Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK


PROTEKSI MENGGUNAKAN LIGHTNING ARRESTER
DOSEN : ANDI JUNAIDI, S.T., M.T

KELOMPOK 3
KELAS F
Dzulfiqar Khairullah 2015-11-072
Alfiandi Rizky Prabowo 2015-11-087
Henny Rosalinna K 2015-11-090
Afif Fajar Nurtyanto 2015-11-091
Andrian Rahmat A 2015-11-103

JURUSAN S1 TEKNIK ELEKTRO

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN


JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Proteksi Menggunakan Lightning Arrester.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Proteksi
Menggunakan Lightning Arrester dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jakarta, 24 September 2018

Penyusun

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA ii


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Materi ............................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ... .................................................................... 3
2.1 Sejarah Lightning Arrester ....................................................... 3
2.2 Teori Dasar Arrester ................................................................. 3
2.3 Prinsip Kerja Lightning Arrester.............................................. 5
2.4 Syaret Pemasangan Lightning Arrester .................................... 6
2.4 Jenis – Jenis Lightning Arrester .............................................. 7
BAB III PEMBAHASAN .......... .................................................................... 10
3.1 Konsep Dasar Lightning Arrester ............................................ 10
3.2 Konfigurasi Lightning Arrester ................................................ 11
3.3 Ragam Lightning Arrester........................................................ 12
3.3.1 Berdasarkan Level Tegangan Withstand Voltage Peralatan
yang dilindungi .................................................................... 12
3.3.2 Berdasarkan Letak Pemasangan ...................................... 12
3.3.3 Lightning Arrester Gardu Induk ..................................... 14
3.4 FMEA Lightning Arrester ........................................................ 14
3.4.1 Sub Sistem Pemotong Surja ............................................ 15
3.4.2 Sub Sistem Isolasi .......................................................... 15
3.4.3 Sub Sistem Counter & Meter Petunjuk .......................... 16
3.4.4 Sub Sistem Pentanahan .................................................. 16
3.4.5 Sub Sistem Pengaman Tekanan Lebih Internal ............. 17
3.4.6 Sub Sistem Konektor ...................................................... 18
3.4.7 Sub Sistem Konstruksi Penyangga ............................... 18

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA iii


3.3.1 Sub Sistem Asesories atau Grading atau Corona
Ring .................................................................... 19
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 20
4.1 Latar Belakang ......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA iv


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia


memiliki iklim tropis, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki hari
guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi (BMKG, 2010). Besarnya
tingkat hari guruh rata-rata di Indonesia, menyebabkan besarnya
kemungkinan petir untuk menyambar berbagai peralatan kelistrikan.
Sebagaimana diketahui listrik merupakan hal yang vital dalam
kehidupan manusia sekarang ini. Untuk dapat menjaga suplai tenaga listrik
ke masyarakat, pencegahan dan pengamanan terhadap berbagai gangguan
perlu dilakukan. Pencegahan kerusakan peralatan listrik akibat gangguan
petir dapat dicapai melalui penggunaan lightning arrester di peralatan-
peralatan listrik yang rentan terhadap gangguan petir. Melalui penggunaan
arester, energi petir yang datang dapat dialihkan ke bumi secara langsung
tanpa melewati peralatan listrik yang rentan akan gangguan petir. Pada
penerapannya, lightning arrester dipasang secara paralel dengan peralatan
yang akan dilindungi, ataupun secara strategis dipasang di dalam gardu zona
yang akan dilindungi.
Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi besarnya tingkat
perlindungan yang dapat diberikan kepada peralatan listrik yang
dilindunginya atau peralatan listrik yang berada di dalam zona
perlindungannya. Dalam hal perlindungan suatu peralatan listrik, pada
penerapannya berbagai variasi penempatan arester dapat dilakukan. Arester
dapat ditempatkan pada peralatan yang dilindungi dengan menyambungkan
kabel arester pada terminal peralatan yang telah terhubung ke jaringan
listrik, atau sebaliknya kabel peralatan listrik dapat disambungkan ke
terminal arester yang telah terhubung dengan jaringan listrik. Berbagai
variasi penempatan ini yang juga memiliki variasi panjang kabel saat

