Anda di halaman 1dari 45

ANALISA PEMASANGAN RECLOSER TOMBAONE DAN RECLOSER

PERKANTORAN DI SITEM KONAWE KEPULAUAN PADA PT.PLN (Persero)


UNIT PELAYANAN WAWONII KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

Skripsi :

DANANG ADI NUGROHO


2022011049

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAWERIGADING
MAKASSAR
2024
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul......................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

Daftar Gambar......................................................................................................iv

Daftar Tabel.........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................3

1.3. Batasan Masalah......................................................................................3

1.4. Tujuan Penulisan......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4

2.1. Pengertian Distribusi Tenaga Listrik.......................................................4

2.2. Komponen – komponen Jaringan Distribusi............................................6

2.2.1. Gardu Induk (GI).........................................................................6

2.2.2. Jaringan Distribusi Primer...........................................................7

2.2.3. Gardu Distribusi...........................................................................11

2.2.4. Jaringan Distribusi Sekunder.......................................................18

2.3. Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik............................................19

2.4. Indeks Keandalan Sistem Distribusi........................................................22

ii
2.4.1. Indeks Keandalan Sistem.............................................................23

2.5. ........................................................................................................................

PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua.............................................................25

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................26

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................26

3.2. Prosedur Penelitian...................................................................................26

3.3. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................27

3.4. Teknik Pengolahan / Analisis Data..........................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................29

4.1. Dat Gangguan Penyulang LL Meeto........................................................29

4.2. Perhitungan Indeks Keandalan Sistem.....................................................32

BAB V PENUTUP...............................................................................................35

5.1. Kesimpulan................................................................................................35

5.2. Saran.........................................................................................................36

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gardu Induk.....................................................................................7

Gambar 2.2 Konfigurasi Sistem Radial...............................................................9

Gambar 2.3 Konfigurasi Sistem Loop.................................................................9

Gambar 2.4 Konfigurasi Sistem Spindel..............................................................11

Gambar 2.5 Gardu Portal dan Bagan Satu Garis.................................................14

Gambar 2.6 Bagan Satu Garis Konfigurasi π-section Gardu Portal...................14

Gambar 2.7 Gardu Tipe Cantol............................................................................15

Gambar 2.8 Gardu Beton.....................................................................................16

Gambar 2.9 Gardu Kios.......................................................................................17

Gambar 2.10 Diagram Distribusi Tenaga Listrik.................................................19

Gambar 2.11 Single Line Diagram Feeder LL Meeto.........................................25

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Gangguan Penyulang LL Meeto.............................................29

Tabel 4.2 Rekap Gangguan Penyulang LL Meeto April – Juni 2022..................33

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Proses bisnis utama PLN adalah penjualan tenaga listrik antara PLN

dan pelanggan. Untuk meningkatkan penjualan listrik dan meningkatkan

kualitas penjualan maka harus didukung dengan kehandalan pembangkit dan

kehandalan pada sisi jaringan. Dari sisi pembangkit kehandalan diliat dari

kinerja EAV (Equivalent Avability Factor) dan kualitas dilihat dari Tegangan

dan Frekuensi yang dihasilkan. Dari sisi jaringan kehandalan dilihat dari sisi

SAIDI (System Average Interuption Duration Index), SAIFI (System

Average Interuption Frequency Index), dan ENS (Energy Not Serve).

Unit Pelayanan Langara Iwawo Wawonii wilayah kerjanya mencakup

Kabupaten Konawe Kepulauan. Sistem Konawe Kepulauan masih isolated

yang di supply oleh PLTD Langara dengan 6 mesin beroperasi dengan daya

mampu sebesar 2860 Kw dan beban puncak system sebesar 1620 Kw.

Jumlah feeder sebanyak 2 buah yaitu Feeder Langara dan Feeder Munse.

Jumlah pelanggan sebesar 7395 Pelanggan dengan daya 7559,06 kVA

Panjang total penyulang di PT. PLN (Persero) ULP Benubenua, UP Langara

Iwawo Wawonii yakni 145,819 Kms terdiri dari Penyulang Munse 41,96 kms

dan 103,859 kms untuk penyulang Langara (Sumber : Data Aset Distribusi

Maximo Februari 2021 PT PLN (Persero) UP3 Kendari). Dari data tersebut

diketahui bahwa sistem distribusi di ULP Benu-benua, UP Langara Iwawo

6
Wawonii menggunakan pola radial sehingga lebih rawan terjadi gangguan

pada penyulang dan dapat mengakibatkan Black out sistem.

