DISUSUN OLEH:
17501241001 QISTHI INTAN NIZAMI
17501241010 YULI ANTY RIZKI SAPUTRI
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNY 2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tentang
“Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pekerja Pemasangan
Penerangan Jalan Umum (PJU)”. Tugas ini kiranya tidak akan selesai tanpa bantuan
dari beberapa pihak yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikannya.
Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Drs. Ketut Ima Ismara M.Pd., M. Kes
selaku dosen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan orang tua serta keluarga penulis
yang senantiasa membimbing penulis untuk penyusunan buku ini. Tanpa adanya
bimbingan dari beliau, penulis kiranya tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam buku ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, tugas ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis sadari tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis harap adanya saran dan kritik yang membangun untuk menjadi bahan perbaikan
di karya selanjutnya.
Besar harapan penulis, semoga tugas ini dapat menjadi acuan untuk mengetahui diri
penulis sendiri dalam berbagai aspek yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
3. Dasar Hukum
- UU No. 1 Th 1970 Keselamatan Kerja mengenai Accident Prevention
(pencegahan kecelakaan).
Pasal 2 ayat (1) huruf q (ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagi-
bagikan, disalurkan dan digunakan.
Pasal 3 ayat (1) huruf q (objective)
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
Pasal 5 ayat (1)
Pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-
undang ini dan membantu pelaksanaannya.
- UU No. 20 Th 2002 Ketenagalistrikan mengenai Pengusahaan Listrik.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi RI No. Kep75/Men/2002
pemberlakuan PUIL 2000 SNI 04-0225-2000.
- Peraturan Umum Instalsai Listrik (PUIL) 2000 Standard Nasional
Indonesia (SNI) 04-0225-2000 ditetapkan sebagai standard wajib
Keputusan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No.2046K/40/MEN/2001.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per02/Men/1989 tentang instalasi
penyalur petir.
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal/ proteksi bahaya sambaran
langsung.
- SNI 225.2000 (PUIL 2000).
Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal/ proteksi bahaya sambaran
tidak langsung.
4. Bahaya Listrik
- Kebakaran
Energi listrik menimulkan panas, dan apabila panas ini berlebihan
mengakibatkan isolasi dari kabel listrik menjadi rusak yang bahkan akan
timbul api yang dapat menjadi kebakaran. Kita tahu bahwa kilang PT Badak
adalah kilang pencairan gas alam yang punya resiko terjadinya kebocoran
gas yang mengarah kepusat-pusat distribusi listrik (MCC) atau terminal-
terminal listrik yang bisa berakibat kebakaran /peledakan yang
diakibatkan adanya potensi terjadinya percikan api.
- Peledakan
Pusat-pusat distribusi listrik seperti di SWGR & MCC semua breaker
atau kontaktor sudah dirancang untuk dapat mengatasi jika terjadinya
kelebihan beban ataupun short circuit. Tetapi oleh sesuatu hal dapat terjadi
ledakan pada breaker kontaktor ini yang disebabkan oleh cara
pengoperasian yang salah, misalnya: Breaker / kontaktor motor di MCC
4160 Volt ini jenisnya tidak boleh di Switch Off pada keadaan masih ada
beban (Do not open under load).
- Radiasi
Unit-unit pembangkit listrik (generator) atau distribusi listrik tegangan
tinggi sudah pasti ada radiasi yang diakibatkan oleh arus induksi dari kawat
penghantarnya. Sampai saat ini efek radiasi listrik terhadap sel-sel penting
dalam tubuh manusia masih diperdebatkan oleh para pakar kelistrikan
apakah berbahaya atau tidak.
- Kematian
Jika seseorang terkena sengatan arus listrik, maka orang itu hanya
mampu bertahan sekitar + 3 menit dengan besarnya arus listrik yang
mengalir ditubuhnya sebesar 0.40 Ampere, kemudian tidak dapat ditolong
lagi / meninggal.
3. Pengecoran Pondasi
5. Pendirian Tiang
4. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah pemecahan
masalah dalam penanganan identifikasi bahaya ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah Proses identifikasi masalah di PT KUI dengan melihat
banyaknya terjadi kecelakaan kerja pada masa lalu disetiap tahapan proses
produksi, melihat data standar operasinal produk dan melakukan
wawancara pada setiap operator pada proses pemesinan stasuin kerja kritis.
