Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem ketenagalistrikan selalu berkembang sejalan dengan kebutuhan
masyarakat dalam memanfaatkan energi listrik. Untuk itu, PLN sebagai pemasok
utama energi listrik di Indonesia akan selalu menghadapi tuntutan peningkatan
keandalan yang terus menerus. Salah satu usaha untuk memenuhi tuntutan
tersebut yaitu membatasi dampak yang ditimbulkan akibat adanya gangguan.
Jaringan listrik di Indonesia mempunyai tegangan yang berbeda-beda sesuai
dengan tinggi rendahnya tegangan yang dihasilkan. Jaringan tegangan tinggi
(high voltage) di Indonesia terdiri dari tegangan 70 kV dan 150 kV. Tegangan
ekstra tinggi (extra high voltage) yang mempunyai tegangan 500 kV. Gangguan
pada instalasi sistem tenaga listrik tidak mungkin dapat dihindari, oleh karena itu
untuk mengurangi dampak dari gangguan dan memperkecil daerah gangguan,
maka dibutuhkan suatu sistem pengaman. Sebagai salah satu peralatan yang
sangat penting dalam sistem tenaga listrik, SUTT memerlukan juga sistem
pengaman yang baik. Pemilihan pengaman ditentukan tidak hanya oleh
pertimbangan ekonomis saja tetapi oleh pertimbangan operasional dan jenis
gangguan. Pada umumnya rele distance digunakan untuk pengaman utama pada
SUTT, Hanya saja pada transmisi jarak pendek rele line differential lebih andal
dibandingkan dengan rele distance. Terjadi beberapa kasus rele distance tidak trip
pada zone dua, yang menyebabkan pengaman cadangan bekerja. Hal ini
disebabkan karena perbedaan impedansi pada zone satu dan zone dua memiliki
perbedaan yang kecil. Rele line differential juga merupakan peralatan pengaman
utama pada SUTT. Rele tersebut digunakan untuk mengamankan SUTT terhadap
gangguan yang berada diwilayah pengamananya. Agar dapat melokalisir
gangguan, diperlukan perhitungan penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up )
dengan memasukkan parameter-parameter yang mempengaruhi unjuk kerja rele
pengaman tersebut. Dengan adanya rele pengaman yang andal, maka dapat
mengurangi akibatakibat buruk yang ditimbulkan oleh adanya gangguan. Untuk
monitoring keberhasilan dan kebenaran penetapan nilai ( setting ) yang telah

dibuat dan diterapkan, dilakukan

uji karakteristik dan uji fungsi rele Line

Differential.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Diperlukan perhitungan penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up )
rele line differential untuk melokalisir gangguan pada jaringan SUTT 150
kV Indah kiat Cikande
2) Perlu diadakan pengujian karateristik dan uji fungsi rele line differential
untuk mengetahui keberhasilan penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pickup ).

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka didapat
batasan masalah sebagai berikut :
1) Perhitungan penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up ) rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande.
2) Pengujian karateristik dan uji fungsi rele line differential pada jaringan
SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana cara penetapan nilai ( setting ) dan berapa nilai arus kerja
(pick-up) rele pengaman line differential pada jaringan SUTT 150 kV
Indah Kiat Cikande?
2) Bagaimana cara mengetahui hasil uji fungsi rele line differential dengan
menggunakan alat uji merek double / F6150 sehingga dapat diketahui
kebenaran dari hasil penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up ) yang
telah diinput ke rele line differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah
Kiat Cikande?

1.5. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian :
1) Mengetahui penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up ) rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande.
2) Mengetahui hasil uji fungsi rele line differential dengan menggunakan alat
uji merek Double / F6150 sehingga dapat diketahui kebenaran dari hasil
penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up ) yang telah diinput ke rele
line differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande .
Manfaat Penelitian :
1) Dapat menghitung penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up ) rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande.
2) Dapat memberi penjelasan mengenai hasil uji fungsi rele line differential
dengan menggunakan alat uji merek double / F6150 sehingga dapat
diketahui kebenaran dari hasil penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pickup ) yang telah diinput ke rele line differential pada jaringan SUTT 150 kV
Indah Kiat - Cikande.

1.6. Sistematika Penulisan


Pembahasan tugas akhir ini terdiri dari lima bab, setiap bab membahas
masalah masing-masing, namun setiap bab memiliki hubungan satu dengan yang
lainnya dan pembahasan pada setiap sub bab untuk menambah pengertian dan
maksud dari bab yang dibahas. Berdasarkan sistimatika penulisan karya tulis ilmiah
yang baku dan berlaku umum. Sistematika tugas akhir adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang membahas tentang pendahuluan dari tugas akhir.
Di dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang pemilihan topik dari tugas akhir,
maksud dan tujuan penulisan, rumusan masalah, batasan-batasan yang diberikan,
metode yang digunakan serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI


Berisi tentang proteksi pada penghantar, proteksi utama dan cadangan, syarat
proteksi tenaga listrik, fungsi pengaman tenaga listrik, perangkat pada sistem
pengaman tenaga listrik, fungsi dan prinsip kerja rele line differential
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis
data yang diperoleh dan menggabungkan dengan teori yang digunakan. Penelitian
dan pengambilan data dilakukan di GI Indah Kiat, PT PLN APP Cilegon.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilakukan penganalisaan data penetapan nilai ( setting )
arus kerja ( pick-up ) rele line differential Merek Alstom type micom P543 yang
digunakan pada Gardu Induk Indah Kiat PT PLN APP Cilegon.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kelima ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
dan penulisan. Adapun saran penulis tujukan kepada pihak - pihak yang terkait
demi kemajuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Fungsi Saluran Transmisi Sebagai Penyalur Daya Listrik [5]
Pada umumnya pembangkit tenaga listrik berada pada tempat-tempat yang
jauh dari pelanggan listrik. Tenaga listrik yang dibangkitkan tersebut kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi. Jadi fungsi saluran transmisi adalah sebagai
penyalur daya listrik dari 1 tempat ke tempat yang lain semisal dari pembangkit ke
gardu induk atau dari gardu induk ke gardu induk ataupun dari gardu induk ke
konsumen. Saluran transmisi dibedakan menjadi dua macam yaitu saluran udara dan
bawah tanah. Saluran udara merupakan sarana yang terbentang di udara untuk
menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Listrik ke Gardu Induk atau dari
Gardu Induk satu ke Gardu Induk lainnya yang disalurkan melalui konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator dengan sistem
tegangan rendah 20kV atau tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV serta tegangan ekstra
tinggi 500 kV. Sedangkan pada umumnya saluran transmisi berupa saluran udara
karena biaya pembangunannya lebih murah dibandingkan dengan saluran bawah
tanah. Hanya saja saluran udara lebih terpengaruh oleh cuaca buruk dan kondisi alam
sekitarnya yang dapat menyebabkan gangguan.

2.2. Gangguan pada Saluran Transmisi Udara [5]


Dalam sistem tenaga listrik bagian terbesar yang sering mengalami gangguan
adalah pada kawat transmisi. Hal ini dikarenakan luas dan panjangnya saluran
transmisi tersebut.
Secara fisik gangguan pada saluran transmisi udara dapat disebabkan oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Surja Petir
Angin/Badai
Pemburukan isolator
Pepohonan
Manusia
dan lain-lain.
Sedangkan secara elektris, gangguan saluran transmisi udara diantaranya:

1. Hubung singkat satu fasa ke bumi


2. Hubung singkat dua fasa ke bumi
5

3. Hubung singkat tiga fasa ke bumi


4. Hubung singkat antar fasa : hubung singkat 2 fasa atau 3 fasa
Menurut lamanya gangguan yang terjadi, gangguan pada saluran transmisi
udara dapat dibedakan menjadi:
1. Gangguan sementara (temporer)
Merupakan gangguan yang

berlangsung

singkat

dan sesaat,

tidak

menimbulkan kerusakan fisik. Misalnya, akibat petir, pepohonan, burung dll.


2. Gangguan tetap (permanen)
Merupakan gangguan yang berlangsung relatif lama, ada bagian yang rusak
sehingga perlu diperbaiki dulu untuk memulihkannya kembali. Artinya gangguan
seperti ini hanya dapat dihilangkan apabila sudah dilakukan tindakan terhadap
gangguan tersebut. Misalnya, akibat bencana alam, pohon tumbang, isolator rusak
dan lain-lain.

2.3. Rele (Relay) [2,6]


Secara umum rele adalah suatu peralatan yang bekerja secara elekro magnetik
yang kontaknya memutus dan menyambungkan suatu rangkaian terhadap rangkaian
yang lain. Sedangkan pengertian rele dari PLN adalah Suatu peralatan yang
dirancang untuk menghasilkan perubahan pada rangkaian output apabila nilai
parameter input telah mencapai nilai yang ditetapkan sebelumnya (SPLN T5.002-1:
2010). Berikut ini adalah gambar rangkaian prinsip dasar rele :

Gamabar 2.1 Rangkaian Perinsip Dasar Rele


Dari gambar 2.1 dapat di jelaskan bahwa E adalah sumber tegangan, Z adalah
tahanan dan C.B adalah switch. Jika C.B ON maka rangkian menjadi tertutup dan
arus akan menalir, semakin besar arus yang mengalir maka semakin kuat medan

magnet yang di bangkitkan oleh coil, jika gaya tarik coil lebih besar dari gaya tarik
pegas maka kontak rele akan menutup sehingga S.L ( signal light ) akan menyala.
Sedangkan rele proteksi adalah Perlengkapan untuk mendeteksi gangguan
atau kondisi ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik, dalam rangka untuk
membebaskan/ mengisolasi gangguan, menghilangkan kondisi tidak normal, dan
untuk menghasilkan sinyal atau indikasi (SPLN T5.002-1: 2010).
Secara garis besar bagian dari rele proteksi terdiri dari tiga bagian utama,
seperti pada blok diagram dibawah ini :

Gambar 2.2 Blok Diagram Utama Rele Proteksi


Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus,
tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung rele yang dipergunakan.
Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah
keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan
normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen
pembanding.

