Anda di halaman 1dari 15

Perencanaan Dan Pembuatan Sistem Terkomputerisasi Untuk Alat Mendeteksi

Kebakaran Berbasis Mikrokontroler

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kebakaran menjadi sebuah masalah yang bisa terjadi dimana saja baik itu di gedung
perkantoran, perumahan, ataupun difasilitas umum. Keterlambatan dalam penanganan
mengakibatkan kerugian, bisa itu kerugian jiwa ataupun materi. Keselamatan manusia
menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan ketika terjadi kebakaran pada suatu
bangunan (Rosseno, 2011).

Sistem alarm kebakaran yang umum digunakan adalah sistem kebakaran


konvensional. Sistem ini memiliki kelemahan dimana penghuni bangunan tidak
mendapatkan informasi secara cepat bila terjadi kebakaran digedung yang dihuninya,
detektor tidak dapat membedakan jenis gas yang menyebabkan adanya falsealarm dan
api menyebar lebih cepat karena tidak segera dipadamkan (Suharto &Wiweko, 2008).

Sistem alarm kebakaran konvensional merupakan sistem alarm kebakaran yang


paling banyak digunakan karena biaya instalasinya yang murah. Pada sistem ini
detektor kebakaran langsung terhubung ke indikator pemadam kebakaran menggunakan
alat bantu sumber energi yaitu baterai isi ulang (power bank). Alarm ini bekerja
dipengaruhi suhu ruangan yang meningkat sehingga dipastikan adanya tanda kebakaran.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, maka mikrokontroler dapat digunakan


sebagai pengendali pendeteksi sistem pemadam kebakaran. (Arifyanto : 2013),
menyatakan bahwa mikrokontroler dapat dikendalikan melalui jarak dengan bantuan
komputer sebagai server dan menggunakan aplikasi untuk komunikasi sereal. Data
perintah disimpan dalam basis yang kemudian diambil oleh aplikasi pada komputer
server, lalu komputer server mengirimkan perintah pada mikrokontroler sesuai dengan
pada basis data. (Nur : 2010) juga menyatakan bahwa mendeteksi posisi dengan
menggunakan mikrokontroler sangat berguna bagi berbagai penerapan pengendalian.
Hal ini dibuktikan dengan melakukan pengujian pengiriman perintah menggunakan
sinyal yang ada pada hp lalu dibaca oleh pengguna (user). Kemudian dengan
menggunakan rangkaian mikrokontroler yang diintegrasikan dengan pengguna, dimana
terdapat nomor dan rangkaian pemicu yang mengakses SMS diterima, selanjutnya
melakukan pembacaan dan pengiriman perintah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mikrokontroler dapat berperan terhadap rumah pintar.

Supaya pendeteksi sistem kebakaran bekerja dengan maka optimal perlu dilengkapi
dengan komponen pendukung lainnya, seperti sensor api sebagai pendeteksi adanya
tanda kebakaran. (Widodo : 2003) menyatakan bahwa detektor api yang digunakan pada
alat pendeteksi kebakaran sangat efektif.

Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan merancang sebuah


sistem deteksi kebakaran dengan menggunakan mikrokontroler arduino sebagai pusat
pengolah data yang nantinya langsung dengan aplikasi diandroid yang akan
menampilkan notifikasi apabila terjadi kebakaran kepada user secara wireless.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk mengkaji sistem
terkomputerisasi untuk mendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroler dengan judul
“Rancangan Pembuatan Sistem Komputerisasi Untuk Alat Mendeteksi Kebakaran
Berbasis Mikrokontroler”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Ketentuan jarak yang tidak dapat dijangkau oleh alat pendeteksi kebakaran
2. Pengaruh cuaca panas sehingga suhu ruangan meningkat dengan suhu jika adanya
tanda kebakaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas maka perlu
diadakan pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas masalah yang
diteliti, agar lebih fokus mengkaji permasalahan. Penelitian ini menitik beratkan pada :

1. Rancangan desain produk alat pendeteksi kebakaran


2. Mikrokontroler yang digunakan pada pendeteksi kebakaran adalah arduino sebagai
pengolah data
3. Sensor yang digunakan dalam perancangan alat ini adalah sensor api (fire sensor)
D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana rancangan desain produk yang diciptakan?


2. Bagaimana perbandingan suhu ruangan meningkat karena cuaca dengan suhu
ruangan meningkat karena adanya tanda kebakaran terhadap reaksi yang
ditimbulkan oleh alat pendeteksi kebakaran?
3. Bagaimana pengaruh digunakannya mikrokontroler terhadap alat pendeteksi
kebakaran ini?
4. Bagaimana hasil akhir dari rancangan produk dan cara kerja alat pendeteksi
kebakaran?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui rancangan desain produk yang diciptakan


2. Mengetahui perbandingan suhu ruangan meningkat karena cuaca dengan suhu
ruangan meningkat karena adanya tanda kebakaran terhadap reaksi yang
ditimbulkan oleh alat pendeteksi kebakaran
3. Bagaimana pengaruh digunakannya mikrokontroler terhadap alat pendeteksi
kebakaran ini
4. Mengetahui hasil akhir dari rancangan produk dan cara kerja alat pendeteksi
kebakaran

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Secara teoritis memberikan gambaran dan penjelasan yang jelas dalam


mengetahui cara kerja dan memberikan gambaran terkait manfaat yang ditimbulkan
oleh alat pendeteksi kebakaran ini.
BAB 2

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori
1. Komputerisasi
a. Pengertian Komputerisasi

Komputerisasi merupakan proses revolusi penggunaan komputer. Menurut


Teguh Wahyuno (2004:49) mendefenisikan arti komputerisasi adalah kegiatan
pengelolaan data yang dilakukan sebagian besarnya menggunakan komputer sebagi
alat bantu. Sedangkan menurut Mohammad Faisal Amir (2006:10) menjelaskan
bahwa komputerisasi merupakan satu metode pengolahan data dengan komputer
sebagai alat utama. Dan Nana Mulyana (2004:5) mempertegas definisi computer
adalah suatu sistem elektronika yang bekerja secara otomatis untuk mengelola data
secara cepat, tepat dan akurat serta dapat menerima, menyimpan data dan
menghasilkan suatu informasi berdasarkan instruksi atau program yang diberikan.

Menurut pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa komputerisasi merupakan


pekerjaan manusia yang mempunyai arti penting sebagai alat bantu dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dan mampu memberikan konstribusi yang baik bagi
organisasi atau perusahaan.

Moekijat (1989:23) menyebutkan keuntungan dari mesin kantor (komputer)


diantaranya :

1. Menghemat tenaga manusia


2. Menghemat waktu
3. Meningkatkan ketelititan dan memperbaiki mutu pekerjaan
4. Mengurangi kelelahan karyawan kantor
5. Memberikan informasi yang lebih cepat dan lebih banyak

Sedangkan Santoyo Gondodinoto (1988:71) menegaskan manfaat dari penggunaan


komputer, antara lain :
1. Kecepatan (speed)
2. Kecermatan (accuracy)
3. Pelaksanaan pekerjaan rutin secara terus-menerus
4. Kemampuan menyimpan data
5. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi lain

Komputerisasi adalah kegiatan atau usaha untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan


yang biasanya dikerjakan secara manual kemudian dirubah dengan menggunakan
perangkat alat bantu berupa komputer “(sumber : Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S,
Kom, MM. Perencanaan dan Pengembangan Sistem Informasi. 2002)

2. Kebakaran
a. Pengertian Kebakaran

Menurut Permen PU RI No 26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah bahaya


yang dilakukan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkenapancaran api
sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah fenomena


yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara
kimia dengan oksigen yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air,
karbon monoksida, karbondioksida atau produk dan efek lain.

Menurut Ramli (2010), kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar
kemampuan dan keinginan manusia.

b. Teori Api

Soehetman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja tetapi
merupakan suatu proses kimiawi antara uap, bahan bakar dengan oksigen dan
bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga api (fire triangle). Menurut teori ini
kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu :

 Bahan bakar yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat
terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara
 Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup
untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara
 Oksigen, terkandung dalam udara tanpa adanya udara atau oksigen maka proses
kebakaran tidak dapat terjadi

Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu
dengan yang lainnya tanpa adanya salah satu dari unsur tersebut, api tidak dapat
terjadi.

c. Proses Penjalaran Api

Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil kemudian membesar dan
menjalar kedaerah sekitarnya. Penjalaran api menurut Ramli (2010) dapat melalui
beberapa cara yaitu :

1. Konveksi

Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi,
beton, kayu atau dinding. Jika terjadi kebakaran disuatu ruangan maka panas
dapat merambat melalui sehingga ruangan disebelah akan mengalami
pemanasan yang menyebabkan api dapat merambat dengan mudah

2. Konduksi

Api juga dapat menjalar melalui fiuida misalnya air, udara atau bahan cair
lainnya. Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebabkan panas melalui
hembusan angin yang terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.

