TUGAS AKHIR
Oleh :
TUGAS AKHIR
Oleh
Disetujui :
Tanggal…...................
Pembimbing I Pembimbing II
2
ABSTRAK
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para
pelanggan dengan frekuensi sistem yang konstan. Frekuensi sistem tergantung
pada keseimbangan daya aktif. Perubahan kebutuhan daya aktif pada operasi
sistem menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi. Penyimpangan frekuensi
dari nilai nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan, sedang
penyediaan daya aktif dalam sistem harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengaturan penyediaan daya aktif dilakukan dengan pengaturan besarnya kopel
mekanis yang diperlukan untuk memutar generator. Hal ini berarti pengaturan
pemberian bahan bakar pada turbin. Governor pada setiap unit generator
berfungsi sebagai pengatur utama pemberian bahan bakar pada unit pembangkit.
Perubahan frekuensi akibat terjadi ganguan dalam sistem harus segera
diatasi. Dengan penambahan pengendali PID (Proporsional Integral Derivatif)
pada governor diharapkan frekuensi cepat kembali ke posisi normalnya saat
terjadi gangguan.Simulasi sistem dilakukan dengan menggunakan SIMULINK
yang terdapat pada program MATLAB. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
sistem dengan pengendali PID dapat bekerja dalam kondisi stabil dengan
mengatur parameter pada pengendali dan memperoleh kondisi terbaik pada nilai
Kp = 12, Ki = 30, dan Kd = 3.5.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
6
2.3 Persoalan Operasi Sistem ................................................................. 8
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 36
8
BAB V PENUTUP...................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 49
5.2 Saran................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL
Parameter ..................................................................................... 31
12
DAFTAR GAMBAR
10
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem tenaga yang dapat melayani
beban secara kontinyu, tegangan, dan frekuensi yang konstan. Sasaran utama dari
memenuhi hal tersebut, sistem tenaga harus dirancang dan dioperasikan pada
kondisi keseimbangan antara pembangkit dan beban. Kondisi sistem yang benar-
benar stabil sebenarnya tidak pernah ada. Perubahan beban selalu terjadi dalam
karena itu dibutuhkan suatu analisis mengenai keandalan daya aktif pada sistem
pembangkit agar tetap dalam margin kestabilan sehingga energi listrik yang
1
sebagai komponen pengatur proporsional untuk mengurangi kesalahan frekuensi
yang terjadi selama kondisi operasi. Oleh karena itu, pengendali tersebut harus
mempunyai unjuk kerja yang baik. Unjuk kerja pengendali tersebut didapatkan
gangguan.
2
2. Membandingkan kerja governor dengan pengendali dan tanpa
gangguan.
frekuensi
Heuristik
Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab dengan
3
BAB II Merupakan bab yang berisi teori dasar yang relevan untuk
bahan penelitian.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Sistem Pembangkitan
primer (bahan bakar atau potensi tenaga air) menjadi tenaga mekanik sebagai
tenaga listrik.
tenaga listrik. Stasiun pembangkit umumnya terdiri lebih dari satu unit
2. Sistem Transmisi
5
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga
pengguna listrik.
lainnya.
3. Sistem Distribusi
Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan
adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik
dengan jumlah gangguan pada bagian sistem yang lain. Disamping itu
daya dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan dianalisa
6
Gambar 2.1 Elemen Pokok Sistem Tenaga
memutar generator sinkron sehingga didapat tenaga listrik dengan tegangan bolak-
dari mesin penggerak generator atau biasa disebut penggerak mula (prime
yaitu: mesin diesel, turbin uap, turbin air dan turbin gas. Mesin-mesin penggerak
7
Jadi, sesungguhnya mesin penggerak generator melakukan konversi
energi primer menjadi energi mekanik. Proses konversi energi primer menjadi
energi mekanik menimbulkan hasil lain berupa limbah dan kebisingan yang perlu
antara lain disebabkan karena pemakaian tenaga listrik selalu berubah dari waktu
ke waktu, biaya bahan bakar yang relatif tinggi dan lingkungan yang selalu
mengganggu operasi.
tenaga:
a. Pengaturan Frekuensi
dari para konsumen dari waktu ke waktu. Untuk itu daya yang dibangkitkan
dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini
diamati melalui frekuensi sistem. Jika daya yang dibangkitkan dalam sistem
lebih kecil daripada beban sistem maka frekuensi turun dan sebaliknya apabila
daya yang dibangkitkan lebih besar daripada beban maka frekuensi naik.
b. Pemeliharaan Peralatan
mengalami kerusakan.