Di setiap penyulang memiliki pemutus untuk pemisahan beban seperti

Penyulang Munse yaitu : LBS Wawolaa, LBS Tombaone, LBS Mawa.

Sedangkan untuk Penyulang Langara peralatan pemisahnya yaitu LBS

Perkantoran, LBS Arles, LBS Solo Ceria, LBS Wungkolo, LBS Bobolio,

LBS Roko-Roko. Selain itu medan di wilayah kerja UP Langara Iwawo

Wawonii yang mayoritas melewati lembah dan gunung sehingga banyak

terdapat pohon – pohon dan satwa liar menjadikan penyulang Langara dan

Munse semakin rawan akan gangguan. Apabila terjadi gangguan di salah satu

segmen di penyulang dapat mengakibatkan BO (Black out) sistem Konawe

Kepulauan jika frekuensi terlalu tinggi dan tidak segera di stabilkan di sisi

PLTD. Beban puncak untuk Penyulang Munse di sisi PLTD Langara sebesar

1021 Kw dan untuk Penyulang Munse sebesar 528 Kw.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan tindak lanjut

untuk menurunkan SAIDI SAIFI dan ENS agar lebih handal dan kontinuitas

penyaluran energi listrik tetap tersalur ke pelanggan. Maka, penulis mencoba

menganalisan dan menuangkan dalam karya makalah yang berjudul

“ANALISA PEMASANGAN RECLOSER TOMBAONE DAN RECLOSER

PERKANTORAN DI SITEM KONAWE KEPULAUAN PADA PT.PLN

(Persero) UNIT PELAYANAN WAWONII KABUPATEN KONAWE

KEPULAUAN” dengan harapan dapat meningkatkan keandalan di Sistem

Konawe Kepulauan.

7
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis

mengidentifikasi masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Lamanya penormalan system saat Feeder Langara Trip dan Feeder Munse

Trip

2. Lamanya menemukan gangguan jika Feeder Langara trip dan Feeder

Munse Trip

3. Menghindari terjadinya BO (Black out) pada PLTD akibat UFR (Under

Frequency Relay) bekerja pada saat Feeder Langara trip atau Feeder

Munse trip karena beban hilang mencapai 1 Mw untuk Feeder Langara

dan 500 Kw untuk Feeder Munse.

1.3 BATASAN MASALAH

Pada tugas akhir ini penulis menganalisa recovery time saat penormalan

berjalan cepat dan menghindari Black out sistem serta kwh hilang yang

diakibatkan trip gangguan penyulang maupun pembangkit menurun dengan

dilaksanakannya pemasangan Recloser Perkantoran dan Recloser Tombaone.

8
1.4 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah, untuk:

1. Mengetahui Kondisi Sistem Distribusi 20 KV Pada Penyulang Langara

dan Penyulang Munse.

2. Mengetahui recovery time penormalan saat terjadi trip gangguan

penyulang maupun pembangkit.

3. Menghitung ENS (Energy Not Served) atau kwh hilang yang di

timbulkan akibat trip.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Pada

dasarnya, sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.

Pengertian distribusi menurut Tjiptono (2008;185), mendefinisikan

bahwa:

“Distribusi merupakan suatu proses kegiatan pemasaran yang bertujuan


untuk mempermudah kegiatan penyaluran barang atau jasa dari pihak
produsen ke pihak konsumen.”

Sedangkan menurutKotlerdanAmstrongdalam bukunyaPrinciple Of

Marketing (2000;73), distribusi adalah :

“Aktifitas perusahaan agar produk atau jasa mudah didapatkan oleh


konsumensasarannya,”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, distribusi tenaga

listrik merupakan suatu proses kegiatan oleh PT. PLN (Persero) yang

bertujuan untuk memperlancar atau mempermudah penyaluran barang atau

jasa yang dalam hal ini penyaluran tenaga listrik dari produsen (sumber daya

listrik besar) sampai ke konsumen (pelanggan) sasarannya.

Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian atau

penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan

10
sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,

karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung

melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit

tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan

tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi

70 kV,154 kV, 220 kV dan 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran

transmisi.

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya

listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah

sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama

bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil

sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan

diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada

gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran

tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer.

Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil

tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi

sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh

saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa

sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik

secara keseluruhan.

