Anda di halaman 1dari 56

RANGKAIAN LISTRIK II

Makalah ini di buat sebagai salah satu tugas dalam mata


kuliah rangkaian listrik ll yang di ampuh oleh
Jaya sihombing, ST, MT

Disusun oleh

Wahyudin ( 162227013 )

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................. 2

BAB 2 ARUS LISTRIK .................................................................................. 3

2.1 Arus listrik ........................................................................................... 3

2.2 Arus searah (Direct Current/DC) ........................................................ 4

2.3 Arus bolak-balik (Alternating Current/AC) ........................................... 4

2.4 Tegangan ........................................................................................... 5

2.5 Energi ................................................................................................. 5

BAB 3 HUKUM-HUKUM RANGKAIAN ......................................................... 7

3.1 Hukum ohm ........................................................................................ 7

3.2 Hukum kirchoff .................................................................................... 9

BAB 4 TEOREMA RANGKAIAN .................................................................. 13

4.1 Teorema superposisi ......................................................................... 13

4.2 Teorema subtitusi .............................................................................. 15

4.3 Teorema thevenin .............................................................................. 16

4.4 Teorema northon ............................................................................... 22

4.5 Teorema millman ............................................................................... 25

4.6 Teorema transfer daya maksimum .................................................... 27

BAB 5 DASAR-DASAR AC .......................................................................... 29

5.1 Bentuk gelombang ............................................................................. 29

5.2 Konsep phasor .................................................................................. 30

5.3 Diagram phasor ................................................................................. 30

BAB 6 DAYA LISTRIK ................................................................................. 33

i
6.1 Daya listrik ......................................................................................... 33

6.2 Daya sesaat....................................................................................... 34

6.3 Daya dengan sinusoidal .................................................................... 35

6.4 Daya rata-rata.................................................................................... 36

6.5 Daya komplek .................................................................................... 37

6.6 Daya aktif........................................................................................... 37

6.7 Segitiga daya ..................................................................................... 38

BAB 7 RANGKAIAN 3 PHASA .................................................................... 41

7.1 Hubungan Y-Y 3 phasa ..................................................................... 41

7.2 Hubungan Y-∆ PHASA ...................................................................... 45

7.3 Daya pada rangkaian 3 phasa ........................................................... 49

7.4 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 53

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup.

Elemen atau komponen yang akan di bahas adalah elemen atau komponen yang
memiliki dua buah terminal atau kutub pada kedua ujungnya.

Pembatasan elemen atau komponen listrik pada Rangkaian Listrik dapat


dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif
adalah menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber
arus, mengenai sumber ini akan dijelaskan pada bab berikutnya.

Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini tidak dapat menghasilkan
energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya dapat menyerap energi
dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau banyak juga yang
menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R, dan komponen pasif yang
dapat menyimpan energi juga diklasifikasikan menjadi dua yaitu komponen atau
elemen yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam hal ini induktor
atau sering juga disebut sebagai lilitan, belitan atau kumparan dengan simbol L,
dan kompone pasif yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet dalam hal
ini adalah kapasitor atau sering juga dikatakan dengan kondensator dengan simbol
C, pembahasan mengenai ketiga komponen pasif tersebut nantinya akan
dijelaskan pada bab berikutnya.

Berbicara mengenai Rangkaian Listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari


pengertian dari rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari
sekumpulan elemen atau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian
penghubungnya di mana disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal memiliki
satu lintasan tertutup. Dengan kata lain hanya dengan satu lintasan tertutup saja
kita dapat menganalisis suat rangkaian.

Yang dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai
dari titik yang dimaksud akan kembali lagi ketitik tersebut tanpa terputus dan tidak
memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang kita tempuh Rangkaian listrik
merupakan dasar dari teori rangkaian pada teknik elektro yang menjadi dasar atau
fundamental bagi ilmu-ilmu lainnya seperti elektronika, sistem daya, sistem
computer, putaran mesin, dan teori control.

1
1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. apa pengertian dari arus listrik, hambatan, tegangan listrik ?


2. bagaimana cara menganalisa arus dan tegangan dalam rangkaian bercabang ?
3. bagaimana cara menyelesaikan persoalan rangkaian listrik dengan me
nggunakan teorema rangkaian ?
4. apa yang dimaksud dengan karakteristik dari sumber AC atau gelombang AC ?
5. apa yang dimaksud dengan daya listrik ?
6. apa saja yang terdapat di rangkaian 3 phasa ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. untuk mengetahui pengertian dari arus listrik, hambatan, tegangan listrik


2. untuk mengetahui cara penyelesaian menggunakan hukum kirchoff
3. untuk mengetahui tentang teorema rangkaian.
4. Untuk memahami tentang karakteristik sumber AC
5. Untuk mengetahui tentang daya listrik
6. Untuk memahami rangkaian 3 phasa

2
BAB 2

ARUS LISTRIK

2.1 Arus listrik

Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan


yang mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i (dari kata Perancis : intensite),
dengan kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan tersebut
bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus
pun akan hilang. Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang
memepengaruhinya. Muatan adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari
atom. Dimana dalam teori atom modern menyatakan atom terdiri dari partikel inti
(proton bermuatan + dan neutron bersifat netral) yang dikelilingi oleh muatan
elektron (-), normalnya atom bermuatan netral.

Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif Arah arus
searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah
aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan
elektron dan menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain.
Coulomb adalah unit dasar dari International System of Units (SI) yang digunakan
untuk mengukur muatan listrik.

Gambar 1.1 aliran elektron pada batrai

Pada gambar di atas menunjukkan sumber tegangan listrik yang disambungkan ke


sebuah penghantar. Pada kutub positif penghantar, muatan negatif akan ditarik
oleh muatan positif pada sumber tegangan melewati ruang-ruang kosong (Hole).
Hole digambarkan dalam bentuk bulat tanpa tanda negatif "-". Sedangkan pada
kutub negatif penghantar, muatan akan terisi elektron baru dari sumber tegangan,
sehingga elektron pada penghantar juga terdorong untuk bergerak ke arah kutub
posisitif.

Simbol :Q = muatan konstan


Q = muatan tergantung satuan waktu
muatan 1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb
1 coulomb = -6,24 x 1018 elektron

3
Satuannya : Ampere ( A )

Dalam teori rangkaian arus merupakan pergerakan muatan positif. Ketika terjadi
beda potensial disuatu elemen atau komponen maka akan muncul arus dimaan
arah arus positif mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dan arah arus
negatif mengalir sebaliknya.
Δq
Maka Secara matematis arus listrik dinyatakan sebagai : I =
Δt

Keterangan : I (Kuat arus listrik (Coulomb / detik atau Ampere)


T ( waktu )
Q muatan listrik ( coulomb )

Macam-macam arus :

2.2. Arus searah (Direct Current/DC)

Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap
satuan waktu, artinya di mana pun kita meninjau arus tersebut pada waktu berbeda
akan mendapatkan nilai yang sama.

2.3 Arus bolak-balik (Alternating Current/AC)

Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan
waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk perioda waktu tertentu
(mempunyai periode waktu : T).

4
2.4 Tegangan

Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial dalam


bahasa Inggris voltage adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu
muatan (sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu
terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan
mempunyai beda potensial jika kita menggerakkan/memindahkan muatan sebesar
satu coulomb dari satu terminal ke terminal lainnya.

Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang


dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah
energi persatuan muatan.
∆𝒘
Secara matematis :𝒗=
∆𝒒

Satuanya : volt ( v )

Pada gambar diatas, jika terminal/kutub A mempunyai potensial lebih tinggi


daripada potensial di terminal/kutub B. Maka ada dua istilah yang seringkali dipakai
pada Rangkaian Listrik, yaitu :

1. Tegangan turun/ voltage drop Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke
potensial lebih rendah dalam hal ini dari terminal A ke terminal B.
2. Tegangan naik/ voltage rise Jika dipandang dari potensial lebih rendah ke
potensial lebih tinggi dalam hal ini dari terminal B ke terminal A.

Pada buku ini istilah yang akan dipakai adalah pengertian pada item nomor 1 yaitu
tegangan turun. Maka jika beda potensial antara kedua titik tersebut adalah
sebesar 5 Volt, maka VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt

2.5 Energi

Kerja yang dilakukan oleh gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter.
Jadi energi adalah sesuatu kerja dimana kita memindahkan sesuatu dengan
mengeluarkan gaya sebesar satu Newton dengan jarak tempuh atau sesuatu
tersebut berpindah dengan selisih jarak satu meter.

Pada alam akan berlaku hukum Kekekalan Energi dimana energi sebetulnya tidak
dapat dihasilkan dan tidak dapat dihilangkan, energi hanya berpindah dari satu
bentuk ke bentuk yang lainnya. Contohnya pada pembangkit listrik, energi dari air
yang bergerak akan berpindah menjadi energi yang menghasilkan energi listrik,
energi listrik akan berpindah menjadi energi cahaya jika anergi listrik tersebut

5
melewati suatu lampu, energi cahaya akan berpinda menjadi energi panas jika bola
lampu tersebut pemakaiannya lama, demikian seterusnya. Untuk menyatakan
apakah energi dikirim atau diserap tidak hanya polaritas tegangan tetapi arah arus
juga berpengaruh.

Elemen/komponen listrik digolongkan menjadi :

1. Menyerap energi

Jika arus positif meninggalkan terminal positif menuju terminal


elemen/komponen, atau arus positif menuju terminal positif elemen/komponen
tersebut.

2. Mengirim energi

Jika arus positif masuk terminal positif dari terminal elemen/komponen, atau
arus positif meninggalkan terminal positif elemen/komponen.

Energi yang diserap/dikirim pada suatu elemen yang bertegangan v dan muatan
yang melewatinya Δq adalah Δw = vΔq

Satuannya : Joule (J)

6
BAB 3

HUKUM – HUKUM RANGKAIAN

3.1 Hukum ohm

Arus listrik dalam kaitannya dengan hambatan yang terjadi dalam proses
elektrokimia mengacu pada hukum ohm yang mengataka hubungan antara
tegangan. Tegangan arus dan hambatan listrik diperlihatkan dalam persamaan
berikut : V = I . R

Keterangan : V = tegangan (volt)


I = arus (ampere)
R = hambatan (ohm)

Hukum ohm semulanya terdiri atas dua bagian-bagian pertama tidaklain ohm.
Akan tetapi, ohm juga mekatakan bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak
tergantung pada V maupun I. Bagian kedua hukum ini tidak seluruhnya benar
(Geushe, 1998).

Hukum ohm hanya benar untuk bahan-bahan tertentu, terutama logam,


meskipun demikian, hukum ini sangat penting karena berlaku untuk bahan-bahan
yang biasa digunakan untuk elektrik (Cromer, 1994).

Pengertian Hukum Ohm

Jika arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut
sebanding lurus dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar
tadi (Tilloy, 1980).

Perlawanan adalah volt peramper hambatan konduktor adalah 1 ohm jika


potensa berbeda disamping terminal di dalam konduktor adalah volt ketika arus di
konduktor 1 ampere (Richards, 1987).

Menurut Alfian, (2010)Di dalam logam pada keadaan susu tetap, rapat arus I
berbanding lurus dengan medan listrik. Hubungan dengan tegangan arus dan
hambatan disebut “hukum ohm” ditentukan oleh George Simon Ohm dipublikasikan
pada sebuah pajios pada tahun 1827. Prinsip ohm adalah besarnya arus listrik
yang mengalir pada sebuah penghantar motal pada rangkaian rumus V = I.R, di
mana:

V = teganagan listrik yang mengalir pada suatu penghantar (volt)


I = arus listrikyang mengalir pada suatu penghantar (ampere)
R = hambatan listik yang terdapat pada suatu penghantar (ohm).

Melalui percobaan diketahui bahwa di dalam logam pada suatu suhu tetap
rapat arus J berbanding lurus dengan madan listrik (hukum ohm). J = ge tegangan

7
G disebur hambatan, kebalikan dari kehantaran disebut hambatan n=1/9 satuan n
dalam sistem adalah volt perampere 1 ohm = 1 volt/1 ampere satuan kehantaran G
= Ω-1 (Reitz, 1993).

bunyi dari Hukum Ohm “Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah
penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial /
tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan
hambatannya (R)”.

Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti


dibawah ini :

V=IxR
I=V/R
R=V/I

Contoh latihan :

1. berapakah tegangan pada sebuah penghantar yang di aliri arus 2A dengan


besar harga tahanan 55 Ω

Penyelesaian :

Jika arus mengalir pada penghantar 2A dengan besar harga tahanan 55Ω, maka
tegangan pada penghantar adalah :

V = I.R =2.55 = 110V

2. Tiga buah hambatan disusun secara seri, masing – masing nilainya 4 ohm, 3
ohm dan 5 ohm. Hambatan ini kemudian dipasang pada tegangan 120 volt.
Hitunglah besarnya tegangan pada hambatan 3 ohm.

Jawab:

R1 = 4 ohm
R2 = 3 ohm
R3 = 5 ohm
V = 120 volt

Rtotal = 4 ohm + 3 ohm + 5 ohm = 12 ohm

V =I.R
I = V/Rtotal = 120 /12 = 10 A

V pada R2 (bernilai 3 ohm) adalah

VR2 = I X R2
= 10 X 3
= 30 volt

8
3.2 Hukum Kirchoft

Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kirchoft (1824-1887) Hukum Kirchhoff


merupakan salah satu hukum dalam ilmu Elektronika yang berfungsi untuk
menganalisis arus dan tegangan dalam rangkaian bercabang yang kemudian
dikenal dengan hukum kirchoft (alfian, 2010).

Hukum Kirchoff I / Kirchoff’s Current Law (KCL)

Jumlah arus yang memasuki suatu percabangan atau node atau simpul
samadengan arus yang meninggalkan percabangan atau node atau simpul, dengan
kata lain jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah percabangan atau
node atau simpul samadengan nol. Secara matematis :

Σ Arus pada satu titik percabangan = 0


Σ Arus yang masuk percabangan = Σ Arus yang keluar percabangan

Dapat diilustrasikan bahwa arus yang mengalir samadengan aliran sungai, dimana
pada saat menemui percabangan maka aliran sungai tersebut akan terbagi sesuai
proporsinya pada percabangan tersebut. Artinya bahwa aliran sungai akan terbagi
sesuai dengan jumlah percabangan yang ada, dimana tentunya jumlah debit air
yang masuk akan samadengan jumlah debit air yang keluar dari percabangan
tersebut

Contoh :

Contoh Latihan :

1. Tentukan nilai i dan vab !

9
Jawaban :

Hukum KCL :

Σi = 0
i = −8 + 7 = −1A

Hukum Kirchoff II / Kirchoff’s Voltage Law (KVL)

Jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup samadengan nol, atau


penjumlahan tegangan pada masing-masing komponen penyusunnya yang
membentuk satu lintasan tertutup akan bernilai samadengan nol. Secara matematis
:

