PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem ketenagalistrikan selalu berkembang sejalan dengan kebutuhan
masyarakat dalam memanfaatkan energi listrik. Untuk itu, PLN sebagai pemasok
utama energi listrik di Indonesia akan selalu menghadapi tuntutan peningkatan
keandalan yang terus menerus. Salah satu usaha untuk memenuhi tuntutan
tersebut yaitu membatasi dampak yang ditimbulkan akibat adanya gangguan.
Jaringan listrik di Indonesia mempunyai tegangan yang berbeda-beda sesuai
dengan tinggi rendahnya tegangan yang dihasilkan. Jaringan tegangan tinggi
(high voltage) di Indonesia terdiri dari tegangan 70 kV dan 150 kV. Tegangan
ekstra tinggi (extra high voltage) yang mempunyai tegangan 500 kV. Gangguan
pada instalasi sistem tenaga listrik tidak mungkin dapat dihindari, oleh karena itu
untuk mengurangi dampak dari gangguan dan memperkecil daerah gangguan,
maka dibutuhkan suatu sistem pengaman. Sebagai salah satu peralatan yang
sangat penting dalam sistem tenaga listrik, SUTT memerlukan juga sistem
pengaman yang baik. Pemilihan pengaman ditentukan tidak hanya oleh
pertimbangan ekonomis saja tetapi oleh pertimbangan operasional dan jenis
gangguan. Pada umumnya rele distance digunakan untuk pengaman utama pada
SUTT, Hanya saja pada transmisi jarak pendek rele line differential lebih andal
dibandingkan dengan rele distance. Terjadi beberapa kasus rele distance tidak trip
pada zone dua, yang menyebabkan pengaman cadangan bekerja. Hal ini
disebabkan karena perbedaan impedansi pada zone satu dan zone dua memiliki
perbedaan yang kecil. Rele line differential juga merupakan peralatan pengaman
utama pada SUTT. Rele tersebut digunakan untuk mengamankan SUTT terhadap
gangguan yang berada diwilayah pengamananya. Agar dapat melokalisir
gangguan, diperlukan perhitungan penetapan nilai ( setting ) arus kerja ( pick-up )
dengan memasukkan parameter-parameter yang mempengaruhi unjuk kerja rele
pengaman tersebut. Dengan adanya rele pengaman yang andal, maka dapat
mengurangi akibatakibat buruk yang ditimbulkan oleh adanya gangguan. Untuk
monitoring keberhasilan dan kebenaran penetapan nilai ( setting ) yang telah
Differential.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Fungsi Saluran Transmisi Sebagai Penyalur Daya Listrik [5]
Pada umumnya pembangkit tenaga listrik berada pada tempat-tempat yang
jauh dari pelanggan listrik. Tenaga listrik yang dibangkitkan tersebut kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi. Jadi fungsi saluran transmisi adalah sebagai
penyalur daya listrik dari 1 tempat ke tempat yang lain semisal dari pembangkit ke
gardu induk atau dari gardu induk ke gardu induk ataupun dari gardu induk ke
konsumen. Saluran transmisi dibedakan menjadi dua macam yaitu saluran udara dan
bawah tanah. Saluran udara merupakan sarana yang terbentang di udara untuk
menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Listrik ke Gardu Induk atau dari
Gardu Induk satu ke Gardu Induk lainnya yang disalurkan melalui konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator dengan sistem
tegangan rendah 20kV atau tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV serta tegangan ekstra
tinggi 500 kV. Sedangkan pada umumnya saluran transmisi berupa saluran udara
karena biaya pembangunannya lebih murah dibandingkan dengan saluran bawah
tanah. Hanya saja saluran udara lebih terpengaruh oleh cuaca buruk dan kondisi alam
sekitarnya yang dapat menyebabkan gangguan.
Surja Petir
Angin/Badai
Pemburukan isolator
Pepohonan
Manusia
dan lain-lain.
Sedangkan secara elektris, gangguan saluran transmisi udara diantaranya:
berlangsung
singkat
dan sesaat,
tidak
magnet yang di bangkitkan oleh coil, jika gaya tarik coil lebih besar dari gaya tarik
pegas maka kontak rele akan menutup sehingga S.L ( signal light ) akan menyala.
Sedangkan rele proteksi adalah Perlengkapan untuk mendeteksi gangguan
atau kondisi ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik, dalam rangka untuk
membebaskan/ mengisolasi gangguan, menghilangkan kondisi tidak normal, dan
untuk menghasilkan sinyal atau indikasi (SPLN T5.002-1: 2010).
Secara garis besar bagian dari rele proteksi terdiri dari tiga bagian utama,
seperti pada blok diagram dibawah ini :
2. Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada
saat keadaan normal dengan besaran arus kerja rele.
3. Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran
ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal.
