BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebakaran menjadi sebuah masalah yang bisa terjadi dimana saja baik itu di gedung
perkantoran, perumahan, ataupun difasilitas umum. Keterlambatan dalam penanganan
mengakibatkan kerugian, bisa itu kerugian jiwa ataupun materi. Keselamatan manusia
menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan ketika terjadi kebakaran pada suatu
bangunan (Rosseno, 2011).
Supaya pendeteksi sistem kebakaran bekerja dengan maka optimal perlu dilengkapi
dengan komponen pendukung lainnya, seperti sensor api sebagai pendeteksi adanya
tanda kebakaran. (Widodo : 2003) menyatakan bahwa detektor api yang digunakan pada
alat pendeteksi kebakaran sangat efektif.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk mengkaji sistem
terkomputerisasi untuk mendeteksi kebakaran berbasis mikrokontroler dengan judul
“Rancangan Pembuatan Sistem Komputerisasi Untuk Alat Mendeteksi Kebakaran
Berbasis Mikrokontroler”
B. Identifikasi Masalah
1. Ketentuan jarak yang tidak dapat dijangkau oleh alat pendeteksi kebakaran
2. Pengaruh cuaca panas sehingga suhu ruangan meningkat dengan suhu jika adanya
tanda kebakaran
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas maka perlu
diadakan pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas masalah yang
diteliti, agar lebih fokus mengkaji permasalahan. Penelitian ini menitik beratkan pada :
Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah :
F. Manfaat Penelitian
A. Kajian Teori
1. Komputerisasi
a. Pengertian Komputerisasi
2. Kebakaran
a. Pengertian Kebakaran
Menurut Ramli (2010), kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya diluar
kemampuan dan keinginan manusia.
b. Teori Api
Soehetman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja tetapi
merupakan suatu proses kimiawi antara uap, bahan bakar dengan oksigen dan
bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga api (fire triangle). Menurut teori ini
kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu :
Bahan bakar yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat
terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara
Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup
untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara
Oksigen, terkandung dalam udara tanpa adanya udara atau oksigen maka proses
kebakaran tidak dapat terjadi
Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu
dengan yang lainnya tanpa adanya salah satu dari unsur tersebut, api tidak dapat
terjadi.
Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil kemudian membesar dan
menjalar kedaerah sekitarnya. Penjalaran api menurut Ramli (2010) dapat melalui
beberapa cara yaitu :
1. Konveksi
Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi,
beton, kayu atau dinding. Jika terjadi kebakaran disuatu ruangan maka panas
dapat merambat melalui sehingga ruangan disebelah akan mengalami
pemanasan yang menyebabkan api dapat merambat dengan mudah
2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fiuida misalnya air, udara atau bahan cair
lainnya. Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebabkan panas melalui
hembusan angin yang terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.
3. Radiasi
Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau
gelombang elektro magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses
radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dan memberi panas
ke objek penerimanya. Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran
api dari suatu bangunan ke bangunan lain di sebelahnya.
d. Bahaya kebakaran
Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda
maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu kebakaran
menurut Ramli (2010)
Terbakar secara langsung
Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas yang tinggi akan
mengakibatkan luka bakar. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan
jaringan, atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun
suhu dingin yang tinggi, sumber listri, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi.
3. Mikrokontroler
a. Definisi Mikrokontroller
Sumber : http://mikrokontroler.tripod.com/6805/bab1.htm
b. Arsitektur Mikrokontroller
a. Arsitektur Von-Neuman
Sumber : http://agfi.staff.ugm.ac.id
b. Arsitektur Harvard
c. Instruksi Mikrokontroller
CISC
RISC
Saat ini kecenderungan industri untuk menggunakan disain mikroprosesor
RISC (Reduced Instruction Set Computer). Dengan menggunakan jumlah
instruksi yang lebih sedikit, memungkinkan lahan pada chip (silicon real-estate)
digunakan untuk meningkatkan kemampuan chip. Keuntungan dari RISC adalah
kesederhanaan disain, chip yang lebih kecil, jumlah pin sedikit dan sangat sedikit
mengkonsumsi daya.
FLASH (EPROM)
Memori ini sangat berguna ketika dibutuhkan memori yang besar untuk
menyimpan data dan program. Keunggulan utama dari RAM statis adalah
sangat cepat dibanding memori non-volatile, dan juga tidak terdapat
keterbatasan kemampuan hapus/tulis sehingga sangat cocok untuk aplikasi
untuk menyimpan dan manipulasi data secara lokal.
Field Programming/Reprogramming
Dengan menggunakan memori non-volatile untuk menyimpan program
akan memungkinkan mikrokontroler tersebut untuk diprogram ditempat,
tanpa melepaskan dari sistem yang dikontrolnya. Dengan kata lain
mikrokontroler tersebut dapat diprogram setelah dirakit pada PCB.
Software Protection
e. Input/Output Mikrokontroller
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir
penelitian. Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2016: 60) kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pikir dalam
suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut terdapat dua
variabel atau lebih.
Jadi kerangka pikir yang di kembangkan adalah sistem alarm kebakaran
konvensional ini merupakan sistem alarm kebakaran yang paling banyak digunakan
karena biaya instalasinya yang murah. Pada sistem ini detektor kebakaran langsung
terhubung ke indikator pemadam kebakaran menggunakan alat bantu sumber energi
yaitu baterai isi ulang (power bank). Alarm ini bekerja dipengaruhi suhu ruangan yang
meningkat sehingga dipastikan adanya tanda kebakaran. Karena suhu ruangan karena
cuaca panas dan suhu ruangan karena terjadinya tanda kebakaran itu berbeda.
Supaya pendeteksi sistem kebakaran bekerja dengan maka optimal perlu dilengkapi
dengan komponen pendukung lainnya, seperti sensor api sebagai pendeteksi adanya
tanda kebakaran. Sensor api perancangan ini sangat peka terhadap api, sehingga alat ini
mungkin mampu mendeteksi dan membedakan antara suhu ruang naik akibat cuaca
atau akibat tanda kebakaran.
Solusi untuk mengatasi adanya permasalahan yang menyebabkan kebakaran adalah
dengan merancang sebuah sistem deteksi kebakaran dengan menggunakan
mikrokontroler arduino sebagai pusat pengolah data yang nantinya langsung dengan
aplikasi diandroid yang akan menampilkan notifikasi apabila terjadi kebakaran kepada
user secara wireless.
C. Hipotesis