Anda di halaman 1dari 25

PROTEKSI INTERNAL GENERATOR

MENGGUNAKAN DIFERENSIAL RELAY

Disusun Oleh :

NAMA :Jekin Eglianta: ( 5173530015)


KELAS :B
PRODI :TEKNIK ELEKTRO
DOSEN PEGAMPU : Dr. Agus Junaidi, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karuniaNya kepada kita
semua sehingga laporan kuliah lapangan yang bertujuan untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan mata kuliah Sistem Proteksi dan relay Program
Studi Strata Satu pada Jurusan Teknik Elektro.
Adapun judul Laporan Kuliah yang penulis ajukan adalah : “PROTEKSI
INTERNAL GENERATOR MENGGUNAKAN DIFERENSIAL RELAY
Akhir kata penulis menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat
kesalahan kata atau kalimat dalam penulisan laporan kuliah lapangan ini
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................
1.2. Tujuan Tugas ...............................................................................................
BAB II. TEORI DASAR DAN PERHITUNGAN.............................................
3.1. Pengertian Generator....................................................................................
3.2. Kontruksi Generator.....................................................................................
3.2.1. Rotor..........................................................................................................
3.2.2. Stator.........................................................................................................
3.3. Prinsip Kerja.................................................................................................
3.4. Penguatan.....................................................................................................
3.5. Frekuensi dan Putaran..................................................................................
3.6. Gangguan Pada Generator............................................................................
3.6.1. Gangguan Luar Generator.........................................................................
3.6.2. Gangguan Dalam Generator......................................................................
3.7. Sistem Proteksi Pada Generator...................................................................
3.8. Relay Proteksi..............................................................................................
3.9. Relay Differensial........................................................................................
3.9.1. Prinsip Kerja Proteksi Differensial...........................................................
3.10. Perhitungan Relay Differensial..................................................................
BAB III. METODOLOGI...................................................................................
3.1. Diagram Alir................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rotor kutub salient....................................................................................................


Gambar 2.2 Rotor Silinder............................................................................................................
Gambar 2.3 Stator.........................................................................................................................
Gambar 2.4 Proteksi Differensial dalam keadaan normal............................................................
Gambar 2.5 Proteksi Differensial dengan sumber gangguan satu arah........................................
Gambar 3.1 Flowchart...................................................................................................................
Gambar 3.2 Standar Current Transformer....................................................................................
Gambar 3.1 Jala Urutan Positif.....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kebutuhan konsumen akan energi listrik dari hari ke hari semakin


bertambah karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menghasilkan
produk-produk teknologi yang membutuhkan suplai energi berkualitas untuk
memaksimalkan kinerjanya. Salah satu komponen utama yang menjadi
penghasil sumber energi adalah sistem pembangkit tenaga listrik. Termasuk
didalamnya adalah Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU).
Untuk memberikan keandalan dan kualitas yang baik dalam
pendistribusian tenaga listrik, suatu sistem tenaga listrik yang baik harus
mempunyai sistem pengamanan yang memadai untuk melindungi dari
gangguan-gangguan internal dan eksternal. Terutama untuk peralatan vital
seperti generator dan transformator, agar tidak sampai menyebabkan
kerusakan dan kerugian. Contoh pengamanan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan rele proteksi.
Semakin lama waktu pemakaian dari sebuah rele dapat mempengaruhi
kepekaan, keandalan, selektifitas dan kecepatan kerja rele. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengujian dan pemeliharaan pada rele. Diantaranya
dengan melakukan pengujian dan pengaturan ulang pada rele tersebut

Fungsi dasar dari proteksi untuk generator adalah, untuk mengurangi /


membatasi periode outage seminim mungkin dengan pembebasan (clearance)
gangguan-gangguan dengan cepat. Tidak seperti peralatan lain, membuka
pemutus untuk mengisolasi generator yang terganggu belum dapat mencegah
kerusakan, karena generator terus menyuplai daya ke suatu belitan stator
dalam keadaan gangguan hingga kehilangan medan eksitasinya. Maka perlu
membuka medan, menghentikan suplai bahan bakar kepada penggerak utama
dan dalam beberapa hal mempergunakan pengereman. Pada generator penting
sekali mempertimbangkan asal mula dan efek-efek gangguan sebelum
menentukan tipe-tipe proteksi yang dipasang.

