Anda di halaman 1dari 9

ELEKTRONIKA ANALOG

BAB I
Komonen Pasif &
Komponen Aktif

Osmalina Nur Rahma, S.T.,M.Si.


BAB I
Komponen Pasif dan Komponen Aktif

Bab ini membahas definisi dan jenis-jenis komponen pasif dan komponen aktif yang
merupakan dasar untuk perancangan sistem instrumentasi analog. Buku ini membahas mengenai
deskripsi dan cara membaca nilai-nilai yang tertera pada komponen pasif dan komponen aktif.
Komponen pasif merupakan jenis komponen elektronika yang tidak memerlukan sumber arus
listrik untuk bekerja sedangkan komponen aktif adalah komponen elaktronika yang memerlukan
sumber arus listrik untuk bekerja. Komponen pasif yang dibahas dalam bab ini diantaranya adalah
resistor, kapasitor dan induktor, sedangkan komponen aktif yang dibahas pada bab ini adalah
transistor dan dioda. Selanjutnya bab ini juga dilengkapi dengan contoh-contoh soal untuk
memperdalam pemahaman mahasiswa.

Tujuan instruksional khusus


1. Mengenal komponen pasif dan aktif khususnya resistor, kapasitor, induktor, transistor dan
dioda
2. Membaca warna sandi pada Resistor dan kapasitor

1.1 Resistor
Resistor merupakan komponen pasif yang paling banyak dijumpai dalam rangkaian
elektronika analog. Sifatnya resistif dan umumnya terbuat dari karbon. Resistor berbentuk tabung
dan nilainya ditentukan berdasarkan warna-warna yang melingkar pada resistor.

Gambar 1.1. Cincin warna dan Simbol Reistor

Warna pada cincin resistor menunjukkan kode nilai untuk besaran resistor dengan satuan
resistansi adalah Ohm (Ω). Tabel kode warna pada resistor dapat dilihat pada tabel 1. Dalam
memudahkan mengingat dapat digunakan singkatan Hi-Cok-Me-O-Ku-Hi-Bi-U-Abu. Hi
merupakan hitam, Cok merupakan coklat, Me merupakan Merah, O merupakan Oranye atau
Jingga dan seterusnya. Berdasarkan kode warna pada tabel 1, maka nilai resistor pada Gambar 1.1
bernilai :

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 1


Cincin I coklat =1
Cincin II merah =2
Cincin III hitam =0
Cincin IV oranye/jingga = 103
Cincin V coklat = 5% (toleransi)
Sehingga nilai resistor pada Gambar 1.1 adalah 120 x 103± 5% Ω, atau berkisar antara 114 kΩ –
126 kΩ.

Tabel 1 Kode Warna Cincin Resistor


Cincin V
Warna Cincin Cincin I Cincin II Cincin III Cincin IV
Toleransi
Hitam 0 0 0 x 100
Coklat 1 1 1 x 101 ±1%
Merah 2 2 2 x 102 ±2%
Oranye/Jingga 3 3 3 x 103
Kuning 4 4 4 x 104
Hijau 5 5 5 x 105
Biru 6 6 6 x 106
Ungu 7 7 7 x 107
Abu-Abu 8 8 8 x 108
Putih 9 9 9 x 109
Emas x 10-1 ±5%
Perak x 10-2 ±10%
tanpa warna ±20%

Resistor berfungsi untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian
sehingga dapat juga disebut sebagai pengaman rangkaian. Selain berfungsi sebagai penghambat
arus, resistor juga dapat berfungsi untuk menghasilkan nilai tegangan atau arus tertentu dengan
menggunakan kaidah pembagi tegangan, yang teridiri dari 3 resistor yang terhubung secara seri
dan paralel.
Menurut bahannya, resistor dibedakan menjadi resistor yang berbahan dasar lilitan kawat
(Wirewound resistor), berbahan dasar karbon dan berbahan dasar film. Umumnya yang sering
dijumpai dan digunakan adalah resistor yang berbahan dasar film. Selain berdasarkan bahan,
resistor juga dibedakan menjadi resistor dengan nilai yang tetap (fixed resistor) dan resistor dengan
nilai yang berubah-ubah (variable resistor) atau disebut dengan potensiometer.

