Disusun oleh :
Kelompok / kelas LT -2C
Chandra Widyatmoko (3.31.13.0.06)
Fahrul Hidayat (3.31.13.0.08)
Misbakhul Munir (3.31.13.0.15)
Robet Sugiarto (3.31.13.0.18)
Shinta Putri Merdeka (3.31.14.2.20)
MOTTO :
1. Kami datang , kami bimbingan , kami ujian , kami revisi dan kami yang menang
2. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama
untuk menyelesaikannya
3. Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqomah
dalam menghadapi cobaan, yakin , ikhlas, istiqomah.
4. Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.
5. Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja , karena atas kelengahan
kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.
6. Pengetahuan adalah kekuatan.
PERSEMBAHAN :
1. Orangtua dan keluarga yang selalu memberi dukungan kami baik dalam segi moral
maupun materi.
2. Dosen Pengajar kami, Bapak Syahid yang sudah membimbing kami dalam
pembuatan alat sampai dengan selesai.
3. Teman-teman LT-2C dan teman – teman Jurusan Elektro yang sudah mendukung
dan membantu kelancaran pembuatan alat.
4. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa di sebutkan satu persatu
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir Mikrokontroler yang berjudul “RANCANG BANGUN OTOMASI
IRIGASI BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535”. Laporan Tugas Akhir
ini disusun untuk memenuhi syarat melengkapi tugas akhir mikrokontroler pada
Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang.
Selama menyusun laporan ini, penulis banyak menemukan kendala yang cukup
sulit untuk diselesaikan.Namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala-
kendala tersebut dapat diatasi. Atas bantuan dan bimbingan yang penulis terima selama
pengerjaan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
ABSTRAK
Secara keseluruhan alat ini dibagi ke dalam tiga blok sistem, yaitu masukan,
unit pemroses, dan keluaran. Masukan terdiri atas WLC yang akan terkontak apabila air
mengenai elektroda batas atas maupun elektroda batas bawah sebagai pengirim sinyal
(transmitter) , unit pemroses terdiri atas mikrokontroler Atmega8535, dan keluaran yaitu
pompa yang akan mengalirkan air ke lahan tanam. Makalah ini merupakan pedoman
untuk membuat “Rancang Bangun Otomasi Irigasi Berbasis Mikrokontroler Atmega
8535 .
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... iv
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 23
LAMPIRAN .................................................................................................................. 24
PENDAHULUAN
Secara keseluruhan alat ini dibagi ke dalam tiga blok sistem, yaitu
masukan, unit pemroses, dan keluaran. Masukan terdiri atas WLC yang akan
terkontak apabila air mengenai elektroda batas atas maupun elektroda batas
bawah sebagai pengirim sinyal (transmitter) , unit pemroses terdiri atas
mikrokontroler Atmega8535, dan keluaran yaitu pompa yang akan mengalirkan
air ke lahan tanam. Makalah ini merupakan pedoman untuk membuat “Rancang
Bangun Otomasi Irigasi Berbasis Mikrokontroler Atmega
Adapun metode yang digunakan perancang dalam mengumpulkan data secara teori
dalam melaksanakan proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
Pada metode ini, perancang mengumpulkan data yang berkaitan dengan proyek
dengan cara mencari teori-teori yang terdapat pada buku-buku dan literatur lainnya
seperti jurnal penelitian dan sebagainya lalu membandingkannya dengan data yang
dibutuhkan baik dalam pelaksanaanproyek maupun dalam menyusun laporan
proyek ini.
b. Lembar data (Datasheet) komponen yang digunakan pada proyek. Pada metode
ini, perancang menggunakan data-data yang dikeluarkan oleh pabrik produsen
komponen elektronik yang digunakan pada proyek.
c. Pengujian Proyek.
Metode ini dilakukan setelah proyek selesai dikerjakan, dengan cara menguji
langsung sistem kerja rangkaian yang telah dibuat, lalu memastikan apakah
rangkaian yang telah dibuat dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
d. Analisa Proyek.
