Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM PROTEKSI & RELE

“TEGANGAN LEBIH SURJA HUBUNG DAN


PENGAMANNYA”
Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sistem Proteksi & Rele

Di Susun Oleh:

Nama : Dadang Ahmad Ghozali

Nim : 521 416 017

S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufik dan hidayahnya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini. serta salam semoga tercurah limpahkan kepada pembaca ,
para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selau umatnya.

Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantas nyalah penulis


mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu
penyusun dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu peyusun berharap adanya kritik dan saran yang
membangun. Penyusun berharap kiranya proposal ini dapat bermanfaat bagi
penyusun maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan ibadah di
sisi tuhan yang maha esa.

Gorontalo, 29 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Tegangan Lebih Surja Hubung................................................................. 3
2.2 Surja Hubung ............................................................................................ 6
2.3 Pengaman Tegangan Lebih Surja Hubung ............................................. 11
1. Circuit Breaker .................................................................................... 11
2. Automatic circuit Recloser ................................................................. 12
3. Lighting Arrester................................................................................. 13
BAB II ................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saluran Transmisi memegang peranan penting dalam proses penyaluran daya
dari pusat-pusat pembangkit hingga ke pusat-pusat beban. Agar dapat melayani
kebutuhan tersebut maka diperlukan sistem transmisi tenaga listrik yang handal
dengan tingkat keamanan yang memadai. Pada sistem interkoneksi pada sistem
transmisi SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 150kV. Semakin tinggi
tegangan yang digunakan pada sistem, maka akan semakin tinggi pula tegangan
lebih yang disebabkan oleh sistem tersebut, khususnya surja hubung (switching
surge) (Warmi Y., 2000). Pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik
merupakan salah satu operasi pensaklaran yang dapat menimbulkan tegangan
lebih, pada operasi pensaklaran (pembukaan atau penutupan) akan menghasilkan
gejala surja hubung atau transien energi listrik, yang berupa tegangan lebih
transien (transients over voltage) yang dapat berupa gelombang impuls yang
mempunyai muka gelombang dan ekor gelombang (Naidu, 1995).

Surja Hubung adalah gejala transien yang disebabkan oleh pemasukan


energi(energization), pemutusan energi(deenergization) dan pemutusan disertai
pemasukan kembali energi(re-energization) dari suatu rangkaian listrik. Proses
pensaklaran dilakukan oleh saklar atau circuit breaker berupa operasi penutupan
(closing), pembukaan (opening) dan penutupan kembali (reclosing).
Operasioperasi tersebut dikenal dengan istilah operasi switching.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tegangan Lebih Transient ?
2. Apa yang dimaksud dengan Gangguan tegangan lebih ?
3. Apa saja pengaman Tegangan Lebih Surja Hubung ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Tegangan Lebih Transient
2. Untuk mengetahui apa saja Gangguan Tegangan Lebih
3. Untuk mengetahui Pengaman Surja Hubung

1.4 Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang Tegangan
Lebih Surja Hubung dan Pengamannya .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tegangan Lebih Surja Hubung


Warmi Y. (2000) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Pelepasan
Beban terhadap Tegangan Lebih Transien Pada SUTET 500kV dengan
Menggunakan Electromagnetic Transients Program (EMTP). Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa pembebanan maksimum dapat ditentukan oleh level kenaikan
tegangan lebih transien yang disebabkan oleh pertambahan beban saat pelepasan
beban.

Warmi Y. (2007) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Surja Hubung


terhadap Tegangan Lebih Transien pada SUTT 150 kV Menggunakan
Electromagnetic Transients Program (EMTP). Operasi pensaklaran yang
disebabkan oleh Pembangkit akan menimbulkan gejala transien kelistrikan, hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pada sistem tenaga listrik karena dengan
terlepasnya pembangkit secara tiba-tiba akan terjadinya kenaikan tegangan pada
sistem. Maka untuk mengetahui level kenaikan tegangan yang disebabkan oleh
pembangkit ini, dapat ditentukan pola pembebanan pembangkit secara optimal
yang masih diperbolehkan, sehingga tegangan yang timbul tidak akan merusak
peralatan atau beban.