8
c. Biaya Operasi
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar adalah biaya yang terbesar
d. Perkembangan Sistem
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat
sistem.
Stabilitas sistem tenaga listrik telah menjadi perhatian utama dalam sebuah
operasi. Keadaan itu muncul dari fakta bahwa pada kondisi mantap (steady state),
9
dinamakan pada operasi sinkron dari sebuah sistem yang terinterkoneksi.
Gangguan kecil atau besar pada sistem tenaga berdampak pada operasi sinkron.
Sebagai contoh kenaikan atau penurunan tiba-tiba pada beban atau akibat rugi
signitifikan terhadap sistem. Jenis lain dari gangguan adalah jaringan transmisi
terputus, beban lebih (over load), atau hubung singkat. Dengan demikian
diharapkan stabilitas sistem akan menuju ke keadaan stabil dalam waktu singkat
setelah gangguan terjadi. Hal itu merupakan gambaran dari sebuah sistem yang
dianggap sukses.
gangguan besar. Gangguan kecil merupakan satu dari elemen sistem dinamik yang
kecil yang terjadi berupa perubahan beban pada sisi beban atau pembangkit secara
acak, pelan, dan bertingkat. Gangguan yang menghasilkan kejutan tiba-tiba pada
tegangan bus adalah jenis gangguan besar yang harus dihilangkan secepatnya,
gangguan itu akan sangat mempengaruhi kestabilan sistem. Tidak hanya besar
mencapai kondisi stabil pada kondisi operasi baru yang sama atau identik
10
Kestabilan steady state pada sistem tenaga dapat disebut sebagai kestabilan
sinyal kecil (small signal stability). Kestabilan steady state merupakan sebuah
b. Kestabilan Transien
mencapai kondisi stabil operasi baru yang dapat diterima setelah sistem
output yang mencapai kondisi operasi steady state yang diizinkan dan sistem
yang dapat kembali ke posisi semula pada saat sistem mengalami gangguan.
steady state dan dinamik adalah sama. Hal penting lain yang harus dicatat adalah
walaupun sistem beroperasi dalam kondisi tidak stabil secara transien, tetapi
kestabilan sinyal kecil pada sistem tersebut perlu dijaga setiap waktu. Secara
11
Pada sistem tenaga listrik keseimbangan antara pembangkit dan beban
harus dijaga setiap saat agar kestabilan pasokan listrik tetap berlangsung. Untuk
dan penurunan frekuensi sangat bergantung pada kondisi pembangkit dan beban.
Kenaikan dan penurunan frekuensi ini dapat dijelaskan pada gambaran berikut:
12
Gambar 2.4 Garis Statisme Dalam Hubungannya
beban. Nilai frekuensi turun menjadi F1 pada titik A saat beban bertambah sebesar
P1, dan turun menjadi F2 pada titik B saat beban bertambah sebesar P2 begitupun
pada titik C.
yang menyebabkan daya yang tersedia tidak dapat melayani beban, misalkan jika
terdapat unit pembangkit besar yang lepas (trip) maka akan dapat menyebabkan
sistem.
13
Sasaran utama dari pengolahan sistem tenaga listrik adalah untuk
pelayanan yang baik. Untuk memenuhi hal tersebut, sistem tenaga harus
Walaupun sistem memiliki cadangan daya yang cukup namun adanya frekuensi
yang cepat dan dapat mengganggu pembangkit. Hal ini juga dapat mengakibatkan
lepasnya beberapa unit pembangkit secara bertahap (cascade) yang akhirnya dapat
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para
nilai nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif
mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban
sistem yang berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang
waktu.
Penyesuaian daya aktif ini harus disesuaikan dengan mengatur besarnya kopel
penggerak generator.
