Anda di halaman 1dari 50

PENERAPAN K3 PADA PEKERJA PEMASANGAN

PENERANGAN JALAN UMUM

DISUSUN OLEH:
17501241001 QISTHI INTAN NIZAMI
17501241010 YULI ANTY RIZKI SAPUTRI
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNY 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama, penulis ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tentang
“Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pekerja Pemasangan
Penerangan Jalan Umum (PJU)”. Tugas ini kiranya tidak akan selesai tanpa bantuan
dari beberapa pihak yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikannya.

Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Drs. Ketut Ima Ismara M.Pd., M. Kes
selaku dosen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan orang tua serta keluarga penulis
yang senantiasa membimbing penulis untuk penyusunan buku ini. Tanpa adanya
bimbingan dari beliau, penulis kiranya tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam buku ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, tugas ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis sadari tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis harap adanya saran dan kritik yang membangun untuk menjadi bahan perbaikan
di karya selanjutnya.

Besar harapan penulis, semoga tugas ini dapat menjadi acuan untuk mengetahui diri
penulis sendiri dalam berbagai aspek yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik ................................................................................ 4
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik ......................................................... 4
2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik ............................................................... 4
3. Dasar Hukum ............................................................................................................................ 7
4. Bahaya Listrik ........................................................................................................................... 8
B. Hazard, Resiko, dan Solusi pada Pekerja Penerangan Jalan Umum (PJU) ......................... 10
1. Penggalian pada Penerangan Jalan Umum (PJU) ..................................................................... 11
2. Pemasangan Kabel .................................................................................................................... 11
3. Pengecoran Pondasi .................................................................................................................. 12
4. Pemasangan Lampu .................................................................................................................. 13
5. Pendirian Tiang ......................................................................................................................... 14
C. Safety Analysis pada Pekerja Pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) ....................... 15
1. Pengantar ................................................................................................................................. 15
2. Identifikasi Masalah ............................................................................................................... 16
3. Studi Literatur ........................................................................................................................ 16
4. Metodologi Penelitian ............................................................................................................. 17
A. HIRADC .............................................................................................................................. 17
B. HAZOPS .............................................................................................................................. 19
C. RCA ...................................................................................................................................... 24
D. HIRARC .............................................................................................................................. 26
E. FMEA ................................................................................................................................... 31
F. FTA....................................................................................................................................... 39
G. JSA ....................................................................................................................................... 40
D. Solusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Teknisi Pemasangan Penerangan Jalan
Umum (PJU) ........................................................................................................................................ 41
1. Material.................................................................................................................................... 41
2. Man (APD)............................................................................................................................... 43
3. Solusi dan Kesimpulan ........................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 48
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik adalah keselamatan kerja yang
bertalian dengan alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan
pekerjaan. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik adalah untuk
melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya
tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan. Pada
dasarnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik adalah tugas dan kewajiban
dari, oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan
daya listrik.
Undang-undang No. 1 tahun 1970 adalah undang-undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik, yang di dalamnya telah diatur pasal-pasal tentang
keselamatan kerja untuk pekerja-pekerja listrik. Latar belakang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik tidak lepas dari tingkat kehidupan masyarakat baik
pendidikan, sosial ekonominya dan kebiasaan akan merupakan faktor-faktor yang
banyak kaitannya dengan keselamatan kerja. Kecepatan perkembangan perlistrikan
dengan luasnya jangkauan dan besarnya daya pembangkit melampaui kesiapan
masyarakat yang masih terbatas pengetahuannya tentang seluk beluk perlistrikan.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) merupakan rambu-rambu utama dalam
menanggulangi bahaya listrik yang diakibatkan oleh pelayanan, penyediaan dan
penggunaan daya listrik.

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik


Dalam peraturan instalasi listrik dikenal 3 prisip dasar instalasi listrik yaitu
handal, aman, dan ekonomis. Handal artinya sistem instalasi dirancang dengan
baik, sehingga jarang terdapat gangguan; atau saat ada gangguan dari luar, sistem
dapat mengatasinya dengan baik. Aman artinya tidak membahayakan bagi
manusia, instalasi itu sendiri, dan lingkungan sekitar. Dengan menerapkan
keamanan dan keselamatan kerja tanpa mengabaikan nilai ekonomis suatu instalasi
listrik, maka ketiga prinsip tadi akan terpenuhi.
Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik:
· Bahaya sentuhan langsung yaitu bahaya sentuhan pada bagian konduktif
yang secara normal bertegangan.
· Bahaya sentuhan tidak langsung yaitu bahaya akibat sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan
karena kegagalan isolasi.
· Bahaya kebakaran biasanya terjadi akibat adanya percikan api dari hubung
singkat. Namun dalam beberapa kasus, kebakaran juga timbul akibat efek
thermal dari sebuah penghantar dengan tingkat resistansi tinggi yang dialiri
arus dalam waktu yang cukup lama.
1. Syarat Bahan dan Material
a. Bahan atau material Listrik yang diadakan
 Kabel 1. Kabel DX 2 x 10 sqmm digunakan untuk
Jaringan Udara dan panel control ke jaringan udara
(kelompok beban).
 Kabel NYM 2 x 2,5 sqmm digunakan untuk sambungan
instalasi ke lampu b. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB yang digunakan untuk pembatas arus.
 Box Panel Box panel ukuran menyesuaikan gambar
rencana.
 Wedge Type. Wedge Type digunakan untuk
pengait/menarik kabel Jaringan Udara.
 Bandet. Bandet digunakan untuk sambungan kabel SM
dengan JTR, kabel SP dengan JU dan kabel JU dengan
kabel beban.
 Beugel plat besi dengan tebal minimum 2mm digunakan
untuk memasang pipa galvanist (stang armature) dan box
pada tiang PLN.
 Stopping Beugle (Link) Terbuat dari steel plate yang
dilapisi dengan stainless.
 Stainless Steel Belt Digunakan sebagai klem wdgw type,
terbuat dari steel stainless.
 Magnetik Kontaktor Magnetik kontaktor SN 20/220V
yang digunakan untuk saklar otomatis yang dikontrol
dengan fotocell.
 Arde yang digunakan adalah sebatang coper rood 12
mm2 dan BC 16 mm2 dengan hasil pengukuran
hambatan tanah maksimal 5 Ohm.
 Timer switch yang digunakan untuk menyalakan dan
mematikan lampu (beban), menggunakan baterai back up
yang mampu menghandel catu daya clock dalam jangka
waktu min 12 jam.
b. Bahan atau Material non listrik yang diadakan
 Tiang PJU Digunakan untuk pemasangan Kap lampu dan
pemasangan jaringan udara/
 Kap Lampu digunakan untuk melindungi lampu.
 Pipa Galvanis Digunakan sebagai bahan stang untuk
pemasangan kap lampu.
 Box Panel Ukuran 20x50x70 cm digunakan untuk
melindungi panel KWH
 Beugel digunakan sebagai bahan memasang stang, box
panel & KWH Meter, dan pipa pelindung.
 Besi siku digunakan sebagai bahan dudukan boks panel
 Rel MCB digunakan sebagai bahan untuk tempat
terpasangnya MCB.
 Cover MCB digunakan untuk pelindung MCB. Box
MCB Box Panel Ukuran 20x11x9 cm digunakan untuk
pelindung MCB.
2. Spesifikasi Teknis
Bahan atau material yang diadakan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
 Kabel yang digunakan harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan LMK, jenis lampu: DX 2 X 10 mm2,
NYM 2 X 2,5 mm2, dan mampu dialiri tegangan 500V.
 Wedge Type harus memenuhi standar industry Indonesia, dan
memenuhi standar PLN dan LMK.
 Banded harus memenuhi standard PLN dan LMK dan mampu
pada tegangan 220 V.
 Stainless steel harus memenuhi standard PLN dan LMK,
memenuhi standard Industri Indonesia, dan Memenuhi
standard untuk pemasangan tarikan jaringan udara.
 Beugel harus memenuhi standard untuk pemasangan box
panel, pipa dan stang. Terbuat dari bahan plat besi tebal 3 mm
dengan finishing Ho dip galvanis.
 Box panel harus memenuhi standard Industri Indonesia, di cat
dengan metode powder coating (cat serbuk), yang tahan korosi
dan tahan terhadap iklim tropis seperti hujan lebat, angin
kencang, kelembaban tinggi dan suhu sehari-hari yang panas.
Bentuk dan ukurannya menyesuaikan gambar rencana.
 Pipa galvanis harus memenuhi Standard Industri Indonesia dan
Ukuran medium B.
 Stang/lengan armature menggunakan Tipe Medium B.
Galvanis. Desain sesuai gambar rencana.
 Timer switch TB 388 harus memenuhi standard Industri
Indonesia. Memenuhi standard PLN dan LMK. Mampu dialiri
arus 15 Ampere. Menggunakan Back up Batteray. Mampu
dialiri tegangan 220V-240V.
 MCB harus memenuhi standard industri Indonesia. Memenuhi
standard PLN dan LMK. Mampu dialiri tegangan 220V-240V.
Untuk 1 phase. Minimum IP 20. Breaking Capacity 4500 A.
Rated Frequency 50 Hz – 60 Hz.
 Rel MCB harus produksi dalam negeri. Standard Industri
Indonesia. Cocok untuk rel MCB, magnetic kontaktor.
 Magnetik Kontaktor harus memenuhi standart Industri
Indonesia. Memenuhi standart PLN dan uji LMK. Mampu
dialiri tegangan 220V-240V. Mampu dialiri arus 36 A/pole.
 Lampu harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Mampu dialiri tegangan 220V-240V. Jenis PLC 27- 29 Watt.
Jenis kaki lampu E 27. Cahaya yang dihasilkan adalah putih
 Kap Lampu terbuat dari Stainlees Steel diameter 16” yang
tahan korosi. Dalam kap lampu terdapat dudukan fitting
lampu.
 Tiang lampu terbuat dari pipa galvanis melampirkan Fotocopy
Uji Galvanis. Tiang yang digunakan adalah tiang PJU jenis
tiang bulat, sesuai dengan gambar rencana. Tiang PJU jenis
bulat galvanist dengan ketebalan minimal 2,80 mm, tinggi 4,90
m dan tiang PJU jenis bulat galvanist tanam ketebalan
minimum 3,00 m, tinggi 7,00 m meter diukur dari muka tanah.
Ada dukungan dari pabrikan/Distributor Resmi.

