan pada landasan teori dan referensi yang mendukung sesuai dengan
Perhitungan yang dilakukan ialah dengan memasukkan data yang telah didapat
Pt = I2 x R
Dimana :
ΔV = 3 x I x x (R Cos + X Sin )
% V Vt x100%
Vnom
3 = 1,732
I = Arus (ampere)
R = Resistansi ( /Km)
51
X = Reaktansi ( /Km)
Secara garis besar yang akan dilakukan selama pelaksananan penelitian adalah :
1. Membuat one-line diagram sistem yang akan dibahas, dalam penelitian ini
5. Jalankan program ETAP 7.5.0 dengan memilih icon load flow analysis pada
toolbar. Program tidak jalan (error) apabila terdapat kesalahan, data yang
6. Keluaran studi aliran daya dapat diketahui setelah program dapat dijalankan.
Untuk melihat hasil keluaran aliran daya di load flow report manager yang
Simulasi yang biasa dilakukan pada sistem distribusi adalah simulasi beban
puncak sehingga data-data yang di-input adalah data jaringan dan peralatan saat
beban puncak. Berikut ini prinsip langkah kerja di dalam ETAP 7.5.0
a. Power Grid Gardu Induk (GI), bus sebagai titik pengukuran &
b. Beban trafo distribusi atau model beban LUMPED (feeder), PLTD + trafo
pembangkit.
Simulasi LF.
8. Menekan tombol ‘Run Load Flow’, setelah dilakukan maka jika tidak ada error
pada one-line diagram maka akan ditampilkan aliran daya (P, Q, S, I, PF) di setiap
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil tersebut dapat diterima atau
tidak secara teoritis dengan memberikan alasan yang kuat sesuai isi dari
jawabkan.
BAB IV
Seperti telah kita ketahui bahwa suatu sistem tenaga listrik terdiri dari: pusat
pembangkit listrik, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban. Pada saat sistem
tersebut beroperasi, maka pada sub-sistem transmisi akan terjadi rugi-rugi daya.
Jika tegangan transmisi adalah arus bolak-balik (alternating current, AC) 3 fase,
Pt = I2 x R
Pada penyaluran daya listrik pasti akan terjadi penyusutan tegangan pada
saluran. Faktor penyusutan tegangan pada saluran antara lain disebabkan oleh
resistansi saluran, luas penampang, panjang saluran, besarnya arus yang mengalir
pada saluran serta faktor daya yang dipengaruhi oleh beban induktif, kapasitif dan
resistif. Selain itu nilai impedansi juga mempengaruhi besarnya susut tegangan
yang tejadi pada penyulang dimana impedansi dipengaruhi oleh nilai resistansi
53
IV-54
Untuk data tegangan, beban, arus, cos phi serta besar daya dapat dilihat pada
digunakan pada setiap feedernya. Diketahui pada setiap feerder memiliki panjang
kabel yang berbeda, namun type kabel yang yang sama kecuali pada feeder 25,26
dan 27. Yang berarti antara kabel yang satu dengan yang lainnya memiliki nilai
Resistansi dan reaktansi yang sama. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui
type kabel, maka dapat diketahui pula conductor resistance (R) Ω/km, Capacitance
XL =2xπxfxL
= 0,100 /km
XL =2xπxfxL
= 0,0973 /km
Capasistansi = 0,62F/km
XL =2xπxfxL
= 0,08792 /km
4.3 Perhitungan drop tegangan dan rugi-rugi daya dengan metode perhitungan
manual
A) Drop tegangan
Pada perhitungan dengan metoda manual ini, jika karakteristik beban listrik
resistansi (R) dan reaktansi (X) dari saluran distribusi diketahui dan juga power
Pada gambar terlihat bahwa beban pada saluran distribusi merupakan beban
resistif (R) dan reaktif (X). Contoh beban ini adalah motor yang bersifat reaktif
% V Vt x100%
Vnom
3 = 1,732
I = Arus (ampere)
R = Resistansi ( /Km)
X = Reaktansi ( /Km)
tersebut. Ini bisa terjadi karena adanya gesekan-gesekan mekanis, rugi-rugi pada
transformator maupun oleh faktor cuaca yang menyebabkan adanya arus bocor
Jatuh tegangan itu adalah beda tegangan yang dihitung dari titik sumber sampai
Ploss
2 %losses x100 %
PLosses =I xR Psumber
IV-57
Dimana :
I = Arus (A)
R = Resistansi (Ω)
ΔV = 3 x I x x (R Cos + X Sin )
Dimana:
3 = 1,732
I = Arus (ampere)
R = Resistansi ( /Km)
X = Reaktansi ( /Km)
Kabel yang digunakan ialah NA2XSY R = 0,03666 /km dan X = 0,08792 /km.