ΣV = 0

Contoh :

Lintasan a-b-c-d-a :
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0
-V1 + V2 + -V3 + 0 = 0
V2 – V1 – V3 = 0

Lintasan a-d-c-b-a :
Vad + Vdc + Vcb + Vba
V3 – v2 – V1 – 0 = 0
V3 – V2 + V1 = 0

10
Contoh Latihan :

1. Tentukan v1 pada rangkaian tersebut !

2. Tentukan besar kuat arus i pada rangkaian di bawah ini !


Diketahui : R1 = 2Ω, R2 = 1Ω, R3 = 2Ω, V1 = 6V, V2=8V
Ditanya : i1

Jawab :

Terlebih dahulu tentukan arah arus dan arah loop

Menerapkan hukum kirchoff l


I1 = I2 + I3

Menerapkan hukum kirchoff ll

11
12
BAB 4

TEOREMA RANGKAIAN

pada bab ini dibahas bahwa penggunaan teorema tertentu dalam


menyelesaikan persoalan yang muncul pada Rangkaian Listrik dapat dilakukan
dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Bahwa nantinya pada implementasi
penggunaan teorema tertentu akan diperlukan suatu bantuan konsep dasar
ataupun analisis rangkaian.

Ada beberapa teorema yang dibahas pada bab ini , yaitu :

1. Teorema Superposisi
2. Teorema Substitusi
3. Teorema Thevenin
4. Teorema Norton
5. Teorema Millman
6. Teorema Transfer Daya Maksimum

4.1 Teorema Superposisi

Pada teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier, dimana
rangkaian linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang muncul akan
memenuhi jika y = kx, dimana k = konstanta dan x = variabel. Dalam setiap
rangkaian linier dengan beberapa buah sumber tegangan/ sumber arus dapat
dihitung dengan cara :

Menjumlah aljabarkan tegangan/ arus yang disebabkan tiap sumber independent/


bebas yang bekerja sendiri, dengan semua sumber tegangan/ arus independent/
bebas lainnya diganti dengan tahanan dalamnya.

Pengertian dari teori diatas bahwa jika terdapat n buah sumber maka dengan teori
superposisi sama dengan n buah keadaan rangkaian yang dianalisis, dimana
nantinya n buah keadaan tersebut akan dijumlahkan. Ini berarti bahwa bila
terpasang dua atau lebih sumber tegangan/sumber arus, maka setiap kali hanya
satu sumber yang terpasang secara bergantian. Sumber tegangan dihilangkan
dengan cara menghubung singkatkan ujung-ujungnya (short circuit), sedangkan
sumber arus dihilangkan dengan cara membuka hubungannya (open circuit).

Rangkaian linier tentu tidak terlepas dari gabungan rangkaian yang


mempunyai sumber independent atau sumber bebas, sumber dependent / sumber
tak bebas linier (sumber independent arus/ tegangan sebanding dengan pangkat
satu dari tegangan/ arus lain, atau sebanding dengan jumlah pangkat satu besaran-
besaran tersebut) dan elemen resistor ( R ), induktor ( L ), dan kapasitor ( C ).

13
Contoh latihan :

1. Berapakah arus i dengan teorema superposisi ?

Jawaban :

Pada saat sumber tegangan aktif/bekerja maka sumber arus tidak aktif (diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu tak hingga atau rangkaian open circuit) :

20
Maka : i1 = =1•A
10+10

Pada saat sumber arus aktif/bekerja maka sumber tegangan tidak aktif (diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit) :

10
i2 = - • 1 = -0,5 • A
10+10

Sehinga :

i = i1 + i2 = 1 – 0,5 = 0,5A
14
4.2 Teorema subtitusi

Suatu komponen atau elemen pasif yang dilalui oleh sebuah arus yang
mengalir (sebesar i) maka pada komponen pasif tersebut dapat digantikan dengan
sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat arus tersebut melalui
komponen pasif tersebut.

Jika pada komponen pasifnya adalah sebuah resistor sebesar R, maka sumber
tegangan penggantinya bernilai Vs = i.R dengan tahanan dalam dari sumber
tegangan tersebut samadengan nol.

Contoh latihan :

dengan teorema substitusi :

Resistor 1 Ω yang dilalui arus i2 sebesar 0,5 A, jika diganti dengan Vs = 1.i2 = 0,5
V, akan menghasilkan arus i1 yang sama pada saat sebelum dan sesudah diganti
dengan sumber tegangan.

15
Dengan analisis mesh :

4.3 Teorema thevenin

Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivelennya
pada dua terminal yang diamati.

Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis


rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan
yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya.

16
Pada gambar diatas, dengan terorema substitusi kita dapat melihat rangkaian sirkit
B dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat arus melewati
sirkit B pada dua terminal yang kita amati yaitu terminal a-b.

Setelah kita dapatkan rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan


teorema superposisi didapatkan bahwa :

1. Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkit linier A


tidak aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya),
sehingga didapatkan nilai resistansi ekivelnnya.

2. Ketika sirkit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit

Dengan menggabungkan kedua keadaan tadi (teorema superposisi) maka


didapatkan :

17
Pada saat terminal a-b di open circuit (OC), maka i yang mengalir samadengan nol
(i = 0), sehingga :

Cara memperoleh resistansi penggantinya (Rth) adalah dengan mematikan atau


menon aktifkan semua sumber bebas pada rangkaian linier A (untuk sumber
tegangan tahanan dalamnya = 0 atau rangkaian short circuit dan untuk sumber
arus tahanan dalamnya = ∞ atau rangkaian open circuit).

Jika pada rangkaian tersebut terdapat sumber dependent atau sumber tak
bebasnya, maka untuk memperoleh resistansi penggantinya, terlebih dahulu kita
mencari arus hubung singkat (isc), sehingga nilai resistansi penggantinya (Rth)
didapatkan dari nilai tegangan pada kedua terminal tersebut yang di-open circuit
dibagi dengan arus pada kedua terminal tersebut yang di- short circuit .

Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Thevenin :

1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuit kan pada terminal a-
b kemudian hitung nilai tegangan dititik a-b tersebut (Vab = Vth).
3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara
diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti

18
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan
rangkaian open circuit) (Rab = Rth).
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan
𝑉𝑡ℎ
penggantiTheveninnya didapatkan dengan cara Rth =
𝐼𝑠𝑐
5. Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut dihubungsingkatkan dan di
cari arus yang mengalir pada titik tersebut (Iab = Isc).
6. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian
pasangkankembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang
ditanyakan.

Contoh latihan :
untuk sumber bebas/ independent

1. Tentukan nilai arus i dengan teorema Thevenin !

Jawaban :

Tentukan titik a-b pada R dimana parameter i yang ditanyakan, hitung tegangan
dititik a-b pada saat terbuka :

Vab = Voc = -5+4.6 = -5+24 = 19v

19
Mencari Rth ketika semua sumber bebasnya tidak aktif (diganti dengan tahanan
dalamnya) dilihat dari titik a-b :

Rth = 4Ω

Rangkaian pengganti Thevenin :

Sehingga :
19
I= 𝐴
8

Contoh latihan :
untuk sumber tak bebas/ dependent

1. Tentukan nilai V dengan teorema Thevenin !

20
Jawaban :

Mencari Vab dimana tegangan di R=3Ω, dimana rangkaian tersebut terbuka :

Karena terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari Rth tidak bisa langsung
dengan mematikan semua sumbernya, sehingga harus dicari nilai Isc :

21
Rangkaian pengganti Thevenin :

4.4 Teorema Northon

Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan ekivelennya
pada dua terminal yang diamati.

