Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS PENGARUH KINERJA LIGHTNING ARRESTER (LA) YANG

SUDAH BERUSIA LEBIH 10 DARI TAHUN DENGAN METODE


REGRERSI LINEAR BERDASARKAN PERKIRAAN USIA PEMAKAIAN
LIGHTNING ARRESTER DI GARDU INDUK AIR ANYIR 150 KV

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi


Persyaratan Guna Meraih Gelar
Sarjana S-1

Oleh:

REGI ADIRA PAHLEVI


1022111073

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2024
ABSTRAK

Pemadaman listrik merupakan salah satu alasan masyarakat tidak


bisa menggunakan perlatan elektronik pada saat genting. Karena itu
dibutuhkan supply listrik cadangan yang bias digunakan saat diperlukan,
yaitu baterai. Namun, peralatan elektronik rumah tangga memerlukan
supply tegangan dengan bentuk gelombang sinusoidal murni agar dalam
prosesnya tidak terjadi kegagalan. Bentuk tersebut dapat diperoleh dengan
cara mengurangi nilai THD (Total Harmonic Distortion) yang muncul
akibat harmonik pengganggu. Untuk itu diperlukan inverter yang
memungkinkan untuk mengubah tegangan DC 12 V menjadi tegangan AC
220 V yang mendekati sinusoidal murni. Inverter akan menggunakan
metode SPWM Bipolar, dimana Arduino Uno akan mengirimkan pulsa
segitiga dan pulsa carrier untuk perubahan tegangan tersebut. Tegangan
input untuk inverter didapatkan setelah penggunaan OP-AMP sebagai
pembanding tegangan, dimana tegangan yang dibandingkan adalah 5VDC
dari Arduino Uno dan 12 VDC dari Baterai. Inverter juga dilengkapi
dengan filter LC yang berfungsi sebagai penghilang komponen-konponen
harmonic yang tidak dikehendaki, sehingga frekuensi tegangan output
yang semula bernilai sangat tinggi menjadi 50 Hz dan bisa digunakan pada
peralatan elektronik rumah tangga. Inverter ini juga memiliki nilai efisiensi
sebesar 92.88%.
Kata kunci: inverter, THD, SPWM Bipolar, Arduino Uno, filter LC,
efisiensi
ABSTRACT

Power outages are one of the reasons people are unable to use
electronic equipment during critical times. Because of this, a backup
electricity supply is needed that can be used when needed, namely a
battery. However, household electronic equipment requires a voltage
supply with a pure sinusoidal waveform so that failure does not occur in
the process. This form can be obtained by reducing the THD (Total
Harmonic Distortion) value that appears due to disturbing harmonics. For
this reason, an inverter is needed which makes it possible to convert a DC
voltage of 12 V into an AC voltage of 220 V which is close to pure
sinusoidal. The inverter will use the Bipolar SPWM method, where the
Arduino Uno will send triangular pulses and carrier pulses for voltage
changes. The input voltage for the inverter is obtained after using the OP-
AMP as a voltage comparator, where the voltage being compared is 5VDC
from the Arduino Uno and 12 VDC from the battery. The inverter is also
equipped with an LC filter which functions to remove unwanted harmonic
components, so that the output voltage frequency which was previously
very high value becomes 50 Hz and can be used in household electronic
equipment. This inverter also has an efficiency value of 92.88%.
Key word: inverter, THD, SPWM Bipolar, Arduino Uno, LC filter,
efficiency
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Semakin berkembangnya zaman maka jumlah masyarakat pun ikut
bertambah sehingga kebutuhan listrik juga semakin tinggi, maka sumber
tenaga listrik yang tersedia dapat dimanfaat kan secara maksimal untuk
kebutuhan masyarakat. Dalam penyaluran listrik harus efisien dan efektif
artinya listrik yang dibangkitkan terdistribusi secara maksimal tanpa
kehilangan energi.
Perusahaan yang menyediakan kebutuhan listrik disebut dengan PLN
(Perusahaan Listrik Negara). Listrik PLN dalam penyalurannya terbagi atas
saluran pembangkit, saluran transmisi dan saluran distribusi. Pembangkit
listrrik disalurkan melalui kawat-kawat menuju gardu induk yang kemudian
didistribusikan ke konsumen. Saluran trasmisi distribusi disalurkan melalui
saluran udara tegangan tinggi (SUTT), saluran udara tegangan ekstratinggi
(SUTET) dan saluran kebel tegangan tinggi (SKTT)
Gardu Induk memegang peranan penting untuk mengatur kebutuhan beban
energi listrik oleh sebab itu Gardu Induk harus memiliki kualitas dan
kontinuitas yang baik dalam penyaluran energy listrik, dalam sistem tenaga
listrik pastilah akan terjadi adanya gangguan, seperti dari internal atau
eksternal Gangguan-gangguan tersebut biasanya bisa diakibatkan dari alam
(petir, pohon, binatang) atau dari peralatan itu sendiri (usia, kegagalan fungsi
kerja).
Gangguan dapat diminimalisir dengan diberikan proteksi. Salah satu alat
proteksi ialah Lightning Arrester dimana fungsinya supaya bisa meneruskan
surja petir atau surja hubung yang menyebabkan tegangan tinggi, agar tidak
menyebabkan kerusakan atau gangguan untuk peralaan lain di Gardu Induk.
Lightning Arrester mempunyai sifat isolator yang dapat mengalirkan arus
bocor ke tanah dan menjadi konduktor untuk mengalirkan arus surja ke tanah
jika ada gangguan, kegagalan kinerja Lightning arrester dapat disebabkan
oleh beberapa factor diantaranya penuaan variasi Zink Oxide, zink oxide akan
mengalami penurunan jika semakin lama operasi lightning arrester. Untuk
mengetahui Lightning Arrester masih normal atau tidak diperlukan analisa
dari data yang telah diambil dari lightning arrester tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti berfokus untuk mengetahui
kinerja lightning arrester yang berada di Gardu Induk Air Anyir untuk
mengetahui Lightning Arrester tersebut masih bekerja sesuai fungsinya atau
tidak. Pada penelitian ini focus dengan kinerja berdasarkan arus bocor hasil
pengukuran counter LA menggunakan LCM (Leakage Current Monitor).
Penelitian tentang kinerja Lightning Arrester dilakukan untuk mengetahui
keandalan system proteksi yang terpasang pada Gardu Induk Air Anyir
karena belum pernah dilakukan penelitian pada Lightning Arrester yang
berusia lebih dari 10 tahun di Gardu Induk Air Anyir. Hal tersebut
mempengaruhi kinerja untuk mengamankan system tenaga listrik akibat surja
petir ataupun hubung singkat. maka diperlukan analisis kinerja Lightning
Arrester di Gardu Induk Air Anyir.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pengecekan
counter menggunakan alat Leakage Current Monitor menghasilkan
perhitungan yang akurat untuk menentukan kinerja Lightning Arrester. Maka
dari itu peneliti akan menggunakan data hasil pengecekan counter
menggunakan alat Leakage Current Monitor, data hasil pengukuran suhu
pada terminal Lightning Arrester menggunakann Thermovisi, dan variasi usia
Lightning Arrester untuk mengetahui kinerja Lightning Arrester sebagai
bahan pertimbangan analisis keandalan sistem proteksi Gardu Induk Air
Anyir 150 KV Pada PT PLN ULTG Bangka.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas, yaitu:
1. Bagaimana kinerja Lightning Arrester yang sudah berusia lebih dari 10 th
berdasarkan pegukuran counter LA menggunakan Leakage Current Monitor ?
2. Berapa perkiraan batas usia pemakian Lightning Arrester dari analisis data
arus bocor dan suhu terminal?

