Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TUGAS SISTEM JARINGAN RUMAH SAKIT

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

Dosen Mata Kuliah: Pramesti, ST.MT


Nama Anggota
1. Anggita Sekarningrum (02320096)
2. Novia Khoirunisa (02320107)
3. Tata Ainun Jariyah (02320113)
4. Sovia Ranty (02320123)
5. Rosidah Lailatul F. (02320077)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEMARANG


PRODI TEKNIK ELEKTRO MEDIK
Jl. Kolonel Warsito Sugiarto KM 2.5 Sadeng, Kec Gunungpati, Semarang 5022

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perencanaan Sistem Kelistrikan di Rumah
Sakit" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Jaringan Rumah Sakit. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang ketentuan pemasangan instalasi
penerangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pramesti selaku dosen Mata Kuliah Sistem
Jaringan Rumah Sakit. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 9 September 2022
Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Peraturan Penyelenggaraan Instalasi Listrik.....................................................5
2.2 Prinsip – Prinsip Dasar Instalasi Listrik............................................................6
2.2.1 Keandalan..............................................................................................6
2.2.2 Ketersediaan..........................................................................................6
2.2.3 Ketercapaian..........................................................................................6
2.2.4 Keindahan.............................................................................................6
2.2.5 Keamanan..............................................................................................7
2.2.6 Ekonomis..............................................................................................7
2.3 Persyaratan Listrik Di Rumah Sakit.................................................................7
2.3.1 Kapasitas Daya Harus Cukup................................................................7
2.3.2 Kesinambungan Sumber Daya Listrik..................................................7
2.4 Instalansi Sistem Pencahayaan Menurut Permenkes Nomor 24 Tahun 2016...8
2.4.1 Sistem Pencahayaan Alami...................................................................8
2.4.2 Sistem Pencahayaan Buatan..................................................................9
2.4.3 Sistem Pencahayaan Darurat...............................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan, pengobatan, pelayan,
dan kenyamanan pengguna gedung tidak terlepas dari kebutuhan energi listrik
khususnya pada instalasi penerangan, stopkontak, pendingin ruangan (Air
Conditioner), pompa air, pompa pemadam kebakaran, dan lift. Adanya pemasangan
instalasi listrik yang baik, benar dan aman dalam pengoperasian akan menambah rasa
nyaman, tenang, dan aman bagi pengguna gedung tersebut
Pencahayaan merupakan salah satu perwujudan konsep dari perancang ruang
untuk menciptakan suatu ruang dengan kualitas tertentu sehingga menjadi suatu
suasana yang diharapkan. Dalam perkembangannya, aplikasi pencahayaan menjadi
semakin luas, tidak hanya sekedar sebagai perwujudan dari konsep ruang dalam
arsitektur melainkan memiliki kekhususan dalam tiap penggunaannya. Salah satu
contoh aplikasi pencahayaan yang memiliki kekhususan adalah pencahayaan untuk
bangunan dalam bidang kesehatan terutama rumah sakit.
Rumah sakit memiliki kriteria dan standar tertentu dalam hal pencahayaan
untuk menunjang kegiatan yang ada didalamnya bagi para penggunanya. Kegiatan
yang ada di dalam rumah sakit antara lain adalah pemeriksaan, operasi dan
perawatan pasien sedangkan pengguna rumah sakit antara lain adalah pasien,
pengunjung dan pegawai rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pencahayaan alami di rumah sakit
2. Bagaimana sistem pencahayaan manual di rumah sakit
3. Bagaimana sistem pencahayaan darurat di rumah sakit
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pencahayaan dirumah sakit
2. Untuk mengetahui instalansi listrik di rumah sakit

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peraturan Penyelenggaraan Instalasi Listrik
Permenkes Nomor 24 Tahun 2016
Pasal 22
(1) Instalansi sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 huruf b
terdiri atas sistem pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan pencahayaan
darurat.
(2) Sistem pencahayaan alami dan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterapkan pada ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan
rumah sakit
(3) Sistem pencahayaan alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus optimal
disesuaikan dengan fungsi bangunan rumah sakit dan fungsi masing-masing
ruangan di dalam bangunan rumah sakit.
(4) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai dengan
fungsi ruang bangunan rumah sakit dengan mempertimbangkan efesiensi,
penghemaan energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan
efek silau atau pantulan.
(5) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan pengendalian manual dan/ atau otomatis, dan ditempatkan
pada tempat yang mudah dicapai/ dibaca oleh pengguna ruangan.
(6) Sistem pencahayaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dipasang pada bangunan rumah sakit dengan fungsi tertentu dan dapat bekerja
secara otomatis, serta mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk
evakuasi yang aman.
Pasal 23
Instalasi sistem kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c
harus memenuhi persyaratan yangmeliputi:
a. sumber daya listrik

6
b. panel hubung bagi
c. jaringan distribusi listrik
d. perlengkapan serta Instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhan Bangunan Rumah
Sakit yang terjamin terhadap aspek keselamatan manusia
e. keamanan Instalasi listrik beserta perlengkapannya
f. keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
g. perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
2.2 Prinsip – Prinsip Dasar Instalasi Listrik
Prinsip – prinsip dasar instalasi listirk Beberapa prinsip dasar instalasi listrik
yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan instalasi listrik. Adapun prinsip
dasar tersebut ialah sebagai berikut:
2.2.1 Keandalan
Artinya, bagaimana peralatan listrik melakukan kemampuannya dalam
waktu tertentu dengan baik. seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi
tersebut haruslah handal baik secara mekanik maupun secara elektrik.
Keandalan juga berkaitan dengan sesuai tidaknya pemakaian pengaman jika
terjadi gangguan, contohnya bila terjadi suatu kerusakan atau gangguan harus
mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki agar gangguan yang terjadi dapat
diatasi.
2.2.2 Ketersediaan
kesiapan suatuinstalasi listrik dalam melayani kebutuhan. baik berupa
daya, peralatan maupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada
perluasan instalasi tidak mengganggu system instalasi yang sudah, tetapi kita
hanya menghubungkannya pada sumber cadangan yang telah diberi pengaman.
2.2.3 Ketercapaian
dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relatif mudah
dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak
komponen listrik tidak susah untuk dioperasikan, sebagai contoh pemasangan
saklar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2.2.4 Keindahan
dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik harus ditata
sedemikian rupa, sehingga dapat terllihat rapih dan indah serta tidak menyalahi
peraturan yang berlaku.

7
2.2.5 Keamanan
harus mempertimbangkan factor keamanan dari suatu instalasi listrik,
agar supaya aman dari tegangan sentuh ataupun aman pada saat pengoperasian.
2.2.6 Ekonomis
biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus
diperhitungan dengan teliti dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu
sehingga biaya yang dikeluarkan dapat sehemat mungkin tanpa harus
mengesampingkan hal – hal diatas.
2.3 Persyaratan Listrik Di Rumah Sakit
2.3.1 Kapasitas Daya Harus Cukup
1) Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt,
dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung
adalah 20 KV atau kurang, dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan
yang berlaku.
2) Untuk Rumah Sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari
PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan
listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai
pedoman bahwa Rumah Sakit Kelas C mempunyai Kapasitas daya listrik ±
300 KVA s/d 600 KVA, dengan perhitungan 3 KVA per Tempat Tidur
(TT).
 Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standar gardu
PLN).
 Peralatan Transformator (kapasitas sesuai daya terpasang).
 Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya.
 Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (;grounding).
2.3.2 Kesinambungan Sumber Daya Listrik
Tersedia peralatan UPS (Uninterruptable Power Supply)
Harus tersedia peralatan UPS (Uninterruptable Power Supply) untuk
melayani Kamar Operasi (Central Operation Theater), Ruang Perawatan
Intensif (Intensive Care Unit), Ruang Perawatan Intensif Khusus Jantung
(Intensive Cardiac Care Unit). Persyaratan :

8
1) Harus tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak
di Gedung COT,ICU, ICCU dan diberi pendingin ruangan. Kapasitas UPS
setidaknya 30 KVA.
2) Sistem Penerangan Darurat (emergency lighting) harus tersedia pada
ruang-ruang tertentu.
3) Harus tersedia sumber listrik cadangan berupa diesel generator (Genset).
Genset harus disediakan 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40% dari
jumlah daya terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem
AMF dan ATS.
4) Sistem kelistrikan RS Kelas C harus dilengkapi dengan transformator
isolator dan kelengkapan monitoring sistem IT kelompok 2E minimal
berkapasitas 5 KVA untuk titik-titik stop kontak yang mensuplai
peralatan- peralatan medis penting (life support medical equipment).
5) Sistem Pembumian (grounding system) harus terpisah
antara grounding panel gedung dan panel alat. Nilai grounding peralatan
tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
2.4 Instalansi Sistem Pencahayaan Menurut Permenkes Nomor 24 Tahun 2016
2.4.1 Sistem Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami merupakan cahaya yang bersumber dari matahari.
Pencahayaan alami dimanfaatkan untuk menghemat serta mengurangi
penggunaan energi listrik. Memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan
dapat di optimalkan dengan memperhatikan orientasi bangunan, bentuk
bangunan, cara memasukkan dan cara mendistribusikan cahaya. Dalam
pendistribusian cahaya alami ke dalam bangunan dikenal beberapa cara yaitu:
a. Menggunakan pipa cahaya (light pipe), atau sering juga disebut tabung
cahaya.
b. Menggunakan heliostat. Heliostat merupakan sebuah alat yang berperan
mengumpulkan dan memantulkan cahaya matahari ke bidang lain untuk
ditujukan ke suatu arah tertentu.
c. Kombinasi heliostat dan pipa cahaya. Kemampuan heliostat dalam
menerima cahaya serta pipa cahaya dalam mendistribusikan cahaya ke
dalam kerap dikombinasikan untuk mendapatkan cahaya alami yang
optimal.

9
d. Lubang atau cerobong (shaft) cahaya. Dengan permukaan modern, sangat
memantul, dan specular, yang menyerap kurang dari 5 persen pada setiap
pemantulan, dimungkinkan untuk memancarkan cahaya sadalam satu lantai
dengan lubang cahaya yang kecil.
e. Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara komersial
dengan pemantulan permukaan dalam yang tinggi memancarkan 50 persen
cahaya ruang luar melalui lantai atas. Jumlah cahayanya tergantung dari
diameternya, dan yang tersedia dalam variasi ukuran 8 sampai 24 inci.
Dalam membuat akses cahaya alami ke dalam bangunan, perlu
diperhatikan material-material yang digunakan, menyangkut sifat dan
karakter bahan dalam memantulkan, membiaskan, dan meneruskan cahaya.
2.4.2 Sistem Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan bersumber dari sumber cahaya buatan yaitu lampu.
Tujuan utama dari pencahayaan buatan adalah untuk membantu penglihatan.
Selain pada penglihatan, pencahayaan mempengaruhi kesan seseorang dari
sebuah ruang. Meskipun kinerja visual akan meningkat dengan bertambahnya
tingkat cahaya, tingkat cahaya dapat menjadi berlebihan jika ruang terlalu
terang. Permukaan dengan luminasi tinggi tampak lebih jauh daripada
permukaan luminasi rendah. Langit-langit terang dan dinding gelap
memberikan kesan formalitas dan kekakuan, sedangkan dinding terang dan
langit-langit gelap menciptakan suasana informal dan santai.
Pada pengoperasian instalasi sistem pencahayaan dalam suatu bangunan, maka
perencanaan penempatan alat pengendali perlu mendapatkan perhatian
sehingga tata cahaya dapat dikendalikan dengan baik.
1. Penempatan Alat Kendali.
a) Semua alat pengendali pencahayaan harus ditempatkan pada tempat yang
mudah dilihat dan dijangkau.
b) Sakelar yang melayani meja/tempat kerja, bila mudah dijangkau
merupakan bagian armatur yang digunakan untuk menerangi meja/tempat
kerja tersebut.
c) Sakelar yang mengendalikan sistem pencahayaan pada lebih dari satu
lokasi tidak boleh dihitung sebagai tambahan jumlah sakelar pengendali.

10
d) Setiap ruangan yang terbentuk karena pemasangan partisi harus
dilengkapi sedikitnya satu sakelar ON/OFF.
e) Ruangan dengan luas maksimum 30 m2 harus dilengkapi dengan satu
sakelar untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan.
f) Setiap sakelar maksimum melayani total beban daya sebagaimana
dianjurkan pada PUIL edisi terakhir.
2. Pengendalian Sistem Pencahayaan.
a) Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara
manual atau otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.
b) Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus
kurang dari 24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan
timer, photocell, atau gabungan keduanya.
c) Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah
datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar
terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual.
d) Daerah dimana pencahayaan alami tersedia dengan cukup, sebaiknya
dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang dapat mengatur
penyalaan lampu sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dirancang.
e) Berikut ini adalah hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan
pengendalian sistem pencahayaan :
1) Pengendalian pencahayaan yang mengatur suatu daerah kerja yang
luas secara keseluruhan dimana kebutuhan pencahayaan dan
pengendali dipusatkan ditempat lain (termasuk lobi umum dari
perkantoran, Hotel, Rumah Sakit, Pusat belanja, dan gudang).
2) Pengendalian otomatis atau pengendalian yang dapat diprogram.
3) Pengendalian yang memerlukan operator terlatih.
4) Pengendalian untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan daerah
berbahaya
Tabel Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruang atau Unit
No. Intensitas Cahaya Intensitas Keterangan
(lux) Cahaya
(lux)
1. Ruangan pasien saat tidur dan 100 – 200
saat tidak tidur maks. 50
2. R. Operasi umum 300 – 500 Warna cahaya

11
sedang
3. Meja operasi 10.000 – 20.000 Warna cahaya
sejuk atau sedang
tanpa bayangan
4. Anastesi, pemulihan 300 – 500
5. Endoscopy, lab 75 – 100
6. Sinar X minimal 60
7. Koridor Minimal 100
8. Tangga Minimal 100 Malam hari
9. Administrasi/kantor Minimal 100
10 Ruang alat/ gudang Minimal 200
11. Farmasi Minimal 200
12. Dapur Minimal 200
13. Ruang cuci Minimal 100

14. Toilet Minimal 100

15. R. Isolasi khusus penyakit 0,1 – 0,5 Warna


Tetanus cahaya
biru
16. Ruang luka baker

1 – 200
2.4.3 Sistem Pencahayaan Darurat
Pencahayaan darurat pada sarana jalan keluar harus terus menerus
menyala selama penghuni membutuhkan sarana jalan keluar. Pencahayaan
buatan yang dioperasikan sebagai pencahayaan darurat dipasang pada tempat-
tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan untuk
menjaga pencahayaan sampai ke tingkat minimum yang ditentukan.
Pengecualian, Sensor gerakan otomatis untuk mengoperasikan lampu
dibolehkan dan harus disediakan sakelar pengendali bila terjadi kegagalan
operasi. “Timer” pencahayaan di set minimum 15 menit lamanya, dan sensor
gerakan otomatis bekerja dengan gerakan penghuni sebelum memasuki daerah
yang dilayani oleh unit lampu darurat tersebut.
Lantai dan permukaan untuk berjalan pada tempat yang aman, sarana
menuju tempat yang aman dan sarana menuju jalan umum, tingkat intensitas
cahayanya minimal 10 Lux di ukur pada lantai. Pengecualian : Pada ruang

12
pertemuan, pencahayaan dari lantai pada sarana menuju tempat aman, minimal
2 Lux selama jangka waktu tertentu.
Setiap pencahayaan yang dibutuhkan harus diatur sehingga kegagalan
dari setiap unit pencahayaan tunggal tidak boleh menyebabkan ruangan
menjadi gelap
1. Ketentuan Teknis
Setiap lampu darurat harus
a) bekerja secara otomatis.
b) mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
c) jika mempunyai sistem terpusat, catu daya cadangan dan kontrol
otomatisnya harus dilindungi dari kerusakan karena api dengan
konstruksi penutup yang mempunyai Tingkat Ketahanan Api (TKA)
tidak kurang dari -/60/60.
d) Lampu darurat yang digunakan harus sesuai dengan standar yang
berlaku.
2. Sistem Pengoperasian
a) Generator cadangan yang dipasang untuk mengoperasikan peralatan
ventilasi mekanis yang berselubung kedap asap dimungkinkan dipakai
sebagai pasokan tenaga listrik untuk saf tangga dan ruang depan.
b) Pencahayaan perlu dijaga tidak boleh mati pada saat pergantian dari satu
sumber energi ke sumber energi lain. Lampu darurat disediakan oleh
tenaga penggerak yang menggerakkan generator listrik dengan waktu
tunda yang diijinkan tidak boleh lebih dari 15 detik.
c) Pencahayaan darurat harus disediakan untuk jangka waktu 1½ jam dalam
kejadian gagalnya pencahayaan normal. Fasilitas lampu darurat harus
mampu untuk dapat menyediakan pencahayaan awal tidak kurang dari
rata-rata 10 Lux dan minimum pada setiap titik 1 Lux diukur sepanjang
lintasan jalan keluar dari permukaan lantai. Intensitas pencahayaan
dibolehkan menurun sampai 6 Lux rata-rata dan minimum pada setiap
titik 0,6 Lux pada akhir waktu beroperasinya lampu darurat.
Perbandingan intensitas pencahayaan maksimum dan minimum pada
sembarang titik dimana saja tidak boleh melebihi 40 : 1.

13
d) Sistem lampu darurat harus mampu untuk menyediakan pencahayaan
darurat secara otomatis bila pencahayaan normal terganggu, seperti
misalnya kegagalan pasokan daya listrik PLN, terbukanya pemutus
tenaga (Circuit breaker) atau putusnya pengaman lebur (fuse), atau secara
sengaja fasilitas sakelar kontrol lampu normal di buka (OFF).
e) Generator darurat beserta instalasi tahan api dan switsing (switching)
yang menyediakan tenaga listrik untuk sistem lampu darurat harus
dipasang, di uji dan di pelihara sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem
penyimpanan energi listrik bila dibutuhkan dalam Petunjuk Teknis ini
harus dipasang dan di uji sesuai ketentuan yang berlaku.
f) Lampu darurat yang dioperasikan dengan battery dipakai hanya dari jenis
yang handal dan dapat di isi ulang (rechargeable), tersedia selalu dalam
kondisi terisi. Battery yang dipakai disetiap lampu atau unit-unit untuk
pemakaian lampu darurat harus memenuhi ketentuan yang berlaku dan
disetujui oleh instansi yang berwenang.
g) Sistem lampu darurat harus siap beroperasi dan mampu otomatis menyala
tanpa bantuan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instalansi sistem pencahayaan terdiri atas sistem pencahayaan alami,
pencahayaan buatan, dan pencahayaan darurat. Instalasi sistem kelistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c harus memenuhi persyaratan yang
meliputi: sumber daya listrik, panel hubung bagi, jaringan distribusi listrik,
perlengkapan serta Instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhan Bangunan Rumah
Sakit yang terjamin terhadap aspek keselamatan manusia, keamanan Instalasi listrik
beserta perlengkapannya, keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan perlindungan
lingkungan dari bahaya listrik.

15

Anda mungkin juga menyukai