Tujuan untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan membuat


rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu
tahanan ekivalennya.

Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Norton :

1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, short circuit kan pada terminal a-
b kemudian hitung nilai arus dititik a-b tersebut (Iab = Isc = IN).
3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara
diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan
rangkaian open circuit) (Rab = RN = Rth).
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
𝑉𝑜𝑐
Nortonnya didapatkan dengan cara RN =
𝑰𝑁
5. Untuk mencari Voc pada terminal titik a-b tersebut dibuka dan dicari tegangan
pada titik tersebut (Vab = Voc).

22
6. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya, kemudian pasangkan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.

Contoh latihan :
untuk sumber bebas/ independent

1. Tentukan nilai arus i dengan teorema Norton !

Jawaban :

Tentukan titik a-b pada R dimana parameter i yang ditanyakan, hitung isc = iN saat
R = 4Ω dilepas :

23
Mencari Rth ketika semua sumber bebasnya tidak aktif (diganti dengan tahanan
dalamnya) dilihat dari titik a-b :

RN = 4Ω

Rangkaian pengganti Norton :

24
Jawaban :

Mencari isc :

Mencari RN dititik a-b :

Rangkaian pengganti Norton :

4.5 Teorema milman

Teorema ini seringkali disebut juga sebagai teorema transformasi sumber,


baik dari sumber tegangan yang dihubung serikan dengan resistansi ke sumber
arus yang dihubung paralelkan dengan resistansi yang sama atau sebaliknya.
Teorema ini berguna untuk menyederhanakan rangkaian dengan multi sumber
tegangan atau multi sumber arus menjadi satu sumber pengganti.

25
Langkah – langkah :

1. Ubah semua sumber tegangan ke sumber arus

2. Jumlahkan semua sumber arus paralel dan tahanan paralel

3. Konversikan hasil akhir sumber arus ke sumber tegangan

Contoh latihan :

1. Tentukan nilai V dengan transformasi sumber !

26
Jawaban :

Tinjau transformasi sumber di titik a-b

4.6 Teorema transfer daya maksimum

Transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban samadengan nilai
resistansi sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun dipasang
paralel dengan sumber arus.

Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan rumus sebagai berikut :

27
dengan asumsi Vg dan Rg tetap, dan PL merupakan fungsi RL, maka untuk mencari
nilai maksimum PL adalah :

Sehingga :

RL = Rg

Teorema transfer daya maksimum adalah daya maksimum yang dikirimkan ketika
beban RL samadengan beban intern sumber Rg. Maka didapatkan daya
maksimumnya :

28
BAB 5

DASAR-DASAR AC

5.1 Bentuk gelombang

kita telah membahas rangkaian listrik dengan sumbernya adalah sumber


searah, dimana untuk selang waktu dari nol sampai tak hingga nilainya akan selalu
tetap atau konstan, sedangkanp pada bab ini akan dibahas rangkaian listrik dengan
sumbernya adalah bolak-balik, dimana untuk waktu tertentu akan didapatkan nilai
yang berbeda-beda. Tentunya dengan sumber bolak-balik atau lebih singkatnya
dengan sumber AC (Alternating Current) akan mempengaruhi komponen pasif
yang digunakan, saat sumber DC maka komponen pasif seperti L dan C akan
menjadi rangkaian hubungsingkat dan terbuka. Tetapi dengan sumber AC
komponen pada L dan C akan berbeda halnya saat deiberikan sumber DC.
Sebelum membahas masalah AC secara mendalam alangkah baiknya kita
memperhatikan terlebih dahulu karakteristik dari sumber AC atau gelombang AC
ini.Salah satu sifat khusus dari gelombang AC adalah dia mempunyai sifat periodik
atau berulang dengan selang waktu tertentu atau lebih sering disebut dengan
perioda, dimana nilai dari periodik ini memenuhi persamaan : f (t) = f ( t + nT )
dimana n : integer 0,1,2,… dengan T = perioda, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini :

29
5.2 Konsep phasor

Phasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan besaran atau


magnitude dan phasa gelombang sinusoidal. Phasor biasanya dinyatakan dengan
sebuah notasi pada domain frekuensi yang hanya terdiri dari besaran dan phasa.

Formula Euler :

Sebagai contoh :

5.3 Diagram phasor

Adalah nama untuk suatu bentuk sketsa pada bilangan kompleks, yang
memperhatikan hubungan antara tegangan fasor dan arus fasor di dalam sebuah
rangkaian. Diagram ini juga memberikan sebuah metode grafis yang dapat
memudahkan pekerjaan dalam menganalisis rangkaian. Seperti halnya bilangan
kompleks dalam bentuk polar yang bisa diubah dalam bentuk rektangular dan
disajikan dalam bentuk diagram. Penyajian fasor dalam bentuk diagram ini disebut
diagram fasor.

Jika beda phasa antara tegangan dan arus sebesar θ, maka diagram phasornya
sebagai berikut :

30
Contoh latihan :

1. Suatu fungsi arus dan tegangan seperti i (t)= 15,5 sin⁡(2500t-145°)A dan v (t) =
311 sin⁡(2500t+270°)V. Tentukan fasor dan gambar diagram fasor nya.

Penyelesaian

Penyajian dalam bentuk fasor dari arus dan tegangan ini adalah

15,5 < −145°


𝐼= = 11 < −145°𝐴
√2
311 < 170°
𝑉= = 220 < 170°𝑉
√2
Dan gambar diagram fasornya adalah.

2. Suatu rangkaian seri dengan R = 10 ohm dan C = 40 mikro farad,


mempunyai tegangan v(t) = 500 cos(2500t-20°)V. Tentukan arusnya dan
gambarkan diagram fasor arus dan tegangan.
Penyelesaian :
Impendansi rangkaian adalah:
1 1
𝑍 = 𝑅 − 𝑗𝑋𝑐 = 𝑅 − 𝑗 𝜔𝐶 = 10 − 𝑗 (2500𝑥4𝑥10−6 )

=10 - j10 = 14,14 sudut - 45°Ω.

31
Penyajian dalam bentuk fasor tegangan adalah:
500<−20°
𝑉= = 353,55 < −20°𝑉
√2

Arus pada rangkaian sinusoidal arus tersebut adalah:


353,55<−20°
𝐼= = 25 < 20°
14,14<−45°

Dalam bentuk fungsi sinusoidal arus tersebut adalah


𝑖(𝑡) = 25√2cos(2500𝑡 + 25°)
= 35,36 cos(2500𝑡 + 25°) 𝐴
Dan gambar diagram fasornya seperti gambar dibawah ini.

