PROTEKSI TRANSFORMATOR
Disusun Oleh :
BAB II ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. Pengertian Transformator ............................................................................... 6
D. Tipe Proteksi................................................................................................... 8
1. Relai Buchollz............................................................................................. 9
2. Relai Jansen .............................................................................................. 10
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay) ........................................ 11
4. Relay HV/LV Winding Temperature ....................................................... 12
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay) .................................................... 13
6. Relai Hubung Tanah (GFR) ...................................................................... 13
7. Relai Tangki Tanah ................................................................................... 15
8. Relai Diferensial (Differential Relay)....................................................... 15
ii
9. Fuse Cut Out (FCO).................................................................................. 17
10. Lighting Arrester (LA).............................................................................. 18
BAB III ....................................................................................................................... 20
PENUTUP ................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari rangkaian peralatan yang sangat
memungkinkan untuk mengalami gangguan, baik sebagai akibat dari faktor luar
maupun dari kerusakan peralatan itu sendiri. Untuk itulah diperlukan sistem
proteksi yang pada prinsipnya bertugas sebagai berikut :
1. Mendeteksi gangguan yang terjadi dengan cara mengenali gejala gangguan
yang dapat berupa perubahan besaran tegangan, arus, sudut fasa maupun
frekuensi.
2. Membebaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu dari sistem yang
tidak terganggu.
Sistem proteksi tidak bisa menghilangkan datangnya gangguan, namun
dengan adanya sistem proteksi yang bekerja dengan baik maka beberapa kerugian
dan kemungkinan timbulnya bahaya atau kerusakan dapat dihindarkan. Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari adanya sistem proteksi :
1. Mencegah kerusakan lebih jauh dari peralatan yang terganggu. Peralatan yang
terganggu tentu telah mengalami kelainan atau kerusakan awal. Apabila
peralatan tersebut tidak dibebaskan dari tegangan tentu kerusakan akan
menjadi semakin besar.
2. Mencegah bahaya terhadap manusia dan properti. Gangguan hubung singkat
yang melalui peralatan atau properti (misal rumah, pohon) tentu akan
membahayakan kalau tidak segera dibebaskan dari tegangan, karena semua
benda yang bersentuhan dengan sistem akan mempunyai tegangan sentuh
yang membahayakan bagi manusia.
3. Mencegah meluasnya pemadaman atau gangguan. Bila gangguan yang terjadi
pada suatu tempat tidak segera dipisahkan, maka gejala gangguan akan
dirasakan oleh seluruh atau sebagian besar sistem sehingga bisa menimbulkan
3
gangguan yang meluas atau bahkan bisa mengakibatkan pemadaman total
(black out).
4. Mengurangi stress pada peralatan yang tidak terganggu. Gejala gangguan
yang terjadi pada suatu tempat akan dirasakan oleh peralatan yang tidak
terganggua disekelilingnya. Misalnya gangguan hubung singkat maka akan
mengalirkan arus yang sangat besar yang melewati komponen sistem
(peralatan) disekitarnya dan ini menimbulkan stress pada peralatan tersebut
yang pada akhirnya bisa mengurangi umur (life time) peralatan.
Pemilik sistem tenaga listrik tentu berharap setiap saat proteksi yang
terpasang bisa bekerja normal sesuai yang diharapkan. Namun demikian perlu
dimaklumi bahwa proteksi itu sendiri merupakan rangkaian dari beberapa
peralatan yang masing-masing mempunyai kemungkinan rusak atau gagal
beroperasi. Semakin besar harapan yang diminta akan semakin besar pula sumber
daya yang harus diberikan pada sistem proteksi. Untuk itu diperlukan keputusan
yang logis, yang mempertimbangkan keseimbangan antara tingkat keperluan dan
biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh kompleksitas proteksi pada sistem
tegangan menengah tentu tidak perlu sama dengan proteksi pada sistem tegangan
tinggi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tersebut nampak permasalahan yang
terkait dengan topik ini seperti sebagai berikut :
1. Apa yang diketahui tentang transformator ?
2. Gangguan apa saja yang terdapat pada transformator ?
3. Bagaimana sistem proteksi pada transformator ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penulisan makalah ini
bertujuan sebagai berikut :
4
1. Mengetahui tentang transformator.
2. Mengetahui gangguan pada transformator.
3. Mengetahui sistem proteksi pada transformator.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transformator
6
a) Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang disebabkan
oleh:
Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
Kontak-kontak listrik yang tidak baik
Kerusakan isolasi antara inti baut
b) Gangguan pada sistem pendingin sebagaimana diketahui, banyak
transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai
isolasi yang sekaligus merupakan bahan pendingin. Suatu kenyataan
adalah bahwa terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam
transformator, maka dalam minyak itu akan terbentuk sejumlah gas.
c) Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja paralel.
d) Pada umumnya gangguan ini dapat diketahui atau dideteksi karena
akan selalu timbul arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak
seimbang. Jenis gangguan ini antara lain, hubung singkat antar belitan,
yaitu :
Hubung singkat antara kumparan dengan tanah
Hubung singkat dua fasa, dan
Kerusakan pada isolator transformator
2. Gangguan Luar
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya: hubung
singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung singkat di
sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya tersebut. Gangguan
ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat besar, mencapai
beberapa ratus kali arus nominalnya.