1.3 Batasan Masalah


Variabel permasalahan perlu dibatasi agar penelitian ini bisa lebih focus dan
mendalam. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pengukuran arus bocor Lightning Arrester di Gardu Induk Air
Anyir
2. Penentuan kinerja Lightning Arrester berdasarkan data arus bocor
yang diperoleh dari hasil pengecekan counter menggunakan alat
Leakage Current Monitor, data suhu pada terminal Lightning
Arrester diperoleh dari pengukuran menggunakan Thermovisi, dan
variasi usia Lightning Arrester.
3. Jumlah Lightning Arrester yang akan diteliti sebanyak 12 buah
4. Penelitian dilakukan terhadap Lightning Arrester yang berusia lebih
dari 10 tahun.
5. Data hasil pengecekan counter menggunakan alat Leakage Current
Monitor yang digunakan adalah data dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja Lightning Arrester dari hasil pegukuran counter
menggunakan Leakage Current Monitor.
2. Mengetahui perkiraan usia maksimal pemakaian Lightning Arrester yang
terpadang pada Gardu Induk.
3. Memberikan informasi kepada Supervisor Jaringan Gardu Induk Air
Anyir mengenai kinerja Lightning Arrester yang berusia lebih dari 10
tahun berdasarkan hasil pengukuran Lightning Arrester dan Metode yang
digunakan dalam perkiraan Umur.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sabagai berikut:
1. Mengetahui Lightning Arrester yang digunakan masih layak atau
tidak
2. Mengetahui tindakan apa yang dilakukan dalam pemeliharaan
peralatan proteksi
3. Membantu memperkirakan batas perkiraan usia lightning arrester
dapat digunakan.

1.6 Keaslian Penelitian


Penelitian mengenai Kinerja Lightning Arrester pernah dilakukan oleh
beberapa penulis diantaranya sebagai berikut :
Avryansyah Akbar & Warsito (2013) dalam penelitiannya dengan judul
“Pemeliharaan Lightning Arrester Pada Gardu Induk Krapyak 150 kV
PT.PLN (Persero) P3B Jawa – Bali APP Semarang”. Pada penelitian tersebut
10 peneliti melakukan penelitian dengan maksud dan tujuan untuk
mengetahui kinerja Lightning Arrester melalui pemeliharaan Lightning
Arrester. Peneliti secara deskriptif menjelaskan mengenai beberapa
pemeliharaan yan dilakukan PT.PLN (Persero) yang sesuai dengan standar
operasional yang ada.
(Barasa et al., 2017) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Kinerja
Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 Kv Sistem Minahasa
Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan-Lopana” peneliti melakukan
penelitian untuk menganalisa kinerja pada jaringan transmisi 150 Kv.
Menurut hasil penelitian jumlah sambaran petir pada saluran transmisi 150
Kv Karangkoan – Lopana pada tahun 2014 sebesar 95 kali
Juliando & Rosma (2018) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis
Usia Arrester Akibat Gangguan Sambaran Langsung Petir Pada Transmisi
150 kV”. Pada penelitian ini peneliti hanya melakukan analisis usia
berdasarkan pengaruh gangguan surja petir, sementara itu pada sistem
ketenagalistrikan tidak hanya surja petir yang dapat mempengaruhi usia
daripada Lightning Arrester. Sehingga apabila analisis yang dilakukan
tersebut kemudian menjadi rekomendasi pemeliharaan Lightning Arrester
masih kurang lengkap. Karena memungkinkan Lightning Arrester akan
mengalami perubahan kinerja yang diperoleh dikarenakan pengaruh dari
gangguan lain.