1
Maka dari itu, perlu dilakukannya Studi Perhitungan Proteksi
Diferensial pada Belitan Stator Generator ini menjadi bahan kajian yang
dipilih untuk diobservasi dan ditelaah lebih jauh, baik secara praktis dan atau
analitis.
Pada tahun 2017, Jurnal penelitian yang dibuat oleh Wahyudin SN,
Retno Alta Diantari, Teuku Mardhi Rahmatullah dengan judul “ Analisis
Proteksi Differensial Pada Generator di PLTU SURALAYA” jurnal ini
mengungkapkan tentang salah satu pembangkit yang menghasilkan listrik
dari berbagai sumber yang tersedia di indonesia, yaitu pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU). Pembangkit ini menggunakan sumber alam batu bara
sebagai bahan bakar utamanya. Pada tahun 2006 , Jurnal penelitian yang
dibuat oleh Nicholas Villamagna & P.A.Crossley dengan judul “ A CT
Saturation Detection Algorithm Using Symmetrical Components for Current
Differential Protection” jurnal ini mengungkapkan tentang prinsip dasar
pengoperasian dari arus diferensial sebagai proteksi adalah untuk menghitung
perbedaan antara arus yang masuk dan keluar pada bagian yang di proteksi.
Kesederhanaan dari membandingan arus yang mengalir masuk ke pemasok
dengan arus yang keluar membuatnya sangat menarik, terutama ketika dilihat
dari satu pertimbangan, yaitu dari pengaturan sebuah skema jarak proteksi
yang kompleks. [Nicholas Villamagna & P.A.Crossley, 2006]

1.2. Tujuan Tugas

Tujuan dari Studi Perhitungan Proteksi Diferensial pada Belitan Stator


Generator ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu mengetahui perhitungan dasar dari sistem proteksi relay diferensial


pada belitan stator generator.
2. Mampu mengetahui cara kerja relay diferensial pada belitan stator generator.
3. Mampu mengetahui syarat-syarat terjadinya trip pada relay.
4. Mengetahui rangkaian relay diferensial yang dipasang pada belitan stator
generator.

2
BAB II
TEORI DASAR DAN PERHITUNGAN

2.1. Pengertian Generator


Generator adalah salah satu sumber energi utama dari semua energi
listrik yang kita pakai. Generator merupakan device yang menggunakan
magnet untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik. Prinsip
generator dengan sederhana dikatakan bahwa tegangan diinduksikan pada
konduktor apabila konduktor digerakkan pada medan magnet sehingga
memotong garis gaya magnet. Pada Makalah ini kami menggunakan
Generator Sinkron atau disebut juga alternator.
2.2. Konstruksi Generator
Karena altenator digunakan untuk membangkitkan tegangan bolak
balik, maka altenator tidak membutuhkan komutator (cincin penyearah)
sehingga hal ini memungkinkan dibuatnya kumparan (pembangkit) jangkar
pada bagian yang tidak bergerak, yaitu stator.
2.2.1. Rotor
Tipe konstruksi kumparan medan yang berputar dari altenator ada
dua macan yaitu:
1. Salient pole rotor (rotor kutub salient)
2. Cylinder rotor (rotor silinder)
Rotor kutub salient dapat mengakibatkan rugi angin yang terlalu besar
apabila putaran sangat tinggi, dan juga menimbulkan suara yang berisik.
Sehingga rotor jenis ini biasanya digunakan pada altenator yang
mempunyai penggerak utama dengan kecepatan rendah dan menengah.
Rotor ini mempunyai kutub yang terdiri dari lapisan-lapisan besi,
dimaksudkan untuk dapat mengurangi panas akibat eddy current.

3
Gambar 2.1 Rotor kutub salient

Rotor silinder biasanya digunakan pada altenator yang tipe penggerak


utamanya adalah turbin uap. Rotor ini berbentuk silinder dimana
kelilingnya terdiri dari alur-alur sebagai tempat dari kawat-kawat
kumparan medan.

Gambar 2.2 Rotor silinder

2.2.2. Stator
Kumparan pembangkit (jangkar) terletak pada bagian yang tidak
bergerak atau stator. Keliling bagian dalam dari stator dikonstruksikan
sedemikian rupa sehingga mempunyai alur-alur sebagai tempat dari kawat-
kawat jangkar.

