Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH TEKNIK LISTRIK OTOMOTIF

KOMPONEN-KOMPONEN KELISTRIKAN

DOSEN PEMBIMBING

Ir. Kasijanto, M.T.

Di Susun Oleh :

1. Harvei Bima Kusuma Putra (1941220024)


2. Michael Primanda Sugalih (1841220039)

KELAS 1A

TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK

TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah Teknik Otomotif Elektronik dengan
judul “KOMPONEN-KOMPONEN KELISTRIKAN”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Teknik Listrik Otomotif, Bapak Ir. Kasijanto, M.T. yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 21 Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………i
Daftar isi………………………………………………………………...ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………….1
1. Latar Belakang…………………………………………….…………..1
2. Rumusan Masalah………………………………………….………….1
3. Tujuan……………………………………………………….………...1

BAB II Pembahasan…………………………………………...…………….3
1. Komponen-komponen Kelistrikan Otomotif………………………3
1.1. Simbol Kelistrikan Otomotif………………………………..........7
1.1.1. Simbol Komponen Resistor……………………….……...7
1.1.2. Simbol Komponen Condensor……………………………7
1.1.3. Simbol Komponen Dioda………………………………...8
1.1.4. Simbol Komponen Transistor……………………………9
1.1.5. Simbol Komponen……………………………………….9
1.2. Kode-kode Kelistrikan otomotif………………………………..16
1.2.1. Kode Angka……………………………………………..17
1.2.2. Kode Warna……………………………………………..21
1.2.2.1. Kabel 1 Warna……………………………………...22
1.2.2.2. Kabel 2 Warna……………………………………...23
2. Wiring Diagram……………………………………..……………..25
2.1. Sistem Pengapian……………………………………………….25
2.2. Sistem Pengisian………………………………………………..26
2.3. Sistem Starter…………………………………………………...31
2.4. Kelistrikan Body………………………………………………..32
2.4.1. Rangkaian Lampu Kepala………………………………32
2.4.2. Rangkaian Lampu Tanda Belok dan Hazard…………....33
2.4.3. Rangkaian Lampu Kota…………………………………34
2.4.4. Rangkaian Lampu Rem…………………………………35

ii
2.4.5. Rangkaian Lampu Mundur………………………………36
2.4.6. Rangkaian Klakson………………………………………36
2.4.7. Rangkaian Wiper………………………………………....39
2.4.8. Rangkaian Washer………………………………………..41
3. Grafik Torsi………………………………………………………….42

BAB III Penutup…………………………………………………………….46


a. Kesimpulan…………………………………………………………...46
b. Saran………………………………………………………………….46
Daftar Pustaka………………………………………………………………47

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Listrik merupakan suatu kebutuhan pentik bagi manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari, di mana pada yang zaman modern ini
sudah banyak alat pendukung kehidupan manusia yang membutuhkan
tenaga listrik untuk mengoperasikannya, seperti lampu, mesin cuci, mesin
pompa air, televise, radio, computer dan perangkat elektronik lainnya.
Listrik telah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk berbagai aktivitas
manusia, yang kemudian digunakan untuk beragam fungsi kedepannya.
Namun, untuk kali ini saya akan membahas kelistrikan yang ada pada
Otomotif khususnya mengenai komponen dan simbol yang ada pada
Kelistrikan Otomotif, simbol pada Kelistrikan Otomotif tujuannya untuk
mempermudah mengetahui komponen Kelistrikan Otomotif.

2. Rumusan Masalah
1. Apa saja Komponen-komponen Kelistrikan Otomotif dan bagaimana
simbol dan kodenya ?
2. Bagaimana Wiring Diagram Sistem Pengapian ?
3. Bagaimana Wiring Diagram Sistem Pengisian ?
4. Bagaimana Wiring Diagram Sistem Starter ?
5. Bagaimana Wiring Diagram Sistem Kelistrikan Body ?
6. Bagaimana Grafik Torsi ?

3. Tujuan
1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komponen-
komponen apa saja yang ada pada Kelistrikan Otomotif, serta dapat
menghafalkan simbol dan kode yang ada pada Kelistrikan Otomotif.
2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Wiring Diagram
Sistem Pengapian.

1
3. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Wiring Diagram
Sistem Pengisian.
4. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Wiring Diagram
Sistem Starter.
5. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Wiring Diagram
Sistem Kelistrikan Body.
6. Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bentuk dari Grafik
Torsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Komponen-komponen Kelistrikan Otomotif


1. Power Suply (ACCU)

Power suply atau sumber arus adalah komponen yang


menyediakan sumber arus listrik yang akan digunakan untuk
melakukan serangkaian skema kelistrikan.
Pada kendaraan, baterai atau aki berperan sebagai sumber arus
karena komponen ini dapat menyimpan dan melepaskan arus listrik.
Namun, baterai bukan sumber arus utama. Sumber utama
kelistrikan kendaraan itu ada pada sistem pengisian yang mengubah
energi gerak ke energi listrik.
2. Saklar

Saklar digunakan untuk mengatur kapan skema krlistrikan aktif


dan kapan skema kelistrikan non-aktif. Pada kelistrikan body, ada dua
macam saklar yakni
a. Saklar manual
b. Saklar otomatis

3
Saklar manual harus diaktifkan secara manual oleh pengemudi
melalui sebuah tombol. Contohnya pada lampu sein dan klakson.
Sementara saklar otomatis, tidak perlu perlakukan dari pengemudi
untuk mengaktifkan skema kelistrkan. Biasanya skema akan aktif lada
kondisi tertentu contoh lampu kepala sepeda motor yang otomatis aktif
saat mesin menyala.
3. Wiring Harness
Fungsinya untuk mengalirkan listrik dari baterai menuju seluruh
bagian elektrikal.
Meski terlihat seperti kabel biasa, namun apabila terjadi kerusakan
pada salah satu kabel, maka anda perlu mengganti satu rangkaian
Wiring. Hal ini karena baik resistansi kabel, panjang kabel, dan
kondisi socket sudah disesuaikan.
Ada banyak rangkaian wiring pada mobil, contohnya wiring mesin.
Pada wiring mesin, semua kabel akan terintegrasi menjadi satu
rangkaian. Sehingga ketika terjadi masalah wiring akan lebih mudah
untuk terdeteksi letak masalahnya.
4. Fuse atau Sekring

Fuse atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah


komponen yang berfungsi sebagai pengaman dalam Rangkaian
Elektronika maupun perangkat listrik. Fuse (Sekering) pada dasarnya
terdiri dari sebuah kawat halus pendek yang akan meleleh dan terputus
jika dialiri oleh Arus Listrik yang berlebihan ataupun terjadinya
hubungan arus pendek (short circuit) dalam sebuah peralatan listrik /
Elektronika. Dengan putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus listrik
yang berlebihan tersebut tidak dapat masuk ke dalam Rangkaian
Elektronika sehingga tidak merusak komponen-komponen yang
terdapat dalam rangkaian Elektronika yang bersangkutan. Karena

4
fungsinya yang dapat melindungi peralatan listrik dan peralatan
Elektronika dari kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan, Fuse
atau sekering juga sering disebut sebagai Pengaman Listrik.
Fuse (Sekering) terdiri dari 2 Terminal dan biasanya dipasang
secara Seri dengan Rangkaian Elektronika / Listrik yang akan
dilindunginya sehingga apabila Fuse (Sekering) tersebut terputus maka
akan terjadi “Open Circuit” yang memutuskan hubungan aliran listrik
agar arus listrik tidak dapat mengalir masuk ke dalam Rangkaian yang
dilindunginya.
5. Relay

Relay merupakan salah satu dari sekian banyak komponen


kelistrikan yang sering digunakan pada mobil. Relay tergolong sebagai
komponen electromechanical yang terdiri dari dua bagian utama yaitu
Koil (Elektromagnet) dan seperangkat kontak saklar (Mekanikal).
Prinsip kerja relay adalah memanfaatkan gaya elektromagnetik
untuk menggerakkan kontak saklar (gaya elektromagnetik = sebuah
gaya medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan akibat dialiri oleh
arus listrik).
Dengan begitu arus dan tegangan listrik yang kecil bisa digunakan
untuk memutus atau menyambungkan arus dan tegangan listrik yang
lebih besar dengan kondisi yang lebih aman. Oleh karenanya, relay
bisa juga disebut sebagai “Saklar Magnet”.

5
6. Kunci Kontak (Switch)

Kelistrikan otomotif pada mobil menggunakan kunci kontak


(Ignition Swtch) sebagai saklar utama yang menghubungkan semua
sistem kelistrikan dengan sumber tenaga (baterai).
Kunci kontak mempunyai beberapa posisi, yaitu ;
Off : Terputus dari sumber tegangan (Baterai).
ACC : Terhubung dengan arus baterai , tetapi hanya untuk
kebutuhan accecoris.
ON / IG : Terhubung ke sistem pengapian (Ignition).
START : Untuk start.
7. Pengedip (Flaser)

Pengedip (flaser) digunakan untuk memutus dan menghubungkan


arus secara otomatis pada rangkaian lampu tanda belok sehingga
lampu akan berkedip. Jenis pengedip (flaser) ada dua, yaitu jenis
bimetal dan magnet.
8. Kabel Penghubung
Kabel adalah suatu komponen yang digunakan untuk
menghubungkan komponen satu dengan komponen yang lainnya yang
terbuat dari tembaga dan diberi isolasi supaya tidak terjadi konseleting.
Diameter kabel terdiri atas berbagai ukuran. Penggunaan kabel

6
berbeda-beda ukurannya, bergantung pada berapa besar arus yang
mengalir. Bila arus yang mengalir besar, berarti harus menggunakan
kabel yang berdiameter besar, tetapi bila arus yang mengalir kecil,
cukup menggunakan kabel yang berdiameter kecil.

1.1. Simbol Kelistrikan Otomotif

1.1.1. Simbol Komponen Resistor Fungsi Komponen Resistor

Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
yang mengalir dalam rangkaian listrik
Resistor

Potensio Meter
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat
diatur
Potensio Meter

Variable Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat
diatur
Variable Resistor

1.1.2. Simbol Komponen


Fungsi Komponen Condensator
Condensor

Condensator Bipolar
Berfungsi untuk menyimpan arus listrik
sementara waktu
Condensator Nonpolar

Condensator Bipolar Electrolytic Condensator (ELCO)

7
Kapasitor berpolar Electrolytic Condensator (ELCO)

Condensator yang nilai kapasitansinya dapat


Kapasitor Variable
diatur

1.1.3. Simbol Komponen Dioda Fungsi Komponen Dioda


Berfungsi sebagai penyearah yang dapat
Dioda mengalirkan arus listrik satu arah (forward
bias)

Dioda Zener Penyetabil Tegangan DC (Searah)

Dioda dengan drop tegangan rendah, biasanya


Dioda Schottky
terdapat dalam IC logika

Dioda Varactor Gabungan Dioda dan Kapasitor

Dioda Tunnel Dioda Tunnel

LED (Light Emitting Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus


Diode) listrik DC satu arah

Menhasilkan arus listrik ketika mendapat


Photo Dioda
cahaya

8
1.1.4. Simbol Komponen
Fungsi Komponen Transistor
Transistor

Arus listrik akan mengalir (EC) ketika basis


Transistor NPN
(B) diberi positif

Arus listrik akan mengalir (CE) ketika basis


Transistor PNP
(B) diberi negatif

Gabungan dari dua transistor Bipolar untuk


Transistor Darlington
meningkatkan penguatan

Transistor JFET-N Field Effect Transistor kanal N

Transistor JFET-P Field Effect Transistor kanal P

Transistor NMOS Transistor MOSFET kanal N

Transistor PMOS Transistor MOSFET kanal P

1.1.5. Simbol Komponen Fungsi

Motor Motor Listrik

Trafo, Transformer, Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak


Transformator Balik)

Bel Listrik Berbunyi ketika dialiri arus listrik

Buzzer Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik

9
Fuse, Sekring
Pengaman. Akan putus ketika melebihi
kapasitas arus
Fuse, Sekring

Bus

Terdiri dari banyak jalur data atau jalur


Bus
address

Bus

Sebagi isolasi antar dua rangkaian yang


Opto Coupler
berbeda. Dihubungkan oleh cahaya

Loudspeaker Mengubah signal listrik menjadi suara

Mic, Microphone Mengubah signal suara menjadi arus listrik

Op-Amp, Operational
Penguat signal input
Amplifier

Schmitt Trigger Dapat mengurangi noise

ADC, Analog to Digital Mengubah signal analog menjadi data digital

DAC, Digital to Analog Mengubah data digital menjadi signal analog

Crystal, Ocsilator Penghasil pulsa

10
11
12
13
14
15
1.2. Kode-kode Kelistrikan otomotif
Kode listrik dan elektronik adalah piktogram yang digunakan untuk mewakili
komponen listrik dan komponen elektronik seperti kabel, baterry, resistor, dan
transistor dalam skema rangkaian listrik atau rangkain elektronik. Di beberapa
standar simbol-simbol ini dapat berbeda dan bervariasi, demikian juga dengan
notasi (kode) singkatan untuk menjelaskan sebuah komponen seperti:
Transistor (Q, Tr, atau T), Relay (Re, Ry, atau K), Integrated Circuit (IC atau
U). Apabila dalam sebuah sistem rangkaian listrik atau rangkaian elektronik
terdapat lebih dari satu komponen yang sama, maka dibelakang notasi
singkatan tersebut ditambah angka misalnya U1, U2, U3, R1, R2, R2, C1, C2,
C3, dan seterusnya. Kode singkatan (Disignation) komponen listrik dan
elektronik.

Kode Singkatan Komponen


(Designator)
AT Attenuator
BR Bridge Rectifier
BT Battery
C Capacitor / Condensator
CN Capacitor Network
D Dioda (Kecuali Dioda Zener dan LED)
DL DelayLine
DS Display
F Fuse
FB / FEB Ferrite Bead
FD Fiducial
J Jack Connector (female)
JP Link (Jumper)
K Relay
L Inductor
LS Loudspeaker / Buzzer

16
M Motor
MK Microphone
MP Mechanical part
P Plug Connector (Male)
PS Power Supply
Q Transistor
R Resistor
RN Resistor Network
RT Thermistor
RV Varistor
S Switch
T Transformer
TC Thermocouple
TUN Tuner
TP Test Point
U Integrated Circuit
V Vacuum Tube
VR Variable Resistor
X Transducer
Y Crystal / Oscillator
Z Zener Diode

1.2.1. Kode Angka


Berikut daftar dari kode-kode angka tersebut:
1 - Master Element
2 - Time Delay Starting or Closing Relay
3 - Checking or Interlocking Relay
4 - Master Contactor
5 - Stopping Device
6 - Starting Circuit Breaker
7 - Anode Circuit Breaker

17
8 - Control Power Disconnecting Device
9 - Reversing Device
10 - Unit Sequence Switch
11 - Reserved for future application
12 - Overspeed Device
13 - Synchronous-speed Device
14 - Underspeed Device
15 - Speed - or Frequency, Matching Device
16 - Reserved for future application
17 - Shunting or Discharge Switch
18 - Accelerating or Decelerating Device
19 - Starting to Running Transition Contactor
20 - Electrically Operated Valve
21 - Distance Relay
22 - Equalizer Circuit Breaker
23 - Temperature Control Device
24 - Over-Excitation Relay (V/Hz)
25 - Synchronizing or Synchronism-Check Device
26 - Apparatus Thermal Device
27 - Undervoltage Relay
28 - Flame Detector
29 - Isolating Contactor
30 - Annunciator Relay
31 - Separate Excitation Device
32 - Directional Power Relay
33 - Position Switch
34 - Master Sequence Device
35 - Brush-Operating or Slip-Ring Short-Circuiting, Device
36 - Polarity or Polarizing Voltage Devices
37 - Undercurrent or Underpower Relay
38 - Bearing Protective Device
39 - Mechanical Conduction Monitor

18
40 - Field Relay
41 - Field Circuit Breaker
42 - Running Circuit Breaker
43 - Manual Transfer or Selector Device
44 - Unit Sequence Starting Relay
45 - Atmospheric Condition Monitor
46 - Reverse-phase or Phase-Balance Current Relay
47 - Phase-Sequence Voltage Relay
48 - Incomplete Sequence Relay
49 - Machine or Transformer, Thermal Relay
50 - Instantaneous Overcurrent or Rate of Rise, Relay
51 - AC Time Overcurrent Relay
52 - AC Circuit Breaker
53 - Exciter or DC Generator Relay
54 - High-Speed DC Circuit Breaker
55 - Power Factor Relay
56 - Field Application Relay
57 - Short-Circuiting or Grounding (Earthing) Device
58 - Rectification Failure Relay
59 - Overvoltage Relay
60 - Voltage or Current Balance Relay
61 - Machine Split Phase Current Balance
62 - Time-Delay Stopping or Opening Relay
63 - Pressure Switch
64 - Ground (Earth) Detector Relay
65 - Governor
66 - Notching or Jogging Device
67 - AC Directional Overcurrent Relay
68 - Blocking Relay
69 - Permissive Control Device
70 - Rheostat
71 - Level Switch

19
72 - DC Circuit Breaker
73 - Load-Resistor Contactor
74 - Alarm Relay
75 - Position Changing Mechanism
76 - DC Overcurrent Relay
77 - Pulse Transmitter
78 - Phase-Angle Measuring or Out-of-Step Protective Relay
79 - AC Reclosing Relay
80 - Flow Switch
81 - Frequency Relay
82 - DC Reclosing Relay
83 - Automatic Selective Control or Transfer Relay
84 - Operating Mechanism
85 - Carrier or Pilot-Wire Receiver Relay
86 - Lockout Relay
87 - Differential Protective Relay
88 - Auxiliary Motor or Motor Generator
89 - Line Switch
90 - Regulating Device
91 - Voltage Directional Relay
92 - Voltage and Power Directional Relay
93 - Field Changing Contactor
94 - Tripping or Trip-Free Relay
95 - Reluctance Torque Synchrocheck
96 - Autoloading Relay

20
1.2.2. Kode Warna
Cara Membaca Kode Warna Kelistrikan Mobil

Secara umum, sistem kelistrikan pada kendaraan terbagi menjadi dua yaitu

sistem kelistrikan bodi (Chassis) dan sistem kelistrikan mesin (Engine).

Komponen kelistrikan yang dibutuhkan pada kedua sistem tersebut

jumlahnya sangat banyak.

Oleh karenanya pihak produsen kendaraan memberikan warna-warna pada

setiap kabel guna mempermudah dan mempercepat proses perbaikan jika

terjadi masalah pada sistem kelistrikan kendaraan.

Selain kode warna, produsen kedaraan juga kerap menambahkan kode-

kode tertentu pada rangkaian sistem kelistrikan seperti contohnya ukuran

penampang kabel serta jenis kabel yang digunakan.

21
Perlu diperhatikan bahwa warna kabel-kabel pada mobil terbagi menjadi

dua jenis yaitu :

1.2.2.1. Kabel 1 Warna

Kabel satu warna adalah kabel yang bagian pembungkus isolatornya hanya

mempunyai satu warna saja. Berikut kode warna kabel satu warna.

 B : Black (hitam)
 BR : Brown (coklat)
 G : Green ( hijau)
 GR : Grey (abu-abu)
 L : Blue (biru)
 LG : Light Green (hijau muda/hijau terang)
 O : Orange (oranye)
 P : Pink (merah muda)
 PU : Purple (ungu muda)
 R : Red (merah)
 SB : Sky Blue (biru langit/biru muda)
 SI : Silver (perak)
 V : Violet (ungu tua)
 W : White (putih)
 Y : Yellow (kuning)

22
1.2.2.2. Kabel 2 Warna

Kabel dua warna adalah kabel yan bagian pembungkus isolatornya terdiri

dari dua warna, satu berfungsi sebagai warna dasar (basic colour) dan satu

lagi berfungsi sebagai warna penanda (marking colour) yang berupa garis

tipis diatas warna dasar.

Pada kabel dua warna ini, kode warna dasar diletakan pada bagian depan

sedangkan kode warna penanda (marking) di letakkan di belakang warna

dasar, berikut contohnya :

 W-R : White - Red ( putih strip merah)


 L-W : Blue - White ( biru strip putih )
 R-B : Red - Black (merah strip hitam)
 G-B : Green - Black (hijau strip hitam)

Kode huruf pertama pada kode diatas adalah warna yang paling dominan
sedangkan kode berikutnya adalah warna penandanya saja. Kode warna

kelistrikan mobil ini pada beberapa produsen juga digunakan sebagai

penanda untuk meletakkan dimana kabel tersebut akan digunakan, seperti

contohnya kabel warna hitam umum digunakan sebagai warna

ground/massa sedangkan warna merah digunakan sebagai warna untuk

lighting/power.

23
Kode Warna Posisi penggunaan

B Black Starting dan


(hitam) Ground

W White Sistem pengisian


(putih) (Charge)

R Red Lighting/Power
(merah)

G Green Sinyal ECU/Sensor


(hijau)

BR Brown Sinyal ECU/Sensor


(coklat)

Y Yellow Instrumen
(kuning)

L Blue (biru) Others / Lain-lain

LG Light Others / Lain-lain


Green
(hijau
muda)

O Orange Others / Lain-lain


(oranye)

GR Gray (abu- Others / Lain-lain


abu)

P Pink Others / Lain-lain


(merah
muda)

SB Sky Blue Others / Lain-lain


(biru muda)

24
V Violet Others / Lain-lain
(ungu tua)

25
2. Wiring Diagram
2.1. Sistem Pengapian

Sistem pengapian konvensional banyak digunakan pada mobil jadul seperti


kijang generasi awal dan colt. Cara kerja sistem pengapian konvensional
cukup sederhana.
Saat kunci kontak berada pada posisi ON, maka arus dari baterai mengalir
ke Ignition coil dan keluar menuju platina. Karena mesin belum berputar
(belum starting) maka platina akan menghubungkan arus ke masa.
Sehingga timbul kemagnetan pada kumparan primer.
Saat mesin starting, platina akan terputus saat cam menyentuh kaki platina.
Akibatnya kemagnetan pada kumparan primer bergerak ke kumparan
sekunder dan menghasilkan tegangan super tinggi mencapai 20 KV.
Tegangan tersebut langsung disalurkan ke busi untuk proses pemercikan.

26
Ketika cam tidak menyentuh kaki paltina, maka platina kembali
tersambung sehingga proses kemagnetan pada kumparan primer kembali
terjadi. Proses ini berlangsung secara terus menerus selama mesin hidup.

2.2. Sistem Pengisian


Wiring Diagarm (skema) dibawah ini merupakan rangkaian dari sistem
pengisian konvensional. Skema berikut dibagi menjadi dua bagian butama
yaitu sisi kanan merupakan regulator, dan sisi kiri merupakan
alternatornya. Ada juga komponen lain yang turut berperan dalam
charging system (sistem pengisian) ini yaitu baterai, fusible link, fuse,
charge warning lamp (lampu pengisian), load (beban). Alternator terdiri
dari beberapa komponen seperti kumpatan stator ( stator coil), kumparan
rotor (rotor coil), enam buah dioda yang dirangkai dengan sistem
jembatan, dan terminal alternator (E, F, N, dan B).

Pada bagian regulator, terdapat beberapa bagian yaitu voltage regulator,


voltage relay, kontak poin, resistor, dan terminal -terminal regulator (Ig, N,
F, E, L, dan B). Semua komponen dalam alternator dan regulator
dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk rangkaian sistem
pengisian.
Cara kerja dari sistem pengisian dengan regulator tipe konvensional
terbagi menjadi empat bagian, yaitu pada saat kunci kontak ON mesin
belum hidup, mesin hidup putaran lambat, putaran sedang, dan putaran
tinggi. Berikut dijelaskan cara kerja sistem pengisian tipe konvensional.

27
 Cara Kerja Sistem Pengisian Kunci Kontak ON Mesin Mati
Untuk memudahkan maka untuk komponen baterai, fusible link,
kunci kontak, charge warning lamp, fuse, saya singkat menjadi : B,
FL, KK, CWL, F. Dan juga : Rotor Coil (RC), Stator Coil (SC).
Resistor (R).

1. Setelah kunci kontak diputar ke posisi ON, maka arus akan


mengalir dari baterai ke Fusible link, ke kunci kontak ke fuse ke
Charge Warning Lamp ke terminal L regulator ke P0 ke P1 ke
massa. Akibatnya lampu pengisian menyala. Pada gambar diatas
aliran arusnya berwarna merah. Keterangan : Maaf kunci kontak
jadi tidak kelihatan akibat tertutup warna merah.
2. Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL ke
KK ke fuse ke terminal IG regulator ke PL1 ke PL0 ke terminal F
regulator ke F alternator ke slipring, ke rotor coil, ke slip ring
kemudian ke massa. Akibatnya pada kumparan rotor timbul medan
magnet.

28
 Cara Kerja Sistem Pengisian Mesin Hidup Putaran Lambat

1. Setelah mesin hidup, alternator khusunya pada stator coil akan


menghasilkan arus listrik.
2. Arus yang dihasilkan ini dari terminal N alternator akan mengalir
menuju terminal N alternator ke N regulator , ke kumparan
voltage relay, ke massa. Akibatnya pada voltage relay terjadi
kemagnetan, sehingga terminal P0 akan tertarik dan menempel
dengan P2. Yang mana arus yang ke lampu pengisian (cwl) tidak
mendapatkan massa, ini akan membuat lampunya mati.
3. Output dari stator coil ini disalurkan ke dioda (rectifier) dan
disearahkan menjadi arus searah (DC) kemudian mengalir ke
terminal B alternator kemudian ke baterai. Maka
pada baterai/aki terjadi pengisian.
4. Arus dari terminal B alternator juga mengalir ke B regulator ke
P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator ke massa. Akibatnya
timbul kemagnetan pada voltage regulator.
5. Karena putaran masih rendah, tegangan output alternator
cenderung rendah, dan kemagnetan pada kumparan voltage
regulatornya pun juga masih lemah, akibatnya tidak mampu
menarik PL0 dan tetap menempel ke PL1 (karena adanya pegas
pada Pl 0).

29
6. Pada saat ini arus yang besar mengalir dari Ig , ke Pl1, ke Pl0, ke
F regulator, ke F alternator ke RC ke massa, maka arus yang
mengalir ke RC besar dan medan magnet pada RC kuat. Jadi,
meskipun putaran lambat, output alternator tetap cukup untuk
mengisi baterai karena medan magnet pada RC kuat. Ouput
tegangan ini berkisar antara 13,8 sampai 14,8 Volt.

 Cara Kerja Sistem Pengisian Mesin Hidup Putaran Sedang

1. Ketika putaran mesin dinaikan menjadi putaran sedang, maka


tegangan output alternator di terminal B akan naik juga dan
arusnya mengalir ke B reg ulator ke P2 ke P0 ke kumparan
voltage regulator, ke massa.
2. Akibatnya, kemagnetan pada voltage regulator menjadi semakin
kuat dan mampu menarik PL0 tetapi belum cukup kuat sehingga
PL0 ini akan lepas dari PL1 dan posisinya mengambang.
3. Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke IG regulator ke
resistor/tahanan ke F regulator ke F alternator ke RC ke massa.
Karena arus melewati resistor, maka arus tersebut akan lebih kecil
akibatnya kemagnetan pada rotor coil melemah.
4. Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran mesin
naik ke putaran sedang (putaran alternator semakin cepat)
sehingga output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai
(tegangan antara 13,8 sampai 14,8 volt).

30
 Cara Kerja Sistem Pengisian Mesin Hidup Putaran Tinggi

1. Kemudian jika putaran dinaikan lagi menjadi putaran tinggi,


maka tegangan output pada terminal B alternator akan cenderung
makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8 volt, maka
kemagnetan pada kumparan voltage regulator semakin kuat yang
mana akan mampu menarik PL0 dan akan membuat menempel
dengan PL2.
2. Karena PL0 menempel dengan PL2, maka aliran arus akan
berbeda, yakni arus yang berasal dari terminal IG regulator akan
mengalir ke R ke PL0 ke PL2 kemudian ke massa (tidak mengalir
ke RC). Hal ini menyebabkan medan magnet pada Rotor coil
tidak ada.
3. Karena pada RC tidak terjadi kemagnetan, maka output tegangan
pada alternatornya pun akan turun. Bila tegangan output kurang
dari tegangan standar (13,8 – 14,8 V) maka kemagnetan pada
voltage regulator akan melemah lagi, sehingga PL0 akan lepas
lagi dari PL2.
4. Arus dari IG regulator ke R kembali mengalir lagi ke RC ke
massa, sehingga medan magnet pada RC kembali menguat
sehingga tegangan output alternator naik lagi.
5. Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka
prosesnya berulang ke proses seperti di atas secara berulang-ulang

31
dan Pl0 lepas dan menempel dengan Pl2 secara periodik sehingga
output alternator tetap stabil.

2.3. Sistem Starter

Cara kerja motor starter, dimulai ketika kita memutar kunci kontak.
 Saat kunci kontak berada di posisi “ON” relay utama atau main relay
akan terhubung, menyebabkan arus dari baterai mengalir ke semua
sistem kelistrikan mobil.
 Saat kunci kontak diputar pada posisi “ST”, relay starter switch akan
terhubung sehingga arus akan mengalir dari baterai ke terminal 50 pada
starter clutch.
Karena terminal 50 dialiri arus listrik, menyebabkan kemagnetan pada
pull in coil sehingga pull in coil bergerak ke arah hold in coil. Dalam
hal ini, gerakan pull in coil akan mendorong drive lever sehingga pinion
gear terkait dengan flywheel.

Pada fase ini, dorongan pull in coil bukan hanya menggerakan pinion.
Tetapi juga menggerakan pull in coil itu sendiri ke arah hold in coil.
Akibat dorongan tersebut, hold in coil juga terdorong ke arah solenoid
switch contact.

32
Sehingga arus listrik di terminal 30 motor starter, akan langsung
mengalir kedalam motor starter.

Didalam motor starter arus tersebut dialirkan ke field coil untuk


membangkitkan medan magnet, dan mengalir ke armature coil melalui
brush. Karena ada aliran listrik didalam medan magnet, hasilnya
armature akan berputar untuk menggerakan flywheel.

Saat mesin menyala, starter akan berhenti dengan menghentikan arus


dari terminal 50. Sehingga pull in coil terlepas dan kembali ke posisi
semula. Dengan kembalinya pull in coil, pinion gear juga akan lepas
kaitannya dengan flywheel dan putaran motor juga terhenti karena arus
listrik pada solenoid switch contact terputus.

Namun pinion gear sebenarnya didesain agar mundur secara otomatis


saat putaran flywheel lebih besar dari putaran starter. Fungsi ini
ditunjukan untuk memudahkan proses keterkaitan dan pelepasan pinion
gear dengan roda gigi flywheel.

2.4. Kelistrikan Body


2.4.1. Rangkaian Lampu Kepala

33
Saat sakelar penerangan diarahkan pada lampu kepala, maka arus
listrik dari baterai akan mengalir ke sakelar dim dan diteruskan ke
relay. akibanya pada kumparan relay (antara terminal 85 dan 86)
akan timbul gaya magnet. kemagnetan ini menyebabkan
terhubungnya kontak pada relay (antara terminal 30 dan 87).
dengan demikian arus listrik dari baterai akan mengalir langsung ke
lampu kepala.
Pada lampu kepala biasanya dilemngkapi dengan rangkaian lampu
dim yang digunakan untuk tanda kepada pengemudi lain,
khususnya apabila kita minta untuk diprioritaskan.

2.4.2. Rangkaian Lampu Tanda Belok dan Hazard

 Cara kerja lampu tanda belok :


Untuk menghidupkan lampu tanda belok, kunci kontak hari dalam
posisi ON atau IG (ignition). Maka kemudian arus akan mengalir

34
menuju saklar lampu sein melalui sekring. Arus masuk ke saklar
melalui soket dengan terminal B1. Kemudian arus akan menuju ke
flasher dan melanjutkannya ke lampu tanda belok.
Ketika posisi saklar ke arah kanan maka arus akan masuk ke
rangkaian lampu bagian kanan melalui terminal TR (Turn Right).
Dan sebaliknya ketika posisi saklar ke arah kiri maka arus akan
keluar dari saklar melalui termisan TL (Turn Left). Dengan
demikian, lampu akan dapat hidup berkedip sesuai posisi skalar.

 Cara kerja lampu hazard :


Untuk menghidupkan lampu hazard, kita tidak perlu memposisikan
kunci kontak pada posisi ON atau IG (ignition). Oleh karena itu,
tidak diperlukan kunci kontak dari rangkaian kelistrikan lampu
hazard (lihat gambar di atas).
Untuk menghidupkan lampu hazard, Anda cukup menekan tombol
lampu hazard maka arus akan mengalir dari baterai melalui fuse
menuju flaher. Dari flasher kemudian arus akan menuju ke semua
bola lampu hazard (atau sein) dan keempat bola lampu akan hidup
bersamaan.
2.4.3. Rangkaian Lampu Kota

Cara Kerja Rangkaian kelistrikan Lampu Kota :


Cara kerja rangkaian kelistrikan lampu kota sebenarnya cukup
sedehana. Ini tidak lebih sulit dari memahami rangkaian kelistrikan
lampu kepala tentunya. Bermula dari baterai 12 V sebagai sumber

35
daya utama rangkaian. Arus akan mengalir menuju dua buah
sekring paralel. Arus dari salah satu sekring mengarah ke saklar
lampu kota dan satu lainnya mengarah ke terminal 30 relay.
Ketika saklar dinyalakan (ON) arus akan melaluinya dan akan
diteruskan ke terminal 85 ke 86 relay. Saat arus mengalir pada dua
terminal relay tersebut akan terjadi kemagnetan dan platina akan
menghungkan terminal 30 dan 87. Arus akan mengalir ke terminal
87 dan selanjutnya ke seluruh lampu kota depan dan belakang
kanan kiri. Dan lampu seketika akan hidup.
Lampu kota mati ketika saklar diputus/OFF (secara normal).
Karena kemagnetan pada relay hilang dan platinya kembali
terbuka. Sehingga tidak ada arus yang mengalair ke lampu melalui
terminal 30 relay.

2.4.4. Rangkaian Lampu Rem

Cara kerja rangkaian kelistrikan lampu rem :


Arus listrik akan mengalir daribaterai 12V menuju ke saklar
lampu rem melalui fuse atau sekring. Ketika saklar ditekan
(pada mobil ini terjadi saat pedal rem ditekan), arus akan
mengalir melalui saklar. Saklar kemudian meneruskan arus
yang melewatinya ke kedua bola lampu rem kiri dan kanan
sekaligus. Dan pada akhirnya lampu akan menyala kanan
dan kiri.

36
Selama saklar (pedal) rem ditekan,selama itu juga lampu
rem akan tetap menyala. Lampu rem akan mati apabila
saklar dilepas, karena aliran listrik ke lampu terputus.

2.4.5. Rangkaian Lampu Mundur

Cara kerja :
Dari baterai arus akan mengalir menuju kunci kontak. Saat
kunci kontak OFF arus akan berhenti sampai di sini. Ketika
kunci kontak ON, arus akan mengalir menuju switch lampu
mundur melewati sebuah sekring. (Jika arus terlalu besar,
sekring akan putus.) Ketika switch pada posisi ON (jika pada
mobil sebenarnya, posisi pemindah gigi pada posisi R), arus
akan mengalir melewati switch dan menuju kedua lampu
mundur. Demikian maka lampu akan hidup.
Lampu akan mati jika switch posisi OFF atau posisi kunci
kontak pada posisi OFF.
Jika semua rangkaian sudah benar dan kunci kontak dan switch
sudah pada posisi ON tetapi lampu tidak mau hidup, periksa
kembali rangkaian, bola lampu, dan sekring.

2.4.6. Rangkaian Klakson

37
Secara simple, klakson akan berbunyi ketika arus dari teminal 87
masuk kedalam komponen horn. Jika dijelaskan arah arusnya,
maka arus listrik berawal dari baterai. Arus listrik positif mengalir
dari baterai kemudian masuk ke kunci kontak. Apabila pengguna
memutar kunci kontak ke posisi ON maka arus berlanjut untuk
mengalir ke rangkaian pengontrol klakson. Arus listrik ini akan
masuk ke dalam terminal 85 dan keluar melalui terminal 86.

Keluaran dari relay, arus akan langsung mengalir menuju switch


horn sebelum bertemu dengan ground. Saat switch diaktifkan,
maka rangkaian pengontrol akan terhubung. Hubungan ini akan
berpengaruh pada relay horn. Dimana diantara terminal 85 dan 86
terdapat lilitan yang akan timbul gaya elektromagnetik apabila
terdapat aliran arus listrik.

Gaya elektromagnetik ini akan menarik kontak yang berada diatas


lilitan itu. Sehingga terminal 30 dan 87 pada relay akan terhubung.

Disisi lain, arus dari baterai mengalir melewati fuse horn dan
langsung menuju terminal 30 pada relay horn. Arus akan keluar
dari terminal 87 dan langsung dihubungkan dengan beban, dalam
hal ini klakson. Karena terminal 30 dan 87 terhubung oleh tarikan
liitan, maka arus dari terminal 30 relay akan mengalir ke terminal
87 relay. Hal ini menyebabkan adanya aliran arus yang menuju
klakson.

Saat switch horn berhenti ditekan, maka rangkaian juga akan


terputus. Sehingga kemagnetan pada lilitan akan hilang. Hilangnya
kemagnetan ini akan berdampak pada kontak yang kembali
terputus. Sehingga terminal 30 dan 87 relay juga ikut terputus. Hal
ini akan menyebabkan klakson mati.

38
Rangkaian Klakson dengan Alarm

Pada rangkaian klakson modern, yang umumnya telah menyertakan


sistem alarm sebagai sistem pengaman. Maka terdapat perbedaan
pada rangkaian horn ini. Secara sederhana, rangkaian klakson
modern digambarkan seperti rangkaian dibawah.

Baik arus utama atau arus pengontrol klakson akan langsung


terhubung dengan relay. Sementara pada keluaran terminal 86
terdapat beberapa komponen yang akan mengatur sistem kontrol
horn. Arus dari terminal 86 tidak langsung masuk ke switch atau
masa, namun masuk kedalam ECU. ECU selaku komponen
controller akan menermima sinyal dari switch horn saat diaktifkan,
dan juga menerima sinyal dari Ignition key yang umumnya telah
berteknologi Immobilizer.

Saat dua sinyal tersebut terpenuhi, maka ECU akan


menghubungkan arus dari terminal 86 relay menuju masa. Hal ini
akan menyebabkan tersambungnya kontak antara terminal 30 dan
87 pada relay. Sehingga klakson berbunyi.

39
Pada jalur yang terpisah, juga terdapat rangkaian yang berasal dari
percabangan output Relay (Terminal 86). Arus dari terminal 86
relay horn ini akan dihubungkan dengan sistem alarm mobil.
Sehingga klakson akan berbunyi. Bunyi yang memiliki interval ini
dihasilkan karena module alarm menghubungkan arus dari output
relay 86 menuju masa dengan interval tertentu.

Namun untuk sistem alarm individu yang dipasang secara terpisah


umumnya tidak menyertakan horn sebagai pengingat. karena sistem
ini biasanya memiliki aktuator bunyi tersendiri yang memiliki suara
yang khas.

2.4.7. Rangkaian Wiper


 Cara Kerja Wiper Ketika Saklar Pada Posisi Low Speed

Pada saat saklar wiper pada posisi Low Speed, arus mengalir
dari Baterai -> terminal 18 -> Wiper switch Low/Mist point ->
terminal 7-> Motor wiper (low) -> massa.

40
 Cara Kerja Wiper Ketika Saklar Pada Posisi High Speed

Pada saat saklar wiper pada posisi High Speed, arus mengalir
dari Baterai -> Terminal 18 -> Wiper switch High point ->
Terminal 13 -> motor wiper (Hi) -> Massa.
 Cara Kerja Wiper Ketika Saklar Pada Posisi OFF

Pada saat saklar wiper pada posisi Off, arus listrik mengalir dari
Baterai -> Cam switch point B ->Terminal 4 -> Relay point -
>Wiper switch Off point -> Terminal 7 -> motor wiper low (lo)
-> massa.

41
 Cara Kerja Wiper Ketika Saklar Pada Posisi Intermittent

Pada saat saklar wiper pada posisi Intermittent, arus mengalir


dari Baterai ->Terminal 18 ->relay coil >Tr 1->Terminal 16 ->
Massa.
Ketika relay point bergeser ke sisi B, arus mengalir ke motor
(Lo) dan motor berputar pada kecepatan rendah.: arus mengalir
dari , + Baterai -> Term 18->Relay point B ->Wiper sw point
INT -> Terminal 7 Wiper motor (Lo) -> Massa.

2.4.8. Rangkaian Washer

42
Penggunaan semprotan air pada kaca mobil oleh washer ditujukan
agar kaca mobil tidak terlalu kesat, sehingga wiper blade menyapu
kaca dengan lancar. Washer memancarkan airnya pada saat wiper
bergerak awal dan seterusnya washer tidak memancarkan airnya
lagi Cara kerja : saat saklar washer switch diputar ke on, maka arus
mengalir dari baterai + melewati fusesekring kemudian menuju
terminal 1 front washer motor lalu ke kumparan Lo motor
selanjutnya terminal 2 front washer motor diteruskan ke terminal
18 front washer switch kemudian terminal 18 terhubung dengan
tegangan negatif melalui terminal 17 front wiper switch Gambar
27. Wiring pada posisi wash Keterangan angka : 1 menunjukkan
soket terminal 1 front wiper washer 2 menunjukkan soket terminal
2 motor wiper washer 3 menunjukkan soket terminal 3 motor wiper
4 menunjukkan terminal yang menuju massa 6 menunjukkan
terminal penghubung terminal 13 dengan camplate 14
menunjukkan soket terminal pada kecepatan low 16 menunjukkan
soket terminal pada kecepatan high 17 menunjukkan soket terminal
yang menuju massa ground.

3. Grafik Torsi
Hubungan antara Daya, Torsi, RPM :

Pada spesifikasi engine kendaraan, tertulis daya dalam satuan horsepower atau
kilowatt pada putaran engine tertentu, dan momen puntir atau torsi dengan
satuan kgm atau lbf-ft pada putaran engine tertentu. Apakah hubungan antara
daya dengan torsi dan dengan putaran engine?

Pada motor pembakaran dalam (internal combustion engine), gas hasil


pembakaran akan menekan piston yang terhubung dengan poros engkol
(cranksaft) dengan setang piston (connecting rod). Gaya tekan gas tersebut
menghasilkan torsi pada poros engkol dan membuat poros engkol berputar.

43
Daya adalah torsi dikalikan putaran (kecepatan sudut):

P=τxω

Pada System International (SI):

satuan daya P adalah watt

satuan torsi τ adalah Nm (newton meter)

satuan kecepatan sudut ω adalah radian per detik.

Rumus untuk satuan lain adalah:

P = τ x ω x 2p / 60.000

Dimana satuan yang digunakan adalah:

Daya P dalam kilowatt (kW)

Torsi τ dalam newton meter (Nm)

Kecepatan sudut ω dalam Revolution Per Minutes (RPM)

Contoh kalkulasi:

Torsi = τ = 145 Nm

Kecepatan sudut = ω = 4800 RPM

Maka daya = P = 145 x 4800 x 2 x 22/7 / 60.000 = 72,91 kW

Pada internal combustion engine, torsi maximum tidak diperoleh pada putaran
yang persis sama dimana diperoleh daya maximum.

44
Pada kendaraan yang digunakan untuk menarik beban berat seperti truck, maka
daya maximum yang dihasilkan engine berada pada RPM rendah sehingga torsi
maximum juga pada RPM rendah.

Pada kendaraan yang digunakan untuk kecepatan tinggi dengan beban ringan
seperti sedan dan sepeda motor, maka daya maximum yang dihasilkan engine
berada pada RPM tinggi, sehingga torsi maximum juga pada RPM yang tinggi.

Berikut adalah contoh grafik daya dan torsi, terlihat bahwa torsi maximum
didapat pada putaran engine sekitar 3900 RPM dan daya maximum (horse
power) didapat di putaran engine sekitar 5800 RPM, contoh ini adalah dari
sebuah V8 engine:

Untuk Amerika karena satuannya berbeda maka digunakan rumus berikut:

P = τ x ω x 2p / 33.000

45
Dimana satuan yang digunakan adalah:

Daya P dalam horsepower (hp)

Torsi τ dalam pound feet (lbf.ft)

Kecepatan sudut ω dalam Revolution Per Minutes (RPM)

46
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka penulis mampu menyimpulkan bahwa dengan
“Makalah Teknik Listrik Otomotif Komponen-Komponen Kelistrikan”,
yaitu :
1. Kelistrikan mempunyai banyak komponen yang sangat banyak dan
saling berhubungan.
2. Kelistrikan mempunyai banyak simbol untuk mempermudah kita
mengingat maupun menggambarkannya.
3. Kelistrikan mempunyai banyak kode untuk mempermuda kita
mengingat maupun menuliskannya.
4. Kelistrikan mempunyai banyak Wiring Diagram yang perlu kita
ketahui dan pahami, serta dapat menjelaskan cara kerjanya.

b. Saran
Mengingat bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Demi
meningkatkan kebaikan dimasa mendatang. Mohon untuk menyampaikan
kritik dan saran atas kekurangan-kekurangan yang terdapat pada makalah ini
kepada penulis. Supaya penulis dapat memperbaikinya di masa mendatang
dan tugas-tugas selanjutanya.

47
Daftar Pustaka

 https://www.academia.edu/11984525/Teori_Dasar_Kelistrikan
 https://www.autoexpose.org/2018/02/sistem-kelistrikan-body.html
 https://bacabrosur.blogspot.com/2018/04/fungsi-relay-mobil.html
 http://mapelotomotif.blogspot.com/2015/12/simbol-simbol-
kelistrikan-otomotif-dan-fungsinya.html
 https://www.linksukses.com/2011/10/kode-singkatan-komponen-
listrik-dan.html
 http://kitekwenky.blogspot.com/2011/10/kode-angka-dalam-
sistem-kelistrikan.html
 https://teknisimobil.com/smk-otomotif/rangkaian-kelistrikan-
lampu-mundur-pada-mobil-11192/
 https://www.autoexpose.org/2017/05/sistem-klakson-dengan-
relay.html

48

Anda mungkin juga menyukai