Pada sistem proteksi menggunakan rele proteksi sekunder untuk lebih
jelasnya bisa dilihat rangkaian rele proteksi dibawah ini :
2.3.1
satu besaran tunggal, misalnya seperti rele arus lebih yang prinsip kerjanya hanya
berdasarkan arus gangguan semata. Namun dalam rangka memenuhi keperluan
proteksi efektif yang memenuhi kriteria cepat, selektif, dan stabil yang dapat disetel
sesuai konfigurasi jaringan, kondisi operasi yang berbeda-beda dan faktor lain seperti
konstruksi dan ukuran sistem tenaga yang juga berbeda-beda, maka suatu rele
proteksi seyogyanya dapat dibuat utuk merespon terhadap berbagai perubahan
besaran listrik. Sebagai contoh, meskipun sebuah rele arus lebih dapat digunakan
untuk memproteksi jaringan distribusi radial hanya berdasarkan level arus gangguan,
namun pada jaringan tenaga listrik yang kompleks sistem proteksi tidak lagi bisa
hanya mengendalikan pengukuran besaran tunggal. Untuk mendapatkan proteksi
secara efektif maka perangkat proteksi perlu mampu merespon besaran besaran
listrik lain seperti besaran daya, sudut fasa, frekuensi, tegangan ataupun impedansi
jaringan yang berguna untuk menentukan arah dan jarak gangguan. Sebagaimana
diketahui, pada dasarnya besaran listrik terdiri dari besaran besaran komplek yang
perlu diukur oleh elemen elemen pengukur suatu rele proteksi. Secara analitik
besaran komplek tersebut biasanya disajikan dalam bentuk matematika dan grafik.
Sebagaimana sudah disebut diatas, dalam prakteknya tidak mungkin
membuat sebuah rele yang dapat berfungsi untuk mengamankan semua jenis
gangguan hanya dengan menggunakan suatu besaran tunggal. Tetapi suatu sistem
proteksi yang lengkap perlu didesain dapat bekerja atas kombinasi beberapa besaran
listrik. Para teknisi sistem proteksi listrik bisa merancang sistem proteksi sesuai
bentuk dan jenis jaringan, kondisi operasi, jenis gangguan, sistem pentanahan, dan
lain sebagainya yang perlu dipelajari terlebih dahulu sehingga dengan diperoleh
sistem proteksi yang paling tepat.
Untuk pengaman sistem tenaga listrik khusunya dengan tegangan tinggi maka
diperlukan beberapa rele proteksi sebagai pengamannya. rele proteksi dibagi menjadi
beberapa macam diataranya :
1. Untuk Trafo
a. Rele Differensial
b. Rele Arus Lebih
c. Rele SBEF ( Stand by earth fault )
d. Rele REF ( Restricted earth fault )
e. Rele Suhu
f. Rele Tekanan Lebih
g. Rele Buchloz
h. Rele Jansen
Fungsi rele yang terpasang pada trafo :
1. Rele Differensial
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung singkat
yang terjadi didalam daerah pengaman trafo.
2. Rele Arus Lebih
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa dan fasa ketanah didalam maupun diluar daerah pengaman trafo.
10
11
bekerja untuk
12
3. Power Supplay
Berfungsi untuk menyuplai daya ke rele proteksi dan PMT agar rele tersebut
dapat mengolah informasi yang diterima dan memberikan perintah ke PMT yang
diperlukan. Dengan power supply tersebut PMT dapat melaksanakan perintah open /
close yang diterima dari rele pengaman.
4. Pengawatan / wiring
Berfungsi menghubungkan semua elemen tersebut di atas membentuk suatu
sistem proteksi.
5. Rele Pengaman
Berfungsi mendeteksi gangguan atau kondisi abnormal lainnya yang
selanjutnya memberi perintah trip pada PMT.
6. Sistem komunikasi
Berfungsi untuk keperluan komunikasi antara rele rele yang terpasang
pada Gardu Induk yang diamankannya
2.4.1. Trafo Arus [8]
Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer
(Tegangan ekstra tinggi , Tegangan Tinggi dan Teganan Menegah) yang berskala
besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran
arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
Contoh: rasio CT dengan nominal arus : 2000/1A
Nilai 2000 A menunjukan arus nominal pembacaan sisi primer CT
Nilai 1 A menunjukan arus nominal pembacaan sisi sekunder CT
2.4.1.1. Prinsip Trafo Arus Berdasarkan Rumus [8]
Rumus dasar dari tarfo arus adalah sebagai berikut :
I 1 N 1 I 2 N 2 .............................................................................................( 2.1 )
13
I1 = Arus Primer
I2 = Arus Sekunder
Berikut ini merupakan contoh dari trafo arus dengan multi rasio dan tarfo arus
dengan 2 inti atau lebih :
1. Trafo arus dengan multi rasio
Contoh : 100-200-300-400-500-2000/1A
Maka trafo arus ini memiliki beberapa tap nominal pembacaan primer
100, 200, 300, 400, 500, 2000 Ampere
14
[8]
Kurva magnitisasi, terdiri dari daerah linear, daerah lutut dan daerah jenuh
(saturation). Trafo arus tidak boleh bekerja pada daerah jenuh, maka dari itu
diperlukan titik lutut atau tegangan lutut (Vk).