4
Gambar 2.3 Stator

2.3. Prinsip Kerja


Prinsip kerja generator ialah dengan memotong garis gaya magnet
dalam waktu tertentu secara berkesinambungan untuk menghasilkan fluks
magnet yang akan menghasilkan gaya gerak listrik induksi (GGL induksi).
Pada saat memotong garis gaya magnet timbul GGL induksi tetapi tegangan
yang dikeluarkan pada lilitan jangkar akan sangat kecil sehingga diperlukan
suatu eksitasi atau penguatan untuk diinjeksikan pada lilitan medan yang
berguna untuk memperkuat garis gaya magnet (menimbulkan medan magnet)
tersebut. Untuk masalah eksitasi akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
Hukum yang mendasari prinsip kerja generator adalah hukum faraday
yang berbunyi: “sebuah konduktor yang digerakkan secara berkala,
memotong garis gaya magnet akan menimbulkan fluks magnet dan akan
menimbulkan tegangan induksi (GGL induksi)”.
Hukum tangan kiri untuk generator menunjukkan hubungan arah
arus bergerak, arah medan magnet, dan arah resultan dari aliran arus yang
terinduksi. Apabila ibu jari ditunjukkan pada arah gerakan penghantar, dan
telunjuk ditunjukkan kearah fluks, jari tengah akan menunjuk ke arah aliran
elektron yang terinduksi. Hukum ini juga dapat dipakai apabila magnet

5
sebagai pengganti penghantar, digerakkan. Meskipun demikian, dalam hal ini
ibu jari harus ditunjukkan ke arah gerakan penghantar relatif.
2.4. Penguatan
Pada generator sinkron kumparan medan (rotor) diberi eksitasi
(penguatan) arus searah. Arus searah tersebut dapat diperoleh dari sumber
arus searah atau dari arus bolak-balik yang disearahkan.
Generator atau sumber listrik lain, yang memberikan eksitasi pada
generator sinkron (altenator) disebut penguatan terpisah, dan apabila arus
eksitasi diambil dari altenator itu sendiri disebut penguatan sendiri.
Bila arus eksitasi cukup membangkitkan fluks yang diperlukan oleh
altenator, maka disebut altenator tersebut bekerja pada “unity power faktor”.
Bila arus eksitasi kurang dari harga unity-pf maka altenator bekerja dengan
“lagging pf”, sedangkan jika harga arus eksitasi lebih besar dari harga unity
pf maka disebut “leading pf”.
2.5. Frekuensi dan Putaran
Frekuensi adalah jumlah getaran listrik setiap detik yang dinyatakan
adalah satuan Hertz atau Cycle (Hz atau c/s). Frekuensi tergantung pada
putaran dan jumlah kutub.
Bila suatu mesin altenator yang mempunyai jumlah kutub P, tegangan
induksi yang timbul dalam kawat jangkar tiap perputaran menjadi P/2
periode. Jadi sebuah altenator yang mempunyai jumlah kutub P untuk
menghasilkan tegangan induksi dengan frekuensi f, harus membuat putaran

f 60 f
per detik atau putaran per menit (rpm).
P /2 P /2
Sehingga untuk putaran n berlaku hubungan:
120f
ns= [ Hz ]
p
Dimana p = jumlah kutub (U + S)
Rating kecepatan putaran tergantung pada tipe prime movernya.
Apabila prime mover dari suatu alternator mempunyai kecepatan rendah
maka altenator tersebut membutuhkan banyak kutub sehingga tercapai
besaran frekuensi yang telah ditentukan.

6
2.6. Gangguan Pada Generator
Gangguan pada generator terbagi menjadi 2 bagian, yaitu gangguan luar
dan dalam. Berikut penjelasannya:

2.6.1. Gangguan Luar Generator


Generator umumnya dihubungkan ke rel (busbar). Beban dipasok oleh
saluran yang dihubungkan ke rel. Gangguan kebanyakan ada di saluran yang
mengambil daya dari rel. Instalasi penghubung generator dengan rel
umumnya jarang mengalami gangguan. Karena rel dan saluran yang keluar
dari rel sudah mempunyai proteksi sendiri, maka proteksi generator terhadap
gangguan luar cukup dengan relai arus lebih dengan time delay yang relatif
lama. Salah satu gangguan adalah sambaran petir.
2.6.2. Gangguan Dalam Generator
Terdapat beberapa jenis gangguan yang termasuk gangguan dalam pada
generator :
1) Hubung singkat antar fasa:
Gangguan ini terjadi bila isolasi antar fasa rusak dan bisa terjadi dalam stator
generator maupun di luar stator generator. Proteksi yang digunakan adalah
rele diferensial. Apabila rele ini bekerja maka selain mentripkan PMT
generator, PMT medan penguat generator harus trip juga. Selain itu melalui
rele bantu mesin penggerak harus dihentikan. Hal ini diperlukan untuk
menghentikan sama sekali GGL yang dibangkitkan dalam stator generator,
sehingga hubung singkat antar fasa dapat segera berhenti. Pada saat
pengopersian generator banyak mengalami gangguan yang berupa arus
gangguan hubung singkat, sehingga bila terjadi gangguan rele differensial
harus dapat mengamankan generator dari kerusakan yang dapat menyerang
pada bagian-bagian belitan dari stator, maupun rotor (Jumadi, 2008).
2) Hubung singkat fasa ke tanah:
Untuk mendeteksi gangguan ini digunakan relai neutral ground current atau
bisa juga digunakan Restricted Earth Fault Relay (REF).

