Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROTEKSI TRANSFORMATOR

Dosen Pembimbing : Ahmad Rizal Sultan


HALAMAN SAMPUL

Disusun Oleh :

Adhiyaksa Syaputra (321 19 076)


Mika Aryawan (321 19 082)
Yudhistira P. Saratu (321 19 090)
Kelompok 2 – 3D

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ............................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4

BAB II ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. Pengertian Transformator ............................................................................... 6

B. Gangguan-Gangguan pada Transformator ..................................................... 6

1. Gangguan Dalam ........................................................................................ 6


2. Gangguan Luar ........................................................................................... 7
C. Sistem Proteksi pada Transformator .............................................................. 8

D. Tipe Proteksi................................................................................................... 8

E. Jenis-Jenis Proteksi Trafo Daya ..................................................................... 9

1. Relai Buchollz............................................................................................. 9
2. Relai Jansen .............................................................................................. 10
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay) ........................................ 11
4. Relay HV/LV Winding Temperature ....................................................... 12
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay) .................................................... 13
6. Relai Hubung Tanah (GFR) ...................................................................... 13
7. Relai Tangki Tanah ................................................................................... 15
8. Relai Diferensial (Differential Relay)....................................................... 15

ii
9. Fuse Cut Out (FCO).................................................................................. 17
10. Lighting Arrester (LA).............................................................................. 18
BAB III ....................................................................................................................... 20
PENUTUP ................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari rangkaian peralatan yang sangat
memungkinkan untuk mengalami gangguan, baik sebagai akibat dari faktor luar
maupun dari kerusakan peralatan itu sendiri. Untuk itulah diperlukan sistem
proteksi yang pada prinsipnya bertugas sebagai berikut :
1. Mendeteksi gangguan yang terjadi dengan cara mengenali gejala gangguan
yang dapat berupa perubahan besaran tegangan, arus, sudut fasa maupun
frekuensi.
2. Membebaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu dari sistem yang
tidak terganggu.
Sistem proteksi tidak bisa menghilangkan datangnya gangguan, namun
dengan adanya sistem proteksi yang bekerja dengan baik maka beberapa kerugian
dan kemungkinan timbulnya bahaya atau kerusakan dapat dihindarkan. Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari adanya sistem proteksi :
1. Mencegah kerusakan lebih jauh dari peralatan yang terganggu. Peralatan yang
terganggu tentu telah mengalami kelainan atau kerusakan awal. Apabila
peralatan tersebut tidak dibebaskan dari tegangan tentu kerusakan akan
menjadi semakin besar.
2. Mencegah bahaya terhadap manusia dan properti. Gangguan hubung singkat
yang melalui peralatan atau properti (misal rumah, pohon) tentu akan
membahayakan kalau tidak segera dibebaskan dari tegangan, karena semua
benda yang bersentuhan dengan sistem akan mempunyai tegangan sentuh
yang membahayakan bagi manusia.
3. Mencegah meluasnya pemadaman atau gangguan. Bila gangguan yang terjadi
pada suatu tempat tidak segera dipisahkan, maka gejala gangguan akan
dirasakan oleh seluruh atau sebagian besar sistem sehingga bisa menimbulkan

3
gangguan yang meluas atau bahkan bisa mengakibatkan pemadaman total
(black out).
4. Mengurangi stress pada peralatan yang tidak terganggu. Gejala gangguan
yang terjadi pada suatu tempat akan dirasakan oleh peralatan yang tidak
terganggua disekelilingnya. Misalnya gangguan hubung singkat maka akan
mengalirkan arus yang sangat besar yang melewati komponen sistem
(peralatan) disekitarnya dan ini menimbulkan stress pada peralatan tersebut
yang pada akhirnya bisa mengurangi umur (life time) peralatan.
Pemilik sistem tenaga listrik tentu berharap setiap saat proteksi yang
terpasang bisa bekerja normal sesuai yang diharapkan. Namun demikian perlu
dimaklumi bahwa proteksi itu sendiri merupakan rangkaian dari beberapa
peralatan yang masing-masing mempunyai kemungkinan rusak atau gagal
beroperasi. Semakin besar harapan yang diminta akan semakin besar pula sumber
daya yang harus diberikan pada sistem proteksi. Untuk itu diperlukan keputusan
yang logis, yang mempertimbangkan keseimbangan antara tingkat keperluan dan
biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh kompleksitas proteksi pada sistem
tegangan menengah tentu tidak perlu sama dengan proteksi pada sistem tegangan
tinggi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tersebut nampak permasalahan yang
terkait dengan topik ini seperti sebagai berikut :
1. Apa yang diketahui tentang transformator ?
2. Gangguan apa saja yang terdapat pada transformator ?
3. Bagaimana sistem proteksi pada transformator ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penulisan makalah ini
bertujuan sebagai berikut :