1. Berdasarkan BS 3938, Vk adalah titik dimana bila arus eksitasi
dinaikan 50% maka tegangan akan naik 10%.
2. Berdasarkan ANSI, Vk adalah titik singgung garis dengan sudut 45
dengan kurva tegangan vs arus eksitasi yang digambar pada skala log-log.
Ciri-ciri CT untuk meter dan untuk rele :
1. Untuk meter :
Cepat jenuh
2. Untuk rele :
Kejenuhan tinggi
15
2. Sebagai isolasi antara sisi tegangan tinggi atau yang diukur/diproteksi dengan
alat ukurnya/proteksinya.
Berikut ini contoh tarfo tegangan dengan nilai rasio = (500.000/1,732) /
(100/ 1,732). Maka tegangan kerja nominal phase phase 500000 Volt pada sisi
primer dan 100 Volt pada sisi sekunder
2.4.2.1. Jenis trafo tegangan. [9]
Trafo tegangan mempunyai 2 jenis yaitu :
1. Trafo tegangan dengan inti besi seperti transformator biasa
2. Trafo tegangan dengan kapasitor.
Berikut ini merupakan salah 1 gambar tarfo tegangan dengan tipe Capasitor :
16
17
Dari contoh diatas dapat dibaca tegangan operasi nominal primer 500000 Volt
dan tegangan pembacaan nominal sekunder 100Volt dengan kemampuan
pembebanan 30VA.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan sekunder trafo
tegangan :
1. Salah satu sisi sekunder harus dibumikan
2. Rangkaian sekunder harus dipasang sekering atau MCB sedekat
mungkin dengan terminal sekunder.
3. Rangkaian sekunder harus terbuka (open)
2.4.3. Power Supplay [10]
Power supplay merupakan suatu hal yang terpenting dalam sistem proteksi
tenanga listrik, tanpa power supplay semua peralatan tidak bisa digunakan
sebagaimana fungsinya. Sistem supplay yang dipakai di sering kali menggunakan
sitem DC 110Vdc dan 48Vdc disebabkan andalnya sistem supplay DC.
Yang dimaksud dengan Sistem DC adalah Sistem pasokan arus searah untuk sistem
proteksi dan kontrol yang bersumber dari batere yang beroperasi paralel dengan
Rectifier / Charger.
System arus searah digunakan untuk tujuan kontrol dan monitoring, tetapi
dipakai juga untuk pengendali supply power arus searah dan sebagai part dari suatu
system emergensi melalui inverter pada pengarah arus bolak-balik
Energi yang diperlukan disimpan di dalam Batere dengan konversi oleh
rectifier dan inverter. Dalam operasi normal beban DC disupply melalui rectifier,
Batere hanya sebagai penyangga pada kejadian (event) arus beban yang tinggi atau
gangguan di dalam A.C.supply, terutama sekali untuk memastikan bahwa unit
pembangkit menutup dengan aman (shut down safely).
System DC yang dipakai di Gardu Induk untuk menyediakan daya (Power)
dan untuk tujuan kontrol mempunyai tegangan 110 atau 220 Vdc, selagi terus
meningkat penggunaan elektronika juga telah mendorong tegangan sistem DC
rectifier-battery 24 dan 48 V disatukan, bila system D.C kontrol elektronik tidak
memiliki sendiri supply DC 24/48 V hal ini dipasok oleh 110/220V DC system
melalui DC Converter.
18
tiga
fasa
diusahakan
tersambung
secara
seimbang
(symmetrically) yang memungkinkan dibentuk dua busbar tiga fasa, unit Rectifier
batere juga tersambung pada masing-masing Rel.
Output tegangan D.C dari Rectifier dan juga Batere dapat tersambung secara
terpisah pada busbar tegangan D.C, dengan demikian memberikan fleksibilitas
operasi yang lebih besar.
Rangkaian remote kontrol dan signaling yang memerlukan tegangan 60 V,48V dan
24V adalah lebih baik menggunakan system direct control dari 220V dan 110V
dengan menggunakan Converter, bila diperlukan dengan bantuan Inverter agar
menjamin tingkat keandalan busbar tegangan AC dari busbar tegangan arus searah
(DC)
Berikut ini diagram 1 garis sistem DC yang ada di PLN :
baik kepada
konsumen.
5. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
2.5.2. Syarat-syarat Rele Peroteksi [6]
Dalam perencanaan sistem pengaman, maka untuk mendapatkan suatu sistem
pengaman yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.
