S1 TEKNIK ELEKTRO
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN
JAKARTA
2019
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi Tugas
SCADA di Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, terutama pada saat penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Alex Fernandes,S.T.,M.t. selaku Dosen Mata kuliah SCADA, Sekolah Tinggi Teknik
PLN.
2. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan doanya serta bantuan dukungan moral; dan
3. Semua pihak yang yang telah membantu penulis baik itu secara langsung ataupun tidak langsung.
Akhir kata, saya berharap Allah Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Makalah ini ditulis dalam bahasa Indonesia sehingga diharapkan makalah ini
mendatangkan banyak manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di negeri ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
II
DAFTAR GAMBAR
III
BAB I
PENDAHULUAN
Dari berbagai penggunaan yang positif, energi listrik juga mendatangkan bahaya bagi
penggunanya jika tidak mengefii cara penggunaan dan pengamanannya .PLN sebagai pemsahaan di
negara kita yang mengelola energi listrik dituntut hams mampu memberikan keandalan dan keamanan
pasokan listrik bagi konsumen. Keandalan dalam arti (listrik tidak pemah padam). Untuk
mewujudkan harapan tersebut sangat sulit dicapai PLN jika hanya menerapkan cara-cara lama,
sehingga PLN mau tidak mau hams menerapkan teknologi-teknologi bam pada sistemnya .
Salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut adalah PLN Distribusi Jakafia Raya dan
Tangerang yang menggunakan sistem SCADA ( Supelvisoly Control And Data Aquisition ) pada
jaring distribusinya. Untuk mengotrol dan memonitoring jańngan distribusi saat di jalankan serta
mendeteksi masalah dan ganguan dengan cepat sehingga system jaringan listrik akan semakin handal
dan aman.
1. Sistem SCADA pada distribusi PLN JAKARTA RAYA dan TANGERANG secara unum.
2. Cara mengalihkan tegangan atau daya beban pada saat terjadi gangguan dan pemeliharaan
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sistem SCADA
Sistem SCADA ( Supewisoły Control And Data Acquisition ) berarti sistem pengolahan data
terintegrasi (tełpusat) yang berfungsi mensupełvisi, mengendalikan dan mendapatkan data secara
real time. Sistem SCADA dipakai oleh PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (Area
Pengatur Distribusi) sebagai penyedia dan pengatur jaringan listrik tegangan menengah (JTM )
20 kV di wilayah Jakalta Raya dan Tangerang.
Sistem SCADA digunakan sebagai operasi real mne yang dilakukan tenłs menenłs. Dalam
pengoperasiannya sistem ini mencakup operasi Telemetring (pengukuran jarak jauh),
Telekontrol (komando jarak jauh) dan Telesignalling (pensignalan jarak jauh).
o Fungsi Tele Kontrol Seorang Operator Dispathcer melakukan atau mengoperasikan ON OFF
suatu peralatan yang sudah telăntegrasi ke system scada di gardu/lapangan secara remote dari
Control center. Jadi tele kontrol hanya dilakukan dari sisi control center/ sebagai inputnya.
o Fungsi Tele Signal Operator Dispacther dapat mengetahui atau memonitor segala indikasi
peralatan yang sudah teritegrasi ke system Scada di gardu lapangan secara remote , jadi tele
signal adalah segala status/indikasi yang ada di gardu baik yang tetap ataupun jika tełjadi
penłbahan akan secara cepat / real time di ketahui oleh dispathcer, dan sebagai inputnya adalah
peralatan yang ada di gardu/lapangan.
o Fungsi Tele Metering Operator Dispacther dapat mengetahui atau membaca semua pengukuran
yang sudah teritegrasi ke system Scada di gardu / lapangan secara Remote, jadi tele metering
adalah pembacaan parameter pengukuran, dan sebagai inputnya adalah peralatan metering yang
ada di gardu / lapangan.
1. Pusat Kontrol
2. Media transmisi data
3. Remote Tenninal Unit (RTU)
2
Pusat Media Remote Terminal
Frekwen RT -1
RT -2
Fiber
Kabel
RT -n
3
Gambar 2.2 Komunikasi Serat Optik
o Kabel kontrol
merupakan media komunikasi dengan kabel standar Telkom
GFD (Ground Fault Detector) menıpakan pendeteksi gangguan hubung tanah yang
digunakan pada sistem SCADA dan memanfaatkan anıs gangguan sesaat untuk menghidupkan
(mengaktitkan) rangkaiaımya, karena GFD tidak memiliki catudaya permanen. Jika terjadi
gangguan maka CT (Cunent Transfomıator) akan mengkonversi ams gangguan menjadi besaran
anıs dan tegangan yang kemudian disearahkan dan digandakan serta diregulasi untuk memberikan
taraf tegangan yang baik (stabil) guna mensuplay selunıh rangkaian GED.
4
tersebut mengaktitkan relay untuk menutup kontaklıya untuk memberikan sinyal adanya
gangguan.
5
Gambar 2.4 Model jaringan spindle
Sebuah sistem spindle terdiri atas beberapa percabangan yang disebut feeder (penyulang). Masing-
masing penyulang memiliki nama tenentu, demikian pula dengan gardu-gardu pada tiap penyulang
tersebut.
Dalam sebuah penyulang terdiri atas :berapa gardu yang diremote kontrol yaitu GI ardu induk), CDS
(Central Distribution _lbstation) gardu tengah, GH (gardu hubung) DS(Distribution Substation).