Panjang kabel 60 m = 0,06 km dengan jumlah tarikan 12 kabel dan cos phi = 0,9
ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
IV-58
0,435)
= 6,755 V
= 0,0068 kV
0,0068
% V x100% 0,10722 %
6,3
Maka didapat kan drop tegangan pada kabel incoming 1 sebesar 6,755 V.
Ploss = I2 x R
= 339417,054 Watt
= 33,9417 kW
= 2,0365kW
= 9566,2879 kW
2,0365
% Ploss = x100%
9566,2879
= 0,0211 %
Dengan cara yang sama di dapatkan nilai incoming 2 dan 3 sebagai berikut
Berdasarkan data gambar 4.1, data kabel yang digunakan ialah NA2XSY
1. Di hari ke 1 dengan arus pada saat beban puncaknya 105 Ampere, dan di
a) ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
0,599)
= 38,1906 V
= 0,038 kV
0,038
% V x100% 0,606%
6,3
b) Rugi daya
Ploss = I2 x R
= 831,285 Watt
= 0,831285 kW
= 1,45466 kW
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju beban ialah = 1,45466 kW
= 916,601 kW
8,1,455
% Ploss = x100%
916,601
= 0,1587 %
2. Di hari ke 2 dengan arus pada saat beban puncaknya 104 Ampere, dan di
a) ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
0,586)
= 37,725 V
= 0,038 kV
0,038
% V x100% 0,603%
6,3
b) rugi-rugi daya
Ploss = I2 x R
= 815,526 Watt
= 1.427,17 watt
= 1,427 kW
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju penyulang ialah = 1,427 kW
= 919,220 kW
IV-62
1,427
% Ploss = x100%
919,220
= 0,155 %
3. Di hari ke 3 dengan arus pada saat beban puncaknya 110 Ampere, dan di
a) ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
0,626)
= 40,343 V
= 0,0403 kV
0,040
% V x100% 0,640%
6,3
Ploss = I2 x R
= 912,34 Watt
= 1596,595 watt
= 1,597 kW
IV-63
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju penyulang ialah = 1,597 kW
= 1.103,086 kVA
1,597
% Ploss = x100%
1.103,086
= 0,1447 %
ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
= 34,190 V
= 0,034 kV
0,034
% V x100% 0,54%
6,3
Ploss = I2 x R
= 666,23 Watt
= 1.165,9 watt
= 1,1659 kW
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju penyulang ialah = 1,1659 kW
= 928,058 kVA
1,1659
% Ploss = x100%
928,058
= 0,126 %
5. Di hari ke 5 dengan arus pada saat beban puncaknya 101 Ampere, dan di
ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
= 37,348 V
= 0,037 kV
0,037
% V x100% 0,593%
6,3
Ploss = I2 x R
= 769,155 Watt
= 1346,021watt
= 1,346 kW
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju penyulang ialah = 1,346 kW
= 837,599k watt
1,346
% Ploss = x100%
837,599
= 0,1607 %
6. Di hari ke 6 dengan arus pada saat beban puncaknya 107 Ampere, dan di
ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
= 39,567 V
= 0,040 kV
0,040
% V x100% 0,635%
6,3
IV-66
Ploss = I2 x R
= 863,255 Watt
= 1.510,696 watt
= 1,511 kW
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju penyulang ialah = 1,511 kW
= 887,357kVA
1,511
% Ploss = x100%
887,357
= 0,1702 %
7. Di hari ke 7 dengan arus pada saat beban puncaknya 103 Ampere, dan di
ΔV = 3 xIxLxZ
ΔV = 3 x I x L x (R Cos + X Sin )
= 37,463 V
IV-67
= 0,037 kV
0,037
% V x100% 0,587%
6,3
Ploss = I2 x R
= 799,9186 Watt
= 1.399,85 watt
= 1,399 kW
Jadi besar rugi-rugi daya dari feeder 14 menuju penyulang ialah = 1,399 kW
= 910,381 kVA
1,399
% Ploss = x100%
910,381
= 0,15367 %
Dengan rumus dan cara perhitungan yang sama dengan yang diatas, maka
diadapatkan nilai drop tegangan dan rugi daya pada tiap feedernya selama
Dari hasil diatas dalam bentuk tabel diubah dalam bentuk grafik di dapatkan hasil
sebagai berikut :
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, maka dapat diketahuui bahwa drop
tegangan dan rugi-rugi daya tidaklah selalu signifikan. Untuk drop tegangan
terbesar terjadi pada feeder 27, dengan drop tegangan sekitar 1,40% atau sebesar
lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam
keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data
real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang
distribusi tenaga listrik. ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem
tenaga listrik dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) untuk berbagai
analisis, antara lain: aliran daya, rugi-rugi daya, hubung singkat, starting motor,
1. Jalankan program Etap 7.5.0. Setelah program berjalan akan tampil seperti
gambar 4.4.