4
1. Mengetahui tentang transformator.
2. Mengetahui gangguan pada transformator.
3. Mengetahui sistem proteksi pada transformator.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transformator

Transformator adalah suatu perangkat listrik yang dipergunakan untuk


mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan
digunakan untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian
lainnya tanpa merubah frekuensi. Transformator disebut peralatan statis karena
tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau
generator. Dalam bentuknya yang paling sederhana,transformator terdiri atas dua
kumparan dan satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder.
Kumparan primer adalah kumparan yang menerima daya dan dinyatakan
sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang
melepas daya dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan
dibelit pada suatu inti yang terdiri atas material magnetik berlaminasi.Secara
sederhana transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer,
lilitan sekunder dan inti besi.
Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung dengan
sumber energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator
yang terhubung dengan rangkaian beban. Sedangkan inti besi merupakan
bagian transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks
magnet yang dihasilkan oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.

B. Gangguan-Gangguan pada Transformator


1. Gangguan Dalam
Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang disebabkan karena
adanya gangguan yang terjadi pada transformator, gangguan ini antara lain:

6
a) Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang disebabkan
oleh:
 Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
 Kontak-kontak listrik yang tidak baik
 Kerusakan isolasi antara inti baut
b) Gangguan pada sistem pendingin sebagaimana diketahui, banyak
transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai
isolasi yang sekaligus merupakan bahan pendingin. Suatu kenyataan
adalah bahwa terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam
transformator, maka dalam minyak itu akan terbentuk sejumlah gas.
c) Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja paralel.
d) Pada umumnya gangguan ini dapat diketahui atau dideteksi karena
akan selalu timbul arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak
seimbang. Jenis gangguan ini antara lain, hubung singkat antar belitan,
yaitu :
 Hubung singkat antara kumparan dengan tanah
 Hubung singkat dua fasa, dan
 Kerusakan pada isolator transformator

2. Gangguan Luar
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
 Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya: hubung
singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung singkat di
sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya tersebut. Gangguan
ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat besar, mencapai
beberapa ratus kali arus nominalnya.

7
 Beban lebih (overload)
Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %, transformator
daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini memungkinkan tidak
segera menimbulkan kerusakan pada transformator daya, tetapi apabila
berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan umur isolasi
bertambah pendek.
 Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih. Pada beban
lebih, besar arusnya kira-kira 10% di atas nominal dan dapat diputuskan
setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus lebih, besar
arus mencapai beberapa kali arus nominal dan arus secepat mungkin
diputuskan.

C. Sistem Proteksi pada Transformator


Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian
listrik dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi
normal dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui
pada pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga
listrik yaitu :
 Sensitif
 Selektif
 Cepat
 Andal
 Ekonomis

D. Tipe Proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main
protection) dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah

8
pertahanan utama dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan
diproteksi secepat mungkin. Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari
perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan pemutus
rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan
pembantu (auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi
pembantu bekerja bila rele utama gagal dan tidak hanya melindungi daerah
berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih lama dari pada relay
utamanya.

E. Jenis-Jenis Proteksi Trafo Daya


Relai yang biasa digunakan pada sebuah transformator daya sebagai pengaman
pada saat terjadi gangguan adalah :
1. Relai Buchollz

Relai buchollz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator


ataupun dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah
dikedua pipa tersebut dipasang relai bucholz. Relai bucholz berfungsi
untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan di dalam transformator
yang menimbulkan gas. Selama transformator beroperasi normal, relai
akan terisi penuh dengan minyak. Pelampung akan berada pada posisi
awal.

Bila terjadi gangguan yang kecil didalam tangki transformator,


misalnya hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas.