Semuanya dilengkapi dengan fasilitas remote kontrol, kecuali gardu DS tidak dilengkapi RTU hanya
dilengkapi peralatan interface antara RTU ke mekanik kubikel motoris sena power suplay. Pada
sistem spindle dilengkapi dengan sebuah feeder (penyulang) express, dimana feeder ini digunakan
untuk memback-up bila teljadi gangguan jaringan listrik melalui gardu hubung.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Wilayah Kerja PLN Dist. Jaya Tangerang
Area Pengatur Distribusi Jakarta (Jakarta Distribution Control Center ) adalah salah
satu unit PLN Distribusi Jakarta & Tangerang yang bertugas untuk mengatur dan
mengendalikan jaringan tagangan listrik 20 kV di wilayah Jakarta & Tangerang.
Pengendalian jaringan listrik tegangan menengah oleh APD berkoordinasi dengan PLN
P3B, UPB CAWANG dan Sektor Jakarta dan Pulogadung yang mengendalikan sistem 500 kv,
150kV dan 70 kV.Dalam melaksanakan tugas tersebut APD dilengkapi dengan Sistem SCADA
(Supervisory Control & Data Acquisition) dan Sistem Telekomunikasi, yang berfungsi sebagai
sarana/alat yang membantu dispatcher di Pusat Kontrol dalam mengendalikan jaringan 20 KV
beserta peralatan switching yang ada di gardu induk, gardu hubung ataupun gardu distribusi.
7
3.2 Asset Jaringan PLN Dist. Jaya Tangerang
a) jumlah gi beroperasi = 60 gi
b) jumlah penyulang beroperasi = 1519 feeder
c) jumlah bay beroperasi ( kopel, seksi & interface ) = 1800 bay
d) panjang jtm 20 kv : 11.835, 725 kms
sutm 2.447,161 kms
sktm 9.838,564 kms
e) jumlah gardu hubung : 173 buah
f) jumlah gardu distribusi : 11.274 buah ( 5.581 ,475 kva )
g) panjang jtr : 25.825,321 kms
9
Gambar 3.4 HFD pada gardu tengah mendeteksi gangguan
3. Pada contoh diatas gangguan terjadi pada Sisi bagian bawah penyulang maka Sisi tengah hingga
bagian bawah penyulang akan mati sementara waktu. Pada saat itu petugas akan mendtangi
setiap gardu yang berada pada Sisi tengah ke bawah untuk melihat sinyal GFD yang dipancarkan
di pintu gardu, bila menyala berati gardu tersebut dialiri ans gangguan. Hingga petugas
mengetahui gardu mana yang bennasalah.Kemudian gardu yang terdapat gangguan pada Sisi
outgoing dan ingoing nya diputus. Sehingga gardu yang tidak bermasalah dapat disupply kembali
berasal dari GI atau berasal dari GH.
10
Gambar 3.6 Gardu yang terkena gangguan incoming dan outogingnya diputus
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. PT. PLN (Persero) memiliki banyak bagian — bagian bidang kerja antara lain bidang APD Disjaya
Tangerang yang terdiri SCADATEL dan OPSISDIS
2. Tugas dari Bidang SCADATEL antara lain adalah Pengawasan, Kontrol, Pengiriman Data dari jarak jauh
3. Sistem SCADA terdiri dari 3 sub bagian, yaitu :
a. pusat kontrol (master station)
b. media transmisi data
c. remote terminal unit (RTU) di gardu
4. Perawatan Rutin diperlukan untuk merawat peralatan yang berada di Gardu agar tidak mengalami
kerusakan
5. Perawatan Rutin juga digunakan untuk mendeteksi apakah suatu alat masih berfungsi dengan baik atau
tidak
6. GFD (Ground Fault Detector) merupakan pendeteksi gangguan hubung tanah yang digunakan pada sistem
SCADA dan memanfaatkan arus gangguan sesaat untuk menghidupkan (mengaktitkan) rangkaiannya.
7. LBS motoris berfungsi sebagai penutup (Close order) atau pembuka (Open order) switch (CB, LB S)
kubikel gardu remote.
12
4.2 SARAN
Setelah penulis melakukan analisis mengenai SCADA di PT. PLN (Persero) APD Disjaya Tangerang
SCADATEL, penulis mendapati beberapa masalah yang perlu diperhatikan. Untuk itu penulis mencoba
memberikan beberapa saran agar di masa depan segala sesuatu menjadi lebih baik:
a. Media yang digunakan pada Gardu sebaiknya ditingkatkan menjadi UMTS 3G karena apabila masih
GPRS memiliki banyak kelemahan antara lain masih bersama dengan koneksi suara dan kecepatannya
rendah
b. Kalau bisa agar semua Gardu yang ada di Daerah Jakałta Raya dan Tangerang di buat agar bisa di Remote
semua agar apabila ada gangguan tidak menyebar dan bisa dilokalisir sekecil-kecilnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
[1] SOP ISO 9001 Pemeliharaan Rutin SCADATEL
[2] Diktat Kuliah Perencanaan Sistem Tenaga. Jurusan Teknik Elektro, UNDIP, Semarang.
[3] Djiteng Marsudi. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta, 8 Juni 1990.
[4] Gonen, Turen. Modem Power System Analysis. California State University, Sacramento, California.
[5] Perhitungan Anłs gangguan Hubung Singkat dan Penyetelan Relai. Standar Perhitungan PT PLAT
(Persero) Unit Bisnis Jakarta Raya dan Tangerang. Operasi, 1987.
[6] PT. PLN (Persero).Distribusi Jakalta Raya dan Tangerang, Unit Pengatur Distribusi.
[7] Soekarto, J. Proteksi Sistem Distribusi Tegangan Menengall LMK PT PLIV (Persero).
14