Sensitif
Suatu rele pengaman mengamankan alat atau bagian sistem yang termasuk
dalam jangkauan pengamanannya. Rele pengaman mendeteksi adanya
gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif
untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan hanya
membuka Circuit Breaker (CB) untuk memisahkan bagian sistem yang
terganggu, sedangkan bagian sistem yang normal dalam hal ini tidak boleh
terbuka.
20
2.
Selektif
Selektivitas dari rele pengaman adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan
dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh
karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang
terputus menjadi lebih kecil. Rele pengaman hanya akan bekerja selama
kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya
dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan
yang terjadi di luar daerah pengamanannya.
3.
Cepat
Semakin cepat rele pengaman bekerja, tidak hanya dapat memperkecil
kemungkinan kerusakan peralatan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil
kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
4.
Andal
Dalam keadaan nomal atau sistem yang tidak terganggu rele pengaman tidak
bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi rele pengaman
bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele pengaman
gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada
peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya rele pengaman lain
sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas.Untuk tetap
menjaga keandalannya, maka rele pengaman harus dilakukan pengujian
secara periodik.
5.
Sederhana
Perangkat rele pengaman disyaratkan mempunyai bentuk dan cara kerja
sederhana.
21
dihindari dan kestabilan sistem dapat terjaga.Sebaliknya jika rele pengaman gagal
bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan ini berlangsung lebih lama,
sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kebakaran, kerusakan
yang parah pada peralatan instalasi dan ketidakstabilan sistem. Kegagalan atau
keterlambatan kerja rele pengaman juga akan mengakibatkan bekerjanya rele
pengaman lain, sehingga dapat mengakibatkan pemadaman yang lebih luas.
Kegagalan atau keterlambatan kerja rele pengaman dapat disebabkan antara lain:
- Rele pengaman telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.
- Setelan rele pengaman tidak benar (kurang sensitif atau kurang cepat).
- Kegagalan sistem sumber tegangan DC sehingga tidak mampu mengerjakan
rangkaian trip CB.
- Hubungan kontak pada rangkaian tripping kurang baik atau terputus.
- Kemacetan mekanisme tripping pada CB karena kotor, karat, patah atau
meleset.
- Kegagalan CB dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh
arus gangguannya
22
bekerja
jika terjadi
terjadi
24
Ir
= Rele waktu
C.B
Ip
= Arus pick-up
Id
= Arus drop-off
tp
td
ta
ta = td - tp ............................................................................................. ( 2.2 )
Ip adalah nilai arus dimana rele arus lebih akan bekerja dan menutup kontak a,
sehingga rele waktu bekerja. Id adalah nilai arus dimana rele arus lebih berhenti
bekerja. Bila nilai ta lebih kecil dari nilai tsetting rele arus lebih , maka dinyatakan rele tidak
bekerja. Sedangkan bila ta lebih besar dari nilai tsetting rele arus lebih , maka rele dinyatakan
bekerja. Suatu harga perbandingan antara besarnya arus drop-off dan arus pick-up
biasanya dinyatakan dengan huruf kd, jadi rumus kd bisa ditentukan sebagai berikut :
..................................................................................... ( 2.3 )
Nilai kd untuk rele arus lebih dengan karateristik waktu arus tertentu
mempunyai nilai 0.7 0.9, sedangkan bila dengan waktu terbalik mempunyai nilai 1.
26
arus tersebut tidak sama dengan nol berarti ada gangguan yang terjadi pada
rangkaian yang berada didaerah proteksi differential tersebut. Sistem proteksi
differential pada umumnya dapat digunakan untuk mengamankan hampir semua
komponen sistem tenaga listrik , seperti pengaman generator, motor, busbar, trafo,
saluran transmisi, kapasitor, reaktor dan kadang-kadang kombinasi mereka seperti
trafo generator atau trafo penyulang, dan lain-lain.
Rele differential adalah rele yang bekerja apabila mendeteksi adanya
perbedaan fasor dan atau perbedaan nilai sesaat arus masuk dan arus keluar. Rele ini
mendeteksi gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih atau
gangguan diluar wilayah proteksinya
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat penjelasan pada Gambar 2.13. dibawah ini:
1. Kondisi Tanpa Gangguan ( Normal )
transformator antara
27
28
Pada kondisi gangguan di dalam daerah pengaman, maka akan mengalir arus
gangguan menuju ke titik gangguan. Bila sebelumnya gangguan arus mengalir dari
CT 1 ke CT 2 , maka saat terjadi gangguan arus yang mengalir pada CT 2 berbalik
180 derajat, dengan demikian arus yang mengalir pada rele differential merupakan
penjumlahan vektor Id = I1 + I2 sehingga arus differential tidak sama dengan nol dan
rele bekerja.