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 1


dipasangkan, sehingga dapat mempengaruhi tingkat perlindungan yang
dirasakan oleh peralatan yang dilindungi.
Pada saat suatu jaringan listrik disambar petir, gelombang petir akan
bergerak melalui jaringan listrik menuju ke bumi. Pergerakan gelombang
ini akan melewati arester yang melindungi peralatan. Gelombang petir
sebelum menuju arester akan melewati kabel yang terhubung ke jaringan
listrik. Mengingat besarnya arus yang dihasilkan petir dalam waktu yang
sangat singkat, maka akan dihasilkan nilai arus berbanding waktu yang
sangat besar. Besarnya nilai arus per waktu ini dapat menimbulkan tegangan
di kabel kabel dikarenakan adanya nilai induktans pada kabel. Maka dalam
hal ini, selain tegangan yang ada pada arester, besarnya tegangan yang
dirasakan peralatan yang dilindungi juga akan dipengaruhi oleh konfigurasi
pemasangan kabel yang dilakukan. Dengan mengetahui besarnya tegangan
yang dirasakan peralatan pada berbagai konfigurasi pemasangan, maka
dapat ditentukan konfigurasi pemasangan arester yang paling tepat.

1.2 TUJUAN

Tujuan dibuatnya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat


mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Menambah wawasan tentang arrester serta jenis-jenisnya.


2. Mengetahui prinsip kerja lightning arrester.
3. Mengetahui kontruksi arrester serta syarat pemasangan arrester.
4. Mengetahui ragam serta letak pemasangan lighting arrester.

1.3 RUANG LINGKUP MATERI


Sistem proteksi pada sebuah sistem tenaga memiliki banyak jenis
pengaman. Ruang lingkup permasalahannya sangat luas, agar dalam
pembahasannya tidak terlalu meluas maka perlu adanya pembatasan
masalah.
Pada makalah ini penulis membatasi masalah dan mengambil pokok
penulisan tentang pengggunaan, prinsip kerja, konstruksi, konfigurasi,
serta ragam jenis dari lightning arrester.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 2


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 SEJARAH LIGHTNING ARRESTER


Sejak sistem listrik AC mulai diimplementasikan sekitar 100 tahun lalu di
saluran transmisi, teknologi proteksi petir sudah mulai dikembangkan, mulai
dari teknologi yang hanya memanfaatkan sela udara (gap), kemudian
berkembang dengan memanfaatkan kombinasi antara sela udara dan resistor
non linear, serta yang terakhir menggunakan resistor non linear tanpa gap
(teknologi terakhir ini mulai diimplementasikan mulai 20 tahun silam).
Mayoritas Arrester pada Sistem Transmisi di PLN saat ini telah menggunakan
arrester dengan teknologi terakhir yg memanfaatkan keping ZnO tanpa gap.
Perkembangan teknologi Arrester dapat dilihat sebagai berikut:
1892 – 1908 : Penggunaan Air Gaps
1908 – 1930 : Multiple gaps dengan resistan
1920 – 1930 : Lead Oxide dengan resistor
1930 – 1960 : Passive Gapped Silicon Carbide
1960 – 1982 : Active Gapped Silicon Carbide
1976– skrg : MOSA tanpa gap
1985 – skrg : MOSA tanpa gap dengan polymer housings

2.2 TEORI DASAR LIGHTNING ARRESTER

Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik menyalurkan energinya


melalui saluran transmisi udara dimana saluran transmisi tenaga listrik yang
terpasang di udara ini sangatlah rentan terhadap gangguan yang disebabkan
oleh sambaran petir. Sambaran petir ini akan menghasilkan gelombang
berjalan (Surja Tegangan) pada saluran transmisi dan pada akhirnya dapat
masuk kepusat pembangkit tenaga listrik. Oleh alasan ini, dalam pusat
pembangkit tenaga listrik harus dilengkapi dengan lightening
arrester (penangkap petir).

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 3


Gelombang berjalan (surja tegangan) selain dihasilkan oleh gangguan
petir, juga dapat terjadi karena adanya pembukaan dan penutupan pemutus
tenaga listrik (Open Closing Circuit Breaker) atau adanya switching pada
jaringan tenaga listrik. Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang
besarnya di atas 350 kV (500 kV untuk standar tranmisi udara tegangan ekstra
tinggi/SUTET di Indonesia), surja tegangan ini lebih banyak disebabkan oleh
switching tenaga listrik pada jaringan dibandingkan yang disebabkan oleh
gangguan petir.

Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan


bagian instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan
karenanya harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus
berada di depan setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin
dengan transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan
gelombang berjalanmenuju ke transformator akan melihat transformator
sebagai suatu ujung terbuka (karenatransformator mempunyai isolasi terhadap
bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan
gelombang yang datang. Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja
dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah
terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan
transformator.

Lightening arrester ini akan bekerja pada tegangan tertentu di atas dari
tegangan operasi yang berfungsi untuk membuang muatan listrik dari surja
petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi
agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi. Perbandingan dua tegangan ini
disebut juga rasio proteksi arrester. Tingkat isolasi bahan arrester harus berada
di bawah tingkat isolasi bahan transformator agar apabila sampai terjadi
flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada arrester dan tidak pada
transformator.

Rating arus arrester ditentukan dengan mempelajari statistik petir


setempat. Misalnya di suatu tempat mempunyai data statistik yang menyatakan

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 4


probabilitas petir yang terbesar adalah 15 killo ampere (kA), maka rating
arrester yang dipilih adalah 15 kA.

2.3 PRINSIP KERJA LIGHTNING ARRESTER

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh


petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada
kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester
berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus yang tinggi
ke tanah. Setelah itu hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi
isolator.

Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsure yaitu : 1. Sela api
(spark gap); 2. Tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara
seri. Batas atas dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan
sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Sering
kali masalah ini dapat dipecahkan hanya dengan mengeterapkan cara – cara
khusus pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena itu sebenarnya
arrester terdiri dari tiga unsure diantaranya yaitu :

1. Sela api (spark gap)

2. Tahanan kran (valve resistor)

3. Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian tegangan (grading


system)

Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena


gangguan dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka
cukup dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya percikkan pada
waktu tegangannya mencapai keadaan bahaya.

Dalam hal ini, tegangan system bolak – balik akan tetap


mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan
menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka mungkin apinya dapat
dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai harga tetap, maka jatuh
tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk meniadakan

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 5


tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa maksud melindungi
isolasi pun gagal.

Oleh sebab itu dipakailah tahanan kran (valve resistor), yang


mempunyai sifat khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan
arusnya besar. Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu
selama teganngan lebih mencapai harga puncaknya. Tegangan lebih dalam hal
ini mengakibatkan penurunan drastic dari pada tahanan sehingga jatuh
tegangannya dibatasi meskipun arusnya besar.

Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik
lagi sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini
akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik
nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang
menutup arus, dari sini didapatkan nama tahanan kran.

Pada arrester modern pemandangan arus susulan yang cukup besar (200
– 300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, maka baik
amplitude maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadamannya
dapat dilakukan sebelum tegangan system mencapai harga nol.

Dapat ditambahkan bahwa arus susulan tidak selalu terjadi tiap kali
arrester bekerja, ada tidaknya tergantung dari saat terjadinya tegangan lebih.
Hal ini dapat dimengerti karena arus susulan itu justru dipadamkan pada arus
nol yang pertama atau sebelumnya.

2.4 SYARAT PEMASANGAN LIGHTENING ARRESTER

Sebelum melakukan instalasi lightening arrester, ada beberapa persyaratan


yang harus dipenuhi, diantaranya adalah:

a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya


(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu
pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap
breakdown voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangan

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 6


sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop) Jatuh tegangan
pada arrester = I x R Dimana

I = arus arrester maksimum (A)

R = tahanan arrester (Ohm)

b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan system dimana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.

2.5 JENIS-JENIS LIGHTNING ARRESTER

Adapun jenis-jenis arrester di kelompokan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Arrester jenis ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector


tube)

b. Arrester katup (valve type)

Untuk jenis arrester sendiri terdiri dari beberapa jenis seperti di


bawah ini:

1. Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung.

Pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung
serat dan sela percik yang berada diluar diudara atau disebut juga sela seri
lihat pada gambar. Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan
arrester kedua sela percik, yang diluar dan yang berada didalam tabung
serat, tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur
api. Jadi arrester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan
melalukan surja arus dan arus daya system bersama – sama. Panas yang
timbul karena mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan tabung
serat, sehingga gas yang ditimbulkannya menyembur pada api dan
mematikannya pada waktu arus susulan melewati titik nolnya.

Arus susulan dalam arrester jenis ini dapat mencapai harga yang
tinggi sekali tetapi lamanya tidak lebih dari 1 (satu) atau 2 (dua) gelombang,
dan biasannya kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 7


gangguan. Arrester jenis ekspulasi ini mempunyai karakteristik volt – waktu
yang lebih baik dari sela batang dan dapat memutuskan arus susulan. Tetapi
tegangan percik impulsnya lebih tinggi dari arrester jenis katup. Tambahan
lagi kemampuan untuk memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat
arus hubung singkat dari system pada titik dimana arrester itu dipasang.
Dengan demikian perlindungan dengan arrester jenis ini dipandang tidak
memadai untuk perlindungan transformator daya, kecuali untuk system
distribusi. Arrester jenis ini banyak juga digunakan pada saluran transmisi
untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk. Dalam
penggunaan yang terakhir ini arrester jenis ini sering disebut sebagai tabung
pelindung.

2. Arrester jenis katup

Arrester jenis katup ini terdiri dari sela pecik terbagi atau sela seri
yang terhubung dengan elemen tahanan yang menpunyai karakteristik tidak
linier.Tegangan frekwensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela
seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup
tinggi, alat tersebut menjadi pengahantar. Sela seri itu tidak bias
memutuskan arus susulan. Dalam hal ini dibantu oleh tak linier yang
mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar
untuk arus susulan dari frekwensi dasar terlihat pada karakteristik volt
ampere.

Arrester jenis katup ini dibagi dalam dua jenis yaitu :

a. Arrester katup jenis gardu

Arrester katup jenis gardu ini adalah jenis yang paling effisien dan
juga paling mahal. Perkataan “ gardu “ disini berhubungan dengan
pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar. Umumnya dipakai
untuk melindungi alat – alat yang mahal pada rangkaian – rangkaian mulai
dari 2400 volt sampai 287 kV dan tinggi.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 8


b. Arrester katup jenis saluran

Arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu . kata
“saluran” disini bukanlah berarti untuk saluran transmisi. Seperti arrester
jenis gardu, arrester jenis saluran ini dipakai untuk melindungi
transformator dan pemutus daya serta dipakai pada system tegangan 15 kV
sampai 69 kV.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 9


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KONSEP DASAR LIGHTNING ARRESTER

Lightning Arrester/ Arrester/ Surge Arrester memiliki peran penting di


dalam koordinasi isolasi peralatan di gardu induk. Fungsi utama dari Lightning
Arrester adalah melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu
induk yang dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun
perlu diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi
surge akan mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang
dilindungi. Untuk memahami kerja sebuah arrester, maka akan dijelaskan lebih
rinci di bawah melalui contoh kasus yang diperoleh dari Siemens Handbook –
Metal Oxide Arrester.

Gambar 1. Arrester Porselain dengan 2 Kompartemen

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 10


3.2 KONFIGURASI LIGHTNING ARRESTER

Sebelum memahami lebih lanjut tentang proses konfigurasi arrester,


perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana requirement dan parameter-
parameter yang mempengaruhi performa dari arrester. Secara mendasar,
terdapat 2 kebutuhan dasar dari arrester, yang pertama adalah mampu
memberikan level proteksi yang memenuhi safety margin bagi peralatan yang
dilindungi, dan yang kedua adalah bahwa arrester tersebut harus mampu
bekerja dengan baik dalam tegangan operasional secara kontinu serta mampu
menahan pengaruh transien ataupun setiap tegangan lebih yang muncul di
dalam system, tanpa terpengaruh baik karakteristik elektris maupun
thermalnya.

Kedua kebutuhan dasar tersebut saling terkait. Pada saat kita menurunkan
level proteksi di sebuah peralatan, itu juga berarti semakin tinggi stress yang
dialami oleh arrester selama tegangan operasi kontinu. Secara ringkas
pemilihan arrester dapat dilihat dalam bagan pada halaman berikut ini:

Gambar 2. Diagram Pemilihan Arrester

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 11


Persyaratan tambahan arrester meliputi karakteristik elektris dari sebuah
arrester : mereka tidak boleh berubah sepanjang rentang waktu tertentu, tidak
berubah akibat pengaruh lingkungan, seperti polusi, radiasi sinar matahari
ataupun pengaruh mekanis.

3.3 RAGAM LIGHTNING ARRESTER


Lingkup arrester luas, mulai dari penggunaan elektronika hingga pada system
transmisi Tegangan Tinggi maupun Tegangan Ekstra Tinggi. Buku pedoman
ini membatasi arrester pada level tegangan Lightning Arrester pada Sistem
Transmisi secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori:

3.3.1 Berdasarkan Level Tegangan Withstand Voltage Peralatan yang


dilindungi
Mengacu pada IEC 60071-1:
a. Range I (1kV – 245kV)
b. Range II (di atas 245 kV)
Klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan karakteristik surja, dimana
pada Range II surja akibat proses switching lebih membahayakan
peralatan daripada surja lightning. Oleh karena proses switching
memiliki steepness yang lebih lambat, makadiperlukan pula arrester
dengan karakteristik komponen non linear yang berbeda.

ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester ke dalam


4 kelas:
a. Station Class
b. Intermediate Class
c. Distribusi Class
d. Secondary Class

3.3.2 Berdasarkan Letak Pemasangan

Arrester pada HV/ EHV menurut pemasangannya dibedakan menjadi


sebagai berikut:

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 12


a. Lightning Arrester GIS

Gambar 25. Arrester di GIS

b. Lightning Arrester Saluran Transmisi


Dipasang baik parallel dengan insulator pada tower (umumnya
diserikan dengan spark gap) atau dipasang pada konduktor sebagai
pengganti damper dilengkapi dengan disconnector Switch. Untuk
tipe gap, stress akibat tegangan power frekuensi tidak
mempengaruhi kondisi arrester, namun sulit untuk memonitor
kondisi arrester karena tidak dilengkapi dengan counter, yang dapat
dilaksanakan adalah monitoring kondisi tanduk api untuk
menentukan apakah telah terjadi proses discharge.

Gambar 26. Arrester di Saluran Transmisi

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 13


Sementara untuk arrester tanpa gap, dipasang pada konduktor
terhubung ke ground, dilengkapi dengan disconnector switch (yang
akan bekerja bila telah terjadi arus di atas nilai nominalnya),
arrester line jenis ini juga dilengkapi dengan counter sehingga
memudahkan proses monitoring.

3.3.3 Lightning Arrester Gardu Induk

Merupakan Arrester kebanyakan yang terpasang di Gardu Induk,


menurut material penyusun housing, material Gardu Induk dibedakan
menjadi:
1. insulator porselen
2. insulator polimer

Gambar 27. Lightning Arrester di Gardu Induk

3.4 FMEA LIGHTING ARRESTER

FMEA (Failure Mode Effect Analysis) merupakan tahapan yang


dilaksanakan untuk mendapatkan gejala kegagalan pada sebuah peralatan
dengan menerapkan keterkaitan sebab-akibat antara kegagalan yang satu
dengan penyebab sebelumnya, demikian seterusnya hingga ditemukan
penyebab kegagalan yang paling awal. Penyebab kegagalan paling mula ini,
misal, seal rusak (yang menyebabkan moisture masuk ke dalam kompartemen
arrester), perlu dilaksanakan inspeksi khusus terhadapnya.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 14


Dalam analisis FMEA, pendekatan yang dilaksanakan bukan melalui
pendekatan per komponen yang menyusun sebuah peralatan, melainkan
pendekatan fungsi. Dalam hal ini, sebuah Sistem Arrester MOSA memiliki
sebuah fungsi utama memotong tegangan lebih yang menuju peralatan yang
dilindunginya. Tegangan lebih ini baik berupa surja petir, surja hubung
maupun tegangan lebih di dalam sistem. Sebuah arrester terdiri dari beberapa
sub sistem pendukung, yaitu:

3.3.1 Sub Sistem Pemotong Surja

Merupakan sub sistem kritis dari sebuah lightning arrester yang


berfungsi memotong tegangan lebih dari surja. Berupa komponen non
linear, umum digunakan adalah ZnO. Mayoritas arrester saat ini
menggunakan tipe Metal Oksida. Parameter utama yang mempengaruhi
kualitas ZnO adalah karakteristik V-I yang dimiliki serta kemampuannya
mengabsorbsi energi ketika terjadi proses surja.

3.3.2 Sub Sistem Isolasi

Merupakan sub sistem yang memiliki sub fungsi memisahkan bagian


konduktor bertegangan dengan ground, terdiri dari kompartemen
insulator (housing), baik berupa keramik maupun polymer, juga insulator
dudukan (insulation feet) berada di sisi bawah dari arrester.
Kompartemen perlu diperhatikan tingkat polusinya, semakin tinggi
tingkat polusi yang melekat, memungkinkan nilai arus bocor permukaan
menjadi tinggi. Pada insulator jenis keramik, perlu dilakukan pengecekan
apakah telah terjadi cracking pada permukaan kompartemen, sementara
pada insulator jenis polimer, dicek bilamana kondisi polimer utuh/ robek
ataupun berlumut.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 15


3.3.3 Sub Sistem Counter & Meter Petunjuk

Counter berfungsi untuk menunjukkan jumlah kali surja telah terjadi


pada arrester. Sementara meter petunjuk berfungsi untuk menunjukkan
bbesar nilai arus bocor yang mengalir dari ujung atas arrester menuju
ground dalam kondisi operasi tegangan kontinu. Arus bocor total ini
mayoritas bersifat kapasitif dan terpengaruh oleh banyak factor:
kebersihan kompartemen luar, stray capacitance di gardu induk dan
kondisi insulating feet. Agar keduanya bekerja baik, maka arrester harus
dipastikan hanya terhubung ke bumi melalui kawat ground, untuk itulah,
maka insulating feet berperan.

Walau demikian, meter petunjuk memberikan besaran nilai arus bocor


total, dimana nilai tersebut kurang akurat bila hendak digunakan untuk
merepresentasikan kondisi dari keeping metal oksida. Pengukuran lain,
yang merujuk pada IEC 60099-5, yakni pengukuran arus bocor resistif
dengan kompensasi harmonisa orde ke-3 dinilai lebih akurat untuk
memberikan gambaran kondisi komponen kritis arrester (Metal Oksida)
tersebut.

Penelitian internal PLN menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara


jumlah kerja counter arrester dengan besaran arus bocor resistif dari
Arrester.

3.3.4 Sub Sistem Pentanahan

Merupakan komponen yang berfungsi untuk meneruskan baik arus bocor


selama tegangan operasi kontinu, maupun surja menuju bumi. Kawat
pentanahan terbuat dari tembaga. Kawat pentanahan umumnya dipasang
seri dengan peralatan monitoring (counter ataupun meter) sebelum
dibumikan. Kondisi konektor harus dipastikan baik, seperti: tidak

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 16


terdapat rantas pada kawat, ataupun koneksi-koneksi baik (mur dan
baut), kawat tembaga tidak ditumbuhi lumut

3.3.5 Sub Sistem Pengaman Tekanan Lebih Internal

Memiliki fungsi melepaskan tekanan lebih di dalam arrester yang


mungkin timbul ketika terjadi discharge arus surja tinggi. Fungsinya
mirip pressure relief pada transformator. Pada saat terjadi surja, baik
single maupun multiple, suhu keeping metal oksida mampu mencapai
170OC – 200OC, oleh karenanya terjadi pemuaian udara di dalam
kompartemen udara, pemuaian ini perlu dilepas keluar kompartemen
untuk menghindari kompartemen (umumnya porselen menjadi pecah),
katup kembali menutup dengan segera untuk menjaga agar tekanan udara
di dalam kompartemen tetap lebih tinggi daripada tekanan udara luar.

Beberapa arrester dilengkapi dengan flag pressure relief, terbuat dari


alumunium, terpasang di ujung venting outlet arrester. Flag ini berfungsi
untuk memberikan indikasi, bahwa pernah terjadi surja yang cukup tinggi
(di atas rated pressure relief device), sehingga memungkinkan kerusakan
pressure relief device.

Gambar 29. Sudden Pressure Relief Flag

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 17


3.3.6 Sub Sistem Konstruksi Penyangga

Memiliki fungsi sebagai penyangga arrester di atas permukaan tanah.


Terdiri dari pondasi dan struktur besi penyangga.

Gambar 30. Konstruksi Penyangga

3.3.7 Sub Sistem Konektor

Memiliki fungsi melakukan koneksi antara kawat konduktor dengan


bagian atas arrester, dan dari arrester ke bagian pentanahan. Bagian ini
rawan terjadi kelonggaran yang memungkinkan timbulnya hot spot, oleh
karenanya, perlu dilakukan thermovisi secara berkala pada bagian ini,
selain thermovisi pada kompartemen arrester itu sendiri.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 18


Gambar 31. Konektor atas dan konektor bawah Arrester

3.3.8 Sub Sistem Asesories/ Grading/Corona Ring

Memiliki fungsi mendistribusikan secara merata medan listrik dan


mengurangi efek corona pada bagian ujung atas LA. Grading ring perlu
dipasang pada arrester dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter.

Gambar 32. Grading Rin

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 19


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Lightining Arrester adalah perangkat proteksi yang berfungsi untuk
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada
tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada
tegangan operasi. Jenis – jenis arrester terdiri dari arrester ekspulsi
(expulsion type) dan arrester katup (valve type)
2. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja,
arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus
yang tinggi ke tanah. Setelah itu hilang arrester harus dengan cepat kembali
menjadi isolator.
3. Persyaratan instalasi lightning arrester harus dipenuhi yaitu:
a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu
pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan.
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula.
4. Lingkup arrester luas, mulai dari penggunaan elektronika hingga pada
system transmisi Tegangan Tinggi maupun Tegangan Ekstra Tinggi. Dan
letak pemasangan arrester biasanya terdapat pada GIS, Saluran Transmisi,
serta Gardu Induk.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 20


DAFTAR PUSTAKA

Arif B., Rezon. 2010. Lighting Arrester. Semarang. Fajultas Teknik Universitas
Diponegoro.

Arismunandar dan Kuwahara. (1973). Teknik Tenaga Listrik Jilid III Gardu
Induk. Jakarta :Pradnya Paramita.

Hasan, Bachtiar. (2002). Peralatan Teknik Tegangan Tinggi. Bandung: Pustaka


Ramadhan.

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 21

Anda mungkin juga menyukai