Nama Kelompok 4 :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas Mini Riset Proteksi
Sistem Tenaga Listrik ini yang berjudul “Analisis Sistem Proteksi
Directional Over Current Relays (DOCR) Dengan Interkoneksi
Distributed Generation (DG) Pada Penyulang Jolotundo”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita serta mampu memberi tanggapan serta kritikan
terhadap suatu pembahasan dengan sumber yang berbeda. Penulis
menyadari bahwa makalah yang disusun masih jauh dari kata
kesempurnaan. Masih ada terdapat kekurangan dalam menyusun dan
menyampaikan materi yang sesuai dengan judul topik. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca di masa yang akan datang. Sekian dan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
A. Definisi dan Jenis Gangguan Pada Sistem Distribusi..................................3
B. Penyebab Terjadinya Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik...................3
C. Sistem Proteksi.............................................................................................4
D. Persyaratan Sistem Proteksi........................................................................5
E. Directional Over Current Relay (DOCR)......................................................5
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................7
A. Rancangan....................................................................................................7
B. Teknik Analisis..............................................................................................8
C. Persamaan yang Digunakan........................................................................8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................9
A. Pemodelan Sistem........................................................................................9
B. Kondisi Awal Sistem.....................................................................................9
C. Kondisi Sistem Setelah Dilakukan Perhitungan Ulang Relay......................10
BAB V PENUTUP.........................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh interkoneksi Distributed Generation (DG) pada
Penyulang Jolotundo.
2. Bagaimana melakukan setting relays Directional Over Current Relay
(DOCR).
1
3. Bagaimana koordinasi relay DOCR untuk mendeteksi adanya arus lebih
akibat interkoneksi dengan DG dan arus hubung singkat 3 phasa dan
phasa ke phasa.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh interkoneksi Distributed Generation (DG)
pada Penyulang Jolotundo.
2. Untuk mengetahui bagaimana melakukan setting relays Directional
Over Current Relay (DOCR).
3. Untuk mengetahui bagaimana koordinasi relay DOCR untuk mendeteksi
adanya arus lebih akibat interkoneksi dengan DG dan arus hubung
singkat 3 phasa dan phasa ke phasa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dilapangan justru sering terjadi gangguan hubung terbuka yang
kemudianberubah menjadi hubung singkat oleh kejadian – kejadian
yang mengikutinya. Beberapa gangguan terbuka yang terjadi bahkan
lebih mungkin menimbulkan bahaya bagi orang yang menanganinya.
C. Sistem Proteksi
Keandalan dan kemampuan sistem tenaga listrik dalam sebuah
jaringan sangat tergantung pada sistem pengaman yang digunakan.
Oleh sebab itu dalam perencanaan suatu sistem tenaga listrik, perlu
dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada
sistem melalui analisa gangguan. Dari hasil penelitian gangguan, dapat
ditentukan sistem proteksi yang digunakan, seperti spesifikasi
switchgear, rating pemutus tenaga (CB) serta penetapan besaran-
besaran yang menentukan bekerjanya suatu rele (relay setting) untuk
keperluan proteksi. Definisi sistem pengaman tenaga listrik adalah
sistem pengaman yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu
sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan
lain-lain terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi
abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih,
beban lebih,
4
depan atau arah arus kebelakang. Pada pentanahan titik netral trafo
dengan menggunakan tahanan, relay ini dipasang pada penyulang 20
kV. Bekerjanya relay ini berdasarkan adanya sumber arus ZCT (Zero
Current Transformer) dan sumber tegangan dari PT (Potential
Transformer). Sumber tegangan PT umumnya menggunakan rangkaian
Open - Delta, tetapi tidak menutup kemungkinan ada yang
menggunakan koneksi langsung tiga fasa. Untuk membedakan arah
tersebut maka salah satu fasa dari arus harus dibandingkan dengan
tegangan pada fasa yang lain. Gambar 2.1 menunjukan rangkaian open
- delta.
5
pengeluaran modal investasi untuk pembangunan dan pemeliharaan
saluran transmisi dan gardu induk tersebut.
Selain dapat mencegah rugi – rugi di sepanjang saluran transmisi
dan Gardu Induk (GI), maka kemungkinan terjadinya gangguan
disepanjang saluran transmisi dan gardu induk tersebut dapat diperkecil
sehingga dapat meningkatkan pelayanan jaringan tenaga listrik.
Disamping itu, pembangunan DG memerlukan waktu yang relatif lebih
singkat apabila dibandingkan dengan waktu yang diperlukan
membangun pembangkit listrik konvensional (seperti PLTU atau PLTA).
DG yang digunakan pada penelitian ini adalah pembangkit listrik
tenaga mikro hidro (PLTMH) Seloliman yang berada di Kabupaten
Mojokerto. PLTMH adalah pembangkitan yang dilakukan dengan
memanfaatkan aliran air dari anak- anak sungai yang kecil atau dari
saluran irigasi (mini-microhydro).
