Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu uji t?
b. Apakah fungsi uji t?
c. Bagaimanakah syarat-syarat dan langkah-langkah penggunaan uji t?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu uji t
b. Untuk mengetahui fungsi uji t
c. Untuk mengetahui syarat-syarat dan langkah-langkah penggunaan uji t
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji T
Tes t atau uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol (H0). Uji t pertama kali dikembangkan
oleh William Seely Gosset pada tahun 1915. Awalnya William Seely Gosset
menggunakan nama samaran Student, dan huruf t yang terdapat dalam istilah
uji “t” dari huruf terakhir nama beliau. Uji t disebut juga dengan nama student
t (Ridwan, 2006).
Uji t (t-test) merupakan statistik uji yang sering kali ditemui dalam
masalah-masalah praktis statistika. Uji t merupakan dalam golongan statistika
parametrik. Statistik uji ini digunakan dalam pengujian hipotesis, uji t
digunakan ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak
diketahui. Uji t adalah salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan yang signifikan (menyakinkan) dari dua mean
sampel (dua buah variabel yang dikomparasikan).
Hipotesis adalah dugaan sementara dalam penelitian dimana hipotesis
dibedakan menjadi dua yaitu H0 atau hipotesis nol dan H1 atau biasa disebut
hipotesis kerja. H0 adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam
rumusan hipotesis, yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X)
mempengaruhi (Y). Misalnya “tidak ada hubungan antara warna baju dengan
kecerdasan mahasiswa”. Sedangkan H1 adalah hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y)
yang diteliti. Hasil perhitungan H1 tersebut, akan digunakan sebagai dasar
pencarian data penelitian. Misalnya “ada hubungan antara warna baju dengan
kecerdasan mahasiswa”.
3
Uji t dapat dibagi menjadi dua, yaitu uji t yang digunakan untuk pengujian
hipotesis satu sampel dan uji t yang digunakan untuk pengujian hipotesis dua
sampel. Bila duhubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang
digunakan (khusus bagi uji t dengan dua sampel), maka uji t dibagi lagi
menjadi dua, yaitu uji t untuk sampel bebas (independent) dan uji t untuk
sampel berpasangan (dependent/ paired) yang dipaparkan sebagai berikut
(Ridwan, 2006):
Misalnya
4
c
b. Uji pihak kiri
Dikatakan sebagai uji pihak kiri karena t-tabel dibagi dua dan diletakkan
dibagian kiri kurva. Hipotesis statistiknya:
Misalnya
Ho : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling
sedikit 70% dari kriteria yang diharapkan.
Ha : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko d i
Yogyakarta kurang 70% dari kriteria yang diharapkan
Misalnya
5
Ho : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko di
Yogyakarta mencapai 70% dari kriteria yang diharapkan
Ha : Tingkat kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta tidak
mencapai 70% dari kriteria yang diharapkan
Dengan
t : t hitung
x : rata-rata dari data
µ0 : rata-rata nilai yang dihipotesiskan
s : standar deviasi
n : jumlah sampel
Contoh soal:
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan jenis model
pembelajaran (Contextual Learning) terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1
Gianyar, dimana sampel yang digunakan sebanyak 30 orang siswa yang
diambil secara acak dan dianggap sudah dapat mewakili keseluruhan
populasi. Diduga bahwa: “ keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Contextual Learning adalah 70” dengan data
sebagai berikut:
6
No Nilai Keterampilan Berpikir No Nilai Keterampilan Berpikir
Kritis dengan penerapan CTL Kritis dengan penerapan CTL
1 75 16 69
2 81 17 70
3 80 18 68
4 77 19 63
5 73 20 65
6 75 21 87
7 72 22 85
8 80 23 77
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77
14 81 29 86
15 74 30 83
7
7 72 22 85
8 80 23 77
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77
14 81 29 86
15 74 30 83
Jumlah 2349
Rata-rata 78,3
Standar deviasi 7,071799
Derajat kebebasan 29
Diketahui :
Standar deviasi s = 7,071799
rata-rata x = 78,3
jumlah sampel n = 30
taraf signifikan α = 0,05
0 = 70
dan derajat kebebasan dk = 29 pada daftar distribusi t diperoleh 2,045
bila − t1− 1
t t1− 1 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung
2 2
8
sehingga t hitung berada dalam daerah penolakan H0 t hitung > t tabel
(6,429 > 2,045). Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan
kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual
Learning tidak sama dengan 70.