IV-74
Untuk membuat studi kasus yang baru maka pada gambar 4.4 klik file new
project akan muncul seperti gambar 4.5 setelah itu tulis name project, dan pilih
Masukan user name full name description password ok sesuai dengan kebutuhan,
Pada gambar 4.7 terdapat ruang untuk menggambar one-line diagram dengan
Lalu klik standar pada menu bar project, tentukan standar yang akan
digunakan.
1. Klik salah satu komponen yang akan digunakan pada AC element di edit
kmponen.
3. Dengan cara yang sama, klik komponen lain yang akan digunakan pada
Untuk memasukkan data komponen dapat dengan cara manual dan otomatis. Pada
sedangkan pada cara otomatis akan terisi secara otomatis yang mana cukup klik
Adapun cara menghubungkan antara komponen yang satu dengan yang laiinya
dapat dilakukan dengan cara manual dimana dengan drag pada satu komponen
dengan komponen lain. Warna Garis akan berubah bila telah terhubung. Cara
lainnya dengan mengklik komponen lalu mengisi data from dan to pada info
komponen.
digunakan:
perhitungan.
parameter.
Dua set persamaan iterasi, antara sudut tegangan, daya reaktif dengan
magnitude tegangan .
Setelah SLD selesai dibuat, maka bisa diketahui aliran daya sutu sistem
kelistrikan yang telah dibuat dengan melakukan running load flow. Langkahnya
sebagai berikut:
Maka akan didapatkan hasil simulasi yang ditunjukan dengan huruf berwarna
merah seperti pada gambar di atas, terdapat nilai daya aktif dan daya reaktif (P +
JQ) serta prosentase tegangan. Kita dapat mengatur nilai apa yang akan
ditampilkan pada simulasi bisa berupa arus, faktor daya, yaitu dengan cara
Dipslay option ini berfungsi untuk mengatur hasil yang akan ditampilkan pada
ETAP.
Maka dengan mendapatkan file lengkap hasil simulasi loadflow data bisa
di analisis dari segi tegangan, arus, daya antar bus, sudut, losses, dan
lain-lain.
Untuk hasil pada tampilan ETAP dapat dilihat pada gambar berikut :
Adapun hasil yang telah didapatkan dengan Etap di bandingkan secara manual.
