DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
3. PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK.............................................................................3
3.1 PENDAHULUAN........................................................................................................3
3.2 SISTEM PROTEKSI...................................................................................................3
3.2.1 POLA PROTEKSI.............................................................................................5
3.3 MEDIA TELEKOMUNIKASI.....................................................................................13
3.4 AUTO RECLOSER..................................................................................................13
3.5 KOORDINASI PROTEKSI.......................................................................................14
3.6 DISTURBANCE FAULT RECORDER (DFR)...........................................................15
3.6.1 DFR di Sistem 500 kV....................................................................................16
3.6.2 DFR di Sistem 150 atau 70 kV.......................................................................17
3.7 KINERJA PROTEKSI...............................................................................................17
(a) PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
a.1 PENDAHULUAN
Sistem proteksi adalah sekelompok alat pengaman yang terdiri atas CT/PT, relai, CB,
catu daya dan wiring yang membentuk suatu pola pengaman.
Fungsi utama sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus
mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar.
Selain fungsi di atas sistem proteksi berperan dalam menjaga kontinuitas pelayanan
(pengoperasian autorecloser), menjaga stabilitas sistem (fault clearing time,
pengoperasian autorecloser, pengoperasian UFR pada load shedding) dan menjaga
mutu pelayanan (kedip).
Secara umum sistem proteksi memegang peranan penting dalam menjaga keselamatan
instalasi dan kelangsungan operasi sistem tenaga listrik.
Kinerja sistem proteksi sangat tergantung dari keandalan individu peralatan maupun
keandalan secara sistem serta kemampuan SDM dalam melakukan enjiniring,
melakukan O&M dan melakukan trouble shooting. Sehingga diperlukan ketepatan
dalam menerapkan pola proteksi di Sistem Ketenaga Listrikan.
Dalam melakukan kegiatan di atas SDM sistem proteksi dilengkapi dengan peralatan
bantu berupa software untuk melakukan studi hubung singkat dan studi stabilitas (PSSE
dan Digsilent), software untuk studi transient (EMTP), software untuk setting dan
koordinasi relai (Digsilent, Etap Star, Math Cad, Transpro dan LinePro), software untuk
membaca/ menganalisa rekaman gangguan (software pabrikan DFR, alat uji relai dan
relai). Selain itu juga dilengkapi dengan peralatan uji relai + GPS, Portable DFR,
Portable TWS, Portable PQM dan lain-lain.
3
Perintahbuka PMT
Transmisi
Indikasi relai
Evaluasi Gangguan
Data Scada
DisturbanceRecorder
Indikasi relai, Event logger SCADA, Event dan Disturbance Fault Recorder sangat
membantu dalam melakukan analisa/evaluasi gangguan sehingga akan mempercepat
pemulihan sistem dan memperkecil terulangnya kejadian serupa.
Batas-batas jaringan tenaga listrik yang terdiri dari banyak peralatan yang berbeda jenis
dan karakteristiknya secara fisik ditandai dengan pemutus tenaga (PMT) (Gambar 2)
Dalam hal kinerja sistem proteksi di kedua sisi saling berpengaruh maka sistem proteksi
dikoordinasikan secara bersama-sama dengan unit pembangkit atau distribusi pada
daerah batas.
PM G
: PMT
Gambar 3-2. Batas Daerah Kerja Proteksi
5
Power
1
F 3
Po A E
D G
2
B C
0 1 2
7
Gambar 3-5. Sistem Proteksi 500 kV
Lp 1(a) 1
PUTT
DEF 1(a) TP FO
2
NSD70D FOX-U
Lp 1(b)
PUTT
DEF 1(b)
SAGULINGLIN
DTT CCP 1(a)
1 PLC506
CBF 1(a) TP AFT PLC
DTT
SZP 1(a) LFTP202 204
CPL
2 205
DTT CCP 1(b)
Untuk proteksi terhadap kegagalan kerja PMT di sistem 500 kV setiap PMT
dilengkapi dengan sistem proteksi kegagalan kerja PMT (CBF).
b) Sistem 150 kV
Di sistem penghantar 150 kV (SUTT) dan GI 150 kV dipasang sistem
proteksi utama dan sistem proteksi cadangan.
Sistem proteksi utama merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera
bekerja jika terjadi kondisi abnormal atau gangguan pada daerah
proteksinya.
Pada sistem penghantar 150 kV ini terdapat hanya satu macam pentanahan
netral sistem yaitu pentanahan efektif.
8
Sistem proteksi cadangan bekerja apabila proteksi utama tidak dapat
bekerja. Sistem proteksi cadangan dapat dibagi menjadi dua katagori, yaitu :
Sistem proteksi cadangan lokal (OCR atau GFR), yang bekerja bilamana
proteksi utama pada tempat yang sama gagal bekerja.