32
BAB 6
DAYA LISTRIK

6.1 Daya listrik


Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian
listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik
yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan
kerja. Perintah mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai bentuk yang berguna,
seperti panas (seperti pada pemanas listrik), cahaya (seperti pada bola lampu),
energi kinetik (motor listrik), dan suara (loudspeaker). Listrik dapat diperoleh dari
pembangkit listrik atau penyimpan energi seperti baterai.
Daya listrik, seperti daya mekanik, dilambangkan oleh huruf P dalam persamaan
listrik. Pada rangkaian arus DC, daya listrik sesaat dihitung menggunakan Hukum
Joule, sesuai nama fisikawan Britania James Joule, yang pertama kali menunjukkan
bahwa energi listrik dapat berubah menjadi energi mekanik, dan sebaliknya
sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih
singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan
definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :
P=E/t

Dimana :
P = Daya Listrik,
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik
Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)
Rumus Daya listrik adalah:
P= Vx I atau P= I2x R
Yang mana :
P adalah Daya listrik (Watt atau W)

33
I adalah Arus listrik (Ampere atau A)
V adalah Tegangan listrik (Volt atau V)
R adalah Hambatan (Ohm atau R)

6.2 Daya sesaat


Daya sesaat adalah daya yang terjadi pada saat hanya waktu tertentu ketika
sebuah komponen mempunyai nilai tegangan dan arus yang mengalir padanya
hanya saat waktu tersebut. Dengan persamaan sebagai berikut :
P(t) = v(t).i(t).............................................................................................1
Jika element tersebut adalah sebuah resistor atau tahanan R, maka daya dapat
dinyatakan dalam besaran arus atau tegangan, yaitu:
P(t) = v(t).i(t) = i2(t).R = v2(t)....................................................................2
R
Jika element tersebut bersifat induktif maka daya dapat dinyatakan dalam besaran
arus atau tegangan, yaitu:
𝑑𝑖(𝑡) 1
P(t) = V(t).i(t) = Li(t ) = 𝐿 v (t) ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡 ...............................................3
𝑑𝑡

Dengan mengasumsikan tegangan bernilai nol pada t = -∞ jika elemen tersebut


bersifat kapasitif, maka daya dapat dinyatakan dalam besaran arus atau tegangan,
yaitu :
𝑑𝑣(𝑡) 1
P(t) = v(t).i(t ) = Cv(t) = 𝐶 𝑖(𝑡) ∫ 𝑣(𝑡)𝑑𝑡...............................................4
𝑑𝑡

Contoh latihan :
Jika sebuah komponen dilewati arus sebesar i(t) = 10sin 30t A dan tegangannya v(t)
= 50sin(30t + 30°) , maka berapa daya yang muncul saat t = 1 detik !
Jawaban :

34
6.3 Daya dengan sumber sinusoidal
Jika sebuah elemen bersifat induktif dengan tegangan v(t) = Vm sin ωt , pada
element tersebut mengalir arus dengan i(t)= Im sin( ωt-π/2), maka daya pada
elemnt tersebut adalah :
P(t ) = v(t).i(t) = Vm Im sin 𝜔𝑡 sin ( 𝜔𝑡 − 𝜋/2) .................................................5

Dengan sin ( 𝜔𝑡 − 𝜋/2)= − cos 𝜔𝑡 dan 2sin 𝑥 cos 𝑥 = sin 2𝑥, maka persamaan 5
1
menjadi : P(t) = − 2 Vm Im sin2 𝜔𝑡.................................................................6

Gambar tegangan,arus, dan daya untuk elemen yang bersifat induktif ini seperti
gambar dibawah ini :

Gambar : Tegangan ,arus, dan daya untuk elemen yang bersifat induktif

Jika sebuah elemen bersifat kapasitif dengan tegangan v(t) = Vm sin ωt. Pada
elemen tersebut mengalir arus listrik dengan i(t) = Im sin( ωt+π/2), maka daya pada
element tersebut adalah :
P(t) = V(t).i(t) = Vm Im sin 𝜔𝑡 sin ( 𝜔𝑡 + 𝜋/2)..................................................7
Dengan sin ( 𝜔𝑡 + 𝜋/2) = cos 𝜔𝑡 dan 2 sin 𝑥 cos 𝑥 = sin 2x, maka persamaan diatas
1
menjadi : P(t) = 2 Vm Im sin2 𝜔𝑡......................................................................8

Gambar tegangan,arus, dan daya untuk elemen yang bersifat kapasitif ini seperti
gambar dibawah ini

35
Gambar : Tegangan ,arus, dan daya untuk elemen yang bersifat kapasitif
Jika sebuah elemen bersifat resisten dengan tegangan v(t) = Vm sin ωt. Pada
element tersebut mengalir arus listrik dengan i(t) = Im sin ωt, maka daya pada
elemen tersebut adalah
P(t) = V(t).i(t) = Vm Im sin2 𝜔𝑡............................................................................9
1
Dengan demikian sin2 x ( 1 − cos 2𝑥) , maka persamaan diatas menjadi :
2
1
P(t) = 2 Vm Im ( 1 − cos 2𝑥 𝜔𝑡) .........................................................................10

Gambar tegangan arus dan dayauntuk elemen yang bersifat resisten


diperlihatkan pada gambar dibawah ini

Gambar : Tegangan ,arus, dan daya untuk elemen yang bersifat resisten

6.4 Daya Rata-rata


Daya rata-rata dapat dihitung dengan mengintergralkan fungsi daya sesaat
untuk sembarang interval waktu yang panjangnya satu periode gelombang, dan

36
kemudian membagi hasilnya dengan panjang periode tersebut. Persamaan daya
rata-rata ini adalah seperti berikut :
1 𝑇
P(t) = ∫ 𝑝 (𝑡)𝑑𝑡 ...........................................................................................11
𝑇 0

Jika diasumsikan sebuah tegangan sinusoidal adalah v(t) = V m cos (𝜔𝑡 + 𝜃) dan
arus i(t) = Im sin ( 𝜔𝑡 + 𝜑) , maka daya sesaat yang dihasilkan tegangan dan arus
ini adalah :
P(t) = Vm Im cos ( 𝜔𝑡 + 𝜃)cos(𝜔𝑡 + 𝜑)........................................................12
Dengan mengubah bentukdari persamaan diatas menjadi penjumlahaan dua buah
fungsi cosinus sebagai berikut :
1 1
P(t) 2 Vm Im cos(𝜔𝑡 − 𝜑) + 2 Vm Im cos(2𝜔𝑡 + 𝜃 + 𝜑)..............................13

Suku pertama dari persamaan diatas adalah sebuah konstan yang tidak tergantung
waktu. Suku lainnya adalah sebuah fungsi cosinus terhadap waktu. oleh karena itu
1
p(t) bersifat periodek, yaitu periodenya T. Periode T adalah sebuah gelombang
2

arus dan tegangan yang diberikan dan bukan untuk fungsi daya sesaat, dan periode
1
untuk fungsi daya adalah T. Harga rata-rata suku kedua dari persamaan diatas
2
1
adalah nol untuk interval T (atau T). Dan harga rata-rata suku pertama adalah
2

sebuah konstanta. Dengan demikian :


1
P= 2
Vm Im cos(𝜃 − 𝜑)..................................................................................14

6.5 Daya komplek


Perkalian tegangan V dengan arus I dalam kedua besaran ini dalam bentuk
bilangan kompleks adalah V.I, yang dinamakan daya kompleks dengan simbol S
dalam satuan Volt Ampere (VA), kilo Volt Ampre (kVA), Mega Volt Ampere (MVA).
Arus kunjugate dari I.Jadi,S= V.I....................................................15

6.6 Daya Aktif


Daya aktif atau daya nyata dirumuskan dengan S cos θ Atau V.I cos θ dengan
simbol P. Dalam satuan Watt (W), Kilo Watt (kW). Mega Watt (MW), Jadi :
P = S cos 𝜽 = V.I cos 𝜽 .............................................................16
Daya reaktif ini ada yang bersifat induktif dan ada yang bersifat kapasitif

37
6.7 Segitiga daya
Segitiga daya adalah seketsa dari daya kompleks, daya reaktif dan daya aktif.
Seperti pada gambar dibaawah ini adalah segitiga daya yang bersifat induktif
dengan sudut antara daya kompleks dan daya aktif adalah θ.

Gambar . segitiga daya yang bersifat induktif


Untuk sketsa dari segitiga daya yang bersifat kapasitif dengan sudut antara daya
kompleks dan daya aktif adalah θ. Seperti pada gambar dibawah ini

Gambar . segitiga daya yang bersifat reaktif

Jadi komponen-komponen segitiga daya dapat ditulis seperti berikut:


Daya aktif : P = VI cos 𝜃 = Re VI
Daya reaktif : Q = VI sin 𝜃 = Im VI
Daya kompleks : S = VI = VI cos 𝜃 – 𝑗𝑉𝐼 sin 𝜃 = P – 𝑗𝑄
Faktor daya (power faktor) : p.f = cos 𝜃

Contoh latihan
1. Suatu rangkaian dengan tegangan v(t) = 340sin⁡(ωt- 60°) V dengan arus yang
mengalir pada rangkaian adalah i(t) = 13,3 sin⁡(ωt- 48°) A. Tentukan dan
gambarkan segitiga dayadari rangkaian tersebut serta faktor dayanya.

38
Penyelesaiaan :
Tegangan dan arus dalam bentuk fasor pada rangkaian adalah:
340
V= < −60° = 240,42 < −60°𝑉
√2
13,3
I= < −48° = 9,41 < −48°𝐴
√2

Daya komplek pada rangkaian adalah:


S = VI = (240,42 < −60°). (9,41 < −48°) = 2262,35 < −12°𝑉𝐴
Daya aktif dan reaktif adalah:
P = S cos 𝜃 = 2262,35 cos(−12°) = 2212,91 𝑊
Q = S sin 𝜃 = 2262,35 sin(−12°) = 470,37 VAR mendahului
Gambar segitiga dayanya adalah sebagai berikut:

2. Suatu rngkaian seri dengan R = 8 ohm dan XL = 6 ohm. Tegangan dalam bentuk fasor pada
rangkaian tersebut adalah 𝑉 = 50 < 90°𝑉. tentukan dan gambarkan segitiga daya dari rangkaian
tersebut serta faktor dayanya.
Penyelasaiaan
Gambar rangkainnya sepeti gambar di bawah ini

Impendansi pada rangkaian adalah


𝑋
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐿2 < tan−1( 𝑅𝐿)

39
6
= √82 + 62 < tan−1(8) = 10 < 36,87°

Arus dalam bentuk fasor pada rangkaian adalah:


𝑉 50<90°
𝐼 = 𝑍 = 10<36,87° = 5 < 53,13°𝐴

Daya kompleks pada rangkaian adalah:


𝑆 = 𝑉. 𝐼 = (50 < 90°). (5 < −53,13°) = 250 < 36,87°𝑉𝐴
Daya aktif dan reaktif adalah:
𝑃 = 𝑆 cos 𝜃 = 250 cos(36,87°) = 200𝑊
𝑄 = 𝑆 sin 𝜃 = 250 sin(36,87°) = 150𝑉𝐴𝑅 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛

Gambarnya adalah

Faktor dayanya adalah:


p.f=cos⁡(36,87°)=0,8 ketinggalan

40
BAB 7
RANGKAIAN TIGA PHASA

7.1 Hubungan Y-Y tiga fasa


Perhatikan gambar dibawah ini, sebuah generator dengan hubungan Y yang
netralnya ditandai 0, menyuplai suatu beban yang terhubung Y dan seimbang, serta
netralnya ditandai n. Beban tersebut direpresentasikan oleh impendansi Zr di antara
saluran netral

Gambar. Rangkaian sebuah generator dgn hubungan Y-Y beban seimbang

Rangkaian ekivalen dari generator berfasa tiga terdiri dari sebuah gaya gerak listrik
(ggl) di masing-masing fasanya, yang digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran.
Masing-masing ggl terhubung seri dengan impendansi Zg yang terdiri dari sebuah
tahanan dan sebuah reaktansi induktif. Titik-titik a`,b`,dan c` adalah fiktif karena
sebenarnya ggl yang dibangkitkan tidak mungkin dipisahkan dari impendasi
masing-masing fasa. Terminal mesin adalah a,b, dan c. Pada generator ggl Ea`0,
Eb`0, dan Ec`0 adalah sama besarnya tetapi berbeda fasa 120° atau terhadap yang
lain. Jika besarnya masing-masing 100V dan Ea`0 diambil sebagai referensi, maka:
Ea`0 = 100 < 0°𝑉 Eb`0 = 100 < 120°𝑉 Ec`0 = 100 < 240°𝑉
Dari harga ggl diatas, dimana Ea`0 adalah mendahului 120° terhadap Eb`0, dan
Eb`0 sendiri mendahului 120° terhadap Ec`0 seperti pada gambar dibawah ini

41
Gambar. 3 ggl bentuk sinus yang beda fasa 1200 satu terhadap yang lain

Dalam bentuk diagram fasor, ggl ini adalah seprti pada gambar di bawah ini yang
diurutkan dengan urutan fasa abc

Gambar. Diagram fasor dari ggl

Pada terminal generator, tegangan ke netralnya adalah:


Vao = Ea`0 – Ian Zg
Vbo = Eb`0 – Ibn Zg
Vco = Ec`0 – Icn Zg
Karena o dan n berada pada potensial yang sama maka Vao Vbo dan Vco berturut-
turut sama dengan Van Vbn dan Vcn dan arus salurannya adalah:
𝐸𝑎`𝑜 𝑉𝑎𝑛
𝐼𝑎𝑛 = =
𝑍𝑔+𝑍𝑟 𝑍𝑅

𝐸𝑏`𝑜 𝑉𝑏𝑛
𝐼𝑏𝑛 = 𝑍 = 𝑍𝑅
𝑔+𝑍𝑟

𝐸𝑐`𝑜 𝑉𝑐𝑛
𝐼𝑐𝑛 = =
𝑍𝑔+𝑍𝑟 𝑍𝑅

42
Karena Ea`o Eb`o dan Ec`o sama besarnya dan berbeda fasa 120° satu
terhadap yang lain, sedangkan impendasi yang terlihat dari ggl adalah identik,
maka arusnya juga akan sama besar dan berbeda fasa 120° satu terhadap
yang lain. Hal ini berlaku juga pada Van Vbn dan Vcn. Dalam kasus ini
dikatakan bawah tegangan dan arus seimbang. Gambar memperlihatkan tiga
arus saluran dari suatu sistem yang seimbang. Pada gambar terlihat bahwa
penjumlahan dari arus ini merupakan sebuah segitiga yang tertutup. Karena
itu In pada hubungan antara netral-netral dari generator dan beban yang
seperti terlihat pada gambar diatas. Jumlahnya sama dengan nol.

Gambar. (a). Fasor2 dari suatu titik bersama, (b). Penjumlahan fasor
membentuk segitiga tertutup.

Jika sebuah bebannya tidak seimbang jumlah dari arus tidak akan sama dengan
nol, dan suatu arus akan mengalir di antara o dan n. Untuk kondisi tidak
seimbang,o dan n tidak akan berada pada potensial yang sama.
Tegangan–tegangan antara saluran adalah Vab,Vbc, dan Vca. Dengan mengikut alur
dari a ke b melalui n di dalam rangkaian dari gambar diatas , didapatkan:
Vab = Van + Vnb = Van - Vbn
Pada gambar 9.5a terlihat sebuah diagram fasor dari tegangan–tegangan terhadap
netral, dan gambar 9.5b melukiskan bagaimana Vab didapatkan. Besaranya Vab
adalah:
|𝑉𝑎𝑏 | = 2|𝑉𝑎𝑛 | cos 30° = √3|𝑉𝑎𝑛 |
Tegangan-tegangan antara saluran yang lain didapatkan dengan cara yang sama,
dan gambar 9.6 memperlihatkan seluruh tegangan antara saluran dan saluran
netral. Kenyataan bahwa besarnya tegangan antara saluran dari rangkaian 3 fasa
yang seimbang sama dengan √3 kali besarnya tegangan-tegangan saluran netral.