7
3) Urutan negatif:
Gangguan yang menimbulkan kondisi tidak simetris pada tegangan maupun
arus, menimbulkan arus urutan negatif (negative sequence current).
4) Penguatan hilang:
Penguatan hilang atau penguatan melemah (under excitation) bisa
menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada kepala kumparan stator. Relai
penguatan hilang akan mentrip PMT generator.
5) Hubung singkat dalam sirkit rotor:
Hubung singkat dalam sirkit rotor bisa menyebabkan penguatan hilang.
Karena hubung singkat dalam sirkit rotor ini tidak sempurna bisa timbul
distorsi medan magnet dan selanjutnya timbul getaran berlebihan.
2.7. Sistem Proteksi Pada Generator
Gangguan pada pusat pembangkit listrik dapat terjadi kapan saja, untuk
itu diperlukan sistem proteksi, yang berfungsi selain mengamankan
peralatan pada pusat pembangkit juga untuk melokalisir dampak dari
gangguan. Alat pendeteksi gangguan adalah relay, yang selanjutnya memberi
perintah kepada trip coil untuk membuka pemutus tenaga (PMT).
Persyaratan utama sistem proteksi yaitu: kepekaan (sensitivity), keandalan
(reliability), selektif (selectivity), kecepatan (speed).
1. Kepekaan (sensitivity),
2. Keandalan (reliability),
3. Selektif (selectivity,
4. Kecepatan (speed).

8
2.8. Relay Proteksi
Relay adalah suatu alat yang apabila diberi energi oleh besaran-besaran
sistem yang tepat dapat memberi indikasi suatu kondisi abnormal. Apabila
kontak-kontak relay menutup, maka rangkaian-rangkaian trip pemutus
tenaga yang terkait mendapat energi dan kontak-kontak breaker membuka,
mengisolir bagian yang terganggu dari sistem. Relay proteksi dapat
dikasifikasikan berdasarkan fungsi atau kegunaannya.
Jenis Relay proteksi yang digunakan untuk pembangkit diantaranya
yaitu Relay Jarak (distance relay), Relay Periksa Sinkron (Synchrone check
relay), Relay Tegangan Kurang (Undervoltage Relay), Relay Daya Balik
(Reverse Power Relay), Relay Kehilangan Medan Penguat (Loss Of
Excitation Relay), Relay Fasa Uruan Negatif (Negative Phase Sequence
Relay), Relay Arus Lebih Seketika (Instantaneous Over Current Relay),
Relay Arus Lebih Dengan Waktu Tunda (Time Over Current Relay), Relay
Penguat Lebih (Over Excitation Relay), Relay Tegangan Lebih (Overvoltage
Relay), Relay Keseimbangan Tegangan (Voltage Balance Relay), Relay
Waktu (Time Relay), Relay Stator Gangguan Tanah (Stator Ground Fault
Relay), Relay Kehilangan Sinkronisasi (Out Of Step Relay), Relay Pengunci
(Lock Out Relay), Relay Frekuensi (Frequency Relay), Relay Diferensial
(Differential Relay).
Pada Makalah yang kami susun ini, kami akan membahas lebih dalam
mengenai proteksi menggunakan Relay Diferensial (Differential Relay), dari
segi pengertiannya dan perhitungannya.
2.9. Relay Diferensial
Proteksi differensial mempunyai bentuk yang bermacam-macam
tergan- tung dari peralatan yang diamankan. Pengertian itu sendiri
mengandung unsur membedakan satu dengan yang lainnya. Semua besaran
yang masuk ke peralatan proteksi seperti sudah di jelaskan tadi bahwa
gangguan yang terjadi pada suatu alat bisa disebabkan karena arus hubung
singkat antara atau arus hubung singkat ke tanah. Proteksi differensial
harus bisa mendeteksi gangguan ini. Jika perlatan proteksi bekerja maka
sesungguhnya sudah terjadi kerusakan didalam alat tersebut yang