3. Dasar Hukum
- UU No. 1 Th 1970 Keselamatan Kerja mengenai Accident Prevention
(pencegahan kecelakaan).
 Pasal 2 ayat (1) huruf q (ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagi-
bagikan, disalurkan dan digunakan.
 Pasal 3 ayat (1) huruf q (objective)
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
 Pasal 5 ayat (1)
Pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-
undang ini dan membantu pelaksanaannya.
- UU No. 20 Th 2002 Ketenagalistrikan mengenai Pengusahaan Listrik.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi RI No. Kep75/Men/2002
pemberlakuan PUIL 2000 SNI 04-0225-2000.
- Peraturan Umum Instalsai Listrik (PUIL) 2000 Standard Nasional
Indonesia (SNI) 04-0225-2000 ditetapkan sebagai standard wajib
Keputusan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No.2046K/40/MEN/2001.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per02/Men/1989 tentang instalasi
penyalur petir.
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal/ proteksi bahaya sambaran
langsung.
- SNI 225.2000 (PUIL 2000).
Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal/ proteksi bahaya sambaran
tidak langsung.

4. Bahaya Listrik
- Kebakaran
Energi listrik menimulkan panas, dan apabila panas ini berlebihan
mengakibatkan isolasi dari kabel listrik menjadi rusak yang bahkan akan
timbul api yang dapat menjadi kebakaran. Kita tahu bahwa kilang PT Badak
adalah kilang pencairan gas alam yang punya resiko terjadinya kebocoran
gas yang mengarah kepusat-pusat distribusi listrik (MCC) atau terminal-
terminal listrik yang bisa berakibat kebakaran /peledakan yang
diakibatkan adanya potensi terjadinya percikan api.
- Peledakan
Pusat-pusat distribusi listrik seperti di SWGR & MCC semua breaker
atau kontaktor sudah dirancang untuk dapat mengatasi jika terjadinya
kelebihan beban ataupun short circuit. Tetapi oleh sesuatu hal dapat terjadi
ledakan pada breaker kontaktor ini yang disebabkan oleh cara
pengoperasian yang salah, misalnya: Breaker / kontaktor motor di MCC
4160 Volt ini jenisnya tidak boleh di Switch Off pada keadaan masih ada
beban (Do not open under load).
- Radiasi
Unit-unit pembangkit listrik (generator) atau distribusi listrik tegangan
tinggi sudah pasti ada radiasi yang diakibatkan oleh arus induksi dari kawat
penghantarnya. Sampai saat ini efek radiasi listrik terhadap sel-sel penting
dalam tubuh manusia masih diperdebatkan oleh para pakar kelistrikan
apakah berbahaya atau tidak.
- Kematian
Jika seseorang terkena sengatan arus listrik, maka orang itu hanya
mampu bertahan sekitar + 3 menit dengan besarnya arus listrik yang
mengalir ditubuhnya sebesar 0.40 Ampere, kemudian tidak dapat ditolong
lagi / meninggal.

Pencegahan dan penanggulangannya:


- Kebakaran:
 Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan
terminal tidak kendor yang bisa berakibat terjadinya percikan bunga
api. Jika mendapati hal-hal yang demikian segera laporkan dan
dibuatkan MWO untuk perbaikan.
 Apabila menjalankan salah satu motor, kemudian motor tersebut
trip kembali sebaiknya hanya kita lakukan maximum 2 kali untuk
meresetnya dan segera kita informasikan E/S Crew untuk mengecek
/ memperbaikinya.
 Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan
gunakan alat pemadam kebakaran yang sesuai untuk
memadamkannya.
- Peledakan:
Yakinkan dulu jenis breaker / kontaktor yang akan kita switch off dan
apabila dikehendaki harus menyetop dulu motor nya dari breaker /
kontaktornya.
- Radiasi:
Menurut pakar kelistrikan yang setuju bahaya radiasi listrik, batas aman
bagi kita pada jarak + 3m dan berada selama 4 jam terus menerus pada
lingkungan yang terjangkau radiasi.
- Kematian:
 Jangan mencoba memegang kabel listrik terbuka, jika kabel itu
masih dialiri listrik.
 Harus mematikan sumber arus listriknya apabila ada Maintenance
Crew akan bekerja pada peralatan listrik. (Lo-To).

Tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan terkena


sengatan listrik:
 Jika mungkin putuskan aliran listrik.
 Apabila aliran listrik tidak dapat diputuskan, gunakan potongan
kayu atau tali untuk memindahkan sikorban kecelakaan.
 Bila pernapasan korban terhenti berikanlah penapasan buatan dan
bila jantungnya berhenti lakukan pijatan kearah jantung dan
lanjutkan tindakan ini sampai bantuan kesehatan datang.
 Minta bantuan seseorang untuk mendapatkan bantuan pertolongan
pertama dokter / ambulance.
B. Hazard, Resiko, dan Solusi pada Pekerja Penerangan Jalan Umum (PJU)
1. Penggalian pada Penerangan Jalan Umum (PJU)
HAZARD RESIKO LANGKAH PENGENDALIAN
Terkena benda tajam Cidera Ringan Pastikan benda tajam diberi tanda
atau diletakkan di wadah yang
aman dan menggunakan APD
Kejatuhan Alat Cidera Ringan Pastikan peralatan kerja tidak
diletakkan di tempat yang aman
Jatuh/terpeleset/tersandung Cidera Ringan Menggunakan APD
Mengantuk Tidak konsentrasi Pastikan tidak bekerja sendirian dan
lapor kepada keuta tim jika
mengantuk
Bising Penurunan fungsi Menggunakan APD (ear plug)
dengan
Ergonomi/manual Back Pain Pastikan posisi tubuh dengan benar
handling saat bekerja
Cuaca ekstrim Dehidrasi Banyak minum air
Lingkungan berdebu Gangguan Menggunakan APD (kacamata
penglihatan safety)
Tertabrak kendaraan Cidera berat Buat tanda "Hati-Hati ada
pekerjaan" diletakkan 100M
sebelum lokasi kerja
Daerah galian terdapat Tersetrum/Ledakan Pastikan area galian tidak berada
kabel atau pipa gas diarea kabel/pipa gas
Tanah/area yang akan Mengggunakan alat yang kuat dan
digali keras tajam
Material berceceran Area kerja kotor Housekeeping dengan rapi dan
memberi papan pelindung disekitar
area penggalian untuk menghindari
material yang berserakan dijalan
raya
Kondisi alat kerja rusak Kerusakan pada Pengecekan rutin, penggunaan
alat kerja APD, penggunaan alat dengan
benar sesuai fungsinya
2. Pemasangan Kabel