7
Beban lebih (overload)
Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %, transformator
daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini memungkinkan tidak
segera menimbulkan kerusakan pada transformator daya, tetapi apabila
berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan umur isolasi
bertambah pendek.
Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih. Pada beban
lebih, besar arusnya kira-kira 10% di atas nominal dan dapat diputuskan
setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus lebih, besar
arus mencapai beberapa kali arus nominal dan arus secepat mungkin
diputuskan.
D. Tipe Proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main
protection) dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah
8
pertahanan utama dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan
diproteksi secepat mungkin. Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari
perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan pemutus
rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan
pembantu (auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi
pembantu bekerja bila rele utama gagal dan tidak hanya melindungi daerah
berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih lama dari pada relay
utamanya.
9
Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam relai pada saat perjalanan
menuju tangki konservator, sehingga level minyak dalam relai turun dan
akan mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level
minyak transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu
kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila
penurunan minyak tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan
memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan
minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surja tekanan pada minyak
yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz.
Cara kerja adalah gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir
melalui pipa dan tekanan gas ini akan mengerjakan relay dalam 2 tahap,
yaitu :
Mengerjakan alarm pada kontak bagian atas
Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah
2. Relai Jansen
10
diverterswitch apabila terjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan
pengaman yang biasa disebut rele jansen (buchholtnya tap changer). Rele
jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyak tap
changer. Prinsip kerja rele jansen, yaitu :
a) Rele bucholz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan
beserta isinya dari diverter switch.
b) Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi
akibat flash over antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan
dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan
eksternal.
c) Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak
sehingga ada minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak
yang cukup besar, dan semua itu menyebabkan katub akan berayun
dan mengerjakan kontak tripping akhirnya melepas gangguan.
Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima
11
tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga
bilapecah harus diganti baru.
Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam transformator melebihi
tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar
bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali apabila
tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas.
12
Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)
13
Gangguan satu fasa ke tanah sangat tergantung dari jenis
pentanahan dan sistemnya. Gangguan satu fasa ke tanah umumnya bukan
merupakan hubung singkat melalui tahanan gangguan, sehingga arus
gangguannya menjadi semakin kecil dan tidak bisa terdeteksi oleh Over
Current Relay ( OCR ). Dengan demikian diperlukan relai pengaman
gangguan tanah. Prinsip kerja Ground Fault Relay ( GFR ) yaitu pada
kondisi normal dengan beban seimbang arus –arus fasa Ir, Is, dan It ( Ib)
sama besar sehingga kawat netral tidak timbul arus dan relai gangguan
tanah tidak dialiri arus. Namun bila terjadi ketidakseimbangan arus atau
terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah maka akan timbul arus
urutan nol pada kawat netral. Arus urutan nol ini akan
mengakibatkan Ground Fault Relay ( GFR ) bekerja.
Untuk menentukan penyetelan GFR terlebih dahulu diketahui besar
arus hubung singkat yang mungkin terjadi, dan harus diketahui terlebih
dahulu impedansi sumber, reaktansi trafo tenaga, dan impedansi
penyulang, dan seteleh tiga komponen yang telah disebutkan, baru dapat
ditentukan total impedansi jaringan. Total impedansi inilah yang akan
langsung digunakan dalam perhitungan arus hubung singkat
14
7. Relai Tangki Tanah
Relai tangki tanah berfungsi mengamankan trafo terhadap hubung
singkat antara fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang
ditanahkan. Relai 51G yang terpadang, mendeteksi arus gangguan dari
tangki trafo ke tanah, kalau terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke
tangki, arus yang mengalir ke tanah akan dideteksi relai arus lebih melalui
CT. Relai akan mentripkan PMT di kedua sisi TT dan TM. Jadi arus
gangguan kembali ke sistem melalui pembumian trafo.
15
a. Gambar relai deferensial dalam keadaan normal
16
9. Fuse Cut Out (FCO)
Fuse Cut Out (FCO) merupakan ebuah alat pemutus rangkaian
listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara
meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang
khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO
merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus
lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang
lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
17
rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT.
18
pintas tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran
arus dayanya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang
memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi
adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang
telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya,
biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu
bagian-bagian yang lain.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa
syarat relay proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif,
handal, cepat, lebih ekonomis, sederhana.
Adapun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya :
1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih
4. Relai HV/LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih
6. Relai Hubung Tanah (GFR)
7. Relai Tangki Tanah
8. Relai Diferensial
9. Fuse Cut Out (FCO)
10. Lighting Arrester (LA)
Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut
mendeteksi gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan
hubung singkat, terlebih dahulu diawali dengan bunyi alarm atau lampu
indikator menyala sebelum rele tersebut bekerja, kemudian memerintahkan
PMT untuk trip.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/ /333370745/Sistem-Proteksi-Transformator-docx#
http://tekniklistrikumum.blogspot.com/2013/11/sistem-proteksi-pada-
transformator.html
http://makalah-elektrical-enginering.blogspot.com/2017/08/blog-post_92.html
https://electricdot.wordpress.com/2011/10/26/jenis-jenis-relay-pengaman-pada-
transformer/
https://rakhman.net/electrical-id/relay-proteksi-pada-transformator/
https://kaydier.wordpress.com/2013/02/20/pengaman-transformator/
21