Anda di halaman 1dari 26

SISTEM PROTEKSI

“SISTEM PROTEKSI MOTOR 469”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 (D4 SKL-3D)

1. ARIZAL MAULANA P. (NIM. 1641150036)


2. FAJAR HIDAYATULLAH (NIM. 1641150085)
3. GIGIH HARIO TRISULA (NIM. 1641150092)
4. ILHAM AKBAR M. (NIM. 1641150086)
5. MOCH. NUR ROKHIM (NIM. 1641150028)
6. RISKA FIBRIANTI (NIM. 1641150019)
7. TAREDO DIASTANTO (NIM. 1641150054)

PROGRAM STUDI D4 SISTEM KELISTRIKAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1. Pengertian Pengaman ............................................................................ 2
2.2. Pengertian Rele ..................................................................................... 2
2.3. Sistem Proteksi Motor 469 ................................................................... 2
2.3.1. Proteksi dan Kontrol ......................................................................... 3
2.3.2. Model Motor Termal ......................................................................... 3
2.3.2.1. Kurva Overload ................................................................................. 5
2.3.2.2. Ketidakseimbangan (Urutan Arus Negatif) Bias .............................. 6
2.3.2.3. Rasio Aman Panas/Dingin ................................................................ 6
2.3.2.4. Waktu Konstan Pendinginan Motor .............................................. 7
2.3.2.5. Penghalang Start dan Restart Darurat ........................................... 8
2.3.2.6. Pengawasan Motor Start ................................................................ 8
2.3.2.7. Gangguan Mekanik dan Waktu Akselerasi ................................... 8
2.3.2.8. Proteksi Perbedaan Fasa ................................................................ 8
2.3.2.9. Trip Hubung Singkat/Short Circuit ................................................... 9
2.3.2.10. Gangguan Tanah ............................................................................ 9
2.3.2.11. Proteksi Tegangan dan Frekuensi ................................................ 10
2.3.2.12. Elemen Daya ............................................................................... 10
2.3.2.13. Power Factor................................................................................ 10
2.3.2.14. Daya Reaktif ................................................................................ 10
2.3.2.15. Underpower ................................................................................. 10
2.3.2.16. Reverse Active Power ................................................................. 10
2.3.2.17. Over Torsi.................................................................................... 11
2.3.2.18. Ketidakseimbangan Arus ............................................................ 11
2.3.2.19. Proteksi RTD ............................................................................... 11
2.3.2.20. Fitur Tambahan dan Khusus........................................................ 11

ii
2.3.3. Input dan Output ............................................................................. 12
2.3.3.1. Arus dan Tegangan Input ................................................................ 12
2.3.3.2. Input Digital .................................................................................... 12
2.3.3.3. Input dan Output Analog................................................................. 13
2.3.3.4. Relay Output ................................................................................... 13
2.4. Prinsip Kerja 469 Motor Protection ................................................ 13
2.5. Wiring diagram ............................................................................... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 19

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 21

iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen
yang dirancang untuk mengidentifikasi kondisi system tenaga listrik dan bekerja
berdasarkan informasi yang diperoleh dari system tersebut seperti arus, tegangan,
atau sudut fasa antara keduanya. Informasi yang diperoleh dari system tenaga
listrik akan digunakan untuk membandingkan besarannya dengan besaran ambang
batas (threshold setting) pada peralatan proteksi. Apabila besaran yang diperoleh
dari system melebihi setting ambang batas peralatan proteksi, maka system
proteksi akan bekerja untuk mengamankan kondisi tersebut. Peralatan proteksi
pada umumnya terdiri dari beberapa elemen yang dirancang untuk mengamati
kondisi system dan melakukan suatu tindakan berdasarkan kondisi sistem.
Sistem proteksi pada motor sangat penting dalam menjaga proses
keberlangsungan motor dan proses produksi dari suatu perusahaan. Ini
dikarenakan prinsip dalam proteksi yang baik salah satunya adalah aman, selain
andal dan ekonomis. Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin
bahwa motor harus bekerja dengan baik dan optimal sehingga motor dapat
dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam pengoperasian sebuah mesin
akan diberikan sebuah alat yang berfungsi untuk mengamankan sistem darai
gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan.
Dengan sistem proteksi yang handal, maka motor akan menjadi semakin awet
dan dapat bekerja dengan optimal dan terhindar dari gangguan yang bersifat
sementara. Jika proteksi dapat berjalan dengan baik, maka hal ini akan mampu
menaikkan nilai ekonomis karena jika dalam suatu system motor terjadi
gangguan, maka akan menimbulkan pembengkakan biaya untuk perbaikan.
Pembuatan makalah ini berdasarkan tugas mata kuliah sistem proteksi. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut makalah dapat juga dijadikan sumber
referensi oleh para pembaca sebagai dasar pemikiran untuk dikembangkan atau
untuk dilengkapi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengaman


Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi atau
mengamankan atau mencegah sistem instalasi listrik dari beban arus yang
melebihi kemampuannya. Arus yang mengalir pada suatu penghantar akan
menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat listriknya
sendiri.
Fungsi pengaman sebagai berikut:
 Mengamankan sistem instalasi listrik (hantaran, perlengkapan listrik dan alat/
pesawat yang menggunakan listrik)
 Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh pemakaian beban
yang berlebihan dan akibat hubung singkat antara fasa dengan fasa, fasa
dengan netral atau fasa dengan badan (body).
 Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau perlengkapan lainnya.

2.2. Pengertian Rele


Rele adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama
yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch).
Rele menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar
sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik
yang bertegangan lebih tinggi.

2.3. Sistem Proteksi Motor 469


Sistem Proteksi Motor SR469, merupakan jenis dari relai SR yang mampu
memberikan perlindungan, kontrol, dan berbasis sistem komunikasi. SR469
dirancang untuk proteksi motor tegangan tinggi dan menengah. 469 memberikan
perlindungan terhadap kurva overload berlebih yang terintegrasi dengan CT
tunggal untuk fleksibilitas tambahan. 469 juga menyediakan konfigurasi yang
disederhanakan menggunakan setting Motor Auto-Configurator. 469

2
menggunakan mampu terintegrasi dengan jaringan kontrol melalui sistem
protokol komunikasi. Klasifikasi fungsi 469 akan terbagi menjadi berikut :

2.3.1. Proteksi dan Kontrol


469 adalah sebuah sistem proteksi motor digital yang dirancang untuk
memproteksi dan mengelola motor menengah dan motor besar serta peralatan
yang digerakkan. Sistem ini terdiri dari sebuah batas yang diaktifkan selektif,
proteksi sendiri dan elemen kontrol yang dijelaskan pada Diagram Blok
Fungsional dan Tabel Fungsi.

2.3.2. Model Motor Termal


Fungsi proteksi utama model 469 adalah model termal dengan 6 elemen
kunci:
 Kurva Overload
 Ketidakseimbangan Bias
 Rasio Aman Panas/Dingin
 Waktu Konstan Pendinginan Motor
 Pengahalang Start dan Restart Darurat
 Bias RTD

3
4
2.3.2.1. Kurva Overload
Kurva dapat mengambil salah satu dari tiga format: standart, custom,
atau voltage dependent. Untuk semua model kurva, 469 menyimpan memori
termal dalam kapasitas termal menggunakan register yang diperbarui setiap 0,1
detik. Overload pickup menentukan dimulainya kurva overload. Standart kurva
overload 469 adalah bentuk standart dengan pengali nilai 1 sampai 15.
Tegangan yang berdasarkan kurva overload digunakan dalam
pengaplikasian beban inersia tinggi, dimana waktu percepatan motor dapat
menambah waktu tunggu yang aman dan batas motor termal.
Selama motor berakselerasi, kurva termal overload yang telah terprogram
secara dinamis dengan referensi sistem level tegangan. Pilihan dari tipe kurva dan
bentuknya berdasarkan pada kurva termal limit motor yang disediakan oleh
pabrikan motor.

5
2.3.2.2. Ketidakseimbangan (Urutan Arus Negatif) Bias
Urutan arus negatif yang menyebabkan pemanasan rotor, tidak dicatat di
kurva batas termal yang dipasok oleh pabrikan motor ukuran ketidakseimbangan
469 sebagai rasio arus urutan negatif ke positif. Model termal dibiaskan untuk
mencerminkan pemanasan tambahan. Derating motor disebabkan oleh
ketidakseimbangan arus dapat dipilih melalui setpoint ketidakseimbangan bias
faktor K. Ketidakseimbangan Tegangan menyebabkan sekitar 6 kali lebih tinggi
dari ketidakseimbangan arus (1% ketidakseimbangan tegangan sama dengan 6%
ketidakseimbangan arus). Perhatikan bahwa kurva k = 8 hampir identik dengan
kurva penurunan NEMA.