Analisa proyek dilakukan setelah rangkaian selesai diuji. Analisadilakukan
dengan mengambil kesimpulan dari kerja yang dilakukan oleh rangkaian yang
dibuat lalu dibandingkan dengan teori-teori yang berhubungan dengan kerja yang
dilakukan tiap rangkaian pada proyek.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
LANDASAN TEORI
1 MIPS per MHz, hal ini membuat ATMega8535 dapat bekerja dengan kecepatan
tinggi walaupun dengan penggunaan daya rendah.Mikrokontroller ATmega8535
memiliki beberapa fitur atau spesifikasi yang menjadikannya sebuah solusi pengendali
yang efektif untuk berbagai keperluan. Fitur-fitur tersebut antara lain:
Diagram Pin ATMega8535. Berikut ini adalah table penjelasan mengenai pin yang
terdapat pada mikrokontroller ATMega8535:
GND Ground
Input reset levelrendah, pada pin ini selama lebih dari panjang
pulsa minimum akan menghasilkan reset walaupun clock
RESET sedang berjalan. RST pada pin 9 merupakan reset dari AVR.
Jika pada pin ini diberi masukan low selama minimal 2
machine cycle maka sistem akan di-reset
Pin tegangan suplai untuk port A dan ADC. Pin ini harus
Avcc dihubungkan ke Vcc walaupun ADC tidak digunakan, maka
pin ini harus dihubungkan ke Vcc melalui low pass filter
Aref pin referensi tegangan analog untuk ADC
Berikut ini adalah penjelasan dari pin mikrokontroler ATMega8535 menurut port-
nya masing-masing:
1. Port A
Pin 33 sampai dengan pin 40 merupakan pin dari port A. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A
(DDRA) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port A digunakan. Bit-bit DDRA
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port A yang disesuaikan sebagai input, atau
diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin pada port A juga memiliki fungsi-
fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 2.2 Penjelasan pin pada port A
Pin Keterangan
Pin Keterangan
3. Port C
Pin 22 sampai dengan pin 29 merupakan pin dari port C. Port C sendiri
merupakan port input atau output. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up
resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port C dapat memberi arus 20 mA dan
dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C
(DDRC) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port C digunakan. Bit-bit DDRC
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang disesuaikan sebagai input, atau
diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki fungsi-fungsi
alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel:
Tabel 2.4 Penjelasan pin pada port C
Pin Keterangan
4. Port D
Pin 14 sampai dengan pin 20 merupakan pin dari port D. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D
(DDRD) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port D digunakan. Bit-bit DDRD
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang disesuaikan sebagai input, atau
diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki fungsi-fungsi
alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel:
Pin Keterangan
Pompa Submersible (pompa benam) disebut juga dengan electric submersible pump
(ESP ) adalah pompa yang dioperasikan di dalam air dan akan mengalami kerusakan
jika dioperasikan dalam keadaan tidak terdapat air terus-menerus. Jenis pompa ini
mempunyai tinggi minimal air yang dapat dipompa dan harus dipenuhi ketika bekerja
agar life time pompa tersebut lama. Pompa jenis ini bertipe pompa sentrifugal. Pompa
sentrifugal sendiri prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi
energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing.
Prinsip kerja pompa jenis ini berbeda dengan jenis Jet Pump. Jika pompa yang saya
sebut erakhir bekerja dengan cara menyedot air, jenis pompa submersible bekrja dengan
mendorong air ke permukaan.
Berikut kelebihan dari jenis pompa submersible :
1. Biaya perwatan yang rendah
2. Tidak bising, karena berada dalam sumur
3. Pompa memiliki pendingin alami, karena posisinya terendam dalam air
4. System pompa tidak menggunakan shaft penggerak yang panjang dan bearing,
jadi problem yang biasa terjadi pada pompa permukaan ( Jet Pump ) seperti keausan
bearing dan shaft tidak terjadi.