2.8.1 Karateristik Rele Differential [4]
Dengan mempertimbangkan faktor inrush, posisi tap ( off nominal tap
position ), trafo interposing dan gangguan eksternal maka karateristik umum bias rele
differential biasanya dibuat atas tiga seksi yang dimulai dari kisaran setelan mulai
dari 0,1 s/d 0,5 Id seperti terlihat pada gambar 2.16. Dalam gambar terlihat ada tiga
seksi pengaman pada rele differential yaitu :
Seksi dua disetel untuk mengakomodasi bias pada posisi tap off nominal, baik
pada posisi maksimum maupun pada posisi minimum.
Seksi ketiga dibuat dengan sudut bias yang lebih besar untuk meningkatkan
kinerja rele pada gangguan gangguan eksternal yang besar.
29
yang masuk dengan arus yang keluar, yang membedakannya adalah daerah yang
diamankan cukup panjang sehingga diperlukan :
- Sarana komunikasi antara ujung SUTT.
- Rele sejenis pada setiap ujung SUTT.
Karena ujung-ujung SUTT dipisahkan oleh jarak yang jauh maka masingmasing sisi dihubungkan dengan :
-
Pilot wire
Fiber optic
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat blok diagram pada Gambar 2.17 dibawah ini:
30
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.18 dibawah ini
31
Gambar 2.19. Rele Line Differential Merek Alstom Type Micom P543
Dari bentuk rele line differential merek Alstom type micom P543 terdapat :
1. Display sebagai alat monitoring pembacaan metering rele line differential Alstom
type micom P543 dan sebagai layar monitor untuk menampilkan semua fitur
setting
2. Lampu led dipakai untuk indikasi yang terjadi di rele line differential Alstom
type micom P543, menyalanya lampu led ini dapat didesain sesuai dengan
keinginan dari user
3. Sensor arus dan tegangan digunakan untuk pembacaan arus dan tegangan yang
mengalir di jaringan transmisi yang terpasang
4. Binary input digunakan untuk sensor inputan yang akan masuk ke dalam rele line
differential Alstom type micom P543 seperti status CB, sinyal receive dari Gardu
Induk lawan, dll
5. Binary output digunakan untuk kontak output dari rele seperti kontak trip, kontak
autoreclose, block autoreclose dll
32
Untuk mencapai sensistifitas yang tinggi, rele dapat diseting agar dapat mendeteksi
semua gangguan pada transmisi atau disetting lebih sensitif, dengan ini sistem
proteksi juga meningkat, tetapi hal ini dapat menurunkan security sistem proteksi.
Penurunan security dapat berdampak pada tripnya rele pada saat ada kesalahan pada
transformator arus ( CT ) ketika gangguan eksternal yang tinggi. Untuk
menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan pemilihan nilai setting yang tepat
agar sistem proteksi transmisi dapat bekerja selektif, sensitif dan dapat bekerja
dengan cepat dalam mengamankan gangguan.
Berikut perhitungan penetapan nilai ( setting ) arus rele line differential
penghantar di lingkup PT PLN P3B Jawa Bali:
1.
setting rele line differential yang menentukan arus kerja minimum ( pick-up ).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penetapan arus pick-up adalah I differential
harus lebih besar dari arus pengisian ( charging current ).
Arus pengisian ( charging current ) adalah kebocoran arus kapasitif pada
saluran transmisi. Berbeda dengan arus beban, arus pengisian ke salah satu ujung
SUTT dan tidak keluar pada ujung yang lain. Jelas, arus pengisian akan
menyebabkan perbedaan arus ketika membandingkan arus di kedua ujung SUTT
Besarnya arus pengisian bisa dicari dengan persamaan ( 2.4 )
........................................................................................( 2.4 )
Besarnya Xc bisa dicari dengan persamaan ( 2.5 ) dan ( 2.6 )
........................................................................................... ( 2.5 )
............................................................................................... ( 2.6 )
Besarnya Is1 bisa dicari dengan persamaan ( 2.7 ) dan ( 2.8 )
Is1 ( primer ) = 0,2 x primer unit CT ................................................................. ( 2.7 )
Is1 ( sekunder ) = 0,2 x sekunder unit CT ........................................................... ( 2.8 )
33
Is1
Is2
Ambang bias arus, diatas yang persentase lebih tinggi bias K2 yang
Digunakan , [ A ]
Xc
Ln
Panjang penghantar , [ km ]
Line Suseptance [ S / km ]
Bt
2.
Waktu kerja
Rele line differential merupakan proteksi utama sehingga waktu kerja rele line
differential dibuat tanpa waktu tunda
3.
Karakteristik rele
Untuk meningkatkan faktor security, rele line differential dilengkapi dengan
karakteristik kurva kecuraman ( slope ). Slope merupakan harga tangen dari suatu
garis lurus. Daerah operasi rele berada di atas slope karakterisitik kurvanya
sedangkan daerah blok berada di bawahnya.