HAZARD RESIKO LANGKAH PENGENDALIAN


Tertusuk ujung konektor Cidera Ringan Pastikan benda tajam diberi tanda
atau ujung konektor diberi
pengaman dan menggunakan APD
Terjepit/terlilit kabel Cidera Ringan Pastikan alat dan kabel pada posisi
yang aman
Kesetrum Luka berat 1. Pastikan aliran listrik padam
saat bertugas memasang
kabel
2. Pastikan kondisi kabel
dalam kondisi baik
3. Kabel tidak banyak
sambungan
4. Menggunakan APD
Mengantuk Tidak konsentrasi Pastikan tidak bekerja sendirian dan
lapor kepada ketua tim jika
mengantuk
Ergonomi Back Pain Pastikan posisi tubuh dengan benar
saat bekerja
Bising Penurunan fungsi Menggunakan APD (ear plug)
dengar
Cuaca ekstrim Dehidrasi Banyak minum air
Lingkungan berdebu Gangguan Menggunakan APD (kacamata
penglihatan safety)
Tertabrak kendaraan Luka berat Buat tanda “Hati-hati ada
pekerjaan” diletakkan 100m
sebelum lokasi kerja
Kemasan bekas Area kerja kotor Housekeeping dengan rapi dan
material/sisa potongan mengumpulkan sisa potongan kabel
kabel pada tempat yang telah disediakan
Kondisi alat kerja rusak Kerusakan pada Pengecekan rutin, penggunaaan
alat kerja APD, penggunaan alat dengan
benar sesuai fungsinya

3. Pengecoran Pondasi

HAZARD RESIKO LANGKAH PENGENDALIAN


Terkena benda tajam Cidera Ringan Pastikan benda tajam diberi tanda
atau diletakkan di wadah yang
aman dan menggunakan APD
Kejatuhan Alat Cidera Ringan Pastikan peralatan kerja tidak
diletakkan di tempat yang aman
Jatuh/terpeleset/ Cidera Ringan Menggunakan APD
tersandung
Mengantuk Tidak konsentrasi Pastikan tidak bekerja sendirian dan
lapor kepada keuta tim jika
mengantuk
Bising Penurunan fungsi Menggunakan APD (ear plug)
dengar
Ergonomi/manual Back Pain Pastikan posisi tubuh dengan benar
handling saat bekerja
Cuaca ekstrim Dehidrasi Banyak minum air
Lingkungan berdebu Gangguan Menggunakan APD (kacamata
penglihatan safety)
Tertabrak kendaraan Cidera berat Buat tanda "Hati-Hati ada
pekerjaan" diletakkan 100M
sebelum lokasi kerja
Kemasan bekas Area kerja kotor Housekeeping dengan rapi dan
material/sisa adonan mengumpulkan sisa material pada
semen tempat yang telah disediakan
Kondisi alat kerja rusak Kerusakan pada Pengecekan rutin, penggunaan
alat kerja APD, penggunaan alat dengan
benar sesuai fungsinya
4. Pemasangan Lampu

HAZARD RESIKO LANGKAH PENGENDALIAN


Terkena benda tajam Cidera Ringan Pastikan benda tajam diberi tanda
atau diletakkan di wadah yang
aman dan menggunakan APD
Kejatuhan Alat Cidera Ringan Pastikan peralatan kerja tidak
diletakkan di tempat yang aman
Kesetrum Luka berat Pastikan alirran listrik padam saat
bertugas memasang kabel Pastikan
kondisi kabel dalam kondisi baik
Menggunakan APD
Pusing Terjatuh Pastikan kondisi sehat saat akan
bekerja diketinggian
Jatuh/terpeleset/ Cidera Ringan Menggunakan APD
tersandung
Mengantuk Tidak konsentrasi Pastikan tidak bekerja sendirian dan
lapor kepada keuta tim jika
mengantuk
Bising Penurunan fungsi Menggunakan APD (ear plug)
dengar
Ergonomi/manual Back Pain Pastikan posisi tubuh dengan benar
handling saat bekerja
Cuaca ekstrim Dehidrasi Banyak minum air
Lingkungan berdebu Gangguan Menggunakan APD (kacamata
penglihatan safety)
Tertabrak kendaraan Cidera berat Buat tanda "Hati-Hati ada
pekerjaan" diletakkan 100M
sebelum lokasi kerja
Kemasan bekas Area kerja kotor Housekeeping dengan rapi dan
material/sisa adonan mengumpulkan sisa material pada
semen tempat yang telah disediakan
Kondisi alat kerja rusak Kerusakan pada Pengecekan rutin, penggunaan
alat kerja APD, penggunaan alat dengan
benar sesuai fungsinya

5. Pendirian Tiang

HAZARD RESIKO LANGKAH PENGENDALIAN


Kejatuhan Alat/Tiang Cidera Sedang Pastikan tidak ada pekerja dibawah
tiang saat tiang akan diberdirikan
Jatuh/Terpeleset/Tersandung Cidera Ringan Menggunakan APD
Mengantuk Tidak Konsentrasi Pastikan tidak bekerja sendirian
Bising Penurunan Fungsi Menggunakan APD (ear plug)
Dengar
Ergonomi/Manual Handling Back Pain Pastikan posisi tubuh dengan benar
saat bekerja
Cuaca ekstrim Dehidrasi Banyak minum air
Lingkungan berdebu Gangguan Menggunakan APD (Kacamata
penglihatan safety)
Tertabrak kendaraan Cidera berat Buat tanda “Hati-hati ada
pekerjaan” diletakkan 100m
sebelum lokasi kerja
Penempatan material yang Area kerja kotor Housekeeping dengan rapi
tidak rapi
Terjatuh Kerusakan pada Pastikan ikatan saat pole erektion
alat kerja dilakukan dengan benar
Kondisi alat kerja rusak Kerusakan pada Pengecekan rutin, penggunaan
alat kerja APD, penggunaan alat dengan
benar sesuai fungsinya
C. Safety Analysis pada Pekerja Pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU)
1. Pengantar
Suatu kegiatan teknisi kelistrikan tidak pernah terlepas dari potensi risiko
kecelakaan. Betapapun kecilnya suatu kecelakaan akan berdampak besar bagi diri
sendiri maupun masyarakat sosial. Begitu pula dengan teknisi pemasangan
penerangan jalan umum yang melibatkan manusia dalam melakukan proses
pemasangan yang dapat melibatkan suatu risiko kecelakaan kerja. Bahaya
(Hazard) adalah suatu sumber, situasi atau tindakan yang borpotensi menciderai
manusia atau kondisi kelainan fisik atau mental yang terindentifiksi berasal dari
situasi yang terkait pekerjaan (OHSAS 18001:2007). Risiko (risk) merupakan
kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau keparahan suatu
cidera yang disebabkan oleh kejadian tersebut. (OHSAS 18001:2007).
2. Identifikasi Masalah
Ketidakwaspadaan dan keterbatasan yang dimiliki manusia pada alat yang
digunakan dalam melakukan proses pemasangan dapat menimbulkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Saat ini teknisi PJU kemungkinan
potensi bahaya yang ada cukup besar ketika proses pemasangan berlangsung. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengindentifikasi kemungkinan terjadi
potensi bahaya. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk melakukan
indentifikasi bahaya adalah metode HIRADC, HAZOPS, RCA, HIRARC, FMEA,
FTA, DAN JSA.
3. Studi Literatur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut UU No. 1/1970, kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan salah satu upaya perlindungan dengan tujuan agar
tenaga kerja dengan orang lain yang berbeda dalam tempat kerja dalam keadaan
selamat dan sehat (Setiyabudi,2007). Terdapat beberapa pengertian mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja:
1. Penyebab Kecelakaan.
2. Klasifikasi kecelakaan akibat kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keselamatan dan


kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam
perusahaan seperti operasi, produk, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan
pemasaran. Aspek K3 tidak bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya
intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Terdapat
beberapa pengertian mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja: 1. Pengertian SMK3. Menurut permaker 05 tahun 1996, sistem manajemen
K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencepaian,
pengkajian, dan pemeliharnaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pegendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif. 2. Tujuan SMK3. Sebagai alat ukur kinerja
dalam organisasi, sistem manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur
kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3
organisasi dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat mencapai tingkat
pencapaian K3 pengukuran ini dilakukan malalui audit sistem manajemen K3.

4. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah pemecahan
masalah dalam penanganan identifikasi bahaya ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah Proses identifikasi masalah di PT KUI dengan melihat
banyaknya terjadi kecelakaan kerja pada masa lalu disetiap tahapan proses
produksi, melihat data standar operasinal produk dan melakukan
wawancara pada setiap operator pada proses pemesinan stasuin kerja kritis.
2. Studi literatur Studi literatur dalam penelitian menggunakan system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, teknik identifikasi bahaya
HIRADC, HAZOPS, RCA, HIRAR, FMEA, FTA, DAN JSA.
3. Identifikasi potensi bahaya Identifikasi potensi bahaya dilakukan pada
setiap tahapan proses pemesinan, dimulai dari tahapan proses pengecekan
kondisi mesin, proses menghidupkan mesin, proses produksi sampai proses
mematikan mesin dan pembersihan alat-alat produksi.
4. Risk assessment Risk assessment adalah proses penilaian risiko pada setiap
tahapan proses produksi yang memiliki nilai potensi bahaya.
5. Simpulan dan saran Simpulan dan saran berisikan rangkuman dari
pengolahan data dan analisis usulan penangnan potensi bahaya pada
penelitian dan memberikan usulan-usulan penanganan potensi bahaya pada
teknisi lampu jalan.

A. HIRADC
Langkah pertama pada HIRADC adalah mengidentifikasi bahaya dan
resiko. Menentukan sumber bahaya, jenis bahaya dan menentukan resiko.
Berikut adalah table identifikasi bahaya pada teknisi penerangan jalan
umum:

No Proses Uraian Temuan Sumber Risiko


Hazard Bahaya
1. Penggalian - Lingkungan yang Berbagai jenis - Mengganggu penglihatan
berdebu karena bahaya - Cidera berat
bekerja dipinggir bersumber - Cidera ringan
jalan dari tempat - Penurunan fungsi dengar
- Tertabrak kerja dan - Dehidrasi
kendaraan pekerja itu - Terjatuh/terpeleset/tersandung
- Terkena benda sendiri - Tersetrum/Ledakan
tajam
- Bising
- Cuaca ekstrim
- Pekerja tidak
menggunakan
APD
- Daerah galian
terdapat kabel atau
pipa gas
2 Pemasangan - Terkena benda Berbagai jenis - Mengganggu penglihatan
kabel tajam bahaya - Cidera berat
- Lingkungan bersumber - Cidera ringan
berdebu dari tempat - Penurunan fungsi dengar
- Tertabrak kerja dan - Dehidrasi
kendaraan pekerja itu - Terjatuh/terpeleset/tersandung
- Terlilit kabel sendiri - Area kerja kotor
- Bising
- Cuaca ekstrim
- Pekerja tidak
menggunakan
APD
- Kemasan bekas
material/sisa
potongan kabel
3 Pengecoran - Terkena benda Berbagai jenis -mengganggu penglihatan
Pondasi tajam bahaya -cidera berat
- Lingkungan bersumber -cidera ringan
berdebu dari tempat -penurunan fungsi dengar
- Tertabrak kerja dan -Dehidrasi
kendaraan -terjatuh/terpeleset/tersandung
- Bising pekerja itu
- Cuaca ekstrim sendiri
- Pekerja tidak
menggunakan
APD
4 Pendirian - Kejatuhan Berbagai jenis - Cidera sedang
Tiang Alat/tiang bahaya - Gangguan penglihatan
- Lingkungan bersumber - Cidera berat
berdebu dari tempat -penurunan fungsi dengar
- Tertabrak kerja dan -Dehidrasi
kendaraan pekerja itu -terjatuh/terpeleset/tersandung
- Bising sendiri
-Cuaca ekstrim
-pekerja tidak
menggunakan
APD
5 Pemasangan - Terkena benda Berbagai jenis - Cidera Ringan
lampu tajam bahaya - Penurunan fungsi dengar
- Kejatuhan Alat bersumber -Dehidrasi
- Bising dari tempat - Mengganggu penglihatan
- Cuaca ekstrim kerja dan - Cidera berat
- Lingkungan pekerja itu - Terjatuh/terpeleset/tersandung
berdebu sendiri
- Tertabrak
kendaraan
- Pekerja tidak
menggunakan
APD

B. HAZOPS
Dalam metode ini yang pertama adalah mengidentifikasi hazard and risk.
Berikut table identifikasi pada teknisi penerangan jalan umum:

No Proses Uraian Temuan Hazard Risiko


1 Penggalian - Lingkungan Yang Berdebu - Mengganggu Penglihatan
Karena Bekerja Dipinggir - Cidera Berat
Jalan - Cidera Ringan
- Tertabrak Kendaraan - Penurunan Fungsi Dengar
- Terkena Benda Tajam - Dehidrasi
- Bising - Terjatuh/Terpeleset/Tersandung
- Cuaca Ekstrim - Tersetrum/Ledakan
- Pekerja Tidak
Menggunakan Apd
- Daerah Galian Terdapat
Kabel Atau Pipa Gas
2 Pemasangan -Terkena Benda Tajam - Mengganggu Penglihatan
kabel - Lingkungan Berdebu - Cidera Berat
-Tertabrak Kendaraan - Cidera Ringan
-Terlilit Kabel - Penurunan Fungsi Dengar
- Bising - Dehidrasi
- Cuaca Ekstrim - Terjatuh/Terpeleset/Tersandung
- Pekerja Tidak - Area Kerja Kotor
Menggunakan Apd
- Kemasan Bekas
Material/Sisa Potongan
Kabel
3 Pengecoran - Terkena Benda Tajam - Mengganggu Penglihatan
Pondasi - Lingkungan Berdebu - Cidera Berat
- Tertabrak Kendaraan - Cidera Ringan
- Bising - Penurunan Fungsi Dengar
- Cuaca Ekstrim - Dehidrasi
- Pekerja Tidak - Terjatuh/Terpeleset/Tersandung
Menggunakan Apd
4 Pendirian - Kejatuhan Alat/Tiang - Cidera Sedang
Tiang - Lingkungan Berdebu - Gangguan Penglihatan
- Tertabrak Kendaraan - Cidera Berat
- Bising - Penurunan Fungsi Dengar
- Cuaca Ekstrim - Dehidrasi
- Pekerja Tidak - Terjatuh/Terpeleset/Tersandung
Menggunakan APD
5 Pemasangan - Terkena Benda Tajam - Cidera Ringan
lampu - Kejatuhan Alat - Penurunan Fungsi Dengar
- Bising - Dehidrasi
- Cuaca Ekstrim - Mengganggu Penglihatan
- Lingkungan Berdebu - Cidera Berat
- Tertabrak Kendaraan - Terjatuh/Terpeleset/Tersandung
- Pekerja Tidak
Menggunakan APD

Setelah mengidentifikasi hazard and risk, langkah selanjutnya adalah membuat kriteria
likelihood. Berikut table kriteria likelihood pada teknisi penerangan jalan umum:

LIKELIHOOD
Level Kriteria Description
Kualitatif Semi Kualitatif
1 Jarang Terjadi Dapat dipikirkan tetapi tidak Kurang dari 1 kali dalam 10
hanya saat keadaan ekstrim tahun
2 Kemungkinan Belum terjadi tetapi bisa Terjadi 1 kali per 10 tahun
Kecil muncul/terjadi pada suatu waktu
3 Mungkin Seharusnya terjadi dan mungkin 1 kali per 5 tahun sampai 1
telah menjadi/muncul disini atau kali pertahun
ditempat lain
4 Kemungkinan Dapat terjadi dengan mudah, Lebih dari 1 kali pertahun
Besar mungkin muncul dalam keadaan hingga 1 kali perbulan
yang paling banyak terjadi
5 Hampir Pasti Sering terjadi, diharapkan dalam Lebih dari 1 kali perbulan
keadaan yang paling banyak
terjadi