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk pembahasan kerangka laporan yang akan disusun secara terperinci,
sehingga diperoleh hubungan dan ruang lingkup yang jelas, adapun penulisan
penelitian ini dibagi ke dalam beberapa bagian yakni sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan kajian pustaka dan dasar teori yang diperlukan dalam
penyelesaian permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini
3. BAB III METODE PENELITIAN
Berisikan tentang bahan penelitian, alat penelitian, serta langkah-langkah
pengambilan data dan analisis data.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan yang dilakukan pada penelitian dan hasil yang
diperoleh dari penelitian
5. BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil dan pembahasan
yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian juga saran untuk
penelitian selanjutnya
6. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


Pembuatan tugas akhir mengacu pada sumber informasi dari buku, jurnal
dan skripsi sebelumnya baik dari segi teori maupun judul yang sesuai dengan
topik penulisan tugas akhir sebagai landasan teori:

(Andriawan, 2014) dalam penelitiannya dengan judul “Kinerja Arrester


Yang Sudah Berusia Lebih Dari 10 Tahun di Gardu Induk 150 kV Ungaran –
Semarang” andriawan menganalisis kinerja Lightning Arrester yang berusia
lebih dari 10 tahun, dengan pembacaan counter LA yang dipasang pada
arrester memiliki arus bocor ketika dimubikan nilainya normal tidak lebih dari
100 µA. Menurut perhitungan yang dilakukan Andriawan jumlah arus yang
dibumikan masih normal sesuai dengan nominal yang ditetapkan. Dari hasil
penelitiannya Andriawan mendapati 95,83% arrester dalam kondisi dapat
bekerja baik dan 4,17% perlu dilakukan perawatan.

(Barasa et al., 2017) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Kinerja


Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 Kv Sistem Minahasa
Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan-Lopana” peneliti melakukan
penelitian untuk menganalisa kinerja pada jaringan transmisi 150 Kv. Menurut
hasil penelitian jumlah sambaran petir pada saluran transmisi 150 Kv
Karangkoan – Lopana pada tahun 2014 sebesar 95 kali. Kinerja dari arrester
sendidi sudah tergolong maksimal untuk lingkup Karangkoan – Lopana. Dari
hasil penyederhanaan rangkaian impedansi Zeq urutan positif = 0,000190 +
j0,00981Ω dan Zeq urutan nol = 0,028 + j0,17Ω

Dari referensi penelitian diatas yang membedakan dengan penelitian ini


yaitu tempat pelaksanaan penelitian, jumlah lightning arrester yang diukur,
tahun pelaksanaan pengukuran serta usia arrester yang terpasang pada gardu
induk.
2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 Gardu induk

Gabungan dari transfotmator dan switch gear di sebut gardu induk. Gardu
induk dikontrol untuk saling terhubung dengan gardu induk lain
supaya bisa interkoneksi sehingga bisa menyalurkan energy listrik secara
kontinyu dan handal, fungsi gardu induk yaitu :

1. Mentransformasikan daya listrik dari pembangkit yang ada

2. Untuk pengaman dari sistem tenaga listrik bila terjadi gangguan


di transmisi

3. Sebagai pengatur beban menuju gardu induk lain yang melewati


jalur transmisi dengan tegangan tinggi dan mensuplay energi
listrik melalui gardu distribusi dengan tegangan menengah.

2.2.1 Gangguan lightning arrester

1. Surja hubung
Surja hubung merupakan operasi penutupan tau pembukaan saklar yang
mengakibatkan gangguan hubung singkat, hubung singkat terjadi karena
adanya hubungan penghantar bertegangan ataupun tidak bertegangan secara
langsung sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (over current).
Pada sistem tenaga listrik saluran udara sering terjadi hubung singkat
walaupun dalam saluran tersebut sudah diberi isolasi. Kekuatan isolasi dapat
berkurang bahkan hilang akibat pengaruh usia, keausan dan tekanan
mekanis. Terjadinya hubung singkat mengakibatkan kenaikan tegangan
bahkan kerusakan koordinasi isolasi pada peralatan system.
2. Surja petir
Surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan oleh
sambaran petir. Petir dapat disebabkan oleh beberapa tahap,diantaranya:
1. Tahap pemampatan muatan karena uap air di awal mengumpul di awan
Antara awan dengan bumi terjadi loncatan muatan listrik positif dan
negatif.
2. Awan membentuk krintal es yang disebabkan oleh jarak ketinggian
permukaan atas dan bawah awan mencapai 8 km dengan temperature -
5o C pada bagian bawah dan -40oC pada bagian atas.
3. Terjadi tumbukan dan gesekan pada kristal es di awan akibat terdapat
angin ke segala arah yang memisahkan muatan positif dan negatif
4. Petir disebabkan oleh bagian lapisan awan yang berbeda muatan,
muatan negative berada di atas, muatan positif di tengah dan muatan
positif dan negatif si bawah Petir dapat mengganggu dan merusak
insfrastruktur public seperti sistem ketenagalistrikan, system
telekomunikasi dan peralatan elektronik. Jika petir mengenai
penghantar secara langsung, maka penghantar tersebut bisa putus akibat
gelombang petir dengan tegangan impluls yang melebihi Basic
insulation Level dari penghantar. Induksi petir dengan gerak gelombang
yang merambat kesegala arah di sepanjang jaringan sampai ke titik
yang dapat menetralisir arus petir atau pentanahan terjadi karena
penghantar terkena sambaran petir.

Sambaran petir dibagi menjadi beberapa beberapa macam


diantaranya adalah:
1. Sambaran langsung (direct stroke), merupakan sambaran petir
kearah fasa konduktor dan penunjang fasa konduktor. Sambaran
langsung sering terjadi kearah fasa konduktor system tenaga,
karena kemungkinan (probabilitas) sambaran lebih besar.
2. Sambaran tidak langsung (indirect stroke) merupakan sambaran
kearah obyek atau benda disekitar saluran transmisi. Saluran
transimi terdapat Induksi lightning arrester jika ada objek
terkena sambaran tidak langsung. Karena objek disekitar lebih
dekat maka sambaran tidak langsung berpengaruh besar pada
saluran udara tegangan menengah dan rendah dari pada
tegangan tinggi.

2.2.2 Lightning arrester


Sistem tenaga listrik memiliki alat proteksi tegangan lebih akibat surja petir
atau surja hubung yang disebut dengan lightning arrester. Lightning
arrester di sekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui arus
kilat sehingga tegangan lebih tidak sampai mengalir ke peralatan bersifat by
pass.

Gambar 2.1 Lightning Arrester

Arrester dapat menjadi isolator pada keadaan normal. Apabila dalam


keadaan abdormal menjadi konduktor. Keadaan abnormal dapat terjadi
akibat sambaran petir dan hubung singkat. Jika dalam kondisi ini maka
arrester tahanannya menjadi rendah untuk menyalurkan arus ke tanah dan
kembali menjadi isolator setelah surja hilang gar pemutus tenaga tidak
beroperasi. Arrester dipasang pada ujung saluran guna melindungi dari
tegangan lebih.
1. Prinsip kerja arrester
Sebagai alat proteksi jika terjadi bahaya tegangan lebih (over voltage)
yang diakibatkatkan oleh sambaran petir atau hubung singkat pada saluran
transmisi, saluran distribusi dan peralatan penting lainnya, maka lightning
arrester harus dalam kondisi baik.
Lightning arrester dihubungkan antara kawat fasa dan tanah, yang berarti
masing – masing kawat fasa dilengkapi oleh arrester pada ujungnya
sebelum masuk ke gardu distribusi. Lightning arrester berkerja dengan
prinsip membatasi tegangan lebih yang mengalir pada kawat fasa, serta
membentuk jalur pintas untuk mengalirkan arus surja ke tanah (ground).
Syarat yang harus dipenuhi lightning arrester yaitu mampu menahan
tegangan system normal tak terbatas waktu dan mengalirkan arus surja ke
tanah tanpa mengalami kerusakan.
Kondisi tegangan akan mempengaruhi sifat dari arrester, arreter bersifat
isolator jika kondisi tegangan sistem normal, dan bersifat konduktor jika
tegangan pada system melebihi karakteristiknya. Arrester akan
mengalirkan arus surja ke tanah sampai batas aman untuk peralatan. Jika
terjadi sambaran petir atau tegangan lebih maka arrester akan memotong
dan menyalurkannya ke tanah sebelum sampai ke transformator atau
peralatan lainnya. Gambar berikut menunjukkan perbandingan gelombang
tegangan terhadap waktu dalam pengunaan arrester dan tanpa arrester jika
terjadi tegangan surja.

Gambar 2.2 Gelombang tegangan lebih transien a) tanpa arrester b)


dengan arrester

Pada gambar 2.2 adalah bentuk gelombang tegangan terhadap waktu dalam
pengunaan arrester dan tanpa arrester jika terjadi tegangan surja.
Gelombang transien tegangan lebih tinggi ketika tanpa arrester
dibandingkan saat diberi arrester.

2. Jenis – Jenis Lightning Arrester

Menurut Ibnu Hajar dan Eko Rahman (Jurnal, 2018) lightning arrester
terdiri dari dua jenis yaitu:
Jenis Ekspulsi
Arrester jenis ekspulsi digunakan pada isistem tenaga listrik
bertegangan hingga 33 kV. Arrester ini memiliki dua sela, yaitu sela bagian
luar yang terdapat sela percik batang atau sela seri dan sela bagian dalam
dalam terdapat sela percik. Arrester mampu mengalirkan tegangan tingi
frekuensi daya tanpa menyebabkan korona dan arus bocor ketanah karena
dipasang ekektoda. Besarnya tegangan tembus sela luar lebih rendah dari
teganga lompatan api isolator pendukung sela luar.