9
b. Variabel independen harus terdiri dari dua kategori. Contoh variabel
independen yang memenuhi kriteria ini antara jenis kelamin (2
kelompok: laki-laki atau perempuan), status pekerjaan (2 kelompok:
bekerja atau menganggur), perokok (2 kelompok: ya atau tidak), dan
sebagainya.
c. Harus terdapat sifat independensi antar pengamatan, yang berarti bahwa
tidak ada hubungan antara pengamatan di setiap kelompok atau antara
kelompok sendiri. Misalnya, saat mengukur hasil ujian setiap peserta
dalam kelompok harus tak berubungan ataupun pada peserta antar
kelompok yang berbeda.
d. Tidak terdapat outlier. Outlier adalah titik suatu data tertentu dalam data
yang tidak mengikuti pola yang biasa (misalnya, dalam sebuah studi
dari nilai IQ 100 siswa, dimana nilai rata-rata adalah 105 dengan hanya
variasi kecil antara siswa, satu siswa memiliki IQ yang sangat tidak
biasa, yaitu skor 176). Saat asumsi ini tidak terpenuhi, maka data outlier
tersebut selanjutnya tidak dapat digunakan dalam penelitian dan tidak
disertakan dalam analisis.
e. Sebaran variabel dependen harus mendekati sebaran normal. Asumsi ini
dapat diuji menggunakan uji Lilliefor atau Shapiro-Wilk menggunakan
SPSS. Saat data gagal memenuhi asumsi ini diduga terdapat outlier dan
selanjutnya perlu diperiksa apakah terdapat outlier pada data. Apabila
tidak terdapat outlier (yang berarti data tidak menyebar normal), maka
selanjutnya digunakan uji nonparametrik untuk mengetahui perbedaan
antara dua kelompok berbeda, yaitu uji Mann-Whitney.
f. Pada uji t independen, antara dua kelompok harus memiliki ragam yang
relatif sama. Asumsi yang demikian adalah asumsi homogenitas ragam.
Asumsi homogenitas ragam dapat diuji menggunakan uji Levene.
Apabila asumsi ini tak terpenuhi, uji t masih bisa dilakukan tetapi
dengan koreksi pada rumus uji t yang digunakan.
10
B. Fungsi Uji t independent
Fungsi pengujian uji t :
a. Untuk memperkirakan interval rata-rata.
b. Untuk menguji hipotesis tentang rata-rata suatu sampel.
c. Untuk mengetahui batas penerimaan suatu hipotesis.
d. Untuk menguji layak tidaknya sebuah pernyataan dapat dipercaya
atau tidak.
b. Apabila ragam populasi tidak diketahui dan ragam kedua kelompok tidak sama
(σ1 ≠ σ2) (kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan asumsi homogenitas
ragam), maka uji t yang digunakan adalah:
11
D. Hipotesis Uji t Independent
Pada uji t independen, hipotesis dua arah dan satu arah adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis dua arah:
Kriteria Pengujian:
Apabila t < -t(α/2,df) atau t > t(α/2,df) dan nilai signifikansi bernilai kurang
dari 0,050 (α = 5%), maka disimpulkan Tolak H0 (Terima Ha), yang berarti
terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok A dan B.
Apabila - t(α/2,df) ≤ t ≤ t(α/2,df) dan nilai signifikansi bernilai lebih dari 0,050,
maka disimpulkan Terima H0 (Tolak Ha), yang berarti tidak terdapat
perbedaan rata-rata antara kelompok A dan B.
b. Hipotesis satu arah:
Hipotesis satu arah untuk menguji A < B:
Kriteria Pengujian:
Apabila t < -t(α,df) dan nilai signifikansi bernilai kurang dari 0,050, maka
disimpulkan Tolak H0 (Terima Ha), yang berarti kelompok A tidak lebih kecil
dari B. Apabila t ≥ t(α,df) dan nilai signifikansi bernilai lebih dari 0,050, maka
disimpulkan Terima H0 (Tolak Ha), yang berarti kelompok A lebih kecil dari
B
c. Hipotesis satu arah untuk menguji A > B:
Kriteria Pengujian:
Apabila t > t(α,df) dan nilai signifikansi bernilai kurang dari 0,050, maka
disimpulkan Tolak H0 (Terima Ha), yang berarti kelompok A tidak lebih besar
dari B. Apabila t ≤ - t(α,df) dan nilai signifikansi bernilai lebih dari 0,050 maka
12
disimpulkan Terima H0 (Tolak Ha), yang berarti kelompok A lebih besar dari
B.
Contoh soal:
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan dua jenis model
pembelajaran (Contextual Learning dan Cooperative Learning) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa dengan pemberian pre tes dan post tes. Dua
kelompok sampel yang saling bebas dipilih secara acak sebanyak masing-masing
30 siswa.
Langkah-langkah menjawab:
Langkah 1: Menentukan hipotesis penelitian
H0 = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual
Learning sama dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan
model Cooperative Learning.