2. Elemen pembanding.

Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada
saat keadaan normal dengan besaran arus kerja rele.
3. Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran
ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal.
Pada sistem proteksi menggunakan rele proteksi sekunder untuk lebih
jelasnya bisa dilihat rangkaian rele proteksi dibawah ini :

Gambar 2.3 Rangkaian Rele Proteksi Sekunder


Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan
apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan.
Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah rele, yang bekerja setelah
mendapatkan besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar arus
penyetelan dari kerja rele. Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi
besar arus penyetelannya, maka kumparan rele akan bekerja menarik kontak dengan
cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh
(trip-coil) untuk bekerja melepas PMT.
Untuk mempermudah dalam mengenali rele maka setiap rele mempunyai
simbul yang berbeda beda, adapun simbul - simbul rele sebagai berikut ANSI/IEEE
codes of different types of protection relays as follows [5, 6] : [10]
Tabel 2.1. Tabel Simbol Rele Proteksi

2.3.1

Macam - Macam Rele Proteksi[1,3,6]


Pada dasarnya prinsip kerja sebuah rele proteksi dapat dibuat berdasarkan

satu besaran tunggal, misalnya seperti rele arus lebih yang prinsip kerjanya hanya
berdasarkan arus gangguan semata. Namun dalam rangka memenuhi keperluan
proteksi efektif yang memenuhi kriteria cepat, selektif, dan stabil yang dapat disetel
sesuai konfigurasi jaringan, kondisi operasi yang berbeda-beda dan faktor lain seperti
konstruksi dan ukuran sistem tenaga yang juga berbeda-beda, maka suatu rele
proteksi seyogyanya dapat dibuat utuk merespon terhadap berbagai perubahan
besaran listrik. Sebagai contoh, meskipun sebuah rele arus lebih dapat digunakan
untuk memproteksi jaringan distribusi radial hanya berdasarkan level arus gangguan,
namun pada jaringan tenaga listrik yang kompleks sistem proteksi tidak lagi bisa
hanya mengendalikan pengukuran besaran tunggal. Untuk mendapatkan proteksi

secara efektif maka perangkat proteksi perlu mampu merespon besaran besaran
listrik lain seperti besaran daya, sudut fasa, frekuensi, tegangan ataupun impedansi
jaringan yang berguna untuk menentukan arah dan jarak gangguan. Sebagaimana
diketahui, pada dasarnya besaran listrik terdiri dari besaran besaran komplek yang
perlu diukur oleh elemen elemen pengukur suatu rele proteksi. Secara analitik
besaran komplek tersebut biasanya disajikan dalam bentuk matematika dan grafik.
Sebagaimana sudah disebut diatas, dalam prakteknya tidak mungkin
membuat sebuah rele yang dapat berfungsi untuk mengamankan semua jenis
gangguan hanya dengan menggunakan suatu besaran tunggal. Tetapi suatu sistem
proteksi yang lengkap perlu didesain dapat bekerja atas kombinasi beberapa besaran
listrik. Para teknisi sistem proteksi listrik bisa merancang sistem proteksi sesuai
bentuk dan jenis jaringan, kondisi operasi, jenis gangguan, sistem pentanahan, dan
lain sebagainya yang perlu dipelajari terlebih dahulu sehingga dengan diperoleh
sistem proteksi yang paling tepat.
Untuk pengaman sistem tenaga listrik khusunya dengan tegangan tinggi maka
diperlukan beberapa rele proteksi sebagai pengamannya. rele proteksi dibagi menjadi
beberapa macam diataranya :
1. Untuk Trafo
a. Rele Differensial
b. Rele Arus Lebih
c. Rele SBEF ( Stand by earth fault )
d. Rele REF ( Restricted earth fault )
e. Rele Suhu
f. Rele Tekanan Lebih
g. Rele Buchloz
h. Rele Jansen
Fungsi rele yang terpasang pada trafo :
1. Rele Differensial
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung singkat
yang terjadi didalam daerah pengaman trafo.
2. Rele Arus Lebih
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa dan fasa ketanah didalam maupun diluar daerah pengaman trafo.

10

3. Rele SBEF ( Stand by earth fault )


Rele ini merupakan rele proteksi pada NGR ( Neutral grounding Resistant ) yang
berfungsi untuk mengamankan NGR ( Neutral grounding Resistant ) dari hubung
singkat fasa tanah. Oleh karena itu rele SBEF ( Stand by earth fault ) hanya
digunakan pada trafo yang pentanahannya menggunakan NGR ( Neutral grounding
Resistant )
4. Rele REF ( Restricted earth fault )
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap tanah didalam daerah
pengaman trafo khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat
dirasakan oleh rele differensial.
5. Rele Suhu
Rele ini adalah rele mekanis yang berfunsi mendeteksi suhu minyak dan
kumparan secara langsung yang akan membunyikan alarm serta memerintahkan
PMT ( pemutus tenaga ) untuk open.
6. Rele Tekanan Lebih ( Sudden Pressure Relay )
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap tekanan lebih. Suatu flash
over atau hubung singkat yang timbul pada suatu trafo, umumnya akan berkaitan
dengan suatu tekanan lebih didalam trafo.
7. Rele Buchloz
Rele ini berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan
bunga api dan pemanasan minyak dalam main tank trafo.
8. Rele Jansen
Rele ini fungsinya sama dengan rele buchloz yaitu untuk mendeteksi adanya gas
yang ditimbulkan oleh loncatan bunga

api dan pemanasan minyak akan tetapi

digunakan untuk pengaman OLTC ( on load tap changer ).


2. Untuk jaringan SUTT 150 kV
a. Rele Distance : Rele penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan
pengukuran impedansi penghantar.
b. Rele Line Differential : Rele penghantar yang prinsip kerjanya
dengan menjumlahkan arus yang masuk dan arus keluar pada daerah
yang diproteksi.

11

c. Rele Over/Under Voltage : Rele penghantar yang

bekerja untuk

mendeteksi tegangan lebih atau rendah pada suatu jaringan


penghantar.
d. Rele Over Current : Rele penghantar yang bekerja apabila terjadi arus
yang melebihi setting.
e. Rele Schincronizing : Rele penghantar yang berfungsi untuk
mendeteksi persaratan sinkronisasi.
f. Rele Autoreclose : Rele penghantar yang berfungsi untuk memberi
perintah close ( tutup ) setelah proteksi penghantar memberi perintah
trip.

2.4. Sistem Proteksi [1,3,6]


Sistem proteksi adalah serangkaian peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi dan melokalisir atau melepas kondisi yang terganggu pada sistem tenaga
listik agar gangguan tidak berdampak lebih besar.
Perangkat proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang
terdiri dari komponen-komponen berikut :
1. Trafo Arus
2. Trafo Tegangan
3. Pemutus Tenaga (PMT)
4. Power Supplay
5. Pengawatan (wiring)
6. Rele Proteksi
7. Sitem komunikasi
Fungsi perangkat peralatan proteksi diatas sebagai berikut :
1. Trafo Arus dan Trafo Tegangan
Memberikan informasi mengenai keadaan tenaga listrik (normal atau
terganggu) juga berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan tinggi
(jaringan yang diamankan) terhadap bagian tegangan rendah (rele pengaman)
2. Pemutus Tenaga (PMT)
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan satu bagian dari jaringan
yang beroperasi normal maupun jaringan yang sedang terganggu

12

3. Power Supplay
Berfungsi untuk menyuplai daya ke rele proteksi dan PMT agar rele tersebut
dapat mengolah informasi yang diterima dan memberikan perintah ke PMT yang
diperlukan. Dengan power supply tersebut PMT dapat melaksanakan perintah open /
close yang diterima dari rele pengaman.
4. Pengawatan / wiring
Berfungsi menghubungkan semua elemen tersebut di atas membentuk suatu
sistem proteksi.
5. Rele Pengaman
Berfungsi mendeteksi gangguan atau kondisi abnormal lainnya yang
selanjutnya memberi perintah trip pada PMT.
6. Sistem komunikasi
Berfungsi untuk keperluan komunikasi antara rele rele yang terpasang
pada Gardu Induk yang diamankannya
2.4.1. Trafo Arus [8]
Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer
(Tegangan ekstra tinggi , Tegangan Tinggi dan Teganan Menegah) yang berskala
besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran
arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
Contoh: rasio CT dengan nominal arus : 2000/1A
Nilai 2000 A menunjukan arus nominal pembacaan sisi primer CT
Nilai 1 A menunjukan arus nominal pembacaan sisi sekunder CT
2.4.1.1. Prinsip Trafo Arus Berdasarkan Rumus [8]
Rumus dasar dari tarfo arus adalah sebagai berikut :
I 1 N 1 I 2 N 2 .............................................................................................( 2.1 )

dimana a = (N1/N2) (perbandingan transformasi)


I1 > l2, sehingga N1 < N2
N1 = Jumlah lilitan primer
N2 = Jumlah lilitan sekunder

13

I1 = Arus Primer
I2 = Arus Sekunder
Berikut ini merupakan contoh dari trafo arus dengan multi rasio dan tarfo arus
dengan 2 inti atau lebih :
1. Trafo arus dengan multi rasio
Contoh : 100-200-300-400-500-2000/1A
Maka trafo arus ini memiliki beberapa tap nominal pembacaan primer
100, 200, 300, 400, 500, 2000 Ampere

Gambar 2.4. Current Transformer Multi Core


2. Trafo arus dengan 2 inti (core) Contoh : 2000/1-1A
Tarfo arus dengan 2 inti (core) memiliki keluaran sekunder 2 core, biasanya
keluarannya 1 core untuk proteksi dan 1 core lagi untuk metering. Masing-masing
inti (core) dapat mempunyai kelas atau burden (beban) sama atau berbeda.
Berikut adalah contoh trafo dengan 2 core :

Gambar 2.5. Current Transformer 2 Core

14

P1-P2 adalah Polaritas primer


1S1-1S2 adalah Polaritas sekunder inti ke-1
2S1-2S2 adalah Polaritas sekunder inti ke-2
2.4.1.2. Burden Trafo Arus [8]
Burden dari trafo arus menunjukkan kemampuan pembebanan pada trafo
arus termasuk impedansi kawat-kawat penghubung serta burden meter atau rele
sehingga karakteristiknya tetap memenuhi kelasnya, dan dinyatakan dalam VA.
2.4.1.3. Kelas Ketelitian [8]
Untuk menunjukkan kelas ketelitian trafo arus (CT) dapat
dinyatakan oleh kelas ketelitian yang ada pada name plate trafo arus, kelas
ketelitian merupakan deskripasi dari batasan error) rasio pembacaan.
Untuk kelas ketelitian trafo arus yang dipakai untuk proteksi dinayatakan dalam nilai
5-10-15, biasanya ditulis didepan huruf P. Contoh kelas CT tipe 5P10, artinya CT
tersebut mempunyai kesalahan 5% pada arus 10 kali nominal.
2.4.1.4. Lengkung Kemagnitan Trafo Arus

[8]

Kurva magnitisasi, terdiri dari daerah linear, daerah lutut dan daerah jenuh
(saturation). Trafo arus tidak boleh bekerja pada daerah jenuh, maka dari itu
diperlukan titik lutut atau tegangan lutut (Vk).
1. Berdasarkan BS 3938, Vk adalah titik dimana bila arus eksitasi
dinaikan 50% maka tegangan akan naik 10%.
2. Berdasarkan ANSI, Vk adalah titik singgung garis dengan sudut 45
dengan kurva tegangan vs arus eksitasi yang digambar pada skala log-log.
Ciri-ciri CT untuk meter dan untuk rele :
1. Untuk meter :

Teliti untuk daerah kerja 5 -120% ln

Cepat jenuh

2. Untuk rele :

Kelas ketelitian relatif rendah

Kejenuhan tinggi

15

Gambar 2.6. Kurva Kejenuhan Trafo Arus


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangkaian arus :
1. Salah satu sisi sekunder harus dibumikan
2. Rangkaian sekunder tidak boleh terbuka (open circuit)
2.4.2 Trafo Tegangan [9]
Trafo tegangan berfungsi untuk :
1.