Selanjutnya adalah menentukan nilai consequences:

CONSEQUENCES/SEVERITY
Level Uraian Description
Keparahan Cidera Hari Kerja
1 Tidak Kejadian tidak menimbulkan Tidak menyebabkan
Signifikan kerugian atau cidera pada kehilangan hari kerja
manusia
2 Kecil Menimbulkan cidera ringan, Kehilangan hari kerja dibawah
kerugian kecil dan tidak 3 hari
menimbulkan dampak serius
terhadap kelangsungan bisnis
3 Sedang Cedera berat dan dirawat Kehilangan hari kerja dibawah
dirumah sakit, tidak 3 hari
menimbulkan cacat tetap,
kerugian finansial sedang
4 Berat Menimbulkan cidera parah dan Kehilangan hari kerja 3 hari
cacat tetap dan kerugian atau lebih
finansial besar serta
menimbulkan dampak serius
terhadap kelangsungan usaha

5 Bencana Mengakibatkan korban Kehilangan hari kerja


meninggal dan kerugian parah selamanya
bahkan dapat menghentikan
kegiatan usaha selamanya

Setelah menentukan nilai likelihood dan consequences dari masing-masing sumber


potensi bahaya, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan nilai likelihood dan
consequences sehingga diperoleh tingkat bahaya (risk level) pada risk matrix yang
mana nantinya akan digunakan dalam melakukan perangkingan terhadap sumber
potensi bahaya yang akan dijadikan acuan sebagai rekomendasi perbaikan apa yang
sesuai dengan permasalahan yang ada. Penilaian risiko itu sendiri dilakukan dengan
menggunakan risk matrix seperti pada tabel berikut:

Skala CONSEQUENCES

1 2 3 4 5

L 5 5 10 15 20 25
I
K 4 4 8 12 16 20
E 3 3 6 9 12 15
L
I 2 2 4 6 8 10
H
1 1 2 3 4 5
O
O
D

Keterangan:
Biru = Resiko rendah
Hijau = Resiko sedang
Kuning = Resiko tinggi
Merah = Ekstrim

Dari risk matrix di atas kemudian dapat dihitung skor risiko dan prioritas untuk
melakukan tindakan perbaikan. Untuk menghitung skor risiko adalah sebagai berikut:
Skor risiko = likelihood x consequences
Berikut adalah HAZOPS worksheet yang telah terisi:

No Proses Temuan Resiko Sumber L C S Risk


hazard Hazard Level
1 Penggalian Daerah galian Tersetrum/ Tempat 3 4 12 ekstrim
terdapat kabel Ledakan Kerja
atau pipa gas
2 Di semua Lingkungan Gangguan Tempat 3 1 3 Rendah
proses yang berdebu penglihatan Kerja
karena bekerja
dipinggir jalan
3 Di semua Tertabrak Cidera/luka Tempat 3 3 9 tinggi
proses kendaraan berat Kerja
4 Di semua Cuaca ekstrim Dehidrasi Tempat 1 1 1 rendah
proses Kerja
5 Di semua Bising Penurunan Tempat 2 2 4 sedang
proses fungsi Kerja
denga
6 Di semua Terkena benda Cidera Benda 2 3 6 sedang
proses tajam Ringan kerja
7 Pemasangan Terjepit/terlilit Cidera Benda 2 3 6 sedang
kabel kabel Ringan kerja
8 Pemasangan Tertusuk ujung Cidera Benda 2 3 6 sedang
kabel konektor Ringan kerja
9 Di semua Kemasan Area kerja pekerja 2 3 6 sedang
proses bekas kotor
material/sisa
material
10 Disemua Pekerja tidak Jatuh/ pekerja 3 3 9 tinggi
proses menggunakan terpeleset/
APD tersandung
11 Pemasangan Kesetrum Luka berat Material 3 5 15 ekstrim
lampu kerja
12 Pemasangan Kejatuhan Cidera Material 3 4 12 tinggi
tiang Alat/tiang sedang Kerja

Risiko bahaya yang ditimbulkan pada area pemasangan penerangan jalan umum antara
lain adalah:

1. Resiko ekstrim: luka berat akibat tersetrum dan terjadi ledakan.


2. Resiko tinggi: terjatuh, terpeleset, atau tersandung akibat pekerja tidak
menggunakan APD. Mendapat cidera akibat tertimpa tiang, terluka akibat tertabrak
kendaraan.
3. Resiko sedang:
 Area kerja kotor akibat sisa kemasan dari material dan material sisa yang tidak
digunakan ini tidak dibersihkan
 Mendapat cidera ringan akibat terkena benda tajam, terjepit atau terlilit kabel,
tertusuk ujung konektor, dan penurunan fungsi dengar akibat suara bising
kendaraan.
4. Resiko rendah: terkena dehidrasi akibat cuaca yang terlalu ekstrim dan terkena
gangguan penglihatan akibat lingkungan yang berdebu.

C. RCA
RCA adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah atau
ketidaksesuaian,dalam rangka untuk mendapatkan akar penyebab suatu
masalah. tode RCA sudah tersebar luas, dengan menggunakan teknik akal
yang dapat menghasilkan pendekatan yang sistematis, terukur dan
terdokumentasikanuntuk identifikasi pemahaman, dan resolusi penyebab
yang mendasarinya (Vorley; 2008). Berikut merupakan poin utama dalam
metode RCA:
1. Identify the problem
2. Define the problem
3. Understand the problem
4. Identify the root cause
5. Corrective action
6. Monitor the system

 Why Analysis Method


Analysis 5 Why adalah suatu pendekatan terstruktur di mana
mengajukan pertanyaan mengapa berulang kali untuk memahami
penyebab masalah ini, dan untuk menghasilkan tindakan korektif yang
efektif untuk mengurangi insiden itu, dan mencegah kejadian kecelakaan
terjadi kembali.Pada tahap ini nantinya hasil yang diperoleh akan
dilanjutkan untuk diolah di tahap fishbone diagram.

 Fishbone Diagram Method


Fishbone diagram merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua
penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut
Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone adalah
permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau
pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab
permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab
permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi
materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan),
manpower (sumber daya manusia), methods (metode), Mother
Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran).
Keenam penyebab munculnya masalah ini sering disingkat dengan 6M.
Penyebab lain dari masalah selain 6M tersebut dapat dipilih jika
diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang
berasal dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang
mungkin lainnya dapat digunakan teknik brainstorming.

 Contoh Kasus Kecelakaan Terjatuh


Pada kasus kecelakaan terjatuh ini korban telah bekerja padaperusahaan
ini selamabeberapa tahun. Kronologis kejadian kecelakaan adalah
sebagai berikut, pada saat yang bersangkutan melaksanakan pekerjaan
perbaikan kantor bengkel SSH dengan menggunakan tangga besi
dengan berat kira kira sekitar 70 kg secara tiba – tiba tangga tersebut
meluncur kebawah ketika yangbersangkutan berada diatas tangga,
sehingga tangga tersebut terjatuh mengenai kepala yang
bersangkutan.Kejadian ini mengakibatkan kematian.