Pembangkit listrik mikrohidro adalah suatu pembangkit yang dapat
menghasilkan energi listrik sampai dengan 100 kW sedangkan untuk
pembangkit listrik yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 100
kW – 5 MW didefinisikan sebagai pembangkit listrik mikro hidro. Potensi
mini-mikrohidro power di Indonesia sekitar 7.500 MW dengan kapasitas
terpasang sebesar 200 MW.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan
1. Melakukan kajian pustaka tentang sistem proteksi terutama
DOCR dan integrasi unit DG kedalam jaringan sistem tenaga listrik.
2. Melakukan pengumpulan data lapangan penyulang Jolotundo
berupa data power grid, data trafo, data beban, data proteksi data DG
(PLTMH Seloliman).
3. Melakukan pemodelan penyulang Jolotundo dan PLTMH Seloliman.
4. Analisis short sircuit untuk mengetahui nilai arus hubung singkat
sebelum dan sesudah integrasi DG pada penyulang Jolotundo.
5. Perhitungan setting realay DOCR berdasarkan hasil analisis arus
hubung singkat.
6. Melakukan analisis hasil pemodelan / program.
7
B. Teknik Analisis
1. Unit Pelayanan dan Jaringan Pacet
PLN (Persero) Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Pacet
merupakan bagian dari management PT. PLN (Persero) distribusi jawa
timur yang beradi di Jl. Raya Pacet Kabupaten Mojokerto.
2. Penyulang Jolotundo
Penyulang merupakan saluran keluaran dari gardu induk distribusi
tegangan menengah 20 kV. Penyulang Jolotundo merupakan salah satu
penyulang yang terdapat di gardu induk Ngoro dengan tegangan 20 kV,
yang masuk pada area kerja UPJ Pacet Jl. Raya Pacet Mojokerto.
Penyulang Jolotundo merupakan salah satu penyulang yang
didalamnya terintegrasi dengan pembangkit terdistribusi tenaga
Mikrohidro, dengan kapasitas 52 kVA yang terdapat didesa Seloliman
dan tersambung dengan trafo tiang dengan kapasitas 50 kVA. Dengan
adanya penyambungan pembangkit terdistribusi ke jaringan,
memungkinkan terdapat adanya gangguan arus lebih saat daya
yang dihasilkan pembangkit di interkoneksikan ke jaringan Penyulang
Jolotundo. Untuk mengetahui besar/kecilnya arus saat interkoneksi DG
ke jaringan maka akan dilakukan simulasi dengan software ETAP
Power Station memakai data dari hasil survei lapangan pada UPJ Pacet
dan PLTMH Seloliman
C. Persamaan yang Digunakan
Persamaan yang digunakan untuk menghitung dan menentukan
parameter setting relay Directional Over Current Relay (DOCR)
mengacu pada standard IEEE/ANSI. Tabel 4.1 menunjukan tabel
perhitungan DOCR.
Tabel 4.1 IDMT standar inverse yang memakai standar IEC 60255
8
BAB IV
9
C. Kondisi Sistem Setelah Dilakukan Perhitungan Ulang Relay
Data pada tabel 5.3 Merupakan data directional over current
relay yang telah dilakukan perhitungan ulang. Data tersebut akan
dimasukkan ke dalam pemodelan sistem merubah settingan awal
sistem untuk melihat kinerja relay apakah setting yang baru sudah
sesuai dengan yang diharapakan.
10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan perancangan dan menganalisa koordinasi
proteksi arus lebih pada Penyulang Jolotundo dengan interkoneksi
Distributed Generation (DG) maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Integrasi DG dalam sistem distribusi merubah parameter arus beban
contohnya terjadi pada bus 9 sebelum interkoneksi DG I = 39,8 A dan
setelah interkoneksi DG I = 41,6 A terjadi kenaikan arus beban
sebesar 1,8 A. Arus beban bertambah karena bus 9 dekat dengan
DG.
2. Integrasi DG meningkatkan arus gangguan terjadi juga pada bus 9
dengan nilai arus gangguan sebelum pemasangan DG pada gangguan
3 phasa sebesar I = 1.022 kA, dan sesudah interkoneksi DG menjadi I
= 1.414 kA. Arus gangguan antar phasa sebelum interkoneksi DG
sebesar Isc = 0.885 kA, sesudah interkoneksi DG menjadi Isc = 1.235
kA.
3. Selektivitas relay pada bus 9 yang dengan koordinasi pada relay 3
tidak akan bekerja dengan optimal apabila setelan waktu kerjanya relay
terlalu lama yakni t = 0,175 s untuk relay arus lebih. Apabila tetap
menggunakan setelan awal maka terjadi kesalahan koordinasi antara
relay 7.
B. Saran
Untuk mengetahui selektivitas kerja relay pada interkoneksi
Distributed Generation (DG) jika memungkinkan sebaiknya harus
disertai data lapangan yang mencatat waktu dan lokasi terjadinya
gangguan, jika nantinya aplikasi simulasi ini dapat diterapkan di
lapangan agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan serta
pengembangan dalam memproteksi sistem jaringan tegangan
menengah khususnya yang terinterkoneksi Distributed Generation (DG).
11
DAFTAR PUSTAKA
12