2. Studi literatur Studi literatur dalam penelitian menggunakan system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, teknik identifikasi bahaya
HIRADC, HAZOPS, RCA, HIRAR, FMEA, FTA, DAN JSA.
3. Identifikasi potensi bahaya Identifikasi potensi bahaya dilakukan pada
setiap tahapan proses pemesinan, dimulai dari tahapan proses pengecekan
kondisi mesin, proses menghidupkan mesin, proses produksi sampai proses
mematikan mesin dan pembersihan alat-alat produksi.
4. Risk assessment Risk assessment adalah proses penilaian risiko pada setiap
tahapan proses produksi yang memiliki nilai potensi bahaya.
5. Simpulan dan saran Simpulan dan saran berisikan rangkuman dari
pengolahan data dan analisis usulan penangnan potensi bahaya pada
penelitian dan memberikan usulan-usulan penanganan potensi bahaya pada
teknisi lampu jalan.
A. HIRADC
Langkah pertama pada HIRADC adalah mengidentifikasi bahaya dan
resiko. Menentukan sumber bahaya, jenis bahaya dan menentukan resiko.
Berikut adalah table identifikasi bahaya pada teknisi penerangan jalan
umum:
B. HAZOPS
Dalam metode ini yang pertama adalah mengidentifikasi hazard and risk.
Berikut table identifikasi pada teknisi penerangan jalan umum:
Setelah mengidentifikasi hazard and risk, langkah selanjutnya adalah membuat kriteria
likelihood. Berikut table kriteria likelihood pada teknisi penerangan jalan umum:
LIKELIHOOD
Level Kriteria Description
Kualitatif Semi Kualitatif
1 Jarang Terjadi Dapat dipikirkan tetapi tidak Kurang dari 1 kali dalam 10
hanya saat keadaan ekstrim tahun
2 Kemungkinan Belum terjadi tetapi bisa Terjadi 1 kali per 10 tahun
Kecil muncul/terjadi pada suatu waktu
3 Mungkin Seharusnya terjadi dan mungkin 1 kali per 5 tahun sampai 1
telah menjadi/muncul disini atau kali pertahun
ditempat lain
4 Kemungkinan Dapat terjadi dengan mudah, Lebih dari 1 kali pertahun
Besar mungkin muncul dalam keadaan hingga 1 kali perbulan
yang paling banyak terjadi
5 Hampir Pasti Sering terjadi, diharapkan dalam Lebih dari 1 kali perbulan
keadaan yang paling banyak
terjadi
CONSEQUENCES/SEVERITY
Level Uraian Description
Keparahan Cidera Hari Kerja
1 Tidak Kejadian tidak menimbulkan Tidak menyebabkan
Signifikan kerugian atau cidera pada kehilangan hari kerja
manusia
2 Kecil Menimbulkan cidera ringan, Kehilangan hari kerja dibawah
kerugian kecil dan tidak 3 hari
menimbulkan dampak serius
terhadap kelangsungan bisnis
3 Sedang Cedera berat dan dirawat Kehilangan hari kerja dibawah
dirumah sakit, tidak 3 hari
menimbulkan cacat tetap,
kerugian finansial sedang
4 Berat Menimbulkan cidera parah dan Kehilangan hari kerja 3 hari
cacat tetap dan kerugian atau lebih
finansial besar serta
menimbulkan dampak serius
terhadap kelangsungan usaha
Skala CONSEQUENCES
1 2 3 4 5
L 5 5 10 15 20 25
I
K 4 4 8 12 16 20
E 3 3 6 9 12 15
L
I 2 2 4 6 8 10
H
1 1 2 3 4 5
O
O
D
Keterangan:
Biru = Resiko rendah
Hijau = Resiko sedang
Kuning = Resiko tinggi
Merah = Ekstrim
Dari risk matrix di atas kemudian dapat dihitung skor risiko dan prioritas untuk
melakukan tindakan perbaikan. Untuk menghitung skor risiko adalah sebagai berikut:
Skor risiko = likelihood x consequences
Berikut adalah HAZOPS worksheet yang telah terisi:
Risiko bahaya yang ditimbulkan pada area pemasangan penerangan jalan umum antara
lain adalah:
C. RCA
RCA adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah atau
ketidaksesuaian,dalam rangka untuk mendapatkan akar penyebab suatu
masalah. tode RCA sudah tersebar luas, dengan menggunakan teknik akal
yang dapat menghasilkan pendekatan yang sistematis, terukur dan
terdokumentasikanuntuk identifikasi pemahaman, dan resolusi penyebab
yang mendasarinya (Vorley; 2008). Berikut merupakan poin utama dalam
metode RCA:
1. Identify the problem
2. Define the problem
3. Understand the problem
4. Identify the root cause
5. Corrective action
6. Monitor the system
D. HIRARC
Langkah pertama pada hirarc adalah mengidentifikasi bahaya dan resiko.
Menentukan sumber bahaya, jenis bahaya dan menentukan resiko. Berikut
adalah table identifikasi bahaya pada teknisi penerangan jalan umum:
Kemungkinan Score
Sering sekali 5
Sering mingguan 4
Agak sering 3
Jarang tahunan 2
Dapat terjadi 1
O 1 2 3 4 5
S
1 1 2 4 7 11
2 3 5 8 12 16
3 6 9 13 17 20
4 10 14 18 21 23
5 15 19 22 24 25
Maka setelah semua tahapan diatas, kita dapat menentukan penilaian resiko sebagai
berikut:
No Proses Temuan Resiko S O WRAC Tingkat
HAZARD resiko
1 Penggalian Daerah galian Tersetrum/ 4 5 23 tinggi
terdapat kabel Ledakan
atau pipa gas
2 Di semua Lingkungan Gangguan 3 1 6 Rendah
proses yang berdebu penglihatan
karena bekerja
dipinggir jalan
3 Di semua Tertabrak Cidera/luka 3 5 20 ketat
proses kendaraan berat
4 Di semua Cuaca ekstrim Dehidrasi 1 1 1 rendah
proses
5 Di semua Bising Penurunan 2 2 5 rendah
proses fungsi
dengar
6 Di semua Terkena benda Cidera 2 3 8 rendah
proses tajam Ringan
7 Pemasangan Terjepit/terlilit Cidera 2 3 8 rendah
kabel kabel Ringan
8 Pemasangan Tertusuk ujung Cidera 2 3 8 rendah
kabel konektor Ringan
9 Di semua Kemasan bekas Area kerja 2 3 8 rendah
proses material/sisa kotor
material
10 Disemua Pekerja tidak Jatuh/ 3 4 17 bersyarat
proses menggunakan terpeleset/
APD tersandung
11 Pemasangan Kesetrum Luka berat 5 4 24 ketat
lampu
12 Pemasangan Kejatuhan Cidera 3 4 17 Bersyarat
tiang Alat/tiang sedang
Dari hasil penilaian resiko diatas terdapat 12 jenis pekerjaan yang dianalisis, berikut hasil
dari analisis tersebut adalah:
1. Rendah: cidera akibat tertusuk ujung konektor, terlilit kabel, penurunan fungsi
dengan akibat bising kendaraan yang lewat, dan gangguan penglihatan akibat
debu jalanan.
2. Bersyarat: cidera akibat terjatuh terpeleset atau tersandung dan pekerja tidak
menggunakan APD.
3. Ketat: tersetrum akibat kesalahan saat pemasangan lampu, dan cidera atau luka
berat akibat tertabrak kendaraan.
4. Tinggi: tersetrum atau terjadi ledakan akibat tempat penggalian mengandung gas.
Saat bekerja pada kelistrikan ada baiknya harus menggunakan alat pelindung diri.
Adapun cara-cara mencegah kecelakaan adalah sebagai berikut:
1. Pastikan benda tajam diberi tanda atau diletakkan di wadah yang aman dan
menggunakan APD.
2. Menggunakan APD.
3. Pastikan tidak bekerja sendirian dan lapor kepada ketua tim jika mengantuk.
4. Pastikan posisi tubuh dengan benar saat bekerja.
5. Banyak minum air agar tidak dehidrasi saat cuaca ekstrem.
6. Pastikan area galian tidak berada diarea kabel/pipa gas
7. Buat tanda "Hati-Hati ada pekerjaan" diletakkan 100m sebelum lokasi kerja agar
pengendara berhati-hati
8. Pengecekan rutin, penggunaan APD, penggunaan alat dengan benar sesuai
fungsinya.
9. Pastikan alirran listrik padam saat bertugas memasang kabel.
10. Pastikan kondisi kabel dalam kondisi baik.
11. Kabel tidak banyak sambungan.
12. Pastikan tidak ada pekerja dibawah tiang saat tiang akan diberdirikan.
13. Pastikan menggunakan Full Body Harness dan pastikan hook terkait dengan benar
saat berada diketinggian.
E. FMEA
Penggunaan FMEA Dalam Mengidentifikasi Resiko Kegagalan Proses
Pemasangan Lampu Jalan:
Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa resiko yaitu
menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi
output proses. Dampak tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10, dimana
10 merupakan dampak terburuk. Proses sistem peringkat yang dijelaskan
pada table berikut:
Tinggi: 1 in 8 0.51
Sedang: 1 in 80 0.83 6
Papan Pemberitahuan
Rubber Cone
Pada pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU), Traffic cone merupakan alat
yang bersifat sementara berupa kerucut yang terbuat dari plastik atau karet.
Banyak digunakan untuk mengarahkan lalu lintas untuk menghindari bagian
jalan yang sedang ada perbaikan, mengalihkan lalu lintas pada kecelakaan lalu-
lintas, atau untuk melindungi pekerja di jalan yang sedang melakukan pekerjaan
perawatan dan pemeliharaan jalan. Pada pemasangan ini digunakan untuk
melindungi pekerja di jalan yang sedang memasang lampu penerangan jalan
umum.
2. Man (APD)
Helm Safety
Kacamata
Pekerja akan terkena bahaya yang bisa membuat mata dan wajah cedera.
Bahaya yang mengancam mata dan wajah ialah seperti partikel yang
berterbangan, bahan kimia cair, logam cair, bahan kimia asam atau basa,
bahan kimia yang menguap dan gas serta radiasi cahaya. Banyak kejadian
kecelakaan kerja yang melukai mata atau wajah dikarenakan pekerja tidak
memakai alat pelindung mata dan wajah atau menggunakannya tetapi
caranya tidak benar.
Rompi Reflektor
Fungsi dari Rompi Reflektor:
Ear Plug
Ear Plug berfungsi untuk memperkecil suara yang keras yang sekiranya
dapat mengakibatkan kerusakan pada telinga kita di luar ruangan maupun
didalam ruangan pabrik. Jika tidak menggunakan sumbat telinga
kemungkinan pendengaran akan terganggu, selain jika anda bekerja di
lokasi yang terdapat logam, api dan sejenisnya, kemungkinan telinga anda
dapat terkena percikan api atau logam-logam kecil yang panas di area
sekitar anda.
Hand Gloves
Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi seluruh bagian
tangan hingga ke jari-jari selama melakukan pekerjaan tertentu. Sarung
tangan kerja/pelindung ini berfungsi untuk melindungi tangan dari api,
suhu panas dan dingin, radiasi, arus listrik, benturan dan pukulan, tergores
benda tajam/kasar. Selain itu juga melindungi tangan dari kontak biologis
atau bahan kimia dan infeksi virus atau bakteri.
Sepatu Safety
Sepatu Safety (Safety Shoes) adalah salah satu Alat Pelindung Diri
(APD) yang harus dipakai oleh seseorang ketika bekerja guna menghindari
resiko kecelakaan. Bukan sekedar membuat perlindungan bagian tubuh pekerja
pada adanya resiko kecelakaan saja, tetapi dengan memakai sepatu Safety
pekerja akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan efektivitas dan
hasil produksi yang diharapkan
Full Body Harness
Full Body Harness digunakan untuk pekerja yang bekerja di ketinggian dimana
ada kemungkinan untuk jatuh dari ketinggian lebih dari 2 meter atau di segala
situasi di mana prosedur kerja menyatakan bahwa harness harus digunakan.