2.2.2 Cara Kerja Pompa Air Celup (Submersible)
Pompa jenis ini merupakan pompa centrifugal bertingkat yang beroperasi dalam
posisi vertikal. Meskipun fitur konstruksi dan operasional mereka mengalami
evolusi yang berkelanjutan selama bertahun-tahun tetapi prinsip dasar operasional
mereka tetap sama. Prinsip kerja pompa jenis ini berbeda dengan pompa rumah
tangga model jet pump. Jika pompa jet pump bekerja dengan cara menghisap air,
jenis pompa submersible bekerja dengan cara mendorong air ke permukaan tanah
Water Level Controller (WLC) adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengatur atau
mengendalikan ketinggian air secara otomatis. Pada rancang bangun ini wlc digunakan
sebagai alat pemanggil kerja pompa air. Ketika sensor mendeteksi adanya air yang
melebihi batas maka pompa air akan bekerja, begitu pula sebalknya jika sensor tidak
mendeteksi adanya luapan air pompa akan berhenti bekerja.
2.3.2 Cara kerja
prinsip kerja WLC ini adalah mengatur kerja pompa air yang akan mengisi bak air/
tanki dengan ketinggian air sebagai acuannya.
Ketika air dalam tanki akan habis, maka sensor yang mengindra level paling bawah air
(ditentukan pada ketinggian sesuai keinginan) akan memberikan sinyal ke WLC, dan
selanjutnya WLC memberikan perintah untuk menyalakan pompa.Sebaliknya ketika air
dalam tanki yang diisikan oleh pompa tadi sudah mencapai level atas (sebelum meluber
keluar tanki) maka sensor yang mengindra level paling atas air akan memberikan sinyal
ke WLC, dan selanjutnya WLC memberikan perintah untuk mematikan pompa, begitu
seterusnya.
Penjelasan Diagram:
Gambar rangkaian diatas adalah gambar rangkaian Relay. Jika elektroda tidak
terhubung maka PORTB = 0 dan PORTD = 1, maka relay akan terhubung dan
mengaktifkan pomp air untuk mengalirkan air ke lahan tanam/wadah.
1. Power Supply
Power supply digunakansebagaiinputanmikrokontrolleratautegangan supply 5
Volt yangterhubungpada VCC (Port tegangan supply mikrokontroller) , AVCC
(Pin tegangan suplai untuk port A dan ADC) , Aref (pin referensi tegangan analog
untuk ADC ) , Power on reset (sebagai reset padamikrokontroller).
2. Power on Reset
Power on reset iniberlogika 0 ( aktif low) yang dimanarangkaianiniterdapat supply
5 Volt dari power supply ,resistor 10k , Kapasitor polar 100µF/16 V. Yang
dimanacarakerjarangkaianiniadalahketikarangkaianterdapat supply
teganganmakaarus yang
timbulakanmemberikaninputanke RST sehinggamikrokontrolakanteresetdanpadasa
at yang samakapasitorakanterisiberangsur – angsurhinggapenuh,
makasecaraotomatisrangkaianakanterhubungdengan grounding secaracepatdan
reset pun tidakterberiinputan yang dimana proses
kerjarangkaianiniterjadisecaracepatdansesaatsaja. Rangkaianinibertujuan agar
mikrokontrollerselalumemulai program yang dijalankandariawal.
3. Port ISP (InsystemProggramming)
Rangkaianinibertujuansebagaitempatpenyaluratautempatdimana USB Downloader
dicolokansehingga program yang telahkita build
akanterdownloadkemikrokontroller.Keunggulanrangkaianiniadalahtidakperlukita
melepas IC dari system ketikaakandiberi program.
4. Oscilator
Rangkaianinibertujuanuntukmenentukan lama ataucepatnya IC
dalammengeksekusi data informasi per satuintruksi (instruksi assembler).
1
Denganrumuskecepatan T= . Jika XTAL yang digunakan 12Mhz maka
f
kecepatan untuk mengeksekusi instruksi setara 0,083µsec. XTAL
eksternalterhubungpada XTAL1 (Input penguat osilator inverting dan input pada
rangkaiano perasi clock internal) dan XTAL2 (Output dari penguat osilator
inverting).
