Anda di halaman 1dari 49

MODUL

DENTIFIKASI POTENSI BAHAYA LISTRIK


(TEKNISI K3 LISTRIK)
DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................................................... 1


BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 2
1.2. Dasar Pengetahuan Listrik ......................................................................................... 3
1.2.1. Muatan Listrik dan Fenomena Listrik Statis ................................................... 3
1.2.2. Teori Atom........................................................................................................... 4
1.2.3. Fenomena gaya Listrik ...................................................................................... 6
1.2.4. Medan Listrik ...................................................................................................... 9
1.2.5. Hukum Coloumb .............................................................................................. 11
1.2.6. Arus Elektron .................................................................................................... 15
1.2.7. Besaran Arus Listrik ........................................................................................ 17
1.2.8. Sifat-sifat Arus Listrik....................................................................................... 19
1.2.9. Pengertian Potensial Listrik ............................................................................ 24
BAB 2 IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA LISTRIK .......................................................... 26
2.1. Kecelakaan Kerja....................................................................................................... 26
2.1.1. Pengertian Kecelakaan ................................................................................... 26
2.1.2. Penyebab Kecelakaan Kerja .......................................................................... 26
2.1.3. Dampak Akibat Kecelakaan kerja ................................................................. 27
2.1.4. Pencegahan Kecelakaan ................................................................................ 28
2.1.5. Macam dan Jenis Kecelakaan Kerja ............................................................ 28
2.1.6. Penanggulangan pada Kasus Kecelakaan Kerja ....................................... 29
2.2. Bahaya Listrik ............................................................................................................. 31
2.3. Bahaya Listrik Bagi Manusia.................................................................................... 33
2.3.1. Dampak Sengatan Listrik Bagi Manusia ...................................................... 33
2.3.2. Bahaya Sengatan Organ Vital Jantung ........................................................ 33
2.3.3. Tiga Faktor Penentu Tingkat Bahaya Listrik................................................ 38
2.3.4. Pengertian Sengatan Listrik ........................................................................... 40
2.3.5. Proses Terjadinya Sengatan Listrik .............................................................. 41
2.3.6. Tiga Faktor Penentu Keseriusan Sengatan Listrik ..................................... 41
2.3.7. Kondisi-Kondisi Berbahaya ............................................................................ 44
2.4. Sistem Pengaman Terhadap bahaya Listrik ......................................................... 45
2.4.1. Resistansi .......................................................................................................... 45
2.4.2. Pengaman Terhadap Sentuhan Langsung .................................................. 47
2.4.3. Pengaman Terhadap Sentuhan Tidak Langsung ....................................... 48
2.4.4. Alat Proteksi Otomatis..................................................................................... 52
2.4.5. Pengaman Pada Peralatan Portabel ............................................................ 56
2.4.6. Prosedur Keselamatan Umum ....................................................................... 57
2.4.7. Prosedur Keselamatan Khusus ..................................................................... 59
2.5. Bahaya Kebakaran dan Peledakan ........................................................................ 62
2.5.1. Penyebab Kebakaran dan Pengamananya ................................................. 63
2.5.2. Kondisi Abnormal Sistem Kelistrikan ............................................................ 68
2.5.3. Langkah Antisipasi Kebakaran Akibat Listrik............................................... 69
2.5.4. Tindakan Preventif untuk Mencegah Bahaya Listrik .................................. 70
2.5.5. Sistem IP Berdasarkan DIN VDE 0470 ........................................................ 71
BAB 3 PENUTUPAN ............................................................................................................... 73
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 73
3.2. Evaluasi ....................................................................................................................... 77
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Listrik merupakan daya yang dibangkitkan oleh sumber energi dan dapat
mengalir dari satu titik ke titik yang lain melalui media konduktor dalam rangkaian
tertutup yang memiliki berbagai macam manfaat dalam kehidupan karena dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari kita sangat membutuhkan daya listrik. Namun
pada sisi lain, listrik sangat membahayakan keselamatan kita kalau tidak dikelola
dengan baik. Sebagian besar orang pernah mengalami/merasakan sengatan
listrik, dari yang hanya merasa terkejut saja sampai dengan yang merasa sangat
menderita. Oleh karena itu, untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan,
kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya listrik dan jalan yang
terbaik adalah melalui peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan
yang kita gunakan.

Faktor keamanan pada listrik pun sangatlah penting. Mulai dari pemasangan
instalasi listrik yang harus berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku dan
sesuai dengan PUIL dan undang-undang ketenaga listrikan. Untuk menjamin
keamanan dan keandalan instalasi listrik maka kualitas material yang dipasang
harus memenuhi standar PLN, sehingga instalasi listrik bisa terjamin
keselamatanya dan terhindar dari bahaya kecelakaan akibat listrik. Hal yang tidak
disadari oleh kebanyakan orang bahwa pemicu terjadinya kecelakaan akibat listrik
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya dari pelindung kabel yang rentan
sehingga mudah tersulut api dan menjadi terbakar, lalu dari percikan api, yang
terakhir melalui oksigen. Hubungan arus pendek menjadi salah satu faktor utama
yang menyebabkan kecelakaan akibat listrik. Sehingga diperlukan instalasi listrik
yang sempurna dan keamanan yang terjamin.

Oleh karena itu, sangat diperlukan pengetahuan dan penerapan ilmu tentang
kesehatan dan keselamatan kerja pada bidang industri kelistrikan yang bertujuan
untuk menekan serendah mungkin tingkat resiko kecelakaan kerja yang terjadi
pada pekerja sehingga efisiensi hasil kerja lebih optimal.
1.2. Dasar Pengetahuan Listrik

Listrik merupakan cabang ilmu fisika menyangkut fenomena alam. Sehingga


untuk memperdalam energi listrik, maka perlu menyelami fenomena alam yang
dikenal dengan listrik statis. Listrik dapat diketahui hanya melalui dampak atau
efek yang ditimbulkan oleh muatan listrik, arus listrik, medan listrik, dan magnet
listrik.

1.2.1. Muatan Listrik dan Fenomena Listrik Statis


Dalam menjalani perikehidupan manusia modern, seringkali kita melihat dan bahkan
merasakan adanya fenomena listrik statis (elektrostatis).Tahukah kalian, bahwa listrik
telah ditemukan sejak manusia mulai mengamati efek yang timbul dari dua buah benda
yang saling digosokkan. Bahkan, mungkin kita pernah merasakan seperti sengatan pada
kaki kita setelah berjalan di atas karpet yang terbuat dari nilon.

Kita juga sering melihat fenomena alam yang kadang sangat dahsyat, yakni petir atau
halilintar.Peristiwa-peristiwa tersebut di atas merupakan gejala dari listrik statis. Listrik
statis adalah gejala tentang interaksi rnuatan listrik yang tidak bergerak atau tidak
bergerak secara permanen.

Mengamati fenomena alam

Perhatikan dan amati fenomena alam berikut ini:

(a) (b) (c)


Gambar 1.1 Femomena listrik statis

1.2.2. Teori Atom


Dengan mengkaji teori atom ini secara lebih intensif kalian akan
memperdalam pengetahuan konseptual yang telah kalian miliki sebelumnya.
Thales Militus, seorang ilmuwan Yunani, menemukan gejala listrik yang
diperoleh dengan menggosok batu ambar, yang dalam bahasa Yunani disebut
elektron. Setelah digosok ternyata batu ambar tersebut dapat menarik benda-
benda kecil yang berada di dekatnya. Sifat seperti ini dalam ilmu listrik disebut
elektrifikasi. Listrik yang terjadi pada batu ambar yang digosok disebut listrik
statis yaitu listrik yang tidak mengalir.
Seluruh benda atau materi, yang dalam kondisi normal berwujud padat
seperti besi, kayu dan pakaian, atau yang berwujud cairan seperti air dan
minyak, atau yang berwujud gas seperti udara dan uap air merupakan
komposisi dari berbagai substansi yang membentuk obyek secara fisik. Pada
hakekatnya materi terdiri dari substansi dasar yang disebut elemen atau unsur.
Ada 110 unsur yang telah ditemukan oleh para ahli di jagat raya ini. Unsur
yang membentuk suatu materi terdiri dari atom. Atom merupakan partikel
terkecil dari suatu unsur yang dapat berdiri sendiri atau berupa tunggal dan
dapat pula eksis berupa kombinasi atau campuran dari berbagai unsur. Semua
materi terdiri dari atom-atom sejenis atau kombinasi dari beberapa atom-atom,
dan seluruh atom merupakan struktur listrik.
Suatu zat terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom. Atom
berasal dari kata atomos, yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Tetapi,
dalam perkembangannya ternyata atom ini masih dapat diuraikan lagi. Atom
terdiri atas dua bagian, yaitu inti atom dan kulit atom. Inti atom bermuatan
positif, sedangkan kulit atom terdiri atas partikel-partikel bermuatan negatif
yang disebut elektron. Inti atom tersusun dari dua macam partikel, yaitu proton
yang bermuatan positif dan netron yang tidak bermuatan (netral).
Nukleus terletak pada pusat atom, oleh karena itu sering disebut sebagi
inti atom. Nukleus terdiri dari proton dan neutron. Muatan listrik yang dimiliki
oleh proton sama dengan muatan yang dimiliki oleh elektron tetapi berbeda
polaritas. Elektron bermuatan negatif, sedang proton bermuatan positif.
Jumlah proton pada nukleus yang membedakan unsur satu dengan unsur
lainnya.

Suatu atom terdiri dari:


- Inti atom yang disebut nukleus. Nukleus terdiri dari dua partikel yang berkaitan
dengan erat, disebut proton yang bermuatan positif dan neutron tidak
bermuatan.
- Elektron yang bermuatan negatif, yang pergerakannya berbentuk elip
mengitari inti atom. Elektron yang terletak pada lintasan paling luar disebut
elektron bebas.

Suatu atom dikatakan netral apabila di dalam intinya terdapat muatan positif
(proton) yang jumlahnya sama dengan muatan negatif (elektron) pada kulitnya.

Gambar 1.2 Susunan sebuah Atom

Suatu atom dikatakan bermuatan positif apabila jumlah muatan positif (proton)
pada inti lebih banyak daripada muatan negatif (elektron) pada kulit atom yang
mengelilinginya. Suatu atom dikatakan bermuatan negatif apabila jumlah muatan
positif (proton) pada inti lebih sedikit daripada jumlah muatan negatif (elektron)
pada kulit atom.
Atom yang paling sederhana adalah atom hidrogen yang hanya tersusun
dari satu proton dan satu elektron. Karena jumlah proton dan elektronnya
sama, maka atom hidrogen dikatakan sebagai atom netral. Atom helium
terdiri dari dua proton, dua neutron dan dua elektron. Karena jumlah proton
dan jumlah elektronnya sama, maka atom helium juga dikatakan sebagai
atom netral.

Gambar 1.4 Susunan atom, hidrogen, dan helium

1.2.4. Medan Listrik

Kalian sudah lebih memahami sifat muatan listrik. Untuk memperjelas fenomena sifat
muatan listrik, kalian harus mengkaji pengetahuan konseptual terkait dengan istilah
medan listrik. Setiap benda yang bermuatan listrik, pasti akan memancarkan
garis-garis gaya listrik, ke segala arah seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.8.

