DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
1. ERIC JOE NATHAN SIDABUTAR (2005032026)
2. IQBAL HARAHAP (2005032012)
3. M. ADITYA (2005032044)
4. NISA HANDAYANI (2005032010)
5. RIKEL JONATHAN SITEPU (2005032052)
6. RONALDO PARASIAN HUTAPEA (2005032035)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi penyusun kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Kesuksesan makalah
ini juga masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mohon saran dari pembaca,
semoga makalah ini berguna bagi pembaca. Kesuksesan makalah ini juga tidak lepas dari
dukungan :
3. Semua pihak yang ikut membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Akhir
kata kesempurnaan makalah ini mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Langkah-Langkah...........................................................................................................4
D. Data yang diperlukan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1. Kelompok 1, Proteksi Cadangan Terhadap Gangguan Tanah Dan Hubung Singkat
(Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT)......................................................................................6
2.1.1. Relay Jarak (Distance Relay 21G)....................................................................6
2.1.2. Relay Arus Lebih Gen, GT dan Netral GT (51G, 51T dan 51 NGT)............7
2.2. Kelompok 2, Proteksi Terhadap Gangguan Frekuensi Dan Eksitasi Lebih (Relay
81G Dan V/Hz Atau 59/81 Atau 24)......................................................................................8
2.2.1. Terhadap frekuensi kurang (Relay Under frequency-81G)...........................8
2.2.2. Proteksi Terhadap Eksitasi Lebih (24G atau 59/81).......................................9
2.3. Kelompok 3, Proteksi Terhadap Gangguan Yang Dapat Menyebabkan Generator
Beroperasi Asinkron (Relay 40G dan 78G).........................................................................10
2.3.1. Relay Loss Of Field/Arus Medan Hilang (Relay - 40G)...............................10
2.3.2. Relay Out Of Step/Pole Slipping (Relay Lepas Sinkron - 78G)...................11
2.3.3. Karakteristik Umum Relay.............................................................................12
2.4. Kelompok 4, Proteksi Cadangan Trafo Start-Up Untuk Gangguan Tanah Hubung
Singkat (Proteksi Start Up Transformer)..............................................................................13
2.4.1. Relay Gangguan Tanah Sisi Primer (51N/ST)..............................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan................................................................................................................14
3
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka muncul permasalahan sebagai
berikut :
Pola proteksi generator dan trafo serta tripping logic-nya.
Karakteristik dan koordinasi setelan relay.
C. Langkah-Langkah
Menentukan sistem proteksi generator yang perlu dikoordinasikan dengan proteksi
transmisi.
Menentukan batasan operasi untuk koordinasi sistem proteksi generator-transmisi.
Evaluasi terhadap koordinasi sistem proteksi generator-transmisi
Implementasi.
4
D. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan untuk menentukan koordinasi sistem proteksi pembangkit
dengan saluran transmisi :
Data impedansi sistem transmisi dilihat dari titik sambungan dengan pembangkit.
Diagram kutub tunggal (Single Line Diagram) dari unit pembangkit beserta data
peralatan utama dan peralatan proteksi generator dan trafo ( PT, CT, relay).
Diagram dari tripping logic dari proteksi generator, trafo - generator dan trafo start
up.
Reaktansi sinkron (Xd), transien (Xd’) dan sub-transien (Xd’’) dari generator yang
diamankan.
Impedansi trafo (Zt).
Batas kemampuan pembebanan generator (load capability curve) dan kemampuan
generator dan trafo terhadap over excitation (V/Hz).
Daerah kerja under/minimum excitation limiter dalam diagram R - X atau P – Q.
Buku manual untuk relay proteksi.
5
BAB II PEMBAHASAN
Proteksi generator yang responsif terhadap gangguan atau kondisi abnormal di Sistem :
6
CBF akan bekerja pada : 200msec. ≤ tCBF < 250msec.
Waktu tunda distance relay zone-2 adalah : 400msec
Beda waktu tunda (∆t) adalah : 300msec
2.1.2. Relay Arus Lebih Gen, GT dan Netral GT (51G, 51T dan 51 NGT)
Pengaman cadangan generator, GT dan netral GT terhadap gangguan hubung singkat.
Setelan :
Perlu koordinasi waktu 51G, 51GT dan 51 NGT dengan 21 transmisi.
Setelan arus sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola pembangkit.
Setelan waktu kerjanya yang perlu dan harus dikoordinasikan dengan relay
pengaman sistem seperti waktu tunda pengaman cadangan penghantar yaitu zone
2 relay jarak penghantar (21), waktu kerja CBF dan pengaman busbar.
Karakteristik kerja relay diutamakan inverse
Waktu tunda relay 51G sekitar 700msec
7
Arus Gangguan (A)
8
2.2.2. Proteksi Terhadap Eksitasi Lebih (24G atau 59/81)
Tugas utama relay over eksitasi (24G atau 59/81) pada pembangkit adalah untuk
melindungi peralatan pembangkit dari timbulnya eksitasi lebih, baik pada stator
maupun pada step-up transformer. Eksitasi lebih dapat terjadi pada saat start-up
ataupun pada saat putaran rendah. Over eksitasi memberikan dampak pemanasan yang
selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan isolasi pada belitan stator maupun trafo.
Setelan :
Bila jangkauan relay meliputi mesin pembangkit dan trafo step up, maka setelan
relay harus dapat melindungi peralatan tersebut dari terjadinya over excitation.
Oleh sebab itu maka setelan harus didasarkan atas kemampuan (capability) setiap
peralatan yang diproteksi oleh relay tersebut.
Setelan harus menjamin suksesnya pengoperasian sistem, pelepasan beban dan
operasi pulau (Island Operation)
Relay diharapkan tidak trip pada nilai V/Hz< 1.1 pu
Relay dapat trip seketika pada nilai V/Hz> 1.1 pu
9
2.3.Kelompok 3, Proteksi Terhadap Gangguan Yang Dapat Menyebabkan
Generator Beroperasi Asinkron (Relay 40G dan 78G)
Sistem proteksi terhadap kondisi lepas sinkron
Dilihat dari kondisi sistem eksitasi pada generator serta dampak yang ditimbulkan
oleh kondisi lepas sinkron, kondisi lepas sinkron dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok:
2.3.1. Operasi asinkron dikarenakan oleh hilangnya arus eksitasi yang disebabkan adanya
gangguan pada sistem eksitasi (kondisi ini disebut sebagai Loss of Field) Sistem ini
diproteksi oleh relay Loss of Field (40G).
2.3.2. Operasi asinkron karena lepas sinkron dimana pada kondisi ini arus eksitasi masih ada
dan sistem eksitasi tidak mengalami gangguan (kondisi ini disebut sebagai Out of
Step atau Pole Slipping) Sistem ini diproteksi oleh relay Out of Step/Pole Slipping
(78G).
Grafik karakteristik dari relay mho berupa diagram admitansi berbentuk garis
lurus. Namun untuk relay hilang eksitasi digunakan karakteristik impedansi. Sehingga
apabila diagram admitansi ditransformasikan ke diagram impedansi akan berupa
lingkaran. Diagram impedansi yang berbentuk lingkaran ini selanjutnya disebut
sebagai daerah kerja dari relay hilang eksitasi yang berada pada diagram R-X. Jadi
relay hilang eksitasi memiliki daerah kerja yang berbentuk lingkaran. Sehingga relay
hilang eksitasi penyettingan nilainya berdasarkan impedansi. Berdasarkan kurva
kapabilitas keadaan under excitation berada dibawah garis Minimum Excitation
Limiter (MEL) atau Under Excitation Limiter (UEL) yang letaknya berada disumbu
negatif dari sumbu MVAR. Karena MVAR identik dengan X maka pada diagram
impedansi yang merupakan daerah kerja dari relay hilang eksitasi kondisi under
excitation berada pada daerah negatif sumbu X. Atas dasar tersebut, maka
penyettingan relay hilang eksitasi berada pada daerah negatif dari sumbu X.
10
Zona Relay Out Of Loss
11
2.3.2.2.Fungsi
Memisahkan generator dari sistem jika terjadi gangguan lepas sinkron pada
generator tersebut.
2.3.2.3.Prinsip Dasar
Harus dapat membedakan antara kondisi gangguan, ayunan stabil atau ayunan
tidak stabil/lepas sinkron
Mendeteksi kondisi ayunan dengan membedakan kecepatan perubahan
impedansi antara kondisi gangguan atau lepas sinkron.
2.3.2.4.Pertimbangan Penyetelan
Relay 78 G tidak akan bekerja seketika bila terjadi Power swing yang sumber
gangguannya berada di luar unit pembangkit tersebut.
Pada kondisi lepas-sinkron dengan slip rendah, relay 78 G tetap
bekerja baik.
Memastikan bahwa relay 78 G akan memberikan komando trip pada PMT
generator hanya pada sudut antara kedua sistem yang asinkron sedang mengecil
Relay 78 G masih tetap stabil (tidak bekerja) bila mesin kembali pada kondisi
normal, setelah recoverable Power swing.
12
2.4. Kelompok 4, Proteksi Cadangan Trafo Start-Up Untuk Gangguan
Tanah Hubung Singkat (Proteksi Start Up Transformer)
13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan yang sudah dijelaskan pada materi diatas dapat kita simpulkan, bahwa:
1. Untuk menilai selektifitas dari koordinasi proteksi generator dengan proteksi yang ada
di sistem transmisi serta menetapkan nilai setelan yang disepakati bersama, agar
keamanan peralatan dan keperluan operasi sistem dapat dipenuhi secara optimal.
2. Proteksi generator yang responsif terhadap gangguan atau kondisi abnormal di Sistem
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1, Proteksi Cadangan Terhadap Gangguan Tanah Dan Hubung Singkat
(Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT).
b. Kelompok 2, Proteksi Terhadap Gangguan Frekuensi Dan Eksitasi Lebih (Relay
81G Dan V/Hz Atau 59/81 Atau 24)
c. Kelompok 3, Proteksi Terhadap Gangguan Yang Dapat Menyebabkan Generator
Beroperasi Asinkron (Relay 40G dan 78G)
d. Kelompok 4, Proteksi Cadangan Trafo Start-Up Untuk Gangguan Tanah Hubung
Singkat (Proteksi Start Up Transformer)
5. Relay arus lebih Gen, GT dan Netral GT (Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT) perlu
koordinasi waktu 51G, 51GT dan 51NGT dengan 21 Transmisi. Waktu tunda relay
51G sekitar 700 mSec.
6. Pada kelompok 2, menggunakan proteksi cadangan terhadap frekuensi kurang dan
eksitasi lebih (Relay 81G Dan 59/81 Atau 24).
7. Relay 81G perlu dikoordinasikan agar dapat mendukung strategi operasi pelepasan
beban, tugas utamanya melindungi peralatan pada kondisi frekuensi kurang.
8. Relay 59/81 atau 24 memiliki tugas utama yaitu melindungi peralatan dari timbulnya
eksitasi lebih, baik stator maupun Step-Up Transformator.
9. Pada kelompok 3, menggunakan relay 40 dan 78 untuk memproteksi terhadap kondisi
lepas sinkron. Yang mana kondisi ini dibedakan menjadi 2 yaitu : kondisi Loss Of
Field (Diproteksi Relay Loss Of Field (40G)) dan kondisi Out Of Step Atau Pole
Slipping (Diproteksi Relay Out Of Step/Pole Slipping (78G)).
14
10. Secara fungsi, Relay Loss Of Field (Arus Medan Hilang) bertugas mengamankan
generator dari pemanasan lebih pada rotor generator.
11. Fungsi Relay Out Of Step/Pole Slipping memisahkan generator dari sistem jika terjadi
gangguan lepas sinkron pada generator tersebut.
12. Pada kelompok 4, digunakan Relay Gangguan Tanah Sisi Primer (51N/ST) pada
proteksi Start Up Transformator untuk gangguan tanah hubung singkat.
15