3.3.2 Rangkaian
3.3.2.1 Rangkaian WLC
Rangkaian diatas adalah rangkaian WLC, dimana jika elektroda terendam air
maka elektroda terhubung (kondisi 1), jika elektroda tidak terendam air maka
elektroda tidak terhubung (kondisi 0)
Gambar rangkaian diatas adalah gambar rangkaian Relay. Jika elektroda tidak terhubung
maka PORTB = 0 dan PORTD = 1, maka relay akan terhubung dan mengaktifkan pomp air untuk
mengalirkan air ke lahan tanam/wadah.
3.4 Detail Sistem Rangkaian
#include <delay.h>
void main(void){
DDRB = 0x00;
PORTB = 0x00;
DDRD = 0xFF;
PORTD = 0x00;
while(1){
{PORTD.0= 0;}
{PORTD.0= 1;}
{PORTD.1= 0;}
{PORTD.1= 1;}
BAB IV
PENGUJIAN
Dalam penggunaan alat ini sangat sederhana. Power suply memberi tegangan 5V
pada WLC, relay, dan mikrokontroller Atmega8535, sedangkan pompa air mendapat
tegangan 220V. .
Gambar 4.1diagram alir otomasi irigasi
Penjelasan Diagram:
1. Power Suplay ini digunakan untuk menghidupkan mikrokontroller
ATMega8535, WLC, dan pompa air.
2. Apabila WLC batas bawah tidak terkena air maka pompa akan bekerja, jika
WLC batas atas sudah terendam air maka pompa akan berhenti.
3. Setelah pompa bekerja, maka air akan disedot untuk dialirkan ke lahan
tanam/wadah.
WLC
NO PINB PORTD KETERANGAN
B. ATAS B. BAWAH
1. PINB.0 = 1; PINB.1 = 1 PORTD.0 = 0 1 1 POMPA 1 BEKERJA
POMPA 1
2. PINB.0 = 0; PINB.1 = 0 PORTD.0 = 1 0 0
BERHENTI
POMPA 2
3. PINB.2 = 1; PINB.3 = 1; PORTD.1 = 0 1 1
BEKERJA
PINB.2 = 0; POMPA 2
4. PORTD.1 = 1 0 0
PINB.3 = 0; BERHENTI
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan proses selama pembuatan aplikasi yang telah dilakukan, berikut
adalah beberapa saran yang terpenting untuk diperhatikan :
1. Membuat perencanan waktu sebelum membuat alat ini.
2. Pastikan pompa berkerja dengan baik, saat pompa berhenti terkadang masih
mengalirkan air.
3. Alat ini bisa digunakan untuk pengairan lahan pertanian.
LAMPIRAN
.
Gambar 1. Konstruksi Otomasi Irigasi Gambar 2. Sistem minimum Atmega8535
DAFTAR PUSTAKA
Artanto (2009), Mikrokontroler adalah sebuah alat pengendali (kontroler) berukuran mikro.
Jakarta: Artanto.
Budiharto, W., (2004), Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Dr. Agfianto E. Putra., (2012), Mikrokontroler DSP & Embedded Electronics(Lecturer,
Consultant, Author) http://agfi.staff.ugm.ac.id).
Iswanto, (2008), Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler ATMega8535
dengan Bahasa Basic, Bandung: Informatika.
Marry, (2010), Jenis-Jenis Mikrokontroler, http://m4rry.blogspot.com.
Next System., (2011), Pelatihan Mikrokontroler dan Robotik, http://edukasi.nextsys.web.id.
Prasimax Mikron., (2001), Kontrol Peralatan Listrik dgn Mikrokontroler
http://www.mikron123.com.
Winoto, A., (2008), Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemrogramannya
dengan Bahasa C pada WinAVR, Bandung: Informatika.
http://dedylondong.blogspot.co.id/2012/11/memahami-pompa-rendam-submersible-
pump.html
http://pompaairmurah.com/index.php?route=product/category&path=18
https://kibareng.wordpress.com/2011/08/19/hello-world/