9
Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam relai pada saat perjalanan
menuju tangki konservator, sehingga level minyak dalam relai turun dan
akan mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level
minyak transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu
kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila
penurunan minyak tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan
memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan
minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surja tekanan pada minyak
yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz.
Cara kerja adalah gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir
melalui pipa dan tekanan gas ini akan mengerjakan relay dalam 2 tahap,
yaitu :
 Mengerjakan alarm pada kontak bagian atas
 Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah

2. Relai Jansen

Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang


berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban
maupun variasi tegangan pada sistem masukannya (input).
Tap changer umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang
untuk tempat kumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak
bercampur dengan minyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang

10
diverterswitch apabila terjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan
pengaman yang biasa disebut rele jansen (buchholtnya tap changer). Rele
jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyak tap
changer. Prinsip kerja rele jansen, yaitu :
a) Rele bucholz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan
beserta isinya dari diverter switch.
b) Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi
akibat flash over antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan
dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan
eksternal.
c) Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak
sehingga ada minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak
yang cukup besar, dan semua itu menyebabkan katub akan berayun
dan mengerjakan kontak tripping akhirnya melepas gangguan.

3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)


Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai bucholz yaitu
mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini
hanya bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang
disebabkan oleh hubung singkat.

 Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima

11
tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga
bilapecah harus diganti baru.
 Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam transformator melebihi
tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar
bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali apabila
tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas.

4. Relay HV/LV Winding Temperature

1. Relay HV/LV Winding Temperature berkerja apabila suhu kumparan


trafo melebihi setting dari relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan
suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar
trafo. Urutan kerja relai suhu kumparan/winding ini dibagi 2 tahap :
 Mengerjakan alarm (winding temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip)
2. Relai HV/LV Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo
melebihi setting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu
adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar
trafo.
Urutan kerja relai suhu minyak/oil ini dibagi 2 tahap :
 Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm)

12
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)

5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)


Relai arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Relai arus lebih akan pick up jika besar arus
melebihi nilai setting.

Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih digunakan sebagai


tambahan bagi relai differensial untuk memberikan tanggapan terhadap
gangguan luar. Relai ini digunakan untuk mengamankan peralatan
terhadap gangguan hubung singkat antar fasa, hubung singkat satu fasa ke
tanah dan beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih.

6. Relai Hubung Tanah (GFR)


Relay hubung tanah ground fault relay (Ground Fault Relay) ini
berfungsi untuk memproteksi SUTM/SKTM dari gangguan tanah.
Menurut Djiteng Marsudi dalam Operasi Sistem Tenaga Listrik bahwa
GFR (ground fault relay) maupun OCR (Over Current Relay) seringkali di
gunakan sebagai pengaman utama atau main protection pada jaringan
distribusi tegangan menengah

13
Gangguan satu fasa ke tanah sangat tergantung dari jenis
pentanahan dan sistemnya. Gangguan satu fasa ke tanah umumnya bukan
merupakan hubung singkat melalui tahanan gangguan, sehingga arus
gangguannya menjadi semakin kecil dan tidak bisa terdeteksi oleh Over
Current Relay ( OCR ). Dengan demikian diperlukan relai pengaman
gangguan tanah. Prinsip kerja Ground Fault Relay ( GFR ) yaitu pada
kondisi normal dengan beban seimbang arus –arus fasa Ir, Is, dan It ( Ib)
sama besar sehingga kawat netral tidak timbul arus dan relai gangguan
tanah tidak dialiri arus. Namun bila terjadi ketidakseimbangan arus atau
terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah maka akan timbul arus
urutan nol pada kawat netral. Arus urutan nol ini akan
mengakibatkan Ground Fault Relay ( GFR ) bekerja.
Untuk menentukan penyetelan GFR terlebih dahulu diketahui besar
arus hubung singkat yang mungkin terjadi, dan harus diketahui terlebih
dahulu impedansi sumber, reaktansi trafo tenaga, dan impedansi
penyulang, dan seteleh tiga komponen yang telah disebutkan, baru dapat
ditentukan total impedansi jaringan. Total impedansi inilah yang akan
langsung digunakan dalam perhitungan arus hubung singkat

14
7. Relai Tangki Tanah
Relai tangki tanah berfungsi mengamankan trafo terhadap hubung
singkat antara fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang
ditanahkan. Relai 51G yang terpadang, mendeteksi arus gangguan dari
tangki trafo ke tanah, kalau terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke
tangki, arus yang mengalir ke tanah akan dideteksi relai arus lebih melalui
CT. Relai akan mentripkan PMT di kedua sisi TT dan TM. Jadi arus
gangguan kembali ke sistem melalui pembumian trafo.