9
menimbulkan arus hubung singkat. Proteksi differensial dalam hubungan hal
ini bertugas meluasnya kerusakan tersebut. Oleh karena itu proteksi
differensial harus bekerja cepat tanpa waktu tunda.
2.9.1. Prinsip kerja proteksi differensial
Prinsip kerja proteksi differensial adalah membandingkan dua
besaran arus dan fasa anatara dua titik pada batasan- batasan daerah
pengaman. Jadi dalam hal ini digunakan arus sebagai besaran ukurnya, jika
pada peralatan yang diamankan tidak terjadi gangguan atau gangguan
tersebut brada diluar daerah yang diamankan maka nilai arus dan fasa
mengalir pada trafo arus CT 1 dan CT 2 adalah sama atau mempunyai
perbandingan nilai arus serta persesaran sudut fasa terten tu, sehingga relai
tidak akan bekerja.
Tetapi jika terjadi gangguan pada peralatan yang diamankan, maka
akan terjadi perbedaan arus atau perbandingan arus berubah serta perubahan
sudut fasa yang akan menyebabkan relai differensial akan bekerja. Adapun
cara membanding- kan I1 dan I2 yaitu dengan membanding- kan besarnya
nilai dan sudut fasa pada arus sekunder. Batas-batas pengaman proteksi
differensial dibatasi oleh trafo arus CT 1 dan CT 2.

Gambar 2.4 Proteksi Diferensial dalam keadaan normal


Pada keadaan normal atau gangguan berada diluar daerah pengaman
maka arus yang mengalir pada relay adalah I1 = I2 dimana :
I1 = arus sekunder yang mengalir pada trafo arus CT 1
I2 = arus sekunder yang mengalir pada trafo arus CT 2
Dengan menganggap suatu hal yang ideal serta pemilihan trafo arus
CT 1 dan CT 2 sama atau sesuai dengan transformasi trafo daya, maka
selama bekerja pada keadaan normal (tidak ada gangguan) ataupun ada
gangguan diluar daerah pengamannya, arus sekunder I1 dan I2 akan

10
mempunyai nilai yang sama tetapi dengan arah vektor yang berlawanan,
sehingga dari hubungan di atas didapat:
I d (ideal)=0
Dalam hal ini relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang melalui relay.

Gambar 2.5 Proteksi Diferensial dengan sumber gangguan satu arah.

Jika terjadi gangguan hubung singkat didalam daerah pegamannya maka


arus yang mengalir pada CT 1 akan menjadi besar sedangkan arus yang
mengalir pada CT 2 akan mendekati nol.
Dengan demikian arus sekunder I1 menjadi besar dan arus sekunder I2
akan mendekati nol, hal ini terjadi karena arus gangguan IF yang besar
hanya mengalir pada satu sisi seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Sehingga sesuai dengan gambar diatas Id = I1. Karena I2 = 0, maka: Id = I1
Dalam hal ini berarti adanya arus Id = I1 yang cukup besar akan mengalir
melalui rele, dengan demikian rele akan akan bekerja dan memberikan sinyal
trip pemutus tenaga yang berada di kedua sisi dari peralatan listrik yang
diamankan karena terjadi gangguan dipisahkan dari jaringan yang
bertegangan.
2.10. Perhitungan Relay Diferensial
Arus Nominal Generator di kedua sisi CT:
MVA
I 1∧2 =
√ 3 × KV
Perhitungan Missmatch pada Generator
Karena CT pada kedua sisi generator dipasang secara delta maka
perhitungan Arus sekunder pada CT kedua sisi generator adalah sebagai
berikut:
I nominal
I 1∧2 =
ratio CT

11
Selanjutnya menghitung Ratio Trafo Arus Relay yaitu dengan cara:
I F 1∧2=I 1∧2 × √ 3
IF2
S=
IF1
T L 2,9
Dari nilai S = 1 dapat dilihat dari tabel ratio trafo didapat nilai = ,
T H 2,9
maka dari itu bisa dihitung nilai Missmatch :
IL TL

( )

IH T H
M= ×100 %
TL
TH

Karena ratio kedua CT bagian atas dan bawah generator sama, maka
menghasilkan nilai Missmatch sebesar 0%. Arus di Relay Diferensial pada
saat beban penuh.
I d=|I 1|−|I 2|
I 1+ I 2
I r (restrain )=
2
Setting Slope
Id
Slope= ×100
Ir
Setting Relay Diferensial
Minimum Setting = Kesalahan Generator (%) + Nilai Missmatch (%) + Error
CT (%) + Toleransi (%) + Slope (%)
Hasil dari minimum setting (dalam persen [%]) tersebut untuk relay
diferensial.
Hasil dari arus hubung singkat terkecil didapat dari arus hubung
singkat, lalu di ambil dari Minimum Settingnya yang didapat dari setting
relay. (Arus hubung singkat [A] x Minimum Setting [%] = Arus hubung
singkat yang telah diambil beberapa persen [A]) hasil tersebut akan lebih dari
cukup untuk membuat relay diferensial bekerja (trip).

