Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNIK INSTALASI LISTRIK KOMERSIL

PRINSIP DASAR TEKNIK INSTALASI

Disusun Oleh :

DWI JAKA PRANATA (5162331002)


EDI SURANTA GINTING (5163331006)
FITRI ARIYATI NST (5163331010)

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongannya mungkin penulis tidak akan sanggup untuk
menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk membahas materi mata kuliah
Teknik Instalasi Listrik Komersil tentang Prinsip Dasar Teknik
Instalasi, yang penyajiannya berdasarkan pengamatan dari 2
sumber yaitu internet dan buku dengan sedikit peringkasan. Makalah
ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini. Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan
kepada kedua orang tua yang selalu mendukung di saat senang
maupun susah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan laporan ini sehingga
menjadi lebih sempurna, baik, dan bermanfaat.

Medan, Februari 2016

Penulis

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ...................................................... ........................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2

2.1 Pengertian Instalasi ........................................................................... 2


2.2 Peraturan/Perundangan Tentang Kelistrikan..................................... 3
2.3 Prinsip Dasar Instalasi Listrik ......................................................... 4
2.4 Persyaratan Umum Instalasi Listrik ................................................ 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 13


3.2 Saran ................................................................................................ 13

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 14

i ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata kuliah Teknik Instalasi Listrik Komersial mempelajari konsep dan teori
yang terkait dengan sistem instalasi listrik, Penerangan instalasi listrik, pemasangan
instalasi listrik, perhitungan biayanya, pemasangan instalasi listrik komersial dan
lainnya. Mata kuliah ini diberikan pada semester 2 bagi mahasiswa Program Studi
Pendidikan Teknik Elektro.
Judul makalah ini adalah Prinsip Dasar Instalasi Listrik, karena tema ini
adalah keharusan dari Dosen mata kuliah Teknik Instalasi Listrik Komersial yang
mewajibkan untuk membuat makalah dengan tema tersebut. Jadi pada pembahasan
kali ini penulis memaparkan dasar-dasar pengenalan mengenai instalasi listrik, yang
termasuk di dalamnya seperti, pengertian instalasi listrik, peraturan tentang
kelistrikan, prinsip-prinsip dasar instalasi listrik, sertab persyaratan umum instalasi
listrik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari instalasi listrik?
2. Apa saja peraturan/perundangan tentang kelistrikan?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar instalasi listrik?
4. Apa saja persyaratan umum instalasi listrik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari instalasi listrik
2. Mahasiswa mampu menyebutkan peraturan/perundangan tentang kelistrikan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip dasar instalasi listrik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan persyaratan umum instalasi listrik

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instalasi


Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah
bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya.
Suatu bagian penting dalam sebuah bangunan gedung yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga listrik dari instalasi pengusaha ketenagalistrikan ke titik-titik
beban.
Instalasi pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Instalasi penerangan listrik
2. Instalasi daya listrik
Yang termasuk didalam instalasi penerangan listrik adalah seluruh instalasi
yang digunakan untuk memberikan daya listrik pada lampu. Pada lampu ini daya
listrik / tenaga listrik diubah menjadi cahaya yang digunakan untuk menerangi
tempat / bagian sesuai dengan kebutuhannya. Instalasi penerangan listrik ada 2 (dua)
macam, yaitu :
1. Instalasi dalam gedung
2. Instalasi luar gedung
Instalasi di dalam gedung adalah instalasi listrik di dalam bangunan gedung
(termasuk untuk penerangan, teras dan lain lain) sedangkan instalasi di luar
bangunan gedung (termasuk disini adalah penerangan halaman, taman, jalan
peneragan papan nama dan lain lain).
Tujuan utama dari instalasi penerangan adalah untuk memberikan
kenyamanan terhadap keadaan yang memerlukan ketelitian maka diperlukam
penerangan yang mempunyai kuat penerangan besar sedangkan untuk pekerjaan
pekerjaan yang memerlukan ketelitian tidak perlu menggunakan penerangan yang
mempunyai penerangan besar.
Sedangan instalasi daya listrik adalah instalasi yang digunakan utnuk
menjalankan mesin mesin listrik termasuk disini adalah instalasi untuk melayani
motor motor listrik di pabrik, pompa air, dan lain lain, pada mesin mesin listrik
ini energi diubah menjadi energi mekanis sesuai dnegan kebutuhan manusia

2
2.2 Peraturan/perundangan Tentang Kelistrikan
1. PUIL , adalah peraturan yang dibuat agar dalam pelaksanaan pekerjaan
instalasi listrik terpenuhi dengan baik. Peraturan ini lebih diutamakan
keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan listrik,
keamanan instalasi listrik serta perlengkapan instalasi listrik serta keamanan
gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik yang tidak benar.
2. Undang Undang Nomor 30 tahun 2009
Tentang Ketenagalistrikan
3. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2012
Tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
4. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2011
Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke
Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik
Negara
5. Peraturan Presiden RI No.6 Tahun 2010
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2006 Tentang
Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
6. Peraturan Menteri ESDM No.06 Tahun 2012
Tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Untuk
Melakukan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Pump Upper
Cisokan 4X260 MW
7. Peraturan Menteri ESDM No.04 Tahun 2012
Tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN (Persero) Dari
Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala
Kecil Dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik
8. Peraturan Menteri Perindustrian No. 04/M-Ind/Per/1/2009
Tentang Pedoman Produksi Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan

3
9. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja, dalam pasal 1 ("tempat kerja" ialah tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja
bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung
dengan tempat kerja tersebut;
10. Undang-undang No. 23 tahun 1997
Tentang Pengelolahan Lingkungan Hidup, adalah Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) menurut UU no 32 tahun 2009 pasal
1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.

2.3 Prinsip Dasar Instalasi Listrik


Beberapa prinsip instalasi harus menjadi pertimbangan pada pemasangan
suatu instalasi listrik, tujuannya adalah agar instalasi yang dipasang dapat digunakan
secara optimum. Adapun prinsip-prinsip dasar instalasi listrik yaitu:
1. Safety ( Keamanan)
2. Reliability ( Keandalan)
3. Accessibility (Kemudahan/Ketercapaian)
4. Availibility (Ketersediaan)
5. Impact of Environment (pengaruh lingkungan)
6. Economic (Ekonomis)
7. Esthetic (Keindahan)

1. Safety (Keamanan)
Instalasi listrik harus dipasang dengan benar berdasarkan standar dan
peraturan yang ditetapkan oleh SPLN, PUIL 2000 serta IEC (International

4
Electrotechnical Commission) dengan tujuan untuk keamanan dan keselamatan bagi
mahluk hidup, harta benda dan instalasi listrik itu sendiri.
Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bagi mahluk hidup, harta benda maupun
pada sistem instalasi listrik itu sendiri, bila dilengkapi dengan sistem proteksi yang
sesuai dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon gangguan yang terjadi
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh : Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem
pentanahan/ pembumian agar manusia terhindar dari sentuhan tidak langsung akibat
kejutan listrik yang tidak terduga, karena adanya kebocoran arus listrik pada body
peralatan listrik.

2. Reliability ( Keandalan)
Yang dimaksud adalah andal secara mekanik maupun secara elektrik
(instlasai bekerja pada nilai nominal tanpa timbul kerusakan). Keandalan juga
menyangkut ketepatan pengaman untuk menanggapi jika terjadi gangguan.

3. Accessibility (Kemudahan/Ketercapaian)
Kondisi yang harus dicapai adalah kemudahan/ketercapaian terhadap :
Pengoperasian, Perawatan & Perbaikan sistem
Pemasangan dan penggantian peralatan sistem
Pengembangan dan perluasan sistem
Kemudahan pada sistem instalasi listrik dinyatakan tercapai apabila
pengoperasian suatu sistem tidak memerlukan skill tinggi, cepat dan tepat dalam
pemasangan peralatan sistem serta mudah dalam melaksanakan perawatan dan
perbaikan sistem.
Contoh : Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu sistem
kontrol, maka sistem instalasi panel kontrol harus dilengkapi label pada peralatan
listrik yang terpasang, adanya penomoran pada terminal, kabel dan pengawatan
peralatan yang disesuaikan dengan gambar/diagram kontrol dan instalasi.

5
4. Availibility (Ketersediaan)
Ketersediaan merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik,
karena berkaitan dengan kemungkinan pengembangan ataupun perluasan proses
kontrol/mesin yang meliputi ketersediaan terhadap alat, tempat/Ruang dan daya.
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan apabila
adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi kerusakan pada
peralatan yang dalam kondisi operasi, baik yang telah tersedia dilapangan umum
maupun yang dengan mudah didapat dipasaran. Adanya cadangan tempat atau ruang
yang diperlukan untuk menempatkan peralatan tambahan, karena adanya
pengembangan ataupun perluasan sistem. Adanya cadangan daya pada sistem
instalasi yang dapat langsung digunakan tanpa harus mengganti ataupun menambah
kabel pada sistem instalasi.

5. Impact of Environment (Pengaruh lingkungan)


Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan dampak yang
terjadi pada lingkungan sekitar dimana sistem instalasi dipasang, yang meliputi:
Pengaruh Lingkungan terhadap peralatan
Pengaruh Peralatan terhadap lingkungan
Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu, harus
dipertimbangkan apakah peralatan itu mempunyai pengaruh negatip terhadap
lingkungan sekitarnya, Bila ada kemungkinan mengganggu atau merusak lingkungan
maka harus dirancang agar pengaruh negatip yang ditimbulkan oleh peralatan listrik
dapat dihilangkan atau diperkecil.
Contoh : Gardu listrik dipasang pada suatu taman yang indah, maka harus
dipertimbangkan konstruksi bangunan gardu listrik agar tidak merusak keindahan
taman. Lingkungan dimana peralatan listrik atau sistem instalasi listrik dipasang
harus dipertimbangkan apakah lingkungan dapat merusak peralatan/instalasi listrik
yang ada disekitarnya. Bila ada kemungkinan dapat merusak peralatan/instalasi,
maka harus dipilih peralatan /bahan instalasi yang tidak dapat terpengaruh terhadap
kondisi lingkungan tersebut.

6
6. Economic (Ekonomis)
Perencanaan sistem instalasi listrik perlu mempertimbangkan kondisi
operasional jangka panjang agar dapat dihemat biaya-biaya yang dikeluarkan
terhadap:
Pemeliharaan dan perluasan sistem
Pemakaian/penggantian peralatan
Pengoperasian sistem
Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil bila efesien
dan efektip terhadap penggunaan daya listrik, peralatan yang digunakan cukup andal
dan kecilnya delay time pada pengoperasian proses produksi.
Contoh: Bila proses produksi banyak menggunakan beban induktif, agar penggunaan
daya listrik efektip maka sistem instalasi listriknya harus dilengkapi dengan
kompensasi daya listrik, yaitu dengan memasang Capasitor Bank.

7. Esthetic (Keindahan)
Suatu hal yang penting pada sistem instalasi listrik adalah keindahan dan
kerapian, yang meliputi :
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan
Keserasian dalam penggunaan/pemilihan peralatan
Keserasian dan keindahan tata letak dan kenyamanan ruang operasi
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan akan menimbulkan kemudahan
dan kejernihan pikiran dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan pada sistem
instalasi. Keserasian dalam pemilihan dan penggunaan/pemilihan peralatan yang
disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan warna yang sedemikian rupa, sehingga
menimbulkan pemandangan yang indah dan nyaman. Keserasian dan keindahan tata
letak akan menimbulkan mosaik yang memberikan kenyamanan serta menghindari
kebosanan bagi pelaksana operasi pada ruang dimana suatu kendali sistem kontrol
dipasang. Kondisi tersebut diatas akan menimbulkan gairah dan ketenangan kerja
serta disiplin kerja akan selalu terjaga.

7
2.4 Persyaratan Umum Instalasi Listrik
Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini adalah untuk terselenggaranya dengan
baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada keselamatan manusia
terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanan instalasi listrik beserta
perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat
listrik.

1. Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai
perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya.
Persyaratan umum instalasi listrik ini tidak berlaku untuk :
a) Bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya digunakan
untuk menyalurkan berita dan isyarat.
b) Bagian dari instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi
dan pelayanan kereta rel listrik.
c) Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan
kendaraan lain yang digerakkan secara mekanik.
d) Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang.
e) Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt dan
dayanya tidak melebihi 100 watt.

2. Ketentuan yang Terkait


Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini, harus pula
diperhatikan ketentuan yang terkait dengan dokumen berikut :
a) Undang undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b) Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan.
c) Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d) Peraturan Pemerintah RI No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik.
e) Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1995 tentang Usaha Penunjang
Tenaga Listrik.

8
f) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/40/M.PE/1990
tentang Instalasi Ketenagalistrikan.
g) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02.P/0322/M.PE/1995
tentang Standardisasi, Sertifikasi dan Akreditasi dalam Lingkungan
pertambangan dan energi

3. Syarat-Syarat Instalasi Listrik


Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan peraturan mengenai
kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan
instalasi listrik, antara lain :
a) syarat ekonomis
Instalasi listik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan
dari instalasi itu mulai dari perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya
semurah mungkin, kerugian daya listrik harus sekecil mungkin.
b) Syarat keamanan
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa, sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan
jiwa manusia dan terjaminnya peralatan dan benda benda disekitarnya dari
kerusakan akibat dari adanya gangguan seperti:
gangguan hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih dan sebagainya.
c) Syarat keandalan (kelangsungan kerja)
Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin
secara baik. Jadi instalasi listrik harus direncana sedemikian rupa sehingga
kemungkinan terputusnya atau terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.

4. Komponen Pokok Instalasi Listrik


Komponen pokok instalasi listrik adalah perlengkapan yang paling pokok
dalam suatu rangkaian listrik. Komponen yang digunakan dalam pemasangan
instalasi listrik banyak macam dan ragamnya. Namun, pada dasarnya komponen
instalasi listrik dapat dikelompokan sebagai berikut:
a) Bahan penghantar listrik;
b) Bahan Isolasi (Isolator Rol);

9
c) Pipa Instalasi;
d) Kotak Sambung;
e) Sakelar;
f) Fitting;
g) Perlengkapan Bantu.

A) Penghantar Listrik
Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik
penerangan umumnya terbuat dari tembaga. Penghantar tembaga setengah keras
(BCC H = Bare Copper Conductor Half Hard) memiliki nilai tahanan jenis 0,0185
ohm mm/m degangan tegangan tarik putus kurang dari 41 kg/mm. sedangkan
penghantar tambaga keras (BCCH = Bare Copper Conductor Hard), kekuatan
tegangan tariknya 41 kg/mm. Pemuaian tembaga sebagai penghantar adalah dengan
pertimbangan bahwa tembaga merupakan suatu bahan yang mempunyai daya hantar
yang baik setelah perak.

B) Bahan Isolasi (Isolator Rol)


Bahan isolasi atau isolator dibuat dari porselen atau bahan lain yang sedrajat.
Misalnya PVC, dengan diameter yang besar . Pemasangan isolator ini harus kuat
sehingga tidak ada gaya mekanis lebih pada hantaran yang ditunjang. Untuk instalasi
dalam gedung, bahan ini sering disebut dengan rol isolator yang dipasang pada
langit-langit bagian atas. Pemasangan rol isolator ini harus diatur sehingga jarak
bebas antara hantaran-hantaran yang berlainan fasa tidak kurang dari tiga sentimeter,
dan jarak antara titik-titik tumpunya tidak lebih dari 1 meter.

C) Pipa Instalasi
Pipa instalasi berfungsi sebagai pelindung hantaran dan sekaligus perapi
instalasi. Pipa instalasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pipa baja yang dicat meni
(sering disebut pipa union); pipa PVC; pipa fleksibel

10
D) Kotak Sambung
Penyambungan atau pencabangan hantaran listrik pada instalasi dengan pipa
harus dilakukan dalam kotak sambung. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
sambungan atau percabangan hantaran dari gangguan yang membahayakan. Pada
umumnya bentuk sambungan yang digunakan pada kotak sambung ialah sambungan
ekor babi (pig tail), kemudian setiap sambungan ditutup dengan las dop setelah
diisolasi. Selain itu, pada hantaran lurus memanjang perlu
dipasang kotak sambung lurus (kotak tarik) setiap panjang tertentu penarik kabel
untuk memudahkan penarikan hantaran. Pada kotak tarik ini apabila tidak terpaksa,
hantaran tidak boleh dipotong kemudian disambung lagi.

E) Sakelar
Fungsi sakelar adalah untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik
dari sumber ke pemakai/beban.

F) Fitting
Fitting adalah suatu komponen listrik tempat menghubungkan lampu dengan
kawat-kawat hantaran. Ada bermacam-meacam fitting, di antaranya fitting duduk,
fitting gantung, fitting bayonet, dan fitting kombinasi stop kontak seperti tampak
gambar 10. Fitting terbuat dari bahan isolasi, yaitu bakelit atau porselen. Digunakan
dari cara pemasangannya, ada yang disebut fitting duduk dan fitting gantung

G) Kotak Pembagi Daya Listrik (PHB)/Distribusi Panel (DP)


Panel bagi di dalam instalasi listrik rumah/gedung merupakan peralatan yang
berfungsi sebagai tempat membagi dan menyalurkan tenaga listrik ke beban yang
memerlukan agar merata dan seimbang. Di dalam panel bagi terdapat komponen
antara lain rel (busbar), sakelar utama, pengaman, pengaman, alat-alat ukur dan
lampu indikator.

5. Rating Pengaman
Rating pengaman yang dipakai menurut PUIL harus sama dengan atau lebih
besar dari arus nominal beban (I pengaman > I nominal). Pengaman yang digunakan

11
dalam instalasi listrik adalah pemutus rangkaian (MCB) untuk pengaman tiap
kelompok beban dan pemutus rangkaian pusat (MCCB) untuk pengaman seluruh
kelompok beban. Besarnya rating arus MCB maupun MCB diperhitungkan arus
beban yang dipikul atau dipasang di dalam instalasi agar memenuhi syarat
keamanan.

6. Perlengkapan Bantu
Untuk memasang peralatan-peralatan seperti dibahas diatas, diperlukan
beberapa perlengkapan bantu seperti:
a) Klem (sengkang)
Klem digunakan untuk menahan pipa agar dapat dipasang pada dinding
atau langit-langit. Klem dapat terbuat dari besi maupun bahan PVC.
Ukurannya disesuaikan dengan ukuran pipa.
b) Isolasi
Digunakan untuk mengisolasi sambungan kabel agar tidak terhubung
dengan kabel yang lain selain itu juga berfungsi untuk melindungi daya kerja
penghantar listrik atau kabel
c) Lasdop
lasdop berguna untuk menutup sambungan kabel agar tersambung
dengan kuat selain itu juga berfungsi sebagai isolasi kabel.

12
BAB IIII
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah
bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya.
Suatu bagian penting dalam sebuah bangunan gedung yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga listrik dari instalasi pengusaha ketenagalistrikan ke titik-titik
beban.
Prinsip-prinsip dasar instalasi listrik yaitu:
1. Safety ( Keamanan)
2. Reliability ( Keandalan)
3. Accessibility (Kemudahan/Ketercapaian)
4. Availibility (Ketersediaan)
5. Impact of Environment (pengaruh lingkungan)
6. Economic (Ekonomis)
7. Esthetic (Keindahan)
Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini adalah untuk
terselenggaranya dengan baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada
keselamatan manusia ter hadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanan
instalasi listrik beserta perlengkapan nya dan keamanan gedung serta isinya terhadap
kebakaran akibat listrik.

3.2 Saran
Materi ini merupakan dasar dari Teknik Instalasi Listrik. Jadi perlu
pemahaman yang mendalam untuk mempelajarinya.
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengenal
lebih dalam lagi mengenai teknik instalasi listrik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, 2013. Persyaratan Umum Instalasi Listrik. www.teknik-


tenagakelistrikan.blogspot.co.id |Tersedia Online| Diakses 17 Februari 2017
MTJ, 2016. Pengertian Intalasi Listrik. www.blogteknisi.com|Tersedia Online|
Diakses 17 Februari 2017
Jurnal Politeknik Negeri Sriwijaya

14

Anda mungkin juga menyukai