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 2


Potensiometer menyediakan nilai yang berubah-ubah secara continyu. Berbeda dengan
resistor pada umunya yang hanya memiliki dua termina, potensiometer memiliki tiga terminal.
Dua terminal di bagian kaki kanan dan kiri dihubungkan pada rangkaian elektronik, sedangkan
terminal ketiga yang berada di tengah merupakan terminal untuk mengubah-ubah nilai resistor.
Umumnya potensiometer memiliki rentang nilai 10kΩ hingga 100kΩ atau hingga 1 MΩ. Bentuk
potensiometer bermacam-macam, diantaranya potensiometer rotary (mengubah-ubah nilai
resistansi dengan duputar), potensiometer slider (mengubah-ubah nilai resistansi dengan digeser)
dan potensiometer trimmer (mengubah-ubah nilai resistansi dengan menggunakan alat khusus
seperti obeng untuk memutar).

Gambar 1.2 Potensiometer

1.2 Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen pasif yang juga sering dijumpai dan digunakan pada
rangkaian elektronika karena dapat berfungsi untuk menyimpan muatan listrik. Nilai kapasitansi
bergantung pada kondisi temperatur, pembesaran dielektrik bahan dan perubahan permivitas
dielektrik. Kapasitor memiliki satuan F (Farad), namun karena besaran Farad termasuk besar untuk
satuan kapasitor maka umumnya digunakan satuan mikro Farad (µF) atau piko Farad (pF).

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 3


Gambar 1.3 Jenis dan simbol kapasitor

Menurut bahan dasar kapasitor dibedakan menjadi kapasitor berbahan asar mika, keramik,
kertas dan elektrolit. Kapasitor yang umum digunakan adalah kapasitor elektrolit atau kapasitor
ELCO. Kapasitor Elektrolit (ELCO) merupakan jenis Kapasitor yang memiliki Polaritas (+) dan
(-) sehingga perlu hati-hati dalam pemasangannya.

Gambar 1.4 Polaritas Kapasitor

Nilai suatu kapasitor ELCO sudah tertera di badan kapasitor, namun pada jenis kapasitor
lain seperti kapasitor keramik (Gambar 1.3) nilai kapasitor dinyatakan dengan kode angka dan
huruf. Sebagai contoh kapasitor keramik pada Gambar 1.3 memiliki kode 473Z. Hal ini berarti
angka pertana dan kedua merupakan angka satuan nilai kapasitor, angka ketiga merupakan faktor
pengali, sedangkan huruf menunjukkan nilai toleransi dari kapasitor yang dapat dilihat pada tabel
2. Nilai satuan untuk kapasitro keramik adalah piko Farad (pF).

Tabel 2 Kode angka dan Huruf untuk Kapasitor


Angka pertama Angka kedua Angka ketiga Huruf
0 0 x 100 B= 0.10 pF
1 1 x 101 C= 0.25 pF
2 2 x 102 D= 0.50 pF
3 3 x 103 E= 0.50 %
4 4 x 104 F= 1 %
5 5 x 105 G= 2 %

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 4


6 6 x 106 H= 3 %
7 7 x 107 J= 5 %
8 8 x 108 K= 10 %
9 9 x 109 M= 20 %
Z= +80 % dan -20%

Kode : 437Z
Nilai kapasitor = 47 x 103 pF atau 47 nF atau 0.047 µF dengan nilai toleransi +80% dan -20% atau
berkisar antara 37.6 x 103 hingga 84.6 x 103 pF

Kode : 47J
Nilai kapasitor = 47 x 100 pF atau 47 pF dengan nilai toleransi ±5%, yaitu berkisar antara 44.65 pF
hingga 49.35pF

1.3 Induktor
Induktor merupakan komponen pasif yang terdiri dari lilitan kawat yang membentuk sebuah
kumparan dan memiliki nilai reaktansi. Kumparan tersebut akan menimbulkan medan magnet bila
dialiri arus listrik yang dapat menyimpan energi dalam waktu relatif singkat sesuai dengan Hukum
Induksi Faraday. Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut
dengan Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil)
tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
a. Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
b. Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
c. Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
d. Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi
induktansinya
Induktor dapat digunakan sebagai filter dalam rangkaian yang berkaitan dengan frekuensi
yang ingin diloloskan, selain itu dapat berfungsi sebagai transformator untuk menaikkan dan
menurunkan tegangan. Dalam fungsinya sebagai transformator atau travo, prinsip yang digunakan
adalah prinsip induksi elektromagnetik dan hanya bekerja pada tegangan yang berarus bolak-balik
(AC). Lilitan pada kumparan kawat tansformator terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder.

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 5


Gambar 1.5 Transformator

Apabila kumparan primer lebih banyak jumlah lilitannya dibanding jumlah lilitan pada
kumparan sekunder, maka transformator akan berfungsi sebagai penurun tegangan. Sebaliknya
bila kumparan sekunder lebih banyak jumlah lilitannya dibanding kumparan primer maka
transformator akan berperan untuk menaikkan tegangan. Umumnya transformator menurunkan
tegangan AC dari 220V menjadi 5V, 9V atau 12V dan menaikkan tegangan dari 110V menjadi
220V.
Induktor dapat juga berfungsi sebagai relay yang berperan sebagai saklar otomatis. Prinsip
kerjanya adalah gerbang relay akan menutup (mengalirkan arus) atau sebaliknya (memutuskan
arus) saat kumparan kawat pada relay teraliri arus. Dengan demikian relay dapat berfungsi sebagai
saklar otomatis.

Gambar 1.6 Relay

1.4 Transistor
Transistor merupakan komponen aktif yang digunakan sebagai penguat, komponen yang
digunakan sebagai rangkaian pemutus dan penyambung, stabilasasi tegangan, modulasi sinyal dan
sebagainya. Transistor berdasarkan jenis polaritasnya dibagi menjadi dua, yaitu transistor bipolar

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 6


yang memiliki tiga kaki (basis, kolektor dan emitor) dan transistor unipolar yang terdiri dari kaku
gate, source dan drain.

Gambar 1.7 Transistor bipolar dan transistor unipolar

Tegangan yang melalui kaki emitor digunakan untuk mengatur arus dan tegangan yang
lebih besar daripada arus input pada kaki basis yaitu pada keluaran tegangan dan arus output
kolektor.

1.5 Dioda
Dioda merupakan komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan berfungsi
untuk mengalirkan arus listrik DC dalam satu arah saja. Dengan demikian diode berfungsi sebagai
penyearah arus yang akan mengalirkan arus DC dari anoda ke katoda. Dioda terdiri dari dua
lempeng bahan semikonduktor tipe P dan tipe N. Berdasarkan bahannya, dioda dibedakan menjadi
dioda yang berbahan dasar germanium, silikon, selenium, zener dan LED.

Gambar 1.7. Simbol diode

Jenis-jenis diode dan aplikasi nya akan dibahas lebih lanjut pada bab tersendiri yaitu pada
BAB 4.

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 7


1.6 Contoh Soal
1. Sebutkan nilai resistansi dari resistor yang memiliki cincin berwarna:
a. Coklat, Hitam, Hijau, Perak
b. Coklat, Merah, Hitam, Jingga, Coklat
c. Coklat, Hitam, Hijau, Perak
d. Coklat, Ungu, Biru, Emas
2. Sebutkan nilai kapasitansi dari kapasitor yang memiliki kode 222K

Osmalina Nur Rahma, S.T., M.Si. 8

Anda mungkin juga menyukai