Data perbandingan di sajikan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat berikut ini
Tabel 4.7 Perbandingan drop tegangan hasil manual dengan hasil ETAP
Tabel 4.8 Perbandingan drop tegangan hasil manual dengan hasil ETAP
Tabel 4.9 Perbandingan rugi daya hasil manual dengan hasil ETAP
feeder
2 380 6,3 3,649
15 6,57
feeder
3 510 6,3 7,736
20 20,21
feeder
4 530 6,3 0,343
21 0,73
feeder
5 570 6,3 3,201
22 5,09
feeder
6 380 6,3 3,281
23 6,80
feeder
7 480 6,3 0,592
25 0,44
feeder
8 810 6,3 21,21 6,093
26
feeder
9 810 6,3 24,33 6,826
27
feeder
10 750 6,3 2,18
28 1,91
Tabel 4.10 Perbandingan rugi daya hasil manual dengan hasil ETAP
Incoming
60 6,3 2,03 0,73
1
Incoming
80 6,3 0,853 0,974
2
Incoming
100 6,3 1,657 1,217
3
Pada hasil perbandingannya tidaklah sama persis dengan data yang didapatkan
secara manual. Hasil yang didapatkan dengan cara manual cukup berbeda dengan
hasil tampilan pada ETAP. Hal ini di karenakan terdapat beberapa perbedaan ketika
terjadinya drop tegangan dan rugi daya maka aliran arus akan meningkat seiring
dengan besarnya beban yang digunakan. Adapun temperatur suhu juga akan
meningkat, baik pada kabel maupun pada lilitan trafo dan temperature minyak
trafo, namun pada trafo perubahan suhunya tidaklah konstan langsung naik
Tabel 4.11 hubungan beban dengan temperatur lilitan dan oil trafo
01-Sep-16
Trafo 1 Trafo 2 Trafo 3
beban oil beban oil beban oil
WTI.LV WTI.LV WTI.LV
trafo temp trafo temp trafo temp
(◦C) (◦C) (◦C)
(MW) (◦C) (MW) (◦C) (MW) (◦C)
8.992 50 45 5.069 50 47 453 41 42
16.854 54 46 15.972 58 53 8.285 43 43
02-Sep-16
Trafo 1 Trafo 2 Trafo 3
Beban oil Beban oil Beban oil
WTI.LV WTI.LV WTI.LV
trafo Temp trafo Temp trafo Temp
(◦C) (◦C) (◦C)
(MW) (◦C) (MW) (◦C) (MW) (◦C)
14,963 50 45 13,811 56 50 0 40 40
16,332 51 45 16,485 61 53 7,858 40 40
03-Sep-16
Trafo 1 Trafo 2 Trafo 2
Beban oil Beban oil Beban oil
WTI.LV WTI.LV WTI.LV
trafo Temp trafo Temp trafo Temp
(◦C) (◦C) (◦C)
(MW) (◦C) (MW) (◦C) (MW) (◦C)
10,405 50 49 11,332 56 50 0 40 38
16,098 50 40 16,377 60 52 7,639 48 50
IV-86
Dari tabel dapat dilihat ketika beban pada trafo meningkat, maka temperatur
pada trafo akan meingkat, seiring dengan besarnya aliran arus yang mengalir dan
R S T
Arus Suhu Arus Suhu Arus Suhu
(A) (◦C) (A) (◦C) (A) (◦C)
51,7 37,2 40,4 37,2 35,6 36,9
28,3 36,4 40,1 37 32,2 36,7
R S T
Pada aliran arus pada kabel tidak begitu terlihat perubahan suhunya, namun
dapat dilihat ketika arusnya naik maka suhu pada kabel akan meningkat.
Pada beban akan pada saat terjadi drop tegangan dan rugi daya, beban tidak
akan berkerja secara optimal. Dapat dilihat pada motor yang akan melambat
ketika terjadi drop tegangan dan lampu yang akan meredup sesaat. Adapun untuk
1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
daya, seperti aspek suhu, panjang kabel dan jenis kabel, impedansi kabel
2. Besar drop tegangan dan rugi-rugi daya tidaklah signifikan. Untuk drop
tegangan terbesar terjadi pada feeder 27, dengan drop tegangan sekitar
87,616 volt atau dalam bentuk persen didapatkan 1,39 % dan rugi daya
3. Pada perbandingan hasil analisis drop tegangan dan rugi-rugi daya secara
4. Dampak dari drop tegangan dan rugi-rugi daya yang dirasakan diantaranya
ialah :
b. Pada saat terjadinya drop tegangan dan rugi-rugi daya, kinerja beban
c. Pada kabel terasa panas seiring dengan besar aliran arusnya. Diketahui
ketika aliran arus sebesar 28,3 temperature suhu kabel 36,4◦C dan
88
V-89
d. Pada trafo Getaran dan bunyi pada trafo akan lebih keras dibanding
yang biasanya.