Sistem proteksi cadangan jauh, yang bekerja bilamana proteksi utama di
tempat lain gagal bekerja (zone 2 relai jarak).
c) Sistem 70 kV
Di sistem 70 kV juga dikenal sistem proteksi utama dan sistem proteksi
cadangan. Proteksi utama dan proteksi cadangan untuk gangguan satu fasa
ke tanah tergantung dari sistem pentanahan 70 kV.
Sebagai contoh Pada sistem 70 kV wilayah kerja PLN P3B terdapat dua
macam pentanahan netral sistem, yaitu :
Pentanahan netral dengan tahanan rendah, misalnya terdapat di wilayah
Jawa Barat dan Jakarta Raya.
Pentanahan netral dengan tahanan tinggi, misalnya terdapat di wilayah
Jawa Timur.
9
Proteksi utama adalah suatu sistem proteksi yang diharapkan sebagai prioritas
untuk mengamankan gangguan atau menghilangkan kondisi tidak normal pada
trafo tenaga. Proteksi tersebut biasanya dimaksudkan untuk memprakarsainya
saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus dilindungi. (lEC 15-05-
025).
Ciri-ciri pengaman utama :
10
Gambar 3-7. Sistem proteksi trafo tenaga 150/20 kV
11
kalau terjadi gangguan di daerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja
dalam keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengamanan.
Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas mutlak.
Karakteristik difrensial relay.
Gambar 3-10. Rangkaian arus relai REF saat terjadi ggn ekternal
12
a.3 MEDIA TELEKOMUNIKASI
Media telekomunikasi yang digunakan untuk sistem proteksi harus disesuaikan dengan
kebutuhan sistem proteksi pada penghantar yang bersangkutan.
Media telekomunikasi yang ada di pln P3B saat ini adalah PLC, Fibre Optic, Micro Wave
dan kabel Pilot.
a. Media PLC dapat digunakan untuk distance relay, relai directional comparison, dan
relai phase comparison.
b. Media Fibre Optic dapat digunakan untuk distance relay, relai directional
comparison, relai phase comparison, dan relai current differential.
c. Media Micro Wave dapat digunakan untuk distance relay, relai directional
comparison, relai phase comparison, dan relai current differential.
d. Kabel Pilot dapat digunakan untuk relai pilot differential.
G
Po’ F H
A E 1
Po
D
3
2
B C
0 1 2 3
Untuk melihat hasil koordinasi, biasanya dilakukan scanning jangkauan seperti pada
penghantar dan pada transformator.
Pemakai jaringan (Pembangkit, Distribusi/ Konsumen Tegangan Tinggi) yang
tersambung ke sistem ketenagalistrikan PLN harus menyesuaikan koordinasi setting
proteksi terkait.
14
Antara Unit Pembangkit dengan Unit Penyaluran dilakukan koordinasi sistem proteksi
terhadap proteksi generator yang responsif terhadap gangguan atau kondisi abnormal
di luar generator yaitu :
Proteksi terhadap gangguan eksitasi lebih (relai V/Hz atau 59/81 atau 24)
Proteksi terhadap gangguan yang dapat menyebabkan generator beroperasi
asinkron (relai 78 (Out of Step) dan 40 (Loss of Field)).
Proteksi Under/Over Frekuensi (Relai 81 U/O)
Proteksi Under/Over Voltage (Relai 59 U/O)
DFR sangat membantu dalam membuat evaluasi gangguan terutama soft copy dari
data rekaman yang dapat diolah lebih lanjut. Rekaman tersebut harus dapat dibaca,
ditampilkan, diolah maupun digunakan oleh alat uji relai untuk pengujian play back.
Saat ini rekaman DFR sudah berupa file standard yang dapat dibaca oleh setiap
software yang dikeluarkan oleh berbagai pabrikan DFR, relay maupun alat uji relai. File
15
rekaman standard tersebut dikenal sebagai Common Format for Data Exchange
(COMTRADE).
Software simulasi yang berkembang saat ini juga memiliki kemampuan untuk
menghasilkan data hasil simulasi berupa COMTRADE sehingga hasil simulasi dapat
diuji cobakan ke peralatan relai proteksi.
Dari alat itu juga dapat segera diketahui lama gangguan yang terjadi dan unjuk kerja
dari sistem proteksi yang terpasang.
Kemampuan lain dari software DFR adalah penggambaran impedance locus dari
rekaman gangguan (Gambar 15) sehingga dapat diketahui posisi impedansi sistem
pada saat terjadi gangguan dan dapat juga dikaitkan dengan karakteristik dari relai
proteksi.
16
Region maupun Kantor Induk PLN P3B berupa remote akses melalui dedicated
saluran fiber optic secara dial up. Dalam rencana pengembangan lebih lanjut akan
dimanfaatkan sarana TCP/IP sehingga dapat diakses melalui jaringan.
17