11
2.2. KOMPONEN - KOMPONEN JARINGAN DISTRIBUSI

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga

listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar

(seperti gardu transmisi) dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang

termasuk ke dalam sistem distribusi antara lain, :

1. Gardu Induk ( GI )

2. Jaringan Distribusi Primer

3. Gardu Distribusi (Transformator)

4. Jaringan Distribusi Sekunder

2.2.1. Gardu Induk (GI)

Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan

secara langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik

adalah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan umumnya terletak di pingiran

kota. Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen)

dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi

sekunder.

Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak

langsung, maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik

adalah Gardu Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan

12
transmisi dan menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi

primer.

Gambar 2.1 Gardu Induk

2.2.2 Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik

dari Gardu Induk (GI) ke konsumen untuk sistem pendistribusian

langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung

merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya

menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau

jaringan distribusi tegangan menengah memiliki tegangan sistem sebesar

20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan,

mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang

dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.

13
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan kompleks, karena

konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karakteristik yang

berbeda. Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang

terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil.

Sedangkan dari karakteristiknya, terdapat konsumen perumahan dan

konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari

saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut

didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa

persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan

yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.

Pada jaringan distribusi primer terdapat 3 jenis dasar yaitu :

a. Sistem Radial

Sistem distribusi dengan pola radial adalah sistem distribusi yang

paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa

penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk

konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk

konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas

tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih

murah dibanding dengan sistem yang lain.

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan

sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat

satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur

14
utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut

padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang

paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar

ada diujung saluran.

Gambar 2.2 Konfigurasi Sistem Radial

b. Sistem Loop

Bila pada titik beban terdapat dua alternatif saluran berasal lebih

dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga

bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian penyulang membentuk ring,

yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang,

sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya

menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran

menjadi lebih kecil.

15
Gambar 2.3 Konfigurasi Sistem Loop

Pada tipe ini, kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya memang

lebih baik, tetapi biaya investasinya lebih mahal, karena memerlukan

pemutus beban yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus

beban yang otomatis (dilengkapi dengan recloser atau AVS), maka

pengamanan dapat berlangsung cepat dan praktis, dengan cepat pula

daerah gangguan segera beroperasi kembali bila gangguan telah

teratasi. Dengan cara ini berarti dapat mengurangi tenaga operator.

Bentuk ini cocok untuk digunakan pada daerah beban yang padat dan

memerlukan keandalan tinggi.

c. Sistem Spindel

Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah

ada, maka dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang

bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas sistem. Salah satu

bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk spindle, yang biasanya

terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu

16
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran 6 penyulang yang

beroperasi dalam keadaan berbeban dinamakan "working feeder" atau

saluran kerja, dan satu saluran yang dioperasikan tanpa beban

dinamakan "express feeder". Fungsi "express feeder" dalam hal ini

selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu

"working feeder", juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop

tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan operasi

normal. Dalam keadaan normal memang "express feeder" ini sengaja

dioperasikan tanpa beban. Perlu diingat di sini, bahwa bentuk-bentuk

jaringan beserta modifikasinya seperti yang telah diuraikan di muka,

terutama dikembangkan pada sistem jaringan arus bolak-balik (ac).

Gambar 2.4 Konfigurasi Sistem Spindel


2.2.3 Gardu Distribusi

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem

distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen

17
atau untuk membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada

beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen

tegangan rendah.

Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan

listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai

pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down transformator);

misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.

Sedang transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik

(step up transformator), hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga

listrik agar tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan panjang

(long line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang

berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan

5% dari tegangan semula.

Jenis transformator yang digunakan adalah transformator satu

phasa dan transformator tiga phase. Adakalanya untuk melayani beban

tiga phase dipakai tiga buah transformator satu phase dengan hubungan

bintang (star conection) Ү atau hubungan delta (delta conection) Δ.

Sebagian besar pada jaringan distribusi tegangan tinggi (primer)

sekarang ini dipakai transformator tiga phase untuk jenis out door. Yaitu

jenis transformator yang diletakkan diatas tiang dengan ukuran lebih kecil

dibandingkan dengan jenis in door, yaitu jenis yang diletakkan didalam

rumah gardu.