2.3.2.3. Rasio Aman Panas/Dingin


Rasio waktu aman panas/dingin menentukan tingkat kestabilan dari
kapasitas termal yang digunakan oleh motor. Level ini disesuaikan untuk
temperature operasi normal pada beban penuh motor dan yang akan disesuaikan
secara proposional jika beban motor lebih rendah dari ratingnya.
Rasio Aman Panas/Dingin yang digunakan oleh rele untuk menentukan
batas minimal dari kurva running cool down dan juga menentukan tingkat
kapasitas termal pada titik tengan pembiasan kurva RTD.

6
2.3.2.4. Waktu Konstan Pendinginan Motor
Ketika motor 469 mendeteksi bahwa motor running pada beban lebih
rendah dari set point overload akan bekerja, atau motor berhenti, yang akan mulai
mengurangi nilai penyimpanan TCU, mensimulasi proses pendinginan aktual
motor. TCU mengalami peluruhan ekponensial saat batas diperintah oleh set point
waktu konstan pendinginan. Proses pendinginan secara normal dari motor yang
berhenti sangat lambat daripada saat motor running, jadi set point waktu konstan
pendinginan saat running dan berhenti tersedia dalam rele untuk menggambarkan
perbedaan.
Batas rendah TCU pada kurva running cool down yang ditentukan oleh
Rasio Aman Panas/Dingin dan level pada beban motor. Batas rendah TCU pada
kurva pendinginan saat berhenti adalah 0% dan disesuaikan untuk motor pada
suhu lingkungan.

7
2.3.2.5. Penghalang Start dan Restart Darurat
Penghalang start berfungsi mencegah starting motor ketika kapasitas
termal tidak memenuhi atau fungsi pengawasan start motor memerintah
penghalang start. Pada keadaaan darurat penggunaan kapasitas termal dan
pengawasan motor start timer dapat direset untuk mengizinkan motor starting.

2.3.2.6. Pengawasan Motor Start


Pengawasan motor start terdiri dari beberapa fitur: waktu ketika start,
start per jam, waktu restart. Element tersebut dimaksudkan untuk melindungi
motor melawan kelebihan kerja starting, secara normal ditentukan oleh pabrikan
motor dalam penambahan untuk kurva kerusakan termal.

2.3.2.7. Gangguan Mekanik dan Waktu Akselerasi


Kedua element itu digunakan untuk mencegah kerusakan motor selama
kondisi operasi tidak normal, seperti memperlambat waktu percepatan atau rotor
terhenti.

2.3.2.8. Proteksi Perbedaan Fasa


Fungsi ini dimaksudkan untuk melindungi belitan stator dan kabel power
supply dari motor besar. Dua tipe dari hubungan trafo arus meliputi:
 6 CT hubungan eksternal dalam konfigurasi penambahan
 3 CT Keseimbangan Fluks
Level pickup trip terpisah dan waktu tunda tersedia untuk kondisi starting motor
dan kondisi running.

8
2.3.2.9. Trip Hubung Singkat/Short Circuit
Fungsi ini dimaksudkan untuk melindungi belitan stator pada motor
melawan gangguan phase to phase. Dilengkapi dengan filter overreach, 469
memindah komponen DC dari tampilan arus asimetris pada saat adanya gangguan
atau saat motor starting.
Fitur trip cadangan juga tersedia sebagai bagian dari fungsi tersebut,
biasanya terjadi trip kedua jika gangguan tidak teratasi dengan memberi waktu
tunda. Fitur cadangan juga dapat memerintah kontak bantu untuk memberi isyarat
atau remote tripping pada peralatan proteksi upstream.

2.3.2.10. Gangguan Tanah


Fungsi ini dirancang untuk melindungi motor terhadap gangguan fasa
ke tanah. Terdapat dua kontribusi input arus ground pada rele, yang meliputi tipe
dari deteksi arus ground.
 Core balance (urutan Nol) trafo arus
 Core balance (urutan Nol) 50:0.025 trafo arus
 Hubungan residual dari fasa trafo arus
Fungsi ini diilengkapi dengan filter overreach, yang memindah komponen DC
dari tampilan arus asimetris pada saat adanya gangguan atau saat motor starting.
Dua level pickup (trip dan alarm) dengan masing-masing waktu tunda yang
mendeteksi gangguan tanah.

9
Fitur trip cadangan juga tersedia sebagai bagian dari fungsi tersebut. Prinsip kerja
operasi dai cadangan trip gangguan tanah sama dengan cadangan trip short circuit.

2.3.2.11. Proteksi Tegangan dan Frekuensi


Fungsi penggunaan proteksi tegangan dan frekuensi untuk mendeteksi
kondisi tegangan dan frekuensi pada sistem tidak normal, potensi bahaya pada
motor. Elemen cadangan yang tersedia meliputi:
 Overvoltage dan Undervoltage
 Ocerfrequency dan Underfrequency
 Fasa Terbalik
Untuk menghindari gangguan trip, 469 dapat mengatur element undervoltage
ketika bus pada power supply motor tidak bekerja., atau under VT fuse
mengalami kegagalan.

2.3.2.12. Elemen Daya


Bagian power elemen tersedia dalam rele 469. Empat elemen pertama
memiliki ketentuan blocking selama motor starting.

2.3.2.13. Power Factor


Elemen ini digunakan dalam aplikasi synchronous motor untuk
mendeteksi kondisi ketidaksinkronan.

2.3.2.14. Daya Relatif


Elemen ini digunakan pada aplikasi dimana batas daya reaktif yang
ditentukan.

2.3.2.15. Underpower
Digunakan untuk mendeteksi kehilangan beban.

2.3.2.16. Reverse Active Power


Berfungsi untuk mendeteksi kondisi dimana motor dapat menjadi
generator.

10
2.3.2.17. Over Torsi
Elemen ini digunakan untuk melindungi beban yang digerakkan dari
kerusakan mekanik.

2.3.2.18. Ketidakseimbangan Arus


Dalam penambahan untuk model termal arus pembiasan tidak seimbang
tersedia dalam rele 469 seperti elemen independen dengan dua level pickup dan
dirancang dalam deteksi algoritma satu fasa.

2.3.2.19. Proteksi RTD


469 memiliki 12 program input RTD yang didukung oleh 4 perbedaan
tipe pada sensor RTD. Input RTD secara normal digunakan untuk monitoring
stator, baering, temperature lingkungan sama seperti beberapa bagian pada
pemasangan motor yang dapat menghasilkan overheating. Masing-masing input
RTD memiliki 3 level operasional: alarm, high alarm dan trip. 469 juga
mendukung voting trip RTD dan menyediakan kegagalan alarm open/short RTD.

2.3.2.20. Fitur Tambahan dan Khusus


 Proteksi dua kecepatan motor
 Filter beban rata-rata untuk aplikasi beban putar
 Mengawasi pengurangan tegangan starting
 Filter variable frekuensi memperbolehkan sensing akurasi dan perhitungan
pada nilai analog dalam aplikasi VFD (Variable Frequency Driver)
 Perhitungan diferensial dari input analog untuk dua aplikasi penggerak
 Penghitung kecepatan trip dan alarm
 Penghitung digital universal trip dan alarm
 Pulsing output kWh dan kVarh
 Pengawasan trip koil
 Drawout indicator, Setpoint Access dan Test permit inputs
 Undervoltage Autorestart (optional)
 Sistem deteksi kerusakan bar rotor
 Kegagalan VT Fuse

11
2.3.3. Input dan Output
2.3.3.1. Arus dan Tegangan Input
469 memiliki dua set input CT tiga fase, satu untuk fasa arus, dan satu
didedikasikan untuk proteksi diferensial. Rating input arus fasa (1A dan 5A) harus
ditentukan saat memesan relai, sementara rating untuk input diferensial diprogram
di lapangan, mendukung arus sekunder 1A dan 5A.
Ada juga 2 input CT ground satu fase: Masukan standar dengan rating
sekunder yang bisa diatur ; 5A atau 1A, dan input deteksi arus ground sensitivitas
tinggi untuk sistem grounding dengan tahanan tinggi.
Input VT tiga fasa mendukung konfigurasi delta dan bintang dan
memberikan sinyal tegangan untuk semua tegangan,frekuensi dan daya
berdasarkan elemen proteksi dan metering.

2.3.3.2. Input Digital


469 mempunyai 5 definisi input:
 Status awal (Starter Status)
 Restart Darurat (Emergency Restart)
 Reset remot (Remote Reset)
 Akses setpoint (Setpoint Access)
 Saklar test(Test Switch )
469 juga memiliki empat input digital yang dapat ditetapkan, yang
dapat dikonfigurasi sebagai fungsi-fungsi berikut:
 Remot trip dan alarm
 Speed Switch Trip dan Tachometer
 Vibration Switch Trip dan Alarm
 Pressure Switch Trip dan Alarm
 Load Shed Trip
 Penghitung digital universal
 Pemicu oscillography eksternal dan inisiasi Simulasi Kesalahan Relay
Eksternal
 General Switch dengan fungsi yang dapat diprogram dan output

12
2.3.3.3. Input dan Output Analog
Kegunaan empat input analog yang dapat dikonfigurasi yang tersedia
pada 469 untuk mengukur jumlah operasi motor terkait yang diumpankan ke relai
dari transduser standar. Setiap input dapat secara individual diatur untuk
mengukur 4-20 mA, 0-20 mA atau 0-1 mA sinyal transduser. 469 juga dapat
diatur untuk mengeluarkan trip atau perintah alarm berdasarkan sinyal ambang
batas (thresholds).
Kegunaan empat output analog yang dapat dikonfigurasi yang tersedia di
469 untuk menyediakan sinyal transduser standar ke peralatan pemantauan lokal.
Sinyal output yang diinginkan harus ditentukan ketika relay diperintahkan, baik 4-
20 mA, atau 0-1 mA. Output analog dapat dikonfigurasi untuk menyediakan
output berdasarkan nilai analog terukur, atau kuantitas apapun yang terhitung.

2.3.3.4. Relay Output


Ada enam rele output Form-C yang tersedia di 469. Empat rele selalu non-failsafe
dan dapat secara selektif ditugaskan untuk melakukan trip atau fungsi alarm.
Sebuah non-failsafe block start rele juga disediakan, dikendalikan oleh fungsi
perlindungan yang membutuhkan fungsionalitas pemblokiran. Kehilangan
kekuatan kontrol atau kegagalan internal 469 ditunjukkan melalui failsafe service
relay. Trip dan alarm rele juga dapat dikonfigurasi dengan fungsi menempel.

2.4. Prinsip Kerja 469 Motor Protection


Sistem Proteksi 469 Motor Protection terdiri atas beberapa fungsi proteksi
motor dimana melibatkan beberapa faktor yang patut dijadikan subjek yang
diperhatikan untuk diproteksi. Kerja proteksi berupa pemutusan sumber tegangan
yang menyuplai motor lewat kerja dari relay pemutusnya (tripping). Pemutusan
tersebut dapat terjadi jika arus atau tegangan maupun frekuensi yang terukur (ter-
sensing) melebihi atau kurang dari set point yang diatur pada setiap parameter
proteksinya. Parameter-parameter proteksi yang dijadikan subjek proteksi maupun
pengontrol .
 Overload

13
Sebuah motor listrik harus diberikan beban sesuai dengan kemampuannya.
Apabila motor listrik tersebut dibebani melebihi kapasitasnya, maka akan
timbul arus yang lebih besar yang mengalir pada motor. Arus yang besar akan
menyebabkan motor menjadi panas. Panas merupakan salah satu musuh utama
dari motor listrik karena dapat merusak isolasinya. Maka dari itu dibutuhkan
sistem proteksi untuk mencegah motor menjadi terlalu panas. Hal utama yang
perlu diatur dalam pengaturan rele overload adalah nilai kurva overload standar
dan tingkat arus full load berapa yang digunakan.
 Ground Fault
Suatu kondisi dimana salah satu kawat fasa motor terhubung langsung dengan
ground. Hal ini umumnya terjadi karena tembusnya isolasi antara kawat fasa
dan ground. Untuk mencegah ground fault , SR469 akan mendeteksi arus yang
mengalir antara kawat fasa dan ground dengan menggunakan CT. Untuk
mengoperasikannya kita perlu mengatur arus maksimum yang mengalir ke
ground dan waktu delay operasi rele. Waktu delay operasi rele ground fault
biasanya diatur menjadi nol detik agar rele langsung memutus hubungan
seketika, dan mencegah gangguan ini merusak sistem di atasnya.
 Current Unballance
Gangguan ini terjadi saat arus di ketiga fasa IA, IB, dan IC pada motor tidaklah
seimbang. Arus yang mengalir pun menjadi tidak seimbang. Hal ini dapat
menyebabkan motor menjadi panas, putarannya terbalik dan bahkan motor
mati.
 Mechanical Jam
Saat sedang beroperasi, motor tiba-tiba terhambat secara mekanis. Hal yang
dapat menyebabkan mechanical jam adalah :
- Pelumasan pada motor tidak sempurna.
- Pemeliharaan motor listrik kurang baik.
- Pemasangan instalasi tidak teliti dan kurang cermat.
- Pemakaian bagian perlengkapan motor tidak sesuai.
- Pembebanan mekanis yang digerakkan lebih besar dari kemampuan motor.

14
Bila hal tersebut terjadi, motor akan menarik arus yang sangat besar saat
berusaha berputar secara normal kembali. Arus yang besar menyebabkan motor
akan menjadi panas.

2.5. Wiring diagram

15
2.5.1 power supply

kontrol power 469 harus sesuai dengan catu daya switching yang dipasang. Jika
tegangan yang dipakai tidak cocok,maka dapat merusak unit.

2.5.2 Arus Input

a. Pastikan bahwa arus fase nominal 469 1 A atau 5 A sesuai dengan nilai
sekunder dan koneksi dari CT yang terhubung. CT yang tidak cocok dapat
menyebabkan kerusakan peralatan atau perlindungan yang tidak memadai.
Polaritas CT fase sangat penting

16
b. Direkomendasikan koneksi fasa urutan-nol. Saturasi yang tidak sama pada
CTs, ukuran dan lokasi motor, hambatan sistem daya dan kepadatan
saturasi inti motor,dll.,dapat menyebabkan pembacaan salah di sirkuit GF
yang terhubung secara permanen.Hanya satu input ground yang harus
dipasang - input yang lain harus tidak terhubung.

2.5.3 Perbedaan Arus Input

469 memiliki tiga saluran untuk input arus diferensial, masing-masing


dengan mengisolasi transformator. Tidak ada koneksi ground internal pada arus
input. Setiap rangkaian CT diferensial di hubung singkat oleh mekanisme
otomatis pada modul 469 jika unit tersebut mengalami gangguan. Arus utama CT
diferensial maksimum adalah 5000 A. 469 mengukur hingga 5 A arus sekunder
untuk input CT diferensial. karena konversi relatif kecil, opsi 1 A atau 5 A dapat
diprogram di lapangan. Pemilihan yang benar pada pengaturan ini memastikan
pembacaan yang tepat dari arus diferensial fase utama. Itu 1 A / 5 CT diferensial
yang dipilih harus mampu mengendalikan 469 beban CT diferensial .CT
diferensial dapat berupa keseimbangan inti seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Kalau tidak, penjumlahan dari dua CTs per fase ke input diferensial akan
memberikan zona perlindungan yang lebih besar. Jika penjumlahan dua CT
digunakan, pengamatan polaritas CT sangat penting. Metode penjumlahan juga
dapat diimplementasikan menggunakan CTs fase. Mereka harus memiliki rasio
CT yang sama.

17
2.5.4 Tegangan Input

469 memiliki tiga saluran untuk input tegangan AC, masing-masing dengan
transformator berisolasi. Tidak ada sekering internal atau koneksi ground pada
input tegangan. Rasio VT maksimum adalah 300:1. Dua koneksi VT adalah delta
terbuka atau wye. Saluran tegangan terhubung dalam wye secara internal, yang
berarti jumper ditampilkan pada koneksi delta-source dari kabel yang khas
diagram, antara input fase B dan 469 terminal netral, harus diinstal untuk buka VT
delta.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem proteksi pada Modul 469 untuk sistem proteksi pada motor diantaranya :

 Ketidakseimbangan bias
 Ketidakseimbangan arus
 Proteksi RTD
 Penghalang start dan restart darurat
 Gangguan mekanik dan waktu akselerasi
 Perbedaan fasa
 Short circuit
 Gangguan tanah
 Tegangan dan frekuensi
 Elemen daya
 Power factor
 Daya reaktif
 Under power
 Reverse active power
 Torsi lebih
Untuk fitur khusus tambahan diantaranya :

 Proteksi dua kecepatan motor


 Filter beban rata-rata untuk aplikasi beban putar
 Mengawasi pengurangan tegangan starting
 Filter variable frekuensi memperbolehkan sensing akurasi dan perhitungan
pada nilai analog dalam aplikasi VFD (Variable Frequency Driver)
 Perhitungan diferensial dari input analog untuk dua aplikasi penggerak
 Penghitung kecepatan trip dan alarm
 Penghitung digital universal trip dan alarm
 Pulsing output kWh dan kVarh
 Pengawasan trip koil

19
 Drawout indicator, Setpoint Access dan Test permit inputs
 Undervoltage Autorestart (optional)
 Sistem deteksi kerusakan bar rotor
 Kegagalan VT Fuse

20
Daftar pustaka

https://www.scribd.com/document/360907789/Mpr

https://www.GEmultilin.com

469 MOTOR MANAGEMENT RELAY INSTRUCTION MANUAL/Digital Energy Multilin

21

Anda mungkin juga menyukai