5.2 Saran
Setelah mengerjakan tugas akhir ini, penulis menyarankan hal berikut terkait
program ETAP 7.5.0 adalah alokasi daya aktif, daya reaktif, dan tegangan
TUGAS AKHIR
NANANG DARUSSALAM
Bp.1301032036
Gambar 2.1 single line diagram sistem tenaga listrik secara sederhana ........ II-7
Gambar 2.3 Gardu tiang tipe portal dan midel panel ..................................... II-11
Gambar 2.4 Gardu tiang tiga fasa tipe catrol ................................................. II-12
Gambar 2.8 Gardu induk dengan dua rel sistem ............................................ II-17
Gambar 4.1 Diagram line pada kabel dengan R dan X .................................. IV-55
Gambar 4.2 Grafik drop tegangan pada masing-masing feeder ..................... IV-72
viii
ix
Gambar 4.17 Tampilan ketika run load analysis pada ETAP ........................ IV-81
BAB I PENDAHULUAN
vi
vii
BAB IV Pembahasan
4.1 Aspek-aspek penyebab dari drop tegangan dan rugi daya .................. IV-53
4.2 Data-data Penelitian ........................................................................... IV-54
4.3 Perhitungan drop tegangan dan rugi-rugi daya ................................... IV-55
4.4 Analisis data manual ........................................................................... IV-57
4.5 Analisis menggunakan ETAP 7.5.0 .................................................... IV-73
4.6 Analisis dampak drop tegangan dan rugi daya .................................... IV-85
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 90
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
DAFTAR PUSTAKA
[2] Farel. 2010. Studi perbaikan faktor daya pada sistem radial 20 KV analisis
menggunakan ETAP. Medan. Medan. Jurusan Teknik Elektro Fakultas USU.
[3] Blume, Steven W. 2007. “Electrical power systen Basic”. Hoboken, New
Jersey. Hohn Wiley & Sons, Inc
[4] Suswanto, Daman, edisi pertama. 2009. “ Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Untuk Mahasiswa Teknik Elektro,” Universitas Negeri Padang. Sumbar.
[6] Pabla, AS. 1986. “Sistem Distribusi Daya Listrik”. Jakarta. Penerbit Erlangga.
[8] Zuhal. 1991. “Dasar tenaga listrik Bandung”, penerbit ITB. Bandung
94
DAFTAR TABEL
Tabel 3.11 Data temperature trafo selama satu hari ....................................... III-47
Tabel 3.12 Data temperature trafo selama satu hari ....................................... III-48
Tabel 3.13 Data temperature trafo selama satu hari ....................................... III-49
Tabel 4.7 Perbandingan drop tegangan hasil manual dengan hasil ETAP .... IV-83
Tabel 4.8 Perbandingan drop tegangan hasil manual dengan hasil ETAP .... IV-83
Tabel 4.9 Perbandingan rugi daya hasil manual dengan hasil ETAP ............ IV-83
Tabel 4.10 Perbandingan rugi daya hasil manual dengan hasil ETAP .......... IV-84
x
xi
Tabel 4.11 Hubungan beban dengan temperature lilitan dan oil trafo ........... IV-85
Tabel 4.12 Hubungan aliran arus dengan temperature suhu kabel ................ IV-86
Tabel 4.13 Hubungan aliran arus dengan temperature suhu kabel ................ IV-86
Tabel 4.14 Dampak dari drop tegangan dan rugi-rugi daya........................... IV-87
KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro,
Politeknik Negeri Padang tahun 2016.
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendo’a
kan dan mendukung setiap langkah yang penulis tempuh dalam
pendidikan.
2. Bapak Firmansyah ST.,MT selaku pembimbing I Penulis dalam
pembuatan Tugas Akhir, yang telah memberikan banyak ilmu
sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dedi erawadi Ir.,M.kom selaku pembimbing II Penulis dalam
pembuatan tugas akhir, yang telah memberikan banyak ilmu sehingga
Penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
iv
v
Penulis
2
Feeder 15 (5R1)
Tanggal Waktu
Cos
VAB IA kW P KVARH KWH
1 September 2016
2 September 2016
3 September 2016
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu temperature pada trafo dan tang
TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
dari Politeknik Negeri Padang
NANANG DARUSSALAM
BP . 1301032036
TUGAS AKHIR
Oleh:
NANANG DARUSSALAM
BP . 1301032036
Pembimbing 1 Pembimbing 2