Mentransformasikan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah guna


pengukuran dan proteksi

2. Sebagai isolasi antara sisi tegangan tinggi atau yang diukur/diproteksi dengan
alat ukurnya/proteksinya.
Berikut ini contoh tarfo tegangan dengan nilai rasio = (500.000/1,732) /
(100/ 1,732). Maka tegangan kerja nominal phase phase 500000 Volt pada sisi
primer dan 100 Volt pada sisi sekunder
2.4.2.1. Jenis trafo tegangan. [9]
Trafo tegangan mempunyai 2 jenis yaitu :
1. Trafo tegangan dengan inti besi seperti transformator biasa
2. Trafo tegangan dengan kapasitor.
Berikut ini merupakan salah 1 gambar tarfo tegangan dengan tipe Capasitor :

16

Gambar 2.7. Trafo Tegangan Tipe Kapasitansi


Dimana tegangan estara tinggi di turunkan terlebih dahulu menggunakan
capasitor baru kemudian masuk ke inti core trafo tegangan.
2.4.2.2 . Kelas Ketelitian Trafo Tegangan [9]
Kelas ketelitian pada trafo tegangan merupakan deskripsi batas kesalahan
pembacaan tegangan primer ke sekunder atau dapat disebuat pembacaan rasio
trafo tegangan. Dan dinyatakan dalam bilanga: 0,1; 0,2; 0,5; 1,0; 3,0. Dari tabel
dibawah ini dapat diketahui kelas ketelitian dan persentase kesalahan pembacaan
Tabel 2.2. Batas Kesalahan Tegangan
Kelas
0,1
0,2
0,5
1,0
3,0

Kesalahan rasio tegangan ( persen )


0,1
0,2
0,5
1,0
3,0

2.4.2.3. Burden Trafo Tegangan [9]


Burden dari trafo tegangan menunjukkan kemampuan pembebanan pada
trafo tegangan termasuk impedansi kawat-kawat penghubung serta burden meter
atau rele yang dinyatakan dalam VA.
Contoh: (500.000/ 100) Volt. Burden 30VA

17

Dari contoh diatas dapat dibaca tegangan operasi nominal primer 500000 Volt
dan tegangan pembacaan nominal sekunder 100Volt dengan kemampuan
pembebanan 30VA.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan sekunder trafo
tegangan :
1. Salah satu sisi sekunder harus dibumikan
2. Rangkaian sekunder harus dipasang sekering atau MCB sedekat
mungkin dengan terminal sekunder.
3. Rangkaian sekunder harus terbuka (open)
2.4.3. Power Supplay [10]
Power supplay merupakan suatu hal yang terpenting dalam sistem proteksi
tenanga listrik, tanpa power supplay semua peralatan tidak bisa digunakan
sebagaimana fungsinya. Sistem supplay yang dipakai di sering kali menggunakan
sitem DC 110Vdc dan 48Vdc disebabkan andalnya sistem supplay DC.
Yang dimaksud dengan Sistem DC adalah Sistem pasokan arus searah untuk sistem
proteksi dan kontrol yang bersumber dari batere yang beroperasi paralel dengan
Rectifier / Charger.
System arus searah digunakan untuk tujuan kontrol dan monitoring, tetapi
dipakai juga untuk pengendali supply power arus searah dan sebagai part dari suatu
system emergensi melalui inverter pada pengarah arus bolak-balik
Energi yang diperlukan disimpan di dalam Batere dengan konversi oleh
rectifier dan inverter. Dalam operasi normal beban DC disupply melalui rectifier,
Batere hanya sebagai penyangga pada kejadian (event) arus beban yang tinggi atau
gangguan di dalam A.C.supply, terutama sekali untuk memastikan bahwa unit
pembangkit menutup dengan aman (shut down safely).
System DC yang dipakai di Gardu Induk untuk menyediakan daya (Power)
dan untuk tujuan kontrol mempunyai tegangan 110 atau 220 Vdc, selagi terus
meningkat penggunaan elektronika juga telah mendorong tegangan sistem DC
rectifier-battery 24 dan 48 V disatukan, bila system D.C kontrol elektronik tidak
memiliki sendiri supply DC 24/48 V hal ini dipasok oleh 110/220V DC system
melalui DC Converter.

18

Peralatan atau komponen dari sistem sekunder sangatlah penting mempunyai


suatu jaminan tersedianya supply D.C. Untuk instalasi tegangan tinggi dan ektra
tinggi power supply DC harus tersedia dan terpasang secara berlapis atau
redundancy, sebaiknya menyediakan dua pasokan (infeeds) jaringan tegangan rendah
tiga fasa secara terpisah, bila dua pasokan ini kurang andal, perlu juga dilengkapi
oleh suatu generator diesel untuk keadaan darurat (emergency).
Beban-beban

tiga

fasa

diusahakan

tersambung

secara

seimbang

(symmetrically) yang memungkinkan dibentuk dua busbar tiga fasa, unit Rectifier
batere juga tersambung pada masing-masing Rel.
Output tegangan D.C dari Rectifier dan juga Batere dapat tersambung secara
terpisah pada busbar tegangan D.C, dengan demikian memberikan fleksibilitas
operasi yang lebih besar.
Rangkaian remote kontrol dan signaling yang memerlukan tegangan 60 V,48V dan
24V adalah lebih baik menggunakan system direct control dari 220V dan 110V
dengan menggunakan Converter, bila diperlukan dengan bantuan Inverter agar
menjamin tingkat keandalan busbar tegangan AC dari busbar tegangan arus searah
(DC)
Berikut ini diagram 1 garis sistem DC yang ada di PLN :

Gambar 2.8. Diagram 1 Garis Sistem DC di PLN


Dari gambar di atas diketahui bahwa supplay untuk peralatan gardu induk
adalah DC dengan cara tegangan 20kV di trasformasikan menjadi 380Volt dan di
19

searahkan menggunakan rectifier sehingga keluarannya menjadi 110V dc atau 48V


dc.

2.5. Peranan dan Syarat-syarat Rele Proteksi [1,3,6]


2.5.1. Peran Rele Peroteksi [6]
Maksud dan tujuan pemasangan rele proteksi adalah untuk mengidentifikasi
gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang
masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan
atau kerugian yang lebih besar, dengan cara :
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem.
2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalamikeadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau
dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
3. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
4. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang

baik kepada

konsumen.
5. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
2.5.2. Syarat-syarat Rele Peroteksi [6]
Dalam perencanaan sistem pengaman, maka untuk mendapatkan suatu sistem
pengaman yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.

Sensitif
Suatu rele pengaman mengamankan alat atau bagian sistem yang termasuk
dalam jangkauan pengamanannya. Rele pengaman mendeteksi adanya
gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif
untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan hanya
membuka Circuit Breaker (CB) untuk memisahkan bagian sistem yang
terganggu, sedangkan bagian sistem yang normal dalam hal ini tidak boleh
terbuka.

20

2.

Selektif
Selektivitas dari rele pengaman adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan
dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh
karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang
terputus menjadi lebih kecil. Rele pengaman hanya akan bekerja selama
kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya
dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan
yang terjadi di luar daerah pengamanannya.

3.

Cepat
Semakin cepat rele pengaman bekerja, tidak hanya dapat memperkecil
kemungkinan kerusakan peralatan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil
kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.

4.

Andal
Dalam keadaan nomal atau sistem yang tidak terganggu rele pengaman tidak
bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi rele pengaman
bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele pengaman
gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada
peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya rele pengaman lain
sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas.Untuk tetap
menjaga keandalannya, maka rele pengaman harus dilakukan pengujian
secara periodik.

5.

Sederhana
Perangkat rele pengaman disyaratkan mempunyai bentuk dan cara kerja
sederhana.

2.6. Penyebab Terjadinya Kegagalan Rele Proteksi [1,2,6]


Jika rele pengaman bekerja sebagaimana mestinya, maka kerusakan peralatan
akibat gangguan mestinya dapat dihindari atau dicegah sama sekali, atau jika
gangguan itu disebabkan karena sudah adanya kerusakan di dalam peralatan, maka
kerusakan itu dapat diminimalisasi.Rele pengaman yang benar harus dapat bekerja
cukup cepat, selektif dan andal sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul
akibat gangguan atau pada bagian peralatan yang dilalui arus gangguan dapat

21

dihindari dan kestabilan sistem dapat terjaga.Sebaliknya jika rele pengaman gagal
bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan ini berlangsung lebih lama,
sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kebakaran, kerusakan
yang parah pada peralatan instalasi dan ketidakstabilan sistem. Kegagalan atau
keterlambatan kerja rele pengaman juga akan mengakibatkan bekerjanya rele
pengaman lain, sehingga dapat mengakibatkan pemadaman yang lebih luas.
Kegagalan atau keterlambatan kerja rele pengaman dapat disebabkan antara lain:
- Rele pengaman telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.
- Setelan rele pengaman tidak benar (kurang sensitif atau kurang cepat).
- Kegagalan sistem sumber tegangan DC sehingga tidak mampu mengerjakan
rangkaian trip CB.
- Hubungan kontak pada rangkaian tripping kurang baik atau terputus.
- Kemacetan mekanisme tripping pada CB karena kotor, karat, patah atau
meleset.
- Kegagalan CB dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh
arus gangguannya

terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan

(interupting capability), atau kemampuan pemutusannya telah menurun, atau


karena ada kerusakan.
- Kurang sempurnanya rangkaian rele pengaman antara lain adanya hubungan
kontak yang kurang baik.
- Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.
- Trafo arus jenuh, kegagalan isolasi dan rangkaian sekunder terbuka.
- Rangkaian sekunder terbuka ( MCB PT trip, loss kontak )
Sistem pengaman suatu peralatan karena berbagai macam faktor dapat
mengalami kegagalan operasi. Berdasarkan hal-hal tersebut maka suatu sistem
proteksi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Pengaman Utama
merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera
kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanannya
b. Pengaman Cadangan

22

bekerja

jika terjadi

diperlukan apabila pengaman utama tidak dapat bekerja atau

terjadi

gangguan pada sistem pengaman utama itu sendiri.