H1 = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model Contextual
Learning tidak sama dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar
dengan model Cooperative Learning.
Data Hasil Penelitian
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Contextual Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 70 75 1 63 78
2 78 81 2 68 75
3 76 80 3 66 73
4 74 77 4 70 73
5 76 73 5 72 82
6 72 75 6 74 83
7 70 72 7 70 79
8 84 80 8 72 81
9 86 89 9 68 75
10 80 87 10 60 69
11 82 89 11 64 73
12 76 79 12 65 76
13 80 83 13 68 77
14 78 81 14 70 77
15 70 74 15 60 71
16 66 69 16 78 90
17 68 70 17 80 87
18 64 68 18 82 91
19 60 63 19 84 90
20 60 65 20 80 89
21 78 87 21 72 83
13
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif
No Contextual Learning No. Cooperative Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
22 76 85 22 73 85
23 72 77 23 71 76
24 70 75 24 70 79
25 84 88 25 66 71
26 74 81 26 67 74
27 73 80 27 69 78
28 71 77 28 65 76
29 77 86 29 62 81
30 79 83 30 64 83
14
Stdev 7,071799 6,103042
sX =
(
x−x ) 2
=
1450 ,3
= 7,07199
n −1 30 − 1
sY =
x−x ( ) 2
=
1080 ,167
= 6,103042
n −1 30 − 1
s=
(n X − 1)s X2 + (nY − 1)sY2
(n X + nY − 2)
s=
(29 )7,071799 2 + (29 )6,103024 2
(30 + 30 − 2)
1450 ,378234 + 1080 ,166528
s=
58
2530 ,544762
s=
58
s = 43,630
b)
Langkah 4: Mencari t hitung dengan rumus
X −Y
t=
1 1
s x− y +
n n
x y
78,3 - 79,16667
t=
1 1
43,630 +
30 30
- 0,86667
t=
43,630 (0,0666 )
t = −0,508167
15
2.3. 2 Uji t Sampel Berpasangan (dependent)
T-test dependent atau sering diistilakan dengan Paired Sampel t-Test,
adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata
dua grup yang saling berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan
sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami 2
perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan
sesudah dilakukan sebuah treatment (Sugiyono, 2010).
Menurut Sugiyono (2009), definisi dari t test dependent adalah
pengujian yang mana tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai
variabel dari dua sampel yang berpasangan atau berkolerasi. Sampel
berpasangan dapat berupa :
a. Satu sampel yang diukur dua kali misalnya sebelum sampel diberi iklan dan
sesudah diberi iklan. Yang diukur selanjutnya adalah apakah setelah diberi
iklan anggota sampel yang membeli barang lebih banyak daripada anggota
sampel sebelum diberi iklan atau tidak.
b. Dua sampel berpasangan diukur bersama, misalnya sampel yang satu diberi
iklan, sampel yang lain tidak. Yang diukur selanjutnya adalah apakah
anggota sampel yang diberi iklan memberi barang lebih banyak atau tidak
dari pada yang tidak diberi iklan.
16
B. Syarat-syarat Uji t Dependent
Syarat – syarat penggunaan uji t – test dependent, terdiri dari :
a. Uji komparasi antar dua nilai pengamatan berpasangan, misalnya: sebelum
dan sesudah
b. Digunakan pada uji parametrik dimana syaratnya sebagai berikut
(Sugiyono, 2010):
1) satu sampel (setiap elemen mempunyai 2 nilai pengamatan)
2) merupakan data kuantitatif (rasio-interval)
3) Data berdistribusi normal (di populasi terdapat distribusi difference = d
yang berdistribusi normal dengan mean μd=0 dan variance =1)
b. Uji satu arah dimana pada hipotesis awal kelompok atau sampel 1
memiliki rata-rata sama dengan atau lebih besar dengan rata-rata
kelompok 2. sedangakan hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata kelompok 2.
c. Uji satu arah ini kebalikan pada hipotesis kedua, dimana pada
hipotesis awal kelompok atau sampel 1 memiliki rata-rata sama
dengan atau lebih kecil dengan rata-rata kelompok 2. sedangakan
hipotesis alternatif rata-rata kelompok 1 lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata kelompok 2.
17
Hipotesis awal ditolak, bila:
|t hitung| > t tabel( terdapat perbedaan / Ha) atau:
Hipotesis awal diterima, bila:
|t hitung| ≤ t tabel (tidak terdapat perbedaan / Ho)
D. Rumus Uji t Dependent
Menurut Sugiyono (2010), rumus uji t-test dependent, yaitu :
Statistik hitung (t hitung):
Dimana:
Keterangan:
D = Selisih x1 dan x2 (x1-x2)
n = Jumlah Sampel
X bar = Rata-rata
Sd = Standar Deviasi dari d.
18
Misalnya dalam penelitian dengan judul : “Perbedaan antara Hasil Belajar
Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional dengan CTL
Siswa Kelas IX SMAN 212 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”
Data diambil secara acak sebagai berikut :
Nilai kemampuan kognitif Nilai kemampuan kognitif Cooperative
No Cooperative Learning No. Learning
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 63 78 16 78 90
2 68 75 17 80 87
3 66 73 18 82 91
4 70 73 19 84 90
5 72 82 20 80 89
6 74 83 21 72 83
7 70 79 22 73 85
8 72 81 23 71 76
9 68 75 24 70 79
10 60 69 25 66 71
11 64 73 26 67 74
12 65 76 27 69 78
13 68 77 28 65 76
14 70 77 29 62 81
15 60 71 30 64 83
19
7 70 79 0,23333 -0,16667 0,054443 0,027779
8 72 81 2,23333 1,83333 4,987763 3,361099
9 68 75 -1,76667 -4,16667 3,121123 17,36114
10 60 69 -9,76667 -10,1667 95,38784 103,3612
11 64 73 -5,76667 -6,16667 33,25448 38,02782
12 65 76 -4,76667 -3,16667 22,72114 10,0278
13 68 77 -1,76667 -2,16667 3,121123 4,694459
14 70 77 0,23333 -2,16667 0,054443 4,694459
15 60 71 -9,76667 -8,16667 95,38784 66,6945
16 78 90 8,23333 10,83333 67,78772 117,361
17 80 87 10,23333 7,83333 104,721 61,36106
18 82 91 12,23333 11,83333 149,6544 140,0277
19 84 90 14,23333 10,83333 202,5877 117,361
20 80 89 10,23333 9,83333 104,721 96,69438
21 72 83 2,23333 3,83333 4,987763 14,69442
22 73 85 3,23333 5,83333 10,45442 34,02774
23 71 76 1,23333 -3,16667 1,521103 10,0278
24 70 79 0,23333 -0,16667 0,054443 0,027779
25 66 71 -3,76667 -8,16667 14,1878 66,6945
26 67 74 -2,76667 -5,16667 7,654463 26,69448
27 69 78 -0,76667 -1,16667 0,587783 1,361119
28 65 76 -4,76667 -3,16667 22,72114 10,0278
29 62 81 -7,76667 1,83333 60,32116 3,361099
30 64 83 -5,76667 3,83333 33,25448 14,69442
Σ 2093 2375 1129,367 1080,167
Mean 69,76667 79,16667
Stdev 6,240487 6,103042
sX =
x−x ( ) 2
=
1129,367
= 6,240487
n −1 30 − 1
sY =
x−x ( )
2
=
1080 ,167
= 6,103042
n −1 30 − 1
69,7667 - 79,16667
t=
(6,240487 / 30) + (6,103042 / 30 )
- 9,39997
t=
(0,208016233 ) + (0,203434733 )
− 9,39997
t=
0,641444437
t = −14,465437
20
Langkah 5 : Menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan t di atas maka dapat diambil keputusan sebagai
berikut. Tolak H0 bila − t1− 1
t atau t t1− 1 dan terima H0 bila
2 2
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
a. Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan hipotesis nol (H0)
b. Uji t satu sampel digunakan untuk mengetahui perbedaan mean (rerata)
populasi atau penelitian terdahulu dengan mean data sampel penelitian,
uji t independen digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara
dua kelompok berbeda berdasarkan suatu variabel dependen sedangkan uji
t dependen untuk membandingkan rata-rata dua grup yang saling
berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel
dengan subjek yang sama namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran
yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan sebuah
perlakuan.
c. Syarat dalam uji t satu sampel yaitu jumlahnya besar, sampel dari satu
jenis saja, dan terdistribusi normal, syarat uji t independent yaitu datanya
berdistribusi normal, kedua kelompok data independen (bebas), dan
variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan
hanya 2 kelompok) sedangkan dalam uji t dependent yaitu satu sampel
(setiap elemen mempunyai 2 nilai pengamatan), merupakan data
kuantitatif (rasio-interval), serta data berdistribusi normal
d. Langkah-langkah dalam melakukan uji t yaitu pertama menyusun hipotesis
deskriptif, kemudian menyusun hipotesisi statistik, dilanjutkan dengan
menghitung rata-rata, varians, standar deviasi, kemudian menghitung
dengan rumus t dan terakhir adalah menarik kesimpulan.
3.2 Saran
a. Pada saat menggunakan uji t, sebaiknnya lebih memahami variabel yang
digunakan.
22
b. Diharapkan peneliti dapat memahami uji t dengan baik sehingga tidak
salah dalam menggunakan rumus.
23
DAFTAR PUSTAKA
24