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :

18
1). Jenis pemasangannya :

a. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol

b. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios

2). Jenis Konstruksinya :

a. Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)

b. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol

c. Gardu Kios

3). Jenis Penggunaannya :

a. Gardu Pelanggan Umum

b. Gardu Pelanggan Khusus

Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan

untuk memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke

penyulang lain yang dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote

Terminal Unit). Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC

Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk

umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.

a. Gardu Portal

Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM

adalah T section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out

(FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen

pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning Arrester

19
(LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator

akibat surja petir.

Gambar 2.5 Gardu Portal dan Bagan Satu Garis

Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (open-

loop), seperti pada sistem distribusi dengan saluran kabel bawah tanah,

konfigurasi peralatan adalah π section dimana transformator distribusi

dapat di catu dari arah berbeda yaitu posisi Incoming – Outgoing atau

dapat sebaliknya.

20
Gambar 2.6 Bagan Satu Garis Konfigurasi πSection Gardu Portal

b. Gardu Cantol

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang

adalah transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1.

Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self

Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya

sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.

21
Gambar 2.7 Gardu Tipe Cantol

Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA

(Lightning Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar

pembumiannya yang dihubung langsung dengan badan transformator.

Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) maksimum 2

jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur

(type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif

Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan

dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.

22
c. Gardu Beton

Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan

peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang

dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu

dan beton (masonrywall building).

Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan

terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.

Gambar 2.8 Gardu Beton

23
d. Gardu Kios

Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari

konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di

lokasi rencana pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis

konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat.

Gambar 2.9 Gardu Kios

24
e. Gardu Hubung

Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah

gardu yang berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik

jika terjadi gangguan aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan

atau untuk maksud mempertahankan kountinuitas pelayanan.

Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban

(Load Break switch – LBS), dan atau pemutus tenaga yang terhubung

paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga

pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah.

Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe

beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang

untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan

kontrol jarak jauh.

Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada

pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah

dengan ruang Gardu Distribusinya.

25
2.2.4 Jaringan distribusi Skunder

Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan

distribusi tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi

sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi)

ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik).

Besarnya standar tegangan untuk jaringan ditribusi sekunder ini

adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru,

serta 440/550 V untuk keperluan industri.

Gambar 2.10 Diagram distribusi tenaga listrik

26
2.3. GANGGUAN SISTEM DISTRIBUSI 20KV

a. Gangguan Jaringan Distribusi

Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi

saluran 20kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan

dari dalam sistem dan gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal

dari luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar,

sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan

gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari

fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan

dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.

Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi

dapat dibagi menjadi :

1). Dari lamanya gangguan

2). Dari jenis gangguannya

Gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi berdasarkan dari

lamanya gangguan dapat dibedakan atas:

27
a) Gangguan yang bersifat temporer

Gangguan yang bersifat temporer ini apabila terjadi gangguan,

maka gangguan tersebut tidak akan lama dan dapat normal kembali.

Gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutus

sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Kemudia disusul

dengan penutupan kembali peralatan hubungnya. Apabila ganggguan

temporer sering terjadi dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan dan

akhirnya menimbulkan gangguan yang bersifat permanen.

Salah satu contoh gangguan yang bersifat temporer adalah

gangguan akibat sentuhan pohon yang tumbuh disekitar jaringan, akibat

binatang seperti burung kelelawar, ular dan layangan. Gangguan ini

dapat hilang dengan sendirinya yang disusul dengan penutupan kembali

peralatan hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi maka

hal tersebut akan menimbulkan kerusakan pada peralatan dan akhirnya

menimbulkan gangguan yang bersifat permanen.

b) Gangguan yang bersifat permanen

Gangguan permanen tidak akan dapat hilang sebelum penyebab

gangguan dihilangkan terlebih dahulu. Gangguan yang bersifat

permanen dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan, sehinggga

28
gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena

ada sesuatu yang mengganggu secara permanen. Untuk

membebaskannya diperlukan tindakan perbaikan atau menyingkirkan

penyebab gangguan tersebut. Terjadinya gangguan ditandai

denganjatuhnya pemutus tenaga, untuk mengatasinya operator

memasukkan tenaga secara manual. Contoh gangguan ini yaitu adanya

kawat yang putus, terjadinya gangguan hubung singkat, dahan yang

menimpa kawat phasa dari saluran udara, adanya kawat yang putus, dan

terjadinya gangguan hubung singkat.

Sedangkan gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi

berdasarkan jenis gangguannya dapat dibedakan atas:

a. Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan tanah

b. Gangguan fasa ke fasa

c. Gangguan dua fasa ke tanah

d. Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah

b. Kecepatan mengisolasi gangguan dan melakukan pengalihan


(manuver) beban.