12
BAB IIII
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Kuliah Lapangan


Dalam proses penyusunan laporan kuliah lapangan mengenai “ Studi
Perhitungan Proteksi Diferensial Pada Belitan Stator Generator”, penulis melakukan
observasi lapangan berupa kuliah ke lokasi generator berada. Sedangkan
pengambilan data hasil pengujian, dan langkah – langkah sistematis disusun dalam
suatu metodologi laporan penelitian serta studi literatur. Adapun metologi
penelitian penyusunan laporan kuliah lapangan ini dijelaskan pada diagram alir
sebagai berikut:

START
A

STUDI PERHITUNGAN PROTEKSI


DIFERENSIAL PADA BELITAN STATOR
GENERATOR:
Observasi Lapangan - Relay Proteksi
Jika
- Relay Differensial
Iset < Idoff
- Prinsip Kerja Relay Differensial
- Perhitungan Relay Differensial

Pengambilan Data Hasil


Relay Differensial Tidak
Pengujian Relay Differensial Aktif
Aktif

Tidak
Data Lengkap ?
Sistem Normal Sistem Proteksi Bekerja

Ya

Study Literatur
PMT Trip

Perhitungan Arus
Gangguan,Perhitungan END
Relay Differensial, Analisis

Pemilihan Ratio CT dan


TAP Auxillary

Jika Error
Mismamatch <15%

Penyetelan Relay
Differensial

Gambar 3.1 Flowchart

13
3.2. Perhitungan Arus Gangguan
Untuk menghitung arus hubung singkat tiga fasa dan satu fasa ke tanah
menggunakan rumus yang terdapat di penjelasan bab 3. Adapun data-data
yang dibutuhkan untuk menghitung arus hubung singkat sebagai berikut:
Data Generator:
Pabrik pembuatan : Shanghai Turbine Generator Co.,LTD.
Kecepatan putaran : 300rpm
Jumlah fasa :3
Frekuensi : 50H
Tegangan : 20kV
KVA keluaran : 412MVA
Arus : 11887A
Faktor daya : 0,85
Rasio hubung singkat : 0,5
Media pendingin : Water-hydrogen-hydrogen
Tekanan gas H2 : 0,41MPa
Tegangan penguat medan : 340V
Xd’’ : 0,26 pu
X0 : 0,10 pu
Main transformator : 420MVA
XT : 12%
X0 : 8%
Xsistem : j 0,106
X0 sistem : 0,1 pu

3.3. Arus Gangguan Tiga Fasa


412.000
Beban Maksimum generator ¿ =11893 A
√ 3 × 20
11893
Beban arus penuh ini pada sekunder CT = =3,964 A
15000/5
Impedansi berdasarkan basis 100 MVA adalah sebagai berikut:
100
X g=0,26 × = j 0,06 pu
412

14
100
X T =0,12 × = j0,03 pu
412
Sistem sumber = j0,106 pu
100.000
I basis= =2886,75 A
√ 3 × 20
0,06 ×( 0,03+0,106)
Impedansi pengganti ¿ = j 0,04 pu
0,06+(0,03+0,106)
Arus hubung singkat 3 fasa pada titik F1

1
¿ =33,33 pu=33,33 ×2886,75=96215,377 A
0,03
0,136
Arus hubung singkat dari generator ¿ 96215,377 × =70351,028 A
0,186
5
Sisi Sekunder CT1 ¿ 70351,028 × =23,450 A
15000
0,06
Arus hubung singkat dari sistem ¿ 96215,377 × =31037,21839 A
0,186
5
Sisi Sekunder CT2 ¿ 31037,21839× =10,345 A
15000
Untuk gangguan pada F1, didalam daerah pengamanan relay differensial,
dari generator mengalir arus 23,450 A melalui CT 1, sedangkan CT 2
mengalir arus sebesar 10,345 A dari sistem. Arus yang mengalir ke kumparan
kerja relay adalah: I CT 1−I CT 2=23,450−10,345=13,105 A
Arus yang mengalir ke kumparan kerja relay = 13,105 A
Sedangkan tunda waktu kerja sesuai dengan kemampuan generator
menahan beban lebih beberapa saat dan supaya generator tidak langsung
tripp. Set t11 = 9s, waktu ini di-set sesuai dengan spesifikasi generator.
Pengaman beban lebih inverse time-limit, Calority coefficient K 1, heat-
dissipating coefficient K2, set K1 = 37 K2 = 1,02, Arus starting pembatas
terendah untuk bagian inverse time-limit

K1 37
t relay = 2
= =¿0,216 s
I relay− K 2 13,1052−1,02

15
3.1.1. Arus Gangguan Satu Fasa ke Tanah
Z g=Z g=0,03 pu , Z g=0,025 pu
Impedansi urutan nol berdasarkan MVA basis:
100
X g=0,10 × = j 0,02 pu
412
100
X T =0,08 × = j 0,01 pu
412
Sistem sumber = j0,1 pu
100.000
I basis= =2886,75 A
√ 3 × 20
0.06 0.03 0.106

Igen

F1
V=1pu V=1pu

Gambar 3.2 Jala Urutan Positif

0,02×(0,01+0,1)
Impedansi pengganti ¿ = j 0,016 pu
0,02+(0,01+0,1)
Arus hubung singkat 1fasa ke tanah

Vf j √3
¿ =
Z 0 +Z 1 + Z 2+3 Rn 0,016+0,03+0,03 × 0,028
¿ 10,82531755 pu
¿ 10,82531755× 2886,75
¿ 31249,98544 A
0,11
Arus hubung singkat dari generator ¿ 31249,98544 × =26442,2953 A
0,13
5
Sisi Sekunder CT1 ¿ 26442,2953 × =8,814 A
15000

16
0,02
Arus hubung singkat dari sistem ¿ 31249,98544 × =4807,69007 A
0,13
5
Sisi Sekunder CT2 ¿ 4807,69007 × =1,6025633 A
15000
Untuk gangguan F1, didalam daerah pengamanan rele differensial, dari
generator mengalir arus sebesar 8,814 A melalui CT1, sedangkan CT2
mengalir arus sebesar 1,6025633 A dari sistem sumber. Arus yang mengalir
ke kumparan kerja relay adalah perbandingan antara CT1 dan CT2 :
I CT 1−I CT 2=8,814−1,6025633=7,2114367 A
Arus yang mengalir ke kumparan kerja relay = 7,2114367 A

3.4. Perhitungan Relay Diferensial


Arus Nominal Generator di kedua sisi CT:
MVA 412.000
I 1∧2 = = =11893 A
√ 3 × KV √ 3 ×20
Perhitungan Missmatch pada Generator
Karena CT pada kedua sisi generator dipasang secara delta maka
perhitungan Arus sekunder pada CT kedua sisi generator adalah sebagai
berikut:
I nominal 11893
I 1∧2 = = =3,964 A
ratio CT 15000/5
Selanjutnya menghitung Ratio Trafo Arus Relay yaitu dengan cara:
I F 1∧2=I 1∧2 × √ 3=3,964 × √ 3=6,8266426751 A
I F 2 6,8266426751
S= = =1
I F 1 6,8266426751
T L 2,9
Dari nilai S = 1 dapat dilihat dari tabel ratio trafo didapat nilai = ,
T H 2,9
maka dari itu bisa dihitung nilai Missmatch :
IL TL 6,8266426751 2,9

( ) (

)