8. Relai Diferensial (Differential Relay)


Relai diferensial berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengaman
transformator. Relai ini merupakan pengaman utama (main protection)
yang sangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan
relai lain dan tidak memerlukan time delay. Prinsip dari relai ini yaitu
membandingkan arus yang masuk keperalatan dengan arus yang keluar
dari peralatan tersebut.

15
a. Gambar relai deferensial dalam keadaan normal

 Diferensial sebagai pengaman trafo


 Dalam keadaan normal arah Ip dan Is seperti pada gambar
 Di sisi sekunder masing-masing CT, arus keluar dari terminal DOT
 Karena Ip sama besar Is tapi arah berlawanan maka diferensial relai
tidak dialiri arus
b. Gambar relai deferensial dalam keadaan gangguan

 Dalam keadaan gangguan arah Ip seperti pada gambar


 Di sisi sekunder CTp, arus Ip keluar dari terminal DOT dan
mengerjakan DIFF RY (Differensial Relai)
 Terminal sekunder CTp dan Cts terhubung ke DIFF RY difasa
yang berlawanan atau beda sudut 180 derajat.

16
9. Fuse Cut Out (FCO)
Fuse Cut Out (FCO) merupakan ebuah alat pemutus rangkaian
listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara
meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang
khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO
merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus
lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang
lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.

Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse


pada cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan
menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link,
sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu.
Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak
di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban
jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan
meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan
sesudah FCO.
Pada LBS ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan
atau system dari arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi
masalah/kerusakan pada VT sehingga FCO akan segera memutus

17
rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT.

10. Lighting Arrester (LA)


Lighting Arrester (LA) merupakan peralatan pengaman instalasi
sistem tenaga listrik atau gardu induk dari gangguan tegangan lebih akibat
sambaran petir maupub surja hubung. Arrester bekerja dengan cara
membatasi switching dan lonjakan petir yang kemudian lonjakan petir
tersebut dialirkan ke tanah.
Pada umumnya pemasangan arrester untuk melindungi dari
lonjakan petir dikerjakan pada setiap ujung saluran udara tegangan tinggi
yang memasuki gardu induk. Dengan perancangan yang baik dan benar,
arrester akan bekerja dengan baik.
Secara sederhana prinsip kerja dari arrester yaitu:
 Dalam keadaan normal, arrester akan berlaku sebagai isolator
 Saat timbul tegangan surja, arrester akan berubah menjadi konduktor
yang tahanannya relatif rendah, sehingga dapat menyalurkan arus yang
tinggi ke tanah. Setelah tegangan surja hilang, arrester akan dengan cepat
berubah kembali menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat
membuka.

Cara kerjanya, arrester membentuk jalan sehingga arus kilat atau


petir akan melaluinya dengan mudah, dan oleh karena itu arrester dapat
mengurangi tegangan tinggi pada peralatan gardu induk. By pass atau jalan

18
pintas tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran
arus dayanya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang
memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi
adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang
telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya,
biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu
bagian-bagian yang lain.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa
syarat relay proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif,
handal, cepat, lebih ekonomis, sederhana.
Adapun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya :
1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih
4. Relai HV/LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih
6. Relai Hubung Tanah (GFR)
7. Relai Tangki Tanah
8. Relai Diferensial
9. Fuse Cut Out (FCO)
10. Lighting Arrester (LA)
Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut
mendeteksi gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan
hubung singkat, terlebih dahulu diawali dengan bunyi alarm atau lampu
indikator menyala sebelum rele tersebut bekerja, kemudian memerintahkan
PMT untuk trip.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/ /333370745/Sistem-Proteksi-Transformator-docx#

http://tekniklistrikumum.blogspot.com/2013/11/sistem-proteksi-pada-

transformator.html

http://makalah-elektrical-enginering.blogspot.com/2017/08/blog-post_92.html

https://electricdot.wordpress.com/2011/10/26/jenis-jenis-relay-pengaman-pada-

transformer/

https://rakhman.net/electrical-id/relay-proteksi-pada-transformator/

https://kaydier.wordpress.com/2013/02/20/pengaman-transformator/

21

Anda mungkin juga menyukai