Gambar 1.8 Garis-garis gaya listrik

Pada benda bermuatan positif, maka garis-garis gaya listrik akan


memancar keluar benda, sedang pada benda bermuatan negatif, garis-garis gaya
listrik menuju ke dalam. Medan listrik adalah daerah di sekitar benda bermuatan
listrik yang masih dipengaruhi oleh gaya listrik. Medan listrik digambarkan dengan
garis-garis gaya listrik.

Sifat-sifat garis-garis gaya listrik

Garis gaya listrik berasal dari muatan positif menuju muatan negatif. Garis gaya
listrik tidak pernah berpotongan. Semakin rapat garis gaya listrik, semakin kuat
medan listriknya. Gambar 5.9 memperlihatkan interaksi garis-garis gaya listrik
yang terjadi pada dua benda yang bermuatan. Dari fenomena ini tentunya kalian
akan dapat memperjelas fenomena sifat muatan listrik.
1.2.5. Hukum Coloumb

Dengan menyelami interaksi elektrostatis dan susunan atom, akan mengantarkan kalian
pada pengetahuan konseptual yang lebih dalam tentang fenomena muatan listrik. Muatan
listrik adalah suatu sifat dasar alam yang dipengaruhi oleh struktur atom. Benjamin
Franklin memberi penandaan pada kedua jenis muatan listrik sebagai muatan positif dan
muatan negatif. Hal ini hanya merupakan sekedar penandaan, positif dan negatif bukan
dalam pengertian lebih kecil atau lebih dari nol. Muatan positif dan negatif adalah sifat
yang saling melengkapi atau komplementer.

Dalam suatu atom atau benda, apabila jumlah muatan positif (berasal dari proton)
sama dengan muatan negatif (berasal dari elektron), maka atom atau benda tersebut
tidak bermuatan (netral). Akan tetapi, mengingat elektron suatu atom atau benda dapat
berpindah, maka dalam suatu atom bisa terjadi jumlah muatan positif (proton) tidak sama
dengan jumlah muatan negatif (elektron). Dengan perkataan lain, muatan dari suatu
benda ditentukan oleh jumlah proton dan elektronnya. Untuk mengetahui apakah suatu
benda bermuatan listrik atau tidak, digunakan alat yang dinamakan elektroskop.

Sebuah balon yang digosok-gosokkan pada sehelai kain akan menempel pada
badan kita. Dua buah balon yang digosok-gosokkan pada kain yang sama akan tolak-
menolak. Hal ini merupakan bukti fundamental bahwa muatan yang sejenis akan
tolak-menolak, sedangkan muatan yang tidak sejenis akan tarik-menarik. Pakaian
yang saling menempel pada saat diambil dari pengering, debu yang menempel
pada layar TV atau komputer, kejutan kecil pada saat memegang gagang pintu
dari logam, merupakan contoh listrik statis.

Gaya listrik yang merupakan tarikan atau tolakan ini pertama kali diselidiki
oleh seorang fisikawan besar Perancis bernama Charles Coulomb (1736 1806),
pada akhir abad 18. Fisikawan tersebut menemukan bahwa gaya antara muatan
bekerja sepanjang garis yang menghubungkan keduanya dengan besar yang
sebanding dengan besar kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat

jarak. Hasil pengamatan ini melahirkan hukum Coulomb yang secara matematis
ditulis sebagai berikut:

Di mana:

F = gaya coulomb (dalam satuan newton),

Ql, Q2 = muatan masing-masing partikel (dalam satuan Coulomb), r =


jarak antara kedua muatan (dalam satuan meter),

k = tetapan elektrostatis untuk ruang hampa(9.109 N.m2/C2)


Setelah mendalami muatan listrik dan hukum Coulomb, tentunya kalian
sudah lebih yakin atas fenomena listrik statis. Seperti yang sudah kalian ketahui,
bahwa setiap atom biasanya memiliki jumlah proton dan elektron yang sama.
Misalnya atom hidrogen memiliki satu proton dan satu elektron.Atom oksigen
memiliki depalan proton dan delapan elektron. Bila kondisi tersebut eksis, maka
muatan listrik atom tersebut menjadi netral, karena jumlah muatan positif sama
dengan jumlah muatan negatif. Tetapi dalam kondisi tertentu, maka muatan
dalam suatu atom dapat menjadi tidak seimbang, hal ini dapat terjadi bila suatu
atom kehilangan berapa elektronnya.

1.2.6. Arus Elektron

Di dunia kita, hampir semua pengetahuan faktual selalu terjadi dalam dua hal yang
berlawanan. Misalkan ada kasar ada lembut, ada panas dan ada dingin. Begitu juga di
dunia listrik, jika ada listrik statis pasti ada listrik dinamis. Karena sifatnya yang statis
maka fenomena listrik statis tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang
membutuhkan aktivitas secara terus-menerus atau kontinyu. Kalau listrik statis tidak
dapat dimanfaatkan energinya maka listrik dinamis pasti dapat dimanfaatkan energi yang
ditimbulkan oleh fenomena listrik dinamis untuk keperluan yang lebih produktif. Tentunya
kalian setuju dengan pernyataan tersebut. Dalam alam dunia nyata, listrik dinamis lazim
disebut sebagai listrik. Jadi jika kita berbicara tentang listrik berarti kita berbicara tentang
listrik dinamis.

Seperti telah kalian ketahui listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat
luas pengguaannya di dunia ini. Bentuk energi ini sangat mudah diubah dalam bentuk
energi lain, seperti energi gerak, panas, suara maupun kimia. Dari berbagai macam
konversi inilah yang membuat peri kehidupan kita di jaman modern ini menjadi sangat
nyaman.

Dalam kehidupan modern seperti yang kalian alami saat ini, sangat sulit memisahkan
listrik dari peri kehidupan. Harus kita akui bahwa kita sangat tergantung pada listrik,
bahkan lebih daripada yang kita sadari. Kita memerlukan listrik untuk memperoleh
informasi, berkomunikasi lewat telepon dan internet, atau sekedar untuk memperoleh
cahaya yang nyaman di malam yang damai. Namun, listrik memiliki peran yang lebih
penting daripada itu.

1.2.7. Besaran Nilai Arus Listrik

Arus listrik adalah gerakan muatan listrik di dalam suatu penghantar pada satu arah
akibat pengaruh gaya dari luar. Karena secara alamiah di dalam suatu bahan atau zat,
pergerakan muatan tidak menentu arahnya. Muatan listrik dapat berupa elektron, ion atau
keduanya.Arus listrik dapat terjadi dengan media Zat padat, Zat cair, dan Gas.

Seperti telah kalian ketahui, bahwa muatan listrik diukur dalam satuan coulomb (C),
di mana 1 Coulomb sama dengan jumlah muatan yang dimiliki oleh 6,24 x 1018 elektron,
dan muatan dari satu elektron adalah e = 1,602 x 10-19 Coulomb. Satu Coulomb adalah
hitungan sejumlah elektron yang melewati sauatu konduktor setiap detik, sedang laju
aliran arus konstan pada satu amper.

Arus listrik dalam penghantar adalah pergerakan terarah sejumlah elektron dari
ujung satu ke ujung lainnya. Jumlah elektron dalam satu Coulomb sama dengan 6,24 x
1018 buah elektron. Aliran satu Coulomb per detik sama dengan satu amper. Ini seperti
laju aliran air dalam galon per menit.

Coulomb mengukur jumlah elektron. Amper mengukur laju aliran arus listrik. Amper tidak
mengukur elektron. Tetapi Amper memiliki hubungan 1/1 dengan Coulomb. Artinya jika ada
10 amper mengalir melewati titik dalam satu detik sama dengan 10 Coulomb.
Dari penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa satuan arus listrik adalah coulomb per
detik. Namun satuan arus listrik yang umum digunakan yaitu ampere, dimana satu coulomb
per detik = satu ampere atau I = Q/t dimana I adalah lambang dari arus listrik.

Satuan dari arus listrik adalah ampere yang diambil dari nama Andre
Marie Ampere (1775-1836).

Gambar 1.14 Arus Listrik dalam Penghantar Listrik

Gerakan elektron pada suatu benda selama periode waktu tertentu akan
menimbulkan suatu energi yang kemudian disebut sebagai arus listrik. Misalkan dalam
suatu penghantar, jika

- n adalah jumlah elektron bebas pada setiap meter kubik penghantar

- v adalah kecepatan aksial perge-rakan elektron dalam meter/detik

- A adalah luas penampang peng-hantar

- e adalah besarnya muatan setiap elektron.

Maka volume penghantar yang dilalui oleh pergerakan elektron pada


waktu dt adalah : v.A.dt dan jumlah elektron yang bergerak dalam volume
tersebut adalah : n.v.A.dt

Jadi besarnya muatan yang menembus penampang penghantar dalam waktu


dt adalah dq = n.v.A.e.dt.
Definisi arus listrik (I) adalah besarnya muatan per satuan waktu, jadi:

Definisi kerapatan arus adalah besarnya arus per satuan luas penampang, jadi:

Misalkan ,

J = 1,55.106 A/m2
n = 1029 untuk tembaga e = 1,62.10-19 C
maka v = 9,7.10-5 m/s

1.2.8. Sifat-sifat Arus Listrik

Arus listrik yang mengalir di dalam suatu bahan listrik dapat melakukan atau
menimbulkan suatu usaha atau energi, yaitu

- menimbulkan energi panas,


- menimbulkan energi magnet,
- menimbulkan energi cahaya, dan
- menimbulkan reaksi kimia.

Energi listrik mudah diubah menjadi energi lain. Listrik yang mengalir dalam
konduktor dapat menimbulkan panas maupun medan magnet. Dapat kita ketahui pada
motor listrik, putaran pada kumparan disebabkan oleh torsi. Adapun torsi atau momen
gaya tersebut ditimbulkan oleh gaya magnetik sebagai akibat interaksi gerakan muatan
dengan medan magnet. Dengan adanya momen gaya tersebut maka dapat
memungkinkan motor listrik berputar yang kemudian dapat diaplikasikan pada kipas
angin, motor listrik dan peralatan mekanis lainnya.

Ada dua jenis arus listrik, yaitu arus searah (direct current) dan arus bolak- balik
(alternating current). Arus searah mengalir dalam satu arah. Arus searah meruakan arus
listrik yang dihasilkan oleh batere kering dan batere akumulator. Arus searah jarang
digunakan di industri sebagai sumber energi utama tetapi lebih banyak digunakan untuk
mencatu sistem kontrol industrial.

Arus bolak-balik selalu berbalik arah pada setiap interval tertentu. Arus bolak- balik
merupakan jenis arus yang banyak digunakan untuk mengoperasikan peralatan listrik baik
untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan komersial dan industri.