 List Of Fact 5 Why Analysis


Berdasarkan hasil wawancara dengan saksi yang telah dilakukan pada
di dapatkan fakta – fakta yang dapatdi implementasikan kedalam
metode ini, adapun analisa metode ini sebagai berikut :
Tabel 1 Why – Analysis Kasus Terjatuh
Kasus Kecelakaan terjatuh dengan luka pendaharan di kepala akibat
tertimpa tangga besi
Sebab:

Kenapa? Tangga terpeleset mengakibatkan pekerja terjatuh dan tangga menimpa


kepala?
Kenapa? Tangga tidak ada yang memegangi dan tangga tidak diikat
Kenapa? Seharusnya tangga menggunakan tangga yang sesuai dengan prosedur
Kenapa? Tidak menjalankan pekerjaan sesuai SOP?
Penyebab Tidak bekerja sesuai dengan SOP

D. HIRARC
Langkah pertama pada hirarc adalah mengidentifikasi bahaya dan resiko.
Menentukan sumber bahaya, jenis bahaya dan menentukan resiko. Berikut
adalah table identifikasi bahaya pada teknisi penerangan jalan umum:

No Proses Uraian Temuan Sumber Risiko


Hazard Bahaya
1 Penggalian - Lingkungan Berbagai Jenis - Mengganggu Penglihatan
Yang Berdebu Bahaya - Cidera Berat
Karena Bekerja Bersumber - Cidera Ringan
Dipinggir Jalan Dari Tempat - Penurunan Fungsi Dengar
- Tertabrak Kerja Dan - Dehidrasi
Kendaraan Pekerja Itu - Terjatuh/Terpeleset
- Terkena Benda Sendiri - Tersetrum/Ledakan
Tajam
- Bising
- Cuaca Ekstrim
- Pekerja Tidak
Menggunakan
APD
- Daerah Galian
Terdapat Kabel
Atau Pipa Gas
2 Pemasangan - Terkena Benda Berbagai Jenis - Mengganggu Penglihatan
kabel Tajam Bahaya - Cidera Berat
- Lingkungan Bersumber - Cidera Ringan
Berdebu Dari Tempat - Penurunan Fungsi Dengar
- Tertabrak Kerja Dan - Dehidrasi
Kendaraan Pekerja Itu - Terjatuh/Terpeleset
- Terlilit Kabel Sendiri - Area Kerja Kotor
- Bising
- Cuaca Ekstrim
- Pekerja Tidak
Menggunakan
APD
- Kemasan Bekas
Material/Sisa
Potongan Kabel
3 Pengecoran - Terkena Benda Berbagai Jenis - Mengganggu Penglihatan
Pondasi Tajam Bahaya - Cidera Berat
- Lingkungan Bersumber - Cidera Ringan
Berdebu Dari Tempat - Penurunan Fungsi Dengar
- Tertabrak Kerja Dan - Dehidrasi
Kendaraan Pekerja Itu - Terjatuh/Terpeleset
- Bising Sendiri
- Cuaca Ekstrim
- Pekerja Tidak
Menggunakan
APD
4 Pendirian - Kejatuhan Berbagai Jenis - Cidera Sedang
Tiang Alat/Tiang Bahaya - Gangguan Penglihatan
- Lingkungan Bersumber - Cidera Berat
Berdebu Dari Tempat - Penurunan Fungsi Dengar
- Tertabrak Kerja Dan - Dehidrasi
Kendaraan Pekerja Itu - Terjatuh/Terpeleset
- Bising Sendiri
- Cuaca Ekstrim
- Pekerja Tidak
Menggunakan
APD
5 Pemasangan - Terkena Benda Berbagai Jenis - Cidera Ringan
lampu Tajam Bahaya - Penurunan Fungsi Dengar
- Kejatuhan Alat Bersumber - Dehidrasi
- Bising Dari Tempat - Mengganggu Penglihatan
- Cuaca Ekstrim Kerja Dan - Cidera Berat
- Lingkungan Pekerja Itu - Terjatuh/Terpeleset
Berdebu Sendiri
- Tertabrak
Kendaraan
- Pekerja Tidak
Menggunakan
APD

Setelah itu kita menentukan tingkat kemungkinan (Occurrence) dilakukannya kegiatan


untuk analisis:

Kemungkinan Score
Sering sekali 5
Sering mingguan 4
Agak sering 3
Jarang tahunan 2
Dapat terjadi 1

Setelah membuat tingkat kemungkinan (Severity), kita menentukan tingkat


konsekuensi atau keparahan, berikut adalah table tingkat konsekuensi:

Cidera/atau penyakit Asset/lingkungan Produksi score


akibat kerja
Fatal atau cacat (>6 Kerusakan: > 500 Kerugian: > 500 5
bulan)
Cidea serius (1-6 Kerusakan: 100-500 Kerugian: 100-500 4
bulan)
Cidea berat (3-30 Kerusakan: 50-100 Kerugian: 50-100 3
hari)
Cidea ringan(<2 hari) Kerusakan: 5-50 Kerugian: 5-50 2
Tidak cidera Kerusakan < 5 Kerugian < 5 1

Selanjutnya membuat matrik risiko WRAC (Work Risk Assessment Control):

O 1 2 3 4 5
S
1 1 2 4 7 11

2 3 5 8 12 16

3 6 9 13 17 20

4 10 14 18 21 23

5 15 19 22 24 25

Selanjutnya akan didapat level resiko jika berbagai kemungkinan dikombinasikan


dengan WRAC (Work Risk Assessment Control):

No Tingkat Table WRAC Tingkat pengawasan


pengendalian
1 Tinggi 23-25 Sesuai tingkatan
pengendalian resiko
2 Ketat 18-22
3 Bersyarat 10-17
4 Rendah 1-9

Maka setelah semua tahapan diatas, kita dapat menentukan penilaian resiko sebagai
berikut:
No Proses Temuan Resiko S O WRAC Tingkat
HAZARD resiko
1 Penggalian Daerah galian Tersetrum/ 4 5 23 tinggi
terdapat kabel Ledakan
atau pipa gas
2 Di semua Lingkungan Gangguan 3 1 6 Rendah
proses yang berdebu penglihatan
karena bekerja
dipinggir jalan
3 Di semua Tertabrak Cidera/luka 3 5 20 ketat
proses kendaraan berat
4 Di semua Cuaca ekstrim Dehidrasi 1 1 1 rendah
proses
5 Di semua Bising Penurunan 2 2 5 rendah
proses fungsi
dengar
6 Di semua Terkena benda Cidera 2 3 8 rendah
proses tajam Ringan
7 Pemasangan Terjepit/terlilit Cidera 2 3 8 rendah
kabel kabel Ringan
8 Pemasangan Tertusuk ujung Cidera 2 3 8 rendah
kabel konektor Ringan
9 Di semua Kemasan bekas Area kerja 2 3 8 rendah
proses material/sisa kotor
material
10 Disemua Pekerja tidak Jatuh/ 3 4 17 bersyarat
proses menggunakan terpeleset/
APD tersandung
11 Pemasangan Kesetrum Luka berat 5 4 24 ketat
lampu
12 Pemasangan Kejatuhan Cidera 3 4 17 Bersyarat
tiang Alat/tiang sedang

Dari hasil penilaian resiko diatas terdapat 12 jenis pekerjaan yang dianalisis, berikut hasil
dari analisis tersebut adalah:

1. Rendah: cidera akibat tertusuk ujung konektor, terlilit kabel, penurunan fungsi
dengan akibat bising kendaraan yang lewat, dan gangguan penglihatan akibat
debu jalanan.
2. Bersyarat: cidera akibat terjatuh terpeleset atau tersandung dan pekerja tidak
menggunakan APD.
3. Ketat: tersetrum akibat kesalahan saat pemasangan lampu, dan cidera atau luka
berat akibat tertabrak kendaraan.
4. Tinggi: tersetrum atau terjadi ledakan akibat tempat penggalian mengandung gas.

Saat bekerja pada kelistrikan ada baiknya harus menggunakan alat pelindung diri.
Adapun cara-cara mencegah kecelakaan adalah sebagai berikut:

1. Pastikan benda tajam diberi tanda atau diletakkan di wadah yang aman dan
menggunakan APD.
2. Menggunakan APD.
3. Pastikan tidak bekerja sendirian dan lapor kepada ketua tim jika mengantuk.
4. Pastikan posisi tubuh dengan benar saat bekerja.
5. Banyak minum air agar tidak dehidrasi saat cuaca ekstrem.
6. Pastikan area galian tidak berada diarea kabel/pipa gas
7. Buat tanda "Hati-Hati ada pekerjaan" diletakkan 100m sebelum lokasi kerja agar
pengendara berhati-hati
8. Pengecekan rutin, penggunaan APD, penggunaan alat dengan benar sesuai
fungsinya.
9. Pastikan alirran listrik padam saat bertugas memasang kabel.
10. Pastikan kondisi kabel dalam kondisi baik.
11. Kabel tidak banyak sambungan.
12. Pastikan tidak ada pekerja dibawah tiang saat tiang akan diberdirikan.
13. Pastikan menggunakan Full Body Harness dan pastikan hook terkait dengan benar
saat berada diketinggian.