3. Radiasi

Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau
gelombang elektro magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses
radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dan memberi panas
ke objek penerimanya. Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran
api dari suatu bangunan ke bangunan lain di sebelahnya.

d. Bahaya kebakaran
Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda
maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu kebakaran
menurut Ramli (2010)
 Terbakar secara langsung

Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas yang tinggi akan
mengakibatkan luka bakar. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan
jaringan, atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun
suhu dingin yang tinggi, sumber listri, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi.

 Bahaya lain akibat kebakaran

Misalnya kejatuhan benda akibat runtuhnya konstruksi. Bahaya ini banyak


sekali terjadi dan mengancam keselamatan penghuni bahkan juga petugas
pemadam kebakaran yang memasuki bangunan yang sedang terbakar.
Bahaya lainnya dapat bersumber dari ledakan bahan atau material yang
terdapat dalam ruangan yang terbakar. Salah satu bahaya lainnya yang sering
terjadi adalah ledakan gas yang terkena bakaran panas.

3. Mikrokontroler

a. Definisi Mikrokontroller

Menurut Setiawan (2011:1) Mikrokontroller adalah suatu IC dengan


kepadatan yang sangat tinggi, dimana semua bagian yang diperlukan untuk suatu
kontroler sudah dikemas dalam satu keping, biasanya terdiri dari CPU (Central
Processing Unit), RAM (Random Access Memory), EEPROM/ EPROM/
PROM/ROM, I/O, Serial & Parallel, Timer, Interupt Controller.

Menurut Fauzi (2011:1) Mikrokontroler adalah sebuah chip yang


berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik dan umunya dapat
menyimpan program didalamnya.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa


mikrokontroller adalah suatu IC yang didesain atau dibentuk dengan kepadatan
yang sangat tinggi, dimana semua bagian yang diperlukan suatu kontroler sudah
dikemas dalam satu keping, biasanya terdiri dari CPU (Central Processing
Unit), RAM (Random Access Memory), EEPROM/EPROM/PROM/ROM, I/O,
Serial & Parallel, Timer, Interupt Controller dan berfungsi sebagai pengontrol
rangkaian elektronik serta umunya dapat menyimpan program didalamnya.
Menurut Setiawan (2011:10) Seperti umumnya komputer,
mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan instruksi-instruksi yang diberikan
kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan utama dari suatu sistem
terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat oleh seorang
programmer. Program ini menginstruksikan komputer untuk melakukan jalinan
yang panjang dari aksi-aksi sederhana untuk melakukan tugas yang lebih
kompleks yang diinginkan oleh programmer.

Sumber : http://mikrokontroler.tripod.com/6805/bab1.htm

Gambar 2.7 Blok Hardware Mikrokontroller

b. Arsitektur Mikrokontroller

Menurut Setiawan (2011:11) arsitektur adalah rancangan hardware


internal yang berkaitan dengan: tipe, jumlah dan ukuran register serta
rangkaian lainnya. Arsitektur pada sebuah mikrokontroler sangat
mempengaruhi kinerja pada saat melakukan proses pengendalian (control).

Menurut Setiawan (2011:11) Semua jenis mikrokontroler didasarkan


pada arsitektur Von-Neuman atau arsitektur Harvard.

a. Arsitektur Von-Neuman

Mikrokontroler yang di disain berdasarkan arsitektur ini memilik


sebuah data bus 8-bit yang dipergunakan untuk "fetch" instruksi dan data.
Program (instruksi) dan data disimpan pada memori utama secara bersama-
sama. Ketika kontroler mengalamati suatu alamat di memori utama, hal
pertama yang dilakukan dalah mengambil instruksi untuk dilaksanakan dan
kemudian mengambil data pendukung dari instruksi tsb. Cara ini
memperlambat operasi.

Sumber : http://agfi.staff.ugm.ac.id

Gambar 2.8 Arsitektur Mikorkontroller Von-Neuman

b. Arsitektur Harvard

Arsitektur ini memilik bus data dan instruksi yang terpisah,


sehingga memungkinkan eksekusi dilakukan secara bersamaan. Secara
teoritis hal ini memungkinkan eksekusi yang lebih cepat tetapi dilain
pihak memerlukan disain yang lebih kompleks.
Sumber : http://agfi.staff.ugm.ac.id

Gambar 2.9 Arsitektur Mikrokontroller Harvard

Didalam mempelajari mikrokontroler, kita dituntut untuk dapat


menguasai dua hal yang sangat pokok, berdasarkan arsitektur
mikrokontroler tersebut kedua hal tersebut adalah hardware dan software dari
mikrokontroler. Hardware akan sangat kita perlukan ketika kita akan
manggunakan mikrokontroler untuk berhubungan dengan device (perangkat)
yang sifatnya berada diluar mikrokontroler, software (instruksi) dalam hal
ini juga tidak kalah penting karena didalam mengendalikan suatu system
kita juga harus memahami instruksi dari mikrokontroler yang digunakan.

c. Instruksi Mikrokontroller

Menurut Setiawan (2011:12) Instruksi pada mikrokontroler dikenal ada 2 yaitu:

 CISC

Saat ini hampir semua mikrokontroler adalah mikrokontroler CISC (Complete


Instruction Set Computer). Biasanya memiliki lebih dari 80 instruksi.
Keunggulan dari CISC ini adalah adanya instruksi yang bekerja seperti sebuah
makro, sehingga memungkinkan programmer untuk menggunakan sebuah
instruksi menggantikan beberapa instruksi sederhana lainnya.

 RISC
Saat ini kecenderungan industri untuk menggunakan disain mikroprosesor
RISC (Reduced Instruction Set Computer). Dengan menggunakan jumlah
instruksi yang lebih sedikit, memungkinkan lahan pada chip (silicon real-estate)
digunakan untuk meningkatkan kemampuan chip. Keuntungan dari RISC adalah
kesederhanaan disain, chip yang lebih kecil, jumlah pin sedikit dan sangat sedikit
mengkonsumsi daya.

d. Macam Memory Pada Mikrokontroller

Menurut Setiawan (2011:12) Mikrokontroller mempunyai beberapa


macam memory antara lain :

 Eeprom - Electrically Erasable Programmable Read Only Memory

Beberapa mikrokontroler memiliki EEPROM yang terintegrasi pada


chipnya. EEPROM ini dugunakan untuk menyimpan sejumlah kecil
parameter yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Jenis memori ini
bekerja relatif pelan, dan kemampuan untuk dihapus/tulis nya juga
terbatas.

 FLASH (EPROM)

FLASH meberikan pemecahan yang lebih baik dari EEPROM ketika


dibutuhkan sejumlah besar memori non-volatile untuk program. FLASH ini
bekerja lebih cepat dan dapat dihapus/tulis lebih sering dibanding
EEPROM.

 Battery Backed-Up Static RAM

Memori ini sangat berguna ketika dibutuhkan memori yang besar untuk
menyimpan data dan program. Keunggulan utama dari RAM statis adalah
sangat cepat dibanding memori non-volatile, dan juga tidak terdapat
keterbatasan kemampuan hapus/tulis sehingga sangat cocok untuk aplikasi
untuk menyimpan dan manipulasi data secara lokal.

 Field Programming/Reprogramming
Dengan menggunakan memori non-volatile untuk menyimpan program
akan memungkinkan mikrokontroler tersebut untuk diprogram ditempat,
tanpa melepaskan dari sistem yang dikontrolnya. Dengan kata lain
mikrokontroler tersebut dapat diprogram setelah dirakit pada PCB.

 Otp - One Time Programmable

Mikrokontroler OTP adalah mikrokontroler yang hanya dapat diprogram


satu kali saja dan tidak dapat dihapus atau dimodifikasi. Biasanya
digunakan untuk produksi dengan jumlah terbatas. OTP menggunakan
EPROM standard tetapi tidak memiliki jendela untuk menghapus
programnya.