14
Dalam sistem tenaga listrik umunya digunakan generator sinkron tiga fasa
untuk pembangkit tenaga listrik yang utama, maka pengaturan frekuensi sistem
Gambar 2.5 Diagram Vector Dua Buah Generator Sinkron yang Bekerja Paralel
Apabila kopel penggerak salah satu pada gambar 2.5 diperbesar maka
rotor (kutub) generator akan bergerak maju dalam arti bahwa vector Ф akan
misalkan ini dilakukan terhadap generator no 2 dalam gambar 2.5 maka keadaan
akan berubah seperti ditunjukkan pada vector-vector Ф’2 , E’2, dan I’2.
unit pembangkit termis dan pada unit PLTA memerlukan penambahan air. Oleh
karenanya produksi MWH memerlukan bahan bakar pada unit pembangkit termis
15
dw
(TG – TB) = H x (2.1)
dt
dimana :
w
f = (2.2)
2w
Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi dalam sistem berarti pula
pengaturan kopel penggerak generator atau juga berarti pengaturan daya aktif dari
generator. Ditinjau dari segi mesin penggerak generator ini berarti bahwa
pengaturan frekuensi sistem adalah pengaturan pemberian bahan bakar pada unit
termis dan pengaturan pemberian air pada unit PLTA. Ditinjau dari segi beban
sistem, frekuensi akan turun apabila daya aktif yang dibangkitkan tidak
mencukupi kebutuhan beban dan sebaliknya frekuensi akan naik apabila ada
16
dw
TG – TB = ∆T < 0, maka < 0, frekuensi turun
dt
dw
TG – TB = ∆T > 0, maka > 0, frekuensi naik
dt
daya aktif. Namun pengaturan frekuensi sistem lebih dominan kaitannya dengan
tegangan, dalam pusat listrik terdapat pengatur frekuensi pada setiap unit
dengan cara:
d. Mengatur pemberian bahan bakar oleh pompa injeksi bahan bakar ke silinder
17
Untuk melakukan fungsinya tersebut di atas, governor mengatur frekuensi
yang dihasilkan generator dengan cara mengatur kecepatan putar poros generator
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para
nilai nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif
mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban
sistem yang berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang
waktu. Sehubungan dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya aktif yang
aktif. Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel
penggerak generator.
pengaturan daya aktif yang dihasilkan generator. Pengaturan daya aktif ini erat
menaikkan daya aktif. Pada PLTU adalah berapa laju batu bara yang ditambah
untuk dibakar, sedangkan pada PLTA adalah berapa besar debit air yang
18
Sehingga pada pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan kerja governor
tidak dapat melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar
dilakukan pelepasan beban. Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya
dengan cepat.
(trip) unit generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang
dipaksa bekerja. Jika hal ini berlangsung terus menerus dapat menyebabkan
Untuk itu diperlukan Relay Under Frequency (UFR) yang berfungsi untuk
pembangkit besar yang lepas dari sistem. Salah satu cara untuk menaikkan
19
Gambar 2.6 Perubahan Frekuensi Sebagai Fungsi Waktu dengan
besar unit pembangkit yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang)
bergantung pada besar kecilnya inersia sistem. Semakin besar inersia sistem,
20
Gambar 2.7 Penurunan Frekuensi Sebagai Akibat Gangguan
Unit Pembangkit
Pelepasan Beban
pengiriman daya aktif pada daerah yang memiliki kerapatan beban yang
tinggi.
21
2.8 Governor
pengaturan penyediaan daya aktif dalam sistem. Pengaturan penyediaan daya aktif
memutar generator, hal ini berarti pengaturan pemberian uap pada turbin uap atau
pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin gas dan mesin diesel dan
pengaturan banyaknya air yang masuk turbin air pada unit PLTA. Pengaturan
pemberian uap atau bahan bakar atau air tersebut diatas dilakukan oleh governor
unit pembangkit.
gaya mekanik yang didapat dari pegas referensi. Selisih besarnya gaya dengan
gaya pegas ini menjadi sinyal penggerak sistem mekanik atau sistem hidrolik
yang selanjutnya menambah uap air atau bahan bakar mesin penggerak
generator.
22
Governor PLTA Bili-Bili merupakan governor digital yakni governor
yang proses kerjanya secara hidrolik dan diatur secara elektrik. Fungsi utama dari
sistem.