E. FMEA
Penggunaan FMEA Dalam Mengidentifikasi Resiko Kegagalan Proses
Pemasangan Lampu Jalan:
Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa resiko yaitu
menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi
output proses. Dampak tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10, dimana
10 merupakan dampak terburuk. Proses sistem peringkat yang dijelaskan
pada table berikut:

Effect Severity of Effect for FMEA Rating

Tidak Ada Bentuk kegagalan tidak memiliki pengaruh 1

Sangat  Gangguan minor pada lini pemasangan 2


Minor  Fit & finish atau squeak & rattle pemasangan
tidak sesuai

Minor  Gangguan minor pada lini pemasangan 3


 Fit & finish atau squeak & rattle tidak sesuai

Sangat  Gangguan minor pada lini pemasangan 4


Rendah  Fit & finish atau squeak & rattle tidak sesuai

Rendah  Gangguan minor pada lini pemasangan 5


 100% pemasangan harus dikerjakan ulang
 PJU dapat beroperasi, tetapi sebagian item
tambahan beroperasi dengan performansi
yang berkurang

Sedang  Gangguan minor pada lini pemasangan 6


 Sebagian pemasangan harus dikerjakan ulang
(tanpa ada pemilahan)
 PJU dapat beroperasi, tetapi sebagian item
tambahan tidak dapat berfungsi

Tinggi  Gangguan minor pada lini pemasangan 7


 Pemasangan PJU harus dipilah dan sebagian
dibongkar ulang
 PJU dapat beroperasi, performansinya
berkurang

Sangat  Gangguan major pada lini pemasangan 8


Tinggi  100% pemasangan PJU harus dibongkar
 Pemasangan tidak terdapat dioperasikan dan
kehilangan fungsi utamanya

Berbahaya  Dapat membahayakan teknisi dan orang 9


dengan sekitar
peringatan  Kegagalan dapat mempengaruhi keamanan
operasional pemasangan PJU atau tidak
sesuai dengan peraturan
 Kegagalan akan terjadi dengan didahului
peringatan

Berbahaya  Dapat membahayakan teknisi dan orang 10


tanpa sekitar
adanya  Kegagalan dapat mempengaruhi keamanan
peringatan operasional pemasangan PJU atau tidak
sesuai dengan peraturan pemerintah
 Kegagalan akan terjadinya tanpa adanya
peringatan terlebih dahulu

Selanjutnya adalah table severity rating:

Effect Severity of Effect for FMEA Rating

Tidak Ada  Bentuk kegagalan tidak memiliki pengaruh 1

Sangat  Gangguan minor pada lini pemasangan 2


Minor  Spesifikasi pemasangan tidak sesuai tetapi
diterima
 Masyarakat yang jeli menyadari defect
tersebut

Minor  Gangguan minor pada lini pemasangan 3


 Spesifikasi PJU tidak sesuai tetapi diterima
 Sebagian masyarakat menyadari defect
tersebut

Sangat  Gangguan minor pada lini pemasangan 4


Rendah  Spesifikasi PJU tidak sesuai tetapi diterima
 Masyarakat secara umum menyadari defect
tersebut

Rendah  Gangguan minor pada lini pemasangan 5


 Defect tidak mempengaruhi proses
berikutnya
 PJU dapat beroperasi tetapi tidak sesuai
dengan spesifikasi

Sedang  Gangguan minor pada lini pemasangan 6


 Defect mempengaruhi terjadinya defect atau
mempengaruhi 1 - 2 proses berikutnya
 PJU akan menjadi waste pada proses
berikutnya

Tinggi  Gangguan minor pada lini pemasangan 7


 Defect mempengaruhi terjadinya defect atau
mempengaruhi 3 - 4 proses berikutnya
 PJU akan menjadi waste pada proses
berikutnya

Sangat  Gangguan major pada lini pemasangan 8


Tinggi  Defect mempengaruhi terjadinya defect atau
mempengaruhi 4 - 6 proses berikutnya
 PJU akan menjadi waste pada proses
berikutnya

Berbahaya  Kegagalan tidak membahayakan operator 9


dengan  Kegagalan langsung menjadi waste
peringatan  Kegagalan akan terjadi dengan didahului
peringatan

Berbahaya  Dapat membahayakan operator 10


tanpa  Kegagalan langsung menjadi waste
adanya  Kegagalan akan terjadinya tanpa adanya
peringatan peringatan terlebih dahulu

Selanjutnya adalah menetukan occurance yaitu kemungkinan bahwa penyebab


tersebut akan terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan
produk. Dengan memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10:

Probability of Failure Occurrence Cpk Rating

Sangat tinggi: 1 in 2 < 0.33 10

Kegagalan hampir tak bisa 1 in 3  0.33 9


dihindari

Tinggi: 1 in 8 0.51 

Umumnya berkaitan dengan 1 in 20  0.67 7


proses pemasangan terdahulu
yang kadang mengalami

Sedang: 1 in 80  0.83 6

Umumnya berkaitan dengan 1 in 400 1.00 5


proses pemasangan terdahulu
yang kadang mengalami
1 in 2000 1.17 4
kegagalan tetapi tidak dalam
jumlah yang besar

Rendah: 1 in 15000 1.33 3

Hanya kegagalan terisolasi


yang berkaitan dengan proses
pemasangan hampir identik

Sangat rendah: I in 150000 1.50 2

Hanya kegagalan terisolasi


yang berkaitan dengan proses
pemasangan hampir identik

Kegagalan mustahil. Tak 1 in 1.67 1


pernah ada kegagalan terjadi 1500000
dalam proses yang identik

Selanjutnya adalah nilai detection. Detection adalah pengukuran terhadap


kemampuan mengendalikan/ mengontrol kegagalan yang dapat terjadi. Proses
penilaian ditunjukkan pada table berikut:

Detection Likelihood of Detection %R&R Rank

Hampir Tidak ada alat pengontrol yang  80 % 10


Tidak mampu mendeteksi
Mungkin

Sangat Alat pengontrol saat ini sangat  80 % 9


Jarang sulit mendeteksi bentuk atau
penyebab kegagalan

Jarang Alat pengontrol saat ini sulit  60 % 8


mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan
Sangat Kemampuan alat kontrol untuk  60 % 7
Rendah mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan sangat rendah

Rendah Kemampuan alat kontrol untuk  40 % 6


mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan rendah

Sedang Kemampuan alat kontrol untuk  40 % 5


mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan sedang

Agak Kemampuan alat kontrol untuk  20 % 4


Tinggi mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan sedang sampai tingg

Tinggi Kemampuan alat kontrol untuk  20 % 3


mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan tinggi

Sangat Kemampuan alat kontrol untuk < 20 % 2


Tinggi mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan sangat tinggi

Hampir Kemampuan alat kontrol untuk < 20 % 1


Pasti mendeteksi bentuk dan penyebab
kegagalan hampir pasti

Selanjutnya adalah menentukan RPN. RPN merupakan produk matematis


dari keseriusan effects (Severity), kemungkinan terjadinya cause akan
menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effects (Occurrence), dan
kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada pelanggan
(Detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:
RPN = S * O * D
Angka ini digunakan untuk mengidentifikasikan resiko yang serius, sebagai
petunjuk ke arah tindakan perbaikan.
No Reccomended Action Action Taken & S O D RPN
Actual Completion
Date
1 Pastikan benda tajam Memberi tanda pada 5 4 5 100
diberi tanda atau benda tajam dan
diletakkan di wadah meletakkan pada
yang aman dan wadah yang aman
menggunakan APD
2 Pastikan menggunakan menggunakan APD 5 3 6 90
APD (ear plug) agar (ear plug) agar tidak
tidak bising bising
3 Memperingati Membuat tanda "Hati- 5 4 4 40
pengendara jalan agar Hati ada pekerjaan"
hati-hati diletakkan 100M
sebelum lokasi kerja
4 Menyiapkan segala Membawa persediaan 3 3 4 36
kebutuhan pangan air dan agar tidak
dehidrasi dan
kelaparan
5 Pastikan area galian Mengecek kondisi 4 3 5 60
tidak berada diarea galian agar mengetahui
kabel/pipa gas ada pipa atau tidak
6 Pastikan tidak bekerja tidak bekerja sendirian 4 4 6 96
sendirian dan lapor dan lapor kepada keuta
kepada keuta tim jika tim jika mengantuk
mengantuk
7 Pastikan tidak ada Menggunakan APD 4 4 5 80
pekerja dibawah tiang dan tidak dekat dekat
saat tiang akan dengan area kerja
diberdirikan
8 Pastikan aliran listrik Mematikan aliran 5 6 4 120
padam saat bertugas listrik saat bekerja agar
memasang kabel tidak tersetrum
9 Pastikan kondisi kabel Membeli material 4 4 6 96
dalam kondisi baik kabel baru dan dalam
kondisi baik
F. FTA
Tahapan awal dari FTA adalah mengidentifikasi kejadian terpenting
dalam pekerjaan (top level event). Pada pekerjaan teknisi lampu jalan ini
sering terjadi kecelakaan, setelah di identifikasi, kecelakaan kerja yang
sering terjadi adalah akibat terpeleset, terjatuh dan tersandung. Maka
dengan menggunakan metode FTA bisa dibuat seperti gamabr pohon
kesalahan seperti berikut:

Selanjutnya adalah menganalisis poin kesalahan, dapat disimpulkan bahwa ada


6 faktor penyebab kecelakaan terpeleset, terjatuh, dan tersandung, yaitu:

 Kekuatan fisik pekerja yang tidak sesuai dengan pekerjaan.


 Terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaan.
 Bekerja sambil bercanda.
 Meletakkan perkakas disembarang tempat.
 Tidak mengikuti instruksi kerja.
 Melanggar aturan.
G. JSA
Tujuan JSA adakah memantau resiko-resiko bahaya yang jarang
diketahui atau beberapa resiko bahaya yang tidak dihiraukan dalam
pekerjaan, padahal beresiko kecelakaan atau pada kesehatan. Menentukan
cara laksana kedali bahaya dan mengurangi resiko kecelakaan. Acuan
dalam menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar pengajuan ke
Manajemen. Tujuan akhir dari program ini adalah menurunkan angka
kecelakaan kerja dan meningkatkan produktifitas. Jadi pada Teknisi
Pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) metode JSA ini adalah untuk
menganalisis resiko-resiko kecelakaan kerja secara rinci dan menentukan
APD dengan dasar kecelakkan tersebut tidak lupa membuat penyelesaian
setiap masalah untuk meminimalisir kecelakaan kerja.

Langkah-langkah pelaksanaan JSA dapat dilakukan dengan:


D. Solusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Teknisi Pemasangan Penerangan
Jalan Umum (PJU)
1. Material
 Stick Lamp
Pada pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU), Stick Lamp pada
pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) di malam hari digunakan untuk
penerangan supaya orang yang berkendara pada malam hari mengerti apabila
sedang ada pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU).

 Papan Pemberitahuan

Pada pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU), Papan Pemberitahuan pada


pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) digunakan untuk pemberi tanda
supaya orang yang berkendara mengerti apabila sedang ada pemasangan
Penerangan Jalan Umum (PJU).

 Rubber Cone
Pada pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU), Traffic cone merupakan alat
yang bersifat sementara berupa kerucut yang terbuat dari plastik atau karet.
Banyak digunakan untuk mengarahkan lalu lintas untuk menghindari bagian
jalan yang sedang ada perbaikan, mengalihkan lalu lintas pada kecelakaan lalu-
lintas, atau untuk melindungi pekerja di jalan yang sedang melakukan pekerjaan
perawatan dan pemeliharaan jalan. Pada pemasangan ini digunakan untuk
melindungi pekerja di jalan yang sedang memasang lampu penerangan jalan
umum.

2. Man (APD)
 Helm Safety

Kegunaan utama dari helm safety sendiri yaitu untuk melindungi


kepala pekerja, supaya bisa terhindar dari kejatuhan barang dan yang
lain, dan meminimalisir cedera yang akan menerpa pekerja tersebut.
Kegunaan helm safety sangat dibutuhkan oleh beberapa pekerja yang
bekerja di daerah kerja seperti tambang minyak, pabrik, proyek
pembangunan gedung, pemasangan lampu jalan, dan berbagai hal
yang lain. Dan pemakaian helm safety di area kerja yang penuh resiko
seperti itu adalah wajib karena fungsi utamanya untuk pelindung diri.
Karena potensi kemungkinan yang cukup besar dan datang dari atas
kepala banyak sekali terjadi di lingkungan kerja seperti itu. Hingga
keberadaan alat keselamatan kerja seperti helm proyek ini sangat
penting.

 Kacamata

Kacamata safety berfungsi untuk:

1. Mengurangi resiko akibat kecelakaan.


2. Melindungi bagian area mata dari pekerjaan yang memiliki resiko pada
mata seperti mengelas.
3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat bekerja.

Pekerja akan terkena bahaya yang bisa membuat mata dan wajah cedera.
Bahaya yang mengancam mata dan wajah ialah seperti partikel yang
berterbangan, bahan kimia cair, logam cair, bahan kimia asam atau basa,
bahan kimia yang menguap dan gas serta radiasi cahaya. Banyak kejadian
kecelakaan kerja yang melukai mata atau wajah dikarenakan pekerja tidak
memakai alat pelindung mata dan wajah atau menggunakannya tetapi
caranya tidak benar.

 Rompi Reflektor
Fungsi dari Rompi Reflektor:

1. Untuk mencegah terjadinya kontak kecelakaan pada pekerja.


2. Mengurangi resiko kecelakaan kerja.
3. Agar terlihat oleh pekerja lain saat bekerja dimalam hari.

 Ear Plug

Ear Plug berfungsi untuk memperkecil suara yang keras yang sekiranya
dapat mengakibatkan kerusakan pada telinga kita di luar ruangan maupun
didalam ruangan pabrik. Jika tidak menggunakan sumbat telinga
kemungkinan pendengaran akan terganggu, selain jika anda bekerja di
lokasi yang terdapat logam, api dan sejenisnya, kemungkinan telinga anda
dapat terkena percikan api atau logam-logam kecil yang panas di area
sekitar anda.

 Hand Gloves
Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi seluruh bagian
tangan hingga ke jari-jari selama melakukan pekerjaan tertentu. Sarung
tangan kerja/pelindung ini berfungsi untuk melindungi tangan dari api,
suhu panas dan dingin, radiasi, arus listrik, benturan dan pukulan, tergores
benda tajam/kasar. Selain itu juga melindungi tangan dari kontak biologis
atau bahan kimia dan infeksi virus atau bakteri.
 Sepatu Safety

Sepatu Safety (Safety Shoes) adalah salah satu Alat Pelindung Diri
(APD) yang harus dipakai oleh seseorang ketika bekerja guna menghindari
resiko kecelakaan. Bukan sekedar membuat perlindungan bagian tubuh pekerja
pada adanya resiko kecelakaan saja, tetapi dengan memakai sepatu Safety
pekerja akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan efektivitas dan
hasil produksi yang diharapkan
 Full Body Harness

Full Body Harness digunakan untuk pekerja yang bekerja di ketinggian dimana
ada kemungkinan untuk jatuh dari ketinggian lebih dari 2 meter atau di segala
situasi di mana prosedur kerja menyatakan bahwa harness harus digunakan.

3. Solusi dan Kesimpulan


DAFTAR PUSTAKA
Ir. Mukhtarul Amin. 2015. Metode Penerangan Jalan Umum. (Online) (di akses pada 09
Desember 2018). Jam 20.19
Cristina, Florina. 2017. Penelitian Teoritis Pada Kegagalan Mode dan Effect Annalisis
(FMEA) Metode dan Struktur. Hal 176-181.
Dian Palupi Restuputri, Resti Prima Dyan Sari. 2015. Analisis Kecelakaan Kerja Dengan
Menggunakan Metode Hazard And Operability Study (HAZOP). Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
Vol. 14, No. 1.
Socrates, Muhammad Fil. 2013. Analisis Resiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC
Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi.
Muhammad Nur, Oki Ariwibowo. 2018. Analisis Kecelakaan Kerja dengan Menggunakan
Metode FTA Dan 5S. Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah dalam Bidang Teknik Industri.
Vol. 4, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai