Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGAMAN INSTALASI TENAGA LISTRIK

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PEMBANGKIT DENGAN SALURAN


TRANSMISI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :
1. ERIC JOE NATHAN SIDABUTAR (2005032026)
2. IQBAL HARAHAP (2005032012)
3. M. ADITYA (2005032044)
4. NISA HANDAYANI (2005032010)
5. RIKEL JONATHAN SITEPU (2005032052)
6. RONALDO PARASIAN HUTAPEA (2005032035)

PRODI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
T.A. 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi penyusun kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Kesuksesan makalah
ini juga masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mohon saran dari pembaca,
semoga makalah ini berguna bagi pembaca. Kesuksesan makalah ini juga tidak lepas dari
dukungan :

1. Dosen pengampu mata kuliah INSTALASI TENAGA LISTRIK yang telah


memberikan waktu,sehingga penyusun dapat menyelaisaikan makalah ini.

2. Keluarga yang tidak bosan mendorong penyusun untuk selalu belajar.

3. Semua pihak yang ikut membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Akhir
kata kesempurnaan makalah ini mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Medan, 19 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Langkah-Langkah...........................................................................................................4
D. Data yang diperlukan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1. Kelompok 1, Proteksi Cadangan Terhadap Gangguan Tanah Dan Hubung Singkat
(Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT)......................................................................................6
2.1.1. Relay Jarak (Distance Relay 21G)....................................................................6
2.1.2. Relay Arus Lebih Gen, GT dan Netral GT (51G, 51T dan 51 NGT)............7
2.2. Kelompok 2, Proteksi Terhadap Gangguan Frekuensi Dan Eksitasi Lebih (Relay
81G Dan V/Hz Atau 59/81 Atau 24)......................................................................................8
2.2.1. Terhadap frekuensi kurang (Relay Under frequency-81G)...........................8
2.2.2. Proteksi Terhadap Eksitasi Lebih (24G atau 59/81).......................................9
2.3. Kelompok 3, Proteksi Terhadap Gangguan Yang Dapat Menyebabkan Generator
Beroperasi Asinkron (Relay 40G dan 78G).........................................................................10
2.3.1. Relay Loss Of Field/Arus Medan Hilang (Relay - 40G)...............................10
2.3.2. Relay Out Of Step/Pole Slipping (Relay Lepas Sinkron - 78G)...................11
2.3.3. Karakteristik Umum Relay.............................................................................12
2.4. Kelompok 4, Proteksi Cadangan Trafo Start-Up Untuk Gangguan Tanah Hubung
Singkat (Proteksi Start Up Transformer)..............................................................................13
2.4.1. Relay Gangguan Tanah Sisi Primer (51N/ST)..............................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan................................................................................................................14

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saluran transmisi merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari pusat
pembangkitan sampai dengan gardu induk. Pada sistem saluran transmisi digunakan
tegangan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan fungsi utama saluran transmisi adalah
menyalurkan daya dengan tingkat keefisienan yang tinggi dengan meminimalkan rugi-
rugi daya. Karena pentingnya saluran transmisi sebagai media penyaluran maka tanpa
adanya saluran transmisi maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan.
Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran
daya, oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian yang
serius dalam perencanaannya, dikarenakan banyaknya faktor yang dapat mengganggu
saluran transmisi. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan, baik
faktor internal maupun eksternal seperti kesalahan pada sistem, sambaran petir,
badai,gangguan hubung singkat tiga fasa, gangguan hubung singkat dua fasa, dan
gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.
Untuk menilai selektifitas dari koordinasi proteksi generator dengan proteksi yang
ada di sistem transmisi serta menetapkan nilai setelan yang disepakati bersama, agar
keamanan peralatan dan keperluan operasi sistem dapat dipenuhi secara optimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka muncul permasalahan sebagai
berikut :
 Pola proteksi generator dan trafo serta tripping logic-nya.
 Karakteristik dan koordinasi setelan relay.

C. Langkah-Langkah
 Menentukan sistem proteksi generator yang perlu dikoordinasikan dengan proteksi
transmisi.
 Menentukan batasan operasi untuk koordinasi sistem proteksi generator-transmisi.
 Evaluasi terhadap koordinasi sistem proteksi generator-transmisi
 Implementasi.

4
D. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan untuk menentukan koordinasi sistem proteksi pembangkit
dengan saluran transmisi :
 Data impedansi sistem transmisi dilihat dari titik sambungan dengan pembangkit.
 Diagram kutub tunggal (Single Line Diagram) dari unit pembangkit beserta data
peralatan utama dan peralatan proteksi generator dan trafo ( PT, CT, relay).
 Diagram dari tripping logic dari proteksi generator, trafo - generator dan trafo start
up.
 Reaktansi sinkron (Xd), transien (Xd’) dan sub-transien (Xd’’) dari generator yang
diamankan.
 Impedansi trafo (Zt).
 Batas kemampuan pembebanan generator (load capability curve) dan kemampuan
generator dan trafo terhadap over excitation (V/Hz).
 Daerah kerja under/minimum excitation limiter dalam diagram R - X atau P – Q.
 Buku manual untuk relay proteksi.

5
BAB II PEMBAHASAN

Koordinasi Sistem Proteksi Pembangkit dengan Saluran Transmisi

Proteksi generator yang responsif terhadap gangguan atau kondisi abnormal di Sistem :

2.1.Kelompok 1, Proteksi Cadangan Terhadap Gangguan Tanah Dan


Hubung Singkat (Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT)

Sistem proteksi cadangan terhadap gangguan tanah dan hubung singkat.


2.1.1. Relay Jarak (Distance Relay 21G)
Pengaman cadangan generator dan generator-transformer (GT) terhadap
gangguan hubung singkat.
Setelan :
 Jika jangkauan arah depan melebihi reaktansi GT, maka perlu koordinasi waktu
21G dengan 21 transmisi dan CBF.
 Waktu ditunda sampai 700millisecond. Hal tersebut didasarkan pada “Grid Code”,
yang menyatakan bahwa:

6
 CBF akan bekerja pada : 200msec. ≤ tCBF < 250msec.
 Waktu tunda distance relay zone-2 adalah : 400msec
 Beda waktu tunda (∆t) adalah : 300msec

Koordinasi 21G dengan Z2 Line

2.1.2. Relay Arus Lebih Gen, GT dan Netral GT (51G, 51T dan 51 NGT)
Pengaman cadangan generator, GT dan netral GT terhadap gangguan hubung singkat.
Setelan :
 Perlu koordinasi waktu 51G, 51GT dan 51 NGT dengan 21 transmisi.
 Setelan arus sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola pembangkit.
 Setelan waktu kerjanya yang perlu dan harus dikoordinasikan dengan relay
pengaman sistem seperti waktu tunda pengaman cadangan penghantar yaitu zone
2 relay jarak penghantar (21), waktu kerja CBF dan pengaman busbar.
 Karakteristik kerja relay diutamakan inverse
 Waktu tunda relay 51G sekitar 700msec

7
Arus Gangguan (A)

2.2.Kelompok 2, Proteksi Terhadap Gangguan Frekuensi Dan Eksitasi


Lebih (Relay 81G Dan V/Hz Atau 59/81 Atau 24)

Sistem proteksi terhadap gangguan frekuensi kurang dan eksitasi lebih


2.2.1. Terhadap frekuensi kurang (Relay Under frequency-81G)
81 G perlu dikoordinasikan agar diperoleh kepastian bahwa relay tersebut dapat
mendukung strategi operasi pelepasan beban di samping tugas utamanya untuk
melindungi peralatan pada kondisi frekuensi kurang.
Setelan :
 Setelan harus didasarkan atas kemampuan peralatan pembangkit.
 Setelan harus menjamin suksesnya pola operasi pelepasan beban dan operasi
pulau.
 Operasi normal (49.5 <f<50.5 Hz) relay tidak boleh pick up
 Pada operasi 47.5<f<49.5 Hz relay operasi dengan waktu tunda
 Pada operasi f< 47.5 Hs relay trip intantenous

8
2.2.2. Proteksi Terhadap Eksitasi Lebih (24G atau 59/81)
Tugas utama relay over eksitasi (24G atau 59/81) pada pembangkit adalah untuk
melindungi peralatan pembangkit dari timbulnya eksitasi lebih, baik pada stator
maupun pada step-up transformer. Eksitasi lebih dapat terjadi pada saat start-up
ataupun pada saat putaran rendah. Over eksitasi memberikan dampak pemanasan yang
selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan isolasi pada belitan stator maupun trafo.
Setelan :
 Bila jangkauan relay meliputi mesin pembangkit dan trafo step up, maka setelan
relay harus dapat melindungi peralatan tersebut dari terjadinya over excitation.
Oleh sebab itu maka setelan harus didasarkan atas kemampuan (capability) setiap
peralatan yang diproteksi oleh relay tersebut.
 Setelan harus menjamin suksesnya pengoperasian sistem, pelepasan beban dan
operasi pulau (Island Operation)
 Relay diharapkan tidak trip pada nilai V/Hz< 1.1 pu
 Relay dapat trip seketika pada nilai V/Hz> 1.1 pu

9
2.3.Kelompok 3, Proteksi Terhadap Gangguan Yang Dapat Menyebabkan
Generator Beroperasi Asinkron (Relay 40G dan 78G)
Sistem proteksi terhadap kondisi lepas sinkron
Dilihat dari kondisi sistem eksitasi pada generator serta dampak yang ditimbulkan
oleh kondisi lepas sinkron, kondisi lepas sinkron dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok:
2.3.1. Operasi asinkron dikarenakan oleh hilangnya arus eksitasi yang disebabkan adanya
gangguan pada sistem eksitasi (kondisi ini disebut sebagai Loss of Field) Sistem ini
diproteksi oleh relay Loss of Field (40G).
2.3.2. Operasi asinkron karena lepas sinkron dimana pada kondisi ini arus eksitasi masih ada
dan sistem eksitasi tidak mengalami gangguan (kondisi ini disebut sebagai Out of
Step atau Pole Slipping) Sistem ini diproteksi oleh relay Out of Step/Pole Slipping
(78G).

2.3.1. Relay Loss Of Field/Arus Medan Hilang (Relay - 40G)


Relay ini berfungsi sebagai pengaman generator jika terjadi hilangnya eksitasi
generator yang diindikasikan dengan penyerapan daya reaktif yang berlebihan dari
jaringan. Relay yang biasa digunakan untuk mendeteksi hilangnya eksitasi adalah
relay offset mho atau reaktansi minimum. Relay hilang eksitasi merupakan Relay
offset mho atau reaktansi minimum dengan karakteristik mendeteksi admitansi beban.
Dengan sedikit modifikasi sehingga digunakan untuk mendeteksi hilang eksitasi.
Admitansi merupakan kebalikan dari impedansi seperti yang ditunjukkan oleh
persamaan berikut:

Dimana Y adalah Admitansi (ohm) dan Z adalah Impedansi (ohm) sedangkan


R adalah Resistansi (ohm) dan X adalah Reaktansi (ohm).

Grafik karakteristik dari relay mho berupa diagram admitansi berbentuk garis
lurus. Namun untuk relay hilang eksitasi digunakan karakteristik impedansi. Sehingga
apabila diagram admitansi ditransformasikan ke diagram impedansi akan berupa
lingkaran. Diagram impedansi yang berbentuk lingkaran ini selanjutnya disebut
sebagai daerah kerja dari relay hilang eksitasi yang berada pada diagram R-X. Jadi
relay hilang eksitasi memiliki daerah kerja yang berbentuk lingkaran. Sehingga relay
hilang eksitasi penyettingan nilainya berdasarkan impedansi. Berdasarkan kurva
kapabilitas keadaan under excitation berada dibawah garis Minimum Excitation
Limiter (MEL) atau Under Excitation Limiter (UEL) yang letaknya berada disumbu
negatif dari sumbu MVAR. Karena MVAR identik dengan X maka pada diagram
impedansi yang merupakan daerah kerja dari relay hilang eksitasi kondisi under
excitation berada pada daerah negatif sumbu X. Atas dasar tersebut, maka
penyettingan relay hilang eksitasi berada pada daerah negatif dari sumbu X.

10
Zona Relay Out Of Loss

Umumnya relay ini dipakai untuk generator dengan :


• Tegangan (V) ≥ 6 kV
• Daya (MVA) ≥ 10 MVA

2.3.1.1. Pertimbangan Penyetelan:


 Pengamanan daerah 40 G tidak boleh terlalu luas sehingga menimbulkan
masalah operasi berupa berkurangnya kemampuan generator yang dapat
dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan operasi sistem.
 Relay tidak boleh salah bekerja akibat ayunan daya (Power swing).

2.3.2. Relay Out Of Step/Pole Slipping (Relay Lepas Sinkron - 78G)


Pada kondisi lepas sinkron, dimana generator masih tersambung dengan
sistem, akan menyebabkan timbulnya osilasi torsi mekanis yang dapat merusak unit
pembangkit. Di titik pasokan listrik yang terletak dekat electrical Centre , kondisi
lepas sinkron tersebut dirasakan sebagai fluktuasi tegangan yang dapat mengganggu
peralatan listrik , misalnya motor listrik.
Bila electrical Centre tersebut berada dekat unit pembangkit lainnya maka kejadian
tersebut akan menimbulkan gangguan baru , berupa lepasnya motor-motor listrik di
unit pembangkit tersebut.

2.3.2.1.Faktor-Faktor Timbulnya Gangguan Lepas Sinkron


Timbulnya gangguan lepas sinkron dapat disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
 Arus eksitasi tidak mencukupi untuk suatu kondisi pembebanan tertentu.
 Adanya perubahan beban yang besar (misalnya terjadi switching pada tie line,
biasanya disertai dengan kondisi arus eksitasi kurang)
 Gangguan besar yang tidak segera dipisahkan dari sistem.

11
2.3.2.2.Fungsi
Memisahkan generator dari sistem jika terjadi gangguan lepas sinkron pada
generator tersebut.

2.3.2.3.Prinsip Dasar
 Harus dapat membedakan antara kondisi gangguan, ayunan stabil atau ayunan
tidak stabil/lepas sinkron
 Mendeteksi kondisi ayunan dengan membedakan kecepatan perubahan
impedansi antara kondisi gangguan atau lepas sinkron.

2.3.2.4.Pertimbangan Penyetelan
 Relay 78 G tidak akan bekerja seketika bila terjadi Power swing yang sumber
gangguannya berada di luar unit pembangkit tersebut.
 Pada kondisi lepas-sinkron dengan slip rendah, relay 78 G tetap
 bekerja baik.
 Memastikan bahwa relay 78 G akan memberikan komando trip pada PMT
generator hanya pada sudut antara kedua sistem yang asinkron sedang mengecil
 Relay 78 G masih tetap stabil (tidak bekerja) bila mesin kembali pada kondisi
normal, setelah recoverable Power swing.

2.3.3. Karakteristik Umum Relay


o Paralelogram
o Lenticular
o Mho

12
2.4. Kelompok 4, Proteksi Cadangan Trafo Start-Up Untuk Gangguan
Tanah Hubung Singkat (Proteksi Start Up Transformer)

Sistem proteksi trafo Start UP untuk gangguan tanah hubung singkat


2.4.1. Relay Gangguan Tanah Sisi Primer (51N/ST)
Relay gangguan tanah sisi tegangan tinggi (51N/ST) adalah relay pengaman
cadangan trafo start-up terhadap gangguan hubung singkat satu phase ke tanah.
Relay ini dipasang pada sisi netral tegangan tinggi trafo start-up.

2.4.1.1. ST Dengan Belitan Delta (YnyOd)


Pengaman cadangan untuk gangguan tanah sisi tegangan tinggi tidak boleh
bekerja lebih cepat dari pengaman gangguan tanah yang ada di Transmisi dan sisi
tegangan rendah IBT yang memasok trafo tersebut.
Relay ini harus bekerja lebih lambat dari pengaman cadangan di sisi hilir
(Transmisi atau IBT) jika terjadi gangguan disisi pemasoknya (Transmisi atau IBT)
dan bekerja lebih cepat jika gangguan terjadi disisi trafo start up.

2.4.1.2.ST Dengan Belitan Netral (Ynyn)


Jika trafo start up (dengan belitan Yy) tersebut terhubung melalui sistem 150
kV dimana trafo start up tersebut dianggap beban (load) oleh sistem, secara teoritis
relay tidak bekerja jika terjadi gangguan hubung singkat phase ke tanah di sistem
transmisi.
Akan tetapi karena beban trafo start up merupakan motor- motor, maka setelan
rele pengaman 51 N/ST harus dikoordinasikan dengan relay pengaman cadangan
gangguan tanah SUTT 150 kV (GFR SUTT 150 kV) pada bus 150 kV tersebut dan
jika bus 150 kV juga terhubung IBT 500/150 kV maka perlu juga dikoordinasikan
dengan relay pengaman cadangan gangguan tanah IBT (GFR sisi 500 dan 150 kV).

13
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan yang sudah dijelaskan pada materi diatas dapat kita simpulkan, bahwa:
1. Untuk menilai selektifitas dari koordinasi proteksi generator dengan proteksi yang ada
di sistem transmisi serta menetapkan nilai setelan yang disepakati bersama, agar
keamanan peralatan dan keperluan operasi sistem dapat dipenuhi secara optimal.
2. Proteksi generator yang responsif terhadap gangguan atau kondisi abnormal di Sistem
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1, Proteksi Cadangan Terhadap Gangguan Tanah Dan Hubung Singkat
(Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT).
b. Kelompok 2, Proteksi Terhadap Gangguan Frekuensi Dan Eksitasi Lebih (Relay
81G Dan V/Hz Atau 59/81 Atau 24)
c. Kelompok 3, Proteksi Terhadap Gangguan Yang Dapat Menyebabkan Generator
Beroperasi Asinkron (Relay 40G dan 78G)
d. Kelompok 4, Proteksi Cadangan Trafo Start-Up Untuk Gangguan Tanah Hubung
Singkat (Proteksi Start Up Transformer)

3. Pada kelompok 1, menggunakan proyeksi cadangan terhadap gangguan tanah dan


hubung singkat (Relay 21G, 51G, 51T, dan 51NGT).
4. Relay 21G digunakan jika jangkauan arah depan melebihi reaktansi GT (Generator
Transformator). Dan waktu ditundanya sampai 700 mSec.
Hal ini didasarkan pada “Grid Code”, yaitu:
 CBF akan bekerja pada : 200 mSec. ≤tCBF <250 mSec
 Waktu tunda zone-2 : 400 mSec
 Beda waktu tunda : 300 mSec

5. Relay arus lebih Gen, GT dan Netral GT (Relay 21G, 51G, 51T Dan 51NGT) perlu
koordinasi waktu 51G, 51GT dan 51NGT dengan 21 Transmisi. Waktu tunda relay
51G sekitar 700 mSec.
6. Pada kelompok 2, menggunakan proteksi cadangan terhadap frekuensi kurang dan
eksitasi lebih (Relay 81G Dan 59/81 Atau 24).
7. Relay 81G perlu dikoordinasikan agar dapat mendukung strategi operasi pelepasan
beban, tugas utamanya melindungi peralatan pada kondisi frekuensi kurang.
8. Relay 59/81 atau 24 memiliki tugas utama yaitu melindungi peralatan dari timbulnya
eksitasi lebih, baik stator maupun Step-Up Transformator.
9. Pada kelompok 3, menggunakan relay 40 dan 78 untuk memproteksi terhadap kondisi
lepas sinkron. Yang mana kondisi ini dibedakan menjadi 2 yaitu : kondisi Loss Of
Field (Diproteksi Relay Loss Of Field (40G)) dan kondisi Out Of Step Atau Pole
Slipping (Diproteksi Relay Out Of Step/Pole Slipping (78G)).

14
10. Secara fungsi, Relay Loss Of Field (Arus Medan Hilang) bertugas mengamankan
generator dari pemanasan lebih pada rotor generator.
11. Fungsi Relay Out Of Step/Pole Slipping memisahkan generator dari sistem jika terjadi
gangguan lepas sinkron pada generator tersebut.
12. Pada kelompok 4, digunakan Relay Gangguan Tanah Sisi Primer (51N/ST) pada
proteksi Start Up Transformator untuk gangguan tanah hubung singkat.

15

Anda mungkin juga menyukai