34
Dimana,
Is1
fungsi
autoreclose / trip dilakukan pada proteksi utama rele line differential. Selain pada
saat penetapan nilai ( setting ) arus kerja (pick-up), pengujian ini dilakukan juga pada
saat pemeliharaan 2 tahunan guna menjaga kehandalan sistem proteksi tenaga listrik.
2.11.1. Alat Uji [13]
Beberapa peralatan yang digunakan dalam pengujian rele line differential/
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Injeksi Sekunder Doble F6150
Alat ini digunakan untuk melakukan pengujian sistem sisi sekunder Gardu
Induk dengan cara meng-injeksi-kan arus, tegangan, frekuensi sehingga diperoleh
waktu yang sesuai setting. Doble F6150 ini merupakan keluaran alat seri digital
dilengkapi dengan software.
38
39
500 kV
90 ms
150 kV
120 ms
70 kV
150 ms
Sedangkan waktu pemutusan gangguan proteksi cadangan jauh adalah 400 - 800 ms.
Tabel 2.5 Waktu Kerja Rele Proteksi Utama
Tegangan
Waktu
500 kV
Maks 20 ms
275 kV
Maks 20 ms
150 kV
Maks 30 ms
70 kV
Maks 35 ms
4. Koordinasi Pembangkit
-
Setiap unit pembangkit yang tersambung ke sistem PLN P3B Jawa Bali harus
berkontribusi menanggung VAR beban sistem.
40
Semua seting pembangkit baru yang akan tersambung ke sistem PLN P3B Jawa
Bali harus dikoordinasikan dengan seting proteksi P3B untuk memperkecil
akibat gangguan pada fasilitas pemakai jaringan terhadap jaringan transmisi.
Rele proteksi yang akan dipasang di sistem PLN P3B Jawa Bali harus memenuhi
transformator/ REF, buspro, CCP) yang telah dikeluarkan oleh PT PLN (Persero)
Semua rele baru harus menggunakan jenis numerical/ IED dengan standar
pembangkit adalah SPAR dengan Single shot reclose. Untuk busbar dengan sistem
1 PMT, PMT sisi busbar dan PMT tengah (PMT AB) keduanya di-reclose-kan
namun apabila terjadi keterlambatan reclose salah satu PMT dan PMT yang
reclose pertama final trip (gangguan permanen) maka PMT pasangannya tidak
akan reclose (diblok).
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
42
Penelitian ini dilakukan di Gardu Induk Indah Kiat 150 kV, PT PLN Area
Pelaksana Pemeliharaan Cilegon yang beralamat di Jalan Raya Serang Km 76
Desa Kragilan, Serang 42184 Banten.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pengambilan data dilakukan mulai tanggal
1 April s/d selesai.
3.2. Data
3.2.1. Sumber Data
Data pada penelitian ini diperoleh dari Gardu Induk Indah Kiat 150 kV.
3.2.2. Pengambilan Data
Proses pengambilan data pada penelitian skripsi ini menggunakan metode :
1) Studi literatur
Data-data yang diperoleh berasal dari dokumen, arsip, hasil laporan, dan buku
petunjuk operasi yang ada di Gardu Induk Indah Kiat 150 kV.
2) Penelitian lapangan
Dalam penelitian lapangan ini dilakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang ada di Switchyard Gardu Induk Indah Kiat 150 kV.
3) Wawancara
Bertanya langsung kepada operator dan supervisor Gardu Induk Indah Kiat 150
kV mengenai kebenaran data-data yang ada.
Data
Transmisi
Keterangan
Panjang Penghantar
Jenis Penghantar
Nilai
7.2 km
2 x ACSR
(Alumunium
Conductor Steel
Trafo arus
Trafo tegangan
Jumlah Sirkit
Line Resistance ( R1 )
Line Reactance ( X1 )
Line Suseptance ( B )
Tegangan Nominal
Kapasitas konduktor
Rasio CT
Rasio PT
Reinforced)
1
0.0387 /km
0.2807 /km
4.023 x 10 -6 S/km
150 kV
1620 A
2000/1 A
150000/100 V
Gambar 3.1 Singel Line Diagram Gardu Induk Indah Kiat 150 kV
44
Arus AC
Tegangan
Frekuensi
50 atau 60
Hz
In
1 A atau
5A
110V-250V
DC
Rotasi fasa
ABC atau
CBA
45
Skema
Trip
1 pole
atau 3
pole
Gambar 3.3 Tampilan muka rele line differential merek Alstom type micom P543
3. Alat Uji Injeksi Sekunder Doble F6150
yang
2.
3.
4.
5.
6.
47
BAB IV
48
PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada skripsi ini yang akan dibahas adalah Studi Penetapan Nilai ( Setting )
Arus Kerja ( Pick-up ) Rele Line Differential Pada Jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat
- Cikande, pengambilan data data dilakuan di Gardu Induk Indah Kiat dari tanggal
1 April 2015 s/d selesai. Rele yang digunakan adalah Rele Line Differential merek
Alstom type micom P543 yang terpasang pada Gardu Induk Indah Kiat
pada
jaringan SUTT 150 kV Cikande. Dalam pembahasan penetapan nilai ( setting ) arus
kerja ( pick-up ) rele line differential yang dibahas yaitu perhitungan penetapan nilai
( setting ) arus kerja ( pick-up ) dan pengujian penetapan nilai ( setting ) arus kerja
(pick-up) rele line differential. Adapun hasil perhitungan penetapan nilai ( setting )
arus kerja (pick-up) rele line diferential penghantar Indah Kiat Cikande didapat
berdasarkan parameter-parameter yang diperoleh dari data - data peralatan yang
sudah ada di Gardu Induk Indah Kiat.
2.
3.
4.
5.
49
Gambar 4.1 Diagram Sederhana Satu Garis SUTT Indah Kiat Cikande
Besar arus pengisian (charging current) bisa dicari menggunakan persamaan (2.4),
(2.5) dan (2.6) berikut :
50
4.2.2
Besar Is1 bisa dicari dengan menggunakan persamaan (2.7) dan ( 2.8 ) yaitu:
51
4.2.3
Besar Is2 bisa dicari menggunakan persamaan ( 2.9 ) dan ( 2.10 ) yaitu:
4.2.4
Indah Kiat Cikande maka setting waktu dibuat tanpa waktu tunda yaitu :
t = 0 detik
52
Hasil Perhitungan
Is1
200mA
Is2
2A
K1
30 %
K2
150 %
53
Gambar 4.2 Tampilan Penetapan Nilai (Setting) Pada Aplikasi Micom S1 Agile
Rasio PT sekunder
54
Phase Diff
= Enabled ( aktif )
Phase IS1
= 200 mA
Phase IS2
=2A
Phase k1
= 30 %
Phase k2
= 150 %
Setelah itu data disimpan dan penetapan nilai ( setting ) arus rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat Cikande selesai.
Dengan melakukan pengisian parameter parameter diatas ke dalam rele
line differential maka dapat diperoleh gambaran grafik karakteristik kerja rele line
differential pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande pada gambar 4.3
dibawah ini :
55
line differential merek Alstom type micom P543, kemudian penetapan nilai ( setting )
tersebut dilakukan pengujian agar diketahui kebenaran hasil penetapan nilai (setting)
arus kerja ( pick-up ) yang sudah ditetapkan pada rele line differential merek Alstom
type micom P543 pada jaringan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande. Berikut langkah
langkah yang dilakukan dalam pengujian penetapan nilai ( setting ) arus kerja
(pick-up) yang sudah ditetapkan :
1. Tahap persiapan alat :
Selesai
56
1. Pasang kabel grounding ke peralatan dan pastikan sistem grounding telah benar.
2. Sambungkan peralatan dan kabel konektor sesuai dengan fungsi masing masing
3. Periksa dan pastikan semua kabel telah terpasang dengan baik.
4. Nyalakan alat uji injeksi sekunder dengan menekan sakelar POWER ke posisi
ON.
5. Buka program F6150 pada komputer/ laptop.
6. Setelah aplikasi terbuka lakukan pengisian nilai ( angka ) pada kolom objek ukur
arus kemudian arus dinaikan sedikit demi sedikit sampai didapat nilai arus yang
membuat rele bekerja ( pick-up )
7. Pada saat rele line differential bekerja aplikasi Doble F6Test tersebut juga
menghitung waktu kerja rele
8. Setelah diperoleh nilai kerja rele dan waktu kemudian pada kolom objek ukur
arus yang sama turunkan nilai arus sedikit demi sedikit sampe rele tidak
merasakan gangguan ( arus kembali )
9. Simpan hasil pengukuran yang tampil pada display monitor.
10. Pengujian karateristik rele line differential selesai
Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian pengujian pada rele line differential
pada jaringan SUTT 150kV Indah Kiat Cikande berupa rangkaian dari alat uji,
rele line differential, test block, laptop, dan lain-lain bisa di lihat pada gambar 4.4
dibawah ini :
57
58
FASA
SETTING
ARUS
( A)
0,2
0,099
0,08
0,0222
0,2
0,099
0,08
0,0298
0,2
0,098
0,08
0,0202
Dimana :
Setting Arus
Arus kerja
Arus kembali
Waktu (s)
Dari hasi uji karakteristik dapat diketahui performa rele line differential meliputi
sensitifitas kerja rele , arus kerja ( pick-up ) , arus kembali , dan waktu kerja rele.
Kalau dilihat dari hasil uji diatas diperoleh hasil uji arus kerja ( pick-up ) setengah
dari penetapan nilai (setting) yang ada yaitu: fasa R = 0.099 A, S = 0,099 A, T =
0,098 A , itu dikarenakan pengujian dilakuan pada satu sisi rele penghantar saja
yaitu pada Gardu Induk Indah Kiat, untuk pengujian arus kembali ( rele tidak
merasakan gangguan ) diperoleh hasil fasa R = 0.08 A, S = 0,08 A, T = 0,08 A, dan
pengujian waktu di peroleh fasa R = 0.0222 detik, S = 0,0298 detik, T = 0,0202
detik.
menginjek arus sekunder sebesar 0.1 A ( setting kerja rele ) terhadap fasa netral
dan fasa fasa.
Langkah langkah pengujian fungsi autoreclose / trip pada rele line differential :
1. Pasang kabel grounding ke peralatan dan pastikan sistem grounding telah benar.
2. Sambung peralatan dan kabel konektor sesuai dengan fungsi masing masing
3. Periksa dan pastikan semua kabel telah terpasang dengan baik.
4. Nyalakan alat uji injeksi sekunderdengan menekan sakelar POWER ke posisi
ON.
5. Buka program F6150 pada komputer.
6. Setelah aplikasi terbuka lakukan pengisian nilai ( angka ) 0,1 A pada kolom objek
ukur arus kemudia lakukan pengujian sebagai berikut:
7. Setelah semua pengujian fasa terhadap netral dan fasa terhadap fasa dilakukan
kemudian simpan hasil pengujian yang tampil pada display monitor.
8. Matikan peralatan, cabut semua kabel pengujian dan pengujian selesai
Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian pengujian pada rele line differential
pada jaringan SUTT 150kV Indah Kiat Cikande berupa rangkaian dari alat uji,
rele line differential, test block, laptop, dan lain-lain bisa di lihat pada gambar 4.4
dibawah ini :
60
61
Setelah melakukan pengujian dengan cara diatas didapat hasil uji uji
Autoreclose / Trip dibawah ini :
Tabel 4.4. Hasil Uji Autoreclose / Trip
UJI FUNGSI TRIP
Proteksi
-Line diff
fasa
netral
-Line diff
fasa
fasa
Simulasi
gangguan
-Injeksi
sekunder
0,1 A
fasa
R- N,
S- N,
R-N
-Injeksi
sekunder
0,1 A
fasa
R-S,
S-T,
R-T
PMT
Trip
Ok
Ok
Alarm
Ok
Ok
Indikasi
Rele
Announciat
or
-Diff trip
-Pengaman
R/S/T
utama
-Led trip
rele line
R/S/T
diff
bekerja
-Auto
reclose
bekerja
-Diff trip
-Pengaman
R/S/T
utama
-Led trip
rele line
R/S/T
diff
bekerja
Trip
check
Reclose
Trip
Dimana :
Proteksi
Simulasi gangguan
PMT trip
Alarm
Indikasi
Trip check
62
Dari data hasi uji fungsi autoreclose / trip dengan cara menginjek arus
sekunder sebesar 0.1 A ( setting kerja rele ) terhadap fasa netral dapat diketahui
hasilnya yaitu :
Alarem berbunyi
Alarem berbunyi
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan perhitungan pada bab bab sebelumnya
mengenai studi penetapan nilai ( setting ) arus kerja (pick-up ) rele line differential
pada jarigan SUTT 150 kV Indah Kiat - Cikande, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan penetapan nilai (setting) arus kerja (pick-up)
rele line differential didapat hasil sebagai berikut:
a. Penetapan nilai ( setting ) arus kerja / pick-up ( Is1 ) = 200mA
b. Penetapan nilai ( setting ) arus bias ( Is2 ) = 2 A
c. Penetapan nilai ( setting ) slope 1 ( K1 ) = 30 %
d. Penetapan nilai ( setting ) slope 2 ( K2 ) = 150%
2. Berdasarkan hasil uji rele yang dilakukan di Gardu Induk Indah Kiat dengan
menggunakan alat uji merek doble type : F6150, didapat hasil uji sebagai
berikut :
Hasil Uji Karateristik Rele
Arus kerja rele ( pick-up ) :
Fasa R = 0.099 A
Fasa S = 0.099 A
Fasa T = 0.098 A
Arus kembali :
Fasa R = 0.08 A
Fasa S = 0.08 A
Fasa T = 0.08 A
Waktu :
Fasa R = 0.0222 detik
Fasa S = 0.0298 detik
Fasa T = 0.0202 detik
Kalau dilihat dari hasil uji diatas diperoleh hasil uji arus kerja ( pick-up )
setengah dari setting yang ada yaitu 0.099 A , itu dikarenakan pengujian dilakuan
pada satu sisi rele jaringan saja yaitu pada Gardu Induk Indah Kiat.
64
5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut penulis memberi saran agar dalam
pemasangan rele line differential tidak hanya pada penghantar jarak pendek saja,
akan tetapi pada penghantar jarak jauh juga, sehingga keandalan sistem proteksi
penyaluran di PLN ( PERSERO ) kususnya P3B Jawa Bali semakin handal.
65