2. Mengontrol unit pembangkit ketika telah diparalelkan dalam sistem. Selain itu
3. Menstop unit pembangkit dalam keadaan operasi normal oleh operator atau
secara otomatis karena bekerjanya salah satu alat proteksi. Secara umum
governor terdiri dari sebuah actuator yang mengontrol secara mekanis dan
wicket gate. Sebagai media penggerak atau penerjemah atas isyarat yang
pada servomotor bergerak membuka dan menutup wicket gate karena tekanan
kontribusi yang besar terhadap perilaku sistem. Pada prinsipnya hal itu disebabkan
23
karakteristik plant harus diterima sebagaimana adanya, sehingga perubahan
perilaku sistem hanya dapat dilakukan melalui penambahan suatu sub sistem yaitu
kesalahan, yaitu perbedaan antara sinyal setting dan sinyal aktual. Hal ini sesuai
dengan tujuan sistem kendali adalah mendapatkan sinyal aktual senantiasa sama
dengan sinyal setting. Semakin cepat reaksi sistem mengikuti sinyal aktual dan
semakin kecil kesalahan yang terjadi, semakin baiklah kinerja sistem kendali yang
diterapkan. Apabila perbedaan antara nilai setting dengan nilai keluaran relatif
besar, maka pengendali yang baik seharusnya mampu mengamati perbedaan ini
demikian sistem secara cepat mengubah keluaran plant sampai diperoleh selisih
Masukan Keluaran
Elemen Ukur
24
proporsional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera
pengalinya.
Keterangan :
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat.
25
2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai
keadaan mantapnya.
akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan
berosilasi.
kesalahan keadaan mantap nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
nilai sinyal kesalahan. Keluaran kontroler ini merupakan jumlahan yang terus
masukan.
26
Gambar 2.11 Diagram Blok Pengendali Integral
berikut ini:
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran kontroler akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan
nilai Ki .
27
Gambar 2.13 Diagram Blok Pengendali Diferensial
1. Kontroler ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan pada
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak
hanyalah efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh
sebab itu kontroler diferensial tidak pernah digunakan tanpa ada kontroler lain
sebuah sistem.
28
2.9.4 Pengendali PID
kombinasi tersebut dapat berupa : pengendali P dan I, P dan D, P,I dan D secara
mengakibatkan penonjolan sifat dari masing – masing elemen. Satu atau dua dari
ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih menonjol dibanding yang lain.
29
Gambar 2.14 Diagram Blok Pengendali PID
parameter
Kesalahan
Tanggapan Waktu Waktu
pOvershoot keadaan
loop tertutup naik turun
tunak
Proporsional Perubahan
Menurun Meningkat Menurun
(Kp) kecil
dengan kombinasi antara P, I dan D sampai ditemukan nilai Kp, Ki dan Kd seperti
yang diiginkan.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
PLTA Bili - Bili salah satu unit PT. PLN (Persero) Sektor Bakaru di
bawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sulawesi selatan, Tenggara, dan
merupakan salah satu penyuplai tegangan listrik untuk daerah Sulawesi Selatan
yang dibangun pada tahun 2003 sampai tahun 2005 dan mulai beroperasi pada
bulan November 2005. Lokasi ini dipilih karena penulis berdomisili di Sulawesi
jatuh air (head) rendah tetapi dengan debit (Q) air yang cukup sehingga dapat
menyesuaikan kebutuhan air hulu maupun hilir. Tinggi jatuh maximum 50, 71 m
dan debit air maximum 44 m3/s, PLTA Bili-Bili menyesuaikan konsep bendungan
multi guna (multy purpose) didesain menghasilkan ± 77 GWH per tahun dengan
31
3.3 Pengambilan Data
Penelitian yang dikerjakan pada penulisan tugas akhir ini merupakan jenis
32
3.5 Kondisi Kerja
33
Tabel 3.1 Keterangan Simbol Pemodelan Sistem
H Inertia Constant
R Speed Regulation
34
Gambar 3.3 Contoh Respon Sistem
Waktu tunda ( delay time ), td adalah ukuran waktu yang menyatakan faktor
Waktu naik ( rise time ), tr adalah ukuran waktu yang di ukur mulai dari
Waktu puncak ( peak time ), tp adalah waktu yang diperlukan respon mulai dari
overshoot.
35
Waktu tunak (settling time), ts adalah ukuran waktu yang menyatakan respon
36
BAB IV
Pada bab ini akan dilakukan simulasi pembangkit sesuai dengan model
dengan keadaan sistem normal dan sistem dalam keadaan terjadi gangguan.
Sistem saat diberikan gangguan dalam keadaan steady state dengan dua kondisi
yaitu simulasi tanpa pengendali PID dan simulasi dengan pengendali PID yang
akan dibandingkan satu sama lainnya. Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 akan
terlihat kurva hasil simulasi pada kedua kondisi tersebut. Pada simulasi diberikan
konstantanya dilakukan secara trial dan error. Selain itu perubahan salah satu
kesulitan tersebut sudah sedikit teratasi dengan bantuan komputer sebab respon
dapat langsung dilihat tanpa melakukan perhitungan yang rumit dan memakan
waktu panjang.
36
frekuensi dan memperkecil waktu menuju keadaan tunak. Nilai parameter Kp, Kd,
dan Ki pada pengendali PID diperoleh dengan metode Heuristik (trial dan error).
Metode ini dipergunakan untuk pendekatan sehingga didapatkan hasil yang lebih
minimum dari hasil simulasi. Saat melakukan metode ini karakteristik dari
nilai Kp, Ki, dan Kd yang sesuai dengan yang diharapkan pada pengendali.
Langkah yang diambil pada metode heuristik yaitu PID diset pertama dengan nilai
Ki besar dan Kd dibuat menjadi nol, kemudian Kp diambil dari nilai kecil hingga
besar. Nilai Kp tersebut dicari hingga bentuknya mendekati set point yang kita
tentukan. Bila nilai Kp tersebut telah didapat maka berikan nilai Ki dari kecil
hingga besar untuk mencari respon yang mendekati nilai set point yang diberikan
dan waktu yang mencapai keadaan stabilnya cepat. Kemudian nilai Kd pun diset
hingga mencapai respon yang cepat dalam mengantisipasi set point yang
(R2008a). Nilai Kp, Ki, dan Kd dari hasil metode Heuristik yang dilakukan dapat
37
Lanjutan tabel 4.1
7.1 9.7 2.134 0.01178
7.3 13 2.3 0.008576
7.5 13 2.3 0.008342
8 14.1 3 0.000713
9 14.1 3 0.006314
9.5 15.5 3.5 0.005409
10 15.5 3.5 0.005138
11 16 3.5 0.004527
12 16 3.5 0.00451
7.1 11 2.3 0.01036
7.1 13 2.3 0.008824
9 15 3 0.005945
9 15.5 3 0.005758
12 20 3.5 0.003333
12 22 3.5 0.003036
12 23 3.5 0.002906
12 24 3.5 0.002788
12 30 3.5 0.002247
7.1 11 2.134 0.01041
7.5 14.1 2.3 0.007717
7.5 14.1 3 0.007593
9 15.5 3.5 0.005711
Dari hasil metode tersebut didapatkan nilai parameter PID yang optimum.
Hal ini ditentukan dari nilai indeks performansi kesalahan minimum dari tabel.
Nilai parameter tersebut Kp = 12, Ki = 30, dan Kd = 3,5. Parameter PID tersebut
38
Dw
To Workspace
DPL
1
1 1
10.168s+1
0.25s+1 0.05 s+1
Sum
Sum 1 Inertia & load Time
Governor Turbine Scope
40
1/R
Dari hasil simulasi ini akan didapat suatu analisis untuk menentukan respon
sistem terhadap gangguan sesuai dengan kondisi yang ada. Sebelum memulai
simulasi perlu diketahui data-data teknis dari PLTA Bili-Bili yang diperlukan
Ʈg 0.25
Ʈt 0.05
H 5.084
D 1
R 0.025
39
4.1.1 Simulasi Dalam Keadaan Normal
60
50
Frekuensi [Hz]
40
30
20
diinginkan.
10 Tatapi dalam kenyataannya gangguan dalam sistem tetap ada.
0
Gangguan tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar sistem. Contoh
-10
gangguan
-20 yang sering ditemui adalah terjadinya perubahan frekuensi akibat
-30
0 10 20
beban sistem berubah sesuai30 dengan
40 50
kebutuhan60 70
konsumen. 80
Hal ini90 tentu 100harus
segera diatasi agar sistem kembali ke posisi normal setelah terjadinya gangguan.
50.04
50.03
50.02 40
49.9951 Hz 49.9902 Hz 49.9853 Hz 49.9804 Hz 49.9744 Hz 49.9706 Hz
kuensi [Hz]
50.01
50
Gambar 4.3 Simulasi Sistem Tanpa Pengendali PID
Pada Gambar 4.3 terlihat respon sistem untuk beberapa gangguan yang
terjadi penambahan beban frekuensi akan turun dan sebaliknya saat terjadi
50.004
50.002
Frekuensi [Hz]
50
49.998
49.996
49.994
50 100 150 200 250 300 350
Time (s)
10
5
Gangguan [Mwatt]
-5
-10
0 50 100 150 200 250 300 350
Time (s)
50.008
50.006
50.004
50.002
Frekuensi [Hz]
50
49.998
49.996
49.994
49.992
50 100 150 200 250 300 350
Time (s)
1.5
1
- 0.201 MW - 0.402 MW - 0.603 MW - 0.804 MW - 1.005 MW 1 .206 MW
Gangguan [Mwatt]
0.5
-0.5
0.201 MW 0.402 MW 0.804 MW 1.005 MW 1 .206 MW
0.603 MW
-1
-1.5
41
Gambar 4.4 Simulasi Sistem Dengan Pengendali PID
dilakukan sebanyak 12 kali dengan kenaikan nilai yang bertahap agar lebih
mudah dalam melakukan pengamatan. Terlihat pada grafik, saat sistem diberikan
gangguan frekuensi akan berisolasi dan dengan selang waktu tertentu akan
beban akan kembali ke kondisi normal yaitu 50 Hz. Hal ini terjadi karena ada
4.2 Pembahasan
42
4.2.2 Simulasi Sistem dengan Pemberian Gangguan
Rise Time
50
49.999
49.998
Time Steady State
Frekuensi [Hz]
49.997
49.996
49.995
Overshoot
49.994
Peak Time
49.993
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Time (s)
0.4
0.3
Gangguan [Mwatt]
0.2
0.1
0 0.201 MW
-0.1
10 15 20 25 30
Time (s)
memiliki rise time sebesar 0.03 detik. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai kondisi mantap atau steady state adalah 3.4 detik. Sedangkan
43
waktu yang diperlukan respon sistem hingga mencapai puncak pertama
dilihat pada Tabel 4.3. Pada Tabel terlihat untuk penambahan beban akan
diberikan maka nilai overshoot akan semakin besar demikian juga pada
maka nilai overshoot akan naik demikian juga time steady statenya. Nilai
Besar Rise
Frekuensi Overshoot tss Pt
No. Gangguan Waktu (s) Time
(Hz) (%) (s) (s)
(MW) (s)
44
8 -0.402 220 - 240 50.0098 0.3 0.008 3.6 0.6
50.002
50.0015
50.001
50.0005
Frekuensi [Hz]
49.999
49.9985
10 12 14 16 18 20
Time (s)
10
5
Gangguan [Mwatt]
-5
-10
0 50 100 150 200 250 300 350
50.004
50.002
50
Overshoot
49.998
49.996
49.994
10 11 12 13 14 15 16
Time (s)
0.3
0.2
Gangguan [Mwatt]
0.1
0
0.201 MW
-0.1
-0.2
-0.3
5 10 15 20 25 30
Time (s)
45
Pada Gambar 4.6 sistem diberikan penambahan beban sebesar
0.210 MW dengan selang waktu 10-30 detik. Sistem memiliki rise time
mantap atau steady state adalah 1.1 detik. Overshoot sistem senilai
dilihat pada Tabel 4.4. Saat diberikan gangguan berupa penambahan dan
gangguan.
Besar Rise
Frekuensi Overshoot tss Pt
No. Gangguan Waktu (s) Time
(Hz) (%) (s) (s)
(MW) (s)
46
9 -0.603 250 - 270 50 0.02 0.0046 2.15 0.05
Hasil simulasi untuk kedua kondisi di atas, dapat dilihat bahwa sistem
dengan pengendali PID lebih baik daripada sistem tanpa pengendali. Hal ini dapat
dibuktikan dengan melihat pada pengendali PID osilasi yang terjadi lebih kecil,
waktu menuju keadaan mantapnya lebih kecil, dan frekuensi akan kembali ke
penurunan beban.
Perubahan beban dan gangguan lainnya harus dapat diatasi dengan segera.
Karakteristik mesin sudah baku, tidak dapat diubah-ubah, jika ada gangguan atau
perubahan beban dibutuhkan sebuah sub sistem pengendalian yang handal untuk
menangani gangguan dan menjaga frekuensi sekonstan mungkin. Hal jelas terlihat
47
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Diperoleh model pada sistem pembangkit untuk pengaturan frekuensi pada PLTA
2. Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa sistem dengan pengendali PID lebih baik
daripada sistem tanpa pengendali PID. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat
pada pengendali PID osilasi yang terjadi lebih kecil, waktu menuju keadaan
mantapnya lebih kecil, dan frekuensi akan kembali ke kondisi normal yaitu 50 Hz
Kd = 3.5.
49
V.2 Saran
2. Tugas akhir ini menggunakan pengendali PID pada sistem yang berdiri sendiri,
50
DAFTAR PUSTAKA