Salah satu operasi pensaklaran yang menyebabkan tegangan lebih adalah


pelepasan beban. Untuk mengimbangi berkurangnya pembangkitan tenaga listrik
yang disebabkan oleh adanya gangguan dari suatu sistem maka sebagian beban
sistem harus dilepaskan supaya pembangkit yang masih bekerja tidak mengalami
beban lebih dan frequensi sistem tidak turun dibawah harga yang diijinkan

Apabila berkurangnya daya pembangkit hanya berkisar 10% sampai 15% dari
kapasitas pembangkitan yang ada maka dalam hal ini penurunan frequensi akan

3
terjadi secara perlahan sehingga tidak akan menyebankan hal-hal yang serius pada
sistem. Hal ini disebabkan karena governoor pembangkit-pembangkit masih
sempat bekerja dan daya cadangan panas yang ada atau spinning reserve (kira-kira
10% sampai 15%) dapat digunakan. Umumnya dalam hal ini turunnya frequensi
masih dapat ditahan dan dikembalikan ke keadaan normal karena bekerjanya
governoor, tanpa melakukan pelepasan beban.

Tetapi apabila terjadinya gangguan yang lebih besar lagi maka turunnya
frequensi akan makin cepat sehingga dapat mencapai harga yang relatif rendah
hanya dalam waktu singkat. Governoor dan daya cadangan panas yang ada tidak
sempat bekerja sehingga tidak dapat membantu memperbaiki keadaan sistem.

Untuk menjaga sistem dari kegagalan atau kerusakan dikarenakan makin


turunnya frequensi maka sebagian beban harus dilepaskan. Setelah sebagian
beban dilepaskan, beban-beban yang dipikul oleh pembangkit-pembangkit yang
masih bekerja akan berkurang dan frequensi akan kembali ke keadaan normal
segera setelah terjadinya keseimbangan antara sisa pembangkit dan sisa beban.
Pelepasan beban harus dilakukan sesegera mungkin pada saat frekuensi sistem
mulai menurun.

Dengan pelepasan sebagian beban pembangkit-pembangkit yang masih


bekerja dapat terhindar dari kerusakan dan juga pelayanan terhadap beban yang
tinggal (tidak dilepas) masih dapat tetap dilaksanakan. Didalam perencanaan
pelepasan beban dapat ditentukan terlebih dahulu beban-beban yang akan
dilepaskan apabila terjadi penurunan frequensi yang sangat cepat. Beban-beban
yang akan dilepaskan dipilih beban-beban yang kurang penting dan beban-beban
yang sangat peka dengan frequensi. Beban-beban yang penting dan yang perlu
dilayani secara kontinyu diharapkan dapat tetap dilayani meskipun ada sebagian
pembangkit yang terganggu (Hutauruk, 1998).

Tegangan lebih karena pelepasan beban berarti pelepasan karena adanya


gangguan. Tegangan lebih ini juga termasuk tegangan lebih sementara (temporary
over voltage). Kenaikan tegangan yang terjadi pada waktu pelepasan beban, yang

4
mana besarnya kenaikan tegangannya tergantung dari besarnya kapasitas dan
impedansi beban (Naidu, 1995).

𝑓 𝑓 𝑋
V= = E[(1 − ) 𝑠]
𝑓0 𝑓0 𝑋𝑐

Keterangan :

v = kenaikan tegangan pada ujung saluran

f = frequensi pada saat tegangan maksimum

𝑓0 = frequensi dasar 50 Hz

E = tegangan subtransien generator

Xs= reaktansi sumber

Xc= reaktansi kapasitif saluran

Gejala surja hubung pada saluran transmisi dapat diselesaikan dengan


membuat rangkaian ekivalen satu fasa. Sehingga tiap fasa diasumsikan dapat
berdiri sendiri, hal tersebut berlaku jika pemutusan tenaga pada masing-masing
fasa menutup secara serentak (simultaneous).

