Anda di halaman 1dari 16

PROJECT

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR LISTRIK

Dosen pengampu:

Drs. Dadang Mulyana, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 4:

Natasha Lolyta Purba (5183131013)

Kevin Boijogy Batubara (5183131014)

David Manurung (5183131015)

Rofiko Elina Harahap (5183131016)

Eva Sri H. Simamora (5173131007)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas “Project” ini dengan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapakan terimakasih kepada Bapak Drs. Dadang Mulyana, M.pd selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Proteksi Sistem Tenaga Listrik dan juga kepada semua pihak
yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana ataupun kritikan yang
membangun.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. semoga Tuhan
senantiasa memberkati kita.

Medan, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Potensi Gangguan Pada Motor Listrik ............................................................. 3
B. Proteksi Pada Motor Listrik ............................................................................. 4
C. Komponen Proteksi Pada Motor Listrik ........................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Proteksi adalah susunan peralatan pengaman yang dapat merasakan


atau mengukur adanya gangguan atau ketidakstabilan sistem yang kemudian secara
otomatis dapat memberikan respon berupa sinyal untuk menggerakkan sistem
mekanisme pemutus tenaga untuk memisahkan sistem yang terganggu sehingga
sistem lainnya dapat beroperasi secara normal. Rele proteksi biasanya digunakan
untuk mendeteksi adanya gangguan pada sistem tenaga listrik terutama untuk :
Memberikan tanda bahaya atau membuka Circuit Breaker (CB) sehingga memisahkan
sebagian dari sistem tersebut selama terjadinya kondisi yang tidak normal. Memisahkan
bagian sistem yang tidak normal sehingga mencegah kesalahan yang berikutnya.
Melepas tenaga apabila di anggap berbahaya bagi peralatan-peralatan listrik seperti :
generator,motor, trafo dan sebagainya. Proteksi terdiri dari perangkat peralatan yang
merupakan sistem yang terdiri dari komponen-komponen berikut :
rele, trafo arus dan trafo tegangan, PMT, catu daya, pengawatan atau wiring.

Motor listrik digunakan secara luas pada berbagai industri. Motor jenis ini rentan
terhadap terjadinya arus lebih, baik yang disebabkan oleh beban lebih maupun arus
lebih. Gangguan arus lebih akan menyebabkan panas pada kumparan motor sehingga
dalam jangka waktu yang lama akan menurunkan kemampuan isolasi motor. Potensi
terjadinya gangguan karena menurunnya kekuatan isolasi motor akan meningkat dan
dapat mengakibatkan kebakaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi-potensi gangguan pada motor listrik ?
2. Bagaimana proteksi pada motor listrik ?
3. Apa saja komponen proteksi motor listrik ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi-potensi gangguan pada motor listrik.
2. Untuk mengetahui proteksi beban pada motor listrik.
3. Untuk mengetahui komponen proteksi motor listrik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Gangguan Pada Motor Listrik


Adapun potensi-potensi bahaya yang umum diperhatikan pada motor listrik yaitu,
antara lain:
1. Gangguan - phasa dan atau tanah.
2. Kerusakan termis akibat :
a. Beban lebih (kontinyu atau intermitent)
b. Rotor terkunci (gagal asut, atau jamming)
3. Kondisi tidak normal
a. Operasi tidak seimbang
b. Tegangan lebih dan tegangan kurang
c. Pembalikan phasa
d. Penutupan balik kecepatan tinggi (re-energize sewaktu sedang jalan)
e. Temperatur yang tidak lazim dan atau lingkungan (dingin, panas, damp)
f. Urutan pengasutan yang tidak lengkap.
Potensi diatas umumnya terjadi untuk motor induksi, yang penggunaannya sangat
umum dan banyak dipakai. Untuk motor-motor sinkron, potensi bahaya tambahan
yang mungkin terjadi adalah:
4. Kehilangan eksitasi (kehilangan medan)
5. Operasi diluar sinkronisasi
6. Kehilangan sinkronisasi
Potensi-potensi bahaya ini dapat diklasifikasikan menurut asal, sebagai berikut:
a. Pengaruh Motor
1. Kegagalan isolasi
2. Kegagalan bearing
3. Kegagalan mekanis
4. Untuk motor sinkron – kehilangan medan

3
b. Pengaruh beban
1. Beban lebih (dan beban berkurang)
2. Jamming
3. Inersia tinggi (Wk2)
c. Pengaruh Lingkungan
1. Temperatur ambein yang tinggi
2. Tingkat kontaminasi yang tinggi
3. Temperatur ambient yang terlalu dinggin dan damp
d. Pengaruh sumber atau sistem
1. Kegagalan phasa (phasa terbuka)
2. Tegangan lebih
3. Tegangan kurang
4. Pembalikan phasa
5. Kondisi kehilangan sinkronisasi akibat gangguan dari sistem
e. Pengaruh operasi dan aplikasi
1. Sinkronisasi, penutupan atau penutupan balik phasa
2. Siklus kerja tinggi
3. Jogging
4. Pembalikan cepat atau plug

B. Proteksi Pada Motor Listrik


1. Proteksi Motor Secara Umum
Proteksi sebuah motor dapat terdiri dari berbagai tipe, bentuk, desain dan
dengan berbagai kombinasi, maupun dalam bentuk paket. Masing-masing memiliki
fiture yang berbeda yang tidak akan dibicarakan dalam buku ini. Tujuan dasar dan
utama dari suatu sistem proteksi motor adalah untuk menjaga motor agar mampu
beroperasi diatas kondisi normal tetapi tidak melebihi batasan mekanis dan termis
pada waktu beban lebih dan pada waktu motor beroperasi tidak normal serta
memiliki sensitivitas pada saat gangguan. Hal ini dapat dicapai dengan cara berikut.

4
2. Proteksi Gangguan Fasa
Rele arus lebih tanpa arah seketika dapat dipergunakan untuk proteksi motor
induksi. Gangguan yang terjadi umumnya akan menghasilkan arus gangguan yang
lebih besar dari arus pengasutan motor rotor terkunci, kecuali untuk gangguan antar
belitan. Arus gangguan dapat mengalir diantara belitan, namun sayangnya hanya
sedikit bukti yang dapat dirasakan pada terminal rotor sampai gangguan tersebut
berubah menjadi gangguan antar fasa atau atara fasa ke tanah.
Motor merupakan peralatan yang terhubung pada bagian akhir dari suatu sistem
tenaga listrik, oleh karena itu rele arus lebih dapat digunakan dan tidak ada masalah
dalam hal koordinasi. Konstribusi motor induksi sebagai sumber gangguan pada
sistem relatif kecil dan akan menghilang dengan cepat dalam beberapa siklus, jadi
tidak dibutuhkan rele arah. Ratio CT yang dipilih sebagai masukan rele dipilih
sehingga arus maksimum motor disisi sekunder berkisar antara 4 dan 5A. Rele fasa
seketika harus diset berada diatas arus unsimetri rotor terkunci namun masih
dibawah arus gangguan minimum.

3. Proteksi Diferensial
Proteksi diferensial lebih disukai, namun proteksi jenis ini tidak dapat diperguna
kan untuk semua motor. Untuk motor-motor yang tidak memiliki kedua ujung belitan,
maka rele ini tidak dapat digunakan. Bila kedua belitan tersedia, keunggulan
diferensial dalam sensitivitas, kecepatan, dan keamanan dilalukan melalui suatu
konduktor belitan melalui suatu CT toroidal. Tipikal maksimum bagian terbuka atau
jendela pada CT ini dengan ukuran diameter sebesar 8 inchi. Dengan ratio tetap
50:5 dan rele arus lebih seketika sensitif dapat dihasilkan arus angkat primer
sebesar 5A. Harga ini adalah sebuah diferensial keseimbangan fluk dari beban dan
magnitude arus pengasutan dan dengan hanya satu CT per fasa, maka unjuk kerja
kecocokan CT tidak muncul. Proteksi tanah dan fasa internal diperoleh antara Motor
sampai kelokasi CT. Proteksi lain dibutuhkan untuk menghubungkan ke Pemutus
Tenaga, Starter, dan seterusnya. Kelemahannya adalah keterbatasan yang
disebabkan ukuran jendela CT.

5
Rele Diferensial konvensional dengan CT pada netral dan lead keluaran harus
digunakan bilamanan tipe Toroidal tidak dapat dipergunakan. Biasanya, dua set CT
dengan tipe dan ratio sama, sehingga rele Diferensial dengan dua belitan penahan
digunakan. Dengan ratio CT sama, maka arus sekunder yang melalui belitan
penahan rele (R) secara esensi sama untuk semua gangguan eksternal dan beban,
dan arus operasi (OP) sangat kecil atau mendekati Nol. Untuk gangguan Motor
antara kedua set CT, seluruh arus-arus gangguan mengalir melalui belitan operasi
(OP) untuk mendapatkan sensitivitas tinggi untuk gangguan fasa maupun tanah, CT
sisi jaringan harus seperti pada gambar sehingga zona diferensial termasuk
Pemutus dan lead terhubung sebagaimana Motor.

4. Proteksi Gangguan Tanah


Sebagaimana pada proteksi Fasa, rele arus lebih seketika digunakan pula untuk
proteksi gangguan tanah. Apabila dimungkinkan, metoda yang disediakan adalah
menggunakan CT tipe Ring, dengan ketiga konduktor Motor dilewatkan melalui
jendela CT. Hal ini memberikan suatu penjumlahan magnetik dari ketiga arus Fasa
sehingga keluaran sekunder CT ke rele adalah arus urutan nol (3I0). Ratio CT,
umumnya 50:5, tidak tergantung ukuran Motor, sedangkan CT konvensional pada
Fasa harus seukuran beban Motor. Keuntungannya adalah sensitivitas tinggi dan
sekuritas baik, tetapi dibatasi oleh ukuran konduktor yang dapat dilewatkan pada
jendela CT. Seperti disebut pada seksi sebelumnya, tipikal sensitivitas adalah 5A
primer.

5. Proteksi Thermal Dan Rotor Terkunci


Proteksi ini melibatkan aplikasi rele yang sedekat mungkin cocok dengan kurva
termal dan rotor terkunci Motor. Sekali lagi perlu diingat bahwa kurva termal Motor
adalah pendekatan dari representasi zona kerusakan termis untuk operasi umum
atau normal. Rele harus beroperasi sebelum batasan ini tercapai atau terlampaui.
Selama ini keinginan tersebut dicapai dengan menggunakan rele termis untuk
proteksi termis, dan rele arus lebih waktu terbalik untuk proteksi rotor terkunci.

6
Proteksi ini didesain dan dikemas dalam berbagai cara, memberikan proteksi yang
baik untuk kebanyakan Motor. Tipikal aplikasi untuk karakteristik Motor.
Rele Termis tersedia dalam beberapa bentuk:
a. Tipe ‘Replica’ dimana karakteristik pemanasan Motor dekat dengan elemen
bimetal diantara unit arus pemanas. Rele ini beroperasi hanya karena arus
saja.
b. Operasi rele berasal dari koil eksplorasi, biasanya berupa Tahanan
Pengindera Temperatur atau dalam bahasa aslinya disingkat RTD, disatukan
pada belitan Motor. Rele beroperasi hanya karena temperatur belitan dan
pengindera diletakkan pada Motor oleh desainer pada titik panas yang paling
mungkin atau pada areal yang berbahaya. Hal ini biasanya dipakai pada
Motor-Motor 250 HP keatas, dan mungkin pula tidak terpasang pada Motor
ukuran tertentu, kecuali dinyatakan.
c. Rele yang beroperasi berdasarkan kombinasi dari arus dan temperatur.
Kehatihatian harus dilakukan guna meyakinkan bahwa tidak terdapat kondisi
yang mungkin tidak terlingkupi. Arus dan temperatur tinggi dapat
menunjukkan adanya masalah, tetapi arus tinggi tanpa pengukuran
temperatur tinggi mungkin muncul pada pemanasan lebih dari rotor, bantalan,
masalah mesin penggerak, dan hubungan pada pengendali. Untuk kombinasi
ini memberikan batasan pada proteksi.

7
C. Komponen Proteksi Pada Motor Listrik
1. Circuit Breaker (Cb)
Pemutus tenaga (circuit breaker/CB) merupakan perangkat yang digunakan
untuk melepaskan titik gangguan dari sistem. Pada sistem kelistrikan industri,
pemutus yang sering digunakan adalah MCB (miniature circuit breaker) dan MCCB
(molded case circuit breaker). MCB dan MCCB memiliki karakteristik termal untuk
melindungi terhadap gangguan akibat beban lebih dan karakteristik magnetis untuk
melindungi terhadap gangguan akibat hubung singkat.

2. Fuse (Sekring).
Alat ini merupakan pengaman motor dari gangguan arus lebih apabila terjadi
hubung singkat pada rangkaian instalasi motor. Kawat fuse akan memutuskan
rangkaian apabila nilai arusnya melebihi batas kemampuan fuse itu sendiri.
Sekring merupakan pembatas arus yang memiliki karakteristik termal. Ketika
arus lebih mengalir melalui sekring dan melebihi batas tunda waktu, penghantar
tersebut akan meleleh putus dan melepaskan gangguan dari sistem.
3. Overload
Alat ini berfungsi mengamankan motor dari kerusakan akibat adanya beban lebih
(overload). Proteksi ini akan bekerja membatasi arus pada motor listrik saat
beroperasi.
4. Grounding (Sistem Pembumian)
Selain alat pengaman diatas pada motor listrik juga harus dipasang pembumian,
hal ini penting untuk menjaga keselamatan jiwa manusia dan peralatan listrik
terhadap bahaya sentuh jika terjadi arus bocor pada motor tersebut.
5. Sistem Kontrol Motor Listrik
Sistem control motor listrik adlah system yang berfungsi untuk mengkontrol pada
saat start ataupun pada saat stop, sistem kontrol motor bertujuan untuk motor listik
jika terjadi gangguan.
Pengaman motor listrik pada pengontrolan motor listrik terdiri atas 3 macam,
yaitu sebagai berikut.
1. Pengaman Hubungan Singkat

8
Arus hubungan singkat dalam suatu rangkaian motor terjadi karena adanya
hubungan singkat. Baik hubungan singkat dalam lilitan motor maupun hubungan
dari komponen-komponen pada rangkalan motornya. Arus hubungan singkat pada
rangkaian tersebut menimbulkan panas yang berlebihan pada motor dan komponen-
komponen lain, yang dapat menimbulkan kerusakan. Maka, untuk melindungi motor
listrik digunakan alat pengaman. Macam alat pengaman yang digunakan, yaitu :
sekring dan pengaman otomatis.
Sekring (fuse) berguna untuk memutuskan atau membuka rangkaian
pengontrolan motor listrlk apabila terjadi hubungan singkat. Berdasarkan
pengontrollannya sekring dibagi atas 3 macam yaitu : Sekring tipe ulir, Sekring
tabung, dan sekring pisau.

2. Pengaman Beban Lebih


Berbicara masalah beban dalam rangkaian listrik, akan teringat pada beban fisik
yang berupa lampu-lampu, tahanan, beban mekanik dari motor listrik dan
sebagainya. Apabila motor mengangkat beban yang lebih berat, maka arus yang
mengalir pada motor itu akan bertambah besar. Suatu motor listrik dikatakan
mempunyai beban lebih, apabila arus yang mengalir melebihi arus nominalnya.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa motor yang berbeban lebih akan
menyerap arus yang berlebihan, sehingga timbul panas yang tinggi. Panas yang
tinggi dan terus-menerus akan menyebabkan kerusakan pada lilitan motor, yang
akhirnya dapat membakar lilitan motor. Apabila arus itu naik menjadi 2 kali, maka
panasnya naik menjadi 4 kali. Oleh karena itu, untuk melindungi atau mengamankan
motor dari panas yang berlebihan, maka dipasanglah relay suhu beban lebih. Dalam
perdagangan, dikenal dengan nama Thermal Overload Relays (TOR).
Thermal Overload Relay (TOR) adalah pengaman beban lebih atau overload
yang digunakan pada instalasi beban motor listrik adalah TOR. Jika arus yang
melaui penghantar yang menuju motor listrik melebihi kapasitas atau seting
TOR,maka TOR drop atau terputus sehingga rangkain yang menuju motor listrk
terputus.

9
TOR dihubungkan dengan kontaktor pada kontak utama (untuk seri magnet
kontaktor tertentu).Rotasi kontak utamanya adalah 2,4,6 sebelum beban atau motor
listrik. Prinsip kerja termal beban berdasarkan panas atu temperature yang
ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui elemn-elemen pemanas bimetal.Jika
panas berlebihan maka salah satu logam bimetal melengkung dan menggerakkan
kontak mekanis pemutus rangkaian listrik(untuk bimetal seri tertentu) notasinya
95,96.
Jika terjadi beban lebih maka arus menjadi besar dan menyebabkan penghantar
panas.panas pada penghantar melewati bimetal sehingga bimetal melengkung dan
selanjutnya aliran listrik yang menuju motor listrik terputus dan motor listrik
belitannya tidak sampai terbatas.

Cara kerja Overload pada suatu rangkaian motor listrik.Apabila terjadi beban
lebih pada motor maka TOR atau Overload,akan menarik kontak-kontaknya secara
otomatis yang tadinya 97,92 NO akan terhubung ke 95,96 NC dan
sebaliknya.Jika,pada rangkain motor dipasang pada kondisi 95,96 dan terjadi beban
lebih maka 95,96 kembali keposisi awal.Semua pengontrol mati dan kontaktor-
kontaktor tidak hidup dan motornya juga mati,dan jika dilengkapi dengan aplikasi
seperti bell,atau lampu pada TOR pada kontak 97,98 maka bell dan lampu akan
hidup ketika terjadi beban lebih.

3. Pengaman hubungan singkat dan beban lebih


Alat yang dapat melindungi motor listrik terhadap adanya hubungan singkat dan
beban lebih dalam perdagangan dikenal dengan nama "Pengaman Pemutus
Rangkaian Motor atau Motor Protection Circuit Breaker (MPCB). Di dalam MPCB
terdapat dua buah relay yaitu relay magnet dan relay thermis. Relay magnet akan
memutuskan rangkaian apabila terjadi hubungan singkat, sedangkan relay therrnis
akan memutuskan rangkaian apabila terjadi beban lebih pada motor. Konstruksi

10
MPCB ada yang dilengkapi dengan pengaman terhadap tegangan rendah, ada yang
tidak. Apabila motor listrik dikontrol langsung dengan menggunakan MPCB, maka
gunakanlah MPCB yang dilengkapi dengan relay pelindung terhadap tegangan
rendah. Sebaliknya apabila motor dikontrol dengan menggunakan kontaktor magnet,
maka gunakanlah MPCB yang tidak dilengkapi dengan relay pelindung terhadap
tegangan rendah, sebab kontaktor magnet itu sendiri sudah dapat melindungi
sendiri terhadap adanya penurunan tegangan.
Di dalam MPCB ada 2 buah relay yaitu Relay magnet dan Relay thermis. Relay
magnet akan memutuskan hubungan singkat, sedangkan relay thermis terjadi beban
lebih pada motor.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Potensi-pontensi gangguan yang mungkin ada pada motor listrik antara lain
Gangguan phasa dan atau tanah, Kerusakan termis, Kondisi tidak normal,
Kehilangan eksitasi (kehilangan medan), Operasi diluar sinkronisasi, Kehilangan
sinkronisasi.
2. Proteksi-proteksi yang dilakukan pada motor listrik yaitu Proteksi gangguan fasa,
proteksi diferensial, proteksi gangguan tanah serta proteksi termal dan rotor
terkunci. Dari sumber lain menyebutkan proteksi yang harus dilakukan pada
motor listrik antara lain proteksi terhadap hubungan singkat dan beban lebih.
3. Ada beberapa komponen yang digunakan pada proteksi motor listrik Circuit
Breaker (Cb), Fuse (Sekring), Overload, Grounding (Sistem Pembumian), Sistem
Kontrol, Motor Listrik.

B. Saran
Agar makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang ingin
tahu tentang sistem proteksi tenaga listrik terutama pada bagian sistem proteksi
beban motor listrik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yudha, Hendra Marta.2008. Proteksi Rele: Prinsip dan aplikasinya. Inderalaya: FT-
UNSRI
Mustaghfirin, Amin. 2013. Buku Siswa Elektronik : Instalasi Motor Listrik. Kemendikbud
- RI

Tiyono. 2013. “Perancangan Setting Rele Proteksi Arus Lebih Pada Motor Listrik
Industri” dalam Transmisi Volume 1. Jakarta: FT-UGM
Andri Tukananto, dkk. Rancang Bangun Sistem Proteksi Arus Lebih Motor 3 Fasa
Dengan Timer Start Dan Trip. Pontianak: FT-UTP

13

Anda mungkin juga menyukai