 Software Protection

Dengan "encryption" atau proteksi fuse, software yang telah diprogramkan


akan terlindungi dari pembajakan, modifikasi atau rekayasa ulang.
Kemampuan ini hanya dipunyai oleh komponen OTP atau komponen yang
dapat diprogram ulang. Pada komponen jenis Mask ROM tidak diperlukan
proteksi, hal ini dikarenakan untuk membajak isi programnya seseorang
harus membacanya (visual) dari chip nya dengan menggunakan mikroskop
elektron.

e. Input/Output Mikrokontroller

Menurut Setiawan (2011:14) Mikrokontroller mempunyai beberapa


Input/Output diantaranya yaitu :

 UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter) adalah adapter


serial port adapter untuk komunikasi serial asinkron.
 USART (Universal Synchronous/Asynchronous Receiver Transmitter)
merupakan adapter serial port untuk komunikasi serial sinkron dan
asinkron. Komunikasi serial sinkron tidak memerlukan start/stop bit dan
dapat beroperasi pada click yang lebih tinggi dibanding asinkron.
 SPI (serial peripheral interface) merupakan port komunikasi serial
sinkron.
 SCI (serial communications interface) merupakan enhanced UART
(asynchronous serial port).
 I2C bus (Inter-Integrated Circuit bus) merupakan antarmuka serial 2
kawat yang dikembangkan oleh Philips. Dikembangkan untuk aplikasi 8
bit dan banyak digunakan pada consumer elektronik, otomotif dan
indistri. I2C bus ini berfungsi sebagai antarmuka jaringan multi-master,
multi-slave dengan deteksi tabrakan data. Jaringan dapat dipasangkan
hingga 128 titik dalam jarak 10 meter. Setiap titik dalam jaringan dapat
mengirim dan menerima data. Setiap titik dalam jaringan harus memiliki
alamat yang unik.
 Analog to Digital Conversion (A/D). Fungsi ADC adalah merubah
besaran analog (biasanya tegangan) ke bilangan digital. Mikrokontroler
dengan fasilitas ini dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang
memerlukan informasi analog (misalnya voltmeter, pengukur suhu dll).
Terdapat beberapa tipe dari ADC sbb:
o Succesive Approximation A/D converters.
o Single Slope A/D converters.
o Delta-Sigma A/Ds converters.
o Flash A/D.
 D/A (Digital to Analog) Converters. Kebalikan dar ADC seperti diatas.
 Comparator. Mikrokontroler tertentu memiliki ssebuah atau lebih
komparator. Komparator ini bekerja seperti IC komparator biasa tetapi
sinyal input/output terpasang pada bus mikrokontroller.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir
penelitian. Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2016: 60) kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pikir dalam
suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut terdapat dua
variabel atau lebih.
Jadi kerangka pikir yang di kembangkan adalah sistem alarm kebakaran
konvensional ini merupakan sistem alarm kebakaran yang paling banyak digunakan
karena biaya instalasinya yang murah. Pada sistem ini detektor kebakaran langsung
terhubung ke indikator pemadam kebakaran menggunakan alat bantu sumber energi
yaitu baterai isi ulang (power bank). Alarm ini bekerja dipengaruhi suhu ruangan yang
meningkat sehingga dipastikan adanya tanda kebakaran. Karena suhu ruangan karena
cuaca panas dan suhu ruangan karena terjadinya tanda kebakaran itu berbeda.
Supaya pendeteksi sistem kebakaran bekerja dengan maka optimal perlu dilengkapi
dengan komponen pendukung lainnya, seperti sensor api sebagai pendeteksi adanya
tanda kebakaran. Sensor api perancangan ini sangat peka terhadap api, sehingga alat ini
mungkin mampu mendeteksi dan membedakan antara suhu ruang naik akibat cuaca
atau akibat tanda kebakaran.
Solusi untuk mengatasi adanya permasalahan yang menyebabkan kebakaran adalah
dengan merancang sebuah sistem deteksi kebakaran dengan menggunakan
mikrokontroler arduino sebagai pusat pengolah data yang nantinya langsung dengan
aplikasi diandroid yang akan menampilkan notifikasi apabila terjadi kebakaran kepada
user secara wireless.

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis


penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah perencanaan dan pembuatan
sistem terkomputerisasi untuk alat mendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroler
sangat efisien dan efektif karena dengan digunakannya mikrokontroler alat ini dapat
dikendalikan melalui jarak dengan bantuan komputer sebagai server dan
menggunakan aplikasi untuk komunikasi sereal dan semua data yang program dapat
dihubungkan ke user (penerima).

Anda mungkin juga menyukai