43
Gambar. a. Tegangan-tegangan terhadap netral. b. hubungan antara tegangan
saluran dan tegangan-tegangan ke netral

Gambar. diagram fasor pada rangkaian 3 fasa yang seimbang

Contoh latihan
1. Suatu beban tiga fasa terhubung Y empat kawat dengan tegangan antara fasa a
dan netral adalah Van = 230 sudut -90°V dan untuk tegangan antara fasa yang
lainnya dan netral seperti pada gambar dibawah ini, dengan beban seimbang
yang impendansinya Z = 20 sudut -30°.. tentukan arus saluran dan gambarkan
diagram fasornya.

44
Penyelesaian
Arus-arus saluran adalah:
𝑉𝑎𝑛 230<−90°
𝐼𝑎 = = = 11,5 sudut -60°𝐴
𝑍 20<−30°
𝑉𝑏𝑛 230<30°
𝐼𝑏 = = = 11,5 sudut 60°𝐴
𝑍 20<−30°
𝑉𝑐𝑛 230<150°
𝐼𝑐 = = = 11,5 sudut 180°𝐴
𝑍 20<−30°

Arus ke netral adalah:


𝐼𝑛 = −(𝐼𝑎 + 𝐼𝑏 + 𝐼𝐶 ) = −(11,5 < −60° + 11,5 < 60° + 11,5 < 180°)
= −(5,75 − 𝑗9,59 + 5,57 + 𝑗9,59 − 11,5) = 0
Diagram fasornya seperti pada gambar dibawah ini

7.2 Hubungan Y- ∆ Tiga Fasa


Konfigurasi alternatif dari beban terhubung Y adalah beban terhubung ∆,
seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini. Tipe konfigurasi ini tidak
memiliki hubungan netral.

45
Gambar. Rangkaian sebuah generator dgn hubungan Y- ∆ beban seimbang

Beban terhubung ∆ seimbang yang terdiri dari impendansi ZR yang disisipkan di


antara masing-masing saluran. Dengan merujuk pada gambar diatas, tegangan
saluran adalah:
|𝑉𝑎𝑏 | = |𝑉𝑏𝑐 | = |𝑉𝑐𝑎 |.............................................................................................18.
Jika tegangan antara fasa ke netral diketahui dengan |V_an |=|V_bn |=|V_cn | maka
persamaan menjadi:
|𝑉𝑎𝑏 | = √3|𝑉𝑎𝑛 |
|𝑉𝑏𝑐 | = √3|𝑉𝑏𝑛 |
|𝑉𝑐𝑎 | = √3|𝑉𝑐𝑛 | ...............................................................................................................19
Karena tegangan antara fasa ke fasa diketahui maka arus antara fasa ke fasa
dengan mudah didapatkan sebagai berikut:
𝑉𝑎𝑏
𝐼𝑎𝑏 = 𝑍𝑅
𝑉𝑏𝑐
𝐼𝑏𝑐 = 𝑍𝑅
𝑉𝑐𝑎
𝐼𝑐𝑎 = ......................................................................................................20
𝑍𝑅

Arus setiap saluran tersebut didapatkan seperti berikut:


𝐼𝑎 = 𝐼𝑎𝑏 − 𝐼𝑐𝑎
𝐼𝑏 = 𝐼𝑏𝑐 − 𝐼𝑎𝑏
𝐼𝑐 = 𝐼𝑐𝑎 − 𝐼𝑏𝑐 ..............................................................................................21
Diagram fasoryang dapat diaplikasikan pada rangkaian dari gambar diatas adalah:

46
Gambar. diagram fasor yg dapat diaplikasikan pada gambar diatas

Contoh latihan
1. Suatu beban tiga fasa terhubung ∆ tiga kawat dengan tegangan antara fasa ke
fasa adalah 110 V dengan beban seimbang yang impendansinya 𝑍𝑅 = 10 sudut
45°  . tentukan arus setiap saluran dan gambarkan diagram fasornya.
Penyelesaiannya
Diambil tegangan antara fasa a dan fasa b adalah 𝑉𝑎𝑏 = 110 sudut 0° 𝑉,
untuk tegangan antara fasa yang lainnya dan netral seperti gambar
dibawah ini.

Arus-arus antara fasa ke fasa adalah:


𝑉𝑎𝑏 110<0°
𝐼𝑎𝑏 = = = 11 < −45° = 7,78 − 𝑗7,78 𝐴
𝑍𝑅 10<45°
𝑉𝑏𝑐 110<120°
𝐼𝑏𝑐 = = = 11 < 75° = 2,85 + 𝑗10,63 𝐴
𝑍𝑅 10<45°
𝑉𝑐𝑎 110<240°
𝐼𝑐𝑎 = = = 11 < 195° = −10,63 + 𝑗2,85 𝐴
𝑍𝑅 10<45°

47
Arus setiap saluran adalah:
𝐼𝑎 = 𝐼𝑎𝑏 − 𝐼𝑐𝑎 = (7,78 − 𝑗7,78) − (−10,63 − 𝑗2,85)
= 18,41 − 𝑗4,93 = 19,1 < −15°𝐴
𝐼𝑏 = 𝐼𝑏𝑐 − 𝐼𝑎𝑏 = (2,85 − 𝑗10,63) − (7,78 − 𝑗7,78)
= −4,93 + 𝑗18,41 = 19,1 < 105°𝐴
𝐼𝑐 = 𝐼𝑐𝑎 − 𝐼𝑏𝑐 = (−10,63 − 𝑗2,85) − (2,85 + 𝑗10,63)
= −13,48 − 𝑗13,48 = 19,1 < 225°𝐴
Diagram fasornya adalah:

2. Suatu beban tiga fasa terhubung ∆ tiga kawat dengan tegangan antara fasa ke
fasa adalah 240 V dengan beban tidak seimbang yang impendansinya 𝑍𝑎𝑏 = 10
sudut 0°  , 𝑍𝑏𝑐 = 10 sudut 30°  ,dan 𝑍𝑐𝑎 = 15 sudut −30°  ,tentukan arus
setiap saluran dan gambarkan diagram fasornya.
Penyelesaian
Diambil tegangan antara fasa a dan fasa b adalah 𝑉𝑎𝑏 = 240 sudut 0° 𝑉 , untuk
tegangan antara fasa yang lainnya dan netral seperti gambar berikut.