Arus yang mengalir di dalam rangkaian listrik diukur dalam satuan amper
(disingkat A). Arus sebesar satu amper adalah jumlah arus yang dibutuhkan untuk
mengalirkan arus listrik melalui resistansi sebesar satu ohm, pada tekanan listrik sebesar
satu volt. Arus listrik dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik yang disebut
amperemeter. Dalam prakteknya untuk mengukur arus listrik dalam skala kecil lazimnya
menggunakan ukuran miliamper, di mana 1 miliamper (mA) = 0.001 amper (A).
Sebaliknya untuk mengukur arus dalam skala besar, digunakan ukuran kiloamper, di
mana 1 kiloamper (kA) = 1000 amper (A).
Arus listrik yang dikonsumsi oleh peralatan listrik dapat digunakan sebagai acuan
untuk menyatakan kelayakan operasi suatu peralatan listrik. Misalnya sebuah peralatan
pemanas listrik yang memiliki resistansi sebesar 20 ohm, akan menarik arus sebesar 11
amper bila tegangan yang digunakan sebesar 220 volt. Contoh lainnya, misalnya sebuah
peralatan tata udara yang sedang beroperasi diukur konsumsi listriknya dengan ampermeter
dan diketahui menarik arus sebesar 4,9 amper. Dari hasil pengukuran ini
BAB 2

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA LISTRIK

2.1. Kecelakaan Kerja

2.1.1. Pengertian Kecelakaan

Dalam kerja bengkel, kita pastinya akan menjumpai alat-alat berat yang
sistem kerjanya juga mengikuti postur atau fungsi alat tersebut. Seringkali alat
yang kita gunakan dalam kerja praktek tersebut tidak berfungsi secara maksimal,
atau adanya human error yang menyebabkan terhambatnya kerja bengkel. Hal
ini sering kali di sebut sebagai kecelakaan kerja.

Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak
diharapkan, karena dalam peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan,
lebih lebih dalam bentuk perencanaan. Dalam Permenaker no. Per 03/Men/1994
mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit
yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah
melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997), adalah suatu kejadian yang


tak terduga dan yang tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu proses
aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka – sangka dalam
sekejap mata , dan setiap kejadian tersebut terdapat empat faktor bergerak
dalam satu kesatuan berantai yakni: lingkungan ,bahaya, peralatan, dan
manusia.

2.1.2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.
Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan
tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi
fisik dan mekanik) dan faktor manusia (lebih dari 80%).

Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,


kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi,
yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan di tempat kerja. Para
pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia
dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan
dinamis. Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel listrik yang diakibatkan oleh
faktor manusia, diakibatkan antara lain dari faktor heriditas (keturunan),
misalnya keras kepala, pengetahuan lingkungan jelek. Di samping itu,
kecelakaan dapat diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri. Misalnya
kurangnya pendidikan, angkuh, cacat fisik atau mental. Karena sifat di atas
,timbul kecendrungan kesalahan dalam kerja yang akhirnya mengakibatkan
kecelakaan.
Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman), bisa diakibatkan oleh
beberapa hal, misalnya secara fisik mekanik meninggalkan alat pengaman,
pencahayaan tidak memadai, mesin sudah tua, dan mesin tak ada
pelindungnya. Ditinjau dari faktor fisik manusia, misalnya dari ketidak
seimbangan fisik /kemampuan fisik tenaga kerja,, misalnya : tidak sesuai berat
badan , kekuatan dan jangkauan, Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah,
kepekaan tubuh, kepekaan panca indra terhadap bunyi, cacat fisik, cacat
sementara.
Di samping itu kecelakaan bisa terjadi diakibatkan oleh ketidak seimbangan
kemampuan psikologis pekerja. Misalnya adanya rasa takut / phobia, karena
gangguan emosional, sakit jiwa, tingkat kecakapan, tidak mampu memahami,
gerakannya lamban, keterampilan kurang. Kecelakaan juga bisa terjadi
diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan tentang tidakan K3, misalnya : kurang
pengalaaman, kurang orientasi, kurang latihan memahami tombol – tombol
(petunjuk lain), kurang latihan memahami data, salah pengertian terhadap suatu
perintah. Kecelakaan yang diakibatkan oleh kurangnya skill atau keterampilan
kerja, misalnya : kurang mengadakan latihan praktik, penampilan kurang,
kurang kreatif, salah pengertian. Kemudia hal lian yang sering terjadi akibat ada
gangguan mental, misalnya emosi berlebihan, beban mental berlebihan,
pendiam dan tertutup, problem dengan suatu yang tidak dipahami, frustasi dan
sakit mental. Akibat stres fisik, antara lain : badan sakit (tidak sehat badan),
beban tugas berlebihan, kurang istirahat, kelelahan sensori, kekurangan
oksigen, gerakan terganggu, gula darah menurun.

2.1.3. Dampak Akibat Kecelakaan Kerja

Dalam kecelakaan kerja, dampak terbesar dialami oleh korban atau


pelaku praktek kerja. Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan
itu sampai mengakibatkan ia sampai cacat tetap atau bahkan meninggal dunia.
Akibat atau dampak lain dari terjadinya kecelakaan adalah dapat merugikan
secara finansial, baik langsung maupun tak langsung. Misalnya saja merugikan
terhadap investasi atau modal kerja, peralatan, bahan baku, dan lingkungan
kerja setempat.
2.1.4. Pencegahan Kecelakaan

Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya


“Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja,serta tata cara
dalam melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan,
keutuhan dan kesempurnaan,baik jasmaniah maupun rohaniah manusia,yang
tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada
khususnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya
adalah usaha manusia dalam melindungi hidupnya dan yang berhubungan
dengan itu,dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap
terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja. Kita harus
melaksanakan keselamatan kerja ,karena dimana saja,kapan saja, dan siapa
saja manusia normal,tidak menginginkan terjadinya kecelakaan terhadap
dirinya yang dapat berakibat fatal. Berdasarkan uraian tersebut di atas, pada
dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada
pekerja atau karyawan dapat dilakukan dengan dua cara:
(Soeprihanto,1996:48) yaitu: Pertama, melalui usaha preventif atau mencegah.
Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-
sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau
tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan.

Adapun langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu :

• Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)


• Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)
• Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.
• Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap,
gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).
• Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
• Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.

Kedua, usaha represif atau kuratif. Artinya, kegiatan untuk mengatasi


kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya
yang terdapat ditempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian
lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental
para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka
mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan alat atau
sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan bengkel.

2.1.5. Macam dan Jenis Kecelakaan Kerja

Hal yang harus diwaspadai adanya kecelakaan di bengkel listrik antara lain
akibat adanya kebakaran . Jika terjadi kebakaran, api berkobar, segera periksa
kejadian yang memberi kesempatan yang terbaik dari jalan keluarnya yang
cepat, mengurangi bahaya hidup,dan menjaga kerusakan seminimum
mungkin. Jika terjadi kebakaran,ingatlah beberapa langkah penyelamatan :

(1) umumkan tanda bahaya kebakaran segera,


(2) beritahukan pasukan pemadam kebakaran,
(3) padamkan api dengan peralatan yang tersedia,
(4) ungsikan peralatan jika perlu,
(5) beritahukan setiap orang untuk mendapatkan penjelasan cara
mengatasinya bisa dengan menggunakan air, api, pemadam kebakaran berisi
CO2.

Kecelakaan lain yang mungkin terjadi di bengkel listrik oleh adanya gangguan
arus listrik. Arus listrik selalu dapat dialirkan kesegala arah melalui benda –
benda yang konduktif, misalnya logam dan zat cair.Aliran tersebut tidak dapat
kita lihat seperti halnya air yang mengalir sehingga hal ini sangat berbahaya
dan bisa mematikan. Setiap peralatan yang menggunakan aliran listrik sangat
perlu dilengkapi dengan perlengkapan yang berguna jika terjadi kebocoran
arus listrik tidak mengalir ke orang melainkan langsung ke bumi.

Tempat yang beraliran listrik harus kering dan tidak menghantarkan listrik,
tangan yang basah dan berkeringat dapat dengan mudah terkena aliran listrik
bila menggunakan jenis peralatan yang bocor.

• Berilah tanda bahaya pada aliran listrik yang berbahaya, misal di beri
pagar atau tanda peringatan
• Gunakan bahan- bahan yang tidak menghantarkan aliran listrik seperti
sarung karet, sepatu karet, landasan atau peralatan
• Keringkan tangan sebelum menggunakan peralatan yang beraliran listrik

2.1.6. Penanggulangan pada Kasus Kecelakaan Kerja

Berikut diberikan beberapa kasus kecelakaan yang sering terjadi, dan diberikan
pertolongan pertama. Misalnya Pertolongan karena terkena benda tajam sehingga
mengakibatkan luka. Luka adalah terputusnya hubungan jaringan oleh sesuatu
sebab. Penyebab luka biasanya adanya persentuhan dengan benda tumpul (lecet,
memar, robek). Persentuhan dengan benda tajam (tertusuk atau Tersayat) , atau
luka bakar yang disebabkan oleh api, uap panas, cairan panas, zat kimia, sinar,
arus listrik. Adapun cara menolong akibat luka, bahwa agar supaya luka dapat
sembuh dengan sempurna maka harus dijaga jangan sampai luka itu menjadi kotor
dan anggota badan yang terluka jangan digerakkan. Pertolongan pada luka bakar,
dilakukan : Jika kulit hanya merah dan belum melepuh maka bagian badan yang
kena itu dituangi air yang dingin. Kulit yang keriput tidak boleh digunting. Kalau ada
luka ,maka ini harus dibalut longgar- longgar saja. Selimuti dia dengan selimut tebal
dan beri minum sebanyak – banyaknya. Kecelakaan lain yang sangat mungkin
terjadi misalnya karena keracunan akibat gas beracun yang bocor di suatu tempat
(bengkel).
Misalnya keracunan asap batu bara (CO- karbonmonoksida) dan keracunan gas
asap batu bara Gas. Hal ini berakibat dapat menghalangi daya arah untuk
menyerap oksigen. Gejala- gejala yang dapat dilihat akibat keracunan gas,
antara lain sakit kepala, kelemahan otot, kejang muka merah dan akhirnya jatuh
pingsan.

Adapun cara memberikan pertolongannya sebagai berikut:

angkut si Penderita dari lingkungan yang beracun itu dan rebahkan ia didekat
jendela yang terbuka supaya mendapat udara yang segar, jika ia pingsan dan
kelihatan tidak bernafas lagi harus dilakukan pernafasan buatan Keracunan obat
bius dan obat tidur. Panggil dokter secepatnya, supaya si sakit memuntahkan
racun bisa dilakukan dengan cara memasukkan jari kedalam kerongkongannya
(tenggorokan) si sakit diberi minum susu sebanyak banyaknya. Jika si sakit telah
pingsan jangan dicoba memakssa ia muntah tunggu saja sampai dokter datang.

2.2. Bahaya Listrik


Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting di tempat kerja. Jika tidak ada
listrik maka kegiatan operasional kerja dapat terganggu terutama jika aktivitas
kerjanya menggunakan listrik sebagai sumber energi utama. Namun listrik juga
dapat menimbulkan risiko seperti tersengat aliran listrik atau korsleting. Listrik
dapat menyebabkan pekerja terluka atau bahkan meninggal, begitu juga dapat
merusakkan properti jika terjadi kebakaran dan ledakan. Dalam pemasangan
instalasi listrik, biasanya rawan terhadap terjadinya kecelakaan. Kecelakaan bisa
timbul akibat adanya sentuh langsung dengan penghantar beraliran arus atau
kesalahan dalam prosedur pemasangan instalasi. Oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan bahaya listrik serta tindakan
keselamatan kerja, karena kadangkala kecelakaan pada listrik tidak dapat
dihindari, untuk sejumlah alasan, apakah itu menyangkut manajemen, peralatan,
atau karyawan pasti paling tidak ada satu orang yang selalu disalahkan dan
dimintai pertanggung jawaban atas kejadian yang terjadi. Untuk menambah
keselamatan kerja di area kerja, diperlukan penyusunan rencana kerja,
membangun komunikasi, mengidentifikasi bahaya dan meningkatkan
pengawasan. Setiap pekerja harus paham terhadap keselamatan kerja listrik
guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder.
Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung,
seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan (Gambar 2.1).
Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara
tidak langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan
dari yang primer.

Contoh bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung
maupun tidak langsung, jatuh dari suatu ketinggian, dan lain-lain (Gambar 4.2).

(a) Luka terbakar karena kontak langsung (b) Luka terbakar akibat percikan api

Tidak terjangkau

Kabel

terkelupas
Tangga tidak

aman

Posisi kaki tidak

memadai

(c) Jatuh
Gambar 2.2 Bahaya sekunder listrik
2.3. Bahaya Listrik Bagi Manusia

2.3.1. Dampak Sengatan Listrik Bagi manusia

Dampak sengatan listrik antara lain adalah:


• Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut
jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu
mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk mengembalikannya perlu
bantuan dari luar.
• Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation) yang dialami
oleh paru- paru.
• Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh,
• Terbakar akibat efek panas dari listrik.

2.3.2. Bahaya Sengatan Organ Vital jantung

Jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung (miokardium ) yang tersusun atas
fibra yang berjalan transversal dan longitudinal dan saling berkaitan yaitu otot
atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus penghantar dan pencetus rangsang
yakni atrioventricularis bundle ( bundle his ). Otot atrium dan ventrikel
berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka. Serat – serat otot
khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali
karena hanya mengandung sedikit serat kontraktif, bahkan serat-serat ini
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi. Serat-serat ini bekerja
sebagai sistem pecentus rangsangan bagi jantung.
Serat otot jantung memiliki beberapa ciri yang juga terlihat pada otot rangka.
Perbedaannya adalah otot-otot jantung terdiri atas sel-sel yang panjang, terdapat
garis-garis melintang di dalamnya, bercabang tunggal, terletak paralel satu sama
lain, dan memiliki satu atau dua inti yang terletak di tengah sel. Juga terlihat myofibril
jantung pada potongan melintang. Satu ciri khas untuk membedakan otot jantung
adalah diskus interkalatus. Diskus ini adalah struktur berupa garis-garis gelap
melintang yang melintasi rantairantai otot, yang terpulas gelap, ditemukan pada
interval tak teratur pada otot jantung, dan merupakan kompleks tautan khusus antar
serat-serat otot yang berdekatan. Fineschi V,dkk (2006) melakukan pemeriksaan
hitopatologi otot jantung terhadap 16 korban sengatan listrik dan melaporkan bahwa
terjadi perubahan serat otot jantung berupa teregang dan atau terputusnya diskus
interkalatus dan terputusnya miofibril (myofibril break up(MFB)) pada kasus tersebut.
MFB adalah sebagai berkas sel miokard yang hiperdistensi diselingi dengan sel miokard
yang hiperkontraksi. Inti sel pada miokardium yang hiperkontarksi memiliki bentuk
“persegi” dibanding pada sel yang terdistensi. Pada kelompok sel yang lain ditemukan
juga adanya pelebaran atau ruptur (segmentasi) diskus interkalatus. Gambaran MFB
menggambarkan terjadinya kerusakan dan ketidaksinkronan listrik jantung dan dapat
diinduksi oleh aliran sengatan listrik.
Jantung dibentuk oleh tiga jenis sel eksitasi, yaitu:

• Sel-sel pacemaker sebagai sumber bioelectric jantung. Pada keadaan


normal sel pacemaker dominan berada di nodus SA (Sino- Atrial node).
• Sel-sel konduksi (jaringan neuromuskular yang membentuk traktus
intermodal atrium, berkas His atau serat Purkinje) sebagai kawat penghantar
arus bioelektrik.
• Sel-sel otot jantung (miokardium) yang berfungsi untuk kontraksi.

Seperti sel-sel eksitasi lainnya, maka pada membran sel-sel otot jantung terdapat
beribu-ribu kanal ion yang merupakan jalan utama bagi ion-ion untuk berdifusi.
Kanal-kanal tersebut bersifat relative spesifik terhadap ion-ion tertentu, misalnya
kanal kalsium terutama dilewati Ca++, kanal kalium terutama akan dilalui K+,
kanal natrium terutama dilalui Na+, dan seterusnya. Kanal-kanal ion tersebut
dikontrol oleh suatu mekanisme ‘pintu gerbang’ sehingga dapat membuka
dan menutup tergantung pada kondisi transmembran. Terbentuknya kanal
tersebut akan mengakibatkan ion mengalir melewati membran menurut
konsentrasi gradiennya (concentration gradients), yaitu dari sisi konsentrasi
tinggi ke sisi konsentrasi rendah. Jantung memiliki sistem untuk membangkitkan
sendiri impuls ritmis yang menimbulkan kontraksi ritmis otot jantung untuk
kemudian mengkonduksikan impuls ini ke seluruh jantung. Sistem konduksi
jantung terdiri atas:

1. Nodus Sinus (Nodus Sinoatrial atau Nodus S-A)


Nodus sinus adalah kepingan otot khusus yang terletak di dalam dinding
lateral superior dari atrium kanan tepat di sebelah bawah sedikit lateral dari
lubang vena kava superior, tidak memiliki filament kontraktil, serat lebih kecil
daripada serta otot atrium dan serat sinus berhubungan langsung dengan
serat atrium sehingga potensial aksi dalam nodus sinus akan segera
menyebar ke dalam atrium.

2. Jalur Internodus
Ujung-ujung serat nodus sinus bersatu dengan serat otot atrium sekitarnya
sehingga potensial aksi akhirnya menyebar ke seluruh otot atrium dan
sampai pada nodus atrioventrikuler. Terdapat tiga mavam jalur internodus
yaitu jalur internodus anterior, media, dan posterior.

3. Nodus Atrioventrikular (Nodus A-V)


Nodus A-V memperlambat aliran impuls dari atrium ke ventrikel jantung
untuk memberikan waktu bagi atrium guna mengosongkan isinya ke dalam
ventrikel.
4. Berkas Atrioventrikular (Berkas A-V)
Karakteristiknya adalah potensial aksi selalu berjalan dari atrium ke ventrike,
tidak boleh sebaliknya, kecuali pada keadaan patologis.

Berkas serat purkinje kiri dan kanan yang berjalan dari nodus A-V melalui berkas
A-V dan menyebar ke seluruh ventrikel. Mempunyai kemampuan penghantaran
impuls yang sangat cepat hingga menyebar ke seluruh permukaan endokardium

A. Trauma akibat Sengatan Listrik


Trauma listrik adalah trauma yang relatif jarang terjadi tetapi berpotensi
merugikan bentuk cedera multisistem dengan morbiditas yang tinggi dan
kematian. Cedera listrik melibatkan mekanisme langsung dan tidak
langsung. Kerusakan mekanisme langsung disebabkan oleh efek actual
yang arus listriknya mengenai berbagai tubuh jaringan (misalnya
miokardium) atau oleh konvesi listrik menjadi energi termal yang
bertanggung jawab untuk berbagai jenis luka bakar. Cedera langsung
cenderung memiliki hasil dari kontraksi otot yang parah disebabkan oleh
cedera listrik, dengan demikian paparan arus listrik bagian tubuh yang
berbeda untuk tegangan yang sama akan menghasilkan arus yang
berbeda yang dikarenakan resistensi bervariasi secara signifikan antara
berbagai jaringan.

Mekanisme kematian dikarenakan arus listrik bisa disebabkan oleh


beberapa mekanisme yaitu fibrilasi ventrikel, paralisis pernapasan, dan
paralisis pusat pernapasan.

• Fibrilasi ventrikel yaitu yang paling berabahaya bila arus listrik berjalan
dari lengan kiri ke lengan satunya, aliran listrik yang demikian tingkat
kematian adalah sekitar 60%.
• Paralisi pernapasan yaitu dapat terjadi bila aliran arus diatas “let go”
tres hold, akan tetap dibawah kebutuhan yang dapat menimbulkan
fibrilasi ventrikel.
• Paralisis pusat pernapasan atau kelumpuhan pada pusat pernapasan
dapat terjadi bila arus listrik melewati otak dan paralisis ini akan
menetap setelah arus listrik tersebut melemah atau menghilang.
Jantung akan tetap berdenyut, sedangkan pernapasan artifisial yang
dilakukan dalam waktu yang cukup lama (sampai beberapa jam) dapat
menolong jiwa korban.
Sengatan listrik selain dipengaruhi oleh arus kuat dan juga tegangan listrik,
dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti :
1. Jenis kelamin
Penelitian tentang nilai ambang persepsi (arus minimum yang dapat dideteksi)
dan let go current (yang dapat menyebabkan tarikan tangan kembali) yang
dilakukan oleh Dalziel pada tahun 1973 menyatakan bahwa:

a. Rata-rata threshold of perception untuk laki-laki 1,1 mA, untuk wanita 0,7
mA. Minimum nilai ambang persepsi : 500µA.
b. Rata-rata let go current untuk laki-laki : 16 mA, untuk wanita 10,5 mA.
c. Minimum nilai let go current laki-laki : 9,5 mA, wanita 6 mA.

2. Frekuensi AC
Frekuensi 50-60 Hz merupakan minimal let go current. Di bawah 10 Hz let go
current akan meningkatkan dan otot-otot akan terjadi relaksasi sebagian dan
diatas beberapa ratus Hz let go current akan meningkat pula dan otot-otot
mengalami strength duration trade off serta refrakter jaringan yang telah
mengalami eksitasi.

3. Berat badan
Penelitian pada binatang oleh Ferris (1963), Kiselev 1963 menyatakan bahwa
nilai ambang fibrilasi akan meningkat dengan meningkatnya berat badan.
Diramalkan berlaku pula pada manusia.

B. Kerusakan Jantung Akibat sengatan Listrik


Cedera listrik dapat mengenai jantung dengan dua cara yaitu dengan
menyebabkan nekrosis langsung dari miokardium dan dengan menyebabkan
detak jantung tak berarturan. Tingkat miokard yang terkena cedera
tergantung pada tegangan dan jenis arus, menjadi lebih luas dengan
tegangan yang lebih tinggi. Cedera mungkin fokal atau difus dan umumnya
terdiri dari luas, diskret, tambal sulam pita kontraksi nekrosis yang melibatkan
miokardium, jaringan nodus, jalur konduksi, dan arteri koroner.
Gangguan irama jantung dapat dipengaruhi dengan paparan arus
relative rendah. Paparan arus listrik tegangan tinggi dengan melalui tangan
ke tangan atau transmisi tangan ke kaki dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel.
Disritmia jantung dilaporkan banyak terjadi pada penderita cedera
listrik,namun patogenesisnya tidak jelas, kemungkinan besar multifaktorial.
Mekanisme yang mungkin termasuk focus arrhithmogenic karena
disebabkan nekrosis miokard, perubahan dalam kosentrasi Na+ - K+ -
Adenosine triphosphatase, dan perubahan permeabilitas membran miosit.
Disritmia terlambat mungkin karena focus arrhythmogenic sekunder patchy
nekrosis miokard dan terutama karena cedera dari SA node.
Cedera listrik dapat menyebabkan efek langsung dan tidak langsung
di dasar vascular, yang dikarenakan kadar air yang tinggi, adalah konduktor
yang sangat baik. Efek dari arus listrik bervariasi antara berbagai ukuran
pembuluh darah. Arteri besar tidak terlalu terpengaruh karena aliran yang
cepat memungkinkan untuk menghilangkan panas yang dihasilkan oleh arus
listrik. Arteri besar rentan terhadap nekrosis medial, dengan pembentukan
aneurisma dan pecah. Pembuluh darah yang lebih kecil akan terpengaruh
karena nekrosis koagulasi dan cenderung terpengaruh terutama sebagai
akibat dari cidera tegangan tinggi.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat merupakan henti jantung dan
fibrilasi ventrikel, komplikasi yang serius dari jantung yang disebabkan oleh
cedera listrik dan selalu fatal kecuali resusitasi segera dapat dilakukan
berbagai upaya, namun ada juga beberapa disritmia lainnya yang memiliki
prognosis yang jauh lebih baik.

2.3.3. Tiga Faktor Penentu Tingkat Bahaya Listrik


Ada tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan
(V), arus (I) dan tahanan (R). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu
dan lainnya yang ditunjukkan dalam hukum Ohm, pada Gambar 2.5.

I R

Gambar 2.5 Segitiga tegangan, arus, dan tahanan

Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik atau
sistem tegangan pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili- ampere
(mA) adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) dalam satuan ohm,
kilo ohm atau mega ohm adalah nilai tahanan atau resistansi.
Bila dalam hal ini titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel (peng-
hantar), sistem pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk bagian
dari tahanan rangkaian tersebut (Gambar 2.6).
Ik

Rk Tahanan
Total

Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 320

Ru1 = Tahanan penghantar


RKi = Tahanan tubuh
Ru2 = Tahanan penghantar
Rk = Tahanan total
Rk = Ru1 + RKi + Ru2

Gambar 2.6 Tubuh manusia bagian dari rangkaian

Tingkat bahaya listrik bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah
arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan
ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang
menjadi bagian dari saluran. Berarti peristiwa bahaya listrik berawal dari sistem
tegangan yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin tinggi sistem
tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya. Jaringan listrik
tegangan rendah di Indonesia mempunyai tegangan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.7 dan sistem tegangan yang digunakan di Indonesia adalah: fasa-tunggal
220 V, dan fasa-tiga 220/380 V dengan frekuensi 50 Hz. Sistem tegangan ini sungguh
sangat berbahaya bagi keselamatan manusia.
2.3.4. Pengertian Sengatan Listrik

Sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan.


Secara sederhana tersetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya
arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena terjadinya
kontak antara bagian tubuh manusia dengan suatu sumber tegangan listrik yang
cukup tinggi sehingga mampu mengakibatkan arus listrik melalui tubuh manusia
tepatnya melalui otot. Selain itu arus ini sifatnya mengalir dari potesial tinggi ke
potensial rendah. Dalam kasus sehari- hari sumber tegangan listrik ini memiliki
potensial tinggi, sementara bumi tempat berpijak memiliki potensial rendah. Jadi,
tegangan ini ingin mengalirkan arusnya ke bumi. Pada saat terjadi kontak antara
manusia dengan sumber tegangan saat manusia ini menginjak bumi, maka tubuh
manusia ini akan menjadi suatu konektor antara sumber tegangan dengan bumi.
Perlu diingat bahwa tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, sehingga tubuh
manusia merupakan konduktor yang baik.
Tersetrum adalah fenomena yang terjadi karena adanya arus yang
resistansi dengan plasma darah dalam tubuh kita. Arus terjadi karena ada
perpindahan elektron dan proton, pergerakan arus yang terhambat akan
menghasilkan energy panas. Sakit yang ditimbulkan akibat sengatan listrik
disebabkan karena elektron akan berpindah semakin cepat jika ada
hambatan. Elektron yg bertumpuk pada plasma darah dan tidak bisa keluar
maka akan terjadi panas dan terbakar, sehingga system syaraf menstimulasi
otak bahwa hal tersebut adalah sengatan listrik.
2.3.5. Proses Terjadinya Sengatan Listrik

Ada dua cara listrik bisa menyengat tubuh kita, yaitu melalui sentuhan langsung dan
tidak langsung. Bahaya sentuhan langsung merupakan akibat dari anggota tubuh
bersentuhan langsung dengan bagian yang bertegangan sedangkan bahaya
sentuhan tidak langsung merupakan akibat dari adanya tegangan liar yang terhubung
ke bodi atau selungkup alat yang terbuat dari logam (bukan bagian yang bertegangan)
sehingga bila tersentuh akan mengakibatkan sengatan listrik. Gambar 2.8
memberikan ilustrasi tentang kedua bahaya ini.

Hubungan

ke tubuh

Aliran listrik ke

tubuh

Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 321

Pentanahan (b) Sentuhan tak langsung


(a) sentuhan langsung
Gambar 2.8 Jenis bahaya listrik

2.3.6. Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat Sengatan Listrik


Ada tiga faktor yang menentukan keseriusan sengatan listrik pada tubuh manusia, yaitu:
 besar arus, lintasan aliran, dan lama sengatan pada tubuh.

Besar arus listrik


Besar arus yang mengalir dalam tubuh akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh.
Tegangan tergantung sistem tegangan yang digunakan (Gambar 1.5), sedangkan tahanan
tubuh manusia bervariasi tergantung pada jenis, kelembaban/moistur kulit dan faktor-faktor
lain seperti ukuran tubuh, berat badan, dan lain sebagainya. Tahanan kontak kulit
bervariasi dari 1.000 kΩ (kulit kering) sampai 100 Ω (kulit basah). Tahanan dalam
(internal) tubuh sendiri antara 100– 500 Ω.

Contoh:
Jika tegangan sistem yang digunakan adalah 220 V, berapakah kemungkinan arus yang
mengalir ke dalam tubuh manusia?
• Kondisi terjelek:
- Tahanan tubuh adalah tahanan kontak kulit ditambah tahanan internal tubuh,
(Rk) = 100 Ω + 100 Ω = 200 Ω
- Arus yang mengalir ke tubuh: I
= V/R = 220 V/200 O = 1,1 A
• Kondisi terbaik:
- Tahanan tubuh Rk= 1.000 kΩ
- I = 220 V/1.000 kΩ = 0,22 mA

Lintasan aliran arus dalam tubuh


Lintasan arus listrik dalam tubuh juga akan sangat menentukan tingkat akibat sengatan
listrik. Lintasan yang sangat berbahaya adalah yang melewati jantung dan pusat saraf
(otak). Untuk menghindari kemungkinan terburuk adalah apabila kita bekerja pada
sistem kelistrikan, khususnya yang bersifat ONLINE sebagai berikut.

• Gunakan topi isolasi untuk menghindari kepala dari sentuhan listrik.


• Gunakan sepatu yang berisolasi baik agar kalau terjadi hubungan listrik dari anggota
tubuh yang lain tidak mengalir ke kaki agar jantung tidak dilalui arus listrik.
• Gunakan sarung tangan isolasi minimal untuk satu tangan untuk menghindari
lintasan aliran ke jantung bila terjadi sentuhan listrik melalui kedua tangan. Bila
tidak, satu tangan untuk bekerja sedangkan tangan yang satunya dimasukkan ke
dalam saku.

Lama waktu sengatan


Lama waktu sengatan listrik ternyata sangat menentukan kefatalan akibat sengatan
listrik. Penemuan faktor ini menjadi petunjuk yang sangat berharga bagi
pengembangan teknologi proteksi dan keselamatan listrik. Semakin lama waktu tubuh
dalam sengatan semakin fatal pengaruh yang diakibatkannya. Oleh karena itu, yang
menjadi ekspektasi dalam pengembangan teknologi adalah bagaimana bisa
membatasi sengatan agar dalam waktu sependek mungkin.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh besar dan lama waktu arus sengatan
terhadap tubuh ditunjukkan pada Gambar 4.9.
Dalam gambar ini diperlihatkan bagaimana pengaruh sengatan listrik terhadap tubuh,
khususnya yang terkait dengan dua faktor, yaitu besar dan lama arus listrik mengalir
dalam tubuh. Arus sengatan pada daerah 1 (sampai 0,5 mA) merupakan daerah aman
dan belum terasakan oleh tubuh (arus mulai terasa 1–8 mA).
Daerah 2, merupakan daerah yang masih aman walaupun sudah memberikan dampak
rasa pada tubuh dari ringan sampai sedang walaupun masih belum menyebabkan
gangguan kesehatan.
Daerah 3 sudah berbahaya bagi manusia karena akan menimbulkan kejang-kejang/
kontraksi otot dan paru-paru sehingga menimbulkan gangguan pernafasan.
Daerah 4 merupakan daerah yang sangat memungkinkan menimbulkan kematian si
penderita.
mm a) b) c)
5000 Todlice
Stromwirkung
2000 wahrscheinlich

1000

500
1 2 3 4

Waktu t
200

100
Karakteristik alat

50 pemutus arahbocor
dengan IDn <30 mA

20

0,1 0,2 0,5 1 2 5 10 20 50 100200 5001000 nA 5000

Arus mengalir ke tubuh

Dalam gambar tersebut juga ditunjukkan karakteristik salah satu pengaman


terhadap bahaya sengatan listrik, di mana ada batasan kurang dari 30 mA dan waktu
kurang dari 25 ms. Ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian proteksi.

Daerah Reaksi Tubuh

1. Tidak terasa

2. Belum menye-
babkan gang-
guan kesehatan

3. Kejang otot,
gangguan per-
nafasan

4. Kegagalan detak
jantung,
kematian

Gambar 2.9 Reaksi tubuh terhadap sengatan listrik


2.4. Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya Listrik

Sistem pengamanan listrik dimaksudkan untuk mencegah orang bersentuhan baik


langsung maupun tidak langsung dengan bagian yang beraliran listrik.

2.4.1. Resistansi (Tahanan)


Resistansi atau biasa disebut dengan tahanan listrik adalah kemampuan suatu
bahan benda untuk menghambat atau mencegah aliran arus listrik. Seperti yang
kita ketahui bahwa arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir
dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu yang dikarenakan oleh
adanya pergerakan elektron-elektron pada konduktor. Maka resistansi listrik
yang biasanya dalam bahasa indonesia disebut dengan hambatan listrik ini juga
diartikan sebagai penghambat aliran elektron dalam konduktor tersebut.

Nilai resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan
satuan ohm atau dilambangkan dengan simbol omega “Ω”. Sedangkan prefix atau
awalan SI (Standar Internasional) yang digunakan untuk menandakan kelipatan
pada satuan resistansi tersebut adalah Kilo Ohm, Mega Ohm, dan Giga Ohm.
1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)
1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)

Pada dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki sifat yang
menghambat arus listrik, besaran hambatan listrik pada suatu penghantar atau
konduktor dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

▪ Jenis bahan – contohnya Tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih


rendah dibandingkan dengan baja.
▪ Suhu – Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu pada penghantar.
▪ Panjang penghantar – Semakin panjang suatu penghantar, semakin
tinggi pula nilai resistansinya.
▪ Luas penampang – Semakin kecil diameter suatu penghantar, semakin
tinggi pula nilai resistansinya

Komponen elektronik yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik ini


adalah Resistor. Resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat berfungsi
untuk menghambat atau mengurangi aliran arus listrik dan sekaligus juga
bertindak untuk menurunkan level tegangan listrik di dalam rangkaian.
Hubungan antara Resistansi (Resistance) atau Hambatan Listrik dengan
Tegangan (Voltage) dan Arus Listrik (Current) dapat dijelaskan dengan Hukum
Ohm yang dikemukan oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg
Simon Ohm (1789-1854) pada tahun 1825.

Berikut ini adalah persamaan Hukum Ohm :


V = I x R Atau R = V / I Atau I = V / R

Dimana :
V = Tegangan Listrik (Voltage), diukur dalam satuan Volt I = Arus Listrik (Current),
diukur dalam satuan Ampere
R = Hambatan Listrik atau Resistansi (Resistance), diukur dalam satuan Ohm

Dari persamaan tersebut, dapat dijelaskan bahwa setiap 1 Ampere arus listrik
yang mengalir melewati sebuah komponen dengan beda potensial atau
tegangan sebesar 1 Volt, maka resistansi atau hambatan listrik pada komponen
tersebut adalah 1 Ohm. Jika suatu rangkaian yang diberikan tegangan 24V dan
membutuhkan arus listrik sebesar 0,5A maka hambatan yang diperlukan adalah
48 Ohm.
R = V/I = 24/0,5
R = 48 Ohm.

Hubungan Hambatan Listrik dengan Tegangan dan Arus Listrik ini juga dapat
dianalogikan dengan sebuah tangki air yang berada pada ketinggian tertentu di
atas tanah. Di dasar tangki tersebut terdapat sebuah pipa air yang digunakan
untuk mengaliri air. Jumlah air pada tangki air dapat diibaratkan sebagai muatan
listrik sedangkan tekanan di ujung selang mewakili tegangan listrik, aliran air
mewakili aliran arus listrik dan ukuran diameter pipa air dapat dianggap sebagai
resistansi.
Semakin banyak air di dalam tangki, semakin tinggi tekanan pada ujung selang
air tersebut. Sebaliknya, seiring dengan berkurangnya air didalam dalam tangki,
tekanan air pada ujung selang air tersebut juga akan berkurang. Jumlah air yang
mengalir juga akan berkurang. Demikian juga semakin kecilnya diameter pipa
air, semakin sedikit air yang dapat mengalir.

2.4.2. Pengamanan Terhadap Sentuhan Langsung

Ada banyak cara/metode pengamanan dari sentuhan langsung seperti yang


akan dijelaskan berikut ini.

• Isolasi pengaman yang memadai.

Pastikan bahwa kualitas isolasi pengaman baik, dan dilakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan dengan baik. Memasang kabel sesuai dengan peraturan dan standar
yang berlaku.

L
N

PE

F1

Isolasi

IK 0

IK Arus ke tubuh

Sumber : Klaus Tkotz, 2006, 328

Gambar 2.11 Pengamanan dengan isolasi pengaman

2.4.3. Pengaman Terhadap Tegangan Sentuh (Tidak Langsung)


Pentanahan merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya tegangan
sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan yang terbuat dari
logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup/rumah tidak terbuat dari logam tidak
memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka baik dalam
pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standar.

Ada dua hal yang dilakukan oleh sistem pentanahan, yaitu (1) menyalurkan arus dari
bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus listrik liar ke tanah melalui saluran
pentanahan, dan (2) menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan
dan tanah sehingga tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini
contoh potensi bahaya tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanan-nya.
Peralatan yang digunakan menggunakan sistem tegangan fasa-satu, dengan
tegangan antara saluran fasa (L) dan netral (N) 220 V. Alat tersebut menggunakan
sekering 200 A. Bila terjadi arus bocor pada selungkup/rumah mesin, maka
tegangan/beda potensial antara selungkup mesin dan tanah sebesar 220 V.
Tegangan sentuh ini sangat berbahaya bagi manusia. Bila selungkup yang
bertegangan ini tersentuh oleh orang maka akan ada arus yang mengalir ke tubuh
orang tersebut sebagaimana telah diilustrasikan padagambar dibawah.

200A
L Arah
bocor

Gambar 2.13 Kondisi tegangan sentuh pada mesin

Pengamanan dari tegangan sentuh dilakukan dengan membuat saluran


pentanahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.14. Saluran pentanahan
ini harus memenuhi standar keselamatan, yakni mempunyai tahanan
pentanahan tidak lebih dari 0,1 Ω. Jika tahanan saluran pentanahan sebesar
0,1 O, dan arus kesalahan 200 A, maka kondisi tegangan sentuh akan berubah
menjadi:
V = IxR
= 200 x 0,1
= 20 V

L 200A
Arah

bocor

0,1 ohm

E Saluran penahan
Gambar 2.14 Saluran pentanahan sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh

Bila tegangan ini tersentuh oleh orang maka akan mengalir arus ke tubuh orang
tersebut maksimum sebesar:

I = V / Rk
- Kondisi terjelek, Rk min= 200 O, maka I = 20/200 = 0,1 A atau 100 mA
- Kondisi terbaik, Rk maks = 1000 k O maka
I = 20 / 1.000.000
= 0,00002 A atau 0,02 mA

Berdasarkan hasil perhitungan ini terlihat demikian berbedanya tingkat bahaya


tegangan sentuh antara yang tanpa pentanahan dan dengan pentanahan.
Dengan saluran pentanahan peralatan jauh lebih aman. Karena itu pulalah,
saluran pentanahan ini juga disebut SALURAN PENGAMAN.

Walaupun begitu, untuk menjamin keefektifan saluran pentanahan, perlu


diperhatikan bahwa sambungan-sambungan harus dilakukan secara sempurna
(Gambar 4.15 (a)).

• Setiap sambungan harus disekrup secara kuat agar hubungan kelistrikannya


bagus guna memberikan proteksi yang baik.

• Kabel dicekam kuat agar tidak mudah tertarik sehingga kabel dan
sambungan tidak mudah bergerak.

Dengan kondisi sambungan yang baik menjamin koneksi pentanahan akan baik
pula dan bisa memberikan jaminan keselamatan bagi orang-orang yang
mengoperasikan peralatan yang sudah ditanahkan (Gambar 2.15 (b) dan (c)).

Kabel penahan
Penyekat

Pemasangan

beban Body
lantai

Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 337

(b)

Dicekam kuat

2.4.4. Alat Proteksi Otomatis

Pada saat ini sudah banyak dijumpai alat-alat proteksi otomatis terhadap
tegangan sentuh. Peralatan ini tidak terbatas pada pengamanan manusia dari
sengatan listrik, namun berkembang lebih luas untuk pengamanan dari
bahaya kebakaran.

A. Jenis-Jenis Alat Proteksi Otomatis


Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah: Residual
Current De-vice (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground
Fault Circuit Interruptor (GFCI). Walaupun berbeda-beda namun secara
prinsip adalah sama. Yakni, alat ini akan bekerja/aktif bila mendeteksi adanya
arus bocor ke tanah. Karena kemampuan itulah, arus bocor ini dianalogikan
dengan arus sengatan listrik
yang mengalir pada tubuh manusia.

B. Prinsip Kerja Alat Pengaman Otomatis

Gambar 1.14 menunjukkan gambaran fisik sebuah RCD untuk sistem fasa
tunggal dan diagram skemanya. Prinsip kerja RCD dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Perhatikan gambar diagram skematik Gambar 2.16 b.


Iin : arus masuk
Iout : arus keluar
IR1 : arus residual yang mengalir ke tubuh
IR2 : arus residual yang mengalir ke tanah
Min : medan magnet yang dibangkitkan oleh arus masuk
Mout : medan magnet yang dibangkitkan oleh arus keluar.
Dalam keadaan terjadi arus bocor:
- arus keluar lebih kecil dari arus masuk, Iout < Iin;
- arus residu mengalir keluar setelah melalui tubuh manusia atau tanah;
- karena Iin>Iout makaMin>Mout
- akibatnya, akan timbul ggl induksi pada koil yang dibelitkan pada toroida;
- ggl induksi mengaktifkan peralatan pemutus rangkaian.

Terminal Test

jaringan
LS

RCO

Terminal beban

Min
Toroida Medan magnet
I
in Arah arus
Listrik
Alat bocor
pemutus
Mout

Iout Tanah

(a) Gambaran fisik RCD


(b) Diagram skematik RCD
Gambar 2.16 Contoh pengaman otomatis

Skema diagram untuk sistem fasa tiga ditunjukkan pada Gambar 2.17.
Prinsip kerja pengaman otomatis untuk sistem fasa tiga ditunjukkan pada
Gambar

2.4.7. Prosedur Keselamatan khusus

Prosedur Lockout/Tagout
Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang diperlukan
ketika bekerja untuk melakukan pemeliharaan/perbaikan pada sistem
peralatan listrik secara aman.

Tujuan:
- mencegah adanya release baik secara elektrik maupun mekanik yang
tidak disengaja yang membahayakan orang yang sedang melakukan
pekerjaan pemeliharaan dan atau perbaikan,
- memisahkan/memutuskan dari aliran listrik.
Langkah-langkah prosedur ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Buat rencana lockout/tagout
- Beri tahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan aliran
listrik

- Putuskan aliran pada titik yang tepat

Gambar 2.24 Titik pemutusan aliran listrik

- Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan padlocksnya pada titik lockout


- Letakkan tulisan “perhatian” pada titik lockout
- Lepaskan energi sisa/tersimpan (baterai kapasitor, per)
- Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik

Gambar 2.25 Penandaan alat yang diperbaiki

- Semua anggota tim/pekerja mengambil padlocknya kembali setelah pekerjaan


selesai

Gambar 2.26 Tanda pekerjaan selesai


2.5. Bahaya Kebakaran dan Peledakan

Banyak peristiwa kebakaran dan peledakan sebagai akibat dari kesalahan


listrik. Peristiwa ini memberikan akibat yang jauh lebih fatal dari pada peristiwa
sengatan listrik karena akibat yang ditimbulkannya biasanya jauh lebih hebat.

Akibat ini tidak terbatas pada jiwa namun juga pada harta benda. Lebih-lebih
lagi bila melibatkan zat-zat berbahaya, maka tingkat bahayanya juga akan
merusak lingkungan. Oleh karena itu, peristiwa semacam ini harus dicegah.

Kebakaran dapat terjadi jika ada tiga unsur yaitu bahan yang mudah
terbakar, oksigen dan percikan api. Sementara menurut data yang
dikumpulkan oleh Dinas Kebakaran DKI sejak dari tahun 1992 s/d 1997 telah
tejadi kebakaran sebanyak 4.244 kasus di mana yang 2135 kasus disebabkan
karena konsleting listrik. Berarti 50% lebih dari total kasus kebakaran
disebabkan oleh listrik. Hal ini karena perlengkapan listrik yang digunakan
tidak sesuai dengan prosedur yang benar dan standar yang ditetapkan oleh
LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan) PLN, rendahnya kualitas peralatan listrik
dan kabel yang digunakan, serta intalasi yang asal-asalan dan tidak sesuai
peraturan.

Sekarang ini masih banyak pabrik perlengkapan listrik yang kualitas


produknya rendah kemudian mensuplainya ke pasar. Hal ini tentunya akan
dikonsumsi oleh instalatir dan pemakai listrik yang mengutamakan
keuntungan tanpa memikirkan akibat fatal yang akan ditimbulkannya. Karena
tingkat keamanan perlengkapan listrik ditentukan oleh kualitasnya. Jadi bagi
para produsen, instalatir dan konsumen harus menyadari benar akan fungsi
perlengkapan listrik yang akan digunakannya.

Dalam kaitan ini tentunya para produsen dan distributor harus


melakukan kerja sama dengan para kontraktor/instalator sebagai aplikator di
lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan tingkat kesalahan
pemasangan. Berarti bagi para kontraktor dan instalatir perlu mengadakan
training khusus sehingga mereka diakui kemampuannya dalam sertifikat yang
diakui oleh pihak PLN dan AKLI (Asosiasi Konntraktor Listrik Indonesia).
Dengan demikian apa yang dikerjakan betul sesuai dengan peraturan
sehingga dapat memberi jaminan keamanan. Kemudian yang tidak kalah
pentingnya adalah masalah SDM, untuk itu AKLI bersama PLN senantiasa
mengupayakan mendidik anggotanya supaya memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan menjamin
pekerjaan para anggotanya dilaporkan. Di mana AKLI bersama PLN selalu
membina biro instalatir dengan berbagai macam kegiatan. Seperti training
dan penyebaran informasi ketentuan dan standardisasi yang mutakhir.
2.5.1. Penyebab Kebakaran dan Pengamanan
- Ukuran kabel yang tidak memadai
Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah
besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel/ penghantar tersebut
sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Dasar
pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar
tersebut jangan melampaui batas.
Bila kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang
berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak isolasi dan atau membakar
benda- benda sekitarnya.
Agar terhindar dari peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel
harus disesuaikan dengan peraturan instalasi listrik.

Gambar 2.28 Ukuran kabel

- Penggunaan adaptor atau stop kontak yang salah.


Yang dimaksudkan di sini adalah penyambungan beban yang berlebihan
sehingga melampaui kapasitas stop-kontak atau kabel yang mencatu
dayanya.

Gambar 2.29 Pemakaian stop-kontak yang salah


- Instalasi kontak yang jelek.

Soket daya yang tidak


kencang (kontak yang
jelek)

Gambar 2.30 Koneksi yang kendor

- Lokasi kerja yang berbahaya

Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan
mengeluarkan soket ke stop kontak pada lingkungan kerja yang
berbahaya di mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah
terbakar.

- Hubungan Singkat
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan
kawat positif dan kawat negatif yang beraliran listrik. Hal ini karena
isolasi kabel rusak yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu
kabel jelek dan penampang kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan
beban listrik yang mengalirinya. Kemudian di sekitar terjadinya
percikan api isolasi kabel sudah mencapai titik bakar. Suhu isolasi
kabel dapat mencapai titik bakar karena arus listrik yang lewat kabel
jauh lebih besar dari kemampuan kabelnya.
Misalnya kabel untuk ukuran 12 ampere dialiri arus listrik 16 ampere,
karena kabel tersebut dipakai untuk menyambung banyak peralatan
listrik akibatnya isolasi kabel menjadi panas. Jika pada suhu isolasi
yang sedang tinggi itu terjadi percikan api maka kemungkinan besar
bahan isolasi akan terbakar. Percikan api terjadinya hanya satu kali
karena sikring langsung bekerja memutuskan aliran, namun itu cukup
untuk menyebabkan kebakaran dan kebakaran yang diakibatkan oleh
percikan api akan tetap berlangsung karena karet isolasi yang sudah
mencapai suhu bakar akan terbakat terus secara merembet. Untuk
bahan isolasi tertentu lelehan kabel terbakar yang jatuh tidak akan
segera padam, tetapi masih menyala dengan waktu yang cukup untuk
membakar, inilah salah satu kemungkinan penyebab kebakaran. Atau
jika hubung singkat itu terjadi terlalu lama berati panasnya akan tinggi,
kemudian dengan adanya udara yang mengandung oksigen dan
ditambah lagi
dengan adanya benda kering yang mudah terbakar maka
menyebabkan timbulnya api.
Api yang tidak bisa dikendalikan disebut kebakaran. Hubung singkat
yang terjadi ternyata bisa juga menyebabkan listrik yang mengalir
semakin besar. Kemudian karena ada sekering yang ditempatkan pada
papan hubung bagi (PHB), di mana sekering itu berfungsi sebagai
pemutus/pembatas arus maka kelebihan arus akan menyebabkan
listrik padam sehingga keadaan menjadi aman. Dengan demikian
hubung singkat bisa diamankan oleh sekering. Tapi jika sekering itu
dililitkan kawat untuk mencegah agar tidak cepat putus berarti besarnya
arus yang bisa memutus sekering menjadi besar akibatnya hubung
singkat akan berlangsung lama hingga menimbulkan percikan api yang
akan membakar isolasi akhirnya menimbulkan kebakaran. Sementara
pembatas/pemutus arus itu terjadi pada saat daya listrik melebihi daya
tersambung pada alat pengukur dan pembatas (APP). APP itu sendiri
merupakan batas tanggung jawab antara PLN dan pelanggan. Di mana
sebelum masuk ke konsumen listrik itu melalui jaringan tegangan
rendah (JTR), saluran masuk pelanggan (SMP) dan APP. Hal inilah
yang merupakan tanggung jawab PLN, sedangkan setelah APP
merupakan tanggung jawab pelanggan. Dengan demikian kalau terjadi
kebakaran akan diketahuilah siapa yang bertanggung jawab.

Selain dari itu ada juga kebakaran karena listrik yang disebabkan
karena telah terjadi kontak yang tidak sempurna yaitu kadang-kadang
tersambung kadang-kadang tidak sehingga menimbulkan percikan api.
Contohnya dapat dilihat pada saklar lampu pada malam hari sehingga
ruangan menjadi gelap dan menimbulkan percikan api karena
kontaknya sudah rusak akibatnya kotak kontak hangus terbakar. Jika
kontak yang tidak sempurna dilewati oleh arus, maka lambat laun
panas akan naik. Kemudian panas yang terjadi akan merambat
memanaskan material sekitar termasuk bahan isolasi. Jika bahan
menjadi mudah terbakar karena suhunya tinggi maka percikan api akan
sangat mudah menyebabkan kebakaran.
Kemungkinan lain penyebab kebakaran adalah keran putus tidak
sempurna, sehingga aliran listrik kadang-kadang tersambung kadang-
kadang tidak. Tapi hal ini sukar dideteksi karena secara pisik isolasi
kabelnya masih terlihat utuh. Tapi sebenarnya di dalam isolasi ada
kawat yang sudah putus tidak sempurna.

- Human Error
Jika melihat lokasi kebakaran yang sebagian besar terjadi pada
perumahan dan tempat berusaha. Berarti kebakaran itu bisa
disebabkan oleh karena faktor human error. Hal ini karena awamnya
masyarakat terhadap listrik
sehingga sering kali bertindak sembrono atau teledor dalam
menggunakan listrik atau tidak mengikuti prosedur dan metode
penggunaan listrik secara benar menurut aturan PLN, sehingga
terjadilah kebakaran itu yang tidak sedikit kerugiannya. Sedangkan
salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk menekan terjadinya
kebakaran adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
pengguna listrik untuk keperluan sehari-hari. Seperti dalam membagi-
bagi arus dengan menggunakan stop kontak bukannya dilakukan
dengan semaunya tapi harus dilakukan sesuai peraturan supaya tidak
menimbulkan kebakaran. Artinya jika jumlah steker yang dipasang
pada suatu stop kontak melebihi batas maka akan menyebabkan kabel
pada stop kontak itu menjadi panas. Jika panas itu terjadi dalam waktu
yang relatif lama maka hal ini akan menyebabkan melelehnya terminal
utama dan akhirnya secara pelan-pelan terjadilah hubung singkat.
Kemudian dari panas itu munculah api yang akan merambat di
sepanjang kabel dan jika isolator tidak mampu menahan panas maka
akan terjadilah kebakaran. Untuk itu gunakanlah stop kontak
sebagaimana mestinya. Dalam hal ini ada dua stop kontak; pertama
stop kontak 200 Watt hanya digunakan untuk peralatan di bawah 500 -
1000 VA; ke dua jenis stop kontak tenaga yang digunakan untuk
peralatan diatas 1000 VA.

- Untuk daerah-daerah seperti ini harus digunakan peralatan anti percikan


api.

Asmopheric Hazards
Gambar 2.31 Lingkungan sangat berbahaya
2.5.2. Kondisi Abnormal Sistem Kelistrikan

Gambar 1.30 mengilustrasikan arus kesalahan (abnormal) yang sangat ekstrim


yang bisa jadi menimbulkan kebakaran dan atau peledakan, yaitu:

• terjadinya hubung singkat antarsaluran aktif L1, L2, dan L3,

• hubung singkat ke tanah (hubung tanah) antara saluran aktif L1, L2, L3
dengan tanah

• bila ada kawat netral bisa terjadi hubung singkat antara saluran aktif L1, L2,
L3 dengan saluran netral,

Untuk mencegah potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi abnormal


semacam ini adalah pemasangan alat proteksi yang tepat, seperti sekering, CB,
MCB, ELCB, dan lain-lain.

3~50HZ 400V
L1

L2

L3

Hubungan singkat

Hubungan ke badan

Hubungan

singkat

Hubungan

tanah

Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 325


Gambar 2.32 Jenis arus kesalahan
2.5.3. Langkah Antisipasi Kebakaran Akibat Listrik

Hubungan arus pendek atau korsleting listrik terjadi karena konduktor positif dan
negatif berhubungan langsung. Hal ini disebabkan penyambungan kabel-kabel
tanpa memperhatikan kutub-kutub listrik, atau adanya konduktor tidak tertutup
bahan isolator sehingga bersentuhan secara tidak sengaja.
Korsleting melahirkan panas luar biasa dalam waktu singkat. Lazimnya, energi
panas yang dihasilkan berefek dengan ledakan kuat serta bersuhu sangat tinggi.
Benda-benda di sekitarnya bisa terbakar jika terkena efek korsleting ini.

Berikut adalah langkah pencegahan kebakaran akibat listrik, diantaranya adalah:


1. Gunakan penyedia jasa instalasi listrik yang memiliki kompetensi dan
dibuktikan Sertifikat Layak Operasi (SLO) atau paling tidak terdaftar
sebagai anggota Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI)
2. Pakai peralatan listrik seperti kabel, saklar, stop kontak, dan steker dan
lainnya yang memiliki label Standar Nasional Indonesia (SNI), Lembaga
Masalah Kelistrikan (LMK), atau Standar PLN (SPLN)
3. Gunakan kabel dengan jenis dan ukuran sesuai peruntukan dan
kapasitas hantar arusnya
4. Jika sekring putus, jangan menyambungnya dengan kawat, karena setiap
sekring sudah mempunyai standar seberapa jauh bisa menerima beban
5. Lakukan perawatan berkala terhadap instalasi listrik, seperti memeriksa
kondisi kabel, panel listrik, sambungan kabel, dan lainnya
6. Memperbarui instalasi listrik di rumah minimal lima tahun sekali
7. Lakukan pemeriksaan kualitas daya listrik (power quality) secara rutin
yang melibatkan orang berpengalaman, karena daya listrik yang tidak
stabil juga dapat menyebabkan korsleting
8. Hindari pemakaian listrik secara ilegal karena dapat membahayakan
keselamatan jiwa.
9. Hindari penumpukan colokan listrik di satu tempat karena bisa
mengakumulasikan panas dan mengakibatkan korsleting listrik.
10. Bila terjadi kebakaran akibat korsleting listrik akibat pengaman Mini Circuit
breaker (MCB) tidak berfungsi dengan baik, matikan segera listrik dari kWh
meter. Jangan menyiram sumber kebakaran dengan air bila masih ada
arus listrik.
11. perlu diketahui bahwa hubungan arus pendek atau korsleting adalah
kontak langsung antara kabel positif dan negatif yang biasanya dibarengi
dengan percikan bunga api, dan bunga api inilah yang memicu kebakaran.
PLN telah memasang MCB yang terpadu dengan kWh dan OA Kast yang
berfungsi sebagai pembatas bila pemakaian beban melebihi kapasitas
daya sekaligus sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek.
Selanjutnya jika sudah terjadi kebakaran dan terdapat titik api, maka
langkah yang diambil diantaranya adalah :

1. Jika masih memungkinkan, segera matikan aliran listrik


2. Jika ada, bunyikan tanda bahaya atau alarm
3. Jika terjadi kebakaran akibat korsleting yang dipicu MCB (Mini Circuit
Breaker) tidak berfungsi, segera matikan listrik dari kWh meter
4. Jangan menyiram sumber kebakaran dengan air apabila masih
terdapat arus listrik
5. Segera hubungi Pemadam Kebakaran di nomor 112 dan PLN di nomor
123
6. Jika ada, padamkan kebakaran dengan dry chemical atau CO2
7. Jangan padamkan kebakaran menggunakan air atau busa sebab malah
berpotensi mengalirkan listrik di air itu
8. Jika kebakaran tidak bisa dikendalikan, segera melakukan evakuasi
dan utamakan kesehatan jiwa.

2.5.4. Tindakan Preventif untuk Mencegah bahaya Listrik


Tidak bisa dipungkiri bila kegiatan industri di berbagai sektor seperti
halnya rumah sakit, pusat perbelanjaan, sekolah, perkantoran, bahkan
rumah tangga sangat tergantung pada listrik. walaupun dalam kondisi
tertentu seperti listrik mati fungsinya bisa dialihkan padagenset, namun
keberadaan listrik tetap penting artinya. Keberadaan alat-alat elektronik
seperti AC, kulkas, kompor listrik, oven, kipas angin, penanak nasi listrik,
dan lain sebagainya yang memudahkan pekerjaan rumah tangga sangat
bergantung pada listrik. Walaupun mempermudah, harus diingat bahwa
tetap berisiko jika perawatannya diabaikan. Apalagi jika di rumah Anda ada
anak usia balita. Oleh karena itu, agar listrik tetap aman dan nyaman
digunakan, ada beberapa tip dari PT PLN yang bisa diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain:

1. Jangan menumpuk stop kontak pada satu sumber listrik.


2. Gunakan pemutus arus listrik ( sekering ) yang sesuai dengan daya
tersambung, jangan dilebihkan atau dikurangi.
3. Kabel-kabel listrik yang terpasang di rumah jangan dibiarkan ada
yang terkelupas atau dibiarkan terbuka.
4. Jauhkan sumber-sumber listrik seperti stop kontak, saklar, stop
kontak, steker (kontak tusuk) yang telah terjamin kualitasnya dan
berlabel SNI (Standar Nasional Indonesia)/LMK (Lembaga Masalah
Kelistrikan) / SPLN (Standar PLN).
2.5.5. Sistem IP Berdasarkan DIN VDE 0470

Tabel 4.1 Simbol-simbol yang digunakan untuk berbagai jenis proteksi menurut EN
60529.
4.
Digital kesatu: Digital kedua: Digital ketiga:
Proteksi terhadap benda Proteksi terhadap zat cair Proteksi terhadap benturan
padat mekanis
IP Test IP Test IP Test
0 Tanpa 0 Tanpa 0 Tanpa
proteksi proteksi proteksi

1 Proteksi ter- Proteksi ter- 1 Proteksi ter-


hadap benda hadap air yang hadap bentur-
150g
padat lebih jatuh ke bawah/ 15 cm an dengan energi
besar 50 mm vertikal (kondu- 0,225 joule
(contoh, kontak rasi)
dengan tangan)

2 Proteksi terha- 2 Proteksi terha- 2 250g Proteksi terha-


dap benda padat dap air sampai 15 cm dap benturan
lebih besar 12 dengan 15° dari dengan energi
mm (contoh jari vertikal 0,375 joule
tangan)

3 Proteksi terha- 3 Proteksi terha- 3 250g Proteksi terha-


dap benda padat dap jatuhnya 20 cm dap benturan
lebih besar 2,5 hujan sampai dengan energi
mm (contoh peng- 60o dari vertikal 0,5 joule
hantar kabel)

4 Proteksi terha- 4 Proteksi terha- 5 500g Proteksi terha-


dap benda padat dap semprotan 40 cm dap benturan
lebih besar 1 air dari segala dengan energi
mm (contoh alat arah 2 joule
kabel kecil)
Digital kesatu: Digital kedua: Digital ketiga:
Proteksi terhadap Proteksi terhadap zat cair Proteksi terhadap
benda padat benturan mekanis
IP Test IP Test IP Test
5 Proteksi terha- 5 Proteksi terha- 7 1,5 kg Proteksi terha-
dap debu (tidak dap semprot- 40 cm dap benturan
ada lapisan/ an air yang kuat dengan energi
endapan yang dari segala arah 6 joule
membahayakan
)
5 kg
6 Proteksi terha- 6 Proteksi ter- 9 40 cm Proteksi terha-
dap debu se- hadap sem- dap benturan
cara keselu- protan air dengan energi
ruhan berte- kanan 20 joule
berat
7 Proteksi terha-
dap pengaruh
dari pencelup-
an

8 Proteksi terha-
dap pengaruh
dari pence-
lupan di bawah
tekanan
BAB 3
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan
• Atom merupakan partikel terkecil dari suatu unsur yang dapat berdiri sendiri
atau berupa tunggal dan dapat pula eksis berupa kombinasi atau campuran
dari berbagai unsur. Semua materi terdiri dari atom-atom sejenis atau
kombinasi dari beberapa atom- atom, dan seluruh atom merupakan struktur
listrik.
• Nukleus terletak pada pusat atom, oleh karena itu sering disebut sebagi inti
atom. Nukleus terdiri dari proton dan neutron. Muatan listrik yang dimiliki oleh
proton sama dengan muatan yang dimiliki oleh elektron tetapi berbeda
polaritas.
• Suatu atom dikatakan bermuatan positif apabila jumlah muatan positif (proton)
pada inti lebih banyak daripada muatan negatif (elektron) pada kulit atom yang
mengelilinginya.
• Suatu atom dikatakan bermuatan negatif apabila jumlah muatan positif (proton)
pada inti lebih sedikit daripada jumlah muatan negatif (elektron) pada kulit
atom.
• Atom yang paling sederhana adalah atom hidrogen yang hanya tersusun dari
satu proton dan satu elektron. Karena jumlah proton dan elektronnya sama,
maka atom hidrogen dikatakan sebagai atom netral.
• Muatan listrik merupakan sifat alami yang dimiliki oleh beberapa partikel sub
atom, yang akan menetukan interaksi elektromagnetiknya. Muatan listrik suatu
benda dapat dipengaruhi dan menghasilkan medan elektromagnet.
• Dalam suatu atom atau benda, apabila jumlah muatan positif (berasal dari
proton) sama dengan muatan negatif (berasal dari elektron), maka atom atau
benda tersebut tidak bermuatan (netral).
• Arus listrik adalah gerakan muatan listrik di dalam suatu penghantar pada satu
arah akibat pengaruh gaya dari luar. Karena secara alamiah di dalam suatu
bahan atau zat, pergerakan muatan tidak menentu arahnya. Muatan listrik
dapat berupa elektron, ion atau keduanya.Arus listrik dapat terjadi dengan
media Zat padat, Zat cair, dan Gas.
• Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak diharapkan,
karena dalam peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih lebih
dalam bentuk perencanaan.
• Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik secara
langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan
• bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak
langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih
ringan dari yang primer.
• Nodus sinus adalah kepingan otot khusus yang terletak di dalam dinding
lateral superior dari atrium kanan tepat di sebelah bawah sedikit lateral dari
lubang vena kava superior, tidak memiliki filament kontraktil, serat lebih kecil
daripada serta otot atrium dan serat sinus berhubungan langsung dengan
serat atrium sehingga potensial aksi dalam nodus sinus akan segera
menyebar ke dalam atrium.
• Trauma listrik adalah trauma yang relatif jarang terjadi tetapi berpotensi
merugikan bentuk cedera multisistem dengan morbiditas yang tinggi dan
kematian.
• Frekuensi 50-60 Hz merupakan minimal let go current. Di bawah 10 Hz let go
current akan meningkatkan dan otot-otot akan terjadi relaksasi sebagian dan
diatas beberapa ratus Hz let go current akan meningkat pula dan otot-otot
mengalami strength duration trade off serta refrakter jaringan yang telah
mengalami eksitasi.
• Cedera listrik dapat mengenai jantung dengan dua cara yaitu dengan
menyebabkan nekrosis langsung dari miokardium dan dengan menyebabkan
detak jantung tak berarturan.
• Gangguan irama jantung dapat dipengaruhi dengan paparan arus relative
rendah. Paparan arus listrik tegangan tinggi dengan melalui tangan ke tangan
atau transmisi tangan ke kaki dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel.
• Ada tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu
tegangan (V), arus (I) dan tahanan (R).
• Sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan.
Secara sederhana tersetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya
arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena terjadinya
kontak antara bagian tubuh manusia dengan suatu sumber tegangan listrik
yang cukup tinggi sehingga mampu mengakibatkan arus listrik melalui tubuh
manusia tepatnya melalui otot.
• Ada tiga faktor yang menentukan keseriusan sengatan listrik pada tubuh
manusia, yaitu: besar arus, lintasan aliran, dan lama sengatan pada tubuh.
• Resistansi atau biasa disebut dengan tahanan listrik adalah kemampuan suatu
bahan benda untuk menghambat atau mencegah aliran arus listrik. Seperti
yang kita ketahui bahwa arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu yang
dikarenakan oleh adanya pergerakan elektron-elektron pada konduktor. Maka
resistansi listrik yang biasanya dalam bahasa indonesia disebut dengan
hambatan listrik ini juga diartikan sebagai penghambat aliran elektron dalam
konduktor tersebut.
• Hubungan antara Resistansi (Resistance) atau Hambatan Listrik dengan
Tegangan (Voltage) dan Arus Listrik (Current) dapat dijelaskan dengan Hukum
Ohm yang dikemukan oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg
Simon Ohm (1789-1854) pada tahun 1825.
• tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian
peralatan yang terbuat dari logam.
• Jenis-jenis alat proteksi Otomatis yang dipakai, antara lain adalah: Residual
Current De- vice (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground
Fault Circuit Interruptor (GFCI).
• Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah
besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel/ penghantar tersebut
sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Dasar
pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar
tersebut jangan melampaui batas.
• Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat
positif dan kawat negatif yang beraliran listrik. Hal ini karena isolasi kabel rusak
yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan penampang
kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik yang mengalirinya.

• Hubungan arus pendek atau korsleting listrik terjadi karena konduktor positif
dan negatif berhubungan langsung. Hal ini disebabkan penyambungan kabel-
kabel tanpa memperhatikan kutub-kutub listrik, atau adanya konduktor tidak
tertutup bahan isolator sehingga bersentuhan secara tidak sengaja.

Anda mungkin juga menyukai