Gambar 2.3 Struktur Arester Jenis Ekspulsi atau Tabung


Pelindung

Karakteristik arreter jenis ekspulsi lebih baik dari sela batang karena dapat
memutus arus susulan dan volt-waktu, namun tegangan percik impulsnya
lebih tinggi dari arester katup. Besarnya arus hubung singkat pada arrester
mempengaruhi kemampuan memutuskan arus susulan.
Ketika tegangan surja tinggi sampai kejepitan arrester kedua sela
percik maka akan tembus dan jalan pengahantar yang berbentuk busur api
akan terbentuk seketika. Arrester akan menjadi konduktor dengan
impedansi rendah dan melakukan surja arus dan arus daya sistem bersama-
sama. Arrester dapat mematikan busur api pada saat arus susulan melewati
titik nolnya, dengan prinsip ketika ada panas karena arus petir mengalir
yang membuat sedikit bahan dinding tabuh serat menguap dan membentuk
gas untuk mematikan busur api. Jika ridak menimbulkan gangguan arus
susulan pada arrester lamanya kurang dari setengah gelombang.

Jenis Katup
Menurut Ibnu Hajar dan Eko Rahman (Jurnal, 2018) arrester katup terdiri
dari 2 jenis berdasarkan sela percikannya, yaitu:
1. Arrester Katup Sela Pasif Jaringan distribusi hantaran udara salah satu
yang mengguanakan arrester katup sela pasif.

Gambar 2.4 Arrester Katub

Arrester katup sela pasif terdiri dari isolasi tertutup yang didalamnya
ditempatkan sela percik dan resistor nonlinier serta isolator tabung. Sela
percik terdiri dari beberapa susunan elektroda plat – plat terhubung seri.
Kerja arrester ini tidak dipengaruhi oleh keadaan udara sekitar karena sela
percik dan resistor linier ditempatkan didalam tabung isolasi tertutup.
1. Arrester Katup Sela Aktif
Arrester ini banyak digunakan pada jaringan tegangan tinggi dan pusat
jaringan distribusi. Metode pemadaman busur api pada sela percik ada
pada kosntruksinya dan untuk konstruksi lain sama seperti arrester
katup sela pasif.
2. Arrester Katup Tanpa Sela Percik
Semua tingkat tegangan dapat menggunakan arrester tanpa sela percik.
Arrester katup tanpa sela percik menggunakan resistor non linier dari
bahan logam oksida (metal oxide), maka disebut dengan arrester MO.
Konstruksi arrester tanpa sela percik dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Konstruksi Arrester Logam Oksida


Menurut Ibnu Hajar dan Eko Rahman (Jurnal, 2018) berdasarkan
penempatannya arrester katup terbagi dalam tiga jenis:
1. Arrester Katup Jenis Gardu
Jenis yang paling efisien dan juga paling mahal adalah katup jenis
gardu. arrester katup jenis gardu dipakai gardu induk besar mulai dari
2.400 V sampai 287 kV untuk melindungi alat-alat yang mahal pada
rangkaian.
2. Arrester katup Jenis Saluran
rrester katup jenis saluran lebih murah dari arrester jenis gardu. saluran
bukan untuk perlindungan transmisi namun digunakan gardu induk
untuk melindungi peralatan yang kurang penting. Tenganggan 15 kV-
69 kV menggunakan jenis arrester ini.
3. Arrester Jenis Gardu Untuk Mesin mesin
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar
pada tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
4. Arrester Katup Jenis Distribusi
Arrester katup distribusi digunakan untuk melindungi mesin-mesin
yang berputar dan melindungi transformator dengan pendingin udara
tanpa minyak. Tegangan 120 volt-750 volt yang menggunakan arrester
jeni ini.

Konstruksi arrester
Konstruksi arrester pada saluran transmisi dan distribusi hamper sama, yaitu
memiliki komponen utama berupa zinc oxide sebagai bahan varisor/komponen
aktif nya. Didalam housing atau kompartemen yang terbuat dari porselen atau
polymer tersusun keeping blok zinc oxide. Bagian untuk menginsulasi antara
bagian bertegangan dengan tanah pada saat arrester beroperasi adalah housing,

Gambar 2.7 Bagian-bagian konstruksi Lightning Arrester


Konstruksi arrester terdapat juga katup pressure relief yang terletak pada
ujung arrester. Katup pressure relief bekerja ketika arrester dilalui surja
maka katup akan melepas tekanan internal lebih kuat. Selain itu konstruksi
arrester juga terdapat penyangga(beton), di gardu induk terdapat grading
ring yang terletak pada trasformator arus (current transformer), pentanahan
(gronding), dan peralatan monitoring (miliammeter and counter).

Bagian - bagian Lightning Arrester terdiri dari 10 bagaian, berikut adalah


penjelasannya:
1. Varistor Active (zinc oxide / metal oxide varistor)
Vasitor active merupakan peralatan proteksi instalasi tegangan rendah
yang terdiri dari kolom varistor zinc oxide(ZnO). Bentuk dari zinc oxide
adalah silinder dengan diameter terhantung pada kemampuan
penyerapan energy dan nilai dischare arus. Misalnya MO memiliki
diameter 32 mm dengan nilai residual voltage 450 V/mm. MO yang
memiliki diameter 70 mm nilai residual voltagenya menurun menjadi
280 V/mm. semakin besar diameter maka nilai residual voltagenya
semakin kecil.

Gambar 2.8 Keping Metal Oksida

2. Housing dan Terminal Lightning Arrester


Housing terbuat dari porselen atau polymen dengan susunan keping
ZnO pada sangkar rod terbuat dari FGRP (Fiber Glass Reinforced
Plastic). Agar memiliki ketahanan mekanis yang baik maka perlu
dipastikan susunan keeping ZnO dengan memasang compression spring
pada kedua ujung kolom active part.
Gambar 2.9 Housing Lightning Arrester

3. Pemisah (disconnector) Housing lightning arrester agar tidak rusak


maka disconnector dipasang pada terminal pembumian yang
menghubungkan antara polimer dengan housing untuk memisahkan
lightning arrester dari system setelah ada gangguan beban lebih
sehingga ketika ada gangguan.

Gambar 2.10 Pemisah (Disconnector)

4. Sealing dan pressure relief system


Sealing dan pressure relief system dipasang dikedua ujung Lightning
Arrester untuk mengalirkan arus lebih surja sambaran petir karena
bekerja sebagai katup pelepasan tekanan internal pada saat Lightning
Arrester. Bahan untuk membuat sealing ring adalah material sintetis
sedangkan bahan untuk memhuat pressure relief adalah baja/nikel
dengan kualitas tinggi.
Gambar 2.11 Sealing dan pressure relief system

5. Grading Ring

Grading ring diperlukan lightning arrester yang dipasang bertingkat atau


ketinggian >1.5 meter. Fungsi dari granding ring sebagai kontrol
distribusi medan elektris permukaan lightning arrester. Stress di active
part diposisikan lebih tinggi daripada posisi dibawahnya karena bagian
yang dekat tegangan akan lebih tinggi medan elektrisnya.

Gambar 2.12 Grading Ring

6. Peralatan monitoring
monitoring. Supaya arusdan insulator
yang dudukan
mengalir Lightning
ke lightning Arrester
arrester melului kawat
Kawat pentanahan
pentanahan maka padayang
keduaakan
ujungditanahkan harus memalui
peralatan dipasang peralatadan
dudukan isolator
dudukan arrester

Gambar 2.13 Peralatan monitoring dan insulator dudukan Lightning Arrester


7. Struktur penyangga Lightning Arrester

Struktur penyangga terdiri dari pondadi dengan struktur besi penyangga


yang kuat dengan lightning arrester yang dipasang pada ketinggian
tertentu dari permukaan tanah

Gambar 2.14 Struktur penyangga Lightning Arrester

8. Sub Sistem Konektor


Sub sistem konektror berfungsi untuk menghubungkan kawat
konduktor dengan bagian atas dan arrester dengan bagian pentanahan.
Thermovisi perlu dilakukan secara berkala pada kompartemen arrester dan
sub system konektor karena rawan terjadi hot spot.

Gambar 2.15 Sub konektor


9. Sela percikan (Spark Gap)
Pada bagian sela percikan (spark gap) akan terjadi loncatan api
apabila ada tegangan lebih (over voltage) akibat sambaran petir atau
hubung singkat pada lightning arrester. Busur api pada lightning
arrester akan ditiup keluar oleh gas dari tabung fiber yang terbakar.
Sela percikan terpasang pada tabung keramik yang diisi gas inert
(tabyng discharge).
gambar 2.16 Sela percikan (Spark Gap)

10. Tahanan katup (valve resistor)


Tahanan katup memiliki sifat tahanan yang beruah- ubah bila ada
perubahan tegangan. Tahanan katup dibedakan menjadi dua
berdasarkan materialnya yaitu yaitu jenis silicon carbid (SiC) dan
jenis Zinc Oxide (ZnO).

Gambar 2.17 Tahanan katup (valve


resistor)

Syarat-Syarat Lightning Arrester

Menurut Ibnu Hajar dan Eko Rahman (Jurnal, 2018) syarat-syarat lightning
arrester yang dipasang pada jaringan transmisi yaitu:
1. Tegangan dasar arrester sebesar 50 c/s.
2. Semua peralatan gardu yang mempunyai BIL(Basic Insulation Level) yang
sama dengan BIL (Basic Insulation Level ) yang harus dilindungi arrester
walaupun ada selisih antara tingkatan arrester dan peralatannya lightning
arrester harus memberi perlindungan.
3. Pemasangan lightning arrester dekat dengan peralatan utama dan memiliki
tahanan tanah yang rendah.
Karakteristik Lightning Arrester
Peralatan proteksi yang diguanakan saat ini adalah lightning arrester. Oleh sebab
itu Lightning Arrester harus mempunyai karakteristik, berikut :
1. Terdapat alat ukur atau root mean squared (rms) pada tegangan operasi yang
menunjukkan:
a. Lightning Arrester bersifat sebagai insulator.
b. Arus kapasitif atau arus bocor ketanah dalam kecil yaitu dalam orde
mili-ampere.
c. Ketika terjadi surja petir/ surja hubung:
d. Lightning Arrester memiliki nilai resistansi sangat rendah dan bersifat
konduktif.
e. Arus surja yang dialirkan lightning arrester ke tanah dalam orde kilo-
Ampere.
f. Setelah surja berhasil dilewatkan lightning arrester bersifat insulator

Karakteristik lightning arrester yang ideal adalah sebagai berikut:


1. Frekuensi jala-jala harus lebih tinggi dari tegangan pada system ketika
tegangan tembus arrester. Arrester tidak boleh bekerja saat tegangan normal
2. Arrester bekerja untuk mengalirkan arus ketanah saat gelombang transien
dengan tegangan puncak lebih tinggi dari teangan tembus arrester (UA).
3. Setelah terjadi gangguan arus system tidak boleh mengalir ke tanah dan harus
dipotong setelah gangguan hilang dan tegangan normal
4. Arus surja dapat dialirkan arrester ke tanah tanpa menimbulkan lebih
tingginya tegangan pada terminal arester daripada tegangan sumbunya sendiri
dan tanpa merusak arester itu sendiri.

Berdasarkan karakteristik arrester tersebut, maka arrester memiliki rating tengan


tertentu dan tidak boleh melebihi rating ini baik dalam kondisi normal maupun
saat terjadi hubung singkat. Arrester bekerja dengan menanggung tegangan system
normal dan tegangan lebih pada frekuensi 50 Hz. Pembatas tegangan impuls dan
arrester memiliki karakteristik dapat ditanahkan pada terminal jika menyalurkan
arus tertentu.

Tujuan pengukuran leakage current


Tujuan pengukuran guna mengukur arus bocor resistif yang berhubungan dengan
kondisi Varistor ZnO maka perlu melakuakan analisa harmonisa. Degradasi
kondisi ZnO menunjukkan harmonisa orde ketiga dan arus bocor resistif memiliki
harmonisa, seperti harmonisa orde ke-3,
Untuk mendapatkan nilai pengukuran arus bocor resistif yang nyata, maka
tegangan sistem yang mempengaruhi harmonisa perlu diperhitungkan. Field
probe digunakan untuk kompensasi pada LCM. Standard Pengukuran LCM di
gardu induk menjadi acuan prosedur pemeliharaan peralatan PLN
Tabel 2.1 Standard Thermovisi Pengukuran LCM
Ir max Rekomendasi

< 90 µA Ukur LCM 1 Tahunan lagi

91-99 µA Ukur LCM 6 Bulan kemudian

> 100 µA Penggantian LA

Regresi Sederhana

Analisis regresi linier adalah meode statistic yang bersungsi untuk menguji
hubungan sebab akibat antara X dan Y. Maka dari itu penelitian ini analisis
regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui batas usia pemakaian Lightning
Arrester di Gardu Induk Solobaru 150 kV. Analisis Regresi Sederhana ditentukan
oleh koefisien Regresi yang dapat dihitung dengan rumus berikut.
y = a + bx

y = variable subyek yang diprediksi disini berarti batas usia pemakaian


a = jika x = 0 (harga konstan) maka nilainya sama dengan y
b = koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

variable independen mempengaruhi hasil variable depenen. Jika b positif maka


naik dan jika b negative maka nilai turun. x = nilai tertentu dari subyek variable
independen. Setelah persamaan regresi ditemukan, harga b merupakan
perbandingan antara panjang garis variabel Independen dengan variabel dependen.
Nilai x sama dengan nilai arus bocor yang telah ditetapkan oleh PLN yaitu 100
µA.

harga a dan b dapat diketahui menggunakan rumus:

a = (𝛴𝑌𝑖)(𝛴𝑋𝑖2)−(𝛴𝑋𝑖)(𝛴𝑋𝑖𝑌𝑖)
𝑛𝛴𝑋𝑖2−( 𝛴𝑋𝑖)2

b = 𝑛𝛴𝑋𝑖𝑌𝑖−(𝛴𝑋𝑖)(𝛴𝑌𝑖)
𝑛𝛴𝑋𝑖2−( 𝛴𝑋𝑖)2
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Peenelitian ini dilakukan di:
Tempat: ULTG - Gardu Induk Air Anyir Jl. Lintas Timur PLTU, Air Anyir,
Kec. Merawang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung 33172
Waktu: -
3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Bahan Penelitian


 Konsep Pengambilan Data Arus Bocor Lightning Arrester
Pada Fasa R, S, Dan T
 Konsep Pengambilan Data pada Suhu terminal LA
 Software Analisis Data Microsoft Excel
 Metode Regresi Linear Untuk Perkiraan Umur LA

3.2.1 Alat Penelitian


No. Komponen Fungsi Gambar
1 CT Clip-On Digunakan untuk
mengukur arus bocor
total yang mengalir
pada kawat
pentanahan Lightning
Arrester
2 Field probe Menguukur arus
lengkap dengan probe, yang kemudian
antena diolah untuk
mendapatkan Arus
bocor kapasitif orde
ke-3
3 Current Probe Memiliki 2 input yakni
dari CT Clip-On dan
(untuk Leakage
Field Probe, berisi
Current Monitor
komponen elektronis
tipe lama)
untuk mengukur arus
bocor total dan arus
medan elektris field
probe, selain itu juga
terdapat rangkaian
pengaman tegangan
lebih dan sensor suhu
4 Alat ukur Memproses hasil
Leakage Current pengukuran dari CT
Monitor,terdiri dan Field Probe, guna
atas mendapatkan arus
CPU,Multiplexer, bocor
A/D Converter

5 Software Proses analisis dan


Manajemen Data penyimpanan data

3.3 Prosedur Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode kuantitatif merupakan proses
penelitian yang menggunakan angka sebagai alat menganalisis.(Millena
& Jesi, 2021)

Pada penyelesaian tugas akhir ini ada beberapa langkah kerja yang
dilakukan antara lain:
1. Studi literatur
Dalam studi literatur dilakukan pencarian informasi baik dari buku,
jurnal, bahan dari internet maupun sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan penelitian ini diantaranya :
a. Data nameplate lightning arrester di gardu induk
b. Data pengukuran arus bocor di gardu induk
c. Data pengukuran suhu di gardu induk

2. Pengumpulan data arus bocor, diguakan untuk melakukan analisis


kinerja Lightning Arrester dari pegukuran counter LA
menggunakan Leakage Current Monitor..
3. Menganalisis kinerja Lightning Arrester melalui perhitungan
denagn pedoman pada standar SPLN T5.007 2014. Jika hasil
analisis sesuai dengan standart yang diterapkan maka dilanjutkan
untuk menganalisis hasil pengujian, namun jika hasil tidak sesuai
standart maka kembali dilakukan analisis data arus bocor.
4. Menganalisis hasil pengujian, apakah hasil yang diperoleh baik
atau tidak. Jika hasil pengujian baik maka masik layak dipakai dan
jika hasil tidak baik maka dilakukan perbaikan atau penggantian
Lightning Arrester.
Gambar 3.2 Diagram Flow chat Analisis Lightning
Arrester

Pada gambar 3.2 flow chat diatas menjalaskan tahapan penyeleaian tugas akhir
dimulai dari mulai sampai selesai. Penyelesaian tugas akhir dimuai dari persiapan
dengan studi literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi maupun
sumber-sumber atau referensi yang berkaitan dengan penelitian. Setelah itu
pengumpulan data arus bocor dari hasil pengukuran yang dilaksanakan di Gardu
Induk Air Anyir. Setelah data terkumpul maka dianalisis hasil data tersebut,
apabila sesuai dengan standart PLN maka lightning arrester masih layak
digunakan, namun bila hasil pengukuran tidak sesuai maka lightning arrester perlu
perbaikan/ penggantian.

3.4 Analisa Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik
deskriptif. Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak mambuat perbandingan
variabel itu pada sampel lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan
variabel lain. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya. Termasuk dalam statistic deskriptif atara lain
penyajian data, perhitungan ukuran pemusatan data (mean, modus,
median ), perhitugan letak data (desil, kuartil, presentil), perhitungan ukuran
penyebaran data (simpangan baku, simpangan rata-rata, dan koefisien
variasi), analisis korelasi, dan analisis regresi. Teknik analisis data yang
akan dilakukan pada penelitian ini antara lain analisis korelasi dan analisis
regresi sederhana.
Analisis Regresi Sederhana yang dilakukan untuk mengetahui batas usia
pemakaian Lightning Arrester di Gardu Induk Solobaru 150 kV. Analisis
Regresi Sederhana ditentukan oleh koefisien Regresi yang dapat dihitung
dengan rumus berikut.

y = a + bx
y = variable subyek yang diprediksi

a = jika x = 0 (harga konstan) maka nilainya

sama dengan y b = koefisien regresi, yang

menunjukkan angka peningkatan

variable independen mempengaruhi hasil variable depenen. Jika b


positif maka naik dan jika b negative maka nilai turun.

x = nilai tertentu dari subyek variable independen. Setelah persamaan


regresi ditemukan, harga b merupakan perbandingan antara panjang
garis variabel Independen dengan variabel dependen.

harga a dan b dapat diketahui menggunakan


rumus:

(∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖2)−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖) (4)


𝑎= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖2−(∑ 𝑋1)2

𝑛𝛴𝑋𝑖𝑌𝑖−(𝛴𝑋𝑖)(𝛴𝑌𝑖) (5)
𝑏= 2
𝑛𝛴𝑋𝑖 −( 𝛴𝑋𝑖)2

Setelah hasil sudah diketahui maka


selanjutnya menganalisis peralatan yang
disesuaikan dengan standart yang telah
ditentukan.
Perkiraan Batas Usia Pemakaian Lightning Arrester

Analisis Regresi Sederhana yang dilakukan untuk mengetahui Lightning Arrester yang
berusia lebih dari 10 tahun di Gardu Induk Solobaru memiiki batas usia pemaikan berapa.
Analisis Regresi Sederhana ditentukan oleh koefisien Regresi yang dapat dihitung dengan
rumus berikut.

Y= a + bx

Anda mungkin juga menyukai