48
Arus-arus antara fasa ke fasa adalah:
𝑉 240<0°
𝐼𝑎𝑏 = 𝑍𝑎𝑏 = = 24 < 0° = 24 𝐴
𝑎𝑏 10
𝑉 240<120°
𝐼𝑏𝑐 = 𝑍𝑏𝑐 = = 24 < 90° = 𝑗24 𝐴
𝑏𝑐 10<30°
𝑉 240<240°
𝐼𝑐𝑎 = 𝑍𝑐𝑎 = = 16 < 270° = −𝑗16 𝐴
𝑐𝑎 15<−30°

Arus setiap saluran adalah:


𝐼𝑎 = 𝐼𝑎𝑏 − 𝐼𝑐𝑎 = 24 + 𝑗16 = 28,84 < 33,69°𝐴
𝐼𝑏 = 𝐼𝑏𝑐 − 𝐼𝑎𝑏 = −24 + 𝑗24 = 33,94 < 135°𝐴
𝐼𝑐 = 𝐼𝑐𝑎 − 𝐼𝑏𝑐 = −𝑗40 = 40 < −90°𝐴
Diagram fasornya adalah

7.3 Daya pada rangkaian tiga fasa


Total daya yang diberikan oleh generator 3 fasa atau yang diserap suatu
beban 3 fasa dapat diperoleh dengan mudah dengan menjumlahkan daya pada
ketiga fasa tersebut. Dalam suatu rangkaian yang seimbang, ini sama dengan 3 kali
daya pada fasa yang manapun juga, karena daya pada semua fasa adalah sama.
Jika besarnya tegangan antara fasa ke netral untuk suatu beban yang terhubung Y
adalah:
|𝑉𝑎𝑛 | = |𝑉𝑏𝑛 | = |𝑉𝑐𝑛 | ...........................................................................................22
Jika besarnya tegangan antara fasa ke netral untuk suatu beban yang terhubung Y
adalah:
|𝐼𝑎𝑛 | = |𝐼𝑏𝑛 | = |𝐼𝑐𝑛 | ..............................................................................................23
Maka daya aktif/nyata 3 fasa total adalah:
𝑃 = 3|𝑉𝑎𝑛 ||𝐼𝑎𝑛 | = cos 𝜃𝑎𝑛 .....................................................................................24
Atau
𝑃 = 3|𝑉𝑏𝑛 ||𝐼𝑏𝑛 | = cos 𝜃𝑏𝑛 .....................................................................................25
49
Atau
𝑃 = 3|𝑉𝑐𝑛 ||𝐼𝑐𝑛 | = cos 𝜃𝑐𝑛 ......................................................................................26
Dengan 𝜃𝑎𝑛 , 𝜃𝑏𝑛 , 𝑑𝑎𝑛 𝜃𝑐𝑛 adalah sudut-sudut dimana arus fasa tertinggal terhadap
tegangan fasa. Jadi sama dengan sudut dari impendansi pada masing-masing fasa.
Jika 𝑉𝑝 = |𝑉𝑎𝑛 | = |𝑉𝑏𝑛 | = |𝑉𝑐𝑛 | , dan
𝐼𝑝 = |𝐼𝑎𝑛 | = |𝐼𝑏𝑛 | = |𝐼𝑐𝑛 | , dan
𝜃𝑎𝑛 , 𝜃𝑏𝑛 , 𝜃𝑐𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎℎ 𝜃𝑝 , maka persamaan umum dari daya aktif/ nyata 3 fasa total
adalah:
𝑃 = 3 𝑉𝑃 𝐼𝑃 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑃 .................................................................................................27
𝑉
Juga 𝑉𝑃= √3𝐿 ...........................................................................................................28

Dan 𝐼𝑃 = 𝐼𝐿 ...........................................................................................................29
Sehingga persamaan (9,14) menjadi:
𝑃 = √3 𝑉𝐿 𝐼𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑃 ................................................................................................30
Dan total daya 3 fasa untuk daya reaktif adalah:
𝑄 = 3 𝑉𝑃 𝐼𝑃 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑃 ..................................................................................................31
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = √3 𝑉𝑃 𝐼𝑃 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑃 .......................................................................................32
Dan untuk daya kompleks adalah:
|𝑆| = √𝑃2 + 𝑄 2 = √3𝑉𝐿 𝐼𝐿 ......................................................................................33
Jika beban dihubungkan ∆ seimbang, tegangan pada masing-masing impendansi
adalah tegangan antara saluran, dan arus yang mengalir melalui masing-masing
impendansi adalah sama dengan besarnya arus saluran dibagi √3
,atau........................................................................................................................34
𝐼
Dan 𝐼𝑃 = √3𝐿 ............................................................................................................35

Daya aktif/nyata 3 fasa total adalah:


𝑃 = 3 𝑉𝑝 𝐼𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑃 ...................................................................................................36
Dengan mengagantikan harga 𝑉𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝐼𝐿 dari persamaan (9,21) dan (9,22) ke dalam
persamaan (9,23), didapat:
𝑃 = √3 𝑉𝑝 𝐼𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑃 ...............................................................................................37
Ternyata persamaan (9,24) identik dengan persamaan (9,17). Karena itu
persamaan (9,19) dan (9,20) juga berlaku tanpa memandang apakah bebanya
dihubungkan dengan ∆ atau Y.

50
Contoh latihan
1. Tentukan daya aktif 3 fasa pada gambar dibawah ini.

Penyelesaian
Dari gambar tersebut dimana tegangannya adalah antara fasa ke netral dan
tegangan untuk antara fasa ke fasa adalah 𝑉𝐿 = √3. 𝑉𝑎𝑛 √3.230 = 398,37 𝑉, 𝑑𝑎𝑛 I𝐿
11,5 A, maka daya aktif 3 fasa total adalah:
𝑃 = √3 𝑉𝐿 𝐼𝐿 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑃 = √3. (398,37). (11,5) cos(−30°) = 6872 𝑊
Cara lain adalah dengan menghitung daya aktif per fasa dengan impendansi 𝑍 =
20 < −30° sebagai berikut:
𝑃𝑃 = 𝑍 cos 𝜃𝑃 = 𝐼𝐿2 . 𝑅
= (11,5)2. (20 cos(−30°)) = 2290,64 𝑊
Sehingga daya aktif 3 fasa total adalah:
𝑃 = 3𝑃𝑃 = 3. (2290,64) = 6872 𝑊

2. Tentukan daya aktif 3 fasa pada gambar dibawah ini

Penyelesaian.

51
Dari gambar tersebut dengan beban tidak seimbang yang impendansinya 𝑍𝑎 =
3 < 0° , 𝑍𝑏 = 3,61 < 56,31° , dan 𝑍𝑐 = 2,24 < −26,57° , dan arus setiap
fasa adalah 𝐼𝑎 = 19,24 𝐴, 𝐼𝑏 = 16 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝐼𝑐 = 25,57 𝐴, maka daya aktif per fasa
adalah:
𝑃𝑎 = 𝐼𝑎2 . 𝑍𝑎 cos 𝜃𝑎 = (19,25)2. (3 cos 0°) = 1111,69 𝑊
𝑃𝑏 = 𝐼𝑏2 . 𝑍𝑏 cos 𝜃𝑏 = (16)2. (3,61 cos 56,31°) = 512,63 𝑊
𝑃𝑐 = 𝐼𝑐2 . 𝑍𝑐 cos 𝜃𝑐 = (25,78)2. (2,24 cos(−26,57 °) = 1331,3 𝑊
Dan daya aktif 3 fasa total adalah:
𝑃 = 𝑃𝑎 + 𝑃𝑏 + 𝑃𝐶 = 1111,69 + 512,63 + 1331,5 = 2955,82 𝑊

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramdani, mohamad. 2005. Rangkaian Listrik ( revisi ). Bandung: Sekolah Tinggi


Teknologi Telkom
2. Cekdin, Cekmas, Barlian, Taufik. 2013. Rangkaian Listrik. Yogyakarta: Andi
3. Hage. 2009. “Sistem 3 Phasa“, http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/01/sistem-
3-fasa.html, di akses pada 17 Desember 2017 pukul 23:16

4. Wikipedia. 2016 “Daya Listrik”, https://id.wikipedia.org/wiki/Daya_listrik, di akses


pada 17 Desember pukul 23:25

53

Anda mungkin juga menyukai