Pada dasarnya sistem proteksi cadangan dapat dibagi menjadi dua katagori,
yaitu
1. Sistem proteksi cadangan lokal (local back up protection system)
Pengaman cadangan lokal adalah pengamanan yang dicadangkan bekerja
bilamana pengaman utama yang sama gagal bekerja. Contohnya : penggunaan OCR
atau GFR.
2. Sistem proteksi jarak jauh (remote back up protection system)
Pengaman cadangan jarak jauh adalah pengamanan yang dicadangkan
bekerja bilamana pengaman utama di tempat lain gagal bekerja.
Pengaman cadangan lokal dan jarak jauh diusahakan koordinasi waktunya dengan
pengaman utama di tempat berikutnya. Koordinasi waktu dibuat sedemikian hingga
pengaman cadangan dari jauh bekerja lebih dahulu dari pengaman cadangan lokal.
Hal ini berarti bahwa kemungkinan sekali bahwa pengaman cadangan dari jauh akan
bekerja lebih efektif dari pengaman cadangan lokal.
Dari penjelasan di atas berarti bahwa waktu penundaan bagi pengaman
cadangan lokal cukup lama sehingga mungkin sekali mengorbankan kemantapan
sistem demi keselamatan peralatan. Dengan demikian berarti pula bahwa pengaman
cadangan lokal hanya sekedar pengaman cadangan terakhir demi keselamatan
peralatan. Dalam penerapan sistem proteksi Sistem Tenaga Listrik dikenal daerahdaerah pengaman. Tiap daerah pengaman pada umumnya terdiri dari satu atau lebih
pengamanan peralatan dari sistem tenaga listrik. Zona pengaman tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga saling tumpang tindih (overlap) seperti pada gambar
dibawah ini

Gambar 2.9. Zone Pengamanan Rele Proteksi


2.7.

Karakteristik Rele Arus Lebih[6]


23

1. Rele arus lebih waktu sesaat (Instantaneous relay),


Rele arus ini digunakan untuk proteksi arus hubung singkat yang
besar, sehingga tripping time ( waktu pemutusan gangguan ) bekerja seketika
atau tanpa waktu tunda.
2. Rele arus lebih waktu pasti ( definite time )
Rele yang bekerja berdasarkan waktu tunda yang telah ditentukan
sebelumnya dan tidak tergantung pada perbedaan besarnya arus.
3. Rele waktu terbalik ( inverse time )
Rele yang bekerja dengan waktu operasi berbanding terbalik terhadap
besarnya arus yang terukur oleh rele. Rele ini mempunyai karakteristik kerja
yang dipengaruhi baik oleh waktu maupun arus. karakteristik waktu terbalik
( invers time ) dibedakan dalam tiga kelompok yaitu :
1. Standar invers
2. Very inverse
3. Extreemely inverse
4. Inverse Definite Time Relay
Rele ini mempunyai karakteristik kerja berdasarkan kombinasi antara
rele invers dan rele definite. Rele ini akan bekerja secara definite bila arus
gangguannya besar dan bekerja secara invers jika arus gangguannya kecil.
Untuk karakteristik kerja rele arus lebih yang sudah dijelaskan diatas bisa
dilihat pada gambar 2.10 dibawah ini:

Gambar 2.10 Karakteristik Rele Arus Lebih

24

2.8. Arus Kerja ( Pick-up) Dan Arus Kembali ( Drop-off ) [2]


Arus kerja ( pick-up ) adalah arus minimum yang dibutuhkan suatu rele
pengaman untuk mulai bekerja ( trip ). Sedangkan arus kembali ( drop-off ) adalah
arus maksimum yang dibutuhkan suatu rele pengaman untuk mulai off ( rele tidak
bekerja ). Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan dari arus pick-up dan arus dropoff dengan rangkaian dan karakteristik yang ada pada gambar 2.11 dan 2.12 berikut:

Gambar 2.11. Rangkaian / Hubungan Pick-up dan Drop-off

Gambar 2.12. Karakteristik Operasi Arus Pick-up dan Arus Drop-off

Keterangan gambar 2.11 dan 2.12 diatas :


25

Ir

= Arus sekunder trafo arus ( CT )

= Rele arus lebih

= Kontak bergerak rele arus lebih

= Rele waktu

C.B

= Pemutus tenaga ( PMT )

= Sumber tegangan positif

= Sumber tegangan negatif

= Arah nilai arus Ir

Ip

= Arus pick-up

Id

= Arus drop-off

= Arah nilai waktu

tp

= Nilai waktu yang dibutuhkan untuk pick-up

td

= Nilai waktu yang dibutuhkan untuk drop-off

ta

= Selisih waktu yang dibutuhkan untuk drop-off dan pick-up

ta = td - tp ............................................................................................. ( 2.2 )
Ip adalah nilai arus dimana rele arus lebih akan bekerja dan menutup kontak a,
sehingga rele waktu bekerja. Id adalah nilai arus dimana rele arus lebih berhenti
bekerja. Bila nilai ta lebih kecil dari nilai tsetting rele arus lebih , maka dinyatakan rele tidak
bekerja. Sedangkan bila ta lebih besar dari nilai tsetting rele arus lebih , maka rele dinyatakan
bekerja. Suatu harga perbandingan antara besarnya arus drop-off dan arus pick-up
biasanya dinyatakan dengan huruf kd, jadi rumus kd bisa ditentukan sebagai berikut :
..................................................................................... ( 2.3 )
Nilai kd untuk rele arus lebih dengan karateristik waktu arus tertentu
mempunyai nilai 0.7 0.9, sedangkan bila dengan waktu terbalik mempunyai nilai 1.

2.9. Rele Differential [6,4]


Skema teknik proteksi yang terbaik hingga saat ini adalah proteksi sistem
differential. Pada sistem proteksi differential dimana dalam keadaan normal jumlah
arus yang masuk dan yang keluar dari daerah proteksinya adalah nol. Kalau jumlah

26

arus tersebut tidak sama dengan nol berarti ada gangguan yang terjadi pada
rangkaian yang berada didaerah proteksi differential tersebut. Sistem proteksi
differential pada umumnya dapat digunakan untuk mengamankan hampir semua
komponen sistem tenaga listrik , seperti pengaman generator, motor, busbar, trafo,
saluran transmisi, kapasitor, reaktor dan kadang-kadang kombinasi mereka seperti
trafo generator atau trafo penyulang, dan lain-lain.
Rele differential adalah rele yang bekerja apabila mendeteksi adanya
perbedaan fasor dan atau perbedaan nilai sesaat arus masuk dan arus keluar. Rele ini
mendeteksi gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih atau
gangguan diluar wilayah proteksinya
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat penjelasan pada Gambar 2.13. dibawah ini:
1. Kondisi Tanpa Gangguan ( Normal )

Gambar 2.13. Kondisi Tanpa Gangguan


Pada saat kondisi tanpa gangguan ( normal ), arus yang mengalir pada kedua
transformator arus ( CT 1 dan CT 2 ) sama akan tetapi arah vector yang berlawanan
sehingga arus differential yang mengalir pada rele sama dengan nol ( saling
menghilangkan ) Id = I1 I2 = 0
2. Kondisi Gangguan Di Luar Daerah Pengamanan
Yang dimaksud dengan gangguan di luar daerah pengamanan, adalah
gangguan yang terjadi di luar daerah pengamanan

transformator antara

transformator arus 1 dan 2 ( CT 1 & CT 2 ) yang ditunjukkan pada Gambar 2.14.


Gambaran prinsip kerja rele ini diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

27

Gambar 2.14. Kondisi Gangguan Di Luar


Pada saat kondisi gangguan di luar daerah pengamanan, arah arus yang
mengalir pada transformator arus 1 dan 2 ( CT 1 & CT 2 ) sama sama kearah
ganggun yaitu menuju ke arah kanan. Pada kondisi tersebut arah arus yang mengalir
sama saja dengan keterangan kondisi tanpa gangguan ( gambar 2.13 ) di atas
sehingga arus differential yang mengalir pada rele sama dengan nol Id = I1 I2 = 0
3. Kondisi Gangguan Di Dalam Daerah Pengamanan
Yang dimaksud dengan gangguan di dalam daerah pengamanan, adalah
gangguan yang terjadi di dalam daerah pengaman transformator antara transformator
arus 1 dan 2 ( CT 1 & CT 2 ) yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Gambaran prinsip kerja rele ini diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.15. Kondisi Gangguan Di Dalam

28

Pada kondisi gangguan di dalam daerah pengaman, maka akan mengalir arus
gangguan menuju ke titik gangguan. Bila sebelumnya gangguan arus mengalir dari
CT 1 ke CT 2 , maka saat terjadi gangguan arus yang mengalir pada CT 2 berbalik
180 derajat, dengan demikian arus yang mengalir pada rele differential merupakan
penjumlahan vektor Id = I1 + I2 sehingga arus differential tidak sama dengan nol dan
rele bekerja.
2.8.1 Karateristik Rele Differential [4]
Dengan mempertimbangkan faktor inrush, posisi tap ( off nominal tap
position ), trafo interposing dan gangguan eksternal maka karateristik umum bias rele
differential biasanya dibuat atas tiga seksi yang dimulai dari kisaran setelan mulai
dari 0,1 s/d 0,5 Id seperti terlihat pada gambar 2.16. Dalam gambar terlihat ada tiga
seksi pengaman pada rele differential yaitu :

Seksi pertama disetel lebih tinggi dari arus magnetisasi trafo.

Seksi dua disetel untuk mengakomodasi bias pada posisi tap off nominal, baik
pada posisi maksimum maupun pada posisi minimum.

Seksi ketiga dibuat dengan sudut bias yang lebih besar untuk meningkatkan
kinerja rele pada gangguan gangguan eksternal yang besar.

Gambar 2.16. Karateristik Rele Differential

2.9. Rele Line Differential [6]


Prinsip kerja Rele line differential mengadaptasi prinsip kerja rele differential
yang digunakan pada transformator dan generator yaitu membedakan antara arus

29

yang masuk dengan arus yang keluar, yang membedakannya adalah daerah yang
diamankan cukup panjang sehingga diperlukan :
- Sarana komunikasi antara ujung SUTT.
- Rele sejenis pada setiap ujung SUTT.
Karena ujung-ujung SUTT dipisahkan oleh jarak yang jauh maka masingmasing sisi dihubungkan dengan :
-

Pilot wire

Fiber optic

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat blok diagram pada Gambar 2.17 dibawah ini:

Gambar 2.17. Blok Diagram Rele Line Differential


Contoh pengaman saluran udara tegangan tinggi yang paling umum saat ini
adalah rele distance. Namun, berkembangnya teknologi saluran komunikasi digital
telah memperbaharui minat dalam penggunaan rele line differential. Saat ini
penggunaan rele line differential memiliki banyak keuntungan. Salah satu
keuntungan paling menonjol adalah kesederhanaan dalam penyetelan. Penggunaan
prinsip perbedaan arus awalnya dikembangkan untuk mengamankan transformator,
busbar dan generator kemudian berkembang untuk digunakan pada saluran
transmisi. Rele pengaman ini biasanya menggunakan jenis saluran kabel pilot untuk
bertukar informasi analog antara terminal penghantar dan fiber optik untuk bertukar
informasi digital. Rele pengaman ini sangat mudah untuk penyetelannya. Rele
differential didefinisikan sebagai rele pengaman yang beroperasi ketika adanya
perbedaan arus dari dua CT. Jika perbedaan nilai arus melebihi setelan yang telah
ditentukan, maka rele line differential ini bekerja.

30

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.18 dibawah ini

Gambar 2.18. Prinsip Kerja Rele Line Differential


Dalam keadaan normal arus akan mengalir dari A ke B atau sebaliknya
tergantung pada kondisi pembangkitan dan beban di A maupun di B. Pada kondisi
normal ataupun terdapat gangguan di luar daerah pengamannannya, arus sekunder
pada transformator arus ( CT ) di A dan B akan mempunyai nilai yang sama tetapi
arah vector yang berlawanan : Id = IA IB = 0
Dalam hal ini rele line differential tidak bekerja karena tidak ada arus yang
melalui rele. Jika terjadi gangguan pada peralatan yang diamankan maka akan
mengalir arus gangguan menuju ke titik gangguan. Bila sebelum gangguan arus
mengalir dari A ke B, maka saat terjadi gangguan arus yang mengalir pada
transformator arus ( CT ) B berbalik 180 derajat, dengan demikian arus yang
mengalir pada rele line differential merupakan penjumlahan vektor : Id = IA + IB
Karena adanya arus Id yang besar mengalir melaui rele line differential , maka rele
tersebut akan bekerja.
Pada penghantar Indah Kiat Cikande rele pengaman utama yang digunakan
adalah rele line differential merek Alstom type micom P543. Rele tersebut bekerja
dengan cara menghitung selisih antara arus masuk dan meninggalkan zona yang
dilindungi. Sehingga ketika perbedaan arus pada kedua rele melebihi ambang batas
yang ditetapkan pada rele ( setting ), maka rele line differential akan bekerja untuk
memberi perintah trip pada Circuit Breaker (CB).
Adapun bentuk fisik rele line differential merek Alstom type micom P543
yang terpasang di Gardu Induk Indah Kiat adalah sebagai berikut :

31

Gambar 2.19. Rele Line Differential Merek Alstom Type Micom P543
Dari bentuk rele line differential merek Alstom type micom P543 terdapat :
1. Display sebagai alat monitoring pembacaan metering rele line differential Alstom
type micom P543 dan sebagai layar monitor untuk menampilkan semua fitur
setting
2. Lampu led dipakai untuk indikasi yang terjadi di rele line differential Alstom
type micom P543, menyalanya lampu led ini dapat didesain sesuai dengan
keinginan dari user
3. Sensor arus dan tegangan digunakan untuk pembacaan arus dan tegangan yang
mengalir di jaringan transmisi yang terpasang
4. Binary input digunakan untuk sensor inputan yang akan masuk ke dalam rele line
differential Alstom type micom P543 seperti status CB, sinyal receive dari Gardu
Induk lawan, dll
5. Binary output digunakan untuk kontak output dari rele seperti kontak trip, kontak
autoreclose, block autoreclose dll

2.10. Penetapan Nilai ( Setting ) Arus Kerja ( Pick-up ) Rele Line


Differential [7,8,11]
Peran saluran transmisi tegangan tinggi sangat penting, oleh karena itu
dibutuhkan sistem proteksi transmisi yang selektif , sensitif dan dapat bekerja dengan
cepat dalam mengamankan gangguan.

32

Untuk mencapai sensistifitas yang tinggi, rele dapat diseting agar dapat mendeteksi
semua gangguan pada transmisi atau disetting lebih sensitif, dengan ini sistem
proteksi juga meningkat, tetapi hal ini dapat menurunkan security sistem proteksi.
Penurunan security dapat berdampak pada tripnya rele pada saat ada kesalahan pada
transformator arus ( CT ) ketika gangguan eksternal yang tinggi. Untuk
menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan pemilihan nilai setting yang tepat
agar sistem proteksi transmisi dapat bekerja selektif, sensitif dan dapat bekerja
dengan cepat dalam mengamankan gangguan.
Berikut perhitungan penetapan nilai ( setting ) arus rele line differential
penghantar di lingkup PT PLN P3B Jawa Bali:
1.

Penetapan nilai (setting) arus pick-up


Penetapan nilai (setting) arus pick-up atau I differential merupakan elemen

setting rele line differential yang menentukan arus kerja minimum ( pick-up ).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penetapan arus pick-up adalah I differential
harus lebih besar dari arus pengisian ( charging current ).
Arus pengisian ( charging current ) adalah kebocoran arus kapasitif pada
saluran transmisi. Berbeda dengan arus beban, arus pengisian ke salah satu ujung
SUTT dan tidak keluar pada ujung yang lain. Jelas, arus pengisian akan
menyebabkan perbedaan arus ketika membandingkan arus di kedua ujung SUTT
Besarnya arus pengisian bisa dicari dengan persamaan ( 2.4 )
........................................................................................( 2.4 )
Besarnya Xc bisa dicari dengan persamaan ( 2.5 ) dan ( 2.6 )
........................................................................................... ( 2.5 )

............................................................................................... ( 2.6 )
Besarnya Is1 bisa dicari dengan persamaan ( 2.7 ) dan ( 2.8 )
Is1 ( primer ) = 0,2 x primer unit CT ................................................................. ( 2.7 )
Is1 ( sekunder ) = 0,2 x sekunder unit CT ........................................................... ( 2.8 )

33

Besarnya Is2 bisa dicari dengan persamaan ( 2.9 ) dan ( 2.10 )


Is2 ( primer ) = 2,0 x primer unit CT ................................................................ ( 2.9 )
Is2 ( sekunder ) = 2,0 x sekunder unit CT ........................................................ ( 2.10 )
Dimana,
Ic

Arus pengisian ( charging current ) , [ A ]

Is1

Arus pick-up / diferential , [ A ]

Is2

Ambang bias arus, diatas yang persentase lebih tinggi bias K2 yang
Digunakan , [ A ]

Xc

Reaktansi kapasitif SUTT , [ ]

Ln

Panjang penghantar , [ km ]

Line Suseptance [ S / km ]

Bt

Line Suseptance total [ S / km ]

2.

Waktu kerja

Rele line differential merupakan proteksi utama sehingga waktu kerja rele line
differential dibuat tanpa waktu tunda
3.

Karakteristik rele
Untuk meningkatkan faktor security, rele line differential dilengkapi dengan

karakteristik kurva kecuraman ( slope ). Slope merupakan harga tangen dari suatu
garis lurus. Daerah operasi rele berada di atas slope karakterisitik kurvanya
sedangkan daerah blok berada di bawahnya.

Gambar 2.20. Karakteristik Rele Line Differential

34

Dimana,
Is1

: Penyetelan differential arus yang menentukan tingkat pick-up


minimum rele

Slope 1 ( K1 ) : Untuk memblok error CT ( 10 % ), kesalahan pembacaan rele


(10 %) , faktor keamanan dan lain-lain ( 10 % ) sehingga K1
diperoleh 30% penjelasan K1 = 30% adalah K1 menunjukan sudut
16,7 drajat
Is2

: Ambang Bias arus, batas yang digunakan K2

Slope 2 ( K2 ) : Untuk memblok gangguan eksternal yang besar dan kejenuhan CT .


K2 = 100 % (untuk terminal yang memiliki lebih dari dua sisi)
150 % (untuk terminal yang memiliki dua sisi)
Sedangkan penjelasan K2 = 150 % adalah K2 menunjukan sudut 56,3
drajat
4.

Memasukan penetapan nilai ( setting ) ke Aplikasi Micom S1 Agile [11]


Aplikasi Micom S1 Agile adalah aplikasi yang dibuat oleh alstom untuk

mengkomunikasikan rele dengan PC dan di gunakan untuk mensetting semua fitur


yang ada di rele alstom dengan koneksi serial / RS232

Gambar 2.21. Koneksi Rele Line Differential Ke PC / Laptop


35

Gambar 2.22. Tampilan Pembuka Aplikasi Micom S1 Agile

Gambar 2.23. Tampilan Aplikasi Micom S1 Agile


36

2.11. Pengujian Rele Line Differential Penghantar [13]


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran penetapan nilai (setting)
arus kerja ( pick-up ) yang sudah dilakukan. Seandainya dalam pengujian rele line
differential tersebut tidak bekerja berati penetapan nilai (setting) arus kerja (pick-up)
harus diulangi lagi sampe menemukan penetapan nilai ( setting ) arus kerja (pick-up)
yang sesuai. Untuk pengujian dilakukan dengan cara mensimulasikan gangguan
menggunakan alat injeksi sekunder. Pengujian karateristik rele dan uji

fungsi

autoreclose / trip dilakukan pada proteksi utama rele line differential. Selain pada
saat penetapan nilai ( setting ) arus kerja (pick-up), pengujian ini dilakukan juga pada
saat pemeliharaan 2 tahunan guna menjaga kehandalan sistem proteksi tenaga listrik.
2.11.1. Alat Uji [13]
Beberapa peralatan yang digunakan dalam pengujian rele line differential/
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Injeksi Sekunder Doble F6150
Alat ini digunakan untuk melakukan pengujian sistem sisi sekunder Gardu
Induk dengan cara meng-injeksi-kan arus, tegangan, frekuensi sehingga diperoleh
waktu yang sesuai setting. Doble F6150 ini merupakan keluaran alat seri digital
dilengkapi dengan software.

Gambar 2.24. Alat Uji Doble F6150


Beberapa kelebihan dari alat ini adalah:
37

Bisa dioperasikan dengan software.


Hasil uji bisa disimpan sehingga efisiensi waktu.
Ketelitian hasil uji lebih akurat.
Dapat melakukan multiple test.
Dapat memberi arus injeksi maksimal 30A.
2. Aplikasi Software Doble F6Test
F6TesT dapat meng-kontrol otomatis instrumen F6150 dari PC atau laptop.
F6TesT dapat melakukan pengujian impedansi , tegangan , arus ,dan frekuensi.

Gambar 2.25. F6 Test Software


2.11.2. Pengujian Karateristik[13]
Pengujian karateristik rele line differential dilakukan dengan menggunakan
alat injeksi sekunder Doble F6150 ke CT test block yang terdapat di panel rele yang
terhubung ke sistem proteksi.
Pengujian karateristik rele line differential dilakukan untuk mengetahui hasil
arus kerja, arus kembali dan waktu kerja rele line differential. Pengujian karateristik
rele dilakukan dengan mensimulasikan arus gangguan fasa ke fasa atau fasa ke tanah
secara bertahap sampe rele bekerja dan setelah rele bekerja dilanjutkan dengan cara
menurunkan arus sampe rele tidak merasakan gangguan ( arus kembali ).

2.11.3. Pengujian Fungsi Autoreclose / Trip [13]

38

Pengujian fungsi autoreclose / trip dilakukan dengan menggunakan alat


injeksi sekunder doble F6150 ke CT test block yang terdapat di panel rele yang
terhubung ke sistem proteksi.
Pengujian fungsi autoreclose / trip dilakukan untuk mengetahui kerja pmt,
bunyi alarm dan indikasi yang muncul pada announciator pada panel proteksi.
Pengujian fungsi autoreclose / trip dilakukan dengan cara mensimulasikan seolah
olah rele line differential mendapat gangguan dengan cara menginjek arus sekunder
sebesar arus minimum kerja terhadap fasa ke fasa atau fasa ke tanah.

2.12 Regulasi [6,12]


Regulasi yang digunakan sesuai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik JawaMadura-Bali tahun 2007.
2.12.1. Kondisi Sistem Proteksi [6,14]
1. Variasi Frekuensi
Frekuensi nominal 50 Hz, diusahakan untuk tidak lebih rendah dari 49,5
Hz atau lebih tinggi dari 50,5 Hz, dan selama waktu keadaan darurat (emergency)
dan gangguan, frekuensi sistem diizinkan turun hingga 47.5Hz atau naik hingga 52.0
Hz sebelum unit pembangkit diizinkan keluar dari operasi (Aturan Jaringan Sistem
Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 2007).
2. Variasi Tegangan
Tegangan sistem harus dipertahankan dalam batasan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Batasan Tegangan Sistem berdasarkan Aturan Jaringan

39

3.Waktu Pemutus Gangguan


-

Kecepatan pemutusan gangguan (fault clearing time) ditentukan oleh :


kecepatan kerja (operating time) relai
kecepatan buka pemutus tenaga
waktu kirim sinyal teleproteksi
Sesuai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 2007, waktu

pemutusan gangguan proteksi utama :


Tabel 1.4. Standar Waktu Pemutusan Gangguan
Level Tegangan

Waktu Pemutus Gangguan

500 kV

90 ms

150 kV

120 ms

70 kV

150 ms

Sedangkan waktu pemutusan gangguan proteksi cadangan jauh adalah 400 - 800 ms.
Tabel 2.5 Waktu Kerja Rele Proteksi Utama
Tegangan

Waktu

500 kV

Maks 20 ms

275 kV

Maks 20 ms

150 kV

Maks 30 ms

70 kV

Maks 35 ms

4. Koordinasi Pembangkit
-

Setiap unit pembangkit yang tersambung ke sistem PLN P3B Jawa Bali harus
berkontribusi menanggung VAR beban sistem.

40

Semua seting pembangkit baru yang akan tersambung ke sistem PLN P3B Jawa
Bali harus dikoordinasikan dengan seting proteksi P3B untuk memperkecil
akibat gangguan pada fasilitas pemakai jaringan terhadap jaringan transmisi.

5. Syarat Teknik Pemasangan


Terkait dengan dengan proses penerimaan rele yang akan dipasang di sistem
PLN P3B Jawa Bali terdapat beberapa aturan, yaitu :
-

Rele proteksi yang akan dipasang di sistem PLN P3B Jawa Bali harus memenuhi

spesifikasi teknis yang disyaratkan PLN P3B Jawa Bali.


Rele proteksi utama yang akan dipasang di sistem PLN P3B Jawa Bali harus
lulus uji dinamik (relai jarak, relai diferensial penghantar,relai diferensial

transformator/ REF, buspro, CCP) yang telah dikeluarkan oleh PT PLN (Persero)
Semua rele baru harus menggunakan jenis numerical/ IED dengan standar

komunikasi IEC 61850.


Proteksi utama dan proteksi cadangan harus terpisah secara fisik/ hardware.
Untuk sistem proteksi di sistem 500 kV (penghantar dan transformator)

digunakan sistem duplikasi dengan tipe yang berbeda.


Proteksi cadangan harus terpisah untuk tiap unit, tidak dapat digabung antar unit/
bay yang berbeda (bay penghantar 1 dan bay penghantar 2 tidak dapat digabung

dalam satu proteksi cadangan).


Semua rel tegangan tinggi yang terhubung ke jaringan transmisi yang
merupakan outlet pembangkit atau outlet IBT (500/150 kV atau 150/70 kV)

harus dilengkapi dengan proteksi bus diferensial.


Semua gardu induk (GI) dengan sistem 1 PMT dan Double busbar dengan
prioritas : GI outlet IBT, GI Pembangkit, dan GI dengan minimal empat arah

outlet saluran transmisi harus mempunyai proteksi busbar.


Autorecloser merupakan peralatan bantu dapat dipasang dengan hardware
tersendiri maupun digabung dengan Relai Jarak/ Diferensial penghantar (rele
yang menginisiasi autorecloser) dan Syncrocheck.
Pola autoreclose yang diterapkan pada SUTT/SUTET yang tersambung ke

pembangkit adalah SPAR dengan Single shot reclose. Untuk busbar dengan sistem
1 PMT, PMT sisi busbar dan PMT tengah (PMT AB) keduanya di-reclose-kan
namun apabila terjadi keterlambatan reclose salah satu PMT dan PMT yang
reclose pertama final trip (gangguan permanen) maka PMT pasangannya tidak
akan reclose (diblok).

41

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

42

Penelitian ini dilakukan di Gardu Induk Indah Kiat 150 kV, PT PLN Area
Pelaksana Pemeliharaan Cilegon yang beralamat di Jalan Raya Serang Km 76
Desa Kragilan, Serang 42184 Banten.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pengambilan data dilakukan mulai tanggal
1 April s/d selesai.

3.2. Data
3.2.1. Sumber Data
Data pada penelitian ini diperoleh dari Gardu Induk Indah Kiat 150 kV.
3.2.2. Pengambilan Data
Proses pengambilan data pada penelitian skripsi ini menggunakan metode :
1) Studi literatur
Data-data yang diperoleh berasal dari dokumen, arsip, hasil laporan, dan buku
petunjuk operasi yang ada di Gardu Induk Indah Kiat 150 kV.
2) Penelitian lapangan
Dalam penelitian lapangan ini dilakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang ada di Switchyard Gardu Induk Indah Kiat 150 kV.
3) Wawancara
Bertanya langsung kepada operator dan supervisor Gardu Induk Indah Kiat 150
kV mengenai kebenaran data-data yang ada.

3.3. Tahapan Penelitian


Yang dimaksud dengan tahapan penelitian dalam hal ini adalah langkah - langkah
yang akan dilaksanakan pada skripsi ini, sehingga penelitian dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan, tahapan - tahapan tersebut adalah :
1. Pengumpulan data
2. Analisa data
3. Proses pengolahan data dengan melakukan analisa (perhitunganperhitungan) menggunakan rumus - rumus sesuai dengan teori dasar atau
landasan teorinya.
3.3.1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dikumpulkan dan dirangkum sehingga sebagaimana
dibahas di BAB IV. Data yang diperoleh adalah :
1. Data penghantar Indah Kiat Cikande di Gardu Induk Indah Kiat
Tabel 3.1 Data Jaringan SUTT 150kV Indah Kiat - Cikande
43

Data
Transmisi

Keterangan
Panjang Penghantar
Jenis Penghantar

Nilai
7.2 km
2 x ACSR
(Alumunium
Conductor Steel

Trafo arus
Trafo tegangan

Jumlah Sirkit
Line Resistance ( R1 )
Line Reactance ( X1 )
Line Suseptance ( B )
Tegangan Nominal
Kapasitas konduktor
Rasio CT
Rasio PT

Reinforced)
1
0.0387 /km
0.2807 /km
4.023 x 10 -6 S/km
150 kV
1620 A
2000/1 A
150000/100 V

Gambar 3.1 Singel Line Diagram Gardu Induk Indah Kiat 150 kV

44

Gambar 3.2 Single line Diagram Bay Cikande 2


2. Rele merek Alstom type micom P543
Pemilihan rele pengaman harus disesuaikan dengan sistem kelistrikan pada
GI yang bersangkutan, begitu pula dengan rele micom P543 memiliki spesifikasi
yang sesuai dengan sistem kelistrikan di Gardu Induk Indah Kiat. Tabel 3.1 berisi
tentang spesifikasi rele micom P543.
Tabel 3.2. Spesifikasi Micom P543
Pengukuran masukan AC

Arus AC

Tegangan

Frekuensi
50 atau 60
Hz

In
1 A atau
5A

110V-250V
DC

Rotasi fasa
ABC atau
CBA

45

Skema
Trip
1 pole
atau 3
pole

Gambar 3.3 Tampilan muka rele line differential merek Alstom type micom P543
3. Alat Uji Injeksi Sekunder Doble F6150

Gambar 3.4. Alat Uji Doble F6150


3.3.2. Analisa Data
Analisis data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan
analisis data

yang

diperoleh mampu memberikan arti dan makna untuk

memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan penelitian. Setelah data


dikumpulkan, kemudian data di analisis untuk meyakinkan kebenarannya.
Pada penelitian ini alat dan bahan yang diperlukan antara lain :
1.

Data spesifikasi rele merek Alstom type micom P543

2.

Rele line differential merek Alstom type micom P543

3.

Singel line diagram Gardu Induk Indah Kiat

4.

Data penghantar Indah Kiat Cikande di Gardu Induk Indah Kiat


46

5.

Laptop yang digunakan untuk memasukan hasil penetapan nilai ( setting )


pada Aplikasi Micom S1 Agile dan pengujian rele line differential

6.

Alat uji Injeksi Sekunder Doble F6150

3.3.3. Proses Analisis


Berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian analisis menggunakan
rumus-rumus sesuai dasar teorinya, analisis tersebuat meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menghitung nilai arus pengisian


Menghitung nilai ( setting ) arus pick-up
Menghitung nilai ( setting ) arus bias
Menentukan nilai ( setting ) karateristik slope 1
Menentukan nilai ( setting ) karateristik slope 2
Menetapkan nilai ( setting ) waktu
Memasukan hasil perhitungan penetapan nilai ( setting ) ke dalam rele line

diffrential merek alstom type P543


8. Melakukan uji karateristik rele line differential jaringan trasmisi Indah kiat
arah Cikande
9. Melakukan uji fungsi autoreclose / trip rele line differential jaringan
trasmisi Indah kiat arah Cikande

3.4 Diagram Alur Metode Penelitian

47

Gambar 3.5 Diagram Alur Metode Penelitian

BAB IV

48

PEMBAHASAN

4.1 Umum
Pada skripsi ini yang akan dibahas adalah Studi Penetapan Nilai ( Setting )
Arus Kerja ( Pick-up ) Rele Line Differential Pada Jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat
- Cikande, pengambilan data data dilakuan di Gardu Induk Indah Kiat dari tanggal
1 April 2015 s/d selesai. Rele yang digunakan adalah Rele Line Differential merek
Alstom type micom P543 yang terpasang pada Gardu Induk Indah Kiat

pada

jaringan SUTT 150 kV Cikande. Dalam pembahasan penetapan nilai ( setting ) arus
kerja ( pick-up ) rele line differential yang dibahas yaitu perhitungan penetapan nilai
( setting ) arus kerja ( pick-up ) dan pengujian penetapan nilai ( setting ) arus kerja
(pick-up) rele line differential. Adapun hasil perhitungan penetapan nilai ( setting )
arus kerja (pick-up) rele line diferential penghantar Indah Kiat Cikande didapat
berdasarkan parameter-parameter yang diperoleh dari data - data peralatan yang
sudah ada di Gardu Induk Indah Kiat.

4.2 Penetapan Nilai ( setting ) rele Line Differensial


Dalam pembahasan perhitungan penetapan nilai (setting) rele line differential
merek Alstom type micom P543 pada jaringan SUTT 150kV Indah Kiat Cikande,
langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1.

Melakukan perhitungan arus pengisian (charging current )

2.

Melakukan perhitungan arus kerja / pick-up ( Is1 )

3.

Melakukan perhitungan arus bias ( Is2 )

4.

Melakukan penetapan nilai ( setting ) karakteristik rele ( slope ) K1 dan K2

5.

Melakukan penetapan nilai ( setting ) waktu

4.2.1 Perhitungan Arus Pengisian ( Charging Current )


Secara sederhana jaringan SUTT 150kV Indah Kiat - Cikande bisa dilihat

49

pada Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Diagram Sederhana Satu Garis SUTT Indah Kiat Cikande
Besar arus pengisian (charging current) bisa dicari menggunakan persamaan (2.4),
(2.5) dan (2.6) berikut :

Arus pengisian (charging current) disisi Primer

50

Sehingga arus pengisian (charging current) disisi sekunder :

4.2.2

Perhitungan arus kerja / pick-up ( Is1 )

Besar Is1 bisa dicari dengan menggunakan persamaan (2.7) dan ( 2.8 ) yaitu:

51

4.2.3

Perhitungan Arus Bias ( Is2 )

Besar Is2 bisa dicari menggunakan persamaan ( 2.9 ) dan ( 2.10 ) yaitu:

4.2.4

Penetapan Nilai ( Setting ) Karakteristik ( Slope ) K1 dan K2


Untuk meningkatkan faktor security, rele line differential dilengkapi dengan

karakteristik kurva kecuraman (slope). Berdasarkan perhitungan dari pabrikan


mengenai kesalahan pembacaan CT, kesalahan pembacaan rele , faktor keamanan
dan lain-lain maka setting slope 1 ( K1 ) ditentukan :
Slope 1 ( K1 ) = 30%
Karena penghantar 150 kV Indah Kiat Cikande mempunyai 2 sisi jaringan
maka setting yang dipake pada slope 2 ( K2 ) adalah :
Slope 2 ( K2 ) = 150% ( 2 sisi penghantar )
4.2.5

Penetapan Nilai ( Setting ) Waktu


Karena rele line differential merupakan pengaman utama dalam penghantar

Indah Kiat Cikande maka setting waktu dibuat tanpa waktu tunda yaitu :
t = 0 detik

52

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapat parameter penetapan nilai


(setting) yang akan dimasukan ke rele line differential merek Alstom type micom
P543 dengan menggunakan PC / laptop yang sudah terinstal aplikasi bawaan dari
pabrikan yaitu Aplikasi Micom S1 Agile. Sebagaimana tabel 4.1 berikut ini
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Penetapan Nilai (Setting) Arus
Rele Line Differential
Penetapan

Hasil Perhitungan

Is1

200mA

Is2

2A

K1

30 %

K2

150 %

Hasil perhitungan pada tabel 4.1 kemudian diedit / dimasukan ke dalam


Aplikasi Micom S1 Agil, gambar tampilan penetapan nilai ( setting ) bisa dilihat
pada gambar 4.2 dibawah ini :

53

Gambar 4.2 Tampilan Penetapan Nilai (Setting) Pada Aplikasi Micom S1 Agile

Penjelasan gambar 4.2 diatas sebagai berikut :


Pada GROUP 1 LINE PARAMETER diedit :

Panjang jaringan SUTT 150kV Indah Kiat-Cikande = 7.2 km

Tegangan yang digunakan pada jaringan SUTT 150kV Indah


Kiat-Cikande = 150 kV

Rasio CT primer yang digunakan pada jaringan SUTT 150kV


Indah Kiat-Cikande = 2000 A

Rasio CT sekunder yang digunakan pada jaringan SUTT


150kV Indah Kiat-Cikande = 1 A

Rasio PT primer yang digunakan pada jaringan SUTT 150kV


Indah Kiat - Cikande = 150000 V

Rasio PT sekunder

yang digunakan pada jaringan SUTT

150kV Indah Kiat - Cikande = 100 V

Rotasi fasa = ABC

54

Pada GROUP 1 PHASE DIFF diedit :

Phase Diff

= Enabled ( aktif )

Phase IS1

= 200 mA

Phase IS2

=2A

Phase k1

= 30 %

Phase k2

= 150 %

Setelah itu data disimpan dan penetapan nilai ( setting ) arus rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat Cikande selesai.
Dengan melakukan pengisian parameter parameter diatas ke dalam rele
line differential maka dapat diperoleh gambaran grafik karakteristik kerja rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande pada gambar 4.3
dibawah ini :

Gambar 4.3. Grafik Karakteristik Kerja Rele Line Differential


Daerah kerja rele line differential pada jaringan SUTT 150kV Indah Kiat Cikande berada diatas garis kurva, sedangkan pada daerah di bawah garis kurva rele
line differential tidak akan bekerja

4.3. Pengujian Hasil Penetapan Nilai (Setting) Arus Kerja (Pick-up)


Setelah memasukan penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up ) pada rele

55

line differential merek Alstom type micom P543, kemudian penetapan nilai ( setting )
tersebut dilakukan pengujian agar diketahui kebenaran hasil penetapan nilai (setting)
arus kerja ( pick-up ) yang sudah ditetapkan pada rele line differential merek Alstom
type micom P543 pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande. Berikut langkah
langkah yang dilakukan dalam pengujian penetapan nilai ( setting ) arus kerja
(pick-up) yang sudah ditetapkan :
1. Tahap persiapan alat :

Persiapkan alat uji Doble F6150

Persiapkan laptop / PC yang digunakan untuk pengujian

Persiapkan kabel dan accessories lainnya

Persiapkan tool set yang diperlukan

Persiapkan blanko pengukuran atau pengujian

Persiapkan test block untuk pengujian

2. Tahap pelaksanaan pengujian :

Pengujian kareketeristik rele

Pengujian fungsi Autoreclose / Trip

3. Tahap Akhir ( finishing ) :

Simpan data pada laptop / PC

Matikan alat uji dan laptop / PC

Lepas kabel kabel yang digunakan dalam pengujian

Selesai

4.3.1. Pengujian Kareteristik Rele


Penguji karateristik rele Line Differential digunakan untuk mengetahui
kebenaran hasil settingan arus kerja ( pick-up ) , arus kembali , dan waktu kerja.
Untuk pengujiannya dilakukan dengan cara menaikan arus secara bertahap sampai
rele line differential seolah olah merasakan gangguan dan rele line differential
bekerja ( arus kerja rele ) setelah rele tersebut bekerja dilanjutkan dengan cara
menurunkan arus pada alat uji sampai rele tidak merasakan gangguan ( arus kembali
rele ). Berikut langkah langkah pengujian karateristik rele line differential :

56

1. Pasang kabel grounding ke peralatan dan pastikan sistem grounding telah benar.
2. Sambungkan peralatan dan kabel konektor sesuai dengan fungsi masing masing
3. Periksa dan pastikan semua kabel telah terpasang dengan baik.
4. Nyalakan alat uji injeksi sekunder dengan menekan sakelar POWER ke posisi
ON.
5. Buka program F6150 pada komputer/ laptop.
6. Setelah aplikasi terbuka lakukan pengisian nilai ( angka ) pada kolom objek ukur
arus kemudian arus dinaikan sedikit demi sedikit sampai didapat nilai arus yang
membuat rele bekerja ( pick-up )
7. Pada saat rele line differential bekerja aplikasi Doble F6Test tersebut juga
menghitung waktu kerja rele
8. Setelah diperoleh nilai kerja rele dan waktu kemudian pada kolom objek ukur
arus yang sama turunkan nilai arus sedikit demi sedikit sampe rele tidak
merasakan gangguan ( arus kembali )
9. Simpan hasil pengukuran yang tampil pada display monitor.
10. Pengujian karateristik rele line differential selesai
Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian pengujian pada rele line differential
pada jaringan SUTT 150kV Indah Kiat Cikande berupa rangkaian dari alat uji,
rele line differential, test block, laptop, dan lain-lain bisa di lihat pada gambar 4.4
dibawah ini :

57

Gambar 4.4. Rangkaian Pengujian Karateristik Rele Line Differential


Setelah melakukan pengujian karateristik rele line differential dengan cara
diatas didapat hasil uji karateristik rele sebagai berikut :
Tabel 4.3. Hasil Uji Karektersistik Rele Line Differential

58

PENGUJIAN KARAKTERISTIK KERJA RELE


HASIL UJI ARUS DAN WAKTU KERJA
ARUS
ARUS
WAKTU
KERJA
KEMBALI
(S)
( A)
( A)

FASA

SETTING
ARUS
( A)

0,2

0,099

0,08

0,0222

0,2

0,099

0,08

0,0298

0,2

0,098

0,08

0,0202

Dimana :
Setting Arus

= Setting arus yang ada pada rele line differential

Arus kerja

= Arus yang dibutuhkan untuk rele line differential bekerja

Arus kembali

= Arus yang dibutuhkan untuk rele line differential tidak


bekerja ( rele tidak merasakan gangguan )

Waktu (s)

= waktu kerja rele line differential dalam detik

Dari hasi uji karakteristik dapat diketahui performa rele line differential meliputi
sensitifitas kerja rele , arus kerja ( pick-up ) , arus kembali , dan waktu kerja rele.
Kalau dilihat dari hasil uji diatas diperoleh hasil uji arus kerja ( pick-up ) setengah
dari penetapan nilai (setting) yang ada yaitu: fasa R = 0.099 A, S = 0,099 A, T =
0,098 A , itu dikarenakan pengujian dilakuan pada satu sisi rele penghantar saja
yaitu pada Gardu Induk Indah Kiat, untuk pengujian arus kembali ( rele tidak
merasakan gangguan ) diperoleh hasil fasa R = 0.08 A, S = 0,08 A, T = 0,08 A, dan
pengujian waktu di peroleh fasa R = 0.0222 detik, S = 0,0298 detik, T = 0,0202
detik.

4.3.2. Penguji Fungsi Autoreclose / Trip


Pengujian fungsi autoreclose / trip digunakan untuk mengetahui kebenaran
penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up) pada rele line differential yang sudah
ditetapkan diatas. Untuk pengujian fungsi autoreclose / trip dengan cara
59

mensimulasikan rele seolah-olah

rele mendapatkan gangguan dengan cara

menginjek arus sekunder sebesar 0.1 A ( setting kerja rele ) terhadap fasa netral
dan fasa fasa.
Langkah langkah pengujian fungsi autoreclose / trip pada rele line differential :
1. Pasang kabel grounding ke peralatan dan pastikan sistem grounding telah benar.
2. Sambung peralatan dan kabel konektor sesuai dengan fungsi masing masing
3. Periksa dan pastikan semua kabel telah terpasang dengan baik.
4. Nyalakan alat uji injeksi sekunderdengan menekan sakelar POWER ke posisi
ON.
5. Buka program F6150 pada komputer.
6. Setelah aplikasi terbuka lakukan pengisian nilai ( angka ) 0,1 A pada kolom objek
ukur arus kemudia lakukan pengujian sebagai berikut:

Pengujian fasa terhadap netral :


Fasa R N
Fasa S N
Fasa T N

Pengujian antar fasa terhadap fasa :


Fasa R S
Fasa R T
Fasa S T.

7. Setelah semua pengujian fasa terhadap netral dan fasa terhadap fasa dilakukan
kemudian simpan hasil pengujian yang tampil pada display monitor.
8. Matikan peralatan, cabut semua kabel pengujian dan pengujian selesai
Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian pengujian pada rele line differential
pada jaringan SUTT 150kV Indah Kiat Cikande berupa rangkaian dari alat uji,
rele line differential, test block, laptop, dan lain-lain bisa di lihat pada gambar 4.4
dibawah ini :

60

Gambar 4.5. Rangkaian Pengujian Fungsi Autoreclose/Trip Rele Line Differential

61

Setelah melakukan pengujian dengan cara diatas didapat hasil uji uji
Autoreclose / Trip dibawah ini :
Tabel 4.4. Hasil Uji Autoreclose / Trip
UJI FUNGSI TRIP
Proteksi
-Line diff
fasa
netral

-Line diff
fasa
fasa

Simulasi
gangguan
-Injeksi
sekunder
0,1 A
fasa
R- N,
S- N,
R-N
-Injeksi
sekunder
0,1 A
fasa
R-S,
S-T,
R-T

PMT
Trip

Ok

Ok

Alarm

Ok

Ok

Indikasi
Rele
Announciat
or
-Diff trip
-Pengaman
R/S/T
utama
-Led trip
rele line
R/S/T
diff
bekerja
-Auto
reclose
bekerja
-Diff trip
-Pengaman
R/S/T
utama
-Led trip
rele line
R/S/T
diff
bekerja

Trip
check

Reclose

Trip

Dimana :
Proteksi

= Daerah yang dilakukan untuk uji fungsi autoreclose


atau trip

Simulasi gangguan

= Cara melakukan uji simulasi autoreclose / trip

PMT trip

= Menunjukan status PMT trip

Alarm

= Menunjukan adanya alarm yang muncul saat rele


bekerja

Indikasi

= Menunjukan apa saja indikasi pada waktu rele line


differential bekerja

Trip check

= Status yang menunjukan PMT berhasil menutup


kembali atau tidak

62

Dari data hasi uji fungsi autoreclose / trip dengan cara menginjek arus
sekunder sebesar 0.1 A ( setting kerja rele ) terhadap fasa netral dapat diketahui
hasilnya yaitu :

PMT bekerja ( trip )

Alarem berbunyi

Indikasi yang muncul di rele :


Lampu led Diff trip fasa R/S/T menyala
Lampu led trip menyala

Indikasi yang muncul di announciator :


Pengaman utama rele line diff bekerja
Auto reclose bekerja

Sedangkan pada fasa terhadap fasa diperoleh hasil :

PMT bekerja ( trip )

Alarem berbunyi

Indikasi yang muncul di rele :


Lampu led Diff trip fasa R/S/T menyala
Lampu led trip menyala

Indikasi yang muncul di announciator :


Pengaman utama rele line diff bekerja

63

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan perhitungan pada bab bab sebelumnya
mengenai studi penetapan nilai ( setting ) arus kerja (pick-up ) rele line differential
pada jarigan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan penetapan nilai (setting) arus kerja (pick-up)
rele line differential didapat hasil sebagai berikut:
a. Penetapan nilai ( setting ) arus kerja / pick-up ( Is1 ) = 200mA
b. Penetapan nilai ( setting ) arus bias ( Is2 ) = 2 A
c. Penetapan nilai ( setting ) slope 1 ( K1 ) = 30 %
d. Penetapan nilai ( setting ) slope 2 ( K2 ) = 150%
2. Berdasarkan hasil uji rele yang dilakukan di Gardu Induk Indah Kiat dengan
menggunakan alat uji merek doble type : F6150, didapat hasil uji sebagai
berikut :
Hasil Uji Karateristik Rele
Arus kerja rele ( pick-up ) :
Fasa R = 0.099 A
Fasa S = 0.099 A
Fasa T = 0.098 A
Arus kembali :
Fasa R = 0.08 A
Fasa S = 0.08 A
Fasa T = 0.08 A
Waktu :
Fasa R = 0.0222 detik
Fasa S = 0.0298 detik
Fasa T = 0.0202 detik
Kalau dilihat dari hasil uji diatas diperoleh hasil uji arus kerja ( pick-up )
setengah dari setting yang ada yaitu 0.099 A , itu dikarenakan pengujian dilakuan
pada satu sisi rele jaringan saja yaitu pada Gardu Induk Indah Kiat.

64

Uji Fungsi Autoreclose / trip


Dengan melakukan uji fungsi autoreclose / trip dengan cara
simulasi gangguan ( Injek sekunder ) 0.1 A terhadap fasa netral
didapat hasil :
Bunyi Alarem
PMT trip
Pada rele muncul indikasi LED trip R/S/T
Pada rele muncul indikasi DIFF trip R/S/T
Pada anunciator muncul indikasi pengaman utama bekerja
Dengan melakukan uji fungsi autoreclose / trip dengan cara
simulasi gangguan ( Injek sekunder ) 0.1 A terhadap fasa fasa
didapat hasil :
Bunyi Alarem
PMT trip
Pada rele muncul indikasi LED trip R/S/T
Pada rele muncul indikasi DIFF trip R/S/T
Pada anunciator muncul indikasi pengaman utama bekerja
Dengan hasil pengujian karateristik dan uji fungsi autoreclose / trip diatas,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa rele line differential pada jaringan SUTT
150kV Indah Kiat Cikande bekerja sesuai penetapan nilai ( setting ) yang
ditetapkan.

5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut penulis memberi saran agar dalam
pemasangan rele line differential tidak hanya pada penghantar jarak pendek saja,
akan tetapi pada penghantar jarak jauh juga, sehingga keandalan sistem proteksi
penyaluran di PLN ( PERSERO ) kususnya P3B Jawa Bali semakin handal.

65

Anda mungkin juga menyukai