Gangguan tegangan lebih pada transmisi dan distribusi sistem tenaga listrik
biasanya disebabkan oleh dua macan tegangan surja yaitu surja petir dan surja
hubung yang mempunyai amplitudo lebih besar dari nilai puncak tegangan
nominalnya. Salah satu sumber tegangan lebih surja hubung adalah peristiwa
pembukaan dan penutupan pemutus tenaga. Besarnya amplitudo tegangan saat
pelepasan beban selalu berkorelasi dengan tegangan sistem dan frekuensi osilasi
yang dipengaruhi oleh impedansi sistem.

Tegangan lebih berdasarkan sumbernya menurut IEC, ditimbulkan oleh :

1. Tegangan lebih petir (lightning over voltage) pada peralatan listrik baik
sambaran langsung, tidak langsung, maupun secara induksi.

5
2. Tegangan lebih sementara (temporary over voltage) yang disebabkan oleh
sistem
3. Tegangan lebih surja hubung (switching over voltage) baik akibat operasi
penutupan maupun operasi pembukaan.

2.2 Surja Hubung


Dengan bertambah tingginya tegangan yang dipakai pada system transmisi
daya, maka surja hubung atau peristiwa yang diakibatkan oleh surja hubung lebih
mempunyai peranan yang penting dari pada akibat yang disebabkan oleh impulse
petir. Karena itu, ini mempunyai pengaruh pada reka bentuk dari alat alat listrik.
Semua kawat transmisi daya yang mempunyai tegangan lebih tinggi dari 200 KV
sangat memperhitungkan pengaruh surja hubung dalam setiap reka bentuknya.
Surja hubung adalah suatu transient tegangan yang terjadi pada waktu yang
singkat. Di mana ia berasal dari pemutusan atau penyambungan dari suatu saklar
tegangan tinggi atau pemutusan rangkaian, atau mungkin disebabkan gangguan
pada rangkaian yang bertegangan tinggi. Tegangan transient ini mungkin
berbentuk gelombang bolak balik atau oscilasi yang diredam dengan frekuensi
antara Hz sampai KHz kadang-kadang gelombang ini dinamakan impulse yang
diperlambat. Surja hubung ini mempunyai energi yang lebih besar dari impulse
petir. Waktu yang dianggap standar untuk gelombang surja hubung ini dinyatakan
dengan:

𝑇𝑒𝑟 = 250 𝜇𝑆 ± 20 %

𝑇1 = 250 𝜇𝑆 ± 60 %

Pengoperasian perangkat switching dapat bergabung atau memisahkan


bagian dari sistem tenaga. Setelah operasi penutupan, arus transien akan mengalir
melalui sistem, sementara setelah operasi pembukaan, tegangan pemulihan
transien akan muncul di terminal perangkat yang mengganggu. Konfigurasi
jaringan seperti yang terlihat dari terminal perangkat switching menentukan
amplitudo, frekuensi, dan bentuk osilasi arus dan tegangan (Greenwood, 1991;
Hileman, 1999; van der Sluis, 2001; Garzon, 2002; Das, 2010) .

6
Ketika kapasitor bank untuk pengaturan tegangan ditempatkan di gardu
induk, gawai switching mengganggu sebagian besar muatan kapasitif ketika
beroperasi dalam kondisi beban normal. Arus dan tegangan kira-kira 90 ° dari fase
dan arus memimpin tegangan. Ketika transformator besar terputus dalam situasi
tanpa beban, arus dan tegangan juga sekitar 90 ° dari fase tetapi sekarang arusnya
tertinggal. Menutup saklar di jaringan yang dominan kapasitif biasanya akan
menghasilkan arus masuk yang dapat menyebabkan masalah bagi sistem
perlindungan.
Tegangan lebih dapat dihasilkan dengan mengalihkan operasi yang
dilakukan dalam jaringan listrik; yaitu, switching tegangan lebih dapat dihasilkan
dengan menutup saluran yang tidak dibebani, dengan membersihkan kesalahan
atau dengan mengganggu arus di sirkuit induktif atau kapasitif di mana
kemungkinan restrikes ada. Ini menyiratkan bahwa tidak hanya operasi
pembukaan yang tidak terjadwal yang dimaksudkan untuk mengganggu arus
hubung singkat bertanggung jawab untuk mengalihkan tegangan lebih, tetapi juga
operasi yang secara rutin dilakukan dalam sistem tenaga.
Beralih tegangan lebih dalam sistem transmisi dan distribusi tidak dapat
sepenuhnya dihindari, tetapi efeknya dapat diminimalkan. Secara umum, kejadian
dan besarnya tegangan lebih dapat dibatasi oleh penggunaan langkah-langkah
yang tepat seperti kompensasi seri atau paralel, resistor penutup, atau arester
lonjakan oksida logam, dan dalam beberapa kasus dengan mengikuti prosedur
yang ditetapkan untuk desain dan operasi yang tepat. sebuah sistem (Brown,
Fisher, Neugebauer, & Panek, 1982; Greenwood, 1991; Hileman, 1999; van der
Sluis, 2001; Garzon, 2002; Martinez-Velasco, 2009; Das, 2010).
Transien yang disebabkan oleh operasi switching akan merambat ke salah satu
arah dalam sistem daya dan akan ditransfer secara induktif atau kapasitif melalui
transformator dan kopling ke level tegangan lainnya. Resonansi parsial pada
transformator juga dapat terjadi. Lonjakan yang dihasilkan oleh semua operasi ini
bervariasi dalam tingkat keparahan dan besarnya dan tidak sama berbahaya untuk
isolasi sistem. Selain itu, lonjakan switching teredam oleh resistensi dan
konduktansi.

7
Tegangan lebih dari nilai puncak yang sama dapat berbeda
kepentingannya. Beralih tegangan lebih tidak menyebabkan flashover ke tingkat
yang sama seperti yang disebabkan oleh petir. Namun, lonjakan switching
semakin penting ketika tegangan sistem naik; switching tegangan lebih dapat
menentukan jarak sambaran dan panjang tali isolator dalam saluran transmisi
EHV (mis., di atas 345 kV) (Hileman, 1999).
Bab ini didedikasikan untuk analisis tegangan lebih front-lambat yang
disebabkan oleh operasi switching di mana perangkat switch adalah pemutus
sirkuit. Yaitu, hanya situasi-situasi di mana tegangan berlebih yang berasal
mungkin memiliki waktu-ke-puncak dari 20-5000 dan waktu untuk setengah nilai
kurang dari 20000 (IEC 60071-2, 1996)
Lonjakan switching datang dalam berbagai bentuk, dan memiliki banyak
sumber berbeda. Apa yang konsisten antara semua peristiwa lonjakan switching
adalah:
1. Mereka adalah peristiwa frekuensi rendah biasanya di bawah kilohertz dan
terkait dengan frekuensi daya dasar.
2. Mereka selalu dikaitkan dengan perubahan status pengoperasian sistem.
3. Mereka selalu dikaitkan dengan peristiwa switching pada sistem daya.
4. Mereka selalu melibatkan energi yang terperangkap dan pelepasannya.
Tidak seperti lonjakan petir, lonjakan sakelar umumnya diinduksi sendiri
oleh pengoperasian sakelar pemutus, sakelar, atau putuskan sambungan.
Namun lonjakan switching dapat dikaitkan dengan petir jika selama badai
petir lonjakan petir menyebabkan pemutus untuk beroperasi dan lonjakan
switching diinduksi.
Gambar dibawah ini adalah contoh lonjakan switching yang khas.
Bentuk gelombangnya sangat kompleks. Amplitudo dari lonjakan switching ini
sekitar 2.5pu yang merupakan amplitudo yang cukup umum untuk switching
lonjakan. Perhatikan juga durasi

8
Peristiwa ini tidak lebih dari satu siklus frekuensi daya yang sekali lagi
cukup umum dalam beralih peristiwa lonjakan.
Alasan lonjakan switching ada adalah karena induktansi yang melekat
dan kapasitansi sistem tenaga. Garis dan transformator adalah kontributor utama
induktansi. Garis-garis ini juga sangat kapasitif relatif terhadap fase bumi dan
lainnya. Kabel di bawah tanah
Dalam rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini beberapa jenis
lonjakan switching dapat dibuat ketika S1, S2 atau S3 dioperasikan. Jika S1
ditutup untuk memberi energi pada saluran, lonjakan 1pu mengalir turun ke arah
transformator dan dipantulkan kembali ke S1. Refleksi ini dapat menyebabkan
lonjakan switching 2pu yang akan muncul pada sistem dan menempatkan semua
isolasi dalam situasi stres yang lebih tinggi.

9
Skenario lain adalah jika pada penutupan atau pembukaan S2 dan S3
baik pra-pemogokan atau pembatasan switch dapat menyebabkan beralih lonjakan
2pu ke 3pu seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini .

Gelombang Perjalanan Selama ada saluran transmisi, ada fenomena


gelombang bepergian. Semua transien pada sistem tenaga dipengaruhi oleh fakta
bahwa pengaruhnya ditransfer ke seluruh sistem satu meter atau satu unit
sekaligus. Transfer muatan dan energi ini dikenal sebagai gelombang perjalanan.
Kecepatan gelombang mendekati kecepatan cahaya pada saluran transmisi tetapi
karena kapasitansi yang lebih tinggi dari kabel bawah tanah hanya sekitar
setengah dari kecepatan cahaya. Ini adalah karakteristik gelombang perjalanan
transien yang mengarah pada refleksi dan pembiasan pada sistem. Refleksi
gelombang ini pada titik-titik pada sistem di mana karakteristik sistem berubah
adalah alasan paling signifikan untuk transien di atas 1pu.
Ketika ada pemutusan garis, efek gelombang bepergian paling terasa.
Dalam hal ini, gelombang dipantulkan sepenuhnya dan efek transien pada
sumbernya bisa menjadi 2pu penuh.
Karena switching surge umumnya rendah magnitude bila dibandingkan
dengan petir dan frekuensi lambat dibandingkan dengan petir, mereka bertindak
sangat berbeda pada sistem. Karena fenomena gelombang bepergian, sumber
lonjakan yang sama dapat mempengaruhi sistem untuk ratusan mil di setiap arah.
Di AS, jika pemutus sirkuit dioperasikan pada saluran di California, pengaruhnya
dapat dirasakan di Montana 500 mil jauhnya.

10
2.3 Pengaman Tegangan Lebih Surja Hubung
Surja Hubung adalah gejala transien yang disebabkan oleh pemasukan
energi(energization), pemutusan energi(deenergization) dan pemutusan disertai
pemasukan kembali energi(re-energization) dari suatu rangkaian listrik. Proses
pensaklaran dilakukan oleh saklar atau circuit breaker berupa operasi penutupan
(closing), pembukaan (opening) dan penutupan kembali (reclosing).
Operasioperasi tersebut dikenal dengan istilah operasi switching.

1. Circuit Breaker
A. Pengertian dan Fungsinya

Circuit Breaker atau juga disebut sebagai saklar pemutus tenaga (PMT) adalah
suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang
mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi,
termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban normal atau
pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu menghubungkan atau memutus
beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan
busur api, oleh karena itu sakelar pemutus dilengkapi dengan media peredam
busur api tersebut, seperti media udara dan gas SF6.

B. Gambar

11
C. Karakteristiknya

Karakteristiknya PMT yang terpenting dalam pemakaianya :

 Mampu meyalurkan arus maksimum sistem secara terus – menerus.


 Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban
maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
tenaga itu sendiri.
 Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peraltan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
 Pemasangan PMT mempunyai batas ketinggian maksimum 1000 meter
diatas permukaan laut.

2. Automatic circuit Recloser


A. Pengertian dan Fungsi

Automatic Circuit Recloser atau disebut juga sebagai Penutup Balik


Otomatis(PBO) adalah Alat perlindungan arus lebih berfungsi untuk memutuskan
saluran secara otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali
beberapa waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini
disetting untuk dua kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali
penyambungan . Apabila kerja recloser tidak kembali menutup, maka terjadi
gangguan permanen.

12
B. Gambar

C. Karakteristik

Karakteristiknya PBO yang terpenting dalam pemakaianya :

 Penggunaan sebagai pengaman saluran udara tegangan menengah dari arus


hubung singkat di jaringan dan terpasang setelah PMT out going
penyulang 20 KV.
 Maksimum dalam mengamankan jaringan 20 KV dari gangguna yang luas
atau memperkecil radius pemadaman akibat gangguan

3. Lighting Arrester
A. Pengertian dan Fungsi

Biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi


(peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih
akibat sambaran petir (ligthning Surge) maupun oleh surja hubung ( Switching

13
Surge ). Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya
ketanah. Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.

Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh


tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebihinternal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenaga listrik. Bila
surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.

B. Gambar dan karakteristik

14
Karakteristiknya Lighting Arrester yang terpenting dalam pemakaianya :

a) Tegangan rated (tegangan rata – rata) 50 c/s yang tidak boleh dilampaui.

Sebagaimana diketahui bahwa arrester adalah suatu peralatan


tegangan yang menpunyai tegangan ratingnya. Maka jelaslah bahwa ia
tidak boleh dikenakan tegangan yang melebihi rating ini, maka didalam
keadaan normal maupun dalam keadaan abnormal. Oleh karena itu
menjalankan funsingnya ia menanggung tegangan system normal dan
tegangan lebih transiens 50 c/s. Karakteristik pembatasan tegangan impuls
dari arrester adalah harga yang dapat ditahan oleh terminal ketika
melalukan arus – arus tertentu dan harga ini berubah dengan singkat baik
sebelum arus mengalir maupun mulai bekerja.

b) Ia mempunai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage limiting)


bila dilalui oleh berbagai macam arus petir.
c) Batas termis Untuk batas termis ialah kemampuan untuk mengalirkan arus
surja dalam waktu yang lama atau terjadi berulang – ulang tanpa menaikan
suhunya. Meskipun kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah
mencapai 65000 – 100.000 ampere, tetapi kemampuannya untuk
melalukan surja hubung terutama bila saluran menjadi panjang dan berisi
tenaga besar masih rendah. Maka agar supaya tekanan stress pada isolasi
dapat dibuat serendah mungkin, suatu system perlindungan tegangan lebih
perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung
singkat ke tanah ( saturated ground fault).
 Dapat memutuskan aryus susulan.
 Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah, artinya
tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.

15
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tegangan lebih yang terjadi pada suatu sistem tenaga dapat disebabkan oleh
faktor eksternal misalnya petir atau oleh faktor internal, misalnya surja hubung
atau pada proses alih hubung (switching). Transien pada sistem transmisi
disebabkan oleh perubahan yang mendadak pada konfigurasi sistem dalam kondisi
kerja. Petir dapat menimbulkan ancaman bahaya kerusakan pada peralatan-
peralatan sistem tenaga, demikian pula proses alih hubung yang dapat
mengakibatkan gelombang berjalan pada kawat transmisi .

Surja Hubung adalah gejala transien yang disebabkan oleh pemasukan


energi(energization), pemutusan energi(deenergization) dan pemutusan disertai
pemasukan kembali energi(re-energization) dari suatu rangkaian listrik. Proses
pensaklaran dilakukan oleh saklar atau circuit breaker berupa operasi penutupan
(closing), pembukaan (opening) dan penutupan kembali (reclosing).
Operasioperasi tersebut dikenal dengan istilah operasi switching.

3.2 Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
para pembaca khusus pada penulis

16
DAFTAR PUSTAKA

Warmi Y. (2000). Analisis Pengaruh Pelepasan Beban Terhadap Tegangan


Lebih Transien Dengan Menggunakan Electromagnetic Progam. Tugas Akhir S2
UGM.

Warmi Y. (2007). Analisis Pengaruh Surja Hubung Terhadap Tegangan


Lebih Transien pada SUTT 150 kV Dengan Menggunakan Electromagnetic
Transients Program. Penelitian Dosen Muda Kopertis

Warmi Y. (2007). Analisis Pengaruh Surja Hubung Terhadap Tegangan


Lebih Transien pada SUTT 150 kV Dengan Menggunakan Electromagnetic
Transients Program. Penelitian Dosen Muda Kopertis

http://www.arresterworks.com/arresterfacts/pdf_files/switching_surge_and
_arresters.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai