Disusun Oleh :
Oleh:
Mengetahui,
Teknologi power suply terus berkembang. Dari regulator linier biasa menuju Switch
Mode Power Suply ( SMPS ). Dimana Switch Mode Power Supply ini menjadi power suply yang
efektif dan efisien. Diantaranya dalam hal ukuran dan variasi tegangan output. Ukuran SMPS lebih
kecil dari regulator linear biasa. Karena berbagai keuntungan yang terdapat pada SMPS, Sanyo
pun mengadopsi teknologi SMPS pada rangkaian powernya.
Sampai saat ini Sanyo telah mengalami perkembangan penggunaan komponen utama
pada SMPS-nya. Diawali dengan penggunaan transistor bipolar kemudian FET dan terakhir IC
hybrid. Ketiga komponen tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan masing – masing.
Kelebihan dan kekurangan tersebut dibahas di Tugas Akhir ini.
Tetapi sekalipun masing – masing punya kelebihan dan kekurangan, IC hybrid dalam hal
ini lebih unggul dibandingkan dengan transistor bipolar maupun FET.
Kata kunci – kata kunci : SMPS, transistor bipolar, Mosfet, IC hybrid, frekuensi kerja, Tegangan
output, EMI, Fault test
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAKSI..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
KATA PENGANTAR............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
iv
2.6.2 Rangkaian Penyearah dengan Filter Kapasitor........................21
SUPPLY..................................................................................................26
sebagai Switching..............................................................................34
IC sebagai Switching.........................................................................38
v
4.3.1.1 Line Filter.....................................................................53
4.3.1.2 X – Kapasitor...............................................................54
4.3.1.3 Y – Kapasitor...............................................................55
BAB V PENUTUP...............................................................................................66
5.1 Kesimpulan.......................................................................................66
5.2 Saran..................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................68
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Blok Diagram SMPS dengan FET sebagai Komponen Utama...27
vii
Gambar 3.3 Blok Diagram SMPS dengan IC Hybrid sebagai Komponen
Utama..........................................................................................27
viii
Gambar 4.12 EMI pada SMPS yang Menggunakan FET.................................58
ix
BAB I
PENDAHULUAN
dengan berbagai keunggulan serta persaingan harga yang sangat ketat telah mulai
teknologi pada industri televisi. Agar bisa tetap exist para produsen televisi harus
extra hati-hati dalam melakukan peluncuran model baru. Harga yang mampu
adalah merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan agar produk dapat
Begitu juga dengan televisi. Dari sini seharusnya bisa dijadikan sebagai salah satu
prasyarat utama yaitu penggunaan power supply yang berkwalitas (stabil dan
efisien) agar produk yang dihasilkan bisa terjamin pula kwalitasnya. Sebab pada
sebuah televisi kualitas gambar dan suara, serta umur sangat bergantung pada
terdiri dari beberapa rangkaian yang membutuhkan catu daya yang berbeda,
terdapat pula beberapa rangkaian yang sangat peka terhadap perubahan tegangan.
Untuk itu perlu dirancang suatu power supply yang bisa menyediakan tegangan
1
2
output dengan beberapa variasi tegangan serta memiliki tingkat kestabilan yang
tinggi.
Power supply yang paling tepat digunakan untuk mencatu kebutuhan daya
listrik pada televisi adalah Switch Mode Power Supply (SMPS). Begitu juga yang
terdapat pada televisi SANYO. Secara sederhana, suatu power supply mempunyai
merekayasa daya listrik sehingga memberikan output tegangan dan atau arus
seperti yang diinginkan. Maka penentuan komponen utama yang akan digunakan
dalam rangkaian switching sangatlah penting sekali. Untuk itu kiranya perlu
sebagai medianya ini tidak hanya transistor bipolar saja yang akan
SMPS. Dari ketiga jenis komponen utama yang bisa dipakai pada
bipolar lebih baik dari FET ataukah sebaliknya, atau justru diantara ketiga
Pada Tugas Akhir ini dibahas dalam lima Bab yang berisi antara lain : Bab
Daya
Bab III berisi cara kerja rangkaian switching mode power supply yang
switchingnya.
Bab IV Pengambilan Data dan Analisa. Pada bab ini akan diukur frekuensi
LANDASAN TEORI
transistor) adalah sebuah alat yang dapat menyediakan sifat-sifat rangkaian dari
berelemen tiga yang dibentuk dari dua sambungan. Ada dua jenis transistor
sambungan, transistor pnp apabila terdiri dari dua bagian jenis p seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1a dengan simbol elektronik pada gambar 2.1b. Yang
kedua adalah transistor npn, terdiri dari dua bagian jenis n seperti ditunjukkan
C
Pemancar Pengumpul
P N P
E C
B
Basis
B
E
(a) (b)
5
6
Pemancar Pengumpul
N P N
E C
B
Basis
B
E
(a) (b)
Ketiga elemen tersebut disebut sebagai pemancar (emitor), basis (base) dan
Pemancar Pengumpul
P N P
E C
Basis
+ - + -
VEB B VCB
dinamakan daerah aktif. Seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.3, maka
tegangan melalui sambungan dalam daerah aktif menghasilkan bias depan untuk
7
sambungan basis pemancar dan menghasilkan bias balik untuk sambungan basis
pengumpul. Aksi sumber yang dikontrol dihasilkan dari kontrol arus pengumpul
oleh tegangan sambungan basis pemancar. Karena bias basis pemancar depan,
basis pengumpul di mana bias balik pada sambungan ini menyapu pengangkut ke
dipertahankan minimum, maka arus pengumpul dan arus pemancar hampir sama
besarnya. Perbedaan di antara arus pemancar dan arus pengumpul disebabkan oleh
arus pengumpul juga berubah sebanyak jumlah yang sama yang menunjukkan
dengan melewatkan arus yang cukup besar. Hal ini tergantung dengan jenis dan
Prinsip kerja transistor yang difungsikan sebagai saklar yaitu pada daerah
jenuh transistor seakan-akan berfungsi sebagai suatu saklar tertutup (ON), dan
berada pada daerah sumbat (cut off) akan berfungsi sebagai saklar yang terbuka
(OFF). Arus kolektor (IC) dan arus basis (IB) yang dibutuhkan dalam
Vin - VBE
IB = -------------- (mA), VBE diabaikan …………………….. (2.1)
Rb
Vcc-VCE
IC = -------------- (mA) ……………………………………... (2.2)
RC
Saat Vin = 0 dan IE = 0, yang berarti tidak ada sinyal masukan, transistor
akan tersumbat karena tidak ada arus yang mengalir ke emitor. Kondisi ini
dikatakan sebagai saklar terbuka. Tegangan antara kolektor dan emitor mendekati
VCC dan arus kolektor mendekati nol, sehingga tegangan jatuh yang terjadi pada
VCC – V(sat)CE
IRL = --------------------- (mA) ………………………….. (2.3)
RL
9
VCC - VCC
IRL = ------------- (mA) …………………………………… (2.5)
RL
Pada saat Vin berlogika 1, transistor akan terbias karena ada arus basis
yang mengalir sehingga tercapai tegangan VBE. Transistor akan berubah keadaan
VCC – V(sat)CE
IRL = ---------------------- (mA)………………………… (2.7)
RL
VCC
IRL = IC = ----------- (mA) ………………………………… (2.8)
RL
Besarnya arus basis minimum untuk pengoperasian daerah kerja jenuh adalah
sebagai berikut :
IC
IB = --------- (mA) …………………………………………. (2.9)
Transistor)
medan listrik yang ditimbulkan tegangan antara gate dan body dari semikonduktor
10
yang dipancarkan melalui lapisan oxide. Ada 2 tipe dari MOS Transistor. Yang
pertama yaitu depletion MOSFET mempunyai sifat yang mirip dengan J-FET
yaitu pada saat tegangan gate adalah 0 (nol) dan tegangan drain tetap, maka
arusnya adalah maksimum dan kemudian berkurang karena adanya potensial gate.
6
V G S = 0 .2 V
0
5
Drain Current ID , mA
4
- 0 .5
3
- 1 .0
2
- 1 .5
- 2 .0
1
- 2 .5
- 3 .0
0
10 20 30 40 50
D r a in - s o u r c e v o lta g e V D S ,V
Piranti yang kedua disebut enhancement MOSFET, tidak ada arus pada
tegangan gate 0 (nol) dan besarnya arus output meningkat bersamaan dengan
pada gambar 2.6a, sedangkan untuk piranti p-channel ditunjukkan pada gambar
2.6b.
11
Gate
Gate
(m etal)
(m etal)
S G D S G D
Source Drain
Source Drain
p-type regions
n-type regions
n-type s ubstrate
p-type s ubstrate
(a) (b)
Daerah antara source dan drain adalah channel, dimana dilindungi oleh
lapisan tipis silicon dioxide (SiO2). Sedangkan gate dibentuk oleh metal electode
yang diletakkan diatas lapisan oxide tersebut. Ada 4 simbol MOSFET untuk n-
D r a in
D D
G a te +
G B G
V D S
+
S u b s tr a te
V G S
S S
S o u rc e
(a ) (b )
D
D
G B G
S
S
(c ) (d )
Gambar 2.7a dan 2.7b dapat digunakan untuk piranti enhancement ataupun
untuk piranti depletion dapat menggunakan simbol circuit yang ditunjukkan pada
12
simbol circuit PMOS transistor seperti pada NMOS tetapi arah panahnya dibalik.
daya dari lilitan primer ke lilitan sekunder dengan cara induksi elektromagnetik.
Transformator mempunyai dua buah lilitan yaitu lilitan primer dan lilitan
sekunder, yang dililitkan pada suatu inti yang saling terisolasi antara satu dengan
jumlah lilitan yang terdapat pada bagian sekunder maupun primernya. Dari
dibawah ini.
Vp = Np ………………………………………………………….….. (2.10)
Vs Ns
13
Untuk :
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
Np = lilitan primer
Ns = lilitan sekunder
Jika kerugian tegangan yang lain diabaikan maka daya yang diterima oleh
Vp = Is …………………………………...………………………… (2.11)
Vs Ip
Untuk :
Ip = arus primer
Is =arus sekunder
Vp = Np = Is ………………………………………..…………………… (2.12)
Vs Ns Ip
pada lilitan berbanding lurus dengan banyaknya lilitan. Sedangkan besarnya arus
Sebuah opto coupler pada dasarnya terdiri dari transistor foto dan dioda
emisi sinar (LED) yang digabung dalam satu paket. Bila arus mengalir pada
menyebabkan arus mengalir pada transistor. Kopling ini dapat bekerja sebagai
saklar, dalam hal ini LED dan transistor foto dalam keadaan normal-off (normally
off). Bila ada pulsa melalui LED menyebabkan transistor ON selama panjang
pulsa, karena koplingnya secara optik maka isolasi listrik antara terminal input
Pada (a) output darlington memberikan arus output besar (yaitu untuk suatu harga
arus LED), bila dibandingkan dengan output transistor. Tingkat output pada (b)
dan (c) menggunakan SCR dan TRIAC yang diaktifkan oleh cahaya. Ini
digunakan untuk pemakaian tertentu dimana diperlukan isolasi listrik yang besar
- tegangan isolasi antara input dan output (Viso), ini adalah beda tegangan
maksimum yang dapat diberikan pada terminal input dan output, harganya
dalam prosen. Untuk tipe output transistor foto, harganya berkisar dari
10% hingga 150%, untuk darlington foto, CTR berharga 500%. CTR tidak
diterapkan pada output SCR atau TRIAC pada kedua jenis ini
- Waktu respon, terdiri dari waktu (rise time) (tr) dan waktu jatuh (fall time)
beban. Daya masukan dari proses DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber
daya DC yang biasanya memiliki tegangan masukan yang tetap. Pada dasarnya,
mengatur lamanya waktu penghubungan antara sisi keluaran dan sisi masukan
pada rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi
penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic switch) seperti
misalnya Thyristor, BJT, MOSFET, IGBT, GTO. Secara umum ada dua fungsi
keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan masukan, dan penurunan
Untuk lebih memahami keuntungan dari tipe peralihan, kita lihat kembali
prinsip pengubahan daya DC-DC tipe linier seperti terlihat pada Gambar 2.10.
Pada tipe linier, pengaturan tegangan keluaran dicapai dengan menyesuaikan arus
pada beban yang besarannya tergantung dari besar arus pada base-nya transistor:
V0 = IL . RL …………….………………………………………………….. (2.13)
Dengan demikian pada tipe linier, fungsi transistor menyerupai tahanan yang
dapat diubah ubah besarannya seperti yang juga terlihat dalam Gambar 2.10.
Lebih jauh lagi, transistor yang digunakan hanya dapat dioperasikan pada batasan
liniernya (linear region) dan tidak melebihi batasan cutoff dan selebihnya
(saturation region). Maka dari itu tipe ini dikenal dengan tipe linier. Walau tipe
bervariasi, namun kurang diminati pada aplikasi daya karena tingginya daya yang
efisiensi. Sebagai alternatif, maka muncul tipe peralihan yang pada prinsipnya
yang dapat dibuka (off) dan ditutup (on). Dengan asumsi bahwa switch tersebut
ideal, jika switch ditutup maka tegangan keluaran akan sama dengan tegangan
masukan, sedangkan jika switch dibuka maka tegangan keluaran akan menjadi
nol. Dengan demikian tegangan keluaran yang dihasilkan akan berbentuk pulsa
Besaran rata - rata atau komponen DC dari tegangan keluaran dapat diturunkan
…...……………………………………(2.14)
ratio yaitu rasio antara lamanya waktu switch ditutup (ton) dengan perioda T dari
...……………………………………(2.15)
yang digunakan dalam mengoperasikan switch. Berbeda dengan tipe linier, pada
tipe peralihan tidak ada daya yang diserap pada transistor sebagai switch. Ini
dimungkinkan karena pada waktu switch ditutup tidak ada tegangan yang jatuh
pada transistor, sedangkan pada waktu switch dibuka, tidak ada arus listrik
mengalir. Ini berarti semua daya terserap pada beban, sehingga efisiensi daya
menjadi 100%. Namun perlu diingat pada prakteknya, tidak ada switch yang ideal,
sehingga akan tetap ada daya yang hilang sekecil apapun pada komponen switch
dan efisiensinya walaupun sangat tinggi, tidak akan pernah mencapai 100%.
Current) yang stabil. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling
baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber
dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik
suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Berikut ini
Rangkaian ini terdiri dari satu atau beberapa buah dioda. Dioda merupakan
komponen elektronika yang paling sederhana, yang tersusun dari dua jenis
adalah sifat dioda yang hanya menyearahkan arus pada satu arah tegangan (arah
maju) saja, sedangkan pada arah yang berlawanan (arah mundur) arus yang
dilewatkan sangat kecil. Sifat dioda tersebut dapat kita lihat dari karakteristik
Dari gambar 2.13 terlihat bahwa arus dioda ID secara exponensial naik
dengan naiknya tegangan dioda VD pada arah maju (tegangan dioda positif).
Sedangkan pada arah tegangan sebaliknya atau pada tegangan dioda negatif, besar
arus dioda akan mendekati arus jenuh balik, yang nilainya kecil dan dapat
diabaikan, sehingga arus dioda hanya muncul pada tegangan dioda positif saja.
20
gambar 2.14 berikut ini. Trafo diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari
jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil
π/ω 2π/ω
t
1 π/ω 2π/ω
Vav = ----- ∫Vm Sin ωt dt +∫0
2π/ω 0 0
1 2π/ω Vm
= ----- Vm Cos ωt = ----- Cos π − Cos 0
2π 0 2π
Vm
= -----
2π
beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave).
buah dioda dengan sistem kerja berpasangan sehingga sering disebut dioda
bridge.
yang saat ini hampir dipergunakan secara universal adalah penyearah jembatan
dalam satu paket (IC).Yang lebih penting trafo yang diperlukan hanya
tidak efisien dan memerlukan kapasitor-kapasitor perata yang relatif besar. Ripple
penuh dan mempunyai frekuensi sama seperti frekuensi input untuk rangkaian
komponen filter terhadap beban. Nilai minimum dari kapasitor filter yang
I = Arus (Amper)
kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk
filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu,
dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor.
Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat
pengosongan kapasitor.
b
c
t(s)
Konversi yang efisien dari daya listrik menjadi suatu perhatian utama pada
efisiensi tinggi tapi juga menawarkan fleksibilitas lebih besar untuk perancang.
dari pembuatan sebuah output tegangan yang telah diregulasi. Beroperasi dengan
cara menurunkan sebuah tegangan input yang tinggi turun ke tegangan output
yang lebih rendah. Regulator linier hanya mempunyai efisiensi sekitar 30 hingga
Gambar 2.19 di bawah ini merupakan blok diagram dasar rangkaian SMPS.
adalah 50/60 Hz. AC supply disearahkan, dan kemudian di-filter oleh input
yang belum teregulasi ini langsung menuju blok utama dari SMPS ini yaitu bagian
MOSFET dioperasikan ON dan OFF, dan men-switch tegangan input pada power
transformer. Drive pulsanya adalah frekuensi tetap normal (20 sampai 200 kHz)
dan duty cycle yang bervariasi. Pulsa tegangan switching mengendalikan jarak
(magnitude) dan duty ratio yang timbul pada transformer sekunder. Kemudian
tegangan yang timbul di bagian sekunder dari transformer disearahkan oleh dioda
dan dihaluskan oleh kapasitor. Untuk desain yang optimal sangat dibutuhkan
berdasarkan modulasi lebar pulsa frekuensi dimana durasi drive timing merupakan
regulator linier yang menjadi metode utama dalam pembuatan catu daya. Regulator
Liniear bekerja dengan cara menurunkan tegangan input yang tinggi menjadi
tegangan output yang rendah. Regulator linier hanya mempunyai efisiensi kerja
Blok diagram yang terlihat pada gambar 3.1 menunjukkan rangkaian SMPS
secara umum. Dalam Gambar itu terlihat bahwa rangkaian SMPS terdiri dari 4
bagian utama. Yaitu blok penyearah input ( Blok A ), blok rangkaian osilasi ( Blok B
), rangkaian penyearah tegangan output ( Blok C ) dan rangkaian umpan balik ( Blok
D ).
OUTPUT
FILTER MAIN CONVERTER SECONDARY
INPUT RECTIFICATION TRANS RECTIFICATION
BLOK A STRAT-UP
SUPPLY
BLOK B BLOK C
FEEDBACK
ATTENUATION
DRIVE
SMPS
CONTROL TAKE OVER SUPPLY
BLOK D ISOLATION
26
27
bipolar dengan FET dan IC Hybrid hanya terletak pada blok B. Yaitu blok osilasi
atau bisa juga disebut sebagai blok switching (penyaklaran). Pada gambar 3.1,
gambar 3.2 dan SMPS yang menggunakan IC Hybrid bisa dilihat pada gambar 3.3.
OUTPUT
FILTER MAIN CONVERTER SECONDARY
INPUT RECTIFICATION TRANS RECTIFICATION
BLOK A STRAT-UP
SUPPLY
BLOK B BLOK C Gambar 3.2 Blok
Diagram SMPS dengan
FEEDBACK
ATTENUATION FET sebagai komponen
DRIVE
utama (lihat blok B )
SMPS
CONTROL TAKE OVER SUPPLY
BLOK D ISOLATION
OUTPUT
FILTER MAIN HYBRID CONVERTER SECONDARY
INPUT RECTIFICATION IC TRANS RECTIFICATION
Gambar 3.3 Blok
BLOK A STRAT-UP BLOK B BLOK C
Diagram SMPS dengan
SUPPLY
IC Hybrid sebagai
FEEDBACK
ATTENUATION
komponen utama (lihat
DRIVE
blok B )
SMPS
CONTROL TAKE OVER SUPPLY
BLOK D ISOLATION
28
dengan memakai dioda bridge. Pada setengah gelombang pertama tegangan relatif
positif yang dapat mengalirkan arus melalui dioda D2, beban RL, dan dioda D3. Arus
ini tidak melewati 2 dioda lainnya, D1 dan D4, karena terhadap dioda-dioda tersebut
29
tegangan relatif positif yang dapat mengalirkan arus melewati dioda D4, beban RL,
dan dioda D1 (gambar 3.6). Arus ini tidak melewati 2 dioda sebelumnya, karena
terhadap dioda-dioda tersebut tegangannya relatif negatif. Kedua arus searah hasil
Keluaran dari penyearah Dioda Bridge berupa gelombang arus searah (DC)
agar gelombang menjadi lebih rata, pada rangkaian penyearah maka ditambahkan
kapasitor bipolar C1. Hal ini dapat terjadi karena sifat kapasitor yang menyimpan
muatan listrik untuk sementara waktu, dan muatan ini akan dikeluarkan secara
kapasitor sangat tergantung pada besarnya kapasitansi. Pada saat arus yang lewat
rangkaian dioda bridge naik, muatan listrik disimpan pada kapasitor C1, pada saat
arus mulai turun dan lebih rendah dari muatan dalam kapasitor, muatan dari kapasitor
mulai mengalir keluar dan menambah besar arus yang keluar, sehingga arus dioda
Blok B merupakan rangkaian switching yang terdiri dari transistor dan transformator
1. OFF operation
3. ON operation
4. Selama kondisi on
Tegangan yang dihasilkan pada lilitan umpan balik (1)-(2) tergantung dari
rasio perbandingan lilitan input (4)-(7), sehingga pada saat tegangan pada C1
sudah tetap, tegangan pada lilitan umpan balik juga tetap. Kemudian basis
transistor (Q1) mendapat arus yang tetap yang dikontrol oleh resistor drive R4.
Arus kolektor meningkat secara linier terhadap waktu, ketika sudah mencapai
nilai hfe dari transistor, arus kolektor tidak dapat meningkat lagi. Sehingga
31
transistor Q1 OFF.
umpan balik (1)-(2), hal tersebut dapat terjadi karena adanya rangkaian
integral yang terdiri R8 dan transistor C4, dan dihasilkan juga gelombang gigi
sebagai response dari output transistor Q4, photo coupler dan transistor Q3.
Ketika ke-2 tegangan ini mencapai nilai tegangan drive basis-emiter transistor
Q2 (0,6 – 0,7V), transistor Q2 menjadi on, dan arus pada transistor switching
menjadi OFF
Pada saat transistor Q1 off, energi yang ada di lilitan input (4)-(7) di transfer
ke beban melalui lilitan output dan rangkaian penyearah output. Dalam hal ini arus
3.1.2.3. ON operation
Ketika arus yang melalui lilitan output menurun dan akhirnya 0, waktu t1
berakhir dan t2 dimulai, pada saat ini terjadi resonansi antara induktansi lilitan input
transformer T1 yang dipasang paralel. Arah arus resonansi dari lilitan input terminal
(7) ke (4), kemudian transistor switching Q1 tetap dalam kondisi off untuk
menghasilkan arus dari terminal (1) ke (2) pada lilitan umpan balik. Setelah arus
32
resonansi mencapai nilai maksimum pada akhir t2, koefisien arus slight menjadi 0
Akhirnya arus pada lilitan umpan balik mengalir melalui terminal (2) terminal (1)
menjadi ON kembali sesuai dengan umpan balik positip dari lilitan umpan balik.
sehingga tegangan yang dihasilkan pada lilitan umpan balik bernilai tetap, dan
ON.
+B (lihat gambar 3.4). Rangkaian ini mendeteksi tegangan output dari lilitan output
(12)-(15) melalui dioda D11 dan kapasitor C8. Anoda dari zener dioda D12 terhubung
tegangan referensi dari D12 dengan tegangan basis dari transistor Q4.
33
mengakibatkan transistor Q1 OFF, dan waktu t3 menjadi singkat dan energi yang
Fungsi dari D7 dan R9 dapat dilihat dari ilustrasi berikut. Perubahan tegangan
imbas pada lilitan umpan balik (1)-(2) sebanding dengan perubahan tegangan AC
input, ketika tegangan input AC meningkat, tegangan imbas juga meningkat. Pada
saat tegangan imbas lebih dari tegangan zener D7, D7 menjadi ON, integral waktu
yang sebelumnya ditentukan oleh R8 dan C4 berubah sekarang ditentukan juga oleh
R9. ini berarti integral waktu menjadi lebih kecil dan tegangan basis transistor Q2
meningkat lebih cepat dan transistor Q2 ON dan transistor Q1 OFF, hal ini dapat
mencegah transistor Q1 swicth ON arus sesaat yang besar ketika tegangan input AC
lebih besar.
Selama Q1 off, tegangan yang dihasilkan pada lilitan umpan balik yang
mengalir melalui terminal (2) adalah (+) dan terminal (1) adalah (-), menyebabkan
→ terminal (1).
Dioda D5 berfungsi untuk memberi arus yang cukup untuk membuat photo
coupler dan transistor Q3 bekerja, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh lilitan
umpan balik disearahkan dan memberi arus yang cukup ke photo coupler dan
transistor Q3.
34
Rangkaian ini berfungsi sama dengan rangkaian penyearah input. Pulsa yang
dihasilkan oleh konverter transformer dirubah ke tegangan DC oleh dioda (D9, D10
dan D11). Setelah itu untuk menghilangkan sinyal-sinyal AC yang tersisa digunakan
sebagai switching
Untuk blok rectifier , blok kontrol dan blok penyearah tegangan sekunder,
prinsip kerjanya tidak begitu berbeda dengan prinsip kerja transistor bipolar. Yang
paling berbeda adalah blok osilasi. Dimana selain transformer, FET merupakan
komponen utama dalam blok osilasi seperti yang terdapat dalam gambar di bawah ini
Untuk lebih memiliki gambaran prinsip kerja blok osilasi, berikut ini adalah
tegangan AC disearahkan oleh dioda jembatan D1 dan kapasitor C1. Dan keluaran
C2. Dan juga arus akan mengalir untuk membias drive transistor Q3 yang akan
menyebabkan Q3 bekerja (ON). Dan jika Q3 ON, arus akan mengalir ke gate dari Q1
melalui R5. Hal ini menyebabkan tegangan gate dari Q1 yang dihasilkan oleh
transformer T1. Hasilnya, tegangan pada lilitan drive Nd meningkat. Tegangan ini
diumpankan ke basis Q3 melalui kapasitor kopling C3 dan R9. Oleh karena itu arus
Dan jika : Vin adalah tegangan DC, Ip adalah arus primer dari T1, Lp adalah
induktansi primer dari T1, maka arus drain Id dari Q1 dapat diketahui dengan
Vin × Ton
Id = ……………………………………………………………………(3.2)
Lp
meningkat seiring dengan perubahan waktu. Jika tegangan basis dari Q2 melewati
batas threshold, Q2 bekerja (ON) dan akan mem-bypass tegangan basis Q3. begitu
pula basis dari Q4 akan ON. Oleh sebab itu Q4 akan bekerja (ON) dan menyebabkan
akan diumpankan ke rangkaian yang telah disearahkan dan tiap-tiap beban melalui
lilitan sekunder. Dan arus pada lilitan sekunder berkurang seiring dengan waktu.
Ketika arus tersebut 0 (nol), maka waktu yang pertama telah selesai dan dilanjutkan
dengan perjalanan waktu yang kedua. Selama selang waktu yang kedua, induktansi
dari Np dan ekivalen kapasitansi paralel akan beresonansi. Ketika terjadi resonansi,
arah arus berubah, peningkatan tegangan Nd terjadi dan Q1 bekerja (ON) kembali.
pada deteksi dan kontrol dari tegangan lowB2 dan +B. Pada saat sinyal TV OFF,
mengakibatkan Q6 OFF dan Q5 bekerja (ON) karena mendapat tegangan dari lowB1
yang mengalir melewati RL2. Sedangkan anode dari diode zener D8 terhubung ke
ground. Jika demikian, arus mengalir dari C6 menuju ke photo coupler PH1 dan D8.
Jika tegangan lowB2 naik, maka arus dari photo diode pada coupler PH1 meningkat
sedemikian hingga arus photo transistor dari PH1 juga meningkat. Hal ini
mengakibatkan tegangan basis dari Q2 meningkat lebih cepat daripada feed back
yang melewati R7. Dan jika basis mencapai batas threshold maka Q2 ON sedangkan
Q1 OFF. Pada selang waktu berikutnya energi output menurun dan tegangan lowB2
akan menurun juga. Ketika sinyal TV ON, transistor Q6 ON dan Q5 OFF. Relay RL2
38
IC1 yang memberikan informasi terhadap photo diode pada coupler PH1 seperti pada
sebagai switching
Prinsip kerja blok penyearah , blok kontrol feedback dan blok penyearah
transistor bipolar maupun FET. Yang memiliki perbedaan signifikan hanya pada blok
HIC
R9
Z1
C2
R2
R1
R3
Pada gambar SMPS keseluruhan terlihat bahwa Hybrid IC ( yang seterusnya disebut
HIC ) memiliki 2 komponen utama yaitu FET dan blok control. Pada pembahasan
kali ini tidak dibahas bagaimana blok control bekerja melainkan hanya bagaimana
Pada saat power mulai dinyalakan , C2 diisi melalui R9. Nilai R9 harus
disetting sedemikian rupa sehingga arus yang mengisi C2 bisa benar-benar sesuai
dengan kebutuhan. Jika nilai R9 terlalu tinggi maka arusnya kecil dan waktu yang
40
digunakan untuk mengisi C2 lama. Akibatnya akan butuh waktu lebih lama untuk
mencapai tegangan start up. Dimana tegangan start up ini digunakan untuk mensuply
Vcc HIC agar bisa bekerja. Setelah mendapatkan Vcc yang dibutuhkan, HIC tersebut
mulai bekerja.
Selain itu, tegangan yang telah disearahkan akan mengalir melalui lilitan
primer menuju pin 1 yaitu kaki drain dari FET yang berada di dalam HIC. Ini
memicu timbulnya tegangan Vds. Tegangan Vds ini akan ON dan OFF berdasarkan
tegangan Vgs , dimana Vgs ini dibangkitkan oleh blok kontrol dari HIC.
Jika ada short circuit sehingga menimbulkan over current yang melewati
drain dan source dari FET, maka akan melewati pula Rocp ( Resistor Over Current
pin 7 ( pin Over Curent protection ) dari HIC. Di pin 7 ini over current akan di-
Jika pin 7 untuk mendeteksi dan mem-protect over current, maka pin 6 untuk
mendeteksi dan mem-protect over voltage. Jika ada tegangan yang naik terus-
menerus maka blok control melalui pin 6 akan mem-protect ragkaian sehingga
sebanyak tiga kali. Yang pertama menggunakan transistor bipolar kemudian beralih
LYBN buatan SANYO Electric dengan harga US $ 0.8456 untuk televisi berukuran 21
“. Penggunaan transistor bipolar ini digunakan selama beberapa tahun dari tahun
1998 sampai 2001. Kemudian pada awal tahun 2002 Sanyo mulai melirik untuk
Pada tahun yang sama Sanyo mengaplikasikan FET T2SK102-F—N dari Fuji
Electric dengan harga US $, 0.4601 untuk televisi berukuran 21”. Alasan Sanyo
menggunakan FET sebenarnya sudah jelas yaitu bahwa dengan menggunakan FET,
Sanyo mampu memangkas harga sampai kurang lebih 50 % jika dibandingkan ketika
Secara prinsip, hal ini disebabkan oleh waktu gulir nyala (turn-on time) dan
waktu gulir mati (turn-off time) transistor bipolar yang lebih panjang
waktu yang relatif lama untuk stabil pada saat on dan off. Sedangkan FET
dikontrol oleh tegangan sehingga waktu gulir nyala dan waktu gulir matinya
lebih cepat. Pada rating yang setara waktu gulir nyala trasistor bipolar sekitar
500 nano detik, dan FET sekitar 40 nano detik. Sedangkan waktu gulir mati
trasistor bipolar sekitar 3.3 mikro detik, dan FET sekitar 120 nano detik.
Secara teori untuk perangkat switching FET yang memiliki waktu gulir nyala
dan waktu gulir mati kecil, lebih menguntungkan pada tegangan keluaran
suatu SMPS. Berikut perbandingan waktu gulir nyala dan waktu gulir mati
Vo
On Off
Turn-ON Turn-OFF
(500 nS) (3.3 μS)
Vo
On Off
Turn-ON Turn-OFF
(40 nS) (120 S )
cukup kecil untuk memicu kerja FET. Sedangkan untuk memicu transistor
bipolar memerlukan daya yang relatif lebih besar karena dikontrol oleh arus.
43
Dari paparan di atas, terlihat bahwa FET lebih unggul dari pada transistor
bipolar. Tetapi setelah beberapa tahun penggunaan FET, terjadi kenaikan customer
complain sehubungan dengan performa dari FET. Yang banyak terjadi adalah
pelanggan mengeluh bahwa jika ada kegagalan fungsi power pada televisi Sanyo,
ternyata FET mudah rusak. Dan tidak hanya itu saja, ternyata pula bahwa jika FET
rusak maka pasti ada komponen di sekeliling FET tersebut yang ikut rusak. Jumlah
komponen yang rusak di sekitar FET itu bisa mencapai 8 komponen termasuk FET.
Sehingga untuk repair tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan jika
misalnya ada 6 komponen yang rusak, kemudian hanya ada lima yang terdeteksi oleh
teknisi, maka sudah dapat dipastikan rangkaian power akan rusak lagi. Ini berarti
teknisi harus me-repair ulang dan harus mendeteksi dengan tepat kira-kira ada berapa
komponen yang rusak, sehingga rangkaian power tidak rusak lagi. Kondisi ini bisa
berulang sampai 3 – 4 kali repair. Sementara itu keluhan seperti ini tidak pernah ada
Untuk itu Sanyo mulai memikirkan alternatif lain dari FET. Pada saat
memikirkan alternatif lain ternyata sudah ada maker company yaitu SANKEN yang
W6754 produksi SANKEN yang harganya US $, 0.764 untuk televisi ukuran 21”.
Memang dari segi harga IC hybrid ini lebih mahal dibandingkan dengan
transistor bipolar dan sedikit lebih murah dari FET. Tetapi ada beberapa kenggulan
2. Karena lebih mudah otomatis waktu ( lead time ) yang dibutuhkan untuk
1.5 bulan sementara dengan transitor bipolar atau FET bisa sampai 2-3 bulan.
3. Komponen utama IC hybrid ini adalah FET dan blok control. Artinya IC ini
blok control itu ada pin OCP ( Over Current Protection ) untuk melindungi
rangkaian dari kelebihan arus dan pin OLP ( Over Load Protection ) untuk
fungsi dari rangkaian tidak akan mengakibatkan rangkaian rusak tetapi akan
di-protect oleh IC hybrid ini. Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi
rangkaian power.
Dari table di atas terlihat bahwa IC hybrid lebih unggul dibandingkan FET
maupun transistor bipolar. Hanya pada item harga IC hybrid lebih mahal dibanding
dengan FET walaupun sedikit lebih murah dibanding dengan transistor bipolar.
Tetapi untuk mrngetahui dengan pasti mana yang lebih unggul akan dibuktikan pada
bab berikutnya.
BAB IV
mana yang lebih baik dalam aplikasinya pada rangkaian SMPS televisi Sanyo.
Untuk keperluan pengambilan data ini yang diukur adalah televisi 21 “. Untuk
transistor bipolar yang dipakai adalah chassis AC5C, sementara FET chassis
tegangan yang berbentuk pulsa dari komponen utama SMPS ( transistor bipolar,
sekunder. Data diambil dari tegangan kerja yang sama pada televisi 21”.
SMPS.
46
47
VCE
43.35 μs
ICE
VDS
25.10 μs
IDS
VDS
15.90 μs
IDS
transistor bipolar. Tegangan VCE muncul pada saat transistor tidak bekerja. Ini
dapat dilihat pada gambar 4.1 bahwa saat colector-emitor tidak ada arus, justru
tegangan pada VCE muncul. Frekuensi kerja pada transistor dapat dilihat pada
perioda yang tercatat pada gambar 4.1 yaitu T=43.35 μs. Ini berarti frekuensinya 1
pada FET. Tegangan pada drain-source muncul saat FET tidak bekerja. Hal
tersebut ditunjukkan pada gambar 4.2 bahwa saat drain-source tidak ada arus,
justru tegangan pada drain-source muncul. Frekuensi kerja FET dapat ditentukan
dari perioda yang tercatat pada gambar 4.2. Perioda tercatat T=25.10 μs, sehingga
frekuensi kerja FET sebesar 1/25.10 μS atau 39.84 kHz. Frekuensi kerja FET
tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan frekuensi kerja transistor bipolar
Pada gambar 4.3 adalah gambar tegangan drain –source VDS pada IC
hybrid. Dari gambar terlihat bahwa T= 15.90 μS. Jadi frekuensi kerjanya adalah
1/15.9 μS atau sekitar 62.89 kHz. Ini berarti frekuensi kerja IC hybrid kurang
lebih sama atau lebih tinggi sedikit dari frekuensi kerja FET dan juga lebih tinggi
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4.5 Waktu Gulir pada FET
265 ns 420 ns
(a) (b)
( transistor, FET atau IC hybrid ) untuk mencapai kondisi penuh saat on atau off.
Secara ideal seharusnya waktu gulir bernilai nol, tetapi kenyataannya tidak
demikian. Waktu gulir pada transistor bipolar waktu gulir ditunjukkan pada
gambar 4.4. Waktu gulir on tercatat 500 ns dan waktu gulir off-nya sekitar 3.9 μs.
Sedangkan pada FET dapat dilihat pada gambar 4.5 Dari gambar 4.5 a
ditunjukkan bahwa waktu gulir on pada FET sekitar 200 ns dan waktu gulir off-
nya sekitar 2.2 μs. Data tersebut membuktikan bahwa waktu gulir on dan off pada
sedangkan waktu gulir off-nya 420 ns. Ini menunjukkan bahwa waktu gulir IC
hybrid lebih cepat dari FET tetapi bisa dikatakan hampir sama dengan FET karena
Beberapa tegangan catu yang dibutuhkan dalam sebuah televisi) antara lain;
tegangan catu Audio dan tegangan catu CPU sebesar 5V. Tegangan –tegangan
tersebut akan diukur mulai dari AC input maksimum 280V sampai AC input
Low B dan Audio. Data yang tercatat pada semua tabel di atas telah memenuhi
Hal yang perlu diperhatikan dari ketiga tabel di atas adalah perbandingan
maksimum pada SMPS yang menggunakan IC Hybrid lebih kecil atau lebih stabil
dari SMPS yang menggunakan transistor bipolar atau FET. Sebagai contoh range
sedangkan pada SMPS yang menggunakan transistor bipolar sebesar 0.18V dan
FET 0.03V. Begitu pula pada tegangan audio. IC hybrid jelas lebih baik daripada
harus memenuhi standard yang ada. Sebab jika tidak dapat dipastikan akan
adalah berasal dari transistor switching yang frekuensi kerjanya bisa mencapai
satuan kilohertz. Misalnya, dalam daya 80 watt, frekuensi kerja transistor bisa
mencapai lebih kurang 50 kHz. Dimana dengan tingginya frekuensi kerja dari
53
transistor switching ini, maka seakan – akan rangkaian ini seperti rangkaian yang
sangat dimungkinkan menimbulkan interferensi yang cukup besar. Oleh karena itu
perlu diukur apakah interferensi yang ditimbulkan masih memenuhi syarat untuk
sinyal yang tidak diinginkan (dalam hal ini adalah interferensi). Pada kondisi ini
yang diukur merupakan sinyal yang melalui AC cord atau koneksi kabel yang lain
sebagai berikut :
interferensi dari luar dan juga dari dalam rangkaian. Penempatan dari line filter ini
Input AC
54
yang didapatkan semakin baik, berarti akan didapat interferensi yang kecil.
Line filter mempunyai efek filter untuk kisaran frekuensi 150 kHz – 30 MHz
4.3.1.2 X - Kapasitor
berada diantara Line Filter, dan ditempatkan pada jalur input AC. Untuk X-
kapasitor ini, mempunyai efek yang berkisar antara 150 kHz – 300 kHz.
Input AC
X-Kapasitor
Untuk nilai yang digunakan, apabila nilai kapasitansi yang digunakan terlalu
kecil, maka interferensi yang direduksi tidak terlalu besar, yang berarti masih
kepada unsur yang lain, dimana unsur tersebut dapat terlihat pada kondisi
4.3.1.3 Y - Kapasitor
Converter Transformer.
Nilai kapasitansi dari Y-kapasitor berkisar antara 1000 pF – 3000 pF. Hal
ini dikarenakan apabila nilainya terlalu kecil, maka interferensi yang dihasilkan
oleh converter transformer ini masih cukup banyak. Akan tetapi apabila nilai dari
Y-Kapasitor ini terlalu besar, maka leakage current-nya menjadi kurang baik,
Limits
Frequency range
Equipment type dB (μV)
MHz
Quasi – peak Average
5 to 30 60 50
1)
Decreasing linearly with the logarithm of the frequency
lain atau memiliki EMI nol. Akan tetapi hal ini tidak dimungkinkan, karena
Dimana kondisi yang diinginkan adalah tidak melebihi yang diperbolehkan dari
standart yang ada, seperti terlihat pada gambar 4.10. Garis horizontal yang terletak
57
Nilai line filter, X-Kapasitor serta Y-Kapasitor pada ketiga televisi sama.
Line Filter yang digunakan sebesar 16 mH, X-Kapasitor bernilai 200 pF dan Y-
Kapasitor bernilai 2470 pF. Kecuali pada IC hybrid hanya Y-Kapasitor yang
Dari gambar di atas dapat dilihat perbedaan EMI yang dipancarkan oleh
komponen utama SMPS antara transistor bipolar, FET maupun IC hybrid. Pada
gambar 4.11 terlihat bahwa EMI transistor bipolar berada jauh di bawah garis
Mh yaitu 39 dB. Sementara itu EMI FET yang terlihat pada frekuensi 15 Mh
berkisar kurang lebih 45 dB. Sedangkan EMI IC hybrid seperti yang terlihat pada
gambar 4.13 berkisar kurang lebih 46 dB pada frekuensi 29 Mh. Ini berarti semua
Dari data di atas terlihat transistor bipolar memilki EMI terbaik diantara
kedua komponen utama SMPS yang lainnya, kemudian setelah itu FET dan yang
terakhir IC hybrid.
60
Comission 60065 atau yang disingkat IEC 60065. Dimana badan ini mengatur
semua produsen elektronik untuk memenuhi standard safety yang telah ditetapkan.
Salah satu aturannya adalah melakukan pengujian fault test atau yang lebih
dikenal dengan sebutan short / open test pada rangkaian yang memiliki potensi
menimbulkan api jika rangkaian gagal fungsi. Yang dimaksud gagal fungsi di sini
adalah jika ada komponen yang short dengan ground atau komponen yang rusak
Sampai saat ini tidak ada produk Sanyo yang gagal melewati pengujian
short / open test ini. Artinya pada saat dilakukan short / open test, memang ada
beberapa komponen yang rusak tetapi tidak sampai menimbulkan api. Dan ini
menurut standard IEC 60065 diperbolehkan. Tetapi sekalipun secara safety bisa
dikatakan aman dan memenuhi standard, jumlah part yang rusak pada saat short /
open test juga merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan oleh Sanyo. Sebab
jumlah part yang rusak pada saat pengujian short / open test merupakan gambaran
yang kurang lebih sama dengan keadaan keluhan pelanggan. Artinya jika pada
saat short / open test banyak part yang rusak maka dapat dipastikan pada
Selanjutnya di bawah ini akan diperlihatkan data short / open dari ketiga
B+ C5 short No power - OK
( 130 V )
24 V C8 short No power - OK
( V-out )
15 V C7 Short No power - OK
( low B )
12 V C6 Short No power - OK
Short B- No power - OK
Open B No power - OK
Open C No power - OK
Open E No power - OK
62
B+ C7 short No power - OK
( 130 V )
24 V C8 short No power - OK
( V-out )
( low B )
( Audio )
D Q4, R5,R7
Short G- No power - OK
Q4, R5,R7
Open S No power - OK
63
( 130 V )
28 V C 28 V short No power - OK
( V-out )
12 V C 12 V Short No power - OK
(low B )
15 V C 12 V Short No power - OK
(Audio ) peak
1-3 R3
Short No power - OK
3-4
Open 1 No power - OK
Open 3 No power - OK
Open 4 No power - OK
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua komponen utama SMPS baik
safety IEC 60065. Memang ada beberapa komponen yang rusak tetapi tidak
sampai menimbulkan api. Tetapi data di atas pun memperlihatkan bahwa SMPS
64
yang menggunakan FET pada saat pengujian fault test ternyata lebih banyak
bipolar maupun IC hybrid. Data di atas bisa dibaca bahwa kelak jika rangkaian itu
Sehingga dari sisi ini ( faut test ), transistor bipolar dan IC hybrid lebih
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data dan analisa terlihat bahwa masing – masing komponen utama
utama yang lainnya, diikuti FET ( 39,84 kH ) dan transistor bipolar ( 23,
06 kH ).
IC hybrid memiliki waktu peralihan atau gulir ON / OFF ( ON= 265 ns,
OFF= 420 ns ) tercepat diantara yang lainnya. Setelah itu baru FET ( ON=
200 ns, OFF= 2,2 μs ) dan yang paling lambat transistor bipolar( ON= 400
Dari segi harga FET yang termurah dari yang lainnya. Tetapi jika dilihat
menggunakan transistor bipolar adalah yang terbaik. Setelah itu baru FET
67
67
Dari analisa Fault test terlihat bahwa IC hybrid lebih unggul dari yang
5.2 Saran
keuntungan yang lebih baik baik dari segi teknis maupun ekonomis. Jika ada
4. Power supply team, Switch Mode Power Supplies, Reference Manual and
Philips Semiconductor.
68