IH TH 6,8266426751 2,9
M= ×100 %= ×100 %=0 %
TL 2,9
TH 2,9

17
Karena ratio kedua CT bagian atas dan bawah generator sama, maka
menghasilkan nilai Missmatch sebesar 0%. Arus di Relay Diferensial pada
saat beban penuh.
I d=|I 1|−|I 2|=|6,8266426751−6,8266426751|=0 A
I 1 + I 2 6,8266426751+6,8266426751
I r (res train)= = =6,8266426751 A
2 2
Setting Slope
Id 0
Slope= ×100 %= ×100 %=0 %
Ir 6,8266426751
Setting Relay Diferensial
Minimum Setting = Kesalahan Generator (%) + Nilai Missmatch (%) +
Error CT (%) + Toleransi (%) + Slope (%)
Minimum Setting = 5%+0%+5%+5%+0%
Minimum Setting = 15%
Oleh sebab itu dipilih setting 15% untuk relay diferensial.
Karena arus hubung singkat terkecil didapat dari arus hubung singkat
yaitu sebesar 7,2114367A maka di ambil 15% yang didapat dari setting relay.
7,2114367A x 15% = 1,0817155 A lebih dari cukup untuk membuat relay
diferensial bekerja (trip).
K1 37
t relay = 2
= =¿0,275 s
I relay− K 2 7,2114367 2−1,02
3.5. Analisis Perhitungan Relay Diferensial
Gangguan Listrik (hubung singkat) yang terjadi di sistem tenaga listrik
dapat terjadi antr fasa atau antarta fasa dengan tanah, yang disebabkan oleh
beberapa faktor contohny dengan petir atau tembusnya isolasi pada peralatan
sistem tenaga listrik, seperti trafo, generator, dan lain-lain, untuk mengurangi
dampak negatif dari berbagai macam gangguan maka diperlukan relay
pengaman.
Relay pengaman yang dibahas pada laporan kuliah lapangan tersebut
adalah studi perhitungan reley diferensial pada belitan stator. Relay ini
digunakan sebagai pengaman listrik apabila terjadi gangguan hubung singkat
yang terjadi di daerah pengaman reley diferensial generator. Cara kerja relay
ini membandingkan arus dari CT1 dan CT2, jika ada perbedaan CT1 dan CT2

18
dari itu melewati batas setting relay tersebut mka riley akan bekerja dan
memerintahkan untuk trip (tripping) kepada circuit breaker (CB) sehingga
jika terjadi gangguan pada belitan stator akan aman.
Dalam perhitungan relay diferensial kami mencari arus hubung singkat
tiga fasa dan arus hubung singkat satu fasa ke tanah. Di dapat nilai arus
gangguan tiga fasa yang mengalir ke kumparan kerja relay sebesar 13,105 A
dan nilai arus gangguan satu fasa ke tanah yang mengalir ke kumparan kerja
relay sebesar 7,2114367 A. Mka, nilai arus gangguan yang di pakai untuk
perhitungan adalah arus gangguan 1 fasa ke tanah.
Dari perhitungan reley differensial pada generator 350 MW PLTU
Pelabuhan Ratu Sukabumi diperoleh arus missmatch dan slope 0% hal ini
disebabkan oleh CT yang kedua sisi generator memiliki rasio yang sama, hal
ini di buat karena agar rtelay dapat mendeteksi arus gangguan lebih sensitif.
Dari perhitungan menggunakan data-data dari generator 350MW PLTU
Pelabuhan Ratu Sukabumi didapat minimum setting 15%.
Arus hubung singkat yang terkecil adalah arus hubung singkat satu
fasa ke tanah dan minimum setting yang di dapat 15%. Maka 15% dari arus
hubung singkat satu fasa ke tanah 7,2114367 A diperoleh hasil 1,0817155 A
yang masuk ke kumparan reley diferensial. Dikarenakan setting relay
diferensial terpasang 0,4 A, sehingga arus sebesar 1,0817155 A sudah dapat
membuat relay bekerja dan memberi perintah putus ke pada PMT.
Sedangkan tunda waktu kerja sesuai dengan kemampuan generator
menahan beban lebih beberapa saat dan supaya generator tidak langsung
tripp. Set t11 = 9s, waktu ini di-set sesuai dengan spesifikasi generator.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ari Catur Pamungkas, Juningtyastuti, and Agung Nugroho. 2015. ANALISIS


KOORDINASI DAN SETTING RELE PROTEKSI GENERATOR DAN
TRAFO STEP UP DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1: Universitas Diponegoro
Semarang

Hari Prasetijo,ST.,MT, Firman Arif Romadona. 2010. Analisis Kerja Rele Overall
Differential pada Generator Unit 1 PLTA Ketenger PT Indonesia Power UBP
Mrica: Program Studi Teknik Elektro Unsoed

Wahyudin SN, Retno Aita Diantara, Teuku Mardhi Rahmatullah. 2017.


ANALISA PROTEKSI DIFFERENSIAL PADA GENERATOR DI PLTU
SURALAYA: Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik PLN

Nicholas Villamagna, P.A. Crossley. 2006. A CT Saturation Detection Algorithm


Using Symmetrical Components for Current Differential Protection: IEEE
Transaction on Power Delivery

20
Ir. Djiteng Marsudi. 2003. Proteksi Generator.

Fery Antony. 2012. RELE PROTEKSI GANGGUAN GENERATOR 65 MW


PADA PLTU PT. PLN (PERSERO) TANJUNG ENIM: Dosen Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indo Global Mandiri

21

Anda mungkin juga menyukai