Bila terjadi gangguan hendaknya secepat mungkin dikirim petugas

ke lapangan untuk mengisolir gangguan dan mengadakan manuver

jaringan, sehingga daerah-daerah yang padam sekecil mungkin,

kemudian dicari letak gangguan untuk segera diperbaiki.

29
2.4. INDEKS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI

Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang

dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks sudah

dikembangkan untuk menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi

keandalan sistem tenaga.Evaluasi keandalan sistem distribusi terdiri dari

indeks titik beban dan indeks sistem yang dipakai untuk memperoleh

pengertian yang mendalam kedalm keseluruhan capaian.

Untuk menghitung indeks keandalan titik beban dan indeks keandalan

sistem yang biasanya digunakan meliputi angka keluar (outage number).dan

lama perbaikan (repair duration) dari masing-masing komponen

1. Keluar (Outage) adalah : Keadaan dimana suatu komponen tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya, diabaikan karena beberapa peristiwa

yang berhubungan dengan komponen tesebut (SPLN 59,1985). Angka

keluar adalah angka perkiraan dari suatu komponen yang mengalami

kegagalan beroperasi per satuan waktu ( umumnya pertahun ). Suatu

keluar (Outage) dapat atau tidak dapat menyebabkan pemadaman, hal in

masih tergantung pada konfigurasi dari sistem.

2. Lama Keluar (Outage Duration): Periode dari saat permulaan komponen

mengalami keluar sampai saat komponen dapat dioperasikan kembali

sesuai dengan fungsinya (SPLN 59,1985). Standar perkiraan angka

keluar dan waktu perbaikan dari komponen yang biasa dipakai adalah

sesuai standar SPLN 59,1985.

30
2.4.1. Indeks Keandalan Sistem

Indeks keandalan sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat

dibedakan menjadi:

a. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)

Indeks ini didefinisikan sebagai jumlah rata-rata kegagalan yang

terjadi per pelanggan yang dilayani oleh sistem per satuan waktu

(umumnya per tahun). indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah

semua kegagalan-kegagalan dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan

yang dilayani oleh sistem tersebut. persamaan untuk SAIFI (rata-rata

jumlah gangguan setiap pelanggan) ini dapat dilihat pada persamaan di

bawah ini.
∑λMk k............................................................................................................................................
SAIFI = (2-1)
∑M
dengan:

λk = angka keluar (outage rate) komponen

M k = jumlah customer pada loadpoint k

M = total customer pada sistem distribusi

b. System Average Interruption Duration Index (SAIDI)

Indeks ini didefinisikan sebagai nilai rata-rata dari lamanya

kegagalan untuk setiap konsumen selama satu tahun. indeks ini

ditentukan dengan pembagian jumlah dari lamanya kegagalan secara terus

menerus untuk semua pelanggan selama periode waktu yang telah

ditentukan
31
dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama tahun ini. persamaan

untuk SAIDI (rata-rata jangka waktu gangguan setiap pelanggan) ini

dapat dilihat pada persamaan di bawah ini.


∑UM k k.......................................................................................................................................
SAIDI = (2-2)
∑M
dengan:

U k = waktu perbaikan (repair duration) komponen

M k = jumlah customer pada loadpoint k

M = total customer pada sistem distribusi

c. ENS (Energy Not Supplied) ENS (Energy Not Supplied)

Indeks keandalan yang menyatakan jumlah energi yang tidak dapat


disalurkan oleh sistem kepada pelanggan selama periode satu tahun. Ini
didefinisikan sebagai penjumlahan energi yang hilang akibat adanya gangguan
terhadap pasokan daya selama periode satu tahun. Secara sistematis dapat
dituliskan sebagai berikut :

ENS = Σ [ Gangguan (kW) x Durasi (h)...........................(2-3)

d. AENS (Avarage Energy Not Supplied) AENS

Indeks rata-rata energi yang tidak disalurkan akibat terjadinya


pemadaman. AENS dinyatakan perbandingan jumlah energi yang hilang pada
saat terjadi gangguan pemadaman dengan jumlah pelanggan yang dilayani.
Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Jumlah Energi Yang tidak ....................................


AENS = tersalurkan Jumlah Pelanggan
Yang Dilayani
(2-4)

32
2.5. PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Wawonii

PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Wawonii adalah perusahaan

yang bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik di Kabupaten

Konawe Kepulauan. PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Wawonii

merupakan bagian dari unit pelayanan yang dibawahi oleh unit layanan

pelanggan Benu Benua (ULP Benu Benua) dan berkantor Wilayah di Unit

Induk Sulselrabar.

PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua hadir dalam menyikapi

pertumbuhan pelanggan dan demi peningkatan mutu pelayanan di Kota

Kendari, Kabupaten Konawe dan Konawe Uara. Dengan Mensuplai 3

Kabupaten Menjadikan kebutuhan akan listrik pada PT.PLN (Persero) ULP

Benu Benua meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari rata

rata konsumsi energy tiap bulannya yang mencapai 4 juta kWH.

33
Gambar 2.11 Single Line Diagram Sistem Konawe Kepulauan

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT PLN (Persero) UP3 Kendari ULP Benu Benua

yang terletak di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan April

2022 sampai dengan Juni 2022

3.2 PROSEDUR PENELITIAN

Secara sistematis, penelitian yang penulis lakukan diuraikan dalam

flowchart berikut ini

Mulai

Pengambilan data jumlah


gangguan, waktu gangguan
danfrekuensi gangguan

Menghitung nilai
keandalan sistem

35
Membuat sekala prioritas
yang berfungsi memberikan
Tindakan solusi permasalahan

Kesimpulan

Selesai

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Proses penelitian tugas akhir penulis ini dilakukan dengan mengambil

data di PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua. Objek penelitian yang kami

lakukan adalah Analisa Gangguan Sistem distribusi Penyulang LL Meeto

pada PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua. Penulis menghitung Jumlah

gangguan distribusi pada Penyulang LL Meeto pada Triwulan 2 tahun 2022

kemudian menganalisa penyebab gangguan yang terjadi dan menghitung nilai

indeks keandalan sistem.

36
3.4 TEKNIK PENGOLAHAN/ANALISIS DATA

Metode yang penulis gunakan untuk mendukung analisa ini adalah

metode komparatif. Metode Ini penulis gunakan untuk memperoleh data data

ganguan dan melakukan Analisa data penyebab terjadinya gangguan

tegangan menengah Penyulang LL Meeto pada PT. PLN (Persero) ULP Benu

Benua.

Pada penelitian ini, untuk memudahkan penulis mengolah data

digunakan software 'Microsoft Excel' sebagai alat untuk memudahkan

perhitungan dari data yang telah di dapatkan. Hasil perhitungan yang

didapatkan kemudian dianalisis jumlah gangguan dan Langkah Langkah apa

yang harus dilakukan untuk menurunkan jumlah gangguan Penyulang LL

Meeto pada PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua

Dari Langkah-Langkah Tersebut Penulis kemudian melaksanakan

analisa indeks keandalan sistem penyulang LL Meeto PT. PLN (Persero)

pada PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua

Setelah Melakukan analisa maka Penulis dapat menyimpulkan Nilai

gangguan Sistem Distribusi 20KV Penyulang LL Meeto pada PT.PLN

(Persero) ULP Benu Benua dan memberikan saran untuk melakukan

perbaikan jaringan .

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Gangguan Penyulang LL Meeto

Dari Hasil rekap data gangguan tegangan menengah penyulang LL Meeto

di PT.PLN (Persero) ULP Benu-Benua bulan April hingga bulan Juni 2022

terdapat jumlah gangguan secara naik turun. Berikut Merupakan trend gangguan

yang terjadi di penyulang LL Meeto di PT.PLN (Persero) ULP Benua – Benua

pada Bulan April Hingga Juli 2022 ( Sumber : Laporan Gangguan ULP Benu-

Benua) :

JUMLAH GANGGUAN PENYULANG LL MEETO


PERIODE TW2 TAHUN 2022
6

5
5
4
4
3
3
2

APRIL MEI JUNI

Tabel 4.1 Jumlah Gangguan Penyulang LL Meeto Bulan April – Juli 2022

38
REKAP GANGGUAN PENYULANG LL MEETO APRIL - JUNI 2022

PENYULANG / JAM
LBS /
NO HARI / TANGGAL PENYULANG TRIP MASUK DURASI INDIKASI KETERANGAN PENYEBAB GANGGUAN
RECLOSER /
MOTORRIZED
OCR/GFR R.105 S.282
1 Minggu , 17 April 2022 P. LL MEETO REC. LABENGKI 14:33 15:00 0.45 TRIP PERMANEN SR KENA TM
S.123 T.188

2 Sabtu , 23 April 2022 P. LL MEETO REC. LABENGKI 14:49 14:49 0.02 R.317 S.160 T.159 N.175 RECLOSE TIDAK DI TEUMKAN

KUS KUS KENA JTM SECTION ANTARA


3 Jumat, 22 April 2022 P. LL MEETO P. LL MEETO 19:02 19:03 0.02 GFR R.162 S.35 T.32 N.127 TRIP TEMPORER
KAPOIALA DAN PANGKAL

4
TRIP GANGGUAN BELUM DITEMUKAN CUACA
Selasa, 26 April 2022 P. LL MEETO P. LL MEETO 21:48 21:49 0.02 OCR R.28 S.21 T.25 N.191
TEMPORER PETIR

5 Rabu , 27 April 2022 P. LL MEETO P. LL MEETO 3:40 3:40 0.02 OCR R.26 S.25 T.208 N.186 TRIP TEMPORER KUS KUS KENA JTM

6 Sabtu, 7 Mei 2022 P. LL MEETO REC. LASOLO 23:48 1:05 0.29 TRIP PERMANEN JTM PUTUS DI POLO POLORA

7 Minggu, 15 Mei 2022 P. LL MEETO REC. KAPOIALA 7:30 7:30 0.06 OCR R.542 S.455 T.118 N.3 RECLOSE 3X POHON TIMPA JTM AKIBAT ABRASI

DITEMUKAN DAHAN KELAPA DI PERC. KOKAPI


8 Rabu, 25 Mei 2022 P. LL MEETO REC. LASOLO 18:25 18:55 0.5 OCR R.159 S.161 T.134 N.2 TRIP PERMANEN
CUACA HUJAN PETIR

GH OUT
9 Senin , 30 Mei 2022 P. LL MEETO 14:25 20:30 6.05 R.581 S.265 T.253 N.548 TRIP PERMANEN TIANG REBAH AKIBAT LONGSOR
LANGGIKIMA

10 Rabu, 1 Juni 2022 P. LL MEETO REC. LASOLO 0:54 1:07 0.22 GFR R.105 S.150 T.104 N.83 TRIP PERMANEN POHON MENIMPA JTM

11 Minggu , 12 Juni 2022 P. LL MEETO P. LL MEETO 19:57 20:32 0.6 R.1449 S.3318 T.36 N.116 TRIP PERMANEN POHON MENIMPA JTM

RECLOSE
12 Rabu , 29 Juni 2022 P. LL MEETO REC. LABENGKI 19:39 19:39 0.02 GFR R.214 S.218 T.313 N.109 TERBACA DI GH TIDAK DITEMUKAN
LANGGIKIMA DAN
Sumber : Laporan Gangguan Penyulang PT. PLN (Persero ) ULP Benu Benua tahun 2022

Tabel 4.2 Data Gangguan Penyulang LL MEETO Bulan April – Juni 2022

31
4.2 Perhitungan Indeks Keandalan Sistem

Di Dalam perhitungan indeks keandalan sistem, digunakan data-data yang

terdapat pada tabel 4.2 .

Diketahui : Σ(Jumlah gangguan x pelanggan padam)= 12 kali x pelanggan

Σ (Jam padam x pelanggan padam)= 8.36 jam x pelanggan

Jumlah keseluruhan pelanggan ULP BENU BENUA = 63403 pelanggan

Jumlah Pelanggan Penyulang LL Meeto = 19432 Pelanggan

Penyelesaian

➢ SAIFI ( System Average Interruption Frequency Index )


∑λ k Mk
SAIFI =
∑M
Σ (Jumlah gangguanx pelanggan padam)
= Jumlah pelanggan keseluruhan

12 x 19432
= 63403

= 3,677 Kali

➢ SAIDI ( System Average Interruption Duration Index )


∑U k Mk
SAIDI =
∑M
Σ ( jam padam x pelanggan padam)
= Jumlah pelanggan keseluruhan

8.36 x 19432
= 63403

= 2,56 jam

32
➢ ENS ( Energy Not Suplied )

Dari data gangguan tegangan menengah yang terjadi pada penyulang LL

Meeto tentunya berdampak pada Daya Tidak Tersalurkan serta rupiah yang hilang

pada PT.PLN (Persero) ULP Benu-Benua.

Data Beban yang dipakai yaitu data rata-rata beban puncak penyulang LL

Meeto Selama 3 bulan. Sedangkan untuk durasi padam merupakan durasi

lamanya padam pada penyulang tersebut.

Untuk Menghitung daya tidak tersalur dapat menggunakan Persamaan Sebagai

Berikut :

P=1,73 ×V × I ×t
= 1,73 ×20 kV x 35 A x 8,36 h

= 10.002,86 kWh

Keterangan :

P= Daya yang tidak tersalur ( kWh )

V = Tegangan TM (V)

I = Beban (A)

T = Durasi padam (h)

33
Jika perhitungan daya tidak tersalur sudah didapatkan, selanjutnya dapat

dihitung pula rupiah yang hilang selama pemadaman. Rupiah yang hilang dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

Rupiah yanghilang=Daya tidak tersalur × Rp/ kWh


= 10.002,86 kWh x 1467 Rp/ kWh

= Rp. 14.674.195,62

➢ AENS ( Average Energy Not Suplied )

Untuk Mengihitung Average Energy Not Suplied digunakan nilai daya

tidak tersalur yang sudah didapatkan dan jumlah pelanggan yang terdapat pada

Penyulang LL MEETO. Nilai Rata Rata Energi yang tidak di salurkan dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

J umlah ENS
AENS= Jumlah Pelanggan Yang
Padam
10.002,86 KWh
=
19432

= 0,514 kWh / Pelanggan

34
BAB V
5.1. KESIMPULAN PENUTUP

1. Dari Data laporan pemadaman PLN ULP Benu Benua, diketahui

jumlah gangguan pada Penyulang LL Meeto periode Maret Sampai

Juni tahun 2022 berjumlah 12 Kali padam, dengan perbandingan 6

kali padam permanen dan 6 kali padam sementara. Durasi total

padam yaitu 8,63 Jam

2. Dari Data penyebab terjadinya pemadaman pada penyulang LL Meeto

periode Maret sampai Juni tahun 2022 diketahui penyebab terbanyak

disebabkan oleh pohon yang mengenai jaringan sehingga

menyebabkan pemadaman pada penyulang.

3. Dari hasil perhitungan indeks keandalan sistem pada penyulang LL

Meeto PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua di peroleh nilai SAIFI adalah

3,667 Kali dan Nilai SAIDI 2,56 Jam.

Sedangkan untuk perhitungan jumlah energi yang tidak tersalurkan di

dapatkan Nilai ENS 10.002,86 dan AENS 0,154 kWh/ Pelanggan . Dari hasil

ini diperoleh kerugian PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua adalah sebesar

Rp. 14.674.195,62 akibat pemadaman yang terjadi di Penyulang LL Meeto

pad Periode Maret Sampai Juni tahun 2022.

35
5.2. SARAN

1. Perlunya diadakan evaluasi terkait keandalan sistem per penyulang

setiap bulan agar dapat meminimalisir penyebab-penyebab yang dapat

menurunkan nilai keandalan sistem.

2. Diadakannya inspeksi Jaringan Tegangan Menengah secara

terjadwal dalam upaya mencegah terjadinya gangguan yang dapat

merugikan masyarakat dan PT. PLN (Persero) ULP Benu Benua

3. Menetapkan standar nilai keandalan sistem ( SAIDI, SAIFI , ENS dan

AENS) Per Penyulang agar terjadi kemerataan tingkat keandalan sistem

di PT. PLN (Persero) Unit Induk Sulselrabar.

36
DAFTAR PUSTAKA

Gonen, Turan. 1986. Electric Power Distribution System engineering. McGraw-


Hill International Edition.

Kadir, Abdul. 2006. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Universitas


Indonesia.

Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2000. ”Principles of Marketing. Millenium


Edition. New Jersey : A Simon & Schucer Company, Englewood Cliff,
Prentice Hall Internasional.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba

Empat. Pabla, A S. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta : Penerbit

Erlangga,.

PT PLN Distribusi Jawa Timur. 2013. Keandalan Edisi II

PT.PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Perkembangan Ketenagalistrikan. Buku


4:Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung tenaga listrik

SPLN 59. 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 KV & 6 KV. Perusahaan
Umum Listrik Negara. Kebayoran Baru Jakarta

Suswanto, Daman. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Teknik Elektro.


Universitas Negeri Padang.

Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Sekolah Menengah
Kejuruan.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

37

Anda mungkin juga menyukai