Anda di halaman 1dari 37

TUGAS

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN REGULASI


“ASPEK K3 PADA PERENCANAAN, PEMASANGAN, PEMELIHARAAN
INSTALASI LISTRIK, SYSTEM PENANGKAL PETIR DAN PEMBUMIAN”

NAMA : LA BAIDA
NIM : E1D1 15 020

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan Regulasi ini dapat
terselesaikan. Tujuan daripada pembuatan makalah ini adalah selain sebagai tugas yang
diberikan oleh Dosen Mata Kuliah makalah ini juga sebagai bahan pembelajaran untuk
penulis sendiri.

Dengan selesainya laporan praktikum ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada dosen mata kuliah dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan
ini baik secara langsung maupun tak langsung telah membantu memberikan dukungan,
saran dan kritik mengenai isi laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak memiliki


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pada pembaca untuk memberikan
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini.
Kendari, 12 Desember 2018

P E N U L I S

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Instalasi Listrik .................................................................................. 3
2.1.1 Perencanaan Instalasi Listrik ..................................................... 3
2.1.2 Pemasangan Instalasi Listrik ..................................................... 5
2.1.3 Pemeliharaan Instalasi Listrik .................................................... 7
2.2 Sistem Penyalur Petir dan pembumian ............................................... 11
2.2.1 Sistem Penyalur Petir ................................................................ 11
2.2.2 Sistem Pembumian .................................................................... 15
2.3 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Listrik .................................. 22
2.3.1 Dasar Hukum K3 Listrik ........................................................... 22
2.3.2 Tujuan Listrik ........................................................................... 22
2.3.3 Bahaya Listrik ........................................................................... 23
2.3.4 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Listrik .................................. 27
2.3.5 Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Listrik .................... 27
2.4 Alat Pelindung Diri Keselamatan Kerja Listrik .................................. 28
2.4.1 Alat Pelindung Diri ................................................................... 28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 32
3.2 Saran ................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan listrik untuk
melayani perubahan energi listrik menjadi tenaga mekanis dan kimia. Instalasi listrik yang lebih
baik adalah instalasi yang aman bagi manusia dan akrab dengan lingkungan sekitarnya.

Perencanaan sistem instalasi listrik pada suatu bangunan haruslah mengacu pada peraturan
dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan PUIL 2011 dan Undang-Undang Ketenagalistrikan
2002. Pada gedung bertingkat biasanya membutuhkan energi listrik yang cukup besar, oleh karena
itu pendistribusian energi listriknya harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat
terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Perencanaan titik lampu harus diperhatikan pula tingkat efisiensi, rugi tegangan harus
berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban yang berbanding terbalik dengan penampang
saluran. Pada instalasi bangunan rugi tegangan dihitung dari alat pengontrol adalah maksimal 2%
untuk instalasi lampu penerangan dan maksimal 5 % untuk instalasi daya, misalnya motor listrik.
Perencanaan instalasi penerangan perlu diperhatikan sistem penyalaan lampu dan peralatan lain
misalnya untuk penyalaan lampu penerangan dengan peralatan listrik yang lain (AC), karena
penyalaan penerangan pada gedung bertingkat dan sekolahan berbeda dengan instalasi
penerangan pada rumah tinggal.

Selain dari pada perencanaan penerangan, dalam instalasi kita berbicara tentang system
penyalur petir dan pembumian. Dewasa ini memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Misalkan
kita membangun sebuah rumah tinggal, pasti di dalamnya terdapat instalasi listrik, instalasi
penyalur petir, untuk pengamannya apabila terjadi gangguan di dalam instalasi listrik rumah yang
kita buat, disitulah fungsi pembumian yang akan langsung menyalurkan tegangan lebih ataupun
arus ke dalam tanah. Hal yang sama akan berlaku juga pada instalasi penyalur petir.

Seperti hal diatas, perencanaan Instalasi listrik, instalasi penyalur petir serta pembumian
(Grounding) pada suatu bangunan harus mengacu pada peraturan dan ketentuan yang belaku.
Terkait dengan hal tersebut, aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus pula
diperhatikan. Oleh karena itu, penulis mencoba membuat makalah mengenai materi ini selain
tugas Mata Kuliah yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan, penulis merasa bertanggung
jawab dan harus mengetahui, hal-hal yang mendasar menganai Keselamatan dan Kesehatan kerja
terkait dalam pengerjaan Instalasi listrik, penyalur petir dan grounding.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja yang termaksud dalam perencanaan instalasi listrik?
2. Bagaimanakah pemasangan instalasi listrik?
3. Bagaimanakah pemeliharaan dari instalasi listrik?
4. Hal-hal apa saja yang termaksud dalam system penyalur petir dan pembumian?

1
5. Bagaimanakah aspek K3 pada system penyalur petir dan pembumian?
6. Bagaimanakah aspek K3 pada perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan instalasi
listrik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa saja yang termaksud dalam perencanaan instalasi listrik
2. Mengetahui pemasangan instalasi listrik
3. Mengetahui pemeliharaan dari instalasi listrik
4. Mengetahui Hal-hal yang termaksud dalam system penyalur petir dan pembumian
5. Mengetahui aspek K3 pada system penyalur petir dan pembumian
6. Mengetahui aspek K3 pada perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan instalasi
listrik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Instalasi Listrik

2.1.1 Perancangan Instalsi Listrik


Dalam membuat suatu rencana instalasi listrik, kita harus memenuhi ketentuan pada
PUIL. Yang dimaksud dengan rencana istalasi listrik adalah suatu berkas gambar rencana
dan uraian teknik yang akan dipergunakan sebagai pengangan untuk melaksanakan
pemasangan suatu instalasi listrik. Perencanaan instalasi listrik harus jelas dan mudah
dipahami. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku. Perencanaan instalasi
listrik terdiri dari :
a. Gambar Situasi
Gambar situasi yang menunjukkan dengan jelas tata letak bangunan tempat
instalasitersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan sumber
tenaga listrik.

b. Gambar Instalasi
Gambar instalasi ini sangat di perlukan untuk memnunjang kebutuhan bahan dalam
instalasi dan sebagai tolak ukur dalam instlasi tak hanya itu saja dalam instalasi dapat
memudahkan seseorang dalam bekerja karena dengan gambar instalasi tersebut dapat
membimbing seorang dalam instalasi. Gambar instalasi inii meliputi :
1. Rencana tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak pesawat listrik, sakelar,
lampu, dan sebagainya.
2. Rencana hubungan alat listrik dengan pengontrolnya, missal hubungan sakelar
dengan lampunya.
3. Memberikan tanda atau keterangan yang jelas mengenai setiap peralatan atau
pesawat listrik.

Gambar 2.1 Contoh gambar instalasi

3
c. Diagram Garis Tunggal (Single Line Diagram)
Diagram Garis Tunggal meliputi :
1. Diagram PHB yang lengkap dengan keterangan mengenai ukuranbeserta besaran
nominal dari komponen.
2. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang beserta
pembagiannya.
3. System pentanahannya.
4. Ukuran dan jenis hantaran yang dipakai.

Gambar 2.2 Diagram Garis tunggal

d. Gambar Detail
Gambar detail meliputi:
1. Perkiraan dari ukuran fisik PHB
2. Cara pemasangan alat-alat listriknya
3. Cara pemasangan kabelnya
4. Cara kerja instalasi kontrolnya

e. Perhitungan Teknis
Perhitungan teknis meliputi:
1. Susut tegangan
2. Perbaikan factor daya
3. Beban terpasang dan kebutuhan maksimum
4. Arus hubung singkat beserta daya hubung singkat
5. Tingkat penerangan

f. Daftar Bahan Instalasi


Daftar bahan intalasi meliputi:
1. Jumlah dan jenis kabelnya
2. Jumlah dan jenis perlengkapan bantunya

4
3. Jumlah dan jenis PHB
4. Jumlah dan jenis armature lampunya.

Gambar 2.3 Bahan Instalasi


g. Uraian Teknis
Uraian teknik meliputi:
1. Ketentuan teknis dari peralatan yang dipasang dan cara pemasangannya
2. Cara pengujian
3. Rencana waktu pelaksanaan

h. Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya ini biasa dikenal dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB) yang
dimana didapatkan bila semua kebutuhan sudah di kalkulasikan semuanya.

2.1.2 Pemasangan Instalasi Listrik


Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga untuk rumah/gedung
terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang sudah dibuat oleh
perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya akan dipasang. Selain itu
juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pemilik bangunan/rumah, dan
syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang harus dipenuhi dari yang berwajib ialah
yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat.
Adapun syarat – syarat pemasangan instalasi listrik yaitu:

1. Gambar situasi
Gambar situasi untuk menyatakan letak bangunan, dimana instalasinya akan dipasang
serta rencana penyambungannya dengan jaringan PLN.

5
2. Gambar instalasi
Gambar instalasi atau rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang
dan sarana pelayanannya, misalnya titik lampu, saklar dan kotak kontak, panel hubung
bagi, data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang
3. Rekapitulasi
Rekapitulasi atau perhitungan jumlah dari komponen yang diperlukan antara lain :
 Rekapitulasi material dan harga
 Rekapitulasi daya atau skema bagan arusnya
 Rekapitulasi tenaga dan biaya
Selain itu terdapat persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam pemasangan instalasi
listrik dan tenaga, antara lain :

1. Pemasangan Penghantar
Penghantar yang digunakan untuk instalasi penerangan (rangkaian akhir) adalah
penghantar jenis NYA dan untuk instalasi daya (feeder/pengisi/incoming) dengan
menggunakan penghantar jenis NYM yang memiliki isolasi yang baik, agar mudah cara
pemasangan dan perbaikan pemasangan penghantar tersebut masuk ke dalam pipa
instalasi.
Ukuran penghantar jalur utama termasuk jalur ke stop kontak dan penghantar jalur
cabang dari saklar ke lampu yaitu 2,5 mm2 dengan menggunakan penghantar yang sesuai
ketentuan maka keselamatan instalasi dapat terjamin dan apabila instalasi akan diperluas
masih dalam batas kemampuannya.
Penghantar untuk jenis NYM dilengkapi dengan hantaran pentanahan/arde karena
untuk instalasi daya, misalnya untuk AC, motor listrik dimaksudkan agar bagian yang
terbuat dari logam dapat ternetralisir dan apabila terjadi hubung singkat aliran arus akan
segera ke tanah.

2. Pipa Instalasi
Semua penghantar dalam instalasi listrik dimasukkan dalam pipa PVC dengan
ukuran agar penghantar aman dari benturan mekanis, disamping itu juga penghantar
akan terisolasi serta mudah dalam perawatan apabila terjadi kerusakan dalam perbaikan.

3. Saklar dan Kotak Kontak


Fungsi saklar dalam instalasi listrik penerangan untuk memutuskan dan
menghubungkan arus listrik dari sumber ke beban. Di dalam saklar dilengkapi dengan
pegas yang dapat memutuskan rangkaian dalam waktu yang sangat singkat, dengan
cepatnya pemutusan ini kemungkinan timbulnya busur api antara kontak (tuas) saklar

6
menjadi lebih kecil. Saklar yang digunakan pada umumnya jenis saklar tunggal, saklar
seri dan saklar tukar (hotel) jenis inbow (terpendam dalam tembok).
Adapun aturan pemasangan saklar yaitu :
a. Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai.
b. Dekat dengan pintu dan mudah dicapai tangan/sesuai kondisi tempat.
c. Arah posisi kontak (tuas) saklar seragam bila pemasangan lebih dari satu. Fungsi
kotak kontak (stop kontak) dalam instalasi listrik sebagai alat penghubung beban
dengan sumber listrik.
Aturan pemasangan stop kontak :
a. Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai, apabila kurang dari 150 cm harus
dilengkapi tutup.
b. Mudah dicapai tangan.
c. Di pasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnya berada disebelah kanan
atau di sebelah bawah.

4. Kotak Pembagi Daya Listrik/PHB/Distribusi Panel (DP)


Panel bagi di dalam instalasi listrik rumah/gedung merupakan peralatan yang
berfungsi sebagai tempat membagi dan menyalurkan tenaga listrik ke beban yang
memerlukan agar merata dan seimbang. Di dalam panel bagi terdapat komponen antara
lain rel (busbar), saklar utama, pengaman, pengaman, alat-alat ukur dan lampu indikator.

5. Rating Pengaman
Rating pengaman yang dipakai menurut PUIL harus sama dengan atau lebih besar
dari arus nominal beban (I pengaman > I nominal). Pengaman yang digunakan dalam
instalasi listrik adalah pemutus rangkaian (MCB) untuk pengaman tiap kelompok beban
dan pemutus rangkaian pusat (MCCB) untuk pengaman seluruh kelompok beban.
Besarnya rating arus MCB maupun MCB diperhitungkan arus beban yang dipikul atau
dipasang di dalam instalasi agar memenuhi syarat keamanan.

2.1.3 Pemeliharaan Instalasi Listrik


PUIL 2011 mempunyai maksud dan tujuan utama agar pengopersian instalasi listrik
dapat terselanggarakan dengan baik terutama untuk mencegah bahaya listrik. Instalasi ketika
sudah terpasang, harus dikelola atau dipelihara secara berkala dengan baik sesuai ketentuan
PUIL 2011.
Para ahli dan teknisi yang mengerjakan tahap-tahap pekerjaan instalasi tersebut harus
memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Peralatan dan material instalasi yang

7
digunakan harus memenuhi persyaratan standar SNI atau standar lain yang diberlakukan dan
harus pula memenuhi persyaratan PUIL antara lain sesuai penggunaan dan kemampuannya.
Instalasi yang telah diperiksa dan diuji dengan hasil baik, sesuai ketentuan PUIL, jika
dipandang perlu harus diuji coba dengan tegangan dan arus kerja menurut batas yang
ditentukan dan dalam waktu yang disyaratkan. Pada waktu uji coba, semua peranti yang
terpasang dan akan digunakan harus dijalankan, baik secara sendiri-sendiri maupun
serempak sesuai dengan rencana dan tujuan penggunaannya. Hasil pemeriksaan dan
pengujian, termaksud hasil uji coba, harus dilaporkan dalam bentuk berita acara. Jika uji coba
menunjukkan ada kesalahan dalam instalasi, uji coba itu harus dihentikan dan hanya dapat
diulangi setelah instalasi diperbaiki. Sebelum Instalasi dengan suplay hendaknya memriksa
beberapa hal di bawah ini:
1. Kontinuitas penghantar proteksi
2. Kontinuitas penghantar pengikat
3. Resistans isolasi
4. Isolasi yang dilaksanakan setempat
5. Proteksi dengan pemisahan
6. Proteksi dengan penghalang
7. Dan penyelungkupan
8. Resistans isolasi lantai dan dinding
9. Polaritas
10. Resistans elektrode bumi

Sesudah instalasi dihubungkan dengan suplai:


1. Meyakini polaritas yang benar
2. Impedansi lingkar gangguan bumi
3. Bekerjanya GPAS
4. Bekerjanya semua sakelar, pemutus sirkit dan pemisah

1. Perawatan
Karena instalsi mengalami aus, penuaan atau kerusakan yang akan mengganggu
instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi harus diperiksa dan diperbaiki, dan bagian
yang aus, rusak atau mengalami penuaan diganti. Perlengkapan tertentu seperti relai,
kontaktor yang bagiannya lebih cepat terganggu bekerjanya karena mengalami aus, penuaan
atau kerusakan, harus secara berkala diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun
listriknya.
Semua bagian instalasi listrik harus diperiksa dan dibersihkan
secara berkala dan teratur berdasarkan petunjuk, metode, dan program yang telah

8
ditentukan. Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dimuat dalam laporan tertulis
pemeriksaan. Instalasi listrik yang disiapkan untuk melayani keadaan darurat, harus diperiksa
dan dicoba secara berkala agar keamanandan keandalannya terjamin. Pemeliharaan semua
instalasi listrik sementara di lapangan pembangunan harus diawasi oleh orang yang
berwenang dan memikul tanggung jawab penuh atas keamanan menggunakan, mengubah,
dan menambah instalasi. Instalasi sementara tersebut harus diperiksa dan diuji secara berkala
sesuai ketentuan mengenai instalasi sementara, paling lama tiga bulan sekali sesuai dengan
keadaan dan tempat instalasi.

2. Perbaikan
Sebelum melaksanakan perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi
listrik, sakelar pemutus daya dan MCB harus dibukaterlebih dahulu serta sekering
dilepaskan. Pekerjaan-pekerjaan dalam perawatan dan perbaikan hubungan instalasi listrik
salah satu diantaranya adalah: Kotak sekering / PHB.

Langkah-langkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut :


a. Kotak sekering dibuka tutupnya dengan obeng, tetapi sebelumnya
sakelar pemutus daya dilepaskan dahulu. Sambungan kawat pada terminal-terminal
dilepaskan dengan membuka sekerup-sekerup terminal menggunakan obeng. Karena
panas dan lambat pada terminal-terminal tersebut sering terbentuk kotoran atau kerak-
kerak yang dapat menghambat aliran arus listrik, maka harus dibersihkan dengan
menggunakan amplas (kertas gosok) yang halus dengan cara menggosoknya sampai
bersih. Setelah bersih terminalnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam penyambungan,
maka sebelum melepaskan terminal jika perlu diberi tanda.
b. Sakelar-sakelar dibuka tutupnya, sambungan-sambungan kawat pada terminal
dilepaskan dan dibersihkan dari kotoran, setelah itu dipasang kembali dengan kuat. Jika
kontak geser pada sakelar sudah rusak atau aus, sakelar tersebut harus diganti.
c. Tutup kotak kontak -kotak kontak dibuka, sambungan pada terminal dibuka dan
dibersihkan, setelah bersih dipasang kembali dengan kuat, lubang-lubang kontak pada
kotak kontak dibersihkan.
d. Kabel-kabel di atas plafon bila ada yang rusak misalnya digigit tikus, bila
memungkinkan kabel tersebut diganti, bila tidak memungkinkan bagian yangrusak
isolasinya dibungkus dengan isolasi yang baik. Sambungan-sambungankawat pada
kotak sambung dibersihkan dari kotoran, bila ada yangkendor ikuatkan kembali dengan
dipuntir menggunakan tang. Bila tutupsambungan (las dop) ada yang kendor atau lepas
dan tutup kotak sambungan adayang lepas, maka dipasang kembali dengan kuat.

9
e. Tahanan isolasi antara fase dan nol, fase dan fase, fase dan bumi(ground), nol dan
bumi diukur, Bila hasilnya lebih kecil dari 1000 tiap volt maka diadakan pemeriksaan
bagian instalasi yang mengalami kerusakan isolasidan harus diganti kabelnya.

3. Standart Operating Procedure (SOP)


Mengacu pada standard pelaksanaa pekerjaan dan sebagai bahan rujukan untuk
perawatan mekanikal dan elektrikal gedung. Gedung dalam masa pemakaian gedung
tentunya akan muncul masalah masalah teknis yangterjadi karena banyak faktor yang
tidak lepas dari kualitas pekerjaan pemasangan dan kualitas bahan / material sendiri.
Sebagai landasan / pedoman perawatan Instalasi Mekanikal dan Eletrikal di Gedung.
Penting akan adanya Standard Operating Prosedure (SOP ) yang di himpun dengan
penyesuaian keadaan lapangan/ gedung dengan berdasar pada sistem pemasangan awal.
Tujuan , Ruang Lingkup , Deskripsi dan elemen, kami paparkan padatiap Sub
pekerjaan.Dalam masa pemakaian gedung tentunya akan muncul masalahmasalah teknis
yang terjadi karena banyak faktor yang tidak lepas darikualitas pekerjaan pemasangan dan
kualitas bahan / material sendiri.Untuk Instalasi listrik gedung, perawatan dan perbaikan
di bagi dalam 3 bagian, yaitu :
a. Panel-panel dan Transformator
Dalam instalasi gedung, kita akan selalu menemui panel-
panel besar dan transformator untuk menunjang kebutuhan instalasi listrik gedung
yang kompleks, maka di bawah ini merupakan perawatan yang sesuai dengan SOP:
Panel MVMDP
Panel MVMDP adalah kepanjangan dari Medium Voltage Main Distribution
Panel, panel yang bekerja pada tegangan menengah. Dan berikut ini perawatannya
:
 Pastikan Fungsi pemanas udara di dalam panel bekerja
dengan baik, hal ini untuk menghindari kandungan air di udara atau
kelembaban yang berlebihan dalam terminasi panel yang akan mengakibatkan
loncatan arus antar Phase, Pastikan kembali kontrol pengaman panel dan trafo
berfungsi dengan baik bila perlu lakukan simulasi kecil sebelumnya,
 Pengoperasian Panel Tegangan menengah membutuhkan operating person
yang sudah berpengalaman, guna menghindari kecerobohan.
Transformator
Transformator adalah alat untuk menurunkan atau menaikkan tegangan. Dan
berikut adalah perawatannya :
 Pastikan pemberian pengaman luar Transformator,
misalnya pemberian pagar pelindung agar hanya orang orang tertentu yang
bisa memiliki akses masuk

10
 Pastikan pergantian udara didalam ruang Transformator berjalan dengan baik.
 Selalu beri tanda peringatan bahwa area disekitar Transformator berbahaya.
Panel LVMDP
LVMDP adalah kependekan dari Low Voltage Main Distribution Panel, artinya
panel ini bekerja pada tegangan rendah dan berfungsi sebagai pembagi utama
pembagian daya instalasi diseluruh gedung dan sekitar. Berikut cara perawatan
dalam panel :
 Pastikan pergantian udara di ruang panel LVMDP berjalanlancar, untuk
mengurangi efek kenaikkan temperatur padakomponen panel.
 Selalu beri tanda peringatan bahwa area sekitar panel berbahaya.Perawatan
rutin dengan melakukan pembersihan pada komponen-komponen panel.(
maksimal 3 bulan sekali).
 Pengamanan ruang panel, sehingga hanya orang- orang tertentuyang memiliki
akses masuk.

2.2 Sistem Penyalur Petir dan Pembumian

2.2.1 Sistem Penyalur Petir


Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir
akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para
ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang
biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan.
Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di
bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan
negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir
dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara
awan dengan tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu sambaran 55 kw/hour.

a. Dampak Yang Ditimbulkan Adanya Petir


Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi anti
petir/penangkal petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat menyambar
melalui jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada
Umumnya jaringan listrik terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di beberapa
negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak perangkat panel listrik bukan di
sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar langsung ke bangunan yang telah di
pasang penangkal petir atau anti petir melainkan sambaran petir mengenai jaringan listrik
PLN sehingga arus petir ini masuk ke bangunan mengikuti kabel listrik dan merusak
panel listrik tersebut.

11
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari bangunan yang
telah terpasang instalasi penangkal petir baik instalasi penangkal petir
konvensional maupun penangkal petir elektrostatis, hal ini sudah biasa terjadi
karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya tinggi, seperti
yang terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan listrik
pada sebuah bangunan di lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas tegangan
lebih/over voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia di pasaran
umum, yang jelas pemasangan arrester harus di hubungkan dengan grounding ke bumi.

b. Bahaya Akibat Sambaran Petir


 Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan
gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta seluruh
isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik/elektronik
atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan
memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah dengan cara
memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang
sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika
sambaran petir langsung mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat
bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir
langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal terbuka.
 Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik
Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai sesuatu
di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam bangunan
tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel udara
terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada kabel
terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara
penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman
tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang harus
dilengkapi dengan grounding system.

 Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi


Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan tetapi
berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan PABX.
Penanganannya dengan cara pemasangan arresterkhusus untuk jaringan PABX yang
di hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi mempunyai

12
jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat ini juga dapat
melindungi jaringan internet tersebut.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada
prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang
mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang
bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal petir,
tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.

c. Konstruksi Pemasangan Penangkal Petir Pada Gedung


Penangkal petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di
atas gedung dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk
melindungi bangunan pada saat terjadi petir

Jenis-jenis metode penangkal petir


 Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan sistem yang
hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian
atas bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di hasilkan
ujung penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya
adalah sistem yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada
sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi
sebagai material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa
disebut dengan sangkar faraday.

Penangkal Petir Radio Aktif


Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan
sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses
ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara
menggunakan zat berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua
bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan
listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah
muatan pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak
mampu di netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung
mengenai penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang

13
pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan
mengurangi zat beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap
dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Penangkal Petir Elektrostatis


Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi sebagian system
penangkal petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer
agar petir selalu melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio
aktif adalah jumlah energi yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan
listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada
penangkal petir elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang
menginduksi permukaan bumi.

 Cara Pemasangan Instalasi Penangkal Petir/Anti Petir Flash Vectron


Penangkal petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan jenis elektrostatik
yang di desain khusus untuk daerah tropis mampu memberikan solusi petir terbaik
khususnya di Indonesia. Selain sudah melewati uji laboratorium PLN dan laboratorium
tegangan tinggi di lembaga terkait, penangkal petir Flash Vectron juga telah di uji
langsung di lapangan yang rawan akan sambaran petir.
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkal petir/anti petir Flash
Vectron sebagai berikut.

Gambar 2.4 Pemasangan grounding


Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding
system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian
dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter,
apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya
dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka
di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di
pararelkan dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya menurun
sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.

14
Gambar 2.5 Memasang kabel penyalur
Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah
memasang kabel penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai keatas
bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari
banyak belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi
dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC
(Bare Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri
pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.

Gambar 2.6 Pemasangan head terminal


Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya
pemasangan head terminal petir Flash Vectron tentunya harus terhubung
dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding sistem.

2.2.2 Sistem Pembumian


Sistem pembumian biasa disebut sebagai grounding atau instalasi grounding. Sistem
grounding banyak digunakan di setiap bangunan gedung bertingkat, kantor maupun rumah
tinggal. Sistem grounding juga sudah terpasang di daerah pedalaman, karena di dataran yang
luas dapat terkena sambaran petir. Sistem grounding cukup besar manfaatnya untuk
bangunan atau peralatan yang ingin dilindungi maupun nyawa manusia. Grounding
merupakan sistem pengaman terhadap perangkat-perangkat yang menggunakan listrik
sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir, dll. Tujuan utama adanya grounding
adalah untuk menciptakan sebuah jalur yang low impedance (tahanan rendah) terhadap
permukaan bumi untuk gelombanglistrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik,
circuit switching dan electroctatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan
listrik, sehingga grounding sangat efektif untuk meminimalkan efek tersebut. Standar

15
pentanahan grounding antara lain: TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE
Emerald Book), IEEE Recommended Practice Grounding for Powering and Grounding
Electronic Equipment.
Beberapa alasan mengapa grounding diperlukan antara lain:
a. Grounding mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan akibat sambaran petir.
b. Grounding mencegah terjadinya lonjakan listrik (spike).
c. Grounding mencegah terjadinya loncatan yang ditimbulkan adanya perbedaan potensial
tegangan antara satu sistem pentanahan dengan yang lainnya.

Standar nilai grounding yang disyaratkan untuk kelistrikan:


a. Grounding tegangan phase – netral ˜ 220 Volt AC
b. Grounding tegangan phase – ground ˜ 220 Volt AC
c. Grounding tegangan netral – ground ˜ 1 Volt AC
d. Grounding nilai toleransi ˜ 3%
e. Ukuran grounding ˜ 1 Ohm

Beberapa macam type grounding, meliputi:


a. Ground Rod, tipe grounding yang terbuat dari kuningan untuk ground yang terhubung ke
tanah dan dilengkapi dengan bak kontrol (untuk pengukuran).
b. Elektroda Pita, sistem grounding yang menggunakan dasar plat tembaga sebagai elektroda
pita yang dihubungkan dengan kabel ke bak kontrol.
c. Elektroda Plat, sistem grounding yang menggunakan plat tembaga sebagai elektroda plat
yang dihubungkan dengan kabel ke bak kontrol.

Masyarakat umum biasanya mengaplikasikan sistem grounding terhadap


instalasi kelistrikan atau sering disebut ARDE. Tujuan pemasangan grounding ini
untuk membuang arus jahat yang mengalir di dalam listrik yang dapat menyebabkan
kerusakan peralatan. Sistem grounding yang sudah sangat umum terdiri:
1. Safety Grounding, merupakan grounding yang biasa digunakan untuk keamanan atau
keselamatan perangkat maupun manusia. Sistem grounding ini diaplikasikan dalam jalur
kelistrikan dan juga perangkat penangkal petir. Pemasangan system grounding bertujuan
untuk meminimalisir dampak arus jahat yang diakibatkan oleh naik turunnya tegangan
dan arus dari listrik PLN maupun arus akibat gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh petir.
2. RF Grounding, dengan pemasangan grounding seperti ini, diharapkan kerusakan pada
alat dapat diminimalisir, meskipun tidak seorangpun bisa mencegah terjadinya kerusakan
yang disebabkan oleh sambaran petir. Sistem grounding ini khusus diaplikasikan pada
instalasi perangkat radio komunikasi. Tujuan utamanya instalasi grounding, yaitu untuk

16
mengurangi atau meminimalisir dampak pancaran radiasi gelombang dari radio
komunikasi. Sistem grounding seperti ini utamanya diterapkan pada perangkat-perangkat
High Frekuensi (HF) dan perangkat dengan wattage atau power besar (sampai dengan
kW). Dengan menerapkan system grounding RF yang bagus, maka diharapkan kerugian
yang ditimbulkan akibat pancaran radiasi gelombang radio dapat berkurang.

1. Grounding Peralatan Kelistrikan


Instalasi listrik besar, sedang atau kecil dengan berbagai variasi tegangan dari rendah,
tinggi sampai ekstra tinggi wajib dipasang grounding (pentanahan atau arde). Grounding
adalah suatu jalur yang dipasang langsung dari arus listrik menuju bumi. Grounding dipasang
untuk mencegah terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan tegangan listrik berbahaya
akibat adanya kegagalan isolasi. Cara kerja grounding adalah ketika terjadi arus listrik yang
terlalu besar akibat adanya kebocoran, induksi tegangan listrik atau kegagalan isolasi suatu
peralatan listrik atau instalasi listrik, maka bagian pentanahan akan secepatnya menyalurkan
ke tanah, dan orang yang tidak sengaja memegang peralatan tersebut akan aman dari sengatan
listrik, serta peralatan akan terhindar dari kerusakan. Sebagai bagian dari proteksi instalasi
listrik rumah tinggal, grounding mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a. Untuk keselamatan, grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik langsung ke
bumi atau tanah saat terjadi tegangan listrik yang timbul akibat kegagalan isolasi dari
sistem kelistrikan atau peralatan listrik. Contohnya, ketika menggunakan setrika listrik
dan terjadi tegangan yang bocor dari elemen pemanas dari setrika, maka tegangan yang
bocor akan mengalir langsung ke bumi melalui penghantar grounding, dan pengguna
akan aman dari bahaya kesetrum.
b. Untuk instalasi penangkal petir, sistem grounding berfungsi sebagai penghantar arus
listrik yang besar langsung ke bumi. Pemasangan grounding untuk instalasi penangkal
petir dan instalasi listrik rumah harus dipisahkan.
c. Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat mencegah
kerusakan akibat adanya bocor tegangan.

Apabila ditinjau lebih luas lagi, pengertian dan fungsi grounding akan berbeda apabila
diterapkan dalam sistem transmisi tenaga listrik, tujuan pengukuran, pesawat terbang atau
pesawat ruang angkasa.
a. Untuk rangkaian sistem transmisi tenaga listrik yang besar, bumi merupakan salah satu
penghantar dan jalur kembali dari rangkaian. Arus listrik yang mengalir ke beban akan
mengalir kembali ke sumber arus listrik tersebut, maka kabel listrik sebaiknya
mempunyai minimal 2 penghantar, dimana salah satu mengalir dari sumber listrik ke
beban dan satunya berfungsi sebagai penghantar balik.

17
b. Untuk tujuan pengukuran, bumi dapat berperan sebagai tegangan referensi yang relatif
cukup konstan untuk melakukan pengukuran sumber tegangan.
c. Untuk pesawat terbang, ketika beroperasi tentu tidak memiliki koneksi fisik langsung ke
bumi, maka dipasang suatu konduktor besar yang berfungsi sama seperti grounding
sebagai jalur kembali dari berbagai arus listrik. Pesawat udara dilengkapi dengan static
discharge system yang dipasang di ujung sayap berfungsi untuk membuang kembali ke
udara muatan listrik yang timbul akibat gesekan dengan angkasa saat terbang, sehingga
pesawat aman dari sambaran petir.

Gambar 2.7 Static Discharge System pada Pesawat Terbang

Kabel grounding dalam instalasi listrik secara umum terkoneksi di kWh meter PLN.
Sistem grounding disambung menggunakan kabel grounding dari kabel NYM masuk ke
MCB box (pengaman listrik atau panel hubung bagi). Sirkuit dari instalasi listrik
menggunakan 3 buah MCB. Terminal netral (warna biru) berada di bagian atas sedangkan
terminal grounding (warna hijau, kuning) berada di bagian bawah.

Gambar 2.8 Terminal Pembumian di MCB Box

18
Pemasangan instalasi grounding di bagian luar (outdoor), tipe konvensional adalah
seperti berikut: Sistem grounding yang terpasang ada 2 macam, yaitu instalasi listrik rumah
dan instalasi penangkal petir. Jarak pemasangan antara instalasi listrik dan instalasi
penangkal petir minimal sejauh 10 m. Koneksi grounding untuk instalasi listrik terpasang di
kWh meter milik PLN.

Gambar 2.9 Contoh Pemasangan Instalasi Grounding Rumah

Komponen instalasi grounding terdiri dari:


a. Grounding Rod merupakan batang grounding yang ditanam di dalam tanah, terdiri dari
pipa galvanis medium ¾", kawat tembaga BC berdiameter 16 mm, dilengkapi dengan
splitzen yang dikencangkan dengan baut. Panjang grounding rod biasanya antara 1,5 – 3
m.
b. Pipa PVC yang digunakan sebagai selubung (konduit) dari kabel grounding yang ditanam
di dinding/tembok atau untuk jalur kabel penangkal petir. Cara kerja instalasi grounding
yaitu dari kWh meter kawat tembaga BC yang terpasang dalam pipa PVC bertemu dengan
grounding rod dalam satu bak kontrol. Untuk instalasi penangkal petir, air terminal yang
terpasang harus mampu mengcover sampai radius 120°, di posisi air teminal batang
tembaga disambung dengan kabel BC langsung menuju grounding rod.

Gambar 2.10 Detail Komponen Gambar 2.11 Detail Komponen Air


Grounding Rod Terminal dari Penangkal Petir

19
Parameter yang paling penting untuk menilai kualitas grounding adalah resistansi atau
nilai tahanan yang terukur di koneksi grounding. Semakin kecil nilai tahanannya maka
koneksi grounding semakin baik, artinya arus gangguan atau petir dapat lebih cepat menuju
bumi tanpa hambatan yang berarti. Nilai tahanan yang umumnya dipakai maksimal sebesar
5 Ohm untuk instalasi listrik rumah tinggal dan 2 Ohm untuk instalasi petir, sesuai yang
tertera dalam PUIL 2011.
Besarnya nilai tahanan yang didapat tidak selalu sama dengan panjang grounding rod
yang terpasang, karena dipengaruhi juga oleh kondisi tanah. Apabila kondisi tanah
mempunyai nilai tahanan rendah, maka cukup dipasang satu atau dua batang grounding rod
sehingga tahanan yang terukur dapat mencapai dibawah 5 Ohm. Apabila tahanan yang
terukur masih tinggi, maka panjang grounding rod harus ditambah agar lebih dalam lagi. Jika
daerah dengan nilai tahanan tanahnya tinggi, maka tahan grounding diperbolehkan mencapai
maksimal 10 Ohm.
Pengukuran nilai tahanan menggunakan alat ukur yang disebut “earth tester”. Alat ini
merupakan alat wajib bagi kontraktor yang mengerjakan instalasi grounding. Besarnya nilai
tahanan dapat dipastikan dan diukur apakah sudah sesuai dengan persyaratan, jadi bukan
berdasarkan berapa meter grounding rod ditanam. Koneksi grounding harus dipastikan tidak
terputus sampai ke peralatan listrik yang digunakan. Kabel grounding, phase dan netral
secara bersama dari MCB box akan melewati seluruh instalasi listrik dan berakhir di stop
kontak. Colokan listrik atau steker yang digunakan sebaiknya juga dilengkapi fasilitas
koneksi grounding.
Peralatan listrik dengan kapasitas yang cukup besar seperti TV, Rice-cooker, setrika
listrik, kabel rol, mesin air, kulkas, dll sebaiknya menggunakan colokan multi bentuk
“T”.Contoh peralatan yang dilengkapi dengan fasilitas koneksi grounding adalah ditunjukkan
dalam kotak atau lingkaran merah seperti berikut ini:

Gambar 2.12 Stop Kontak Gambar 2.13 Steker Gambar 2.14 Steker T

2. Grounding Yang Efektif Untuk Mencegah Kebakaran


Dalam sebuah instalasi listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan atau sering juga
disebut dibumikan. Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah:

20
a. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah
bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh
manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga
tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya.
b. Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan
listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar.
c. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya
juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran
transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar
kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancer melalui kaki tiang saluran transmisi.
d. Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam
kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah.

Dalam praktik, diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut
di atas tidak melebihi 4 ohm. Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena
luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan
pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak
antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut dipasang (dalam tanah). Alat untuk
melakukan pentanahan ditunjukkan oleh Gambar berikut:

Gambar 2.15 Macam - macam Alat Pentanahan


Dari gambar diatas tampak bahwa ada empat alat pentanahan, yaitu :
a. Pentanahan tunggal (single grounding rod).
b. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod), terdiri dari beberapa batang tunggal
yang dihubungkan paralel.
c. Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.
d. Pelat pentanahan (grounding plate), yaitu pelat tembaga.

Tahanan pentanahan selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga
ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara alat pentanahan dengan kawat penghubungnya.
Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan pentanahan adalah tahanan dari tanah yang ada

21
di sekitar alat pentanahan yang menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang keluar
dari alat pentanahan tersebut. Arus listrik yang keluar dari alat pentanahan ini menghadapi
bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya.
Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin
dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena komposisinya makin padat
dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang pentanahan, makin
dalam pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan pentanahan
yang makin rendah.

2.3 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Listrik


Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan,
proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan
kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang. Dalam melaksanakan tgas-
tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi ataupun jaringan.
Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan untuk
setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya listrik.
2.3.1 Dasar Hukum K3 Listrik
Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada PermenTenaga
Kerja No.Per. 04/MEN/1988. Prinsip- prinsip keselamatan pemasangan listrik Antara lain:
a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan
b. Mengundahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL)
c. Harus menggunakan tenaga terlatih
d. Bertanggungjawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya
e. Orang yang diserahi tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi
listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari
instalasi yang berwenang.
f. Ketentuan lain mengenai persyaratan Keselamatan Kerja Bidang Ketenagalistrikan
g. Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diujisebelum dialiri listrik
oleh pegawai pengawas spesialis listrik
h. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat
tanggung jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pema
sangan instalasi

2.3.2 Tujuan K3 Listrik


Tujuan K3 Listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik

22
 bahaya sentuhan langsung
 bahaya sentuhan tidak langsung
 bahaya kebakaran

2.3.3 Bahaya Listrik


1. Kejut Listrik
Kejut listrik terjadi karena beberapa kemungkinan,antara lain :
a. Menyentuh kabel telanjang berarus listrik
b. Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak
c. Kegagalan peralatan
d. Terkena muatan listrik statis
e. Disambar petir

Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi
panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka
bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500°C.
Tegangan lebih dari 500 V merupakan resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-
balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui
jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan
gangguan jantung (fibrilasi ventrikel).

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Efek Sengatan Listrik


Beberapa faktor yang mengakibatkan beraneka ragam dampak sengatan listrik adalah :
1. Ukuran fisik bidang kontak
Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapanlistrik,semakin
rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik yangmengalir melewati tubuh
dan akibatnya semakin parah.
2. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila yangterkena
sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu akan lebih parah dari
korban yang dalam kondisi prima.
3. Hambatan / tahanan tubuh
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran arus
listrik. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung tergantung
kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih
besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab. Ketika kulit manusia dalam kondisi
kering, tahanan tubuh menjadi tinggi dan cukup untuk melindungi bahaya sengatan
listrik. Namun, kondisi kulit benar-benar kering sangat jarang dijumpai,

23
kecenderungannya setiap orang akan mengeluarkan keringat walapun hanya sedikit.
Oleh karena itu tubuh dianggap selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan
kemungkinan terkena sengatan menjadi tinggi. Arus listrik banyak yang melewati kulit,
karena itu energinya banyak yang dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi,
maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus,
disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus
listrik.Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa mengalami luka bakar.
4. Jumlah Miliampere
Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus listrik.Semakin besar
arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin besar pularesiko sengatan yang
ditimbulkan bagi tubuh manusia. Batas ambang sengatan listrik dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.1 Tingkatan Bahaya Akibat Arus Listrik
Batas Arus Pengaruh yang mungkin pada tubuh manusia
1 mA Level persepsi, terasa adanya arus listrik sedikit
5 mA Merasa terkejut, tidak menyakitkan tapi mengganggu
6 - 30 mA Sakit dan sangat mengejutkan, otot kehilangan kontrol
50-150 mA Sakit yang hebat, pernapasan tertahan, otot berkontraksikeras
dan tidak sanggup lagi melepaskan penghantar,mungkin
terjadi kematian
1000 – 4300 mA Ventricular fibrillation (jantung kehilangan iramadenyut),
kontraksi otot dan kerusakan syaraf terjadi.Sangat mungkin
terjadi kematian.
10.000 mA Kegiatan jantung tertahan, terbakar hebat, dan terjadikematian

b. Pertolongan Pertama pada Kejut Listrik


Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya lemas karena
aruslistrik mengalir pada bagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban.
Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MCB (Mini aturCircuit
Breaker) lokasi atau menghubungsingkatkan sikrit, atau mencabuttusuk kontak dari
kotak kontaknya.Jika tegangan tidak dapat dimatikan,cepat lepaskan korban dari
kontak listrik dengan menggunakan alat-alat ini: kayu kering, tali yang kuat atau
kering, sabuk kulit, baju kering atau bahkan dengan menendang dengan sepatu kulit.
2. Jauhkan korban dari area tersebut
 Perhatikan kondisi korban, apakah masih bernafas atau sudah tidak. Lakukan
pernafasan buatan bila korban tidak bernafas lagi

24
 Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban harusditutupi
selimut agar hangat sebelum dilakukan pertolongan lain bila perlu.

c. Efek dari Kejut Listrik Terhadap Manusia


Sengatan listrik (electric shock) memiliki efek terhadap manusia, seperti :
 Efek pada jantung (Cardiac)
Arus AC 30-200mA dapat menyebabkan ventricular fibrillation (VF)*.Sementara
arus diatas 5A dapat menyebabkan asystole*. Efek lainnyaadalah rusaknya
pembuluh jantung (myocardial).
 Efek pada otot tulang
Arus listrik lebih dari 15 -20 mA memunculkan gejala kontraksi yang hebat (tetanic
contraction) yang menyebabkan tubuh sulit melepaskan diridari sumber listrik
mengakibatkan sindrome pelepasan lengan dan tulang belakang jika sengatan listrik
mengenai lengan.
 Cedera otot
Thrombosis (pembekuan darah) dan occlusion (penyumbatan
dalam pembuluh) yang menghasilkan ischaemia (arteri koroner) dan necrosis(kem
atian sel atau jaringan).Yang terjadi pada lengan mengakibatkankerusakan otot dan
memerlukanamputasi.
 Cedera susunan syaraf (Neurological injuries)
 Dapat terjadi kerusakan terpusat atau sebagian dan seketikamaupun jangka panjang.
Jika sengatan listrik melewati kedua bahu, makakerusakaan sumsum tulang
belakang dapat terjadi.Sementara sengatanlistrik pada bagian kepala menyebabkan
gangguan pada sistem pernafasan,dan pengaruh jangka panjangnya seperti epilepsi,
encephalopathy, dan Parkinsonism.

Efek lain dari sengatan listrik juga mengakibatkan gagal ginjal, pecahnya gendang
telinga (tegangan tinggi), katarak.

d. Cara Mencegah Terjadinya Kejut Listrik


1. Jangan bergurau saat memasang instalasi.
2. Tidak boleh menekan tombol semabarangan
3. Memakai sepatu yang tertutup dan bersol baik (sepatu safety).
4. Pastikan kondisi badan tidak basah saat memasang instalasi.

2. Kebakaran
Timbulnya kebakaran listrik akibat penggunaan energi listrik disebabkan oleh:

25
a. Penggunaan stop kontak atau adaptor yang berlebihan
Yang dimaksudkan di sini adalah penyambungan beban yang berlebihan sehingga
melampaui kapasitas stop-kontak atau kabel yang mencatu dayanya. Sehingga terjadi
percikan api pada saat mencolokkan listrik. Bila percikan tersebut mengenai benda
yang mudah terbakar, maka kebakaran bukan hal yang mustahil untuk terjadi.
b. Penggunaan kabel yang tidak sesuai dengan beban
Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar
adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel atau penghantar tersebut
sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Hal ini karena isolasi
kabel rusak yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel jelek dan
penampang kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik
yangmengalirinya. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami
oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui maka
akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak
isolasi dan atau membakar benda-benda sekitarnya. Agar terhindar dari peristiwa
kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel harus disesuaikan dengan peraturan
instalasi listrik.
c. Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi
Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan mengeluarkan
soket ke stop-kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya dimana terdapat cairan,
gas atau debu yang mudah terbakar.
d. Instalasi kontak yang jelek
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan
kawat positip dan kawat negatip yang beraliran listrik. Terkadang untuk memperkuat
sekering atau MCB (miniature Circuit Breaker), mengganti dengan ukuran yang lebih
besar. Sehingga listrik tidak jatuh saat terjadi beban berlebihan, tetapi akan
mengakibatkan sambungan listrik terbakar.
e. Penggunaan peralatan listrik dengan kualitas rendah.
Dampak Kebakaran Listrik Terhadap Manusia
 Mengalami luka bakar
Kecelakaan listrik dapat menyebabkan manusia mengalami luka ringan maupun
berat.
 Kematian
Kecelakaan listrik yang arusnya besar dapat menyebabkan kematian terhadap
manusia
 Kerugian material
Dalam kejadian kebakaran listrik di sebuah rumah ataupun industry
menyebabkan harta benda manusia ikut terbakar.

26
Pencegahan dan penanggulan bahaya Kebakaran
 Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan terminaltidak
kendor yang bisa berakibat terjadinya percikan bunga api. Jikamendapati hal-
hal yang demikian segera laporkan dan dibuatkan perbaikan.
 Apabila menjalankan salah satu motor , kemudian MCB trip kembalisebaiknya
hanya kita lakukan maximum 2 kali untuk meresetnya dansegera kita
informasikan Crew untuk mengecek / memperbaikinya.
 Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan gunakanalat
pemadam kebakaran yang sesuai untuk memadamkannya

3. Radiasi
Menurut pakar kelistrikan yang setuju bahaya radiasi listrik , batas aman bagi kita pada
jarak +3 meter dan berada selama 4 jam terus menerus pada lingkunganyang terjangkau
radiasi.

2.3.4 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Listrik


Penyebab terjadinya kecelakaan listrik, diantaranya :
a. Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan
menimbulkan bahaya kejut
b. aringan dengan hantaran telanjang
c. Peralatan listrik yang rusak
d. Kebocoran listrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabilaterjadi
kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body
e. Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
f. Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
g. Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak ( stop kontak) dengan kotak
tusuk lebih satu (bertumpuk)

2.3.5 Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Listrik


Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada
saat bekerja dengan aliran listrik, berikut merupakan langkah-langkahnya :
a. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi:
 Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
 Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
b. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :sepatu bot dari bahan
karet atau berisolasi dan tidakdiperkenankan dengan kaki telanjang.

27
c. Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu bekerja yang
berhubungan dengan instalasi listrik.
d. Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrikyang
mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
e. Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi listrik yang
dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
f. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik lainnya,
bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan terbuka atau tidak
terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa keadaan panel tersebut dan
segera mengunci.
g. Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam kondisi
terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus segera diperbaiki
dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan bahan isolator.
h. Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau instalasi
listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat listrik.
i. Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan disesuaikan
dengan kebutuhan.
j. Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak
diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik.
k. Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam kondisi
mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel atau switch on / off “Aliran
listrik Jangan Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat
aliran listrik yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau
pekerja.
l. Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah dicabut
dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.

2.4 Alat Pelindung Diri Keselamatan Kerja Listrik


2.4.1 Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harusdigunakan oleh
personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.Semua tempat yang
dipergunakan untuk menyimpan ,memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat
dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya. APD merupakan peralatan yang harus
disediakan oleh pengusaha olehkaryawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah
disepakati oleh pemerintah melalui departement tenaga kerja Republik Indonesia .

28
1. Pelindung kepala
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet.pelindung kepala yang dikenal ada 4
jenis,yaitu Hard hat kelas A , kelas B , kelas C dan bump cap klasifikasi masing-masing jenis
adalah sebagai berikut:
a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuhdan melindungi
dari arus listrik sampai 2.200 volt.
b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuhdan
melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.
c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh,tetapi tidakmelindungi dari
kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.
d. Bump cap
Bump cap dibuat dari plastic dengan berat yang ringan untuk melindungikepala dari
tabrakan dengan benda yang menonjol .bump cap tidak menggunakansystem
suspensi,tidak melindungi dari benda yang jatuh ,dan tidak melindungidari kejutan
listrik.karenanya bump cap tidak boleh digunakan untukmenggantikan hard hat tipe
apapun.

2. Pelindung mata
Pelindung mata disebut dengan Safety Glasses. Safety Glasses berbedadengan kaca
mata biasa, baik normal maupun kir (Prescription glasses), karena pada bagian atas kanan
dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yangdapat menahan jenis sinar UV (Ultra
Violet) sampai persentase tertentu. Sinarultaraviolet muncul karena lapisan ozon yang
terbuka pada lapisan atmosfer bumi,UV dapat mengakibatkan pembakaran kepada kulit dan
bahkan Kanker kulit.

3. Pelindung wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah ;
a. Goggles
Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses karena goggles
terpasang dekat wajah.karena goggles mengitari area mata,maka goggles melindungi lebih
baik pada situasi yang mungkin tejadi percikan cairan, uap logam,uap, serbuk, debu,
dan kabut.
b. face shield.
face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan seringdigunakan pada
operasi peleburan logam,percikan bahan kimia ,atau partikel yangmelayang.Banyak Face

29
shield yang dapat digunakan bersamaan dengan pemakaian Hard Hat. Walaupun Facae
Shield melindungi wajah, tetapi FaceShield bukan pelindung mata yang memadai,
sehingga pemakaian safety glassesharus dilakukan dengan pemakaian Face Shield.
c. Welding Helmets
Jenis Pelindung Wajah yang lain adalah Welding Helmets (Topeng Las).Topeng las
memberikan perlindungan pada wajah danmata. Topeng las memakailensa absorpsi
khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yangdihasilkan selama
operasi pengelasan. Sebagaimana Face Shield, Safety Glassesatau Goggles harus dipakai
saat menggunakan Helm Las.
d. Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat zat berbau menyengatdan dari debu
yang merugikan.

4. Pelindung Tangan
Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkancacat adalah
tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Tangan manusia
sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yangdapat mencengkram, memegang, bergerak
dan memanipulasi benda seperti tanganmanusia. Karenanya tangan harus dilindungi dan
disayangi. APD tangan dikenaldengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya.
Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya
untukmelindungi dari bahan kimia.
Jenis-Jenis Safety Glove;
a. Sarung Tangan Metak Mesh
Sarung metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong.
b. Sarung tangan Kulit
Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar.
c. Sarung tangan Vinyl dan neoprene
Melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun
d. Sarung tangan Padded Cloth
Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran danVibrasi.
e. Sarung tangan Heat resistant
Mencegah terkena panas dan api
f. Sarung tangan karet
Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakanisolator (bukan
penghantar listrik)
g. Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuksekali pakai.
h. Sarung tangan lead lined

30
Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.

5. Pelindung Kaki
Para ahli selama berabad-abad membuat rancangan dan struktur umtuk kaki manusia.
Kaki manusia sangat kokoh untuk mendukung berat seluruh badan,dan cukup Flexible untuk
memungkinkan berlari, bergerak, ataupun pergi. Tanpa kaki dan jari-jari kaki, kemampuan
bekerja akan sangat berkurang. Hal-Hal yang dapat menyebabkan kecelakan pada kaki salah
satunya adalah akibat bahan kimia. Cairan seperti asam, basa, dan logan cair dapat menetes
ke kaki dan sepatu. Bahan berbahaya tersebut dapat menyebabkan luka bakar akibat
bahan kimia dan panas.Banyak jenis jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah
a. Sepatu Latex/Karet
Sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan licin.
b. Sepatu Buthyl
Sepatu Buthyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde,alcohol, asam, garam,
dan basa.
c. Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah.
d. Sepatu Nitrile
Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.

6. Pelindung Telinga
Pelindung Telinga tidak boleh dianggap enteng terutama untuk pekerjayang bekerja di
tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan benda-benda keras ataupun bunyi-bunyi
keras dari mesin. APD yang digunakan untuk kondisi seperti ini adalah dengan menggunakan
Ear Phone, system kerja alat Earphone ini yaitu meredan suara yang akan masuk ke telinga
sehingga suara bising tidak mengganggu dan merusak system kerja telinga, karena manusia
mempunyai batas pendengaran, apabila kekerasan suara yang terlalu keras maka akan
memyebabkan Kerusakan pada gendang telinga.

7. Tali Keselamatan
Tali Keselamatan Disebut Safety Belt, safety Belt diperlukan untuk perlindungan diri
pekerja yang melakukan pekerjaannya yaitu diketinggian danagar mengurangi resiko jatuh
langsung dari ketinggian.

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan instalasi listrik terdiri dari :
a. Gambar Situasi
b. Gambar Instalasi
c. Diagram Garis Tunggal (Single Line Diagram)
d. Gambar Detail
e. Perhitungan Teknis
f. Daftar Bahan Instalasi
g. Uraian Teknis
h. Perkiraan Biaya

2. Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga untuk rumah/gedung


terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang sudah dibuat
oleh perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya akan
dipasang. Selain itu juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari
pemilik bangunan/rumah, dan syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang harus
dipenuhi dari yang berwajib ialah yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat.

3. Pemeliharaan instalasi listrik, Sebelum Instalasi dengan suplay hendaknya


memeriksa beberapa hal di bawah ini:
a. Kontinuitas penghantar proteksi
b. Kontinuitas penghantar pengikat
c. Resistans isolasi
d. Isolasi yang dilaksanakan setempat
e. Proteksi dengan pemisahan
f. Proteksi dengan penghalang
g. Dan penyelungkupan
h. Resistans isolasi lantai dan dinding
i. Polaritas
j. Resistans elektrode bumi
Sesudah instalasi dihubungkan dengan suplai:
a. Meyakini polaritas yang benar
b. Impedansi lingkar gangguan bumi
c. Bekerjanya GPAS
Selain hal diatas, hal-hal yang dilakukan dalam pemeliharaan adalah :
a. Perawatan, Karena instalasi mengalami aus, penuaan atau kerusakan yang akan
mengganggu instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi harus diperiksa dan
diperbaiki, dan bagian yang aus, rusak atau mengalami penuaan diganti.

32
Perlengkapan tertentu seperti relai, kontaktor yang bagiannya lebih cepat
terganggu bekerjanya karena mengalami aus, penuaan atau kerusakan, harus
secara berkala diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun listriknya.
b. Perbaikan,
4. Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir
akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton).
5. Bahaya apabila petir mengenai suatu jaringan listrik atau gedung adalah alat-alat
kelistrikannya akan mengalami kerusakan apabila tidk dilengkapi dengan grounding
system.
6. Cara pemasangan penangkal petir pada suatu gedung adalah:
a. Pemsangan grounding
b. Memasang kabel penyalur
c. Pemasangan head terminal
7. Pembumian (Grounding) merupakan sistem pengaman terhadap perangkat-
perangkat yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik,
petir, dll. Tujuan utama adanya grounding adalah untuk menciptakan sebuah jalur
yang low impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk
gelombanglistrik dan transient voltage.
8. Hal yang perlu diperhatikan ketika mengerjakan instalasi listrik ataupun system
penyalur petir adalah keselamatan kerja. Apabila hal ini terabaikan makan
kecelakaan kerja akan dialami oleh pekerja tersebut.
9. Dalam melakukan suatu pekerjaan, harus mengutamakan K3, salah satu diantaranya
adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan suatu
pekerjaan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati
oleh pemerintah melalui departement tenaga kerja Republik Indonesia. APD tersebut
antara lain :
a. Pelindung kepala
b. Pelindung mata
c. Pelindung wajah
d. Pelindung Tangan
e. Pelindung Kaki
f. Pelindung Telinga
g. Tali Keselamatan

3.2 Saran
Utamakan selalu K3 dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari.

33
DAFTAR PUSTAKA

Andreas, Budie. “Makalah-Penangkal-petir”,


https://www.academia.edu/12907044/Makalah-penangkal-petir, Diakses pada tanggal 11
Desember 2018.

http://egsean.com/perencanaan-dalam-instalasi-listrik/ , Diakses pada tanggal 10


Desember 2018.

Prianto, Eko dan K. Ima Ismara. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang
Kelistrikan (ELECTRICAL SAFETY). Imajimu, Solo: Adimeka, CV Adicandra Media
Grafika

Saputra, Arighi Denny.2015. “Makalah Perawatan Dan Perbaikan Instalasi Listrik’,


https://www.scribd.com/document/261233367/Makalah-Perawatan-Dan-Perbaikan-
Instalasi-Listrik, Diakses pada tanggal 11 Desember 2018

Setiawan, Adang. 2014. “Pengertian Instalasi Listrik”,


http://adangsetiawan1996.blogspot.com/2014/03/pengertian-instalasi-listrik.html?m=l,
Diakses pada tanggal 10 Desember 2018.

Sugara, Bayu. “MAKALAH INSTALASI LISTRIK”,


https://www.academia.edu/29497529/MAKALAH_INSTALASI_LISTRIK, Diakses
pada tanggal 11 Desember 2018.

34

Anda mungkin juga menyukai